Anda di halaman 1dari 255

I am The Book

Antologi Pengalaman Aku dan Buku

Penulis:

Hanifah Rendra Y., Nuraini Indrawaty, Joko Setiyono, Dina


Mu'izatul F., dkk.
I am The Book
Antologi Pengalaman Aku dan Buku

Copyright © 2021
All right reserved

Penulis : Hanifah Rendra Y., Nuraini


Indrawaty, Joko Setiyono, Dina
Mu'izatul F., dkk.
ISBN : 978-623-97218-1-7
Editor Naskah : Bangun S. Nugroho
Ahmad Sholahuddin
Tata Letak : Iqomatul Husniyah
Perancang Sampul : Kholilur Rohman
Penerbit : Taman Baca Indonesia
x + 253 hal : 15.5 X 23cm
Cetakan Pertama : Januari, 2021

Redaksi:
Kantor : Jl. Ade Irma Suryani No. 42D
Sumbang - Bojonegoro
Nomor WhatsApp 0822 6433 9889
Website : www.tamanbaca.id
Email : tamanbacaindonesia@gmail.com
Instagram : @tamanbacaid

ii
Undang-undang Hak Cipta No. 19 Tahun 2002 di dalam pasal
72 menjelaskan:

1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan


perbuatan sebagaimana dimaksud dala pasal 2 ayat (1)
atau pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana
penjara masing-masing paling singkat (satu) bulan
dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta
rupiah) atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima
miliar rupiah).
2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan,
mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan
atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan pidana penjara
paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

iii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kami panjatkan


kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan
nikmat serta melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua
sehingga bisa berkolaborasi menghasilkan buku karya antologi
“I Am The Book”. Ada peribahasa: buku adalah jendela dunia,
tapi harus kita pahami buku adalah hasil. Sedangkan menulis
adalah prosesnya. Proses menulis bisa panjang atau pendek,
yang terpenting kita telah memulai prosesnya. Jika tidak dimulai
proses itu tidak ada berjalan dan buku tidak akan bisa terwujud.
Kami berharap kelas menulis ini bisa terus berlanjut untuk
menjadi media bertukar wawasan dan pengetahuan sehingga
bisa menjadi kekuatan kolaboratif untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa dan mengembangkan budaya literasi untuk
dapat menghasilkan ide-ide dan karya selanjutnya.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Moch Bahtiar,
M.Pd. (Ketua STAI Attanwir) yang telah mensupport kegiatan
ini, Abdur Rahim, S.S., M.Pd. (Senior Editor Intrans Publishing
Group) yang telah menjadi mentor dan motivator untuk terus
menghasilkan karya, & seluruh peserta dari berbagai pelosok
negeri Kelas Menulis Buku (Virtual) dalam rangka
memperingati Hari Buku Sedunia 2021 yang telah mengirimkan
karya terbaiknya dan menggoreskan tinta di buku antologi “I
Am The Book” ini. Buku ini tercipta sebagai ekspresi dan wujud
cinta para penulis terhadap buku dan juga sebagai bahan dalam
menambah wawasan dan pengetahuan.
Akhir kata, penyusun berharap dengan adanya antologi
“I Am The Book” ini dapat terus membangkitkan budaya baca
dan juga sebagai motivasi dalam berkarya untuk penulis. Kami

iv
sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat,
sehingga kegiatan ini dapat terselenggara dengan lancar.
Semoga buku ini dapat memberikan manfaat bagi penulis pada
khususnya dan pembaca pada umumnya.

Hormat Kami,

Penyunting

v
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................... iv

DAFTAR ISI ..................................................................................... vi

Buku: Masa Lalu dan Masa Depanku_Ahmad Hasani .................. 9

Meraih Sukses dengan Buku_Ahmad Syawqi ............................... 13

Memilih Teman Duduk_Anisa Vristi Rahayu ............................... 18

Dari Buku Bacaan bingga Buku Digital_Astono .......................... 22

Kisah Sopir Bis di Masa Pandemi_Agus Wijayati ....................... 27

Buku dan Masa Depan yang Lebih Bahagia_Budi Cahyadi ........ 31

Buku dan Panggilan Hidup_Devi Fortuna ................................... 37

Buku, Bagian Pembentuk Peradaban_Diana Rahmawati ............ 39

Seorang yang Gemar Baca Buku_Dina Mu’izatul Fauziyah ........ 44


Buku_Evi Susanti ............................................................................ 47

Buku, Aku dan Si Kecil_Galuh Harisusana ................................... 50

Bukuku Menjelma_Hanifah Rendra Yuwono ................................. 55


E-Book Penyemangat Minat_Indah Mustaskirin .......................... 61

Karenamu, Ku Temukan Arti Kebahagiaan_Indah S. Oktavia ... 64

Buku Sahabat Anakku_Sri Indahyani............................................ 70

Hasrat Ingin Memiliki_Ivone De Carlo .......................................... 75

Buku, Perpustakaan, dan Peradaban Bangsa_Joko Setiyono ....... 81

IQ’RO : Keutamaan Membaca Al-Qur’an di Bulan


Ramadhan_Juli Purnawati .............................................................. 92

Penjaga Hatiku_Junaida ................................................................. 99


Terimakasih Buku_Khusnatul Mawaddah ................................... 103
vi
Buku dan Masa Depan_Lina Pahalawati ................................ 107

Dari Buku Dapat Apa, Sih?_Mar’atus Sholihah .......................... 113


Buku dan Masa Depan Industri Perbukuan_Mariana Ginting 116

Kalau Buku Bisa Ngomong: Perjalanan Sebuah Buku_Maya


Pradhipta Hapsari ........................................................................... 121

Sang Pustakawan_Muh. Yuhara Yushar ..................................... 126

Buku dan Masa Depan_Nadratun Najah .................................... 131

Buku Cetak atau Buku Digital?_ Nisa Arifah Lutfiana............... 135


Cerita Kehidupan_Novia Rohmatullaili ....................................... 139

Buku dan Hidupku_Nuraini Indrawaty ...................................... 143

Buku Pertama di Masa Pandemi_Nurriska Amalina ................. 148

Buku Vitamin Ilmu_Paryati ......................................................... 152


“Menulis, ooh Menulis…”_Purwa Saputra ................................ 156

Buku Berbagi Ilmu_ Riska Ulfia Khoirotunnisa ........................... 160

Pahlawanku_Rita Yuana .............................................................. 164

Awal Mutiaraku Diuntai_Riyanti ............................................... 166

Meneladani Hari Buku Sedunia dan Kegemaran Membaca ... 176


pada Masyarakat Kota Cirebon_Ropadi ..................................... 176
Inyiak Sosok Seorang yang Cinta Buku_Segara Murnia ........... 181

Buku adalah Salah Satu Surga Dunia_Selfi Nur Afifah ............. 186
Jawab Perkara dengan Ilmu_Sholehah Yuliati ............................ 191

Tauladanku_Siti Khoiriyah ........................................................... 195

Buku, Jendela Duniaku_Siti Rukayah ......................................... 199

Menuju Kumap_Sri Mulyani ....................................................... 204

vii
Di Balik sebuah Karya: Pengalaman Pertama Membuat Artikel
Populer_Sri Utami Lestari ............................................................. 207

Akhirnya Karirku di Pulau Garam_Sri Wahyuningsih ............. 213

Buku, Cahaya Masa Depan_Sri Wulandari ................................ 217


Perjalanan Anak Desa dalam Meraih Mimpinya_Sri Wuryani221

Meraih Asa dengan Catatan Pena_Sulistiyani ........................... 226

Buku; Muara Pelarian_Suparmanto Phimèn* .............................. 232

Peran Buku, Kini dan Nanti_Vina Budi Purnasih....................... 237


Kita Butuh Buku_Vivi Sufiati ....................................................... 241

Buku Aku_Wiwit Noerkomariana ................................................. 246

Hari Buku Bagiku_Y. Kristiyani S .............................................. 249

vii
i
Buku: Masa Lalu dan Masa Depanku

… Ahmad Hasani …

Aku tidak bisa menulis karena tidak pernah memiliki


suatu kostruksi pemikiran yang rapi dan jelas. Oleh karena itu,
aku hanya ingin bercerita saja. Tentang buku: masa lalu dan
masa depanku.

Aku lahir di sebuah desa kecil di Kota Malang bagian


selatan. Lahir dalam keluarga yang boleh dibilang
berkecukupan untuk ukuran desa. Tidak kaya, tidak pula
miskin. Ibu seorang ibu rumah tangga dan guru ngaji,
sedangkan ayah adalah seorang guru madrasah. Beliau memiliki
sebuah lemari yang terletak di sudut ruang keluarga yang penuh
dengan kitab-kitab hasil ngaji beliau di pesantren semasa
mondok dulu dan beberapa buku tambahan lain.

Satu hal yang paling berkesan dari ayah adalah walaupun


guru, beliau tidak pernah memaksaku untuk membaca buku.
Namun hampir setiap hari di waktu senggangnya aku lihat
beliau berkutat dengan koran, buku dan kitab-kitab yang
dimiliki. Sebagai anak kecil tentu terdorong untuk meniru orang
tua. Bermula dari itulah tumbuh keinginan untuk bisa membaca.
Mungkin inilah yang dalam maqolah Arab disebut dengan
lisanul hal afshohu min lisanil maqol yang ku maknai bahwa sikap
atau contoh itu jauh lebih mengena ke dalam hati dibandingkan
dengan taburan intruksi atau saran-saran. Lantas mereka
mengajariku untuk mengenal aksara pertama dalam hidupku.
9
Huruf yang juga menjadi inisial dari nama pertamaku, juga
inisial dari Nama Agung Tuhanku. Lalu aksara yang kedua dan
seterusnya hingga huruf-huruf itu mulai bisa aku pahami
maknanya. Ayah dan ibulah guru pertamaku.

Sebagai anak kecil, tentu permintaanku banyak. Melihat


sesuatu minta, melihat yang lain minta lagi dan begitu
seterusnya. Tentu saja beliau tidak mengabulkan seluruh
keinginanku. Uniknya -dan hal ini baru aku sadari ketika aku
dewasa- setiap aku meminta dibelikan buku baru, spontan
beliau menjawab: besok ayah belikan dan beliau selalu
menepatinya. Buku komik pertama yang ku minta adalah
Detektif Conan, lalu Shinchan dan komik-komik lain. Seiring
dengan waktu, aku mulai minta dibelikan majalah, novel dan
buku. Hal ini berlangsung hingga aku SMU.

Setelah kuliah aku putuskan untuk mondok di salah satu


pesantren di Jawa Timur. Di pondok ini kegiatan literasi
digaungkan dengan gema yang keras. Terbukti dengan
banyaknya koleksi buku dan kitab yang ada di perpustakaan
serta banyaknya media yang dimiliki pesantren untuk
mewadahi kreativitas menulis para santri yang ada mulai dari
mading, buletin, hingga buku-buku. Berada di pondok inilah
sebenarnya menjadi momentum awal ketertarikanku pada
dunia penulisan buku. Tapi sayangnya sehingga selama berada
di pesantren aku tidak pernah menghasilkan sebuah tulisan
walaupun hanya satu halaman saja. Apakah karena kemampuan
menulisku tidak ku asah dengan baik atau memang daya
nalarku yang rendah? Entahlah. Tapi aku merasa ini adalah
sebuah “dosa besar” dan akan aku tebus pada satu saat nanti.

Pada akhir tahun mondokku, tepatnya 2014 silam, aku


ditugaskan untuk mengajar di salah satu pesantren di kabupaten
10
Pamekasan. Aku merasa bahagia karena kegiatan literasi di sini
juga digalakkan di sela-sela kesibukan santri mengkaji ilmu
agama. Bahkan di akhir masa pengabdian di sana, salah seorang
ustad memberiku sebuah buku hasil karya beliau, yang
kemudian langsung sekalian ku minta tanda tangannya. Beliau
bertanya untuk apa? Enteng saja kujawab bahwa aku ingin
memiliki buku-buku yang ditandatangani secara langsung oleh
penulisnya sebagai motivator agar aku bisa menulis seperti
mereka suatu saat nanti.

Mungkin karena aku berkecimpung di dunia pesantren


bahkan hingga sekarang, sehingga lebih akrab dengan kitab-
kitab daripada dengan buku –walaupun sebenarnya sama saja
menurutku, hanya beda bahasa-. Sangat banyak kisah-kisah
yang ku baca dari buku-buku atau kitab tarikh mulai dari sirah
Nabi Muhammad, para sahabat, dan ulama-ulama era
setelahnya. Betapa kagumnya aku membaca perjuangan hebat
para ulama dalam mencari dan menyebarkan. IRI. Aku benar-
benar iri pada semangat beliau yang luar biasa. Ingin rasanya
meniru sedikit saja jejak langkah beliau.

Jika Rene Descartes mengatakan “saya berfikir, maka saya


ada”, maka saya lebih tertarik pada apa yang ditulis oleh L.
Nihwan Sumuranje walaupun secara konsep hampir senada
yakni “saya menulis, maka saya ada”.

Pramoedya Ananta Toer juga mengatakan bahwa orang


boleh pandai setinggi langit tapi selama ia tak menulis, maka ia
akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis
adalah bekerja untuk keabadian.

Aku ingin abadi, paling tidak namaku tak dilupakan oleh


anak-cucuku. Aku ingin ada, dengan bukuku, tulisan-tulisanku.

11
Apapun bentuknya nanti. Bukuku:masa laluku dan masa
depanku. Tapi aku sangat tahu diri dengan kemampuanku
sendiri. Tentu sangat suul adab jika ingin menyaingi para ulama
karena jelas level keilmuan beliau yang tinggi serta zaman yang
berbeda. Tapi sebenarnya aku hanya ingin menjadi contoh bagi
anak-cucuku kelak bahwa kakek leluhur mereka adalah orang
yang mencintai pengetahuan. Dan buku karyaku adalah sebagai
sebuah bukti nyata, prasasti tak terbantahkan atas kecintaanku
terhadap ilmu pengetahuan. Dan ku harap buku karya ku nanti
dapat menggugah mereka untuk mencintai ilmu pengetahuan
pula bahkan memiliki karya yang luar biasa dan bermanfaat bagi
masyarakat lebih-lebih jika karya mereka diamini secara
universal, sehingga ada harapan kecil di hatiku bahwa ini akan
menjadi amal jariyah yang pahalanya terus mengalir walau aku
telah tiada sebagaimana yang aku yakini dari hadis Nabiku yang
mulia.

Inilah alasanku ingin menulis. Paling tidak mengabadikan


pikiran-pikiranku dalam sebuah tulisan. Jika tidak hari ini,
mungkin suatu saat nanti di masa depan. Semoga!

Dilahirkan di Kota Malang pada hari Senin tanggal 4 Rajab 1408


H. dengan nama Ahmad Hasani. Sekarang berdomisili di Desa
Kranji Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan. Kontak person
via WA 08585598855 atau email hasaniahmad579@gmail.com.
Memiliki hobi membaca dan menikmati alam bebas. Sekian
tahun dia menghirup segarnya udara, tentu banyak hal yang
dialami. Dia bermimpi suatu saat nanti ingin menuliskan
seluruh pengalaman hidupnya.

12
Meraih Sukses dengan Buku

… Ahmad Syawqi …

Pada bulan April ini ada momen istimewa untuk gerakan


literasi, yaitu Hari Buku Sedunia (World Book Day), sebagai hari
perayaan tahunan pada setiap tanggal 23 April yang diadakan
oleh UNESCO bertujuan untuk memberikan penghargaan
kepada buku-buku dan para penulis serta mempromosikan
budaya membaca, penerbitan dan hak cipta.
Terkait dengan perayaan hari buku ini, saya teringat
sebuah pepatah yang mengatakan “khoiru jaliisin fi zamaani
kitaabun” yang artinya “Sebaik-baik temen duduk adalah buku”.
Bahkan Muhammad Hatta bapak Proklamator kita juga pernah
mengungkapkan bahwa “Aku Rela Dipenjara Asalkan Bersama
Buku Karena dengan Buku Aku Bebas”.
Selama ini kita lebih banyak menganggap bahwa temen
terbaik kita adalah teman yang mampu memberikan kebaikan
atau mereka yang memiliki peran yang cukup besar dalam
merangkai kesuksesan hidup kita. Itulah sahabat. Ketika
sahabat baik itu dinisbatkan pada buku, tentu belum banyak
manusia yang mewujudkan-mengamini kebenaran dari
pernyataan itu. Penting untuk diketahui dan satu hal yang pasti
bahwa ada sahabat yang tidak akan pernah membuat kita
kecewa, tidak pernah menyakiti hati, bahkan tidak akan mampu
menyelisihi hati kita. Dia itu adalah buku dan jika kita ingin
mengubah buku sebagai sahabat.
Maka, siapakah pihak yang paling diutamakan untuk
segera menjadikan buku sebagai sahabat mulia. Sejatinya semua
manusia tanpa terkecuali, tetapi bisa dikhususkan kepada
manusia-manusia yang berkecimpung di kampung keilmuan,
13
baik kiai, dosen, guru, pustakawan, mahasiswa, dan para
praktisi-akademisi yang memang punya minat besar pada
perkembangan ilmu pengetahuan.
Mereka yang wajib untuk memosisikan buku sebagai
menu utama dalam hidup, mereka memilih buku sebagai karib
setia, memperbanyak koleksi teman berupa buku. Buku-buku
bergenre apa pun, baik fiksi atau pun tidak, seyogianya adalah
target paling utama untuk dapat diwujudkan dan segera
berubah menjadi sahabat.
Bersahabat dengan buku tidak ada istilah ruginya dan
investasi adalah dengan mengoleksi banyak buku, tidak hanya
tanah atau bongkahan emas. Dari buku mereka dapat
menghebatkan, memampukan, mengasah, mempertajam, dan
memperhalus insting juga naluri wawasan keilmuannya.
Untuk pustakawan yang tentunya sehari-hari sudah
bersahabat dengan buku, tidak cukup berhenti di situ. Ia pun
harus punya kebiasaan membaca buku-buku yang telah
digunakan teman setianya. Jangan hanya berhentilah pada
tataran mengoleksi, walau hal ini adalah bagus, karena mungkin
saja karena kesibukan belum digunakan untuk membacanya.

Mereka yang Sukses dengan Buku


Jika kita menengok sejarah para tokoh berjasa di Indonesia
adalah kaum muda terpelajar. Inspirasi dan ide yang muncul di
kepala mereka datangnya antara lain berasal dari pemikiran
dalam buku-buku yang mereka baca. Misalnya Ir. Soekarno dan
Bung Hatta, yang kejeniusannya terkenal di seluruh dunia
adalah tokoh-tokoh yang dikenal gemar membaca buku.
Ir. Soekarno, Bapak Proklamator Kemerdekaan Indonesia
yang sekaligus merupakan Presiden Pertama RI ini gemar
membaca buku sejak muda. Ketika anak-anak yang lain
bermain, Bung Karno justru mengejar ilmu pengetahuan

14
disamping pelajaran sekolah. Bagi Bung Karno, membaca bisa
membuatnya seperti bertemu dengan orang-orang besar dan
mendengarkan pemikiran-pemikiran mereka. Melalui
membaca, beliau bisa berbicara secara mental dengan Thomas
Jefferson (penulis Declaration of Independence), George
Washington (Presiden AS pertama), Paul Reverve, Gladstone,
Mazzini Cavour, Garibaldi, Frederich Engels, Jean Jacques
Rousseau, Aristide Briand dan Jean Jaures ahli pidato terbesar
dalam sejarah Perancis.
Kesukaannya membaca itulah yang mengantarkannya
menjadi pejuang nasional. Ketika kesadaran itu mulai muncul,
Soekarno mulai menerapkan apa-apa yang telah dibaca.
Pemikirannya akhirnya menyadarkan Soekarno menjadi
seorang nasionalis yang menyala-nyala dan mendirikan Tri Koro
Dharmo.
Bung Hatta, sosok proklamator yang satu ini tidak bisa
dilepaskan dari buku. Bahkan mas kimpoinya untuk istrinya Dia
dikenal akan hobinya membaca dan mengoleksi buku sejak
umur 17 tahun. Koleksi buku Bung Hatta banyak berbahasa
asing seperti Inggris, Belanda, Perancis dan Jerman. Itulah
sebabnya, Bung Hatta menguasai empat bahasa tersebut. Hal ini
diungkapkan oleh anak tertuanya, Meutia Hatta.
Selain membaca, Bung Hatta mengamalkan pengetahuan
dan pemikirannya melalui menulis. Sehari-hari beliau membaca
dan menulis selama enam hingga delapan jam per hari. Tercatat
sudah 42 yang diterbitkan beliau. Diantara hasil tulisannya,
sebuah buku tentang filsafat berjudul Alam Pikiran Yunani
kemudian menjadi mas kimpoi pernikahannya dengan Rahmi
Rachim.
Dari dua tokoh-tokoh Indonesia yang berjasa bagi
kemajuan bangsa, mereka sudah membuktikan bahwa melalui
membaca buku seseorang bisa berimajinasi seluas-luasnya,
berpikir kritis, sehingga mengantarkannya jadi orang yang
berguna bagi bangsa dan negara.
15
Mereka yang gemar membaca buku dan meraih sukses
tersebut, tentunya mereka memiliki karakter sebagai orang-
orang sukses. Seperti halnya mereka mampu meluangkan
waktu dengan bijak. Mereka mungkin cuma punya waktu 20
menit sebelum harus melakukan kegiatan lain, tapi bukannya
mereka menganggap “cuma punya waktu 20 menit” yang tidak
bisa dibuat untuk melakukan apapun, mereka akan
menghabiskan 20 menit tersebut untuk membaca. Orang-orang
sukses menganggap waktu mereka sangat berharga, dan akan
memanfaatkan setiap kesempatan untuk belajar sesuatu yang
baru. Seorang yang gemar membaca menyadari bahwa waktu 5
menit waktu yang terbuang setiap hari selama setahun, sama
dengan membuang peluang untuk membaca selama 24 jam.
Juga mereka memiliki kemampuan menulis dan berbicara
yang luar biasa. Tidaklah mengherankan bahwa orator terbesar
dalam sejarah manusia semuanya kutu buku. Orang-orang
sukses mengambil inspirasi dari apa yang dibacanya dan
membangun karakter pribadinya, serta memanfaatkan inspirasi
ini sebagai penyemangat perjuangan mereka. Dari
Demosthenes, Lincoln, Nelson Mandela hingga Sukarno, mereka
adalah orang-orang yang tetap dikenang dalam sejarah dan
memiliki pemikiran luar biasa yang menginspirasi banyak
orang.
Juga ingatan mereka tajam. Semakin banyak kita membaca
dan belajar, semakin mudah untuk mengingat informasi. Orang-
orang sukses tidak percaya mitos konyol yang menyebut bila
anda belajar sesuatu yang baru maka yang lama akan hilang
keluar dari otak. Yang mereka tahu hanya belajar dan terus
belajar hingga tanpa mereka sadari, mereka memiliki wawasan
yang begitu luas.
Dan yang terpenting mereka yang suka baca membuat
otak mereka tetap segar. Seorang pembaca ulung tahu bahwa
otak ibarat otot yang perlu dilatih. Sama seperti berlatih di gym
untuk membesarkan dan menguatkan otot tubuh, membaca

16
dapat membuat pikiran dan ingatan anda menjadi kuat. Orang-
orang sukses melatih pikiran mereka dengan membaca atau
dengan metode lain seperti mengisi teka teki silang dan
permainan asah otak lainnya. Orang-orang sukses biasanya akan
selalu tertantang untuk mengatasi dan memecahkan setiap
masalah, yang pada gilirannya akan meningkatkan kemampuan
berpikir mereka. Mereka orang-orang sukses selalu menghargai
setiap menit waktu mereka, dan bahkan pada saat-saat paling
santaipun, mereka masih memilih untuk membaca.
Selamat Hari Buku Sedunia. Jadikanlah buku sebagai
sahabat terbaik kita, sehat dan sukses selalu untuk kita semua.
Aamiiin.

Dr. Ahmad Syawqi, S.Ag, S.IPI, M.Pd.I. Lahir di Banjarmasin,


12 Januari 1976. Saya adalah Pustakawan dan Dosen Luar Biasa
di UIN Antasari Banjarmasin Jurusan Ilmu Perpustakaan
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Antasari. Pendidikan
terakhir saya S3 Pendidikan Islam UIN Antasari lulus tahun
2018. Penghargaan yang pernah diraih adalah Penulis Terbaik 2
Nasional pada Inkubator Literasi Nasional oleh Perpustakaan
Nasional RI tahun 2020, Pustakawan Berpretasi Terbaik 2
ASEAN Peraih Award Silver pada Congress of Southeast Asian
Librarians (CONSAL) Outstanding Librarian Award di Myanmar
tahun 2018; Dosen Luar biasa terbaik Jurusan Ilmu Perpustakaan
dan Informasi Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN
Antasari Banjarmasin tahun 2017–sekarang. Kontak saya
HP/WA 085105619007, email: a.syawqi76@gmail.com

17
Memilih Teman Duduk

… Anisa Vristi Rahayu …

Siapa teman dudukmu saat ini? Apa dia adalah teman


yang tidak pernah menipumu? Atau tidak pernah memujimu
dan menyakitimu? Jika jawabanmu iya, maka teman dudukmu
pasti sama denganku.
Indonesia dikatakan menjadi negara yang produktif dalam
menulis buku, tapi apa negara ini juga menjadi negara dengan
minat baca yang tinggi?
Kerap sekali saya temui orang-orang atau masyarakat
yang enggan untuk membeli sebuah buku. Ketika saya mencari
tau ternyata alasannya karena tidak ada waktu untuk
membacanya. Saya jadi bertanya-tanya, sebenarnya seperti apa
buku dimata masyarakat itu?
Apakah buku menjadi benda tabu untuk dimiliki atau
menjadi barang yang tidak menarik dan membosankan untuk
didekati?. Kalau sudah begitu, jangankan membeli buku untuk
dibaca, meminjam buku di perpustakaan yang gratis saja pasti
enggan dilakukan.
Beberapa orang yang saya temui mengganggap buku
menjadi sesuatu yang membosankan, apalagi jika buku itu tebal,
pikirannya pasti sudah macam-macam. Mulai dari yang sudah
“eneg” karena ketebalannya yang membuat waktu membaca
buku itu semakin lama sampai keukurannya yang besar dan
berat.
Dulu, saya pernah bercerita pada beberapa kawan bahwa
kebiasaan saya ketika bosan dengan skripsi, dosen dan yang
lainnya adalah dengan pergi ke perpustakaan untuk
18
menenangkan diri karena bau buku itu nyaman, detik itu pula
mereka yang mendengarkan cerita saya ini menggeleng-
gelengkan kepalanya. Kok bisa bosan malah mojok ke
perpustakaan katanya, dan saya hanya tertawa. Bagi saya buku
adalah teman terbaik.
Saya mengenal buku sejak lama, mungkin sejak duduk di
bangku sekolah dasar, saya masih ingat buku yang sering saya
baca adalah buku lagu-lagu nasional dan lagu daerah. Saat ini,
sangat terasa perbedaannya, jika dulu saya mengal lagu-lagu
nasional beserta penciptanya dari buku dan kemudian tertarik
dengan bagaimana cara menyanyikannya, tapi banyak anak
sekolah dasar sekarang yang kurang mengetahuinya, bahkan
tidak hafal lirik lagunya. Tapi justru hafal dengan lagu-lagu
kekinian.
Saya melihat begitu besar perbedaannya, jika anak dulu
suka membaca buku Bobo dengan berbagai macam cerita anak
di dalamnya, sekarang lebih banyak anak yang tertarik untuk
melihat video-video dari gawai mereka masing-masing.
Dari orang-orang yang seusia sayapun, nampak sekali
perbedaan ketika saya masih duduk dibangku SMP hingga saya
kuliah dan bekerja. Rasanya melihat orang menikmati sebuah
buku menjadi suatu hal yang jarang ditemui. Dulu, ketika saya
masih mengenakan seragam putih biru, hampir setiap istirahat
tiba perpustakaan menjadi tempat terpadat kedua setelah kantin
sekolah, ramai sekali, bahkan hingga berdesak-desakkan,
mengantri untuk meminjam dan mengembalikan buku, dan
bahkan membuat daftar tunggu dari buku-buku best seller.
Tapi, semakin kesini banyak saya temuai lembar daftar
pinjam yang tertempel di halaman terakhir sebuah buku kosong,
tak ada yang pernah meminjamnya. Miris sekali bukan? Apa
jadinya jika generasi pecinta buku semakin berkurang? Padahal
buku adalah pegangan dalam berbagai aspek kehidupan.

19
Banyak sekali yang bisa kita dapatkan dari sana. Pernah
dengar “Buku adalah jendela dunia?” jika pernah maka itu
memang benar adanya, sebuah buku bisa membawa kita
berkeliling dunia tanpa harus merogoh kocek yang dalam.
Cukup bermodalkan waktu, buku dan secangkir kopi misalnya.
Bagi saya, buku adalah tempat belajar terlengkap dan
ternyaman, tinggal pilih saja hal apa yang akan dipelajari.
Budaya, teknologi, bahasa bahkan makna kehidupanpun dapat
kita pelajari darinya. Belajar dari buku tentang arti memahami
orang lain, tentang menghargai orang lain, tentang mencintai
diri sendiri, tentang ilmu-ilmu lain, nama bunga, negara, bahkan
cinta bisa kita rasakan saat membaca buku.
Bukankah itu hal yang ajaib? Buku bisa merangkum semua
hal yang ada di bumi. Buku yang berisi tulisan-tulisan anak
manusia itu juga mengambil peran dalam membuat mindset
seseorang menjadi lebih baik, lebih positif karena buku bisa
merubah dunia. Tentu saja tulisan-tulisan dari penulis yang baik
berperan didalamnya, katakanlah seseorang yang termotivasi
menjadi pengusaha karena membaca kisah inspiratif dari sebuah
buku. Atau, saya sendiri yang juga ingin mengambil peran
dalam memperbaiki pola pikir negative manusia menjadi lebih
positif melalui tulisan-tulisan saya yang ingin saya wujudkan
dalam sebuah buku yang penuh akan makna.
Tak hanya itu, menikmati buku rasanya seperti kembali
pulang, jika itu buku fiksi maka alam imajinasi kita akan diajak
menari dan berlari membayangkan setiap peristiwa yang
digambarkan dalam tulisan yang kit abaca, dan dari situ pula
kemampuan berpikir kita diasah. Kita bisa menjadi lebih kreatif
dan inovatif, dengan perbendaharaan kata yang semakin banyak
karena buku tadi.
Hebat kan? Buku bisa merubah dunia, itu yang saya
rasakan. Buku adalah sumber ilmu, buku juga adalah guru bagi
setiap orang yang membacanya, karena disetiap tulisan dari

20
sebuah buku pasti memiliki pesan disampaikannya. Apapun
jenis bukunya, fiksi maupun nonfiksi.
Sebagai generasi bangsa yang juga menentukan masa
depan bangsa dan masa depan diri sendiri, tidak ada salahnya
jika buku dijadikan sebagai teman kita, tidak ada salahnya jika
buku menjadi tempat singgah kita dikala lelah melanda, karena
membaca buku itu menyenangkan. Jangan takut jika dicap kutu
buku karena itu bukan hal valid yang bermakna negatif, buku
adalah jendela ilmu, buku adalah jendela dunia. Pilihlah buku
terbaik verisimu maka kamu akan menemukan nikmatnya
berteman pada buku yang akan berguna bagi dirimu dan juga
hidupmu. Karena buku adalah teman duduk terbaik yang harus
kita temui.

Anisa Vristi Rahayu adalah seorang tenaga pendidik disalah


satu SMA Negeri di Jawa Tengah yaitu SMAN 1 Limbagan.
Perempuan kelahiran Magelang ini tinggal di salah satu desa di
Kabupaten Kendal, tepatnya di Desa Bebengan, kecamatan Boja.
Kalian bisa menghubunginya melalui WA di nomor
085642598352 atau melalui email di anisavristi9@gmail.com dan
bisa lebih mengenalnya melalui akaun Instragram di @avrahayu.
Isinya mungkin tidak semenarik postingan orang lain yang
penuh kemewahan dan keestetikan, tapi kalian akan mendapat
asupan energi positif darinya, tak banyak tapi insyaallah
bermanfaat. Menyebarkan kebaikan dan positif vibes adalah
motonya dalam menulis.

21
Dari Buku Bacaan bingga Buku Digital

… Astono …

Hari-hari mimpi berkeinginan mendirikan taman bacaan


sangat mengusik pikiran. Berawal dari ditugaskannya
mengunjungi undangan dari perpustakaan daerah guna
mengikuti kegiatan bersama orang-orang penggiat literasi.
Dalam jeda waktu, para penggiat literasi mengungkapkan
pengalaman mengelola taman bacaan di masyarakat. Tidak
sedikit yang menyampaikan diawal rintisan pendirian sarat
tantangan, kesemuanya serba terbatas seperti koleksi yang
dimiliki, rak buku, hingga peminat baca yang datang bagai
letupan jagung bakar satu-satu. Bahkan ada pula yang
mengutarakan pemberian bantuan berupa koleksi maupun non
koleksi juga banyak serta variatif bentuknya. Suatu bentuk
kegigihan perjuangan dari para penggiat literasi yang ingin
berbuat guna mencerdaskan penerus bangsa.

Anak-anak adalah penerus bangsa yang masih sangat


membutuhkan tempat bermain ataupun membaca yang berada
di lingkungan luar sekolah. Keberadaan taman bacaan di
masyarakat sangat membantu sebagai penyedia informasi serta
sekaligus menjadi sumber belajar sehingga anak-anak tetap mau
membaca. Derasnya teknologi informasi digital tidak saja
merambah orang dewasa namun juga sudah sangat familiar bagi
anak-anak. Apalagi di tengah kondisi pandemi covid 19 yang
memaksa seluruh sendi kehidupan menjadi terdampak.

22
Interaktif sosial berubah sedemikian rupa, masyarakat
dikejutkan oleh pembiasaan-pembiasaan wajib mematuhi
protokol kesehatan. Pembatasan Nasional yang diberlakukan
Pemerintah memaksa semua orang mematuhinya, berdiam diri
di rumah sambil bekerja dan/atau belajar dari rumah. Perubahan
baru di mulai juga terjadi dalam aktivitas pendidikan yang
semula anak-anak belajar dalam kelas beralih belajar dalam
rumah bersama keluarga. Anak-anak semula bermain,
berinteraksi, serta belajar secara tatap muka berganti
menggunakan sarana digital (Daring).

Nasihat, bimbingan serta belajar bagi peserta didik misal,


menjadi tanggung jawab orang tua saat berada di rumah. Nyaris
selama kurun waktu satu tahun bahkan lebih adalah bukanlah
waktu sesaat semua aktivitas dilakukan berada dalam rumah.
Sehingga kegiatan belajar dan bekerja dari rumah dan mulai
dirasakan mengalami kejenuhan. Tidak dapat dihindari era
digitalisasi merambah aspek kehidupan seseorang serta merta
dibutuhkan penyesuaian-penyasuaian, seperti kemunculan
industri rumahan makin ditekuni, skill yang semula terpendam
muncul karena keterpaksaan, ide-ide imajinatif maupun inovatif
bermunculan. Demikian halnya aspek kegiatan ekonomi, sosial,
juga pendidikan harus mampu bergerak dipaksa guna
memanfaatkan tehnologi digital. Dalam dunia pendidikan
Pembelajaran daring telah dilakukan semua guru, buku paket
memang ada yang menjadi pegangan siswa tapi entah berapa
banyak yang digunakan sebagai referensinya. Melengkapi
kebutuhan seseorang bertebaran jenis platform menyiapkan
berbagai informasi yang diperlukan ketika menemui kesulitan.
Sehingga memungkinkan seseorang tidak banyak beranjak dari
tempat duduknya semua informasi tersedia dan tinggal

23
kemahiran guna mendapatkan yang diinginkan seolah
dimanjakan oleh tehnologi. Dan memang tidak dapat dipungkiri
dengan tehnologi sesuatu yang membantu seseorang dalam
membuat, mengubah, menyimpan, mengomunikasikan atau
juga menyebarkan informasi secara masif.

Ironis tentu saja jika para penggiat literasi berupaya


menggairahkan taman-taman bacaan yang terdapat di
masyarakat. Agar menjadi sarana komunikasi langsung
dan/atau tidak langsung. Namun, kehadiran tehnologi seakan
memberi efek terhadap interaksi antar seseorang yang pada
akhirnya memunculkan komunikasi terabaikan secara fisik
(langsung). Padahal membangun komunikasi baik secara
langsung atau tidak langsung sangat strategis serta efektif dalam
menentukan keberhasilan sesuatu, seperti halnya para peserta
didik dalam menerima pembelajaran misal. Sehingga
komunikasi dapat diartikan suatu proses penyampaian terhadap
gagasan atau ide yang dapat memberi arti. Pemahaman ini
menempatkan tiga komponen yakni ada pengirim, pesan, dan
penerima pesan pada posisi seimbang yang pada akhirnya pesan
(informasi) memiliki makna.

Komunikasi langsung sangat dimungkinkan terjadi


hubungan diantara sesama manusia selaku mahluk sosial,
berbeda halnya antara pembaca dengan bacaan yang di baca bisa
juga diartikan melakukan komunikasi secara tidak langsung.
Pada saatnya akan berkembang pemikiran apakah hal tersebut
(bacaan) menjadi efektif ketika gelombang informasi tehnologi
modern berkembang pesat. Artinya keberadaan taman bacaan
dengan berbagai koleksi buku-buku akankah terancam dengan
kemunculan buku-buku elektronik sehingga beralih fungsi
menjadi tempat penimbunan buku, menjadi pemikiran bersama.

24
Sumber-sumber informasi telah tersedia dapat ditemui di
berbagai tempat, perpustakaan, taman bacaan, sudut baca pada
fasilitas umum bahkan melalui elektronik buku. Dimaksudkan
agar masyarakat secara mudah mengakses informasi yang
diperlukan selain itu juga mendidik supaya gemar membaca.
Gerakan nasional orang tua membacakan buku (gernasbaku)
yang digaungkan bertujuan satu diantaranya membiasakan
gemar membaca sejak dini. Orang tua memiliki kewajiban
membacakan pada putra-putrinya meski dalam waktu yang
terbatas. Anak merasa menjadi bagian dari Ibu dan/atau Bapak
ketika dibacakan buku. Apalagi pada usia dini sebagai momen
pembentukan dan perkembangan karakter butuh sosok orang
yang dikaguminya, orang tua yang selalu berada disampingnya
selaku pelindung, pengayom, sekaligus penunjuk kehidupan.
Jika yang dibacakan adalah pengalaman hidup sendiri kepada
anak dan dilakukan setiap hari tentu makin utuh pembentukan
kepribadian diri anak.

Ada kalanya masih ditemui para orang tua tidak memiliki


waktu membacakan buku kepada anak-anak secara rutin dan itu
banyak di sekitaran kita. Padahal menurut hasil studi
menunjukkan bahwa fungsi membaca memberi manfaat positif
bagi pembacanya. Menghilangkan stres juga bagian fungsi
positif membaca, untuk meniadakannya yang dilakukan bisa
dengan membaca buku-buku terutama hal-hal yang
menggembirakan serta inspiratif. Selain itu membaca setiap hari
juga mampu mengurangi percepatan terjadinya alzheimer dan
demensia. Diakibatkan stimulasi mental terjaga, otak tetap
bekerja dan aktif serta tidak mudah menjadi kehilangan ingatan.
Banyak sekali manfaat lain dengan membaca menambah
referensi kosa kata, mampu menyusun buku, dan pengetahuan.

25
Kemunculan buku-buku elektronik saat ini merupakan
efek terjadinya pandemi covid 19 membuat sejarah peradaban
baru bagi manusia. Tidak butuh waktu lama hanya hitungan
tahun para pekerja dan pelajar dituntut menggunakan IT dalam
melakukan aktivitas. Berbagai informasi secara cepat tersedia
dengan kemajuan teknologi. Peradaban menggunakan teknologi
tersebar dalam masyarakat secara masif. Generasi milenial
selamat datang pada era dimana serba canggih (elektronik).
Peggunaan buku elektronik kian digemari mereka generasi
milenial mudah dibawa kemana-mana juga cepat jika
memerlukan informasi di tempat manapun. Bahkan
keseluruhan informasi tersimpan secara digital dalam wujud
teks ataupun bentuk lain pdf, misal. Berbeda halnya dengan
buku (konvensional) yang terdiri sekumpulan informasi
menggunakan kumpulan kertas-kertas. Tidak bisa disejajarkan
buku bacaan versus buku bacaan elektronik, memiliki
karakteristik yang berlawanan kutub. Kemajuan teknologi boleh
melesat dalam menyediakan berbagai informasi secara digital
dengan segala keunggulan. Meski punya fungsi yang tidak
berbeda, tapi buku konvensional merupakan seni hasil daya
cipta, karsa juga penuh rasa dari penulis. Salam literasi.

Astono, lahir di Sidoarjo Jawa Timur. Saat ini masih aktif di


Dinas Pendidikan Kabupaten Jember serta bertempat tinggal di
Perumnas, Patrang – Jember.

26
Kisah Sopir Bis di Masa Pandemi

… Agus Wijayati …

Saat ini banyak kisah sedih sedang melanda dunia, yang


tak asing lagi di telinga kita adalah merebaknya virus yang
terkenal dengan covid 19. meski saat ini banyak yang melakukan
gerakan #DiRumahAja, tapi masih ada orang-orang yang tetap
bekerja seperti biasa. Mereka seolah tak mengenal waktu,
tempat, dan situasi saat ini yang sedang di tengah pandemi virus
corona alias COVID-19. Salah seorang di antara pejuang itu
bernama Yudi. Meskipun sudah berumur setengah abad lebih,
karena tanggung jawab yang dipikulnya sebagai kepala rumah
tangga, dia tetap berusaha menjalankan tugas sehari-hari yaitu
mencari nafkah. Profesi Pak yudi sebagai sopir bis pariwisata.
Namun saat ini sepi jarang orang yang menyewa bisnya. Karena
ada larangan untuk mengunjungi tempat-tempat pariwisata
terkait virus Covid 19.

Pada suatu hari pak Yudi berpikir untuk alih profesi


menjadi pengepul barang bekas, dia pergi ke temannya yang
bernama pak Maksum yang usahanya sudah berkembang dalam
mengepul barang bekas. Pak Yudi mau belajar dari temannya
itu.

Pak Yudi berembuk dengan istrinya untuk mencoba


usaha baru agar kehidupan keluarganya tetap berlangsung.
Istrinya setuju dengan rencana pak Yudi. Akhirnya mulailah pak

27
Yudi menjalankan usaha baru mengepul barang bekas, dengan
modal yang pas pasan.

Perlahan namun pasti, usaha baru pak Yudi ini mulai


dikenal orang, khususnya tukang pencari barang rongsokan.
Usahanya mulai ada kemajuan, meskipun pak Yudi harus
berjuang keras untuk mengenal lebih jauh dalam bidang usaha
barunya ini. Seorang pedagang harus ekstra hati-hati dan jeli
dalam menanganinya. Untung rugi harus benar-benar
diperhitungkan, apalagi di masa pandemi ini kondisi keuangan
masyarakat lagi tidak stabil.

Pada suatu hari ada seorang penjual barang bekas datang


ke tempat pak Yudi menawarkan barang bekas yang ia
kumpulkan di rumahnya. Pak yudi langsung membelinya dan
ditampung dulu sebelum disetorkan ke pabrik. Setelah cukup 1
truk baru dikirim.

Setelah beberapa hari mengumpulkan barang bekas dan


cukup untuk dijual di pabrik, maka berangkatlah pak Yudi.
Sesampainya di pabrik ternyata harga turun, maka rugilah pak
yudi pada hari itu. Kejadian itu bisa dibuatlah pelajaran agar
selanjutnya tidak merugi.

Besok harinya pak Yudi turun sendiri ke pasar-pasar


untuk mencari barang bekas, maka didapatlah di sebuah toko
kue pemiliknya minta harga sesuai standar. Lumayan banyak
kerdus bekas di took kue tersebut. Ada sekitar 500 kg dan hari
itu merupakan berkah bagi pak Yudi. Langsung kerdus tersebut
disetorkan ke pabrik tanpa ditampung dulu di rumahnya.
Lumayan buat pengganti kerugian di minggu kemaren, kata pak
Yudi.

28
Pak yudi mulai memahami politik jual beli barang bekas.
Tidak mudah memang, harus banyak mencari tahu naik
turunnya harga barang di pasaran. Kehidupan pak Yudi mulai
ada peningkatan. Daya jual barang bekasnya tambah banyak,
dan membutuhkan tambahan modal agar bisa mencapai target.

Pak Yudi mulai mengambil pinjaman di Bank, dengan


tujuan agar usahanya lebih meningkat. Manusia hanya bisa
merencanakan, namun semua dikembalikan kepada sang
Pemberi Rejeki. Pak Yudi mulai lagi menampung barang bekas
dengan segala macam barang bekas, baik besi tua maupun
kerdus bekas. Kali ini dengan jumlah yang lebih banyak karena
modalnya sudah bertambah. Ternyata setelah dijual ke pabrik
harga menjadi anjlok, turun drastis. Mungkin pak Yudi salah
perhitungan, sehingga mengalami kerugian yang cukup banyak.
Dengan kejadian ini pak Yudi jatuh sakit memikirkan bagaimana
bisa bayar angsuran Bank kalau selalu mengalami kerugian.

Pak Yudi sudah berusia 53 tahun, usia yang sudah tidak


muda lagi dan rentan dengan segala macam penyakit, apalagi
pak Yudi memiliki riwayat diabetes dan darah tinggi. Sejak
itulah pak Yudi vakum dalam usahanya dan meninggalkan
hutang di Bank. Rencana awal dengan beralih profesi dari sopir
bis menjadi penampung barang bekas untuk menambah baik
ekonominya, bahkan lebih parah.

Kondisi pak Yudi ini terdengar ke teman-temannya di


masa SMA dulu, maka beberapa teman SMA pak Yudi datang
dan menjenguk untuk memberi semangat dan sedikit bantuan.
Kehadiran teman-teman SMA nya ini membuat pak Yudi sedikit
terhibur. Penyakitnya mulai ada perkembangan untuk sembuh.
Meskipun belum sembuh betul pak yudi mulai bergabung
dengan teman-teman SMA nya. Saling kunjung ke rumah
29
masing-masing. Bentuk keakraban dan kekeluargaan inilah
membantu pak yudi untuk bangkit dari keterpurukannya.
Karena sebaga kepala keluarga masih memiliki tanggung jawab
untuk menghidupai keluarganya. Untuk biaya sekolah anak-
anaknya.

Disinilah pentingnya bentuk kekeluargaan bagi kita


sebagai mahluk sosial. Kekeluargaan dan bentuk sosial sangat
membantu kehidupan seseorang yang sangat membutuhkan
pertolongan. Baik itu bantuk moril maupun spiritual.

Agus Wijayati, S.Pd.AUD.,M.Pd, lahir di Bondowoso pada


tanggal 19 Agustus 1969. Saat ini bekerja sebagai pengelola TK
Dharma Wanita Persatuan I Nguling yang terletak di sebuah
Kecamatan Nguling Kab. Pasuruan. Istri dari Mochammad
Fauzi ini dikaruniai seorang putri bernama Fajrin Ilmiyah yang
sudah bekerja di sebuah Rumah Sakit (RS) Swasta di daerah
Pandaan Kab. Pasuruan. Tinggal di Desa Nguling Kabupaten
Pasuruan. Beberapa karya yang sudah terbit antara lain Kisah
Kehidupan Guru Terpencil dan Sisi Kehidupan Penghuni Hutan
Mangrove.

30
Buku dan Masa Depan yang Lebih Bahagia

… Budi Cahyadi …

Buku adalah jendela ilmu pengetahuan merupakan


ungkapan dimana dengan membaca buku dapat membuka
wawasan dan ilmu pengetahuan yang luas. Membaca buku
adalah salah cara dari berbagai cara atau metode untuk mencari
ilmu guna mengisi hidup kearah masa depan yang lebih baik.
Dengan buku atau dengan membaca buku sangat banyak
manfaat yang kita dapat diantaranya memperluas wawasan,
meningkatkan motivasi hidup, meberikan contoh penyelesaian
masalah, dan meningkatkan rasa empati.

Membaca buku bukan rutinitas kesukaan beberapa orang.


Mau membaca buku saja sudah merupakan keberuntungan.
Untuk memulai rutinitas membaca, salah satunya adalah
dengan memilih buku yang menarik perhatian kita dan coba
dibaca dengan memperhatikan apa yang menjadi pembahasan
buku yang kita baca. Dengan membaca buku dan mencoba
mengerti apa yang diuraikan dalam buku tersebut dan dicoba
untuk menerapkannya teori-tieori yang terdapat didalamnya
maka wawasan dan ilmu pengetahun sudah pasti akan di raih.
Informasi dalam buku dapat dibaca dan dipelajari tanpa batas
waktu dan tempat. Kapan saja dan dimana saja yang kita
hendaki asal tersedia sarana dan prasarana yang memadai.
Informasi dalam buku yang kita baca dapat dipelajari sesuai

31
dengan kecepatan membaca dan memahami informasi di dalam
buku. Dengan mengetahui secara tepat informasi yang
diperlukan, mukin tidak perlu membaca bagian-bagian yang
tidak relevan, akan tetapi langsung memilih bagian bagian
tertentu sesuai dengan informasi yang kita perlukan.

Buku merupakan sumber informasi yang efisien, dapat


dimanfaatkan oleh banyak pemakai dan dapat dipindahkan dari
seorang pemakai kepada pemakai lain. Buku yang sama di
perpustakaan dapat dibaca dan dipinjam oleh banyak pemakai
dengan jasa perpustakaan dengan berbagai aturan yang harus
ditaati oleh pemakai. Sudah tidak terhitung jumlahnya orang
yang sudah memanfaatkan buku-buku tua yang mengandung
informasi yang bermutu atau sejarah. Walaupun berkali kali
dibaca dan dipelajari banyak orang, isi buku atau informasi
didalamnya tidak akan hilang. Sehingga buku merupakan
sumber informasi yang efien dan murah.

Buku berbeda dengan media elektronik pada umumnya.


Buku dapa dibaca tanpa ketergantungan pada sumber daya
seperti tenaga listrik dan baterai. Dengan demikian buku dapat
dipelajari di tempat-tempat yang belum terjangkau tenaga listrik
seperti di daerah pedesaan yang belum tersentuh aliran listrik.

Buku menurut kamus Besar Bahasa Indonesia Balai


Pustaka adalah lembar kerja yang berjilid, berisi tulisan atau
kosong. Sedangkan menurut Oxpord Diktionary, buku adalah
hasil karyang yang ditulis atau dicetak dengan halaman-
halaman yang dijilid pada sisi atau hasil karya yang ditunjukan
untuk penerbitan. Pengertian ini sangat sederhana dan umum
tetapi secara khusus menyatakan bahan, susunan, dan isi buku.

32
Bahan buku adalah susunan kertas baik yang berisi tulisan
maupun kosong yang di sususun dan diberi jilid.

Dalam arti luas buku mencakup semua tulisan dan gambar


yang ditulis dan dilukis atas segalam macam lembaran papirus,
lontar, perkamen, dan kertas dengan segala bentuk dan
ukurannya, seperti gulungan, dilubangi dan diikat dengan
dijilid muka dan belakangnya, baik dengan kulit, kain, karton,
plastik kayu dan banyak lagi yang lainnya. Sedang isi buku
memuat informasi dalam bentuk tulisan atau gambar, grafik
maupun tabel.

Secara singkat pengertian buku adalah kumpulan


informasi yang disudun sesuai kaidah-kaidah yang telah
ditentukan oleh aturan-aturan yang dibuat oleh oroang-orang
yang berkecimpung dalam dunia perbukuan, baik itu penulis,
pengarang, dan penerbit. Gabaran sebuah buku yang baik di
dalam isi buku harus tercantum Judul buku, pengarang atau
penulis, penerbit, kota terbit, tahun terbit, dan kolasi. Kolasi
adalah gambaran buku mulai dari jumlah halam, gambar, tabel
grafik, dan tinggi buku (xvi, 250 hlm.; gbr., tbl., grf.; 23 cm.).

Dua dekade belakangan ini ilmu pengetahuan dan


teknologi belah memacu perkembangan dan kemajuan
teknologi informasi dan teknologi komunikasi secara cepat,
sehingga berbagai bentuk informasi dapat disampaikan dan
disajikan dari jarak jauh secara cepat, tepat, lebih menarik dan
relatif murah. Kemajuan teknologi informasi dapat
dimanfaatkan dalam proses pendidikan dan pembelajaran di
lembaga-lembaga pendidikan melalui berbagai jenis media
pandang dengar (audiovisual media) dan metode-metode lainnya.
Dibandung dengan pembelajaran lain, buku memili keunggulan

33
spesifik yang dapat dikatagorikan dalam isi buku, manfaat
buku, dan harga buku.

Isi buku

Buku dapat dipakai untuk berbagai jenis informasi atau kajian,


fiksi, fiksi ilmiah atau non fiksi, untuk keperluan hiburan. Untuk
memperjelas dan membuat lebih menarik, informasi dapat
disajikan dalam bentuk narasi/deskriptif, ilustrasi (gambar,
gerafik, dan tabel), atau gagungan berbagai bentuk. Isi buku bisa
dimanfaatkan unutuk pembelajaran untuk mengetahui
keseluruhan bahan yang dipelajari secara terurut dan terstruktur
dan dapat dilihat secara jelas.

Pemanfaatan buku

Buku dalam bentuk yang paling sederhana dikenal sebagai


sarana komunikasi dalam ragam tulisan. Sejak buku dirancang
dan dipergunakan sebagi media komunikasi yang dengan
simbol-simbol tersendiri membuat perasaan, pikiran, gagasan,
atau pengetahuan penulisnya untuk disampaikan kepada orang
lain atau untuk dirinya sendiri. Buku juga dipergunakan sebagai
sarana untuk melestarikan dan menyebar luaskan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni. Buku merupakan salah satu
sumber informasi tentan perkembangan budaya manusia sejalan
dengan perkembangan peradaban. Melalui buku pula dapat
dipelajari dan dipahami keadaan masa yang lau dan sekarang
serta dapat dimanfaatkan untuk meamalkan kemungkinan
keadaan di masa yang akan datang.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dikaitkan


dengan proses pembelajaran, buku pada umumnya dan buku
pembelajaran pada khususnya yang berfungsi sebagai salah satu
34
sumber informasi untuk memperluas wawasan, memberi
pengetahuan baru, memperdalam pengetahuan sebelumnya,
memberikan inspirasi baru dan, medorong untuk
mengembangkan pengetahuan yang sudah dimiliki.

Meraih masa depan menulis buku

Buku adalah jendela ilmu pengetahuna, slogan ini sangat


pamiliar. Kalimat tersebut biasanya ada di dalam buku buku
pembelajara baik di Sekolah Sadar sampai dibuku perguruian
tinggi. Dengan menulis buku maka manfaat yang dapat kita
petik sangatlah banyak. Dan dengan menulis buku maka Insya
Allah masa depan yang lebih baik cepat terlaksana.

Seperti apa yang telah sampaikan dalam makalah “Menata


Kata, Merangkai makna” yang disampaikan dalam webinar oleh
Bapak Abdur Rahim, Senior Editor Kepala Unit Redaksi PT Cita
Intrans Selaras (Intrans Publishing Group). Beliau menyampaikan
bahwa pilar perbukuan setidaknya memiliki empat pilar, yaitu:
Pencipta ide (penulis). Sebuah ide tak akan pernah abadi jika
tidak ditulis. Sedeorang harus mebadikan ide-idenya dengan
menulis. Penerbit, Ide yang ditulis menjadi sebuah naskah purlu
untuk diterbitkan dalam bentuk buku. Pembaca, Ide atau
gagasan yang sudah menjadi buku, dimaksudkan agar dapat
dibaca oleh orang banyak. Distributor, Agar dapat diakses oleh
pembaca luas, buku harus didistribusikan oleh distributor.
Distributor bisa terdiri dari pihak swasta maupun pemerintah.

Dengan mengacu pada empat pilar perbukuan maka yang


ditulis bapak Abdur Rahim, penulis berkeyakian untuk
mencapai masa depan yang sesuai mimpi, diperlukan
perjuangan yang keras. Kegagalan dan hambatan lain terkadang

35
membuat diri kita terpuruk. Kesuksesan selalu diawali dengan
perjuangan dan semangat tanpa lelah. Mengeluh bukan solusi
untuk menghadapi rintangan menuju masa depan.

Dengan menulis buku atau tulisan apa saja yang sesuai


dengan kebutuhan masyarakan dan tidak menyimpang dari
kaidah kaidah atau aturan aturan yang sudah ada dimasyarakat,
Insya Allah merahi masa depat yang lebih baik sebagai penulis
akan cepat terwujud.

Demikian tulisan ini pertama kali saya buat, mudah-


mudahan bermanfaat bagi diri saya sendiri dan yang
membacanya pada umumnya. Tulisan yang singkat ini sangat
jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran sangat penulis
harapkan.

Budi Cahyadi, lahir di Bandung pada 23 Juni 1966. Bekerja


sebagai pustakawan di Perpustakaan Program Studi Teknik
Kimia Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Bandung.
Tinggal di Jalan Sangkuriang RT 05 RW 13 Kelurahan Dago
Kecamatan Coblong Kota Bandung.

36
Buku dan Panggilan Hidup

… Devi Fortuna …

Dalam kisah kehidupan yang aku alami, aku tau bahwa


Tuhan sedang membawaku ke dalam sebuah rencanaNya yang
besar. Pada tahun 2009, keinginanku setelah lulus SMA adalah
segera melanjutkan kuliah di sebuah perguruan tinggi di kota
Salatiga, tapi apa daya, aku tak mungkin memaksa orang tuaku
sebagai single parent untuk dapat menyediakan dana yang
cukup besar agar aku bisa melanjutkan kuliah seperti teman-
temanku yang lain. Ku kesampingkan egoku untuk dapat
melanjutkan kuliah hingga akhirnya aku mendapatkan tawaran
untuk dapat bekerja di sebuah panti asuhan Kristen di kota
Ambarawa. Tak kusangka akhirnya aku ditempatkan di bagian
perpustakaan untuk dapat melayani anak-anak panti asuhan
yang membutuhkan buku-buku bacaan dan buku-buku
pendidikan untuk menunjang sekolah mereka. Aku sangat
senang melayani mereka, selain dapat membantu mereka,
bekerja di sebuah panti asuhan menjadi sebuah pelajaran yang
sangat berharga bagaimana aku harus bisa mengucap syukur
dalam segala hal yang telah aku miliki tanpa harus bersungut-
sungut dan berkeluh kesah karena masih ada banyak orang yang
mungkin tidak bisa sekolah, tidak punya rumah, bahkan tidak
punya orang tua seperti anak-anak panti yang harus tinggal di
sebuah panti asuhan.

37
Setelah 3 tahun aku bekerja di sebuah panti asuhan,
tepatnya pada tahun 2012 aku memutuskan untuk mencari
pengalaman yang baru. Ternyata pengalaman bekerjaku
sebelumnya telah membuatku jatuh cinta pada buku dan
dunianya, dunia yang melahirkan sebuah panggilan hidup yang
sangat kuat dalam diriku untuk dapat berkarya lebih lagi dalam
memahami peran pustakawan yang sesungguhnya.

Kini, 9 tahun sudah kujalani peranku sebagai pustakawan,


memberikan kontribusi nyata, membantu, membimbing dan
mengarahkan pemustaka dalam memanfaatkan buku dan
sumber informasi lainnya. Ku semakin mengerti bahwa
keinginan tak selalu sesuai dengan harapan, keinginanku untuk
segera melanjutkan kuliah setelah lulus SMA mungkin belum
bisa tercapai, tapi rancanganNya jauh lebih indah, dengan
pekerjaanku saat ini aku bisa mendapatkan beasiswa dari
sebuah forum perpustakaan untuk dapat melanjutkan kuliah S1
Perpustakaan sesuai dengan passion yang aku miliki tanpa
harus membebani orang tuaku. Terimakasih Tuhan, aku
semakin yakin dalam dunia yang aku tekuni ada masa depan
dan harapanku tidak akan pernah hilang.

Devi Fortuna, tinggal di Sraten Permai C1 RT. 01 RW. 07, Kel.


Sraten, Kec. Tuntang, Kab. Semarang, Jawa Tengah, 50773. Dapat
korespondensi di 081 226 227 717 (WA), devi.fortuna@gmail.com
(email), dan @devi_fortunaa (IG).

38
Buku, Bagian Pembentuk Peradaban

… Diana Rahmawati …

Membiasakan membaca buku pada seseorang itu tidaklah


semudah membalikkan telapak tangan, tidak bisa instan, butuh
suatu proses yang panjang. Dengan membaca buku akan
mampu membawa seseorang pada suatu pemikiran yang
mungkin berbeda dari sebelumnya. Dengan membaca buku
maka akan banyak informasi-informasi yang kita peroleh yang
mungkin selama ini kita belum mengetahuinya, sehingga kita
akan memiliki wawasan pengetahuan yang lebih tinggi dari
sebelumnya. Membaca buku tentang sesuatu yang kita sukai
beberapa saat saja setelah kita melakukan rutinitas sehari hari
kita, dipercaya mampu merelaksasi ataupun menguarai tingkat
strees kita, menstimulasi otak kita supaya terhindar dari
berbagai penyakit otak seperti Alzeimer dan demensia atau lebih
kita kenal dengan istilah pikun. Banyaknya kata-kata yang kita
baca pada sebuah buku membuat semakin banyaknya kosakata
yang kita miliki. Artinya apa?artinya semakin banyak buku yang
kita baca maka akan sangat membantu kita dalam berkosakata
ketika berbicara maupun menulis. Ini tentunya akan sangat
membantu kita ketika kita berada di tengah tengah masayarakat
maupun ketika kita ingin menghasilkan sebuah karya tulisan.
Begitu pentngnya buku bagi sebuah peradaban masyarakat,
maka kebiasaan membaca buku tetaplah menjadi sebuah
prioritas

39
Terkadang kita mengalami kesulitan saat menginginkan
anak kita ataupun anak didik kita untuk membaca buku. Anak
anak biasa cenderung lebih suka gerak dalam arti aktifitas fisik
seperti bermain. Terkadang kita harus memberi tugas terlebih
dulu kepada anak didik kita untuk sedikit memaksa mereka
untuk memiliki kemauan membaca buku. Tidak apa-apa, ini
bukanlah hal yang buruk, dengan memberi tugas membaca
kemudian menceritakan kembali atau menyimpulkan isi buku
atau bacaan akan mampu membuat si anak atau siswa menjadi
lebih semangat dalam membaca buku. Mungin sesekali kita
perlu juga perlu memberinya apresiasi setelah membaca buku,
apakah itu sebuah pujian ataupun hadiah. Dengan adanya
apresiasi diiharapkan akan membawa si anak ataupun siswa
lebih semangat lagi untuk membaca buku buku yang lain,
karena mereaka akan semakin paham bahwa dengan membaca
buku wawasan dan pengetahuan mereka makin bertambah, juga
membantu mereka lebih mudah dalam berbicara, karena mereka
telah semakin tahu banyaknya kosakata yang mereka miliki dari
aktifitas membaca buku.

Perlunya pembiasaan membaca sebenarnya tidak hanya


pada anak saja tapi pada seluruh lapisan masyarakat kita, mulai
dari anak, remaja, kaum pekerja, kaum buruh, ibu rumahtangga,
karyawan perusahaan semuanya saja, bahkan tidak menutup
kemungkinan pada para orang tua. Di mulai dari diri sendiri,
kemudian kita tularkan kebiasaan suka membaca buku pada
orang orang terdekat kita, kemudian pada masayarakat di
sekitar kita. Untuk bisa mengajak orang lain suka membaca
buku, tentunya kita pun juga harus paham sekiranya buku yang
bagaimana yang disukai. Setiap kalangan masyarakat pasti
memiliki topik kesukaannya sendiri.misalnya kita berada di

40
lingkunagan anak-anak, mungkin buku bacaan yang pas adalah
buku cerita. Di dalam buku cerita tentunya sang penulis pasti
menyelipkan pesan moral ataupun pendidikan karakter yang
terimplisit dalam cerita tersebut. Untuk itu penting kiranya bila
anak anak mebaca buku, para orang tua mendampinginya,
sehingga tidak hanya alur cerita yang menarik yang di dapat,
tetapi orang tua juga bisa membantu memahamkan apa makna
dan pendidikan karakter yang ingin disampaikan dalam cerita
tersebut. Hal ini sangat penting karena akan bisa membatu
membentuk karakter dan kepribadaian anak di masa yang akan
datang.Karena buku diperuntukkan untuk dibaca anak-anak,
tentunya sangat penting di diperhatikan tampilan buku tersebut,
termasuk bahan buku, gambar gambar yang menarik dan
berwarna, untuk bisa menarik perhatian anak dalam mmbaca.

Beda lagi bila buku di peruntukkan untuk kaum remaja,


mungkin dari tampilan cover buku juga di buat sesuai tren anak
muda pada zamannya, termasuk karikatur atau ilustrasi
gambarnya pun juga temanya. Tema-tema tentang anak muda,
semangat, cita cita dan harapan, mungkin akan menjadi pilihan
pas untuk membantu menciptakan kegemaran membaca buku
di dikalangan muda.Pesan pesan moral yang diinginkn
selayaknya juga muncul baik implisit muupun jelas
terlihat.begitupun seterusnya, buku untuk kaum karyawan
pabrik, buruh, praktisi tentu dengan topik yang sesuai.

Sangat pentingnya buku dalam membangun sebuah


peradaban yang maju di sebuah negara, rasanya gerakan untuk
mewujudkan gemar membaca buku di kalangan masyarakat
adalah menjadi tangung jawab bersama. Pemerintah tidak hanya
berprogram, tetapi juga bergerak nyata, melalui segala kebjakan,
anggaran, dan SDM yang dimilikinya, sehingga di harapkan

41
akan tecipta generasi hebat. Dengan memiliki generasin yang
hebat, negara ini tidak hanya menjadi negara berkembang, tetapi
akan segera menjadi negara maju. Sejak tahun 1945 negeri ini
merdeka, sehingga sekarang di tahun 2021, Indonesia masih
tetap sebagai negara berkembang. Entah kapan negeri kita
menjadi negara maju menyusul jepang dan yang lainnya. Bila
dilihat sejarah, Jepang di tahun 1945 mengalami kehancuran
Luar biasa di kota Hiroshima dan Nagasaki akibat letusan BOM
oleh Amerika. Belum lagi Jepang harus menghadapi embargo
dari Amerika, serta efek letusan BOM yaitu Radiasi BOM yang
juga sangat berbahaya bagi kesehatan. Tetapi Jepang sekarang
sudah mampu bangkit dan menjadi Negara yang maju.

Dari sebuah buku banyak hal yang bisa kita atau pembaca
dapatkan. Kita bisa bayangkan sendaianya para pemuda kita
saat lebih suka mebaca buku daripada bermain sosial media,
betapa bayak ilmu yang dimiliki, betapa matang dan tenang pola
pemikiran mereka karena ilmu yang dimiliki begitu luas.
Tentunya ini akan mampu mengurangi jumlah pemuda yang
menganggur, pemuda tawuran, aneka kejahatan yang saat ini
marak seperti pencurian, penipun, seks bebas. Saat ini memang
buku tidak hanya bentuk cetak, di internet pun cukup banyak
tersedia berbagai informasi.Tetapi dengan menggunakan
internet, betul memang sekan dunia ada di genggaman, tetapi
efek iklan positif dan negatif, seringkali menggangu konsentrasi
kita mebaca, akibatnya seringkali kita jadi lupa tujuan awal.
Masih banyak PR bagi kita semua untuk membawa masyarakat
pada kegemaran membaca buku. Semoga segera terwujud
sebuah negeri yang maju, Indonesia Raya, karena para pemuda,
masyarakat dan pemerintah yang berkualitas, yang tentunya
peran buku disini juga sangatlah besar.

42
Diana Rahmawati, A.md.TP., S.Pd., lahir di Tulungagung, Jawa
Timur 16 januari 1979 adalah seorang guru di MAN 1
Tulungagung. Lulus D-3 Perpustakaan Universitas Airlangga
Surabaya Tahun 2000, Lulus S-1 Pendidikan Ekonomi Sekolah
Tinggi Keguruan Ilmu Pendidikan PGRI Tulungagung Tahun
2012.Pernah Menjadi Pustakawan di MTsn 6 Tulungagung
tahun 2001, Pustakawan di MAN 1 Tulungagung tahun 2005-
2011, Pernah mengajar di D-2 Ilmu perpustakaan Universitas
terbuka di tahun 2011.Alamat penulis saat ini di Jl. MT haryono
VIII Perum Permata Kota blok E-12 Bago Tulungagung,
Tulungagung. Bisa korespondensi melalui nomor 081333584877,
Email: dianarahmawati2240@gmail.com,@dianarahmwati2240

43
Seorang yang Gemar Baca Buku

… Dina Mu’izatul Fauziyah …

Namaku adalah Nadin. Aku masih sekolah di SMP. Aku


baru saja kelas 6 SD. Aku orangnya baik hati dan tidak sombong.
Aku adalah anak salah satu yang suka membaca buku sehingga
dijuluki “si kutu buku’’. Awalnya, di sekolah sebelum memulai
pelajaran Aku sempatkan untuk membaca buku dan itu salah
satu buku pelajaran yang hendak nanti dipelajari sama guru.
Ada salah satu teman ku itu melihatku dengan membawa buku
dan dia menanyakan kepadaku ‘’din ngapain sih kamu kok
pinter banget suka baca buku. Apa gak bosen sih” ucap
temanku. Aku jawab “ya bosen gak bosen sih,namanya kita
mencari ilmu ya kita harus banyak-banyak baca buku. Kan buku
jendela dunia.

Semula bosen untuk baca buku yang harus dibaca tapi


kalau gak dibaca sih apa kita tau ilmu nya tentang pelajaran
yang dibahas dikelas, ya gak juga kita mengandalkan guru nya
saja tanpa ada buku materi yang dipelajari nya. Selain itu, aku
juga suka baca novel juga lo, hehehe. Awalnya sih gak suka
novel yang berisi tebal itu dan seketika temanku bawa novel
dikelas Aku langsung tertarik untuk baca. Jadi, gini awalnya
ketika temanku itu punya novel nah itu aku kepo yang dibaca
temanku itu apa dan ternyata itu novel yang berisi “Dear Allah”
Aku langsung tertarik dan minta pinjamkan untuk aku baca.
Tapi waktu aku baca buku itu, kayaknya asyik dan Aku

44
sempatin untuk baca hingga selesai. Karna di dalam novel itu
berisi curahan sesorang terhadap allah atas yang dialami dan dia
merindukan yang dia sakiti.

Di kelas juga Aku punya teman sekelas yang kutu buku


juga, namanya Iren, tapi gak seperti Aku. Waktu mau ujian Aku
masih aja sempat baca dan bawa buku disekolah. Tapi iren
nggak,dia tahu kalau mau ujian jadi belajar. Walaupun seperti
itu prestasi ku nggak nurun kok! Eh, pernah waktu itu, ada
kalimat di buku bahasa indonesia, “nada adalah anak yang
gemar membaca buku, sehingga ia dijuluki si kutu buku” eh
Aku jadi malu, sekaligus berbunga bunga, namanya dan
kegemaran dan julukannya sama seperti Aku. Hehehe. Teman
sekelas pada nertawain, tapi aku malah merasa bangga lho!

Pada waktu itu di kelas guru tidak masuk dikarenakan ada


kepentingan yang mendadak. Saat itu guru tidak ada sedangkan
guru itu gak masuk. Tapi disuruh untuk mengerjakan tugas dan
tugas itu disampaikan pada ketuanya. Ketua menyampaikan
apa yang harus dikerjakan saat jam kosong itu. Sekelas nampak
senang karena gak ada gurunya otomatis kosong tapi disuruh
mengerjakan tugas. Serentak teman-teman malah asyik bermain
di kelas malah tidak mengerjakan tugas. Aku lebih suka
mengerjakan apa yang seharusnya dia kerjakan. Lebih baik baca
buku materi yang seharusnya dibaca selanjutnya dan
mengerjakan apa yang menjadi tugas dari sang guru. Ada
temanku nanya gini “ngapain lah mengerjakan tugas dan
kenapa juga sih suka baca buku, mending bermain aja lah” ucap
temanku.

Pada suatu hari Aku dan teman-teman study tour di jogja


berkat adanya acara yang diadakan dari sekolah. Aku berangkat
dari rumah bersama iren. Dalam perjalan ke sekolah saya
45
berbincang dengannya mengenai tempat duduk di dalam bus,
tak lama kemudian sampai di sekolah. Karena sekolah kami
tidak jauh dari rumah. Dalam perjalanan menuju jogja saya tidak
duduk dengan iren karena suatu hal. Dalam perjalanan didalam
bus saya juga gak lupa dengan membawa buku yang berupa
novel, karena sejak itu lah saya suka dengan bacaan novel yang
saya baca. Tapi beda judulnya. Baru saja membeli novel kemarin.
Setelah sampai tiba di jogja. Guru menjelaskan apa yang akan di
disampaikan bagaimana study tour itu berlangsung. Tiba di
tempat sang guru mencoba memberikan tugas yang akan di teliti
dan mengamati tempat tersebut. Guru memberikan pembagiaan
kelompok yang akan diskusikan. Pembagiaan kelompok sudah
ditentukan. Mulailah diskusi perihal yang akan diskusikan.
Setelah diskusikan sang guru meminta salah satu kelompok
untuk maju hasil dari apa yang diskusikan itu. Mulailah maju
satu persatu. Setelah selesai semua belajar nya. Kami akan
melanjutkan pergi kerumah. Akhirnya kita sampai tiba dirumah
masing-masing.

“Sebuah ruangan buku ibarat tubuh tanpa jiwa. Hidup


tanpa buku seperti ruang gelap tak berlampu.”

Dina Mu’izatul Fauziyah. Bisa dipanggil dina. Alamat:


dk.temas ds.margoagung kec.sumberrejo kab.bojonegoro
prov.jatim. umur saya 19 tahun lahir pada tanggal 05 desember
2001. No wa:082333845570. Email: dinamuizatul05@gmail.com.
Ig: @dina_muizatul fb:dina muizatul twitter: @dinaaamuizatul

46
Buku

... Evi Susanti …

Di mana pertama kali saya tertarik dengan kata tersebut


dengan sebuah alasan. Berulang kali kata buku disertai kalimat
“jendela ilmu". Entah apa arti mendalam dari kata tersebut,
belum bisa kupahami sampai detik ini. Seringkali orang bilang
semakin banyak membaca buku maka kau akan semakin
bertambah pengetahuan. Ketika di bangku SMA sering kali saya
meminjam buku berupa novel, tapi entah ilmu apa yang saya
dapat dari novel tersebut. Satu hal yang pasti dari kata novel,
saya memiliki ketertarikan untuk membaca. Dan saat ini ketika
banyak arti kata buku yang tersirat, saya ingin sekali memetik
manfaat dari kata baca.
Pada suatu hari saya bertemu rekan kerja yang mana
beliau sangat senang membaca. Membaca itu berjuta rasa, tentu
saya bertekad ketika saya ingin mencoba, harus dengan hati
yang tergugah, dengan pikiran yang terbuka, keingintahuan
untuk mengenal dunia. Dunia dalam arti yang luas: dunia
agama, dunia sejarah, dunia politik, dunia budaya, dunia
geografi, kemanusiaan dan dunia-dunia ilmu lain yang
terbentang luas bersama dengan cerita-cerita yang membawa
hikmah.
Membaca membuat kita terlena sejenak, melepaskan
alam realita, masuk ke alam imajinasi, mengintip berbagai hal-
hal lain yang tak mungkin akan kita temui di kehidupan kita
sehari-hari. Membaca memiliki dimensinya sendiri jika kita
“fokus”, tapi akan sulit tercipta jika pikiran kita masih sibuk

47
memikirkan realita, masih sibuk dengan pekerjaan-pekerjaan
kita yang akan kita kerjakan, sibuk dengan problematika
kehidupan yang sedang mendera. Maka disinilah arti penting
mengapa kita harus meluangkan waktu sejenak untuk
beristirahat secara total, break, melepaskan semua urusan yang
membuat pikiran terus bekerja tak berjeda. Saat break, kita bisa
mengisi waktu tersebut dengan membaca buku.
Mengapa harus buku? Tak ada yang bisa mengalahkan
sensasi menyentuh cover depan dan belakang sebuah buku, lalu
membolak-balikkan setiap halamannya dengan jari-jemari
tangan. Buku memberi kesan tersendiri dibanding dengan kita
membaca konten yang sama di layar komputer atau layar
gadget, sensasinya kurang dan terasa monoton. Selain
melakukan gerakan scroll dan pandangan mata dari kanan ke
kiri, apa lagi yang bisa kita lakukan? Bukankah terasa
membosankan?
Buku adalah harta bagi penggemar ilmu, harta bagi
para pemikir, dan jalan bagi mereka yang sedang mencari jalan
ke dunia yang lapang. Karena semakin luas pengetahuanmu,
maka semakin luas pula duniamu, maka naik pula derajatmu
di sisi-Nya, maka taburkanlah pengetahuanmu, maka engkau
seperti menabur tanaman yang kelak akan kau tuai di akhirat
atau balasan di dunia yang tak akan pernah berhenti mengalir.
Banyak cara untuk meningkatkan minat membaca bagi
kita. Pertama, ciptakan suasana yang nyaman saat membaca.
Hal yang perlu diperhatikan suasana membaca yang nyaman
ialah mengatur jarak membaca, tidak dalam posisi tidur, dan
carilah tempat membaca dengan sumber penerangan yang baik.
Kemudian lakukan secara bertahap. Misalnya dari selembar
artikel, bertahap ke buku yang tipis hingga buku yang tebal.
Selanjutnya cermati apa yang kita baca agar dapat diterima
48
ilmunya secara maksimal. Dan yang terakhir, sampaikan apa
yang kita baca kepada orang lain agar lebih bermanfaat. Namun
kita harus tahu waktu dan tempat serta situasi agar orang yang
kita ajak bicara tidak tersinggung.
Oleh karena itu, marilah kita jadikan membaca sebagai
sebuah rutinitas dan menjadikannya sebuah kebiasaan atau
bahkan kebutuhan. Maka kita akan merasakan banyak manfaat
yang timbul karena kegiatan membaca tersebut.
Pada akhirnya saya menyadari betapa menyenangkan sebuah
aktivitas membaca dengan berbagai tema yang mana
memberikan banyak manfaat bagi kita.

Nama : Evi Susanti, S.Pd


Tempat/Tgl Lahir : Bojonegoro, 21 Agustus 1992
Alamat : Desa Mulyoagung RT 05, RW 02,
Kec.Balen Kab.Bojonegoro
Pekerjaan : Guru
Instansi Keja : MI Bahrul Ulum I Bulu Balen

49
Buku, Aku dan Si Kecil

… Galuh Harisusana …

Membaca adalah proses membuka ilmu pengetahuan.


Kegiatan membaca berarti sebuah proses mengali pengetahuan
baru. Membaca juga membuka jembatan ilmu. Maka dari itu
maka pentingnya kegiatan membaca. Begitu banyak
pengetahuan yang tersebar dalam kehidupan. Begitu banyak
ilmu yang bisa kita serap dalam kehidupan ini. Namun semua
itu seakan sulit digapai karena tidak adanya minat kita untuk
mencarinya. Ilmu itu gudangnya pengetahuan dan membaca itu
adalah kuncinya. Semakin banyak buku yang kita baca maka
semakin banyak wawasan yang kita peroleh.

Ini adalah cerita kami bagaimana awal mula aku


mengenalkan buku buat si kecil. Sembilan tahun penantian
bukan waktu yang sebentar bagi kami untuk mendapatkannya.
Berbagai usaha telah kami lakukan sekuat tenaga, begitu pula
doa yang tidak pernah terputus agar dia segera hadir diantara
kami selalu kami panjatkan. Ketika dia ada dalam tubuh ini
berbagai teori untuk membuatnya pintar baik dari buku yang
aku baca dan omongan orangku berikan padanya baik itu hanya
sekedar membacakan buku atau mendengarkan dia lagu atau
lantunan ayat suci al quran telah kami lakukan. Ketika dia hadir
memberi kebahagian, keceriaan dan kecintaan kami padanya.
Tak lupa ucapan syukur PadaNya telah menghadiahi anugrah
terbesar yang diharapkan bagi semua pasangan yang sudah

50
lama menantikannya. Disaat saat awal dia hanya bisa menangis
dan merenggek kegiatan mengenalkan buku tetap ku berikan.
Terkadang akupun membacakannya dongeng sebelum tidur
atau mendengarkan cerita dari Handphone agar dia tetap
tenang.

Ketika dia sudah mulai merangkak, maka kegiatan


membaca sebelum tidur tetap ku berikan disamping ku
kenalkan dia dengan buku. Buku itupun bukan buku yang berisi
tentang tulisan tapi hanya sebatas gambar dan angka yang
mungkin hanya bisa dia lihat tanpa mengerti maksudnya tapi
paling tidak dia merekam apa yang sudah kami berikan
padanya. Sebagai bekal dan langkah awal mengenalkan buku.
Di usia satu tahun dua bulan dia sudah lancar berjalan dan
memulai berbicara walaupun hanya sekedar menirukan ucapan
kami. Dan kata pertama yang masih saya ingat adalah “ maem”.
Perbendaharaan dia ketika sudah mulai berbicara sangatlah
banyak, itu adalah kebahagian yang tak terkira. Kamipun
berusaha melatih dia menirukan ucapan kami dan merangkai
kata. Untuk memudahkan kami mengenalkan buku padanya
kamipun membelikannya mainan kertas untuk disusun, gambar
gambar tentang huruf kita ucapkan dan dia tirukan. Untuk
mendongeng dimalam hari masih juga kami lakukan walaupun
tidak sesering dulu, karena lelah dimalam hari kadang dianya
sudah terlelap lebih dulu tanpa kita mendongeng mungkin
dikarenakan capek bermain.

Di perkembangan dia selanjutnya adalah hal yang


membahagiakan bagi keluarga kami, selain dia sudah bisa
merangkai kata lebih banyak dibanding teman seusianya, dia
juga punya minat pada pedalangan yaitu permainan yang
menggunakan wayang. Kami tidak tahu apakah memainkan

51
wayang adalah hobby dia yang terpenting kosakata dia dalam
merangkai kata semakin banyak dan berkembang lucunya lagi
Bahasa pedalangan menggunakan Bahasa Jawa bukan Bahasa
Indonesia yang biasa kami berikan kepadanya. Di
perkembangan usianya dia pun mulai memberikan pertanyaan
pertanyaan yang mungkin kita akan sedikit membutuhkan
jawaban yang kadang belum bisa dia cerna. Kami tidak tau
apakah itu ada hubungannya dengan kegiatan kami selama ini
mengenalkan buku padanya.

Dimasa masuk sekolah dia mulai mengenal lingkungan


baru yang mungkin dalam benak kita akan membuatnya takut
ternyata tidak. Dia begitu senang dan bahagia bisa bersama
teman baru dan guru baru yang baik. Setiap hari kamipun dapat
laporan dari guru si kecil tentang kejadian yang dia lakukan
selama disekolah ada yang lucu dan kadang berpikir benarkah
pertanyaannya sedetail itu. Jika malam bukan lagi kami yang
bercerita tapi sikecil yang mendongeng untuk kita. Pernah satu
hari dia tidak mau cerita tetapi protes kenapa dia lama tidak
pernah dibacakan buku betapa kami terkejut karenanya. Dia
pernah meminta pada kami jika dia bercerita maka kami harus
membacakan buku cerita juga tidak satu tetapi dua cerita jika
belum dua, dianya tidak bisa tidur. Pernah suatu saat kita
menginap diluar kota dan kami lupa membawa buku cerita
dianya merengek dan meminta membeli ditoko buku untuk
dibacakan pengiring tidur malamnya.

Walaupun kita tahu dia belum bisa membaca tetapi dia


sudah mengenal buku. Saat ini dia mulai belajar membaca buku
entah buku yang ada gambarnya yang membuat dia menarik
tetapi juga sudah mulai membaca buku cerita. Dia pun pernah
kami ajak ke toko buku apa yang membuat kami terkejut dianya

52
memilih sendiri buku yang dia inginkan buku bergambar dan
berwarna, buku buku puzzle yang harus dirangkai katanya. Dan
yang membuat kita takjub walaupun tidak paham kalimatnya
dia bersemangat membentuk ceritanya terkadang betul
terkadang juga salah tapi itu point yang sangat berharga begitu
sukanya dia pada buku.

Harapan kami dia ada minat untuk suka membaca tapi


memang itu butuh proses sebab bukan hal yang mudah untuk
membangkitkan minat baca pada saat ini karena derasnya arus
komunikasi dan media sosial yang mulai mengeser peran buku.
Perlu kita sadari bahwa setiap individu memiliki keunikan
tersendiri tergantung pada stimulus awal yang diberikan
kepada anak pada setiap perkembangan dan pertumbuhannya.
Anak dengan lingkungan baca yang baik dan lingkungan
pembiasaan baca yang merupakan kebutuhan akan sangat
membantu pada daya minat membacanya dan buku adalah
sumber ilmu yang bisa dibaca walaupun ada google yang siap
membantu. Buku adalah sumber ilmu yang tidak akan pernah
bisa digantikan sampai kapanpun. Karya yang akan tetap
berkembang seiring perkembangan jaman.

Galuh Harisusana. Lahir di Kediri pada 17 September 1979.


Lulus dari IKIP PGRI Kediri yang sekarang menjadi UNP Kediri
atau Universitas Nusantara PGRI Kediri. Penulis adalah seorang
guru yang mengabdi di SMPN 2 Gondang dan mendapatkan
tambahan jam sebagai Kepala Perpustakaan pada sekolah
tersebut. Disela-sela mengajar dan mengelola perpustakaan
sekolah penulis senantiasa meluangkan waktu untuk membaca

53
buku. Penulis saat ini tinggal di Tulungagung. Penulis belum
pernah ikut kegiatan dalam hal menulis ini adalah awal dalam
menghasilkan karya bisa dibilang sebagai pemula. Pemula yang
minim pengalaman dan hasil karya. Pemula yang ingin belajar
dan mengembangkan diri. Kontak Penulis yaitu 081335391015,
email putramakenzie@gmail.com dan instragram
putramakenzie.

54
Bukuku Menjelma

… Hanifah Rendra Yuwono …

Buku adalah jembatan ilmu. Buku adalah jendela dunia.


Buku adalah gudang ilmu. Buku adalah sumber dari segala
sumber ilmu pengetahuan. Dulu kalimat itu selalu terngiang
dalam pikiran dan ingatan setiap manusia, baik seorang
pemimpin, pengusaha, pendidik, karyawan, pelajar, bahkan
pengangguran. Buku dicari dan diminati. Perpustakaan daerah
bahkan sekolah ramai, masa menyerbu dengan rasa ingin tahu.
Pemimpin pun selalu membaca, menambah pengetahuan demi
kemajuan negara. Pendidik apalagi buku adalah makanan
sehari-hari, tanpa buku tak berguna hidupnya. Pelajar pun sama,
buku menjadi teman setia kemanapun mereka melangkah.
Bahkan sampai ada sebutan kutu buku. Orang yang rajin
membaca buku. Ada istilah perpustakaan berjalan, karena orang
tersebut hobi membaca dan memiliki wawasan yang luas
melalui buku. Bahkan seorang pengangguranpun membaca
buku, baik buku ilmu keterampilan untuk menambah wawasan
dan pengetahuan, dan juga membaca lowongan pekerjaan pada
surat kabar dan majalah untuk menemukan suatu pekerjaan
untuk dirinya. Buku menjadi bagian penting dalam hidup
manusia karena buku sumber segalanya.

Banyak penulis menciptakan sebuah karya, baik berupa


novel, cerpen, cerbung, artikel, esay, jurnal ilmiah yang
bermanfaat untuk masyarakat luas, dikagumi dan dipuji setiap

55
pembaca, bahkan sampai pembaca tersebut mengikuti jejak
penulis atau mencontohnya. Namun tidak berlaku pada generasi
milenial saat ini, buku bahkan penulis jarang yang medapatkan
tempat dihati pembaca. Buku dari sudut pandang generasi
milenial hanyalah seonggok barang tak berguna dan
memberatkan pikiran. Novel, cerpen, cerbung tidak lagi sebagai
hiburan melainkan momok yang menakutkan. Sebagai seorang
pendidik saya sungguh prihatin melihat fenomena yang terjadi.
Terlebih saya seorang guru Bahasa Indonesia. Pelajaran saya
yang sangat berhubungan erat bahkan menyatu dengan sebuah
buku, menjadi tampak mengerikan untuk generasi milenial.
Pernah saya mencoba meminta anak untuk pergi ke
perpustakaan membaca buku yang mereka sukai, kemudian
merangkum buku tersebut, alhasil hanya 20% siswa yang serius
membaca, 30% hanya sebatas memilah-milah buku, 50%
bergurau dan tidak membaca. Bagi generasi milenial buku
adalah hal yang membosankan, buku adalah benda yang tak
berguna, buku adalah benda yang membuat merek mengantuk.
Ya…generasi milenial membuat buku menjelma menjadi barang
yang menyeramkan.

Percobaan kedua saya lakukan dengan cara yang lebih


ekstrim yaitu meminta siswa dengan paksaan untuk membaca
sebuah novel yang mereka sukai, kemudian membuat sinopsis
novel tersebut dan dikumpulkan sebagai nilai tugas. Alhasil 10%
anak membaca novel sungguh-sungguh, 15% anak mencari
sinopsis novel diinternet kemudian dibuat sinopsisnya, 20%
anak hanya menyalin sinopsis dari internet kemudian ditulis
ulang, dan 55% anak menyalin pekerjaan teman. Fenomena yang
membuat saya sebagai pendidik menangis. Karena buku yang
saya anggap sebagai hal yang menarik, unik, bagus, berilmu

56
tetapi beda menurut pandangan anak milenial saat ini. Siswa
beranggapan bahwa dalam internet semua sudah tersedia,
mencari apapun dapat ditemukan melalui internet. Sehingga
mereka tidak perlu bersusah payah membaca satu buku yang
tebal untuk mendapatkan ilmu yang mereka inginkan.
Paradigma tentang buku kini berubah. Dulu setiap siswa
diwajibkan khatam sejumlah buku untuk mapel Bahasa
Indonesia agar bisa mengikuti ujian atau ulangan harian. Tetapi
cara tersebut apabila ditempuh hasilnya pun akan berbeda.
Generasi milenial hidupnya adalah smartphone. Mereka
mengandalkan smartphone untuk setiap kepentingan.
Menyimpan catatan penting, nomor telepon relasi penting,
bahkan mencari sebuah informasi. Dulu buku telepon dianggap
penting, catatan sekolah menjadi pegangan belajar, buku
masakan menjadi pedoman ibu rumah tangga, kamus besar
Bahasa Indonesia menjadi buku wajib setiap pelajar dan guru,
majalah menjadi langganan bagi para remaja, dan komik
menjadi bacaan wajib anak anak. Tetapi kini buku menjelma,
seakan tak lagi ada, meski wujudnya dimana-mana.

Buku tak lagi menarik meski dikemas dengan tulisan


indah dan cover yang cantik. Membutuhkan trik khusus agar
buku menjadi menarik untuk generasi milenial saat ini. Karena
generasi saat ini dimanjakan dengan adanya intenet. Meskipun
sebenarnya internet juga memiliki banyak manfaat untuk
kemajuan anak bangsa, namum generasi milenial tidak
menggunakan untuk hal yang positif, yang mengakibatkan
berdampak negatif. Salah satunya menjadi malas untuk
membaca buku, tidak lagi tertarik dengan buku, dan membaca
adalah kegiatan yang harus dipaksa bukan lagi kesadaran diri.
Gerakan literasi yang digalakkan pemerintah sepertinya harus

57
ditegaskan lagi. Gerakan literasi sudah dilakukan pada sekolah
kami, dimana setiap siswa diwajibkan membaca buku setiap
pagi sebelum pembelajaran berlangsung, dan dibuatkan jurnal
kegiatan literasi sekolah. Setiap anak diwajibkan membaca buku
apapun itu, baik novel, cerpen, majalah, atau buku-buku
nonfiksi. Satu bulan pertama berjalan baik, didepan kelas,
ditaman sekolah, dikantin setiap anak memegang bukunya
masing masing dan semua membaca. Nampak menyenangkan ,
menenangkan dan membahagiakan melihat kejadian ini.
Antusias, semangat dalam membaca mulai tertanam dalam diri
para siswa, kembali lagi meski dengan cara sedikit dipaksa
dengan aturan dan nilai. Tetapi cara ini dirasa ampuh untuk
meningkatkan minat baca siswa dan guru untuk kemajuan
Bersama. Namun Gerakan literasi menghilang karena kini
sekolah dilakukan secara daring atau dengan pembelajaran jarak
jauh. Guru tidak lagi mampu memantau siswa dalam kegiatan
membaca.

Dikalangan ibu rumah tangga kini buku panduan


memasak juga menjadi langka. Karena adanya internet, yang
dengan praktis bisa mencari resep masakan yang diinginkan,
tidak perlu lagi membuka buku dengan jumlah halaman yang
cukup banyak. Dikalangan remaja pun sama, terlihat penjual
majalah, koran, komik kini terjadi penurunan pembeli, karena
semua sudah bisa mereka dapatkan melalui genggaman yaitu
smartphone. Tidak perlu keluar uang banyak untuk membeli
majalah atau novel, tetapi melalui aplikasi mereka sudah bisa
menikmati judul bacaan yang diinginkan.

Untuk itu diperlukan kerja sama yang apik dari berbagai


lapisan masyarakat agar buku menjadi primadona disetiap
kalangan, dan buku menjadi penting dalam hidup setiap

58
manusia. Sehingga para penulis bukupun menjadi lebih
bersemangat karena karya-karya mereka bisa dinikmati dan
digemari pembaca. Butuh dukungan pemerintah juga untuk
menggalakkan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan
pengembangan minat baca, menulis, dan sejenisnya. Dapat juga
diawali dari lingkungan terkecil yaitu keluarga. Dimana orang
tua bisa memulai mengajarkan anak untuk gemar membaca dan
menyukai buku, sehingga dapat menularkan hobi tersebut
dikalangan yang lebih luas. Anak yang sejak dini diajarkan
membaca dan menyukai buku, mereka akan tumbuh menjadi
pribadi yang tak lepas dari buku. Pengetahuan tentang
pentingnya buku juga perlu ditanamkan orang tua sejak dini,
agar generasi berikutnya juga tumbuh menjadi generasi yang
mencintai buku. Agar kalimat atau semboyan buku adalah
jembatan ilmu, jendela dunia, tidak lagi hanya sekedar
semboyan, melainkan benar adanya dan menjadi suatu budaya.

Hanifah Rendra Yuwono, yang dari kecil dipanggil Ithoek ini,


lahir pada 27 Juni 1990 di Kabupaten Sukoharjo. Alumni S1
Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan daerah, Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Menulis adalah cara penulis
mengungkapkan isi hati, pikiran dan rasa yang tak bisa
diucapkan. Anak kedua dari tiga bersaudara ini bercita-cita
menjadi seorang guru, dan alhamdulillah cita-cita itu terwujud.
Meskipun masih menjadi guru honorer di SMK Negeri 1
Mojosongo sebagai guru Bahasa Indonesia. Wanita yang telah
menikah dan memiliki dua orang anak ini mempunyai motto
hidup, jalani, nikmati, dan syukuri. Tinggal disebuah kota kecil
yaitu Boyolali, wanita ini memiliki banyak keinginan, salah
satunya menjadi seorang penulis yang terkenal. Pembaca dapat

59
mengenal lebih dekat dengan penulis lewat akun media
facebook Hanifah Ithoek, dan Instagram @hanifah rendra

60
E-Book Penyemangat Minat

… Indah Mustaskirin …

BacaE-Book atau buku elektronik merupakan bentuk


digital dari buku cetak. Buku cetak pada umumnya terdiri atas
kumpulan kertas yang dijilid menjadi satu berisi tulisan atau
gambar sedangkan buku elektronik merupakan perangkat lunak
seperti komputer (meja), komputer jinjing (laptop), smartphone
(dan perangkat lunak lainnya) yang berisikan informasi digital
yang dapat berupa teks, gambar, audio dan video.

Buku elektronik dianggap sebagai buku masa depan.


Mengapa demikian? Orang lebih suka menghabiskan waktu
berlama - lama memegang ponsel pintar yang menyediakan
hiburan berupa beragam permainan dan tontonan daripada
membaca buku. Dan kalaupun mereka membaca yang
diprioritaskan adalah berita - berita terkini dengan tujuan agar
tidak ketinggalan informasi.

Keadaan seperti ini jauh berbeda dengan sepuluh tahun


hingga dua puluh tahun yang lalu. Disaat itu, buku banyak
peminatnya. Orang membaca buku bukan karena semata - mata
mencari informasi, mencari rujukan atau meluaskan wacana
berpikir tapi juga mencari hiburan. Pada saat itu, orang
menyukai buku bukan karena mereka identik sebagai seorang
kutu buku yang berkacamata tebal atau berpembawaan serius.
Jenis - jenis buku seperti cerita rakyat (dongeng) yang berjilid -

61
jilid atau aneka resep kuliner dan obat tradisional mendapat
tempat tersendiri dihati masyarakat.

Perubahan perilaku yang semula orang gemar membaca


buku cetak yang kemudian beralih pada buku elektronik
disebabkan karena adanya penyebaran virus corona yang
melanda dunia. Dalam hal ini, mungkin tidak nampak adanya
hal yang signifikan akan tetapi memiliki dampak potensial yang
sangat serius.

Faktanya, bahwa banyak orang - orang yang akhirnya


lebih banyak menghabiskan waktu dan melakukan kegiatan /
aktifitasnya didalam rumah. Bagaimana tidak, kegiatan /
aktifitas mereka yang biasanya dilakukan diluar rumah
(misalnya dikantor atau ditempat - tempat umum lainnya)
semuanya harus dilakukan didalam rumah demi menghindari
penyebaran virus corona yang lebih meluas lagi.

Membaca buku adalah suatu hal keniscayaan. Melihat


banyaknya orang yang lebih suka menghabiskan waktu berlama
- lama memegang ponsel pintar untuk menunjang semua
aktifitas yang dilakukannya didalamnya rumah. Dan mirisnya
hal ini bukan hanya terjadi pada orang dewasa saja melainkan
pada remaja dan bahkan pada anak usia dini.

Sebagian orang mungkin lebih senang membeli buku


kemudian mereka mulai melirik buku - buku cetak yang dijual
dipasaran secara online. Akan tetapi, hal itu sangat sulit
dilakukan bagi mereka untuk membacanya dan pada akhirnya
kemudian mereka memilih untuk tetap menyimpannya tanpa
membuka plastik pelindung. Hal tersebut juga terjadi pada diri
saya yang gemar membeli buku tetapi tak punya waktu untuk
membaca.

62
Perjumpaan fisik yang tak dapat diprediksi bakal kembali
normal menyebabkan e-book hadir sebagai solusi bagi penikmat
buku yang tidak harus bingung untuk membagi waktunya
dengan aktifitas kesehariannya yang banyak dilalukan dengan
menggunakan smartphone. E-book juga mempermudah proses
anak dalam memahami materi pelajaran karena dilengkapi
dengan fitur - fitur didalamnya. Selain itu juga dapat melindungi
informasi yang disampaikan dan juga memberikan kesempatan
bagi pembuat konten untuk lebih mudah berbagi informasi,
dengan cara yang lebih menarik dan interaktif.

Indah Mustaskirin dan saya lahir di Desa Nguling Kabupaten


Pasuruan Jawa Timur. Saya berprofesi sebagai pendidik anak
usia dini disalah satu lembaga didesa tempat tinggal saya. Nama
lembaga tersebut adalah KB.AR-RAHMAH disanalah saya
banyak menghabiskan waktu, tenaga dan pikiran saya untuk
anak didik saya dari tahun 2012 dan sampai saat ini.

63
Karenamu, Ku Temukan Arti Kebahagiaan

… Indah Sari Oktavia …

Kamu…

Setitik kebaikan yang Tuhan berikan untukku

Menjadi saksi indah perjalanan hidupku

Menari dalam kegundahan hati yang menerka kala itu

Tanpa ada kata yang mampu terucap untuk segala


kebaikanmu

Ah kamu. Iya kamu. Menjadi teman dalam kegelapan ini.


Merangkak bersama kata-kata motivasi. Berbinar bahagia untuk
mencapai asa masa depan. Yang kini terlukis indah bersama
coretan-coretan kebahagiaan.

Kamu. Kamu adalah masa depanku. Yang kini masih


menetap dalam lemari kacaku. Tertata rapi seiring perjalanan
waktu. Menancap pada ingatanku akan bahagia bersama.
Hingga nanti.

Iya, kamu adalah kumpulan ilmu dari mereka yang hebat


untuk ku tiru setiap waktu. Mereka yang menjadi role model
dalam hidupku. Menjadi panutan jalan kesuksesan untuk masa
depanku.

64
Aku belum pernah ketemu dengan mereka. Tapi ku tahu
mereka, dari coretan indah yang telah ku kumpulkan sejak kala
itu. Iya, ku beli beberapa buku dari harga yang receh sampai
yang menyamai gaji bulananku.

Entah kenapa, aku tak pernah merasa rugi karena telah


mengeluarkan banyak materi untukmu. Untukmu para role
model dalam kehidupanku, teruntuk Masa Depanku. Karena
Tanpamu, aku hanya butiran debu tanpa ada yang
memperdulikan.

“Aku rela di penjara asalkan bersama buku, karena dengan


buku aku bebas.”

~ Mohammad Hatta ~

Sangat setuju dengan ungkapan di atas. Dengan buku, Kita


bisa lebih bebas dan leluasa dalam mengelilingi dunia. Saya,
Anda, & Kita semua bisa membayangkan dan merasakan
tentang apapun yang sedang dipikirkan oleh penulis-penulis
buku yang sedang Kita baca.

Seperti yang pernah saya alami. Beberapa bulan yang lalu,


Saya ingin sekali untuk belajar tentang ilmu pemberdayaan diri
NLP yang dimentori oleh Coach Dian Saputra. Tapi ada
beberapa hal yang membuat saya belum mampu untuk
mengikutinya. Salah satunya adalah yaa memang belum ada
biayanya. 

Tapi entah kenapa. Saya tidak menyesal. Sama sekali. Lalu


apa yang saya lakukan??? Anda penasaran? Mulai penasaran
kan?

65
Selain berdoa, saya nekat untuk membeli salah satu buku
beliau “Personal Excellent”. Yaa bukan karena apa. Yang saya
pikirkan cuma satu.

“Hari ini saya belum bisa belajar langsung dengan beliau.


Semoga di lain waktu bisa diberikan kesempatan untuk
mengikuti kelas workshopnya dengan lantaran berkah belajar
dari buku-buku beliau.”

Tak lama kemudian akhirnya diberikan kesempatan oleh-


Nya, Allah Tuhan Sang Maha Pemberi Kecukupan, untuk
mengikuti pelatihan Powerfull Public Speaking walaupun masih
online. Banyak belajar dari Beliau. Alhamdulillah. Terimakasih
kesempatan baik. 


“Masa lalu, biarlah berlalu. Masa depan kita masih suci
adanya. Dan, itu berlaku sama.”

~ Syafii Efendi ~

Masa lalu kita boleh saja hancur, lebur, berantakan. Tapi


tidak untuk masa depan kita. Tidak untuk harapan-harapan kita.
Tidak untuk impian-impian kita.

Cita-cita harus diperjuangkan. Selagi masih muda. Selagi


masih ada kesempatan. Selagi masih ada teman berjuang. Kita
tidak sendiri. Kita masih punya harapan walau banyak arang
melintang. Karena kita masih punya satu. Kita masih punya
ALLAH.

Sadarkah kita bahwa untuk menjadi hebat, bukanlah


bagian dari hal yang sulit. Tergantung dari sudut pandang mana
kita berpikir. Tergantung dari mana sudut pikiran kita. Jadi kita

66
harus sehat lahir, batin, juga pikirannya ya. Biar tidak menjadi
beban untuk kita. Wkwk.

Kembali ke topik tadi, tidak banyak orang yang tau bahwa


menjadi hebat itu mudah. Bahkan sangat mudah.
Pertanyaannya, Kita mau jadi hebat kapan?? Kita mau jadi hebat
seperti siapa???

Seperti guru kita? Seperti mentor kita? Atau mungkin


hebat versi diri kita sendiri???

Yapp, apapun pilihannya. Semua butuh role model temen-


temen. Sudah punya kan. Kalau boleh tau nih, Siapasih Role
Model kalian semua?

Yukk Tuliskan di sini …………………

Saya doakan semoga Kita semua bisa meniru dan


mengikuti dari jejak-jejak mereka yang hebat menurut versi Kita
dan versi ALLAH. Aamiinnn..

Salah satu guru Saya Coach Ilham Sang Juara, beliau


adalah Motivator Muda yang punya semangat yang begitu luar
biasa membara. Semoga beliau sekeluarga selalu sehat dan
berkah hidupnya. Pernah berkata,

“Jika Anda ingin dikenang, harus pilih dari 3 hal ini, atau
juga bisa dikombinasikan semuanya.

Pertama, jadilah yang Terbesar.

Kedua, jadilah yang Terbanyak.

Ketiga, jadilah yang Terbeda.”

Ketika Kita belum mampu menjadi yang terbesar dan


terbanyak, maka Pilihan yang paling Keren adalah jadilah yang
TERBEDA.
67
Anda sudah beda???

Yapp, Berani beda adalah hal yang begitu luar biasa.


Memberanikan diri untuk berbeda. Berani melakukan apapun
yang kebanyakan tidak dilakukan oleh banyak orang. Berani
beda yang akan membuat kita menjadi lebih istimewa dari
kebanyakan orang.

Seperti yang saya kutip dari salah satu karya buku teman
berjuang saya, Alivia Zanuba Al Adawiyah, Penulis muda
dengan karya-karya istimewanya.

Dia menuliskan, “Milikilah mindset yang berbeda maka


tindakanmu akan berbeda.”

Milikilah tindakan yang berbeda, maka kebiasaanmu akan


berbeda.

Milikilah kebiasaan yang berbeda, maka hidupmu akan


memberi kesan yang berbeda.”

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum


sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.”

(Q.S. Ar-Ra’d : 11)

Tuhan tidak pernah menciptakan apapun yang ada di


dunia ini dengan sia-sia. Untuk mencapai sukses, pasti akan
melewati manis, asam, asin, pedas, dll. Dan Allah tidak akan
mengubah keadaan manusia selagi mereka tidak mau berubah.

Hidup ini pilihan. Tergantung Kita mau bergerak atau


cukup diam saja. Mau merangkak, berjalan, atau pun berlari. Itu
pilihan bagi kita. Dan SEKARANG adalah waktu yang tepat
untuk Anda mulai mempersiapkan Masa Depan Anda sendiri.

68
Bergeraklah. Untuk dirimu sendiri. Untuk agamamu.
Untuk keluargamu. Untuk bangsa ini, negara Indonesia yang
sangat kita cintai ini.

Berubahlah menjadi yang lebih baik. Untuk kehidupanmu


menjadi lebih terbaik lagi dan selalu memberikan
kebermanfaatan untuk sekitar. Berubahlah untuk masa depan
Nusantara. Karena Saya, Anda, dan Kita semua berhak untuk
hidup BAHAGIA.

Tetap tersenyum. Tetap bersyukur. Tetap bahagia. Selalu


bahagia. Semakin bahagia. Jauh lebih bahagia. Bahkan 1000 kali
lipat lebih bahagia mulai detik ini dan selamanya. 


“Karena kehidupan yang baik adalah saat kita bisa menerima,
menikmati, dan mencintai semua aktivitas kita. Dengan rasa ucap dan
sikap penuh syukur, juga merasa bahagia dengan segala yang ada.”

~ Indah Sari Oktavia ~

Indah Sari Oktavia, seorang mahasiswa semester akhir STAI


Attanwir Bojonegoro yang tinggal di Desa Bulu, kecamatan
Balen, Kabupaten Bojonegoro ini bercita-cita menjadi motivator.
Ia mengabdikan mimpinya di coretan-coretan kehidupan.
Karena menulis adalah keabadian yang nyata untuk menebar
kebaikan dengan karya yang mendunia. Jika ingin mengenal
lebih dekat dengannya bisa add akun Facebooknya @Indah Sari
oktavia, bisa juga akun Instagramnya @indah_oktavia13. Jangan
lupa Tersenyum yahh... 
69
Buku Sahabat Anakku

… Sri Indahyani …

Tuban, 16 Ramadhan 1442 H.

Bismillahirrohmaanirrohiim...
Tak terasa 21 tahun sudah amanah ini aku geluti,
“tukang momong” saya lebih suka menyebutnya begitu, di
tahun 2000 pertama kali saya belajar menjadi seorang guru
Kelompok Bermian, kemudian beralih ke Raudahtaul Athfal di
salah satu lembaga di Kecamatan Tuban, Kabupaten Tuban,
Jawa Timur. Menjadi seorang guru di saat saya masih kuliah di
saat itu bukan sesuatu yang mudah bagiku, hanya tekad ingin
belajar dan bermanfaat untuk ummat yang menjadi
penyemangatku. Salah satu kompetensi yang harus dicapai
dalam pembelajaran untuk anak PAUD adalah program
pengembangan Bahasa. Dalam Program Pengembangan Bahasa
hasil akhir yang di harapkan orang tua tiada lain adalah anak
mampu membaca dan menulis, namun sebagai seorang guru
dan pengelola lembaga saya mempunyai tujuan bahwa tujuan
kita pada program pengembangan bahasa tidak sebatas mampu
membaca dan menulis tapi bagaimana cara agar anak menjadi
suka membaca, karena membaca adalah menjadi sesuatu yang
wajib jika kita ingin mengetahui atau dalam belajar hal apapun.
Perlu kita ketahui bersama ada tiga tahapan dalam proses
pembelajaran program pengembangan bahasa yang pertama
yaitu bahasa reseptif, bahasa ekspresif dan keaksaraan.

70
Berbagai metode membaca saya pernah ikuti tetapi
setiap metode punya kelebihan dan kekurangan masing masing,
dan yang paling menjadi dasar kami dalam memberikan
pembelajaran ke anak adalah guru wajib tahu modalitas belajar
anak, agar guru tidak memaksakan apa yang ada di kepalanya
untuk masuk di kepala anak. Modalitas belajar anak ada tiga
yaitu visual, auditorial dan kinestetik. Modalitas belajar visual
dapat di lihat anak mampu fokus kepada guru saat belajar, pada
modalitas auditorial anak cenderung suka berdiskusi sesama
teman temannya saat belajar sedangkan pada modalitas belajar
kinestetik anak lebih suka bergerak saat proses belajar, hal inilah
yang membuat kami harus benar benar memberikan
pemahaman kepada oang tua untuk bisa menjadi pendamping
belajar terbaik bagi anak anak terutama dalam program
pengembangan bahasa, hendaknya memperhatikan betul
tahapan belajar bahasa. Karena tidak bisa anak ujug ujug bisa
membaca dan menulis, tanpa diawali tahapan sebelumnya yaitu
belajar bahasa reseptif dan ekspresif. Dalam memberikan
pemahaman kepada orang tua saya mencoba berbagi
pengalaman saya pribadi bagaimana cara memberikan stimulus
tahapan proses belajar perkembangan bahasa kepada anak saya.
Benar sekali pengalaman adalah guru yang paling baik,
menjadi seorang tukang momong di saat saya belum menikah
adalah sebuah karunia Allah yang tidak bisa terbeli oleh uang,
ilmu yang saya dapatkan mampu menjadi kan saya menjadi
“tukang momong” untuk anak saya dan ini mahal nilainya.
Alhamdulillah kami, saya dan suami sama sama suka membaca
buku rutinitas kami saat muda dan setelah menikah untuk
mengunjungi perpustakaan menjadi hal yang menyenangkan.
Saya masih ingat di saat usia kehamilan 7 bulan ke atas , saat
kami berkunjung ke perpusatakaan bayi yang saya kandung,
71
selalu bergerak-gerak lebih aktif, serasa bayi yang saya
kandung merasa sangat senang jika berada di perpustakaan.
Proses inilah salah satu stimulus bahasa reseptif kepada anak,
dengan diajak komunikasi walaupun masih di dalam
kandungan, diajak berkativitas membaca buku di sinilah anak
akan mendengar dan menabung kosa kata. Saya
memperkenalkan buku secara fisik mulai anak saya” ‘Aisyah”
bisa memegang buku walapun kadang disobek diremas tapi
kami tetap memberikannya.
Pada usia satu tahun saya sering mengajak ‘Aisyah
untuk ikut aktivitas saya di sekolah, saya selalu memberi media
buku gambar crayon atau spidol agar dia bisa menggambar
obyek yang dia sukai, di usia tiga tahun saya ajak untuk
memberi nama atau labelling objek yang telah digambarnya,
tentunya dengan bantuan saya di awal menulis, dengan
mencontoh tulisan saya. Lama kelamaan dengan huruf yang
dikenal, ‘aisyah bisa menamai gambarnya sendiri, ini saya
lakukan di mana saja tidak hanya di sekolah, saat jalan jalan dan
bermain di taman kota atau kemana saja saya selalu
membawakan media menggambar dan menulis ini.
Alhamdulillah di saat ‘Aisyah masuk Kelompok Bermain
di saat teman temannya masih belajar abjad, Alhamdulilah
‘Aisyah sudah bisa membaca, dari sini bisa dilihat bahasa
ekspesifnya mulai berkembang dengan baik. Pembiasaan untuk
selalu berkunjung ke perpustakaan selalu kami lakukan sampai
anak saya usia SD, hampir tiap bulan kami “njajan buku” kami
tidak membiasakan beli mainan, ada kalanya beli mainan tapi
sangat jarang. Di saat ‘Aisyah duduk di kelas 4 SD, ‘Aisyah
mulai suka menulis cerita fiktif dari pengalaman dia membaca
buku buku, Aisyah menulisnya di buku tulis, saat kelas 5 mulai
belajar membuat cerita dengan mengetik di laptop. Saya
72
membebaskan cerita apa saja yang ‘Aisyah tulis Alhamdulillah
dia cukup mengetahui yang terpenting tulisannya mampu
menginspirasi pembaca untuk berbuat kebaikan itu yang dia
jelaskan kepada saya.
Hampir tiap pekan ‘Aisyah selalu rajin ke perpustakaan,
di saat teman-temannya bermain gadget kami tidak membelikan
gadget, karena kami bersepakat akan membelikan gadget saat
‘Aisyah baligh, dan benar benar tahu mana yang boleh dan tidak
untuk diakses, ‘Aisyah belum kami berikan ruang di medsos
boleh pinjam gadget hanya untuk whatsapp teman jarang main
untuk main game, kenapa hanya boleh pinjam gadget punya
kami, agar kami mudah mengontrol, kapan boleh pinjam dan
tidak. Menginjak SMP kami menyekolahkan di lembaga boarding
school di kota kami, Alhamdulillah kemampuan menulisnya
sudah semakin terasah dengan baik, di kelas 8 sudah menjuarai
menulis cerpen tingkat kabupaten dan hasil tulisannya
diterbitkan oleh penerbit ternama, kelas 9 menjuarai menulis
juga sampai tingkat Jawa Timur. Setiap kali libur sekolah toko
buku tempat rekreasi kami, dan setiap di depan kasir di deretan
buku yang berjajar rapi di etalase belakang kasir ‘Aisyahku
selalu berkata “Umik, suatu saat aku pingin buku yang aku tulis
ada di atas etalase itu”. “Lha kenapa Nduk” jawab saya. “masa
umik gak tahu to, kalo buku yang di taruh di etalase itu buku
best seller Mik,” Masyaallah semoga Allah mengijabah
keinginanmu Nduk.
Demikian sedikit kisah bagaimana untuk memberikan
stimulus kepada anak anak kita untuk menjadi anak yang suka
membaca, dimulai dari stimulus bahasa reseptif sejak anak
dalam kandungan, kemudian stimulus bahasa reseptif dengan
dukungan media dan motivasi dari orang tua, sehingga pada
akhirnya anak akan mudah untuk menuangkan keaksaraannya
73
dengan baik. Karena membaca itu suatu kebutuhan agar anak
anak kita mampu memahami berbagai macam ilmu agar kelak
ilmu itu sebagai modal anak-anak kita untuk bisa bertahan
hidup dan bermanfaat bagi ummat di dunia maupun bekal
investasi akhirat kelak.

74
Hasrat Ingin Memiliki

… Ivone De Carlo …

Sampai saat menulis tulisan ini, aku masih saja terjangkit


virus HIM. Walau sudah lebih dari tiga dasa warsa berlalu dan
banyak hal yang telah berubah, namun diri belum terbebas
darinya.
Hal ini bermula ketika menimba ilmu, di Jurusan Teknik
Kimia, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh tahun 1985. Kala
kegalauan melanda dan uang saku memungkinkan, aku
mengunjungi toko buku sebagai bentuk rekreasi.
Saat sudah berada di toko buku yang bernama ABC itu,
aku mulai terjangkit HIM. Mulailah buku yang menarik hati
berpindah dari etalase ke dalam tas belanja.
Walau toko buku ABC memiliki banyak jenis buku dan
plus bisa pre order tanpa uang muka, namun sepi pengunjung.
Sepi yang bisa diwujudkan dalam sebuah ungkapan ‘bisa untuk
berlari‘
Akibatnya hubungan antara pelayan dan pembeli terjalin
akrab. Ketika HIMku beraneka jenis buku, maka hal ini menjadi
perhatian pelayan toko. Pada suatu kesempatan dia bertanya “
Kuliah di jurusan apa Kak?” Sebuah pertanyaan yang kujawab
dengan seulas senyum
Perjalanan mengantarkan aku stay di Yogya, usai masa
perkuliahan berlalu. Di kota Gudeg ini, kebiasaan refreshing ke
toko buku terus berlanjut.

75
Sebuah toko dengan lokasi yang strategis dan bangunan
sangat representatif telah menggoda untuk dikunjungi.
Terutama saat digelar bazar di halaman depan toko tersebut.
Beraneka jenis buku dengan harga lima ribu rupiah bisa
ditemui dalam bazaar tersebut. Sebuah harga yang lebih murah
dari semangkok bakso.
Senang rasanya ketika mengunjungi bazar tersebut. Dapat
membeli buku-buku bagus dengan harga miring.
Menjadi warga kota Yogya, mengantarkan aku menjadi
pengunjung setia pameran buku. Baik Islamic Book Fair ataupun
pameran buku yang diadakan oleh Ikatan Penerbit Indonesia.
Walaupun masing-masing pameran mempunyai karakter
tersendiri, namun bagiku ada kesamaan, yaitu memperoleh
buku dengan harga terjangkau kantong.
Sebenarnya membeli buku dengan harga sale
merupakan sebuah dilema. Satu sisi ada rasa sedih melihat
buku-buku bagus dijual dengan harga murah. Namun, di sisi
lain ada kesemptan untuk menikmati buku bagus tanpa
merogoh saku terlalu dalam.
Seiring dengan perjalanan waktu, pameran bukupun
tergerus. Baik dari segi volume pengadaan maupun jumlah
peserta dalam setiap pameran. Hal ini semakin terasa ketika
menghadiri Pameran Buku Islam yang telah dimodifikasi.
Jumlah stand buku boleh dibilang sebanding dengan jumlah
stand selain buku.
Seperti mengikuti hukum ekonomi, semakin jarang
sebuah produk, semakin tinggi nilai jualnya. Demikian juga
dengan harga buku. Perlahan tapi pasti, tidak ditemukan lagi
buku dengan nilai lima ribu rupiah. Sudah genti rego mejadi
sepuluh ribu rupiah.

76
Dengan izinNya, aku tidak hanya menjadi pengunjung
pameran buku lokal. Allah menganugerahkan kesempatan
untuk mengunjungi pameran buku tingkat nasional dan juga
internasional. Peluang yang hadir, ketika aku mengikuti sebuah
pelatihan.
Saat itu, aku mengikuti pelatihan Women and Enterprise
Development di Noida. Kota Noida adalah sebuah kota
penyangga ibu kota India, New Delhi. Sudah menjadi suratan
tangan, ketika mengikuti pelatihan tersebut, diadakan pameran
buku tingkat internasional.
Bersama beberapa orang teman sesama peserta pelatihan,
kami melangkahkan kaki menuju tempat pameran. Di sana aku
menemukan sebuah stand penerbit, yang buku-buku
terbitannya sering menjadi text book waktu kuliah, John Wiley &
Sons.
Serasa ndak percaya ketika berada di stand penerbit
tingkat internasional itu. Di stand tersebut, aku menemukan
buku-buku text book dengan jenis kertas bookpaper. Sesuatu yang
belum pernah aku temukan di masa perkuliahan dahulu.
Usut punya usut, ternyata buku-buku tersebut diterbitkan
di India. Dalam memasarkan buku-buku terbitan John Wiley &
Son di India, maka Pemerintah India mensyaratkan penerbit
tersebut untuk menerbitkan buku-buku terbitannya khusus
untuk mahasiswa dengan jenis kertas bookpaper. Wow.
Demikianlah upaya pemerintah India untuk menyediakan text
book bagi para mahasiswanya.
Lain lagi ketika aku mengikuti sebuah pelatihan tentang
perpustakaan di Jakarta. Bersamaan dengan pelaksanaan
pelatihan tersebut, diadakan Pameran Buku Islam. Dengan guide
seorang teman pelatihan yang nota bene warga Betawi, kami
mengunjungi pameran tersebut. Sebenarnya keinginan untuk
77
mengunjungi Pameran Buku Islam tingkat nasional ini sudah
lama bersemayam di kalbu. Alhamdulilah, akhirnya Allah
mewujudkan keinginan tersebut.
Menjadi staf di bagian perpustakaan kantor, Balai Besar
Kerajinan dan Batik kembali menumbuhsuburkan HIMku.
Amanah untuk menyusun daftar pengadaan buku, benar-benar
aku nikmati.
Bersama teman-teman sesama warga perpustakaan, kami
sepakat untuk membeli buku-buku, terutama buku tentang batik
yang ekslusif. Hal yang menjadi pertimbangan kami dalam
mengambil kebijakan tersebut adalah tidak semua orang
mempunyai kemampuan membeli buku apik tersebut.
Tahun 2020, ketika bagian pengadaan menyerahkan
sebuah buku berjudul Isen-Isen dalam Batik Tatik Suroyo,
langsung kupeluk buku tersebut. Alhamdulillah bisa menikmati
buku mahal yang sangat memanjakan mata dengan
keindahannya.
Tahun ini, sensasi itu kembali hadir. Saat aku
mengunjungi ruang persediaan, tumpukan buku-buku apik
telah tersedia. Dengan antusias, aku meminta agar buku-buku
pengadaan tahun anggaran 2021 tersebut segera diserahkan ke
perpustakaan. Rasanya tidak sabar menyentuh dan membaca
buku-buku tersebut.
Ketika membaca sebuah buku yang berjudul Tenun
Gedhog, karya Judi Knight Achjadi, rasa syukur hadir dalam
sanubari. Pada bagian tokoh, diungkapkan bahwa salah seorang
tokoh Tenun Gedhog, Bu Uswatun, pernah mengikuti pelatihan
di Balai Besar Kerajinan dan Batik. Alhamdulillah. BBKB telah
ikut berperan dalam memberi warna pada perjalanan seorang
tokoh.

78
Memang ini bukan testimoni pertama tentang BBKB yang
dituangkan dalam sebuah buku. Irwan Tirta, pernah menulis
tentang BBKB dalam bukunya yang berjudul Batik Sebuah Lakon.
Demikian juga E.A. Natnegara dalam buku Dunia Batik Seorang
Jultin. Melalui pengembangan koleksi, perpustakaan BBKB telah
mendokumentasikan terbitan yang berkaitan dengan BBKB.
Selain secara kedinasan, secara pribadi aku merasa
terpanggil untuk melengkapi koleksi di perpustakaan melalui
kocek pribadi. Buku-buku tentang batik dan kerajinan aku beli
secara pribadi dan ditempatkan di rak yang diberi nama Pojok
Ivone. Sebagai pelengkap, tentu saja buku yang dibeli, adalah
buku yang belum tersedia di perpustakaan dan dengan harga
yang sesuai dengan kemampuan keuanganku.
Aku masih terjangkit virus HIM (buku) dengan berbagai
alasan. Alhamdulillah, virus yang telah menjadi nutrisi nurani
dan sebagai pencatat sejarah peradabadan terutama untuk
sebuah lembaga (BBKB) yang akan berusia seratus tahun pada
tahun 2022. Terimakasih penulis, penerbit, toko buku off line dan
juga on

79
Ivone De Carlo lahir dan besar di Bukittinggi, Sumatera Barat.
Usai menamatkan SMA merantau ke Banda Aceh untuk
menikmati bangku kuliah. Perjalanan nasib mengantarkannya
untuk bekerja dan berumah tangga di Yogyakarta. Gemar
menulis semenjak SMA dan diikuti dengan senang membaca
mulai masa perkuliahan. Sejak Pandemi Covid-19 melanda,
menulis dan belajar menulis menjadi perhatian Ivone. Buku
berjudul Batik Pedia yang diterbitkan Andi Ofset telah terbit.
Selain itu telah ikut berkontribusi dalam sebelas buku antologi.
Informasi tentang buku-buku tersebut dan lainnya dapat
disimak di @buku.prangko.ivone. Untuk berkomunikasi bisa
melalui alamat ivonedecarlo@yahoo.com.

80
Buku, Perpustakaan, dan Peradaban Bangsa

… Joko Setiyono …

Berbicara tentang buku tentu erat berkaitan dengan


perpustakaan. Perpustakaan adalah alamat paling dekat dan
lazim bagi aneka ragam buku. Buku sebagai media pengabdian
dan penyebaran khazanah pengetahuan pasti dengan mudah
orang akan dapat menemukan, membaca dan meminjamnya di
Perpustakaan. Perpustakaan menampilkan diri sebagai
fasilitator dalam interaksi antara pembaca dengan buku. Peran
perpustakaan ini bisa dibilang sudah klasik namun abadi di
sepanjang peradaban manusia.
Perpustakaan menjadi penanda penting bagi peradaban
bangsa. Lembaran-lembaran sejarah memberikan penegasan
dari pernyataan tersebut. Membaca Niniveh, membaca
Alexandria di Mesir, menyimak Perpustakaan Al-Zahra di
Cordoba Spanyol, menyimak al-Qarawiyyin, Bait al-Hikmah di
Baghdad, sampai Library of Congress dan Brithis Library di saat
ini. Tiada bangsa besar dan maju yang alpha untuk
membangunkan istana bagi khazanah perbendaharaan
pengetahuan mereka. Perpustakaan itu dijaga sebagaimana
mereka menjaga keutuhan teretorialnya. Kehancuran yang satu
membawa kehancuran yang lainnya.
Kita sebagai bangsa, patut berbangga dengan peresmian
gedung baru Perpustakaan Nasional RI (Perpusnas) oleh
Presiden Joko Widodo tanggal 14 September 2017. Tanda tangan
Presiden Joko Widodo mewakili bangsa Indonesia menjadi
prasasti penting bagi rekam jejak bangsa ini dalam mengelola
khazanah pengetahuannya. Bahwa bangsa ini sedang serius
membangun peradabannya, penanda sebagai gedung

81
perpustakaan tertinggi di dunia (24 lantai plus 3 basement)
menjawab segala keraguan ini. Gedung ini tersimpan asa untuk
melahirkan percepatan program mencerdaskan bangsa, merebut
hati masyarakat semakin dekat perpustakaan dan budaya
literasi. Membaca dan menulis. Tanpa disadari Perpusnas
dengan gedung barunya telah menerakan diri sebagai gedung
perpustakaan tertinggi di dunia. Monumental.
Spirit monumental gedung ini selayaknya mampu
membuahi alam pikiran warga bangsa untuk terus membaca
dan menulis. Memacu semangat belajar sepanjang hayat. Bangga
menjadi warga bangsa yang giat membaca. Sebagaimana Agus
Rifai tuliskan: Menjadi Bangsa Pembaca (Kompas, 22/9/2017). Kini
bangsa kita telah memiliki istana megah bagi buku, bagi
khazanah pengetahuan bangsa. Gedung Perpustakaan tinggi
menjulang bagai bintang-bintang. Perpustakaan akan
membukakan cakrawala indahnya cita-cita bagi para warga
bangsa. Perpustakaan dengan fasilitas dan layanan yang
lengkap nan modern, merangkul semua kalangan usia dari
anak-anak sampai manula, mengandeng setiap manusia dari
yang sempurna raga sampai penyandang disabilitas.
Setidaknya ada tiga hal membanggakan dari Perpusnas
saat ini, menyusul diresmikannya gedung baru tersebut. Ketiga
hal itu merupakan kesimpulan pribadi saya dari hasil
pengamatan terhadap Perpusnas beberapa tahun terakhir.
Bermula dari kunjungan Jokowi ke Perpusnas (5/9/2014)
beberapa hari sebelum diambil sumpah jabatan sebagai Presiden
RI pada tanggal 20 Oktober 2014. Membaca peristiwa tersebut
saya menulis esai di harian Solopos (1/10/2014) dengan tajuk
“Logistik Mental”. Simpulan saya, Jokowi sedang mengirim
pesan kepada segenap warga bangsa di mana lokus khazanah
perbendaraaan bagi gerakan revolusi mental itu berada. Bahkan
itu Jokowi lakukan jauh hari sebelum secara resmi memegang
tampuk pimpinan tertinggi untuk menghela gerakan revolusi
mental bagi segenap warga bangsa Indonesia.

82
Pertama, Logo bintang pengganti identitas logo Perpusnas
yang lama. Logo ini tampil memberi kesan grafis begitu
futuristik dan kekinian. Logo bintang segi lima sebagai bentuk
dasar secara jeli diberi ornamen berupa buku terbuka ke arah
kanan di bagian atas. Memberi ciri khas yang dengan cepat
mengiring asosiasi ikonik kepada pengetahuan. Mengajak
kepada cita-cita setinggi bintang-bintang di langit. Kombinasi
gradasi warna hijau dan biru, memberikan kesan kontras yang
kuat. Secara keseluruhan logo baru tersebut mampu tampil
menonjol dalam berbagai aplikasi media baik berbasis cetak atau
pun digital, baik itu dalam wujud berwarna maupun
monokromatik. Perpaduan gambar bintang dan buku mampu
menyimbolisasikan perpustakaan secara cerdas, bernas dan
ikonik.
Logo baru Perpusnas mengusung makna bahwa ilmu
pengetahuan senantiasa berkembang, dan membawa manfaat
bagi kesejahteraan umat manusia. Perpustakaan dimaknai
sebagai sumber ilmu pengetahuan. Layaknya bintang,
perpustakaan adalah lambang ketinggian ilmu dan kemuliaan
yang diharapkan mampu membuka cakrawala berpikir umat
manusia. Manusia selalu tumbuh dan melakukan regenerasi,
begitu juga dengan ilmu pengetahuan yang selalu tumbuh
berkembang sesuai dengan jamannya. Perpustakaan, di
manapun dan kapanpun juga akan selalu tumbuh berkembang
mengawal peradaban manusia.
Sementara itu, dari kreatornya mensublimasi nilai-nilai ini
dalam logo tersebut yaitu bentuk bintang melambangkan
ketinggian ilmu dan kemuliaan, pelita / penerang di tengah
malam, dan petunjuk arah. Bintang bersegi lima juga
melambangkan dasar negara Pancasila. Sedangkan buku
terbuka melambangkan ilmu pengetahuan yang senantiasa
berkembang. Buku terbuka ke arah kanan melambangkan
bahwa ilmu pengetahuan membawa manfaat bagi kesejahteraan
umat manusia. Warna logo hijau melambangkan pertumbuhan

83
dan regenerasi, disematkan pada bentuk buku sebagai sumber
pengetahuan. Biru melambangkan sifat tenang dan memberikan
kesan kedalaman, ketenangan berpikir, dan kedalaman ilmu
pengetahuan yang dimiliki merupakan landasan pengabdian
kepada masyarakat, nusa dan bangsa. Gradasi dari warna tua ke
warna muda pada masing-masing warna melambangkan
konsep “Habis Gelap Terbitlah Terang” yang berarti dengan
membaca buku akan membuka cakrawala berpikir,
mencerahkan, mencerdaskan dan membuka ilmu pengetahuan
bagi umat manusia.
Logo baru Perpusnas yang diresmikan pada pada 29
Desember 2014 ini sebagai upaya Perpusnas merangkul
masyarakat luas. Meningkatkan kesadaran dan menumbuhkan
apresiasi masyarakat atas keberadaan Perpusnas memerlukan
identitas lembaga yang kuat. Logo baru merupakan langkah
strategis dalam pengembangan dan penguatan identitas
Perpusnas. Perubahan logo juga membangun persepsi dan
kesadaran masyarakat terhadap eksistensi Perpusnas sebagai
lembaga yang melaksanakan fungsi sebagai perpustakaan
pembina, penelitian, pelestarian, rujukan, pusat deposit, pusat
jejaring perpustakaan, dan sebagai pusat rekreasi keilmuan.
Manfaat ini yang ingin terus Perpusnas sadarkan dan tularkan
di dalam masyarakat.
Pergantian logo baru menunjukkan bahwa Perpusnas
merupakan lembaga yang progresif dan selalu berpikiran maju.
Logo Perpusnas sebelumnya berbentuk buku dengan nyala obor
dengan dua tangan yang terkatup lengkap dengan lima jari yang
menopang. Logo tersebut dimaknai bahwa Perpustakaan adalah
lambang ilmu pengetahuan yang senantiasa berkembang
sebagai usaha mencerdaskan bangsa. Upaya tersebut bisa
dicapai melalui pendidikan seutuhnya yang didukung oleh
penyediaan sarana pustaka yang lengkap.
Kehadiran logo baru tentu membawa harapan baru,
semangat baru, dan optimisme baru. Pasca peluncuran logo baru

84
Perpusnas, ahli marketing Rhenald Kasali (yang mengisi sesi
orasi) mengisyaratkan dengan logo baru Perpusnas perlu ke luar
dari zona nyaman jangan terbuai dengan rasa: aman, tenang,
familiar, dan sesuai keahlian. Agar tertantang menjalani hal-hal
baru. Memasuki tantangan baru, tentu akan mengundang
resiko-resiko, penuh ketidakpastian dan bahkan mungkin
muncul hal-hal yang tidak terduga. Namun, inilah ujian yang
harus dihadapi dengan hasrat, percaya diri, dan penuh
kesempatan. Jika berhasil, maka kualitasnya akan teruji.
Keberhasilan akan mengikuti.
Logo baru Perpusnas merupakan hasil dari kontes logo.
Hal ini sangat apresiatif karena Perpusnas tidak segan untuk
mengandeng penyedia jasa kontes logo online yaitu Sribu.com.
Kontes diadakan pada 10 sampai 21 Desember 2014, diikuti oleh
sebanyak 1.067 desain logo sementara desainer yang mengikuti
kontes tersebut sebanyak 403 orang. Adapun pemenang kontes
adalah pemiliki akun Sribu.com bernama @rafale dengan desain
terpilih bertangar #747, memenangkan hadiah nominal sebesar
Rp. 20-an juta. Hasilnya, diperoleh logo yang kekinian selaras
selera zaman.
Logo baru Perpusnas ini tentunya dapat dimaksimalkan
sebagai gimmick pemasaran perpustakaan. Baik itu berupa
cinderamata, atribut-atribut baik tercetak maupun online,
bahkan dapat pula dimanfaatkan untuk endorsement yang
dilakukan oleh para publik figure, baik dari birokrasi, politik,
pengusaha sampai para selebritis. Lewat logo tersebut
disublimasikan citra bahwa perpustakaan dan budaya literasi,
menulis dan membaca, mencintai ilmu pengetahuan adalah
sesuatu yang sangat bernilai dan tentunya juga merupakan hal
yang keren.
Kedua, Gedung menjulang setinggi 24 lantai plus 3
basemen disebut-sebut sebagai gedung perpustakaan tertinggi
di dunia. Mendekonstruksi kesan perpustakaan sebagai sebuah
gudang ilmu yang dianggap konservatif dan kuno. Terutama

85
bagi generasi sekarang yang dekat dengan segala hal berbau
instan, praktis dan mudah pakai. Tak heran mereka lebih
memilih untuk mengunduh secara langsung tanpa perlu
bersusah payah datang ke perpustakaan. Pemustaka generasi
milenial saat ini telah menjadi konsumen informasi yang dalam
sekejap saja dapat melompat dari mesin pencari ke laman artikel,
akun wikipedia bahkan melalui jejaring sosial.
Keprihatinan inilah, rupanya yang diserap Joko Widodo
saat blusukan ke Perpusnas pada bulan September 2014 waktu
itu. Selanjutnya secara sigap menindaklajuti rencana
pembangunan perpustakaan berstandar internasional yang
telah bergulir sejak tahun 2010 dan mempercepat revitalisasi
pembangunan perpustakaan milik bangsa yang diperuntukkan
bagi siapa saja yang terletak di pusat kota. Maka dibangunlah
gedung yang semula hanya 3 lantai itu menjadi gedung
perpustakaan tertinggi di dunia.
Sebuah pencapaian yang potensial menjadi daya tarik
ajakan bangkitnya budaya literasi, membaca dan menulis.
Selebrasi 14 September 2017 mestinya memantik energi potensial
itu menjadi daya kinetika yang terus memompa semangat warga
bangsa untuk membaca dan menulis.
Terlebih, gedung Perpusnas dibangun di lokasi prestisius
berada kawasan Ring Satu pemerintahan pusat. Merupakan
kompleks bersejarah yang bersebelahan dengan lapangan IRTI
Monas. Terletak di Jalan Medan Merdeka Selatan nomor 11
gedung ini dibangun di atas lahan seluas 11.975 m2 dengan luas
bangunan 50.917 m2 dan tinggi bangunan mencapai 126,3 meter
memiliki 27 lantai terdiri dari 24 lantai gedung dan tiga
besement, diyakini sebagai gedung tertinggi di dunia untuk
kategori perpustakaan. Berkonsep green building dengan indeks
konsumsi energi (IKE) sebesar 150 kwh/mm2 per tahun.
Dilengkapi teknologi kabel jaringan data kategori 7 (CAT-7) dan
perangkat jaringan aktif yang mampu mentransfer data hingga
100 Gbps. Memiliki mesin pendingin sentral sebagai sistem

86
pendingin ruangan yang akan mengusir rasa gerah atau
kepanasan.
Desainnya gedung dipilih dari sayembara desain
arsitektur. Bentuk bangunan menjulang tinggi berupa persegi
layaknya jendela yang menghadap ke beranda rumah diartikan
sebagai "Jendela Dunia" atau The Window of the World. Meski
sekilas tampak luar tak begitu istimewa, sama seperti gedung
pemerintahan pada umumnya. Namun bagian dalam gedung
banyak spot dan ruangan yang tak biasa, hiasan ruang banyak
yang menampilkan ornamen nusantara. Terdapat layanan
inklusif diperuntukkan untuk melayani para penyandang
disabilitas baik itu sarana dan prasarana, koleksi, maupun
ruangan khusus bagi disabilitas tuna netra. Menyajikan pojok
baca anak-anak yang didesain unik, menarik dan
menyenangkan dengan dinding yang dihiasi lukisan mural
bertema cerita rakyat nusantara. Memicu anak-anak untuk
bermain, membaca, bereksplorasi, berinteraksi hingga melatih
kepercayaan diri dengan kreatifitas yang mereka miliki tersedia
panggung kreasi untuk mengembangkan kemampuan literasi.
Di samping itu bagi lansia atau warga senior diberikan layanan
dan tempat khusus lengkap dengan koleksi dan petugas
pendampingnya.
Fasilitas layanan Perpusnas dilengkapi dengan pusat data
koleksi berteknologi Tier 3 dan telelift (sistem transportasi buku
secara otomatis), ruang pameran (galeri), teater, aula
berkapasitas 1000 kursi, ruang teleconference dan beberapa ruang
diskusi yang dapat dimanfaatkan oleh para pegiat dari
komunitas literasi. Kartu anggota perpustakaan berbasis
teknologi Radio Frequency Indetification (RFID) atau identifikasi
berbasis gelombang radio. Pengelolaan koleksi di setiap lantai
pun sudah menggunakan teknologi ini. Tujuannya sebagai
sarana pengaman dan inventori koleksi. Fasilitas layanan
perpustakaan juga memberikan kemudahan bagi para
pengunjung yang ingin meminjam buku untuk dibawa pulang

87
dengan batas waktu tertentu.
Dalam sambutannya, Presiden Jokowi menambahkan
bahwa kita boleh berbangga tapi jangan cepat berpuas hati.
Diharapkan gedung ini tidak hanya sekedar megah tetapi
menjadi corong peradaban untuk menyongsong masa depan
menjangkau hingga 50 tahun mendatang. Perpustakaan ini
diharapkan menjadi sentra aktifitas yang edukatif, rekreatif dan
kultural. Gedung baru Perpusnas diharapkan mampu menjadi
daya dorong percepatan program-program mencerdaskan
bangsa dan memposisikan Perpustakaan Nasional sebagai
perpustakaan yang dibanggakan masyarakat Indonesia dan
diperhitungkan di mata internasional (pnri.go.id).
Perpusnas bersama segenap komponen bangsa dapat
memanfaatkan modal sumber daya lokasi dan kemegahan
bangunan ini untuk menjadi destinasi wisata ilmu pengetahuan.
Misalnya, dengan bekerjasama dengan sekolah-sekolah di
seluruh penjuru negeri untuk singgah ke Perpusnas ketika
mengadakan program darmawisata dengan tujuan Ibu Kota
Jakarta. Para siswa tidak hanya diajak ke Ancol, Taman Mini,
dan Monas saja namum juga mampir ke Perpusnas.
Ketiga, hal ini merupakan transformasi dari buku secara
digital, selaras era zaman: iPusnas. Perpusnas menghadirkan
dan mempersembahkan iPusnas sebagai layanan perpustakaan
digital, layanan perpustakaan yang dapat diakses tanpa
hambatan ruang dan waktu. iPusnas bisa disebut layanan
perpustakaan di awan. Semua koleksinya berbasis data digital,
berupa ebook yang dapat dibaca lewat beragam gadget baik
komputer, iPad, ataupun telepon genggam. Seluruh warga
Indonesia dapat dengan mudah mendaftar sebagai anggota
perpustakaan lewat akun media sosial (Facebook) atau e-mail.
Selanjutnya bisa langsung memilih buku, meminjam dan
membacanya selama jangka waktu tertentu (3 hari), dari
manapun dan kapanpun jua selama memiliki akses internet.
iPusnas merupakan aplikasi perpustakaan digital yang
88
dikembangkan Perpustakaan Nasional bekerja bersama dengan
PT Woolu Aksara Maya (Aksaramaya). Aplikasi ini dilengkapi
eReader untuk membaca ebook. Dengan basis media sosial,
pengguna iPusnas dapat berinteraksi dengan pengguna lainnya
seperti memberikan rekomendasi buku yang sedang dibaca,
ulasan buku, serta mendapatkan teman baru. Selengkapnya,
iPusnas dapat didownload lewat Google Play Store dari ponsel.
Membaca e-book di iPusnas jadi lebih menyenangkan karena
dapat membaca ebook secara online maupun offline.
Menjadi tantangan bagi Perpusnas untuk meramu ketiga
sumber daya tersebut sebagai kekuatan sosialisasi perpustakaan
secara nasional yang berdaya guna dan berkelanjutan. Lebih
jauh lagi perpustakaan dapat membersamai masyarakat dalam
aktivitas literasi membaca dan menulis yang akan mengerakkan
knowledge management bagi bangsa Indonesia. Menumbuh-
kembangkan kecintaan masyarakat akan ilmu pengetahuan.
Sehingga kita bisa berharap masa depan generasi bangsa yang
cemerlang, memiliki fondasi tradisi ilmu pengetahuan yang
kokoh. Semakin mewujud secara nyata cita-cita luhur yaitu
mencerdaskan kehidupan bangsa.
Ramuan itu misalnya menjadikan gedung Perpusnas
sebagai destinasi wisata ilmu pengetahuan favorit di Ibu Kota
Negara. Utamanya bagi anak-anak sekolah dari SD sampai SMA,
Perpusnas bisa bekerjasama dengan sekolah-sekolah dan biro-
biro perjalanan wisata merancang paket kunjungan
perpustakaan yang menyenangkan dan membanggakan. Logo
Perpusnas disematkan dalam aneka rupa pernak-pernik
cinderamatanya bekerjasama dengan industri kreatif untuk
menemukan produk kekinian yang cocok bagi generasi milenial
ini. Keberhasilan Perpusnas dalam merangkul generasi muda ini
akan teramati bila logo Perpusnas menjadi sebuah nilai
kebanggaan. Mereka memiliki kebanggaan terhadap logo
Perpusnas yang tertera di atas suatu proverti milikinya. Bangga
menjadi bagian dari masyarakat yang berpengetahuan luas.

89
Selanjutnya, iPusnas wajib diperkenalkan agar di manapun
mereka berada sepulangnya dari Perpusnas masih dapat
menikmati layanan perpustakaan bahkan diharapkan menjadi
semakin dekat dan intens membaca buku-buku digital via
iPusnas. Karena dengan iPusnas layanan perpustakaan benar-
benar berada di ujung jari kita.
Keberhasilan Perpusnas meramu ketiga modal sumber
daya tersebut untuk merangkul sebanyak mungkin warga
bangsa dan seluas mungkin lapisan masyarakat akan
mengabadikan moment peresmian gedung baru Perpusnas
menjadi milestone atau tonggak sejarah peradaban bangsa.
Senyampang, milestone ini dimaksudkan sebagai a significant
point in any progress of development peristiwa yang bermakna bagi
gerak maju masyarakat atau suatu bangsa dalam perkembangan
pembangunan yang diupayakannya. Memiliki makna bagi
perkembangan adab dan budaya suatu bangsa, karena peristiwa
tersebut mampu merubah pola pikir, pola sikap dan tindak
manusia atau bangsa yang bersangkutan menuju kemajuan
ummat manusia. Secara konsisten bergerak maju mencapai
tujuan yang hendak diwujudkan oleh masyarakat atau bangsa.
Selaras dengan tema besar revolusi mental yaitu gerakan sosial
untuk bersama-sama menuju Indonesia yang lebih baik.
Bukankah, perpustakaan dapat disebut sebagai logistik mental,
alamat terkonsentrasinya beraneka ragam buku, khazanah
pengetahuan sehingga pengetahuan dapat diabadikan dan
dikomunikasikan melintasi batas ruang dan waktu; merupakan
wahana belajar sepanjang hayat untuk mencerdaskan warga
negara. Membangun peradaban bangsa []

Joko Setiyono, Pustakawan di Perpustakaan Institut Seni


Indonesia Surakarta. Merupakan warga Karanganyar dengan
alamat Kauman RT 01/06 Jumapalo. Beberapa tulisannya pernah
dimuat pada koran daerah yaitu Solopos dan Joglosemar, di
90
jurnal ilmiah, serta dalam buku dan buku bunga rampai. Ia bisa
dihubungi melalui nomor WA 08156576479 atau
jjokko@gmail.com, serta Instagram @Semiotika.

91
IQ’RO : Keutamaan Membaca Al-Qur’an di Bulan Ramadhan

… Juli Purnawati …

Bulan Ramadhan merupakan malam seribu bulan, terdapat


keutamaan serta keistimewaan didalamnya. Bulan Ramadhan
kehadirannya sungguh dinantikan oleh umat muslim di seluruh
dunia. Salah satu keistimewaannya adalah diturunkannya
Alquran oleh Allah SWT sebagai kitab suci umat Islam. Perintah
membaca dalam Alquran dapat kita temukan dalam Alquran
pada surah Al ‘Alaq ayat 1 sampai 5.
Surah Al-Alaq diatas merupakan wahyu pertama yang turun
kepada Nabi Muhammad SAW. Ayat 1 sampai 5 ini turun pada
malam Lailatul Qadar di Bulan Ramadhan. Surah Al Alaq
merupakan surah ke 96 yang terdiri dari 19 ayat. Termasuk
kedalam golongan surah Makkiyah atau ayat-ayat Al Quran
yang turun sebelum Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah.
Waktu pewahyuannya terjadi ketika Nabi Muhammad SAW
berdiam diri di Gua Hira. Suatu malam yang oleh Alquran
disebut “lebih baik dari seribu bulan”. Pendapat mengenai
turunnya pewahyuan terjadi pada malam Lailatul Qadar,
didasarkan pada penjelasan Alquran dalam surah Al Qadar ayat
1, surah Ad Dukhan ayat 3-4 dan surat Al Baqarah ayat 185.
Nuzul Quran terjadi saat Lailatulkadar yang jatuh pada malam
17 Ramadhan. Perintah pertama Allah SWT kepada Nabi
Muhammad dalam wahyunya yakni Iqra ‘’bacalah’’, beliau
diperintahkan membaca padahal beliau adalah seorang yang
tidak pandai baca dan tulis. Kata Iqra sangat menakjubkan, hal
ini berarti jika kamu tidak membaca, maka kamu akan gelisah

92
tidak dapat tidur dan ketika itulah kamu tidak akan
mendapatkan keterangan. Sebaliknya jika membaca maka kamu
akan menjadi tenang, akan memperoleh pengetahuan dalam
kehidupan. Mengutip Syekh Abdul Halim Mahmud, mantan
petinggi Al Azhar Mesir mengatakan : “membaca disini adalah
lambang dari segala apa yang dilakuakan oleh manusia, baik
yang bersifat aktif maupun pasif. Kalimat ini berarti pengertian
dan jiwanya ingin menyatakan ‘bacalah demi Tuhanmu,
bergeraklah demi Tuhanmu, bekerjalah demi Tuhanmu.
Keutamaan Membaca Al-Qur’an
Pahala berlipat ganda. Seseorang yang rutin membaca Alquran
akan mendapat pahala yang berlipat ganda. Rasulullah SAW
bersabda “Barangsiapa yang membaca Alquran maka ia akan
mendapat satu kebaikan dan dari satu kebaikan itu berlipat
menjadi sepuluh kebaikan”.
Obat penyakit hati dan fisik. Dengan membaca Alquran sakit
hati dan fisik kita dapat terobati. Cara yang lazim dilakukan
adalah dengan ruqyah. Allah SWT berfirman , “Dan kami
turunkan di dalam Alquran suatu yang menjadi obat (penyakit
manusia) dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. “ (QS. Al
Isra: 82).
Rumah menjadi bercahaya. Rumah yang senantiasa dibacakan
Alquran akan terasa tenang dan damai. Rasulullah bersabda,
“Perumpamaan rumah yang di dalamnya dan rumah yang tidak
disebut nama Allah di dalamnya adalah seperti perumpamaan
orang yang hidup dan mati.”. Dalam riwayat At Tirmidzi juga
terdapat sebuah hadis yang berbunyi: “Sesungguhnya setan
tidak akan masuk ke rumah yang dibaca di dalamnya surah Al
Bawalah.
Dilindungi dari godaan setan. “Sesungguhnya setan itu adalah
musuh yang nyata bagimu, maka jadikanlah ia musuh (mu),
93
karena sesungguhnya setan-setan itu hanya mengajak
golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang
menyala-nyala.”(QS. Faathir: 6).
Memberikan syafaat di akhirat kelak. Membaca Alquran secara
rutin akan mendatangkan kemuliaan bagi insan yang
mengamalkannya. Tidak hanya didunia, bahkan diakhirat kelak,
Alquran dapat menjadi syafaat atau penolong bagi pembacanya.
Dalam hadis riwayat Muslim, “Bacalah bait Al Quran, karena
sesungguhnya pada hari kiamat nanti akan datang memberikan
syafaat yang baik pada pembacaannya.”
Diangkat derajatnya oleh Allah SWT. Allah SWT akan
mengangkat derajat orang-orang yang selalu membaca Alquran
dan mempelajari isi kandungannya serta mengabaikannya
setiap hari.
Ditempatkan di tempat terbaik. Seorang yang rajin membaca
Alquran dan menghafalnya akan ditempatkan bersama
malaikat-malaikat pencatat yang patuh kepada Allah dan selalu
berbuat kebaikan. Dikutib dalam kitab Fatal Bari menurut Al
Qurthubi, yang dimaksud mahir adalah orang yang cerdas,
maksudnya hafalan dan tajwidnya mempunyai kualitas yang
baik
IQ’RO Kunci Peradaban dan Kemajuan
Hikmah bulan Ramadhan dengan turunnya Alquran jika kita
kaitkan dengan pendidikan, yaitu dimulai dengan perintah “iq’
ra” (bacalah), hal ini berarti bahwa manusia diciptakan oleh
Allah agar untuk belajar. Bagi siapa yang tidak belajar, hidupnya
pasti tertinggal. Surah inilah yang menjadi tonggak perubahan
peradaban dunia, yakni pentingnya ilmu pengetahuan.
Perubahan dari kehidupan jahiliah menjadi terang benderang.
Perintah membaca itu dimaknai buka sebatas membaca

94
lembaran-lembaran buku, melainkan juga membaca tanda-
tanda kebesaran Allah SWT dan alam semesta.
Iqra bismi rabbikallazi khaliq. Artinya: bacalah dengan
(menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Ayat pertama
merupakan perintah untuk mencari buku. Ilmu yang bersifat
umum baik ilmu yang menyangkut ayat Alquran dan ayat yang
terjadi di alam. Dan ayat-ayat kauniyahbialah tanda-tanda
kebesaran Allah SWT yang berupa keadaan alam semesta.
Khalaqal insana min alaq. Artinya: Dia telah menciptakan
manusia dari segumpal darah. Allah SWT berfirman dalam
surah Al Mukminum : 12-14, “Dan sesungguhnya telah kami
ciptakan manusia dari saripati (berasal) dari tanah. Kemudian
kami jadikan saripati itu air mani yang disimpan dalam tempat
yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu kami jadikan
segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal
daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang,
lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging.
Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk ) lain.
Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.
Iqra wa rabbukal karam. Artinya : Bacalah, dan Tuhanmulah
yang Maha Mulia.
Allazi allamah bil qalam. Artinya : Yang mengajar (manusia)
dengan pena.
Allamal insana ma lam ya’ lam. Artinya: Dia mengajarkan
manusia apa yang tidak diketahuinya.
Kala innal insaan layatga. Artinya : Sekali kali tidak ! Sungguh
manusia itu benar-benar melampaui batas.
Ar ra ahustagnaa. Artinya: Apabila melihat dirinya serba cukup.
Inna ila rabbikar ruj’a. Sungguh, hanya kepada Tuhanmulah
tempat kembali (mu).

95
A ra aitallazi yan ha. Artinya: Bagaimana pendapatmu tentang
orang yang melarang.
Abdan iżā ṣallā. Artinya : seorang hamba ketika dia
melaksanakan salat.
A ra`aita ing kāna 'alal-hudā. Artinya : Bagaimana pendapatmu
jika dia (yang dilarang salat itu) berada di atas kebenaran
(petunjuk).
Au amara bit-taqwāatau. Artiny: Dia menyuruh bertakwa
(kepada Allah)?
A ra`aita ing każżaba wa tawallā. Artinya: Bagaimana
pendapatmu jika dia (yang melarang) itu mendustakan dan
berpaling?
A lam ya'lam bi`annallāha yarā. Artinya: Tidakkah dia
mengetahui bahwa sesungguhnya Allah melihat (segala
perbuatannya)?
Kallā la`il lam yantahi lanasfa'am bin-nāṣiyah. Artinya: Sekali-
kali tidak! Sungguh, jika dia tidak berhenti (berbuat demikian)
niscaya Kami tarik ubun-ubunnya, (ke dalam neraka).
Nāṣiyating kāżibatin khāṭi`ah. Artinya: yaitu ubun-ubun orang
yang mendustakan dan durhaka.
Falyad'u nādiyah. Artinya: Maka biarlah dia memanggil
golongannya (untuk menolongnya).
Sanad'uz-zabāniyah. Artinya: Kelak Kami akan memanggil
Malaikat Zabaniyah, (penyiksa orang-orang yang berdosa).
Kallā, lā tuṭi'hu wasjud waqtarib. Artinya : sekali-kali tidak!
Janganlah kamu patuh kepadanya; dan sujudlah serta
dekatkanlah (dirimu kepada Allah).
Demikianlah surat Al-Alaq ayat 1-19 dalam Al Quran. Semoga
setelah membacanya kita dapat mengamalkannya dan menjadi
manusia yang lebih baik.

96
Juli Purnawati S.Sos

Experience
2006 s/d sekarang
Perpustakaan Universitas Sumatera Utara• Staff •
Universitas Sumatera Utara
Pustakawan Berprestasi dalam ajang Pemilihan Dosen
dan Tenaga Kependidikan Berprestasi Tingkat
Universitas Sumatera Utara Tahun 2018. Pustakawan
Berprestasi 2 :
Jl. Rahayu Dusun JuliPurnawati, S.Sos.
V
Desa Tanjung Judul Karya Prestasi Unggulan : “Utilitas Pustakawan
Baru sebagai Agen Literasi Digital pada Era RevolusiIndustri
Kec. Tanjung 4.0”.
Morawa
Pustakawan Berprestasi dalam ajang Pemilihan Dosen
dan Tenaga Kependidikan Berprestasi Tingkat
081375065337 Universitas Sumatera Utara Tahun2016.
PustakawanBerprestasi 2 :
JuliPurnawati, S.Sos.
juli.purnawati@gm
ail.com Judul Karya Prestasi Unggulan :“Pola Koordinasi
juli.purnawati@lib Pustakawan Antar Unit Pelayanan Dalam Upaya
rary.usu.ac.id PeningkatanAkreditasi Universitas Sumatera Utara”.
Dinas Perpustakaan dan Arsip Provinsi Sumatera Utara
Jurnal Literal 2019 “Pemanfaatan Media Blog Sebagai
Soft Skill Menulis Pustakawan Perspektif Insklusi Sosial

97
https://www.faceboo (Deskripsi Blog Personal Pustakawan di Perpustakaan
k.com/juli.purnawati USU)”
.9

Dinas Perpustakaan dan Arsip Provinsi Sumatera Utara


https://www.instagra
m.com/julipurnawati Lomba Pustakawan Berprestasi Terbaik Tahun 2021
/ Tingkat Provinsi Sumatera Utara : “ Sinergi Pustakawan
Dalam Mewujudkan SDM Unggul Indoensia Maju”.
https://purnawatijuli. Leadership
blogspot.com/2019/
 Peserta Konfrensi Perpustakaan Digital
02/meraih-mimpi-
dengan-profesi- Indonesia ke 11 Tahun 2018 “Mobilisasi
pustakawan.html Pengetahuan Melalui Perpustakaan Digital di
Era Disruptif”.
 Pelatihan Layanan Diseminasi Informasi Untuk
Pustakawan di Perpustakaan Cabang Pada
Perpustakaan Universitas Sumatera Utara
Tahun 2017.
 “Pelatihan Pemahaman dan Dokumentasi ISO
9001:2015” di ruang Konferensi Perpustakaan
USU 2019.
References
Komuitas Menulis Pustakawan (KMP)
Komunitas Pustakawan Blogger
Komunitas Ayo Menulis
Komunitas Kelas Menulis Buku Virtual

98
Penjaga Hatiku

… Junaida …

Kerinci pulau tengah itulah tempat dimana diriku


dilahirkan. Semilir angin malam di pulau tengah sangat
menusuk keseluruh tubuhku dengan gunung Kerinci dan Danau
Kerinci yang sengat indah panoramnaya mengingatkanku pada
kedua orang tuaku tercinta.

Sesekali mataku melihat keatas begitu indah bintang-


bintang dilangit saling memancarkan cahaya keindahanya
dipuncak gunung kerinci, hatiku tersentuh tanpa sadar mata ini
berkca-kaca teringat sang Ayah yang 12 tahun ayah sudah
dipanggil sang Allah, sedang Ibunda harus mencari nafkah
bersama abangku ke negeri tetangga.

Langkahku tergopah-gopah untuk menuju kekamar


mandi dan mengambil air wudhu. Tiba-tiba rasa dingin yang
segar menyentuhku seakan memberiku kekuatan untuk
bathinku, disepertengah malam itu, aku melakukan sujud
panjangku bermemanjat kepada Allah berusaha memancarkan
cinta dan rinduku kepada Allah, Rasul, kedua orang tuaku serta
abang adikku karena aku teringat dengan guru ngajiku ibu
hadiahkan yang selalu berkata didalam Al-quran surat Al-
Insyiriah ayat 5-6 karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu
ada kemudahan.

Hari berganti hari, bulan berganti bulan, tanpa sadar


usiaku saat ini sudah 17 tahun ibundaku saat ini sudah 17 tahun,
99
ibundaku terus mencari nafkah di negeri tetangga untuk
kebutuhan diriku dan kedua adikku yang saat itu masih usia 10
tahun dan 8 tahun, ibunda selalu berpesan kepadaku untuk
selalu menjaga kedua adikku dan selalu menelan kebaikan-
kebaikannya.

Dalam doaku memohon kepada Allah untuk penjaga


hatiku (ibunda) selalu diberikan kesehatan dan kekuatan dalam
mencarai nafkah untuk anak-anaknya Dialah penjaga hatiku
yang rela dan berkorban untuk anak-anaknya. Terlintas dalam
benakku wajah letihnya yang bekerja seharian, matakupun
berkaca-kaca sedikit demi sedikit air matakupun membasahi
pipiku. Begitu besar pengorbananya dari mengandung diriku
dan adik-adikku hingga mencari nafkah untuk anak-anak yang
dicintainya tidak ada yang bisa menggantikan penjaga hatiku
ini.

Aku sekolah di SMA Negeri 1 Pulau Tengah pada saat itu


ujian akhir kelulusan dan jalur undangan ke Perguruan Tinggi.
Alhamdulillah dengan izin Allah dan doa dari Ibundaku. Aku
lulus jalan undangan Jurusan Ilmu Perpustakaan tahun 1998 di
Universitas Sumatera Utara, Dengan berat hatiku meninggalkan
kampong halaman yang begitu indah tertanam dalam jiwaku,
untuk selalu terkena dalam memorize masa-masa sekolah yang
begitu indah.

Dalam perjalananku menuju Sumatera Utara mataku tidak


berkedip melihat gunung-gunung dan danau kerinci yang
begitu indah. Bus yang membawa diriku menghidupkan lagu
tentang cinta seorang ibu menyatu bersama hembusan angin
tanpa kusadari aku sudah mau sampai ke Sumatera Utara. Aku
teringat kepada kedua adikku yang sebelum pergi dititipkan

100
sama tanteku. Dalam tekadku adikku nantinya akan kubawa
kuliah di Sumatera Utara.

Setelah sampai di Sumatera Utara aku mencari tempat kost


untuk menjalankan aktifitas tiba-tiba HPku berbunyi kulihat dan
kupandang HPku tertulis nama penjaga hatiku yaitu Ibuku yang
menelpon, hari berganti hari tetapi Ibu selalu menelponku setiap
hari tetapi Ibu selalu menelpon, hari berganti hari tetap ibu
selalu menelponku setiap hari dan menanyakan kabarku rasa
kangen dan rindu tems hadir dalam benakku bersama
berjalanya hari-hari yang kujalani.

Tanpa sadar sudah 4 (empat) tahun aku kuliah di


Universitas Sumatera Utara dan menyelesaikan pendidikan
Sarjana di tahun 2003 bulan oktober, pada saat wisuda Ibuku
datang ke acara wisuda, betapa senangnya hatiku, sampai air
mata bahagia membasahi pipiku. Berkat doa dan jerih
payahNyalah aku bisa menyelesaikan sarjanaku.

Setelah selesai wisuda dengan izin Allah beberapa


kemudian saya melamar CPNS dan Alhamdulillah berkat doa
dari Ibundaku terrcinta. Terimakasih ya Allah, terima kasih
Penjaga Hati (Ibundaku) yang selalu menjaga dan mendoakanku
disetiap hariku. Ridho Allah tergantung Ridho kedua orang tua.

101
Junaida adalah staf penataan bahan perpustakaan cetak di
Perpustakaan Universitas Sumatera Utara. Pernah meraih
predikat sebagai pustakawan berprestasi dalam ajang pemilihan
dosen dan tenaga kependidikan berprestasi tingkat Universitas
Sumatera Utara pada tahun 2006. Saat ini tinggal di Jalan
Tuamang No. 149 Kel. Siderejo Hilir, Kec. Medan Tembung
Medan-20222. Untuk korespondesi dapat melalui 081361119004
(WA), junaidakinci@gmail.com atau junaida@library.usu.ac.id
(email) dan www.facebook.com/junaida.akbar/ (FB).

102
Terimakasih Buku

… Khusnatul Mawaddah …

Kaulah pelipur laraku


Saat sedih menyelimuti
Bukan karena tak tahan uji
Namun penyesalan tak terperi
Menyiakan waktu panjang menanti
Di stasiun nasib berhenti
Kau membuka pintu masuk
Teruskan langkah menuju asa
Menata lembar per lembar cerita
Dalam heningnya sukma

Entah baru berapa buku kulahap mengejar prestasi, tak


ingin nilai hancur dan bayar lagi. Ingat orang tua berat bebannya
untuk menyekolahkan putra putrinya. Buku Ekonomi,
Management, Akuntansi yang tebal-tebal harganya saat itu
lumayan mahal. Terpaksa keliling perpustakaan untuk bisa
sekedar pinjam dan fotocopi. Saat itu yang kukejar segera tuntas
kuliah bisa kerja gantikan ayah bundaku mengurus ke 7 adikku.
Impian demi impian kulalui sebagai proses manusia dewasa.
Buku diary yang selalu setia kupenuhi dengan cerita dari hari ke
hari hampir setiap tahun ganti. Belajar membaca dari
lingkungan rumah, malu rasanya lulus kuliah tak segera kerja.

Tawaran mengajar mengaji dari mushola dan masjid


kuterima dengan suka cita. Saat itu sudah bangga sekali bisa
diterima di komunitas para ustadzah. Kenal takmirnya dan

103
mengikuti semua wejangannya. Ya, mereka orang-orang
tangguh yang sudah banyak mengenyam pahit getirnya
kehidupan. Tak lama keakrapanku dengan anak-anak TPQ
semakin membikin semangat saja. Melatih gerak lagu islami,
membawakan puisi islam, membaca tartil, seakan hidup tak ada
dukanya. Setiap kali takmir punya rezeki para ustadzahnya
selalu kebagian, entah itu seragam, cemilan maupun uang.
Segala yang bersifat materi semua terpenuhi, tak peduli
seberapa besar nilai nominalnya. Rasa syukur atas nikmat Allah
perlahan mempengaruhi pola pikir ini. Awalnya rasa idealis
ingin segera bisa kerja di perusahaan besar, bergaji banyak
seakan sudah kuabaikan.

Berjalannya waktu, kebutuhan untuk membantu orang tua


semakin mendesak, setelah ijazah keluar dari kampus, segera
kukirim lamaran kemana-mana. Tes sana tes sini, kujalani
dengan penuh kesabaran. Kelemahan diri semakin tampak
tatkala bertemu pesaing dari para pelamar. Yah, memang inilah
garis hidup, bersaing, bertanding dan akhirnya mendapatkan
tempat yang terbaik menurut Allah. Sebuah perusahaan alat
rumah tangga dan percetakan. Hari-hari dalam aktivitas kerja,
tugasku input data dan menagih para konsumen, mendata
koperasi sekolah sekaresidenan, mendata foto kopi
sekaresidenan dan merekap kebutuhan mereka tiap bulannya.
Nikmat sekali, bisa berkomunikasi dengan berbagai jenis dan
karakter orang.Ada yang humoris, serius dan ada yang
menyeramkan.

Bekerja di perusahaan yang baru berkembang harus punya


etos kerja tinggi, karena penilaian kinerja di 3 bulan pertama
menentukan diterima tidaknya menjadi pegawai kontrak.
Setelah 3 bulan baru ada tanda tangan PKWT yaitu perjanjian

104
kontrak dari perusahaan ke karyawan dalam jangka waktu
tertentu. Jangka waktunya biasa 1 tahun sejak ditandatangani
perjanjian tersebut. Bangun pagi dandan rapi dan wangi,
penampilan memang nomor satu karena berhubungan dengan
konsumen juga sales. Membuat nota pengiriman barang,
membagi biaya perjalanan dinas dan menghubungi para
konsumen untuk memastikan keberadaan mereka.

Jika bosan dengan rutinitas kerjaan, kita sesama tim keluar


makan bareng di seputaran stasiun kereta api, saat itu daerah
Babat Lamongan memang kulinernya yang viral nasi pecel
contong. Sebelum pulang naik bis kita bareng-bareng mampir ke
stasiun. Saat itu hampir semua tim masih jomblo, jadi bebas mau
pulang kampung jam berapa, asal masih ada bus lewat aman
saja.

Berkutat dengan dunia cetak tentu tak lepas dari kertas,


mesin cetak, serta peralatan tehnikal lainnya. Saat itu aku fokus
dengan urusan konsumen dan keuangannya. Sama sekali tak
memperhatikan proses produksinya, baru sadar ketika ada
komplin konsumen dengan hasil cetak yang kurang
memuaskan.

Sejak itulah mulai kuikut melihat teman-teman yang kerja


di bagian produksi, mulai dari pengumpukan naskah, editing,
layot dan bikin plat untuk cetaknya. Bau tinta dan bahan kimia
lainnya sedikit membuat pusing kepala. Ternyata tak mudah
membuat buku maupun naskah lainnya, mereka lembur hampir
setiap hari, beda jauh dengan administrasi. Saya mulai belajar
berkenalan dengan para penulis buku yang rata-rata sarjana
pendidikan, saat itu buku pelajaran SD dan SMP. Sangat
sederhana namun elegan pemikirannya, membaca referensi dan

105
mengikuti setiap momen penting berita terkini wajib bagi para
penulis untuk tahu duluan.

Akhirnya aku makin salut dengan para pembelajar,


mereka betul-betul optimal menyajikan naskah untuk
pendidikan anak-anak mereka, para generasi penerus bangsa.
Tak ayal guru harus mampu menulis karena dengan begitu
mereka kelak jadi inovator pendidikan yang tak lekang oleh
zaman. Terima kasih buku kini kusadar betapa berartinya
dirimu menyadarkanku. Selamat hari Buku selamanya.

Khusnatul Mawaddah, pendidik PAUD Lahir di kota


Bojonegoro tanggal 11 Februari 1975. Ibu dari Ainul, Lazuardi,
Rousyan dan Alissa ini sudah belajar menulis buku dengan judul
Menyirami Tanaman Masa Depan (Lembaga Ladang Kata, 2017),
Metamorfosis Guru PAUD (KBM, 2018), Guru PAUD Kreatif dan
Simpel (KBM, 2018), Pertolongan Allah Pasti Datang (Penerbit
Nuntera), Kemana Kapal Harus Berlabuh (Penerbit Nuntera), Kiat
hidup Menghadapi Virus Corona (Wahana Resolusi), Jendela Hati
Corona (KBM), Bunga di Taman Puisi, Sang Surya (KBM), Kearifan
Kampung Nusantara (Wahana Resolusi), Suara Hati (Penerbit
Kampung Nusantara), dan Resep Masakan Nusantara (KBM).
Aktif di HIMPAUDI Bojonegoro, Aisyiyah Bojonegoro, FTB dan
PKG. Dapat korespondensi melalui Whatsapp 085230727872 atau
email : mawaddahkhusnatul@gmail.com

106
Buku dan Masa Depan

… Lina Pahalawati …

Pada perkembangan zaman, teknologi semakin maju.


Melakukan kegiatan apapun serba teknologi begitu juga
kegiatan membaca. Seiring perkembangan zaman pula
masyarakat kita, kegiatan membaca buku perlahan-lahan
mulai tidak digemari. Banyak permasalahan-permasalahan
yang timbul dengan berkembangannya teknologi,
terutama yang berhubungan dengan kegiatan literasi.
Permasalahan pertama yaitu tempat-tempat membaca
seperti perpustakaan, rumah baca, taman baca dan tempat
membaca yang lain terlihat sepi pengunjung. Buku-buku
yang disediakan diliputi debu dan rak-rak buku banyak
sarang laba-laba. Perpustakaan besar di sekolah saya
misalnya, jarang dikunjungi siswanya. Sampai-sampai
petugas perpustakaan menghimbau setiap guru untuk
mengarahkan siswanya untuk berkunjung ke
perpustakaan baik itu untuk meminjam buku atau hanya
sekedar membaca buku.

Masyarakat mulai beralih kepada informasi-


informasi instan yang di sediakan di internet dan media
sosial. Padahal buku adalah sebuah produk intelektual
yang berbobot dan memiliki validitas tinggi yang dapat
dipertanggungjawabkan oleh para penulisnya. di katakan

107
bahwa buku adalah jendela dunia, buku adalah gudangnya
ilmu. Maka seharusnya buku tetap menjadi pilihan
pertama dalam berliterasi, Sementara itu, bahan bacaan
atau tulisan di internet tidak semua dapat dipercayai 100%
kebenarannya.

Sejalan dengan ditinggalkannya budaya membaca


buku, masyarakat seperti sedang kehilangan pegangannya
akan kebenaran. Kebenaran menjadi sangatlah rancu.
Mana yang boleh dipercaya dan mana yang tidak boleh di
percaya, orang tidak punya pegangan yang pasti.
masyarakat yang bertumpu pada kebenaran-kebenaran
yang relatif memiliki kecenderungan untuk hanya
mempercayai apa yang sesuai dengan kepentingannya
saja.

Permasalahan kedua adalah kehadiran buku digital


seperti contohnya ebook (buku digital) adalah salah satu
dari bentuk nyata dari peralihan atau transfomasi budaya
literasi dari konvensional ke dalam bentuk digital
teknologi. Menurut Oxford Dictionaries ebook (buku digital)
merupakan buku cetak yang dikonversi ke dalam bentuk
elektronik. Dimana ebook tersebut dapat dibaca
menggunakan perangkat genggam dan komputer.
Sedangkan menurut situs wikipedia buku elektronik
(disingkat buku-e atau ebook) atau buku digital adalah versi
elektronik dari buku. Jika buku pada umumnya terdiri dari
kumpulan kertas yang dapat berisikan teks atau gambar,
maka buku elektronik berisikan informasi digital yang juga
dapat berwujud teks atau gambar. Di Indonesia sendiri
108
perkembangan buku elektronik seperti ebook cukup
dinamis, akan tetapi buku konvesional tetaplah menjadi
pilihan utama bagi masyarakat.

Berangkat dari kedua permasalahan yang telah saya


sebutkan di atas, menurut pendapat saya, adalah
mendesak bagi setiap orang untuk kembali kepada buku
konvensional. Oleh karena itu, dengan adanya tulisan ini
selain ingin menegaskan bahwa agar masyarakat kembali
kepada buku, juga saya mencoba untuk menawarkan
solusi bagaimana masyarakat bisa mewujudkan masa
depan diri dan bangsa lewat membaca buku.

Sebelum beranjak dari seruan kepada tindakan


konkret “kembali kepada buku”, beberapa permasalahan
yang saya lihat sebagai akar dari ditinggalkannya budaya
membaca dalam masyarakat perlu diulas. Pertama, kualitas
bacaan kita tidak cukup menarik minat baca. Mengapa
bacaan tidak menarik untuk dibaca karena berkaitan
dengan isi bacaan yang tidak sesuai dengan kebutuhan
masyarakat. Kedua membaca buku membutuhkan waktu
yang tidak relatif singkat, perlu beberapa jam bahkan
berhari-hari untuk menyelesaikan membaca sebuah buku,
ketiga buku konvensional harganya lebih mahal
dibandingkan dengan ebook yang biasanya di dapat secara
gratis dengan mendownload dari internet. Keempat kegiatan
membaca tidak menjadi budaya dalam keseharian
sebagian besar masyarakat kita. Masyarakat kita nyatanya
terlalu terlena kepada yang visual, lewat hadirnya televisi
dan teknologi audio-visual lainnya seperti video-video di
109
internet dan dari media sosial lainnya. Pada akhirnya
proses alih informasi lewat tulisan-tulisan menjadi sangat
terlewatkan. Akibatnya budaya membaca masyarakat di
Indonesia menjadi sangat rendah.

Menyikapi permasalahan di atas, panggilan untuk


menjadikan budaya atau culture membaca buku dekat
dengan masyarakat haruslah diwujudkan baik hari ini
maupun di masa depan yang akan datang. Saya
menawarkan langkah-langkah konkrit berikut ini. Pertama,
kita harus sadar bagaimana merumuskan bahan bacaan
atau tulisan yang menjadi kebutuhan di masyarakat,
tulisan itu haruslah menarik untuk di baca dan di fahami,
konten atau isi haruslah uptodate sesuai dengan kondisi
masyarakat pada saat ini, tulisan –tulisan itu haruslah juga
dapat menjawab berbagai tantangan zaman.

Kedua akses masyarakat kepada sumber-sumber


bacaan harus dimudahkan. Keterbatasan ekonomi turut
membatasi masyarakat kita dari bacaan-bacaan yang
dibutuhkannya. Masyarakat kelas bawah tentu tidak
mampu membeli buku-buku yang mereka perlukan karena
buku-buku yang di butuhkan harus di beli dengan harga
yang mahal. Di sini, terobosan yang diperlukan adalah
memudahkan akses masyarakat kelas bawah kepada
berbagai sumber bacaan. Pemerintah diharapkan mampu
menyediakan perpustakaan-perpustakaan yang murah
dan gratis. Di samping adanya berbagai rumah baca dan
taman baca yang menyediakan sumber bacaan secara gratis

110
dan biasanya juga mudah untuk di jangkau oleh seluruh
kalangan masyarakat baik kelas atas maupun kelas bawah.

Yang ketiga adalah mendorong seluruh masyarakat


untuk membudayakan kegiatan literasi, baik di lingkungan
sekolah maupun di lingkungan tempat tinggal. Semisal
dengan melakukan kampanye literasi maupun melakukan
kegiatan lainnya yang sifatnya dapat meningkatkan
budaya literasi di masyarakat guna mengatasi masalah
rendahnya tingkat literasi di Indonesia.

Keempat, setiap orang juga mesti belajar dari tokoh-


tokoh bangsa mengenai semangat membaca dan
berliterasi. Seperti tokoh pencetus industri pesawat di
Indonesia yaitu Bacharuddin Jusuf Habibie, Buku menjadi
cinta pertama Habibie. Dia membaca apa saja, dari
ensiklopedia hingga buku cerita. Buku-buku kumpulan
karya Leonardo Da Vinci dan cerita fiksi ilmiah karya Jules
Verne adalah favoritnya. Semua bukunya dalam bahasa
Belanda. Ketika menemui banyak kata sulit yang tak
dipahami oleh anak seumurnya, Habibie bolak-balik
bertanya kepada kedua orang tuanya tentang arti kata.

Selain itu, Ir.Soekarno, bapak proklamator sekaligus


presiden pertama RI, Presiden pertama di Indonesia ini
gemar sekali membaca buku sejak muda, ketika anak –
anak yang sebaya dengannya bermain namun Bung Karno
lebih memilih untuk mengejar ilmu pengetahuan. Bung
Karno dikenal sebagai salah satu sosok yang menguasai
informasi dan ilmu pengetahuan. Menurut Bapak

111
Proklamator ini dengan membaca beliau dapat betemu
dengan tokoh – tokoh besar seperti Thomas Jefferson
(penulis Declaration of Independence), George Washington
(Presiden AS pertama), Paul Reverve, Gladstone, Mazzini
Cavour, Garibaldi, Frederich Engels, Jean Jacques
Rousseau, Aristide Briand dan Jean Jaures ahli pidato
terbesar dalam sejarah Perancis.

Dari kedua tokoh ini, kita dapat belajar bahwa buku


teramatlah penting, sama pentingnya layaknya udara
disekitar kita. tanpa udara kita tidak akan dapat bernafas.
begitu pula tanpa buku, kita tidak akan bisa mewujudkan
dan menyebarkan gagasan kita. Kita tidak akan
mendapatkan banyak ilmu, sebagaimana ungkapan bahwa
buku merupakan sumber dan gudangnya ilmu. Akhirnya,
buku teramatlah sangat-sangat penting sekali. jika kita
tidak segera kembali kepada buku, masa depan bangsa
adalah tumbalnya. Selain itu, buku akan tetap menjadi
karya abadi sepanjang masa.

Lina Pahalawati, S.PdI tinggal di RT.08 RW.02 Desa


Kalirejo Kec. Bojonegoro, Bojonegoro. Dapat
korespondensi melalui 085704722503 atau email
linapahalawati28@gmail.com.

112
Dari Buku Dapat Apa, Sih?

… Mar’atus Sholihah …

Fenomena zaman sekarang, banyak yang menganggap


buku adalah lembaran kertas yang tidak berfaedah. Bahkan yang
lebih mengenaskan adalah buku dijadikan bungkus cabai. Yang
secara tidak langsung memandang remeh buku. Sekalipun buku
bekas, akan menjadi baru jika berada pada orang lain yang
belum membacanya. Bukankah kita semua mengetahui bahwa
di negara maju semua warganya rajin membaca buku. Bahkan di
kendaraan mereka juga membaca buku.

Kiranya tidaklah berlebihan jika dinyatakan bahwa buku


adalah jendela dunia. Karena kita bisa melihat isi dunia tanpa
melakukan perjalanan, hanya cukup membaca sebuah halaman.
Dengan membaca buku, seseorang bisa mengetahui apa saja
yang ada di penjuru dunia. Hal tersebut membuat buku disebut
sebagai jendela dunia.

Buku adalah jendela ilmu yang akan membuka cakrawala


kehidupan manusia. Jadi, walau berada di Indonesia, dengan
membaca buku bisa mengetahui perkembangan yang ada di
negara lain. Tak hanya itu, buku juga membuat pembacanya
memiliki banyak wawasan. Buku akan membuat kita
berwawasan dan memiliki pikiran yang terbuka dan luas yang
mana menjadi bekal di masa depan untuk menghadapi
perkembangan zaman. Selain menambah ilmu pengetahuan,
buku akan membuat seseorang terhibur, terutama saat membaca
buku bergenre fiksi seperti novel. Dan buku merupakan liburan

113
termurah yang bisa kita beli. Buku adalah pesawat, kereta api,
dan jalan harapan untuk orang-orang yang ingin berada di
tempat lain.

Seperti yang sudah kita ketahui pula, bahwa kitab suci


umat muslim, yaitu Alqur'an juga mengalami pembukuan.
Tentu kita sudah mengetahui sejarahnya. Dengan adanya
pembukuan tersebut, bisa kita rasakan manfaatnya sampai saat
ini. Yaitu kita bisa dengan leluasa membaca dan menikmati ayat-
ayat nan indah tersebut kapan pun dan di mana pun. Bisa
dibayangkan jika Alqur'an tidak dibukukan. Sanggupkah kita
umat akhir zaman untuk menyimpan ayat demi ayat Alqur'an di
memori otak kita? Mungkin hanya sebagian orang saja yang
sanggup, orang-orang terpilih yaitu hafidz hafidzah.

Di sisi lain, bagi sebagian orang yang tidak suka membaca,


buku bukanlah hal penting. Namun, sebenarnya membaca buku
adalah hal yang sangat penting agar tidak terus menerus
dipenuhi kebodohan dan ketidaktahuan. Padahal, buku adalah
sahabat paling setia, rela mendampingi di mana pun dan kapan
pun tanpa pernah memikirkan dirinya. Sebaik-baik teman
sepanjang zaman adalah buku.

Dengan membaca buku, kita akan mengetahui berbagai


ilmu, yang mana para ilmuwan rela mengorbankan waktu dan
tenaga demi kepentingan masa depan cerah penerus bangsa.
Yaitu, kita. Bisa dibayangkan jika tidak ada buku. Bagaimana
nasib masa depan kita? dari mana kita akan mendapatkan
pengetahuan?. Bahkan bisa dikatakan, jika tidak ada buku, maka
masa depan dunia akan dikuasai oleh kebodohan.

Akhirnya, dari buku kita akan mendapatkan banyak hal


yang positif dan bermanfaat. Adapun wujud terimakasih kita

114
pada para penulis-penulis buku adalah dengan senantiasa
merawat, mencintai dan membaca karya-karyanya.

Mar'atus Sholihah, salah satu penulis yang bertempat tinggal di


ds. Karang dayu Kec. Baureno Kab. Bojonegoro. Saat ini Masih
menempuh program sarjana S1 pada prodi Pendidikan Bahasa
Arab di Sekolah Tinggi Agama Islam Attanwir Sumberrejo
Bojonegoro. Dia bisa dihubungi melalui email
sholihah624@gmail.com atau melalui nomor handpone/WA
082232450016.

115
Buku dan Masa Depan Industri Perbukuan

… Mariana Ginting …

Sejarah Penerbitan

Penerbitan di Indonesia sudah dimulai pada abad 17, ketika


penjajahan VOC Belanda mulai mempublikasikan pamflet,
brosur, koran dan majalah. Pada akhir abad 19 sebelum
terjadinya kemerdekaan Republik Indonesia, mulailah tumbuh
penerbit dan percetakan milik orang Tionghoa peranakan dan
Indo-Eropa. Para penerbit yang kebanyakan berada di wilayah
pulau Jawa dan Sumatera, sudah menerbitkan kurang lebih 3000
buku, pamflet dan lainnya.

Saat Indonesia mencapai kemerdekaan pada tahun 1945,


Balai Poestaka mulai menerbitkan buku nasional seperti
Poestaka Antara, Poestaka Rakyat dan beberapa buku lainnya.
Setelah kemerdekaan tahun 1950, Balai Poestaka mampu
menerbitkan dan mencetak ulang 128 judul buku dengan tiras
603.000 ekslempar. Ditahun ini pula, mulai bermunculan
penerbit swasta nasional yang pada awalnya bermotif politis
dan idealis.

Di masa era reformasi sejak tahun 1999, dunia penerbitan


mulai mengalami perubahan. Pada masa ini, mulai terbukanya
kebebasan disegala bidang. Baik di bidang sosial, ekonomi dan
politik termasuk politik perbukuan. Pemerintah juga mencabut
peraturan berupa surat ijin usaha penerbitan pers, sehingga
semakin banyak orang maupun lembaga dapat
116
mengekspresikan pendapatnya. Salah satunya dengan
menerbitkan buku secara mandiri, dan banyak bermunculan
buku dengan berbagai genre, baik buku pelajaran, karya fiksi,
biografi, tema motivasi hingga buku elektronik diera digital saat
ini. Sampai tahun 2020 menurut data dari Direktorat Deposit
Perpustakaan Nasional RI Kepatuhan penerbit yang terdaptar
sekitar 3526 penerbit. Dari jumlah penerbit itu propinsi yang
paling banyak penerbitnya adalah daerah DKI, urutan ke dua
Jawa Barat dan urutan ke tiga Jawa Timur. Dari jumlah penerbit
bisa juga dilihat gambaran literasi masyarakat.

Penerbit dan Tantangannya

Internet membuat akses terhadap berbagai informasi menjadi


lebih mudah dan cepat, selain itu internet pun mengubah
banyak hal, termasuk dunia perbukuan, percetakan, dan
penerbitan. Menurut Ketua Umum Ikatan Penerbit Indonesia
(Ikapi), Rosidayati Rozalina, menyatakan bahwa secara umum
pendapatan (revenue) penerbitan mulai turun maksimal 10%.
Menurut Lembaga riset digital marketing Emarketer
memperkirakan pada 2018 jumlah pengguna aktif smartphone
di Indonesia lebih dari 100 juta orang.

Dengan jumlah sebesar itu, Indonesia akan menjadi negara


dengan pengguna aktif smartphone terbesar keempat di dunia
setelah Cina, India, dan Amerika. Artinya masyarakat Indonesia
khususnya anak sekolah /mahasiswa lebih senang membaca
lewat media digital dari pada media cetak,mereka lebih senang
membaca lewat ponselnya. Dengan bermodalkan ponsel dan
internet maka mereka sudah bisa mendapatkan informasi yang
dia inginkan, tersedianya berbagai alternatif hiburan dan
kemudahan akses terhadap informasi akibat kecanggihan
teknologi informasi, serta mudahnya mendapatkan e-book
117
bajakan yang notabene gratis, membuat buku cetak makin
tersisih. Selain itu harga kertas terus naik seiring dengan
menguatnya nilai tukar dollar Amerika, kertas merupakan
komoditas internasional, harganya mengikuti nilai tukar rupiah
terhadap dollar Amerika Serikat. Kenaikan harga kertas
tentunya berimbas pada kenaikan harga buku.

Oleh karena itu industri penerbitan buku di Indonesia saat


ini bergeser menjadi e-book. Persentasenya bahkan mencapai
angka 20%. Ini artinya penerbit sudah mulai memikirkan
perubahan yang akan terjadi di masa depan sehingga media
baca konvensional pun bergeser menjadi ke media digital. Buku
digital, atau disebut juga e-book merupakan sebuah publikasi
yang terdiri dari teks, gambar, video, maupun suara dan
dipublikasikan dalam bentuk digital yang dapat dibaca di
komputer maupun perangkat elektronik lainnya. Sebuah buku
digital biasanya merupakan versi elektronik dari buku cetak,
namun tidak jarang pula sebuah buku hanya diterbitkan dalam
bentuk digital tanpa versi cetak, ebook lebih praktis dan mudah
dibaca.Jika kita ingin membaca e-book dimanapun kita
berada,kita cukup menyalakan perangkat elektronik misalnya
seperti smartphone, tablet, atau e-book reader) jadi tidak bisa
dipungkiri lagi, sekarang siswa atau mahasiswa lebih banyak
memegang handphone daripada buku mereka. Buku digital
praktis dan mudah dibawa kemana-mana, memudahkan siswa
untuk membacanya kapanpun dan dimanapun mereka mau.

Dengan mengantisipasi perubahan itu maka perpustakaan


Nasional membuat inovasi baru yaitu ipusnas.iPusnas
merupakan wujud nyata dari konsep “borderless library” tersebut.
Dengan iPusnas, perpustakaan tidak lagi dapat diakses terbatas
tetapi sudah tidak terbatas. Dalam artian iPusnas dapat diakses

118
tanpa batas, tanpa ruang, dan tanpa pakem-pakem
perpustakaan konvensional. Pemustaka tidak akan kesulitan
dalam mengakses buku-buku berkualitas karena sudah
disediakan melalui iPusnas. Volume buku cetak dengan jumlah
halaman yang mencapai ratusan pun tidak akan menjadi
kendala dalam membawanya karena sudah ada e-book sebagai
pengganti buku cetak tersebut dan lebih ringan dibawa kemana
pun. Waktu yang dihabiskan untuk berkunjung ke perpustakaan
konvensional pun dapat dipangkas dengan adanya iPusnas ini
dan dapat diakses selama 24 jam.

Kemudahan-kemudahan yang disediakan oleh i-Pusnas


diharapkan mampu menjawab tantangan zaman dan generasi
milenial dalam menggunakan gadget untuk hal-hal positif. Jika
kita menoleh kebelakang dulu setiap pagi tukang koran sudah
ngider dagangannya keliling perumahan, bus kota, atau dijalan
jalan masih banyak berdagang koran, namun sekarang ini sudah
langka. Masyarakat sudah bisa mendapatkan informasi hanya
dengan gedged di tangannya. Dari beberapa penjelasan diatas
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ada beberapa
keunggulan buku digital diantaranya, praktis, hemat ruang,
portable dan mudah diakses, ekonomis, dapat menyelamatkan
lingkungan, kustomisasi yang artinya dapat membesarkan
ukuran font, dan juga mode dark atau gelap, agar mata kita
nyaman membaca huruf lebih lama. Sedangkan kekurangannya
adalah, membutuhkan perangkat, membutuhkan daya listrik,
dapat mempengaruhi kesehatan mata, rawan pembajakan dan
tidak ada kepuasan memiliki buku.

Lalu bagaimana masa depan penerbitan ke depannya,


apakah masih bisa bertahan?. Sepertinya penerbitan harus bisa
menciptakan inovasi-inovasi baru, selain itu juga pemerintah

119
harus ikut andil dalam hal ini, seperti membuat kebijakan
kebijakan baru, misalnya yang sekarang digalakkan pemerintah
gerakan literasi sekolah. Gerakan Literasi Sekolah(GLS) adalah
sebuah gerakan dalam upaya menumbuhkan budi pekerti siswa
yang bertujuan agar siswa memiliki budaya membaca dan
menulis sehingga tercipta pembelajaran sepanjang hayat.
Kegiatan rutin ini dilaksanakan untuk menumbuhkan minat
baca peserta didik serta meningkatkan keterampilan membaca.
Contoh implementasi GLS, umpama lima belas menit sebelum
memulai pelajaran harus membaca buku. Dalam hal ini buku
cetak tetap masih dibutukan, berarti perusahaan penerbitan
masih bisa jalan.

Mariana Ginting, lahir di Binjai 15 Nopember 1967.


Menyelesaikan pendidikan S1 (Bahasa dan Sastra Indonesia) dan
saat ini sedang mengikuti kuliah S2 (Magister Manajemen) STIE
Jakarta. Pendidikan non formal mengikuti diklat pengelola
Perpustakaan (6 bulan), diklat ADUM, diklat bibliografi, diklat
Resorces Deskriftion and Acsess (Universitas Indonesia). Bekerja
Perpustakaan Nasional RI mulai tahun 1992-sampai sekarang.

120
Kalau Buku Bisa Ngomong: Perjalanan Sebuah Buku

… Maya Pradhipta Hapsari …

Lagu lawas berjudul “Kalau Bulan Bisa Ngomong” yang


dinyanyikan oleh duet legendaris Doel Sumbang dan Nini
Carlina tengah mengalun dari radio, mengiringi kami – para
pustakawan bagian pengolahan bahan perpustakaan – bertugas
di antara tumpukan buku yang membutuhkan tangan dan otak
kami untuk mengolahnya. Musik menjadi salah satu
penyemangat kami dalam bekerja. Alih-alih dari playlist
YouTube yang hanya sesekali kami mainkan, kami lebih sering
mendengarkan musik dari radio. Entahlah, mungkin karena
kami rata-rata telah berusia matang, masih berjiwa jadul dan
susah move on dari masa lalu, atau mungkin karena bagi saya
pribadi radio lebih praktis, sekali putar langsung beraneka genre
musik maupun dari berbagai periode masa dapat kami dengar
tanpa harus berkali-kali mengklik ikon atau memencet tombol
tertentu untuk mengganti saluran, ditambah berbagai informasi
yang juga kami peroleh dari penyiar.
Bukan hanya musik, tapi juga senda gurau antarkaryawan
yang membuat kami merasa betah mengolah buku di
perpustakaan. Mungkin untuk sebagian orang, pekerjaan ini
masih dipandang sebelah mata. Apalah asyiknya setiap hari
berkutat dengan buku? Akan tetapi inilah kami, pustakawan
dan pengelola perpustakaan. Kami selalu menyambut gembira
jika buku-buku baru dari bagian pengadaan telah sampai dan
tiba saatnya untuk diolah. Sebenarnya alih-alih sekadar

121
mengolah, kami pun memiliki tanggung jawab besar dalam
menjadikan sumber informasi tersebut sebagai pengetahuan
yang mencerahkan. Dan bau buku baru bagaikan aromaterapi
yang membangkitkan jiwa, menghirupnya menghantarkan
kebahagiaan.
Ada satu candaan yang sering kami lontarkan saat kami
sedang melakukan proses mengolah buku, yang mengingatkan
kami pada lagu di atas, yaitu “kalau buku bisa ngomong.” Saya
sering tersenyum sendiri bila mengingatnya. Tapi, memangnya
kenapa kalau buku bisa ngomong? Apa yang akan mereka
bicarakan? Bisa jadi, mereka akan bilang, “kami lelah.” Dan kami
yang sehari-hari berhadapan dengan buku amat memahami hal
itu. Karena sejatinya, buku adalah perjalanan. Dan biasanya
yang kita peroleh dari suatu perjalanan selain rasa bahagia juga
rasa lelah, terutama jika perjalanan yang ditempuh cukup jauh.
Berikut adalah perjalanan sebuah buku. Pertama,
perjalanan secara fisik. Sejak proses pengadaan berlangsung,
buku dibawa dalam sebuah perjalanan baik melalui transportasi
darat maupun laut jika diperoleh dari luar negeri. Lalu setibanya
di perpustakaan, buku masih akan mengalami proses panjang
sebelum disajikan di ruang layanan pemustaka, yaitu
penerimaan buku yang selanjutnya siap untuk diolah. Di bagian
pengolahan, kami akan melakukan beberapa tahap yaitu
verifikasi data, pengatalogan deskriptif, pengatalogan subjek
yang terdiri dari analisis subjek, penentuan tajuk subjek dan
klasifikasi serta penentuan nomor panggil, serta
pascapengatalogan atau penyelesaian fisik seperti pemasangan
label buku, tagging RFID (Radio Frequency Identification) untuk
pengamanan, dan penyampulan. Di sini buku akan berjalan ke
satu pengolah ke pengolah lain sesuai urutan prosesnya.
Mungkin mereka akan pusing, seperti halnya kami yang bekerja.
122
Selanjutnya perjalanan kedua, adalah perjalanan
intelektual buku. Selama ini yang kita tahu adalah bahwa sebuah
buku ditulis, diedit, dicetak, lalu dijual di toko maupun e-
commerce, dan laku keras. Akan tetapi di balik itu kita juga perlu
memahami bahwa penemuan ide atau gagasan oleh penulis
untuk dibukukan adalah suatu proses yang amat rumit, bahkan
memerlukan penelitian hingga berbulan-bulan sampai menjadi
naskah yang masih tetap harus melalui proses diskusi dan
editing berkali-kali. Belum lagi pembuatan sampul dengan
desain yang dapat menarik minat pembaca, hingga buku
tersebut sampai pada proses cetak, akhirnya dijual dan laku
keras. Ini merupakan sebuah proses yang melelahkan bagi
semua pihak yang terlibat, baik dari penulis maupun penerbit.
Dari sini akhirnya kita mengenal kutipan yang terkenal dari
Joseph Brodsky (1940-1996), seorang penulis puisi dan esai, yaitu
“Ada kejahatan yang lebih kejam daripada membakar buku.
Salah satunya adalah tidak membacanya.” Bagaimana tidak,
perjalanan intelektual ini begitu luar biasa tak terduga, sehingga
sayang bila buku hanya dijadikan pajangan saja.
Lalu perjalanan ketiga, adalah perjalanan sejarah. Buku
menandai peradaban dunia yang telah berlangsung selama
berabad-abad. Sejak awal masa sejarah, manusia berusaha
membuat catatan untuk dapat dikenang dan diwariskan pada
generasi penerus, yang awalnya masih berupa gambar-gambar
hingga akhirnya mereka mengenal aksara. Media yang
digunakan berupa lempengan tanah liat, daun lontar, papirus,
tempurung kura-kura, kulit dan tulang hewan, kulit kayu,
bambu, juga dinding-dinding bangunan. Hingga akhirnya
ditemukanlah kertas oleh bangsa Tiongkok. Masa berganti,
penerbitan buku pun mulai berkembang di Zaman Renaisans
dengan adanya revolusi teknik percetakan oleh Johannes
123
Gutenberg. Sehingga yang pada awalnya buku hanya dapat
dinikmati oleh kalangan bangswan maupun keluarga raja-raja,
sejak ditemukannya mesin cetak ini, orang biasa pun dapat
bebas membaca buku yang diinginkan. Hingga kini dengan
teknologi yang terus berkembang, bukan hanya buku tercetak
saja yang dapat kita nikmati, namun juga buku elektronik atau
e-book yang dapat kita akses melalui perangkat gawai.
Ternyata panjang sekali ya, perjalanan buku dari berbagai
perspektif. Sebagai pustakawan dan pengelola perpustakaan,
kami amat bangga menjadi bagian dari perjalanan ini. Kami
berharap dengan pemahaman ini, pemustaka dan masyarakat
pada umumnya makin sadar akan peranan penting buku dalam
kehidupan dan menerapkan literasi mulai dari level dasar yaitu
baca tulis, hingga akhirnya dapat mengimplementasikannya ke
level literasi untuk kesejahteraan.
Kalau buku bisa ngomong… eh, tapi bukannya seram ya
kalau buku ngomong? Jika demikian, biarlah kami pustakawan
yang mewakili mereka bicara, “cintai buku, bacalah dan
temukan harta karun di dalamnya. Jadikan kami guru dan
sahabat yang mencerahkan serta membentuk pribadi yang lebih
bijak. Jika di masa lalu kalian belum melakukannya, maka di
masa kinilah saatnya dan teruslah berlanjut di masa yang akan
datang. Dan yang tidak kalah pentingnya, jangan lupa baca buku
yang asli ya, jangan yang bajakan.”
Selamat membaca, selamat merayakan Hari Buku Sedunia
(23 April) dan Hari Buku Nasional (17 Mei) dengan senantiasa
membudayakan membaca dan menulis agar indeks literasi
Indonesia semakin meningkat. [Jember, 24 April 2021].

124
Maya Pradhipta Hapsari, S.Sos, lahir di Bojonegoro, 24 April
1979. Lulus dari Universitas Padjadjaran Bandung, penulis
menjadi pustakawan di UPT Perpustakaan Universitas Jember
yang menangani pengadaan dan pengolahan bahan
perpustakaan. Di sela-sela pekerjaan, penulis senantiasa
meluangkan waktu untuk membaca buku serta menonton film
dan serial period drama. Pernah berkontribusi dalam penulisan
beberapa buku antologi, book chapter, dan sekali dalam jurnal
ilmiah. Tahun 2020 terpilih sebagai 15 finalis Inkubator Literasi
Pustaka Nasional yang diselenggarakan oleh Perpustakaan
Nasional RI. Telah 16 tahun tinggal di Jember, namun akan
selalu merindukan Bojonegoro. Dapat dikontak melalui nomor
+6282245134329, e-mail maya.library@unej.ac.id, Twitter
@LuvMaia, dan Instagram @maya.ph24.

125
Sang Pustakawan

… Muh. Yuhara Yushar …

“Pikiran membutuhkan buku seperti pedang


membutuhkan batu asah, jika ingin mempertahankannya
ketajamannya”. Bigitulah kira-kira kalimat yang membuat buku
akan terus berguna dan tetap dibaca pada masa mendatang.
Karena dengan membaca secara langsung kita membuata
pikiran kita semakin tajam dan membuat memiliki perbandigan
pemikiran yang bagus untuk memecahkan masalah. Membaca
sebuah buku sama halnya dengan betemu dengan orang baru
yang memberikan kita pengalaman yang baru, pengalaman
lintas waktu dan masa. Dengan buku kita dapat membaca
sejarah masa lalu dan mempersiapkan kita untuk menyongsong
masa depan. Mencari tahu ilmu dan informasi dalam sebuah
buku bukan berarti anda bodoh, tetapi itu berarti Anda cukup
cerdas untuk mengetahui bahwa masih banyak yang harus
dipelajari.

“Bacalah dengan menyebut nama Rabb yang menciptakan


mu” merupakan wahyu Allah swt. pertama yang turun dari
langit melalui perantara malaikat Jibril kepada Nabi
Muhammad saw. yang jika ditafsirkan menurut Ibnu Katsir
merupakan kemurahan hati Allah swt. dengan mengajarkan
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya salah satunya
dengan membaca. Dengan demikian Allah swt. telah
memuliakan manusia dengan ilmu. Terkadang ilmu itu ada

126
dalam pikiran, terkada ada dalam lisan, dan terkadang ada
dalam tulisan. Dengan firman Allah swt. tersebut merupakan
bukti bahwa dengan ilmu yang tertulis atau dalam bentuk buku
akan tetap abadi sampai akhir zaman yang kemudian
dilanjutkan dalam sebuat Atsar “ikatlah ilmu itu dengan tulisan”
kedua perintah tersebut merupakan kekuasaan Allah swt. yang
ingin memuliakan manusia dengan membaca dan menulis
sehinggah ilmu yang tertulis atau yang sekarang dalam bentuk
buku dapat bermanfaat kepada generasi mendatang dengan izin
Allah swt. insyallah.

Salah satu sarana yang paling murah dan mudah untuk


mendapatkan ilmu adalah dengan membaca buku, karena itu
perbanyaklah membaca buku agar mendapatkan banyak ilmu.
Karena dengan ilmu akan mengalahkan kemewahan
singgasanah para raja, dan lowongkanlah waktu untuk
membaca kalau seandainya hari ini anda masih sebagai orang
kecil maka suatu waktu Allah swt. menjadikan Anda sebagai
orang besar karena ilmu itu. Dengan ilmu segala sesuatunya
akan berubah dari buruk jadi baik, dari pelit jadi dermawan, dari
penakut jadi pemberani, dari bodoh menjadi pintar, akan
berubah semuanya.

“When you read a book, you hold another’s mind in your


hands”. Begitulah kira-kira gambaran yang luar biasa dari
sebuah buku. Pemikiran besar seorang tokoh biasanya
diabadikan ke dalam sebuah buku untuk kemudian dapat
dibaca kembali atau sekedar mengingatkan kepada pembaca
bagaimana luar biasanya seorang tokoh tersebut. Dapat pula
buku tersebut menjadi sebuah motivasi bagi orang-orang yang
membacanya sehingga lebih termovitasi dan bersemangat
dalam menjalani kehidupan. Begitu dahsyatnya sebuah buku

127
bahkan setiap agama di dunia memiliki kitab suci sendiri sebagai
wahyu untuk menjalani kehiduan masa kini dan masa yang akan
datang.

“Tidakkah engka malu pergi ke laut, sementara pulang


hanya membawa sekendi air, padahal di dalam laut terdapat
begitu banyak mutiara yang terpendam”. Demikian nasihat
puitis penuh makna dari Jalaluddin Rumi. Syair inspiratif ini
memberikan dorongan bagi siapa saja yang mengabdikan
dirinya dalam dunia pendidikan apalagi perguruan tinggi untuk
menghasilkan dan melahirkan karya-karya akademik berupa
buku yang dapat memberikan pencerahan kepada siapapun.
Sebuah ironi, jika orang-orang yang bergelut di dunia perguruan
tinggi ternyata hanya membawa sekendi "air" pengetahuan
untuk mengobati dahaga masyarakat, padahal begitu banyak
mutiara yang terpendam di dalamnya yang dapat memberi
"sinar" kehidupan. Atas dasar inilah, ikhtiar untuk menjadikan
kampus sebagai peradaban harus terus digulirkan, sebab hanya
kampus yang menjadikan orientasi "Peradaban" sebagai basis
aktivititas dan tradisi keilmuannya yang akan mampu
membawa semangat perubahan di tengah masyarakat menuju
masyarakat madani. Kampus peradaban yang dicita-citakan
hanya bisa terwujud jika pengembangan kultur dan mindset
akademik lebih relevan dengan suasana dan wadah yang
bernama Perguruan Tinggi. Sebaliknya, jika orientasi peradaban
hanya sebatas jargon dan simbol, maka status "Perguruan" dan
"Tinggi" akan menjadi beban bagi kita maupun masyarakat. Di
satu sisi, suatu “Perguruan” akan sekedar menjadi kampus
pinggiran, sementara di sisi lain, karakter “Tinggi” menjadi
hilang. Karena itu, diperlukan usaha sungguh-sungguh untuk

128
mengawal Perguruan Tinggi mencapai atmosfir akademik yang
setara denga world class university yang berperadaban.

Penulisan buku ini menjadi salah satu langkah strategis


memacu sivitas akademika untuk tidak sekadar meneguk "air"
pengetahuan di perguruan tinggi, tetapi dapat membawa ribuan
bahkan jutaan kendi "air dan mutiara" pengetahuan ke tengah
masyarakat. Orang bijak berkata "Buku adalah pengusung
peradaban, tanpa buku sejarah menjadi sunyi, ilmu
pengetahuan menjadi mati, dan kehidupan bisa kehilangan arti.
Oleh karena itu, saya sangat bersyukur kapada Allah swt,
dengan tulisan ini, telah membuktikan kepada publik bahwa
para penulis buku memiliki kekuatan dan potensi yang cukup
besar untuk mewujudkan dan menghantarkan kemajuan
peradaban melalui program kelas menulis buku virtual ini.

Tulisan ini dibuat oleh seorang Pustakawan yang bekerja


pada Perpustakaan Politeknik Penerbangan Makassar,
Kementerian Perhubungan Indonesia. Menjadi bagian dari
Perpustakaan di Indonesia merupakan suatu anugrah. Anugrah
karena seorang Pustakwan merupakan penyambung informasi
yang tersedia dalam sebuah buku kepada orang-orang yang
haus akan informasi dan ilmu pengetahuan. Hal lain yang unik
dari suatu Perpustakaan dan Pustakawannya, karena setiap
perpustakaan kita semua dapat belajar perbedaan persoalan,
ragam tantangan, lengkap tidaknya fasilitas untuk melayani
pemustaka, hingga seberapapun banyaknya atau sepinya
pengunjung pada suatu Perpustakaan yang dimana kebanyakan
perpustakaan di Indonesia dengan segala keterbatasannya
merupakan pernak-pernik indak keteguhan seorang
Pustakawan dalam menjalankan tugas kepustakawanannya.

129
Karenanya saya sangat menyambut baik program “Kelas
Menulis Buku Virtual” ini. Saya mengerti tentu masih banyak
kisah yang perlu dituangkan tentang Perpustakaan dan
Pustakawan, namum carita yang tertulis pada tulisan ini bisa
sedikit menjadi potret sang Pustakawan dalam mengabdi
kepada Ibu Pertiwi. Saya berharap tulisan ini bisa pula menjadi
motivasi untuk masyarakat luas untuk meningkatkan minat
bacanya guna meningkatkan ilmu dan pengetahuannya yang
merupakan tugas utama Pustakawan yaitu menyebarkan
informasi dan ilmu pengetahuan.

Muh. Yuhara Yushar, S.I.P, Alamat: Politeknik Penerbangan


Makassar, WA: 0821 9383 5655, Email: muh.yuhara@gmail.com.

130
Buku dan Masa Depan

… Nadratun Najah …

Buku sebagaimana yang kita tau merupakan kumpulan


kertas atau lainnya yang dijilid menjadi satu pada salah satu
ujungnya dan berisi tulisan, gambar atau tempelan setiap sisi
dari sebuah lembaran kertas yang disebut halaman. Dimana
sebuah buku itu merupakan buah fikiran dan berbagai ilmu
pengetahuan yang merupakan hasil analisis terhadap sebuah
ilmu secara tertulis dan sangat berarti untuk semua orang, tidak
pandang anak- anak, remaja dewasa atau pun orang tua. Dan
juga kaya, miskin, ataupun rakyat pedesaan, orang yang tinggal
di wilayah perbatasan, daerah tertinggal, bahkan orang yang
merindu buku, sebab rupiah untuk makan saja amatlah sulit di
bumi pertiwi ini.

Ada pepatah yang mengatakan bahwa buku adalah


jendela dunia, dan kegiatan membaca buku merupakan suatu
cara untuk membuka jendela tersebut agar kita bisa mengetahui
lebih banyak hal tentang dunia yang belum kita tahu
sebelumnya. Dengan membaca buku kita akan mendapat
banyak wawasan yang bersifat positif di semua bidang ilmu
pengetahuan, baik pengetahuan umum atau duniawi maupun
pengetahuan agama atau surgawi. Dengan membaca buku juga
hal yang belum kita ketahui menjadai tahu. Kegiatan membaca
buku ini wajib dilakukan oleh siapa saja, baik anka-anak, remaja,
dewasa, maupun orang-orang yang telah berusia lanjut. Karna

131
dengan membaca segala hal yang kita anggap susah atau tidak
ada solusinya bisa kita dapatkan dari membaca buku.

Tidak dipungkiri memang karena buku menjadi penanda


kemajuan peradaban manusia. Dimana seorang anak yang
sangat gemar membaca buku pasti akan berbeda cara
berfikirnya dengan teman seusianya yang jarang membaca. Oleh
karena itu siapapun kita dimanapun kita diusahan agar terus
dan terus belajar dan membaca buku, tidak pilih –pilih buku
apapun itu yang terpenting di dalamnya terdapat ilmu
pengetahuan atau wawasan – wawasan baru yang akan
membantu kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik untuk
mencapai masa depan yang cerah.

Pepatah buku adalah jendela dunia, mengapa bukan pintu,


kursi meja atau lainnya ? ternyata seperti ini, kita bisa bayangkan
jika bumi atau dunia tempat kita berpijak saat ini adalah rumah.
Seperti pada umumnya, rumah memiliki jendela, jadi anggap
bumi ini mempunyai jendela. Saat kita membuka jendela
tersebut, kira-kira apa yang kita temukan ? diantara kita pasti
akan menyebutkan luar angkasa, bintang, planet, meteor dan
lainnya. Bisa jadi ada juga yang tak bisa menyebutkan apa-apa
karna begitu banyak hal baru dan tidak kita ketahui sebelumnya,
sepanjang kita melihat luar angkasa, yang ada adalah ruang tak
terbatas dengan bermacam-macam benda. Begitu juga halnya
ketika kita membuka buku maka kita seperti membuka jendela
dunia, membuka dan bahkan mendapatkan wawasan baru atau
bahkan ilmu-ilmu baru serta hal hal baru yang akan menambah
cakrawa pengetahuan kita. Setelah membuka buku kita perlu
membacanya sebab tanpa membacanya kita tidak akan
mengalirkan pengetahuan ke dalam otak kita. Jadi dengan
banyak membaca maka akan semakin banyak pengetahuan yang

132
mengalir ke otak kita dan kita kan menjadi manusia yang cerdas
dan pandai dalam segala hal.

Dengan membaca buku kita bisa mendapatkan beragam


pengetahuan yang belum kita ketahui, karna dengan adanya
perkembangan ilmu pengetahuan akan terus berkembang
bahkan ada yang berubah setiap waktunya. Misalnya saja
sebagai contoh kita sedang belajaruntuk mempersiapkan diskusi
tentang kesehatan mental atau apapun, maka kita pasti akan
mencari berbagai buku sebagai referensi yang mengulas tentang
topik tersebut. Ketika kita membaca buku maka pengetahuan
kita tentang kesehatan mental kian bertambah. Begitu juga
dengan pengetahuan – pengetahuan laiannya, dengan membaca
apapun itu akan kita dapatkan dengan mudah.

Salah satu tokoh Indonesia yang sangat terkenal dengan


kejeniusannya beliau adalahBapak Presiden ketiga kita B.J
Habibie, beliau dikenal sebagai sosok yang sangat gemar
membaca. Dimana beliau pernah menyebut bahwa buku adalah
cinta pertamanya. Dari situ kita dapat menafsirkan bahwa buku
itu sangat lah penting dalam hidup kita, ibaratnya kalau tidak
ada buku maka bisa-bisa hidup kita menjadi terasa hampa tak
berarti apa-apa. Beliau membangun kesuksesan salah satu
caranya dengan membiasakan membaca buku. Buku selain
memberikan pengetahuan juga merupakan jalan kebebasan,
jalan kebebasan maksudnya jalan untuk menciptakan karya -
karya terbaik diawalui dengan belajar dan banyak membaca.

Di era digital sekarang ini kadang buku mulai sedikit di


nomor duakan karna internet menyediakan banyak informasi
dan pengetahuan yang dikemas lebih menarik dan mudah di
akses, sehingga anak-anak akan dengan mudah mengaksesenya
hanya dengan menggunakan smartfound, tidak perlu repot
133
membawa buku kesana kemari. Padahal hal tersebut kurang
baik bahkan bisa menghilangkan minat baca anak pada buku.
Jadi kita sebagai orang tua harus bisa memberikan pengertian
kepada anak kita pentingnya buku untuk kita pelajari dan baca.
Sebab di dunia pendidikan apalagi pendidikan tinggi buku
merupakan sumber referensi utama untuk penulisan karya
ilmiah, karna banyak informasi di internet nyatanya tidak
didukung dengan keakuratannya. Jadi sumber yang berasal dari
internet paling tidak direkomendasikan untuk digunakan.

Era digital juga melahirkan ebook atau buku digital. Ebook


dan buku fisik memang memberikan pengetahuan yang
samaakuratnya ketimbang sumber informasi dari internet. Akan
tetapi adanya ebook sedikit mengubah perilaku mnusia dalam
membaca buku karena ebook lebih praktis digunakan daripada
buku fisik. Menurut penelitian ebook juga kurang berdampak
baik pada kecerdasan anak. Kemampuan kecerdasan anak
dalam memahami teks akan terhambat bila sering membaca
ebook ketimbang buku fisik, serta ebook akan mengurangi minat
baca anak. Jadi walaupun dunia digital memberikan hal yang
serba mudah pada masyarakatkhususnya kaum muda yang
sangat mudah beradaptasi dengan perkembangan teknologi.
Namun buku tetaplah sumber pengetahuan yang paling akurat
dan terpercaya.

Nadratun Najah, Lahir di Pindahan Baru Kab. Banjar. Saat ini


aktif mengajar di SMP Negeri 1 Bubulan kab. Bojonegoro sejak
Desember 2017 sampai sekarang. Berdomisili di Desa Belun Rt.
009/002 Kec. Temayang Kab. Bojonegoro. Dapat korespondensi
melalui 085248126242 (WA) atau najah.nadratun@gmail.com
(email).
134
Buku Cetak atau Buku Digital?

… Nisa Arifah Lutfiana …

Seiring dengan perkembangan jaman, keberadaan buku


cetak mulai tergantikan dengan keberadaan buku digital.
Dengan buku digital, membaca dapat dilakukan dengan cara
yang lebih efisien tanpa membawa beban tambahan yang lebih
berat, lebih mudah dibawa, lebih mudah dibaca, bahkan lebih
mudah dalam mencari kata-kata penting yang berada di dalam
buku tersebut. Lantas apakah keberadaan buku cetak masih
penting?

Apa artinya buku cetak sekarang jika buku digital


memiliki segudang kelebihan dibandingkan buku cetak?
Apakah buku cetak lebih baik berhenti di edarkan? Dahulu
mungkin seseorang akan kerepotan untuk membawa 15 buku
karena jumlah dan beratnya, kini hal ini bukan lagi menjadi
sebuah kekhawatiran. Munculnya buku digital dengan berbagai
kelebihan yang dimilikinya bukan tak mungkin jika di masa
depan orang-orang akan cenderung beralih dari buku cetak ke
buku digital. Apalagi semakin banyak platform yang
menyediakan penjualan buku digital, memudahkan seseorang
untuk mendapatkan akses buku digital.

Dilihat dari segi lingkungan, dampak antara buku digital


dan buku cetak. Tentu saja buku digital juaranya. Karena buku
digital tak perlu menggunakan kertas dan tinta. Sedangkan
buku cetak? Ia memerlukan kertas dalam jumlah banyak,
padahal kertas terbuat dari sumber alam yaitu serbuk kayu,

135
meski dapat di daur ulang, tapi tentu saja dari segi ini buku
digital selangkah lebih unggul dibandingkan buku cetak.

Buku digital tidak membutuhkan tenaga cetak seperti


halnya buku cetak, sehingga biaya produksinya pun lebih
rendah. Selain itu, buku digital lebih menghemat bahan dasar
karena tidak lagi menggunakan kertas, tinta, bahkan buku
digital dapat mengurangi beban mesin. Hal ini membuat harga
dari buku digital lebih miring dibandingkan buku cetak. Jika
satu buku cetak seharga Rp80.000, bisa saja versi cetaknya bisa
didapatkan dengan harga setengahnya yaitu Rp40.000.

Buku digital bahkan tidak akan pernah kehabisan stok,


karena bagaimanapun mereka tidak perlu dicetak. Begitu
membeli buku digital, maka saat itu pula dapat langsung
membacanya, tidak perlu lagi menunggu paket untuk datang.

Mengandalkan teknologi, tak heran jika buku digital dapat


memanjakan pembacanya. Untuk pindah kelembar berikutnya,
pembaca tak perlu lagi kesulitan jilat jari dan membuka buku.
Cukup dengan melakukan “klik” atau “geser” maka pembaca
bisa langsung menikmati lembar berikutnya. Untuk menyorot
dan menandaipun dipermudah, tak perlu lagi menggunakan
alat tulis seperti pena atau pensil. Pembaca bisa langsung
menambahkan catatan yang dapat dibagikan, disimpan, bahkan
dilihat secara online. Tak perlu lagi membolak-balikan halam
mencari sorotan atau catatan yang ditandai sebelumnya.

Buku digital ibarat trailer dari buku cetak. Semua orang


dapat membeli buku digital dengan mudah dan disimpan di
perangkat elektroniknya, seperti handphone, laptop, pc, dan lain
sebagainya. Tetapi, membaca buku di gadget lebih mudah lelah
dibandingkan membaca di buku cetaknya. Kebanyakan, setelah

136
seseorang merasa buku digital yang ia miliki bagus, maka
selanjutnya ia akan mencari versi cetaknya. Begitu kiranya
sehingga buku cetak diharap tidak akan pernah mati.

Dalam beberapa kasus, masih banyak orang yang memilih


buku cetak dibandingkan buku digital sebagai bahan bacaannya.
Beberapa beralasan bahwa ada kenikmatan tersendiri yang tak
bisa didapatkan ketika membaca buku digital. Sensasi khas
ketika membalik lembar demi lembar dari buku, mencium bau
khasnya, atau hal lain yang menjadi pengalaman tertentu yang
hanya bisa didapatkan ketika membaca buku cetak.

Ketika bisa menyentuh itu beda. Buku digital tidak dapat


disentuh, belum lagi jika terkendala listrik, dan sebagainya.
Meski buku digital lebih mudah dibawa kemana-mana. Namun,
keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan, InsyaAllah buku
cetak tidak akan hilang di pasaran.

Alih-alih buku cetak mematikan buku digital, atau malah


sebaliknya, dan kemungkinan lain, berjalan beriringan misalnya,
seharusnya tak menjadi masalah. Permasalahan justru datang
dari pembacanya, apakah masih ada? Bisa jadi buku cetak atau
digital hilang justru karena pembacanya yang menghilang.
Daripada menghilangkan salah satunya, lebih baik
menghidupkan kembali budaya membaca masyarakat
Indonesia yang semakin hari semakin sedikit.

Nisa Arifa Lutfiana, lahir di Purworejo, 28 Januari 1988, ia


adalah anak pertama dari tiga bersaudara, buah dari pasangan
Ubaidi dan Harni Swetikaningsih. Nisa adalah panggilan
akrabnya, ia terlahir dikeluarga yang sangat sederhana.
137
Ayahnya seorang pensiun PNS dan sekarang menjadi sekretaris
YPLP (Yayasan Pembina Lembaga Pendidikan), sedangkan
ibunya juga seorang pensiun PNS. Lahir di Purworejo bukan
berarti tempat tinggal di Purworejo, tetapi tinggal di kota kecil
yaitu Kota Pemalang. Sejak kecil dia selalu dinasihati ayahnya
untuk selalu rajin beribadah, jujur, dan baik terhadap sesama.
Dia sudah menikah dan memiliki dua anak laki-laki. Dia bekerja
sebagai guru Bahasa Indonesia di SMP PGRI 9 Pemalang.

138
Cerita Kehidupan

… Novia Rohmatullaili …

Hidup adalah sebuah nikmat dari Tuhan yang tiada


duanya, atas kebaikan hati Tuhan kita terlahir di dunia.
Kehidupan ini penuh dengan canda tawa, tangis lahir batin dan
suka duka yang pasti dialami oleh semua insan. Di dalam
kehidupan manusia telah tercatat dalam buku kehidupan alam
semesta. Tuhan telah menuliskan takdir yang akan kita hadapi
di masa yang akan datang, tak ada yang tahu apa dan bagaimana
kita di hari esok. Jangan biarkan hidup mu berada di dalam
sebuah lorong kegelapan, berikanlah setitik cahaya untuk
menerangi ruang hati dan fikiran.

Dikarenakan sebuah ide tidak bisa tersimpan lama di


fikiran seseorang maka terciptalah karya tulis yang berbentuk
bacaan. Manusia tidak telahir dengan sempurna, kita semua
saling melengkapi dan saling menolong antar sesama. Seperti
dalam cerita kehidupan seorang anak SMA kelas 2 yaitu Aisyah,
ia selalu saja menjadi bahan bully di sekolahannya karena
keterbatasan yang ia bawa sejak lahir. Ia tidak mengenal putus
asa karena tidak ada yang ingin berteman dengan nya, ia selalu
positive feelling dan berdoa ke pada Tuhan untuk diberikan
jalan yang akan membawanya kepada kesuksesan. Selang
beberapa minggu ada 2 siswi baru yang masuk di sekohalan itu
dan kebetulan 1 ruang dengan Aisyah, dan siswi baru ini
ternyata berbeda dengan siswi yang lainnya, mereka berdua
mau berteman dengan Aisyah karena sifat nya yang baik.

139
Sejak dulu Aisyah tak pernah berfikir bagaimana ia bisa
bersaing dengan teman sekelas nya, dari datangnya 2 siswi baru
tadi serasa mereka adalah jawaban dari doa Aisyah. Mereka bisa
merubah sikap Aisyah yang pendiam dan pemalu itu dengan
mengajaknya mengikuti semua aktifitas yang dijalankan oleh
pihak sekolah dan setiap hari 2 siswi itu mengajak Aisyah masuk
ke perpustakaan sekoalah untuk menambah wawasan dan lebih
mengenal dunia. Setelah 2 tahun berlalu Aisyah dan semua
temannya lulus SMA dan melanjutkan di sekolah tinggi agama
dengan mengambil program studi Ekonomi Syariah.

Selang 2 tahun kuliah yaitu semester 4 ia mulai


memikirkan tentang bagaimana ia akan menjalani hidupnya di
masa depan. Ia masih beristiqomah seraya berdoa kepada Tuhan
untuk diberikan kesuksesan dan keberkahan di dunia dan juga
di akhirat nanti. 2 minggu berlalu tibalah bulan ramadhan bulan
yang penuh keberkahan, ini adalah sebuah peluang usaha untuk
nya. Dari situ ia mepunyai ide untuk memperjualbelikan seperti
membuat makanan dan minuman yang banyak di minati oleh
semua kalangan di masyarakat. Dari hasil yang ia peroleh bisa
digunkan untuk menabung dan juga memenuhi kebutuhan
sehari-hari. Peluang ini tidak berhenti sampai ramadhan saja,
tetapi masyarakat masih terus memberi masukan untuk Aisyah.
Karena dirasa tempat jualannya kurang strategis akhirnya ia
mendirikan rumah makan di desa nya pada semester 6. Tidak
berhenti di makanan rumahan ia selalu mencari resep dari
membaca buku panduan resep makanan yang mana ide itu
membawanya semakin maju.

Di masa semester akhir ia merasa kelelahan karena ujian


yang akan dihadapinya dan merasa membutuhkan bantuan
tenaga kerja supaya ia bisa terfokus di ujian akhir. Setelah selesai

140
yudisium akhirnya Aisyah lulus kuliah dengan membawa nama
baik kampusnya, ia menjadi mahasiswi interpreneur terbaik
dengan ide-ide yang ia miliki karena banyaknya bacaan yang ia
serap. Setelah ia terbebas dari sekolahnya sekarang ia fokus pada
bisnis rumah maknnya yang semakin terkenal karena menu-
menu makanan tidak hanya dari desa terapi juga resep luar
negeri. Lalu ia berniat mendirikan restaurant yang besar dengan
hasil pengumpulan uang sisa perbelanjaan beberapa tahun lalu
ia bisa mendirikan resto yang ia ingikan.

Sampai pada puncak kesuksesan ia tak pernah lupa


dengan Tuhan, ia selalu berdoa dan bersyukur atas semua
nikmat yang telah ia terima sampai saat ini. Setelah semua
berlalu ia mencurahkan isi hati dan fikirannya kedalam sebuah
karya dalam sebuah buku yang menceritakan tentang kisah
kehidupannya dari nol hingga titik kejayaan, di dalamnya ia
menyampaikan pesah bahwasannya tidak ada yang tidak
mungkin jika kita ingin menjadi sukses maka bermimpilah dan
raihlah mimpi tersebut dengan usaha yang bisa membuahkan
hasil dan juga ia mengatakan dengan banyaknya membaca bisa
menambah pengetahuan yang luas.

Pengetauan bisa membawa kita kepada jalan kesuksesan


di masa depan. Jangan berputus asa karena semua sudah ada
jalan takdirnya, tidak perlu meniru orang dan jadilah diri sendiri
karena itu lebih baik dari apapun. Jika ingin berhasil selain
membaca buku dan menambah pengetahuan berdoalah kepada
yang kuasa, jangan sesekali menyekutukan Tuhan karena Ia
maha pengasih dan juga maha penyayang. Contohlah sosok
Aisyah yang tak kenal payah selalu saja berjuang dan berusaha
untuk maju, selalu berfikir positif, berperilaku baik dan tak lupa
kepada yang menciptakan umat di dunia ini. Setelah sukses

141
jangan lah sesekali menyombongkan diri seakan kita unggul
dalam hal keuangan ingatlah kita hanyalah serpihan yang
tercipta di dunia ini, tidak ada yang abadi. Jika ketika kita
melanjutkan sekolah di perguruan tinggi dan ada yang
menjatuhkan niat kalian maka jangan kalian melemah,
jadikanlah semua omongan oarang sebagai tantangan,
tunjukkan kepada mereka bahwa kita bisa, tidak ada yang sia-
sia ketika kita sedang menjalankan pembelajaran.

Novia Rohmatullaili, tinggal di Ds. Jatigede RT.20 RW.02 Kec.


Sumberrejo Kab. Bojonegoro Prop. Jawa Timur. Lahir di
Bojonegoro pada 27 Juni 2001. Sedang menempuh pendidikan
jenjang Sarjana di STAI Attanwir Talun Bojonegoro.

142
Buku dan Hidupku

… Nuraini Indrawaty …

Sejak kecil buku cerita sudah begitu lekat dalam


kehidupan anak anak dijaman saya kecil, yaitu sekitar tahun 70-
an. Buku cerita yang lekat sekali dengan saya saat itu adalah
sebuah majalah Bobo. Majalah bobo banyak sekali manfaatnya
yang dapat diambil, diantaranya adalah dari segi isi ceritanya
seperti kisah dari negeri dongeng, abu nawas, pengetahuan
tentang alam semesta, persahabatan dan masih banyak lagi. Saat
saya kecil majalah ini adalah majalah favorit anak anak. Sangat
beda sekali dengan kehidupan saat ini, anak lebih senang
dengan bermain gadget.
Dimasa itu hanya orang tertentu yang dapat membeli dan
berlangganan majalah tersebut. Anak anak di zaman itu belum
banyak perpustakaan yang berdiri, yang ada hanya
perpustakaan disekolah. Jika ingin membaca buku kami anak
anak desa harus meminjamnya dari sekolah atau meminjam ke
teman yang berlangganan majalah bobo tersebut. Biasanya
setiap hari miggu kami datang kerumah teman yang
berlangganan untuk meminjan majalah bobo tersebut dalam
jumlah tertentu agar dapat dibaca dirumah.
Dari majalah bobo ini juga saya mulai gemar membaca,
hingga buku buku bacaan lainnya. Saat kecil buku yang
menginspirasi saya selai majalah bobo dan masih saya ingat
hingga kini adalah buku yang berjudul “Laila dan Surya” buku
ini mengisahkan sebuah perjuangan hidup seorang anak tanpa
kasih sanying orang tuanya, namun anak tersebut mampu

143
menggapai cita citanya hingga menjadi seorang dokter. Selain
buku cerita Laila dan Surya saya juga senang membaca buku
cerita tentang sejarah, diantaranya sebuah kisah api dibukit
menoreh, pedang naga sasra sabuk inten. buku ini mengenalkan
pada saya tentang cerita masa kerajaan majapahit.
Saat Sekolah Dasar ibu guru saya selalu mengatakan buku
adalah jendela dunia, saat itu saya tidak faham dengan
maksudnya. Saya selalu mencari makna dari kata tersebut, tanpa
sengaja saya menemukan maksud dari buku adalah “jendela
dunia “di dalam majalah bobo yang sering say abaca. Dari
sinilah kebiasaan membacatercipta dan mulai menjadikan
hobby.
Menginjak Sekolah Menengah Pertama saya mulai
mengenalnya Namanya buku harian yang biasa disebut dengan
“diary”. Buku diary ini yang menuntun saya denan kebiasaan
menulis hingga menjadi kegemaran. Didalam buku harian ini
banyak sekali saya tuliskan kisah kisah saya, keluh kesah saya,
dan cita cita saya. Dan saat itu memang buku harian menjadi
sesuatu yang sagat penting. Buku harian ini yang selalu
menemani saya, dikarenakan saya tidak memiliki tempat untuk
mencurahkan keluh kesah dan kesendiriaan saya. Saat itu saya
tidak tinggal Bersama orang tua namun tinggal bersaya keluarga
dari ibu. Dimana setiap kerinduan ingin berkumpul dan
bertemu keluarga tidak bisasetia saat dapat terpenuhi. Hanya
buku harianlah yang menjadi teman untuk melampiaskan rasa
rindu kepada orang tua dan saudara.
Banyak sekali kenangan bersama buku harianku, banyak
sekali kisah yang saya tuangkan disana mulai dari kami anak
desa yang tidak pernh dapat memiliki ataupun membeli buku
pelajaran. Perjuangan kami anak desa untuk menggapai cita cita
masa depan yang gemilang. Walaupun kami anak desa hanya
144
bisa memiliki buku degan cara dipinjami dari sekolah namun
semangat untuk terus menbaca dan membuka cakrawala dunia
terus dilakoni. Hingga akhirnya kepindahan saya kesekolah
dikota mengikutiorang tua terlaksana. Ini semua dituangkan
dalam buku harian itu.
Saat kepindahan kekota saya menemui suasana baru yang
lebih menantang lagi dengan problema buku. Di sekolah baru
tidak ada lagidipinjami buku pelajaran namun buku pelajaran
tersebut wajib dimiliki oleh semua siswa. Inilah awal dari saya
memiliki banyak buku bacaan walaupun itu buku pelajaran.
Rasanya sangat senang sekali karena dapat memiliki banyak
buku, buku yang sangat sering say abaca adalah buku mengeni
geografi dan kependudukuan. Diperpustakaan sekolah yang
baru lebih banyak saya temui buku yang bagus, tidak seperti
saat saya didesa dahulu sangat minim sekali buku bacaan selain
pelajaran. Mulailah saya meminta berlangganan majalah “gadis”
kepada orang tua. Dari majalah gadis ini saya terinspirasi untuk
menulis keluar. Mulailah saya mencoba membuat puisi dan
cerpen. Walau hanya mencoba menulis di dalam buku harian
saja. Semakin sering saya membuat tulisan akhirnya saya ingin
mencoba untuk mempublikasikannya lewat madding, walau
masih sangat sederhana namun saya merasa senang.
Saat saya menginjak bangku Sekolah Menengah Pertama
menulis buku harian, puisi dan cerpen tidak saya tinggalkan,
bahkan makin sering saya menulis dan di publikasikan di
madding. Suatu hari saya mencoba menulis lagi sebuah cerpen
dan saya coba untuk mempublikasikannya kesebuah majalah
namun gagal, sya tidak berkecil hati. Saya tetap mencoba
menulis hingga kini. Suatu Ketika ada sebuah perlombaan
menulis karya ilmiah dan membuat sebuah klipink, saya
mencoba untuk mengikutinya.mulailah saya meminjam buku
145
lebih sering lagi guna mengikuti perlombaan itu. Alhamdulillah
saya dapat menang juara satu se pulau Jawa, Bali dan Sumatra.
Dari kemenangan ini saya dihadiahi banyak sekali buku buku
ilmu pengetahuan dan buku buku bacaan hiburan yang
mendidik.
Buku buku yang saya peroleh kemudian di jadikan taman
bcaav dilingkungan sekitar tempat tinggal saya. Saya mengajak
teman teman untuk singgah di taman bacaan saya tersebut. Lagi
lagi buku harian saya menjadi tempat bercerita saya, tentang
kegembiraan saya dapat memiliki banyak sekali buku bacaan
baik buku bacaan sejarah, ilmu pengetahuan, cerita rakyat,
novel, majalah anak dan remaja, bahkan religius.
Di dalam buku harian, saya menuliskan sebuah cita cita
yaitu ingin menjadi guru karena dengan menjadi guru saya akan
bisa lebih banyak lagi ilmu pengetahuan dan juga dapat
mengembangkan hoby saya. Saat kuliah saya sering sekali
mengunjungi perpustakaan untuk meminjam buku, bahkan
sampai keperpustakaan daerah. Yang paling sering saya
kunjungi adalah toko buku. Mengapa sayamemilih toko buku?
Di toko buku ini saya bisa lebih banyak lagi melihat dan
membaca buku buku baru sehingga dapat menambah
pengalaman yang lebih luas lagi. Memang buku sulit sekali
dijauhkan dari hidup saya. Saat itu buku buku yang sering say
abaca bukan lagi buku cerita namun buku buku ilmu
pengetahuan yang bisa menunjang masa depan saya.buku yang
sering di baca adalah buku pertanian, perikanan, peternakan,
perkebunan, keterampilan, kedokteran yang tidak ada
hubungannya dengan kuliah saya. Terkadang teman saya
sampai mengeluh mengatakan untuk apa ketoko buku terus
menerus apakah tidak bosan. Saya menjawab saya tidak akan
pernah bosan dengan buku.
146
Akhirnya saya dapat lulus dari kuliah keguruan, dan cita
cita yang pernah saya tuliskan dlam buku harian tersampaikan.
Saat menjadi guru benar saja bertambahlah ilmu saya dari
membaca buku mata pelajaran lain yang ada di sekolah, karena
saat itu saya ditugaskan di daerah terpencil yang bisa dibilang
saat itu banyak penduduknya kurang mengenal Pendidikan.
Sulit sekali mereka diajak untuk mengenal buku. Namun lambat
laun mereka dapat menerima kehadiran Pendidikan dan buku.
Kendalanya saat saya bertugas siswa lebih cepat mengenal
multimedia dari pada buku ataupun Pendidikan. Banyak sekali
anak anak jaman sekarang sulit sekali diajak untuk hobi
membaca, sulit sekali untuk mencintai buku apa lagi untuk
memilikinya. Buku sebagai jendela dunia tidaklagi mereka kenal
namun gadget sebagai jendela dunia adalah yang mereka kenal,
dan lebih dekat dihati.

Nuraini Indrawaty, S.Pd. tinggal di Jalan Pendidikan No 1 Blok


B Rt. 09 desa Sumbersari Kec. Sebulu Kab. Kutai Kartanegara.
Korespondensi dapat melalui 081392124177 (WA) atau email
nurainiindrawaty1975@gmail.com.

147
Buku Pertama di Masa Pandemi

… Nurriska Amalina…

Sudah hampir 5 tahun saya bekerja di Perpustakaan, dan


menjadi seorang pustakawan. Profesi yang jarang dilirik oleh
orang lain, banyak yang memandang sebelah mata tentang
profesi pustakawan, yang mereka tau adalah orang yang
menjaga buku di Perpustakaan. Padahal profesi ini bukan
menjaga buku tapi mengelola buku, merawat buku,
mengumpulkan dan mengelola informasi baik itu dari buku
maupun jurnal-jurnal, dan masih banyak tugas lain yang harus
dikerjakan pustakawan.
Tidak salah sebetulnya masyarakat yang memandang
sinis pekerjaan pustakawan, yang berpendapat pekerjaan ini
mudah karena hanya berurusan dengan buku saja. Hal ini
sebetulnya karena masih belum banyak pustakawan yang
menghasilkan karya tulis, dan menyumbangkan intelektualnya
untuk dapat di baca oleh masyarakat. Banyak pustakawan yang
tidak terbiasa menulis bahkan menerbitkan buku mengenai
perpustakaan dan profesi pustakawan itu sendiri, sehingga
belum banyak yang paham dengan profesi ini.
Padahal kalau di fikir menulis itu erat kaitannya dengan
membaca, dan sumber ilmu itu berasal dari membaca sebuah
informasi yang bisa didapatkan dari Buku. Pustakawan tiap
harinya bekerja dengan mengelola buku di perpustakaan,
sehingga sebetulnya tiap hari ia membaca buku dan menambah
informasi dan intelektualnya. Akan tetapi banyak yang malas
untuk menulis sebuah buku atau artikel, karena mereka berfikir

148
menulis itu merupakan kegiatan yang sulit. Begitu pula yang
saya fikirkan ketika oleh Kepala Perpustakaan tempat saya
bekerja menginstruksikan kami seluruh staff perpustakaan
untuk menulis sebuah artikel yang nantinya akan dijadikan
Buku.
Susah untuk memulai membuat kalimat awal di artikel
yang akan saya buat, setiap diketik satu kalimat saya hapus lagi,
sulit sekali untuk memulai menulisnya. Dari kecil saya memang
suka sekali membaca buku tapi untuk menulis sebuah artikel
popular cukup sulit. Berawal dari sebuah tuntutan dan tugas
dari atasan, saya beranikan untuk mencoba menulis biarlah
kalimat per kalimat dan paragraph per paragraph tidak
nyambung, yang penting saya terus menulis sehingga
menghasilkan satu buah artikel.
Setelah selesai membuat karya tulis berupa artikel yang
isinya mengenai Job Desk saya ketika bekerja di Perpustakaan
dan di masa Pandemi ini yang diberi judul “Sulit Cari Referensi
saat Pandemi? LMS Unikom Aja”, akhirnya artikel saya dan
teman-teman yang lainnya di koreksi oleh editor, dan setelah
dilakukan revisi kumpulan artikel tersebut dijadikan Sebuah
Buku yang Berjudul “Inovasi Perpustakaan di Era Covid-19 –
Konteks Pelayanan dan Pemanfaatan Teknologi”.

149
Ini merupakan Buku pertama saya dan juga teman-
teman Perpustakaan Unikom, ternyata menulis dan
menerbitkan sebuah Buku itu merupakan pengalaman yang
berharga, banyak ilmu yang diperoleh. Ternyata membuat
sebuah buku itu tidak mudah, sebuah buku bukan saja hanya
untuk dibaca ketika waktu senggang tapi juga harus mempunyai
nilai informasi dan pengetahuan baru untuk yang membacanya.
Buku yang kami buat ini menceritakan bagaimana
pengalaman kami staff Perpustakaan Unikom mengalami
banyak perubahan ketika masa Pandemic, yaitu salah satunya
pelayanan perpustakaan, yang biasanya dilakukan secara tatap
muka kini diubah secata online. Dalam buku ini diceritakan
bagaimana kami berusaha untuk memberikan pelayanan yang
maksimal kepada pemustaka. Dan bagaimana kegigihan kami
dalam menghadapi pandemic Covid-19.
Dengan berhasilnya cetakan pertama buku ini, memacu
saya untuk menjadi rajin menulis lagi, meskipun masih belajar
tetapi setelah di jalani ternyata menulis itu tidak begitu sulit
asalkan kita banyak belajar, dan banyak membaca buku. Dengan
demikian pengetahuan kita akan semakin bertambah, sehingga
akan lebih mudah untuk menulis sebuah kalimat dan ide.
Mudah-mudah ini bukan menjadi karya yang pertama dan
terakhir, semoga akan terbit lagi buku-buku yang lain, dan
menjadi inspirasi untuk perpustakaan dan pustakawan yang
lainnya.

150
Nurriska Amalina, S.Pd. biasa dipanggil dengan Icha lahir di
Bandung tahun 1992. Penulis merupakan anak kedua dari dua
bersuadara. Telah menyelesaikan Studi Strata 1 Perpustakaan
dan Informasi di Universitas Pendidikan Indonesia pada tahun
2016. Saat ini bekerja sebagai Pustakawan di Perpustakaan
Universitas Komputer Indonesia Bagian Pengembangan dan
Pengolahan Bahan Pustaka Referensi dan Serial, sejak tahun
2016 hingga sekarang. Semoga artikel yang saya tulis dapat
bermanfaat bagi pembaca. Apabila ada pertanyaan atau ingin
diskusi Penulis dapat dihubungi melalui email
nurriska@email.unikom.ac.id dan @nurriskaamalina (IG).

151
Buku Vitamin Ilmu

… Paryati, S.Pd., Gr. …

Saya lahir di Tulungagung, 14 Februari 1982. Pertama kali


saya mengenalmu lewat buku. Sampul dan isi bergambar
menarik perhatian untuk melihatmu. Saya raih kertas, pensil,
dan mencoba menggerakkan tangan untuk mengikuti seperti
yang tertulis di dalam buku. Ya.. Mengenal bacaan yang ada di
buku. Saya menulisnya berulang-ulang agar bisa meniru. Atas
bantuan guru, saya mencoba ikuti arahan untuk menulis dan
membaca secara berulang-ulang sampai lancar membaca. Tak
henti-hentinya guru mengarahkan dan membimbing saya
dengan tulus ikhlas. Terima kasih semoga jasa bapak/ibu guru,
Allah SWT. yang dapat membalasnya.
Waktu itu saya masih duduk di SD kelas satu. Setiap ada
kertas yang jatuh di jalan, di rumah atau di sekolah, apakah itu
sobekan kertas koran, majalah atau semua tulisan akan saya baca
untuk memperlancar membaca. Sepanjang jalan pulang, dengan
berjalan kaki bersama beberapa teman dari rumah ke sekolah
atau dari sekolah ke rumah saya perhatikan tulisan-tulisan yang
ada di sepanjang jalan sampai menuju rumah sehingga saya
terlatih membaca.
Tak hanya itu, saya juga bermain di tempat teman yang
menpunyai majalah Bobo waktu itu. Bermain sambil belajar.
Teman saya baik, mau meminjamkan buku majalahnya kepada
saya dan dipinjam untuk dibaca ditempat, tapi tidak
memperbolehkan saya untuk membawa pulang. Saya tetap
bersyukur walaupun orang tua saya belum bisa membelikan

152
buku majalah Bobo, saya tetap bisa belajar membaca dari buku
majalah teman saya tersebut.
Setelah lancar membaca, pada pertengahan kelas dua SD
saya mencoba untuk meraih buku lainnya selain buku mata
pelajaran. Saya mencoba membaca komik bergambar, cerita
bersambung (cerbung), cerita pendek (cerpen) dan koran. Itu
semua masih punya teman saya. Itu berlangsung sampai saya
lulus SD tahun 1994.
Kemudian melanjutkan ke SMP. Setelah masuk SMP saya
baru menyadari manfaat dari membaca. Di setiap jam istirahat,
saya hampir tidak pernah ke kantin untuk membeli jajanan
karena keterbatasan ekonomi. Lebih baik menyimpan uang saku
untuk membeli buku pelajaran atau Lembar Kerja Siswa (LKS)
guna memperlancar belajar daripada untuk jajanan sehingga
dari rumah saya sudah sarapan dan membawa air untuk bekal
minum. Kemanakah saya pergi selama istirahat? Coba tebak!!!...
Ya, benar perpustakaan sekolah. Dengan membaca buku secara
tidak langsung saya dapat manfaat dari membaca. Waktu di SD
saya tidak pernah mendapatkan peringkat kelas, di SMP dari
kelas 7 sampai kelas 9 saya mendapatkan peringkat kelas
walaupun selalu juara 3. Saya lulus SMP pada tahun 1997.
Kemudian melanjutkan ke SMK. Setelah masuk SMK saya
sering mengunjungi perpustakaan dan masih mendapatkan
manfaat dari membaca yaitu selalu mendapat peringkat kelas
dan lagi-lagi juara 3. Selama SMK saya juga membantu menjaga
kantin koperasi sekolah selama jam istirahat. Hal ini saya
lakukan untuk meringankan beban orang tua. Selama
membantu kantin koperasi sekolah, saya tidak perlu membayar
uang sekolah karena bagi siswa yang membantu kantin koperasi
sekolah akan dibebaskan dari biaya sekolah. Untuk menambah

153
wawasan, saya meminjam buku perpustakaan untuk dibawa
pulang dan mengembalikannya setelah selesai membaca.
Selama belajar di SMK saya dimotivasi oleh seorang guru
yang membimbing saya di kantin koperasi sekolah untuk
melanjutkan ke jenjang lebih tinggi. Orang tua sempat tidak
setuju jikalau saya malanjutkan kuliah, tapi atas kegigihan saya
dan dapat meyakinkan orang tua serta dibantu oleh paman, saya
diijinkan untuk melanjutkan kuliah. Saya lulus SMK tahun 2000.
Setelah lulus SMK saya mencoba mendaftar di STAIN,
karena literasi saya kurang pada bidang Ilmu Agama, maka saya
tidak lolos sehingga saya dimotivasi ibu saya untuk melanjutkan
ke STKIP dan lulus tahun 2004.
Setelah lulus STKIP saya menikah dan diajak suami
merantau ke Kalimantan Timur. Sekarang saya bekerja di salah
satu SMA di Kalimantan Timur. Di SMA tersebut saya bertugas
sebagai guru dan kepala perpustakaan. Semoga saya dapat
menjalankan tugas negara yang saya emban sebagai pegiat
literasi. Amiin… YRA…
Semoga dari buku yang kita baca dapat menjadikannya
sebagai vitamin ilmu yang sangat bermanfaat untuk memenuhi
kebutuhan akan ilmu pengetahuan untuk menggapai cita-cita.
Salam literasi.

154
Biodata Penulis

Nama : Paryati, S.Pd., Gr.


Alamat : Jalan Ki Hajar Dewantara RT. 009 Ds. Sumber
Sari Kec. Sebulu Kab. Kutai Kartanegara Prov.
Kalimantan Timur Kode Pos 75552
No. Wa : 081346649413
Email : akbar.rom@gmail.com
Instagram : paryatiakbarom82
Facebook : Paryati Akbarom

155
“Menulis, ooh Menulis…”

… Purwa Saputra …

“Menulis, ooh menulis…” Begitulah pikirku ketika


telingaku tertusuk oleh sayup-sayup ajakan menulis. Entah
bagaimana aku harus menggambarkan kecamuk pikirku tentang
menulis. Aku ini tidak begitu suka menulis, tapi kok sering
‘dapat undangan’ untuk menulis. Ingin ndak ikut menulis, tapi
kok rasanya 'eman' , 'wong' ya mumpung lagi ada kesempatan.
Bagaimana ya? Adakah di antara kalian yang sedang atau
pernah merasakan apa yang aku rasakan ini? Kira-kira itu
lumrah ndak ya? Paradoks yang slalu hilir mudik ini tak pernah
bosan menyapaku. Sedih? Tidak. Senang? Tidak. Bingung?
Hmm, mungkin.

Itulah yang sering kurasakan ketika bertatap dengan kata


"menulis". Ndak pandai menulis tapi sehari-hari harus
‘mendelengi’ tulisan. Kadang pas lagi mbaca karya yang enak,
memang tertarik. Tapi begitu ditinggal semenit, hilang sudah itu
rasa tertarik. Hadeeh, paradoks. Dulu ketika masih SMP
aku memang pernah ikut lomba tulis cerpen se-kabupaten.
Dapat 10 besar, lumayan kan? Hehe… Tapi begitu, nyatanya
hingga kini aku sama sekali tidak punya minat yang kuat untuk
menulis. Teman SMA-ku dulu pernah bilang, kalau aku bikin
karangan, bahasa kaku katanya. Aku pikir itu cukup benar
meski aku ndak terima, hehe...

156
Lalu sekarang, menyelami dunia kerja, aku ‘jatuh’ di
dunia pendidikan, yang lagi-lagi juga ndak lepas dari ‘tuntutan’
menulisnya. Lama-lama jadi geli telingaku kebanyakan dengar
kata “menulis”, haha… Geregetan banget dah. Alamaak, ibarat
makan nasi lauk sambal cabe, kalau ndak ada rasanya hambar,
tapi kalau ada ya kepedesan, hehe…Hmm, tapi kurasa, mestinya
bukan cuma aku saja ya yang mengalami ini. Orang berbakat
nan berminat menulis memang banyak. Tapi orang yang malas
mikir malas nulis macam aku kayaknya juga ndak sedikit, hehe…

Menurutku, bagi pemalas mikir, menulis bukanlah


aktivitas yang tepat untuk dikerjakan. Mending melamun, jadi
superhero yang nyelametin dunia atau seorang pria tampan
gagah perkasa yang nyelametin kekasihnya,
HaHaHaHa..GloDAkXX... Jadi makin jauh dah angannya kalau
gitu. Yah, tulah enaknya melamun. Tapi ya kembali lagi, ini
adalah paradoks yang bakal terulang terus bagi si pemalas mikir.
Namun dengan malasnya itu, aku rasa dia sangat bisa bikin
karya. Kan dia dapet ide dari hasil lamunannya, hehe...

Tapi kurasa itu benar. Kemalasan dan lamunan, bisa jadi


bibit kreatifitas yang ndak kalah wow dari orang-orang yang non-
malas. Nah, selanjutnya tinggal mau ndak tu, ‘ngarahin’
kemalasan dan lamunannya itu ke atas hamparanladang
karya.Seni rupa, seni suara, seni tulis, atau yang lain. Apa ada
batasannya? Ndak! Siapa yang bilang? Ketika ada motivator
bilang, "Jangan malas, jangan putus asa, teruslah berkarya!
Sukses tidak akan pernah datang kepada orang yang malas!",
maka aku hanya mikir, "Sak karepmu, Bos,,,". Hahaha... Nyatanya,
hal yang luar biasa tidak slalu linear berasal dari kebenaran

157
ucapan motivator. Ndak sedikit kejutan malah lahir dari hal yang
tidak biasa bahkan nyeleneh.
Ya, parameter keberhasilan kan bukan cuma satu dua.
Banyak faktor-faktor yang berpengaruh. Berkarya pun demikian
adanya. Berkarya bukan hanya milik orang hebat. Menulis
bukan hanya milik orang yang berbakat. Bahkan orang yang
malas pun bisa. Tapi ya ndak sembarang malas lho ya. Harus
diarahkan juga. Belokan itu rasa malas, tuang ke dalam cangkir
karya imajinasimu. Squidward aja sampai gaduh bukan main
gara-gara menyaksikan kedahsyatan imajinasi Spongebob sama
Patrick dalam kotak kardus, HaHaHa....

Oke-oke, kembali ke "menulis". Eah, paradoks lagi. Tapi


ya ndak apa-apa, namanya juga hidup di kehidupan,
multiperspektif. Jadi, intinya adalah.... Krik krik krik krik Emm,
ea aapa ya?? Ntahlah, aku ndiri juga bingung, haha Yang jelas
kalau aku, ea sih apa yang mau aku lakuin ya aku lakuin. Simpel.
Kalau ndak mau ya ndak perlu dilakuin. Kadang perlu mikir
kadang ndak, kadang berhasil sering gagal, kadang enak kadang
nyebelin, itu semua hal yang lumrah lah. Asam manis asin pahit
pedas perih hambar adalah 'wedang sensasi' yang bakal diminum
oleh setiap indra kehidupan manusia.

So, bagi pemalas-pemalas macam aku, ya ayuk kita


bersabar, hehehe… Bersabar sambil membelok kepada kejutan-
kejutan ‘segenggam pasir yang tertiup angin’ menuju ke segala
arah. Lalu torehkan kejutanmu itu ke kanvas hidupmu. Buat
kejutanmu itu mengguncang kiri-kananmu. Bakat berkarya
monggo, malas berkarya (macam aku) silahkan :D. Minat nulis
monggo, malas nulis (macam aku) ya silahkan :D. Yang jelas
keduanya sama-sama bisa melahirkan kejutan. Imajinasi, dan
158
kejutan. Sisanya tinggal mencari benang kejutan itu untuk
kemudian dirajut dalam kemanfaatan dan kebaikan. Kebaikan
untuk (seluruh) alam. Pesanku (meneruskan dari Jack Kahuna
Laguna), “Teruslah bernapas”. Hahaha…

Aku rasa cukup sekian saja ‘tulisan kurang dari 800 kata’
ini, sudah larut malam, malam terakhir pengumpulan pula,
ditambah besok deadline laporan kerja seharga dua juta. Hadeeh,
aku ingin istirahat. Paradoks. Menulis, ooh, menulis…

Tentang Penulis:
Namaku Purwa Saputra, seorang yang malas mikir dan
malas nulis. Tulisan ini pun sejatinya juga terpaksa bikin,
hehehe… Tinggal saat ini ikut orang tua di Desa
Sumberjokidul Kecamatan Sukosewu Kabupaten
Bojonegoro. Nomor WA 085855925788, e-mail
maspurwasa@gmail.com, instagram @suigintou .
Pernah bercita-cita jadi TNI tapi gagal, lalu bercita-cita
jadi peneliti biologi tapi masihgagal juga. Hehe..

159
Buku Berbagi Ilmu

… Riska Ulfia Khoirotunnisa …

Aku dan buku, dua unsur yang tidak selalu bisa menyatu
tapi aku sadar keilmukanku dangkal soal apapun, jadi aku harus
mecandu buku. Buku jendela dunia, tapi bagiku buku lebih dari
itu. Buku bagiku adalah sebuah lorong waktu, ruang penuh isi
yang mengungkap seluruh cerita dunia, hingga luar angkasa
dan segala macam yang tak pernah terbersit dalam pikiranku
mengenai semesta.

Buku secara nyata hanya kumpulan kertas yang


didalamnya dipenuhi simbol ilustrasi yang tak ada makna, jika
hanya dilihat saja tanpa dibuka dan dibaca. Buku akan memberi
apa yang kita cari, asal kita benar mau menyetubuhi. Buku
berkaitan erat dengan literasi, baik literasi tulis maupun literasi
baca. Ketika kita ingin menggali ilmu dalam buku kita benar-
benar harus mau meluangkan waktu untuk memembaca
memaknai setiap kata dan jedanya.

Buku memiliki cara untuk membagikan rasa yang


dimilikinya pada setiap pembaca, di era digitalpun buku masih
bisa menyesuaikan diri dengan bertransformasi menjadi e-book,
mengimbangi perkembangan zaman saat ini. Tapi percayalah
membaca bukanlah hal yang mudah, maka setelah membaca
kitapun akan mendapatkan hal yang indah. Perlu
mengumpulkan niat yang terserak, tujuan yang meruncing dan
tentunya bahan baca yaitu buku. Karena saat ini bahan baca

160
banyak ragamnya, status tetangga yang tak bermakna saja
kadang lebih menarik banyak pembaca dibandingkan buku
terbitan baru.

Mungkin duhulu kita akan disibukkan dengan


perpustakaan untuk mendapatkan buku yang kita incar jika
dompet tidak mendukung untuk sekadar bermain-main ke
gr*med*a, tapi saat ini buku menjadi lebih ramah karena dapat
kita temui dimana saja. Hingga di kantong kitapun banyak buku
yang dapat kita akses, hal ini berkaitan dengan adanya
perpustakaan digital. Sebuah ruang yang menimbun banyak
buku dengan berbagai jenis sampul yang memanjakan tiap mata
yang haus akan ilmu.

Sungguh perpaduan yang apik untuk merayu tiap


generasi selalu mencintai buku. Sayangnya, aku melihat anak
seusiaku ketika masih mengenakan seragam putih merah kala
itu, asik sekali memegang gawai yang entah isinya apa. Semoga
saja ayah bundanya tak lupa mengenalkan buku untuk dicicipi
barang daftar isi atau sinopsisnya saja. Sangat tidak sopan
memang ketika kita hanya memandang dari satu sisi. Anak yang
tidak suka membaca buku bukan salah dia, karena nalurinya
baru sebatas mengamati dan meniru. Mungkin saja ketika kita
sebagai manusia dewasa asik bermain gawai ada anak yang
melihat dan meniru kita. Tapi bukan berarti kita tidak boleh
bermain gawai, semua apa porsinya bukan? Hal besar mungkin
sulit untuk kita lakukan agar generasi selanjutnya mau
mencintai buku, tapi hal kecil bisa kita usahakan mungkin
dengan menyuguhi buku sanak saudara, tetangga terdekat kita.

Buku dan literasi tulis, gajah mati meninggalkan gading.


Manusia mati bisa saja meninggalkan karya, karya yang dapat
dibagikan. Berbagi tak perlu menunggu kaya bukan? segala
161
sesuatu akan berkurang jika kita bagi. Semisal roti satu potong
karena ada teman disebelah meja maka aku bagi menjadi dua,
sehingga roti yang bisa kumakan menjadi lebih kecil dari
sebelumnya. Konsep itu tidak berlaku bagi ilmu, ilmu jika dibagi
akan bertambah. Percayalah, ini bukan sulap apalagi sihir.
Akupun dulu tak percaya, tapi saat ini aku percaya. Ketika aku
mengajari memasak pada anak didikku dan dia lupa mematikan
kompor hingga menjadi kobaran api dalam panci aku jadi tahu
jika karung basah dan mematikan kompor cukup mematikan api
diatas panci, tidak perlu menarik selang dari kamar mandi,
mengangkat ember penuh air apalagi memanggil pemadam
kebakaran. Begitulah ilmu dan berbagi.

Ilmu yang dikemas dalam sebuah karya apapun yang


dapat dibagi, salah satunya karya tulis yang menjelma menjadi
buku yang syarat akan ilmu. Dengan menuangkan ide
mengembangkan sebuah gagasan yang kita rasa itu dangkal dan
tak ada makna bisa jadi untuk orang lain itu sangat berarti. Tapi,
kembali lagi menulispun tidak mudah apalagi menjadi sebuah
buku dengan berlembar-lembar kertas yang harus dipenuhi tinta
makna. Karena keterampilan menulis menduduki tataran
tertinggi pada keterampilan berbahasa maka sempurnakan
langkah dulu sebelum berbagi dengan menulis. Aku pernah
mendengar percakapan anak adam di dalam bus antar provinsi,
dia mengeluh sulit menulis walaupun dia sudah fasih
membantah. Lawan bicarapun hanya memberi sedikit jawaban
yang sampai saat ini tetap kuingat, “ambil banyak-banyak dari
buku dulu sebelum kau berani mengisinya” bukankah
maknanya kita harus mau membaca dahulu sebelum menulis.

Sejatinya buku benar-benar ada diantara ilmu dan


implementasinya. Membaca buku untuk menimba ilmu,

162
menulis buku untuk berbagi ilmu.

Riska Ulfia Khoirotunnisa, lahir di lereng gunung Merbabu nan


sejuk pada 24 November 28 tahun lalu. Dia menyelesaikan
sarjananya di Universitas Negeri Semarang. Ibu satu anak ini
memiliki hobi berenang dan memasak. Kegemarannya dengan
dunia sastra muncul saat ia duduk di bangku kuliah. Awal yang
sulit ketika harus mengapresiasi sebuah karya sastra tapi lama
kelamaan dia jatuh cinta dengan karya sastra. Hingga
mendirikan sebuah perpustakaan kecil di sudut rumah yang
dapat dinikmati seluruh koleksi bukunya oleh minimal para
tetangga.

163
Pahlawanku

… Rita Yuana …

Pagi yang indah nan sejuk dengan butiran-butiran


embun pada rerumputan yang hijau. Hamparan padi yang
menguning dan suara burung pipit bersahutan sesekali berbaur
dengan teriakan para petani yang menghalaunya. Beberapa anak
berseragam sekolah nampak lari-lari kecil menyusuri pematang
sambil memangkul buku agar tidak terjatuh ke tanah. Sang
surya belum nampak seutuhnya, tetapi semangat para pahlawan
kecil yang haus ilmu pengetahuan nampak terlihat dari
senyuman di wajah mereka yang seakan tidak peduli telapak
kakinya penuh dengan lumpur karena tak memakai alas kaki.

Tidak ada mobil lalu lalang, becak motor yang berisik,


atau ojek abunemen bahkan sepeda pancal khas anak sekolah
dasar. Hanya beberapa sepeda motor yang sesekali melintas di
sepanjang jalan. Satu per satu para pahlawan kecil berseragam
merah putih itu memasuki halaman. Tidak sedikit dari mereka
nampak mengusap peluh karena harus berjalan kaki dari rumah
ke sekolah melewati sawah dan hutan.

Sementara itu di sebagian sudut dusun yang lain, ada


mereka yang harus menuntun sapi menuju sawah dan kerbau
menuju hutan. Bahkan sebagian lagi memanggul keranjang
dengan sebilah sabit di tangan kanan. Mencari rumput untuk
ternak, atau membersihkan ladang dari rumput liar menjadi
sebuah kebiasaan. Tidak pernah bertatap muka dengan

164
pahlawan pendidikan bahkan tidak pernah merasakan memakai
baju seragam. Hari-hari mereka lalui hanya dengan harapan
supaya ternak dan tanaman bisa menghasilkan sesuai yang
orang tua harapkan.

Matahari mulai meninggi, dan peluh yang menetes


menyadarkanku dari bayangan di masa silam. Ya, tepatnya 25
tahun yang lalu pematang sawah yang saat ini aku pijak menjadi
saksi bisu perjuanganku yang selalu merindukan sosok seorang
guru yang gigih memberi motivasi untuk kami. “Kalian harus
bisa merubah tanah kelahiran, Menuntut ilmu adalah sebuah
keharusan sekaligus kewajiban. Jadilah bagian dari pahlawan
yang menerangi kegelapan”. Sebuah cambuk yang terpatri
dalam sanubari dan selalu terngiang hingga akhirnya aku
mampu mewujudkan mimpi guruku sekaligus menyadarkan
pola pikir sebagian orang tua di kampung kami, bahwa
pendidikan anak-anak harus diutamakan.

Adzan dzuhur berkumandang, seruan bagi kami para


hambaNya untuk kembali berserah dan mensyukuri segala
anugerah yang diberikan. Para pahlawan kecil berseragam itu
berhamburan keluar dari gedung Sekolah Dasar. Dan tidak ada
lagi anak-anak yang menuntun sapi ataupun kerbau pada jam
sekolah atau belajar. Aku tersenyum menyaksikan indahnya
pemandangan ini. Sambil kulantunkan do’a dalam hati untuk
guru sekaligus pahlawanku terdahulu yang kini telah
menghadap Sang pencipta dalam keabadian.

165
Awal Mutiaraku Diuntai

… Riyanti …

Salatiga adalah nama kota di lereng gunung Merbabu.


Udara yang sejuk memanjakan warganya untuk senantiasa
menikmati kesegarannya. Nikmat yang dari Sang Khalik yang
luar biasa, udara sejuk, tanah subur, hingga apapun yang
tertancap akan berbuah.

Suatu sore setelah beraktivitas di kantorku sempatkan diri


memanjakan mata dan hatiku untuk melihat betapa ranum nya
si kecil cabe rawit yang terbentang berderet di samping kanan
kiri pekarangan bapak.

Tak hanya si kecil yang menggugah selera. Ada tanaman


kacang panjang yang merupakan sayur kegemaranku. Emm…
bisa dibayangkan padu padan si mungil dahsyat dan kacang
panjang jika sudah menari-nari di dalam belahan tembaga?
Asyik dengan ciptaan Sang Khalik, mentari sudah mulai undur
dari panggung kehidupan. Aku langkahkan kakiku menuju
istana pemberian orang tuaku. Bagaimanapun juga aku
bersyukur atas rencana Sang Khalik dalam hidupku.

Memiliki keluarga yang bahagia adalah impian setiap


orang. Canda tawa dan pertengkaran kecil menambah bumbu
hidup tersendiri. Suami yang setia, anak-anak yang tumbuh
dengan talenta yang Tuhan berikan masing -masing mempunyai
perbedaan, menambah warna hidupku. Kurang apa coba?
Seperti hari-hari sebelumnya saya selalu menyiapkan apa yang
jadi kebutuhan di pagi hari termasuk dokumen kantor. Beberapa
waktu kedepan akan ada akreditasi di kantorku, dan saya
166
terlibat dalam tim. Masing-masing kami mempunyai tanggung
jawab menyiapkan dokumen pendukung. Karena ada beberapa
dokumen pendukung yang harus saya cetak, maka malam itu
saya berangkat ke kantor suami untuk numpang cetak beberapa
dokumen. Aku bersyukur karena suamiku menjadi salah satu
orang yang dianggap mampu dan mempunyai jabatan, sehingga
saya meminta bantuannya.

Suamiku orangnya sederhana baik dari penampilan


maupun kebiasaan, namun satu hal yang membuatku kagum
dan nyaman saat bersandar padanya yaitu cara berpikirnya yang
brilian. Banyak solusi dan dukungan yang selalu aku dapatkan
darinya.

Kerja dalam sebuah tim memang tidak mudah. Pada saat


kita dipercaya menjadi bagian dari tim, kita harus siap fisik dan
pikiran. Kadang harus mengurangi waktu bersama dengan
keluarga. Fisik yang baik dan sehat sangat diperlukan pada
waktu menjadi tim, karena prinsip kerja tim adalah satu lobang
yang satu harus bisa menutup.

Saat itu kondisiku masih dalam keadaan baik, tidak ada


rasa yang tidak wajar dalam tubuh khususnya perut.
Berjalannya waktu ada sesuatu yang terasa tidak nyaman di
dalam perutku, kami pun memutuskan untuk pulang,
diperjalanan kami berkendara dengan kecepatan standar sambil
menikmati udara malam Kota Salatiga. Melewati tamansari,
alun-alun Pancasila dan sampailah di rumah.

Sesampainya rumah, rasa tidak nyaman di perut mulai


muncul. Semalaman berusaha untuk menenangkan dan
menyamankan diri namun saat terdengar kumandang adzan
subuh itupun aku mulai kesakitan yang hebat. Nyeri dan kram
perut. Oleh suamiku, aku dibawa ke IGD salah satu rumah sakit
di Salatiga. Dokter memberikan suntikan. Nyeri itu pun
berkurang dan akhirnya dengan diberi oleh-oleh obat kami
pulang berharap kemurahan dan mukjizat kesembuhan terjadi.
167
Namun, rupanya Tuhan punya rencana lain. Sesampainya
di rumah, rasa yang menyakitkan itu pun terus menyiksa hingga
pukul 10 pagi kami kembali ke IGD dan dokter mengatakan
harus rawat inap. Dokter melakukan observasi, suntikan demi
suntikan pun merajam, hasil observasi dokter mengatakan
bahwa saya punya usus buntu.

Hari berikutnya saya diprogramkan untuk USG, sebuah


tindakan untuk mengetahui kondisi organ dalam tubuh kita.
Satu persatu dilihat dan ditemukan kasus besar yang diluar
dugaan saya. Usus buntu yang sudah perforasi dan ginjal yang
mengalami penyumbatan. Tuhanku beri aku kekuatan untuk
melewati semua. Hanya itu yang terucap dalam batinku.
Menatap wajah suamiku yang berusaha tegar dan selalu
tersenyum untuk mendukungku, walau aku tahu hatinya rapuh.
Terbayang wajah anak-anak ku yang aku tinggalkan, akankah
hanya sampai disini Tuhan?

Program dokter selanjutnya adalah operasi. Sejauh ini


operasi yang paling aku takuti adalah operasi cesar, jadi
bagaimanapun saya jika melahirkan harus lahir normal. Tapi
kembali rencana Tuhan adalah sebuah misteri, tak seorangpun
tahu. Pembedahan sepanjang 20 centi terjadi, pembedahan
melebihi orang Cesar. Masuk ruang operasi pukul 10.00 keluar
pukul 11.40 Wib. kembali ke bangsal perawatan masih dalam
pengaruh anestesi, belum terasa perih akibat sayatan pisau
kemenangan dokter. Karena dengan pisau itu penyakitku dapat
dikalahkan. Beberapa jam setelah obat penghilang rasa sakit itu
hilang, badan ini terasa remuk, semua terasa sakit, tidur tidak
nyenyak.

Hanya bisa menangis dalam hati, aku tidak ingin


menambah beban suamiku. Dia yang mendampingiku di situasi
sulit ini dalam masa pandemi. Hanya ada satu penunggu setiap
satu pasien, aku tahu betapa lelah dia, betapa rapuh dia saat
menyaksikan aku menangis. Dia selalu memberikan dorongan

168
untuk bertahan demi anak-anak, itu yang pada akhirnya
menguatkan aku untuk sembuh sekalipun sulit dan berat.

Jam dinding terus berdetak, menunjukkan pukul 4 waktu


itu. Entah karena masih terpengaruh anestesi atau memang aura
magis itu sendiri. Rasa sepi bak tinggal di perkampungan
terpencil, udara terasa lembab. Menjelang magrib suasana
ruangan makin terasa gaibnya. Banyak suara orang berbincang-
bincang tetapi tidak nampak orangnya. Malam menjelang
sekelompok orang yang terdengar suaranya itu muncul dengan
berpakaian celana kolor hitam dan baju hitam lepas seperti
jawara kampung jaman dulu. Dalam benakku nyatakah ini?
Apakah pengaruh obat ini yang menjadikan aku berhalusinasi.

Hari berikutnya pasca operasi, aku mulai belajar


menggerakan tubuh ke samping kanan dan kiri. Belum bisa
duduk, karena khawatir jika nanti membuat jahitannya terbuka.
Dari pagi hingga menjelang sore hanya bisa membaringkan
tubuh saja. Aktivitas buang air masih dibantu suamiku. Saat
kudengar sayup-sayup adzan aura magis kembali terasa dan
suasana ruangan sama persis dengan hari kemarin, ada rasa
takut menyelimuti pikiranku, akankah ini pertanda buruk?
Sebagai orang beriman aku mulai menaikkan pujian dan doa
dalam hati, aku hanya bisa berserah kepada Tuhan. Hal ini
terjadi setiap sore hingga pukul 3 dini hari, selama saya dirawat
dan setelah kelelahan biasanya aku baru bisa tertidur.

Pasca operasi hanya air putih yang masuk menemani obat-


obatan itu. Hari ketiga baru bisa makan bubur, namun lidah
sudah tak berasa, nafsu makan berkurang banyak, namun
dukungan doa datang dari teman-teman membangkitkan
semangat untuk kembali bangkit. Di hari ketiga ini, aku sudah
mulai belajar jalan meski hanya ke toilet. Di hari ke empat
sekalipun belum kuat betul fisik ini dokter mengijinkan aku
untuk pemulihan dirumah.

Masa pemulihan memang tidak semudah yang


169
dibayangkan. Satu minggu pemulihan dirumah mengalami
banyak kendala. Mulai dari penyesuaian makanan yang
dikonsumsi. Motivasi saya untuk sembuh sangat tinggi.
Keinginan untuk memenuhi kebutuhan dari makanan pokok
hingga buah pun saya mulai dari porsi sedikit demi sedikit.
Ternyata tak semudah itu, giliran mengkonsumsi buah, saya
pilih buah semangka karena mengandung banyak air dan manis.
Belum selesai satu potong, sudah ada pemberontakan dari perut.
Mual yang luar biasa, keringat dingin mengucur, nafas setengah,
oh Tuhan sangat menyesakkan. Habis sudah tenaga yang
terbangun, senyum berganti bulir air mata dari beberapa pasang
bola mata. Rest in peace??? No!!!!. I have children. Just rest in bed
and sleep.

Janji Tuhan seperti fajar pagi hari yang tidak pernah


terlambat bersinar, itulah janji Tuhan kepada umatNya yang
selalu berpengharapan kepadaNya. Udara sejuk menusuk dari
sela-sela pintu kamar membangunkanku dengan rasa penuh
syukur sekalipun badan masih terasa limpung. Mengawali hari
dengan bersyukur dan menikmati sarapan ala orang sakit,
sekalipun seger tapi di lidah tetap pahit. Hanya bisa berandai-
andai dengan menu makanan yang panas, pedas dan berkuah.
“Stop halu” kata teman-teman jika membayangkan sesuatu
diluar kenyataan. Ku masukan sarapanku sesendok demi
sesendol sambil menahan rasa mual yang muncul, tujuannya
hanya sarapan itu habis dan obat bisa diminum. Itulah yang
terjadi berhari-hari sampai rasa pahit itu berubah sendiri.

Ritual rutin yang terjadi setiap 3 kali sehari itu berjalan


berhari-hari. Rutinitas yang melelahkan.

Pemulihan Appendix yang sudah perforasi itu banyak


misteri. Pikiran berada dalam batas lelah dan harus bangkit. Ya,
lelah karena sakit tak kunjung selesai, harus bangkit karena
banyak orang yang mencintai saya dan setia menunggu saya
dengan penuh harapan.

170
Diagnosis dari sakit ku adalah infeksi usus buntu. Dimana
umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus
buntu. Infeksi pada organ ini disebut apendisitis atau radang
umbai cacing. Apendisitis yang parah dapat menyebabkan
apendiks pecah dan membentuk nanah di dalam rongga
abdomen atau peritonitis (infeksi rongga abdomen). Kejadian
inilah yang kemudian banyak orang menyebutnya dengan
perforasi. Perforasi saluran cerna dapat terjadi oleh karena
banyak sebab, seperti trauma tajam (misal: pisau, gunting) di
dada sebelah bawah atau abdomen dan biasanya mengenai usus
halus karena organ ini menempati besar rongga perut.

Begitulah kondisi saya pada tanggal 25 Juli 2020 jam 10.00


WIB. Hanya doa dan mengharap ada jamahan Tuhan. Secara
manusia aku sudah angkat tangan. Ini pengalaman pertama
yang sangat luar biasa. Pengalaman tentang sakit yang tak
bergejala, pengalaman dicintai banyak orang, pengalaman
penyertaan Tuhan yang nyata. Seperti janji Tuhan, “Tuhan tidak
pernah menjanjikan jalan hidup manusia itu mulus, tetapi berkat
kekuatan dan pengharapan selalu ada untuk manusia yang
percaya”.

Saat pengalaman ini tertoreh, pemulihan itu belum 75%.


Trauma pembedahan masih sering terlintas dalam benak.
Trauma psikologis, rasa khawatir, putus asa, semua masih
timbul tenggelam. Trauma fisik pasti, karena ada beberapa
lapisan perut yang di buka.

Pada hari ke-26. Udara pagi menyusup dari sela-sela


lubang angin pintu, dingin namun sangat sayang untuk
dilewatkan. Semangat hidupku membangkitkanku dari ranjang
tidurku, duduk menikmati ciptaan Tuhan dengan hari yang
baru, rasa syukur senantiasa aku panjatkan tak henti-hentinya,
syafaat ku naikan untuk perjalanan dinas suamiku ke Jakarta
serta untuk perjalanan kontrol dokter.

Mengawali aktivitas dengan beberes dan menyiapkan


171
sarapan untuk keluargaku. Badan terasa kaku semua, dengan
beraktifitas pagi membantuku untuk meregangkan otot tubuhku
yang sudah terlalu lama tidur. Dalam kondisi yang baru tujuh
puluh lima persen, keringat langsung mengucur deras, nafas
ngos-ngosan.

1 bulan berlalu. Sungguh luar biasa penyertaan tuhan,


banyak kekuatan yang saya dapatkan baik dari firman yang ku
dengar, dari dukungan keluarga dan teman-teman. Satu bulan
berlalu belum banyak perubahan. Luka terbuka masih basah.
Untuk duduk saja saya masih mengandalkan tangan dan bahu
untuk menopang berat tubuh dan menahan rasa sakit di
perut.Perawatku tetanggaku kepanjangan Tuhan

Seorang perawat yang selalu telaten membersihkan luka


dan kotoran yang tersisa dengan alatnya yang selalu ditentheng.
Banyak sisa kotoran yang menempel. Ada yang berbentuk
nanah, sisa potongan jaringan, juga benang yang tidak jadi
jaringan kulit. Satu bulan berlalu belum banyak perubahan.
Luka terbuka masih basah.

Tak terasa 2 bulan setelah operasi dapat kulalui. Saatnya


menata diri kembali ke aktifitas rutin lagi. Sebagai staf di sebuah
perpustakaan perguruan tinggi swasta, aku tidak dapat
memungkiri bahwa masih banyak beban dan tanggung jawab
yang harus aku kerjakan. Dengan tertatih aku belajar menaiki
tangga menuju kantorku. Rasa sakit yang muncul karena
gerakan yang bertumpu pada kaki dan otot perut selalu aku
nikmati. Dukungan dan semangat yang diberikan teman-teman
sekerja membuat penghiburan tersendiri.

Aku sangat beruntung mempunyai pimpinan yang


memahami kondisiku saat ini sehingga sewaktu-waktu aku
merasakan kelelahan aku dapat pulang. Aku diberikan jam kerja
khusus sampai betul-betul kuat.

Mencoba melakukan tugasku sebagai seorang staf sudah


172
berjalan beberapa waktu, namun ada hal yang membuat aku
menjadi terpuruk lahir dan batin. Anakku merasakan gejala
yang sama. Nyeri hebat, kram tidak bisa BAB. sebagai seorang
ibu tidak tega melihat anaknya sakit seperti yang aku rasakan.
Berbagai upaya pencegahan dari makan tinggi serat, berobat ke
klinik sudah dilakukan. Hingga pada minggu siang anakku
mengatakan “sakit sekali mah”. Kami Pun membawanya ke
UGD. Di UGD, kami disuruh menunggu karena ada pasien
dalam tingkat kegawatan tinggi. Kami melihat dokter dan
perawat sibuk berlalu lalang, suara peralatan medis terdengar
dari zaal anakku. Tiba waktunya setelah dokter itu berupaya
menyelamatkan nyawa seseorang namun Tuhan berkehendak
lain, menujulah dokter itu mengunjungi anakku. Kesimpulan
awal dokter itu adalah appendix. Bak dipukul dengan gada bima
dan dalam hati terus memohon supaya di jauhkanlah hal itu.

Kilas balik perasaanku pada waktu itu terulang kembali.


Segala peralatan medis yang perlu dipasang di tubuh anakku
mulai ditempelkan oleh perawat. Dan dipindahkanlah dia ke
wijaya kusuma 308. Di dalam sana sekalipun anti nyeri itu sudah
disuntikan masih saja nyeri hebat itu menyerang. Sebagai
seorang ibu hanya bisa memeluk dan mengelus bagian yang
sakit, sambil terucap doa dari dalam hati yang paling dalam. Air
matanya yang tidak kunjung berhenti menunjukkan rasa takut
dan khawatir. Naluri keibuanku pun menolak untuk
meninggalkan dia berjuang sendiri, sekalipun aku tahu kondisi
ini sangat tidak bagus untukku.

Hari kedua dokter anak dan bedah datang bergantian. Ada


penjelasan yang disampaikan dokter anak terkait anak remaja
perempuan yang sedikit melegakan hati. Akan tetapi rasa lega
itu sirna begitu dokter bedah itu masuk, lagi lagi dia mengatakan
“appendix”. Program usg segera dilakukan, siang itu juga
pemotretan organ tubuh dilakukan dan hasilnya positif. Rasa
takut, khawatir, kecewa, sedih memenuhi pikiranku, air mataku
tidak bisa kubendung, aku pergi ketempat dimana tidak banyak
173
orang tau, untuk sekedar melepaskan butiran air yang tidak
kuasa kutampung lagi. Setelah terasa lega aku masuk, akan
tetapi setiap memandang wajah anakku, butiran itu berjejalan di
pelupuk mataku. Kusembunyikan raut sedih wajahku dibalik
rambutku dan masker yang aku pakai.

Malam hari sebelum berpuasa, kembali kami datang


kepada Tuhan untuk memohon kelancaran operasi esok hari.
Karena aku mempunyai 3 anak yang tidak mungkin aku
tinggalkan, akhirnya kami berbagi tugas, dari hari pertama
sampai akhir aku bertugas menjaga dan mendampingi anakku
di rumah sakit sedangkan suamiku backup anak-anak yang
dirumah.

Pagi hari pintu kamar bangsal terdengar ketukan tiga kali.


Perawat datang dengan pakaian biru khas instalasi bedah. Ku
bantu anakku mengenakannya. Dokter anestesi datang,
menyampaikan beberapa pilihan anestesi, bius seluruh tubuh itu
yang menjadi pilihan anakku. Tidak lama kemudian dokter
bedah dengan berbagai kemungkinan yang terjadi, suamiku
meminta kepada untuk meminimalisir goresan luka dan
meminimalisir trauma. Pukul 09.00 kami melakukan perjalanan
dengan medan berat. Tapi iman kami tetap bahwa Tuhan tidak
pernah menjanjikan jalan hidup seseorang itu mulus tetapi janji
penyertaan dan kekuatan selalu ada bagi orang yang percaya.
Begitu banyak pasien yang mengantri untuk mendapatkan
pertolongan. Pukul 10.00 anakku dibawa masuk, kami terus
mendukung dalam doa. Kami menyerahkan semuanya ke dalam
Tangan Tuhan. Didepan instalasi bedah terdapat tulisan check in,
time out, check out membuat hatiku berdebar dan terus memantau
waktu melalui layar hp. 11.48 anakku dibawa keluar,

Satu hal yang terlintas dibenakku, kenapa anakku sudah


sadar? Setelah perawat dari bedah keluar, suamiku bertanya
kenapa dia kok sudah sadar, usut punya usut ternyata anakku
hanya di anestesi spinal, karena belum selesai sudah sadar maka

174
hanya di tidurkan saja. Oh Tuhan, jalanMu memang tak
terselami oleh hati kami. Namun satu hal ku percaya ada
rencana indah yang bisa kami rasakan hingga sekarang dan
sampai yang akan datang.

Anakku sembuh dengan baik. Tidak membutuhkan waktu


berbulan-bulan sepertiku. Tiga bulan sudah ku jalani dengan
luka yang menganga. Sekalipun belum sepenuhnya tertutup aku
tetap semangat menjalani perawatan. Begitu banyak suplemen
penumbuh jaringan yang dipakai oleh perawat untuk
merangsang tumbuhnya jaringan kulit . banyak saudara, teman
yang menyemangatiku untuk tidak selalu kendor. Suamiku
selalu setia mendampingiku, selalu mengingatkanku untuk
selalu bersyukur karena rasa sakit yang kurasakan saat ini
tidaklah sesakit awal sebelum dilakukan operasi. Dan ingatlah
bahwa Tuhan juga pernah menderita lebih dari kita. Tuhan
sudah menanggung dosa kita supaya kita tidak menderita di
dunia.

Perawat yang menolongku bagaikan seorang maria yang


dihadirkan tuhan untukku. Dia selalu setia membantuku.

Pesan yang akan saya sampaikan dari cerita saya ini


adalah tubuh kita adalah milik Tuhan, dan Tuhan
menciptakannya pada mulanya baik. Sudah menjadi tanggung
jawab kita untuk menjaga dan merawatnya. Salah satunya
adalah hidup dengan pola makan yang sehat. Sangat penting
menjaga pola makan. Kecukupan serat tiap harinya perlu
diperhatikan. Indikasi ketidaknormalan fungsi pencernaan
adalah seseorang tidak dapat melakukan pembuangan sisa
metabolisme tubuh. Dan satu hal yang terkadang manusia lupa
adalah Tuhan setia dalam segala perkara baik sulit maupun
mudah, senang atau sedih. Selalu berpengharapanlah kepada
Tuhan.

175
Meneladani Hari Buku Sedunia dan Kegemaran Membaca
pada Masyarakat Kota Cirebon

… Ropadi …

Undang-undang Dasar 1945 bahwa tujuan Negara


Republik Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa
dan Undang-undang Nomor 43 tahun 2007 tentang
perpustakaan yang menyatakan bahwa perpustakaan adalah
institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan/atau
karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna
memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian,
informasi dan rekreasi para pemustaka.
Dalam meneldani hari buku sedunia dan
mengaplikasikan Undang-undang Nomor 43 tahun 2007 perlu
ditumbuhkan budaya gemar membaca melalui pengembangan
perpustakaan sebagai sumber informasidan sumber belajar bagi
anak bangsa, maka seyogyanya perpustakaan umum ikut
meyukseskan program perpustakaan Nasional Republik
Indonesia dalam pengembangan budaya dan minat baca pada
masyarakat terutama pada anak-anak usia muda dimulai dari
kegemaran membaca tingkat keluarga.

176
Kegemaran membaca pada anak harusnya menjadi
target utama pihak-pihak pendidik, karena anak-anak kedepan
akan menjadi generasi penerus bangsa. Kegemaran membaca
pada anak ini harus terus dipupuk supaya membaca menjadi
budaya pada anak-anak Kota Cirebon. Tugas Dinas pendidikan
melalui guru pengajar harus bisa mengarahkan anak didiknya
supaya membaca menjadi budaya sehingga membaca menjadi
kebutuhan sehari-hari. Disamping guru pendidik yang
mempunyai inovasi atas kemajuan dalam mengembangkan dan
meningkatkan kegemaran membaca pada anak juga peran
sentral dari orang tua.
Peran utama orang tua dalam keluarga ini sangat urgent
dalam mendukung kegemaran membaca pada anak, karena
anak waktunya lebih banyak dirumah dan peran orang tua ini
akan sangat menunjang perkembangan anak baik dalam
meningkatkan minat dan budaya baca. Orang tua harus terus
memantau perkembangan anaknya supaya bisa konsisten dalam
kebiasaan membaca.Selain membaca, anak-anak juga harus
membiasakan menulis.Membaca dan menulis merupakan hal
yang tidak bisa dilepaskan, karena membaca tanpa menulis
ibarat makan tanpa garam dan sebaliknya. Memang tidak
mudah mengawali sesuatu yang tidak terbiasa akan tetapi
begitu sudah membiasakan diri sering membaca dan
diaplikasikan dengan menulis maka lama kelamaan akan
terbiasa dan menjadi rutinitas bahkan dijadikan kebutuhan.
Dengan kebiasaan membaca dan menulis anak-anak dan
masyarakat tentunya akan mendapatkan dampak yang positif
bagi pembaca dan untuk orang lain. Akan tetapi apakah
kebiasaan membaca dan menulis sudah menjadi kebiasaan
ditengah-tengah masyarakat Kota Cirebon? kita lihat kenyataan
bersama-sama sayangnya kegemaran membaca dan menulis
177
masih sangat rendah. Kita ambil contoh bearapa jumlah guru
dan tenaga profesi lainya yang sudah mengaplikasikan
kegemaran membaca menjadi karya tulis atau buku, hasilnya
sangat sedikit. Kenyataan ini sangat miris sekali, karena sebagai
pelopor dunia pendidik seharusnya memberikan contoh untuk
selalu membaca dan menulis.
Menulis merupakan sesuatu yang sangat berat sekali,
terutama bagi para pemula. Tetapi apabila kita ada kemauan dan
kesungguhan untuk belajar menulis Insya Allah yang awalnya
berat akan menjadi mudah dan terbiasa bahkan akan kecanduan
menulis. Menulis juga harus didasari dengan niat yang ikhlas
karena Allah sebab apa yang telah ditulis mungkin dipandang
kurang bagus akan banyak ejekan, untuk para penulis tentunya
anggapan yang seperti itu sebagai cambuk dalam perbaikan
tulisan kita dan mungkin kita abaikan sebab tugas dari seorang
penulis hanya menulis. Orang yang sering menulis setiap hari
dia akan terbiasa dan lama kelamaan akan menjadi penulis yang
besar. Akan tetapi kenyataan masih sedikit sekali yang
membiasakan membaca buku.
Di Kota Cirebon gerakan kegemaran membaca dengan
literasi yang kuat terus dikobarkan oleh Dra. Hj. Eti Herawati
bunda litersi Kota Cirebon juga melalui Dinas Pedidikan, Dinas
Perpustakaan dan Kearsipan, bunda literasi kecamatan dan
bunda literasi kelurahan bersinergi untuk menumbuh
kembangkan minat budaya baca pada masyarakat. bunda
litaersi berkomitmen terus untuk mengembangkan budaya baca
pada masyarakat dengan mencanangkan program pojok baca
disetiap Rukun Warga (RW) minimal satu pojok baca.
Selain pojok baca dalam meningkatkan budaya baca,
Dinas Perpustakaan dan Kearsipan bersama Walikota Cirebon
membuat terbosan yaitu ‘WALI SEHATI’ di mana program ini
178
menjaring para donator dari lembaga Pemerintah, yayasan dan
perorangan berupa buku, Alqur’an dan peralatan penunjang
lainya untuk nantinya akan salurkan atau disumbangkan ke
masjid-masjid, pondok pesantren, majlis taklim. Dengan adanya
program ini diharapkan buku-buku yang disalurkan bisa
dimanfaatkan oleh masyarakat sehingga gerakan kegemaran
membaca semakin meningkat di Kota Cirebon dan diharapkan
masyarakat cinta membaca buku dan mau menuangkannya
melalui tulisan sehingga selain memiliki wawasan yang luas dari
membaca juga bisa mendongkrak perekonomian masyarakat.
Membaca dan menulis merupakan pekerjaan yang
sangat berat apabila belum ada keinginan dan niat yang ikhlas,
akan tetapi bila membaca dan menulis sudah menjadi kebiasaan
sehari-hari akan tidak terasa bahwa membaca dan menulis itu
sangat mudah, menyenangkan bahkan akan kecanduan. Hidup
adalah pilihan maka mulailah berusaha untuk selalu membaca
dan menulis sepanjang masa, karena dengan berbekal membaca
dan menulis dunia dalam genggaman kita. Dengan membaca
dan menulis, bisa mengubah perekonomian pada masyarakat,
dengan membaca dan menulis akan menunjung tinggi nilai-nilai
peradaban bangsa. Dengan seringnya membaca buku, akan
menerangi hati dengan berbagai keilmuan, menjadi penuntun
bagi orang yang beriman dan mau berpikir. Membaca buku juga
bisa menjadi obat ketenangan jiwa.

Bacaan:

Sujatna.Inovasi pustakawan zaman now_Jakarta, 14 Agustus


2018

179
Kristiani dkk_Perpustakaan dan pustakawan berbasis inklusi
sosial_Yuma Pustaka_Surakarta, Maret 2020.

Ropadi, lahir di Cirebon, 12 April 1979. Menempuh


pendidikan S-1 Manajemen di Cirebon. Mengabdi menjadi ASN
sejak tahun 2009 dan dilantik menjadi pustakawan pada tahun
2019. Bapak dari dua putri adinda Fihri Ardiani dan Talita Hasna
Humara.
Aktivitas lain ikut anggota IPI (Ikatan Pustakawan
Indonesia) tahun 2019. Mengikuti Komunitas Menulis di Al-
Insaaniyah center dan KAM (Komunitas Ayo Menulis) Kontak:
ropadi737@gmail.com ; No. HP: 0823 1696 1071

180
Inyiak Sosok Seorang yang Cinta Buku

… Segara Murnia …

Hari ini, Jum’at, 23 April 2021 mengingatkan saya pada


sosok inyiak yang rajin membaca Al-Qur’an.

Inyiak, salah satu panggilan untuk nenek di daerah asal


saya suku Minang Kabau, Sumatera Barat. Saat saya menulis ini
dalam keadaan rindu sekali dengan inyiak . sayang sekali inyiak
kini sudah tiada. Terbayang wajah inyiak yang tulus ikhlas
merawat saya ketika kecil. Penuh kasih sayang, lembut, tenang,
selalu tersenyum. Luar biasa, ditengah kesibukannya mengurus
cucu, tapi beliau istiqomah dalam beribadah, menuntut ilmu
sampai akhir hayat beliau.

Namun kini hanya doa yang dapat saya mohonkan kepada


Allah untuk inyiak, tentunya juga untuk anduang (kakek), ayah,
ibu, kakak-kakak yang sudah dahulu menghadap dipanggil
Allah Yang Maha Kuasa. Inyiak adalah seorang sosok yang
Cinta Buku, mengapa? Sebab inyiak mampu membaca keadaan,
walaupun beliau tidak bisa baca tulis huruf latin, tapi beliau rajin
membaca Al-Qur’an. Di dalam tas inyiak ada Al-Qur’an. Inyiak
mempunyai lima anak, perempuan semuanya. Tiga orang
menjadi guru dan dua orang menjadi bidan. Menurut cerita ibu
saya, inyiak juga merawat anak dari adik perempuan beliau
yang sudah meninggal dunia. Sedangkan anduang sakit dan
menyebabkan beliau lumpuh, hingga pensiun dari pegawai
181
PJKA. Untuk menghidupi keluarga, inyiak membuat kue dan
berjualan kue di pasar Padang Panjang. Tentunya dibantu oleh
anak-anak dan keponakannya. Setelah anak-anaknya dan
keponakannya sudah berkeluarga semua, dan diboyong oleh
suami mereka masing-masing, inyiak berhenti berjualan kue.
Saya tidak sempat mengenal anduang, sebab anduang
meninggal dunia ketika saya masih bayi.

Saya tinggal bersama inyiak di Kampung, di kota dingin,


Padang Panjang, Sumatera Barat. Ingat ketika masih kecil sering
saya terbangun malam. Saya dapati inyiak sedang membaca Al-
Qur’an. Pada malam lain, sedang shalat, pada malam lain
sedang berpakaian siap-siap untuk berangkat ke masjid. Mesjid
Jihad namanya, jauh jaraknya dari tempat tinggal kami,
melewati pasar, juga terminal bis Padang Panjang. Kadang, saat
saya bangun dan melihat inyiak sedang siap-siap untuk
berangkat saya ingin ikut. Bahkan sering saya diajak ke Masjid.
Saat itu belum ada listrik dan juga dingin sekali. Kami berjalan
menyeberang rel kereta api, gelap melewati pekuburan, juga
melewati sebuah pohon kapas tua yang umurnya kemungkinan
sudah satu abad, berada di depan rumah gadang yang sudah
lama kosong. Kami menuju jalan raya yang terang dengan
lampu jalan.

Saat itu, ada rasa takut di dalam hati, tapi dituntun berjalan
bersama inyiak, rasa takut saya terabaikan .Saat pulang dari
masjid kami menempuh jalan yang berbeda, menyusuri jalan rel
kereta api terus sampai depan rumah. Rumah kami persis berada
disamping jalan si kereta besi itu .Cepat sekali inyiak berjalan,
sebelum waktu subuh kami sudah sampai di Masjid Jihad
Padang Panjang. Inyiak langsung mengambil posisi pada saf
paling kiri depan, tidak di tengah karena ada .cucunya. Khawatir
182
mengganggu, memutus saf. Begitu setiap hari berulang
menjelang subuh inyiak lakukan. Mengapa inyiak harus
bersusah payah setiap hari menjelang subuh berjalan jauh ?
Menuju masjid, memakan waktu sekitar 30 menit. Rupanya di
Mesjid Jihad ada kuliah subuh yang gurunya berganti setiap
hari. Sedangkan di surau dekat rumah tidak ada kuliah
subuhnya. Untuk shalat magrib dan isya, kami shalat di surau
saja.

Pengalaman dimasa kecil ini kemungkinan besar yang


membentuk perilaku saya senang mendengarkan ceramah
agama, senang membaca Al Qur’an beserta terjemahannya, hobi
membaca, suka menulis, kuat dan senang berjalan jauh,
sehingga pada saat ini ditakdirkan Allah menjadi guru
pustakawan.

Seandainya inyiak bisa menulis, mungkin inyiak akan


mewarisi tulisan yang banyak, tapi inyiak sepertinya hanya bisa
membaca Al-Qur’an, tidak bisa membaca dan menulis huruf
latin. Inyiak tidak meninggalkan warisan tulisan. Penyesalan
saya, cucunya jangan sampai menjadi penyesalan cucu-cucu
saya nanti di belakang hari. Walaupun demikian, inyiak tetap
jadi teladan, saya dapat membaca dan menuliskan apa yang
inyiak ajarkan lewat teladan beliau. Saya ingin teladan yang
dilakukan inyiak semasa hidup beliau, dapat dicontoh, ditiru
oleh anak cucu saya kelak, mungkin juga dibaca oleh masyarakat
generasi berikutnya.

Maka, saya, kita semua harus cinta buku, senang membaca


dan menulis. Sekarang saya pun sudah dipanggil inyiak. Dulu
ketika anak-anak saya masih kecil, menjelang tidur mereka saya
ceritakan kisah masa kecil saya. Termasuk kisah ketika saya

183
tinggal bersama inyiak saya. Hampir setiap malam saya
bercerita kepada mereka.

Saat kini, sayapun ingin bercerita kepada cucu-cucu


bahkan juga bila umur panjang mampu bercerita kepada cicit-
cicit. Namun bila tidak terlaksana karena masa saya selesai,
buku sayalah yang bercerita. Kelak saya ingin dikenang dengan
sebutan,

Inyiak Sosok Seorang yang Cinta Buku. Kini saat


merangkai kata-kata ini, saya yakin keinginan saya mulai
terwujud. Saya bertekad akan terus dan terus menulis. Saya
ingin mewariskan harta yang sangat berharga, buku karya saya
sendiri.

Buah cinta buku. Tidak sia-sia cinta buku atau senang


membaca ditanamkan sejak kecil kepada anak-anak, ketika
mereka remaja mereka sudah terbiasa belajar, membaca atas
kemauan sendiri. Tentunya orang tua hendaknya punya trik
untuk mengalihkan perhatian anak-anak mereka mencintai
buku tanpa merasa dipaksa. Biarkan anak-anak memilih buku
yang dia suka sejauh tidak membahayakan dampak dari
bacaannya.Membaca buku juga sebagai rekreasi atau hiburan.
Seiring bertambahnya usia, mereka dengan sendirinya bisa
memilih bacaan yang bermanfaat untuk mereka. Buah cinta
buku, kedua putri saya dapat melanjutkan kuliah ke jenjang S2
dan sekarang berprofesi sebagai dosen.

184
Segara Murnia lahir 53 tahun silam di Padang Panjang, yang
terkenal dengan sebutan Kota Dingin, Sumatera Barat. Sejak
tahun 1974 Ayah bunda tercinta memboyong kami, kakak
beradik sembilan bersaudara ke kota hujan, Bogor. Sempat
kembali sebentar ke Padang, namun akhirnya menetap di Bogor
hingga kini. Memliki hobi membaca, penulis melanjutkan studi
di IPB dengan memilih jurusan Ilmu Perpustakaan jenjang DII.
Dibesarkan dari keluarga besar yang berprofesi guru,
memotivasinya melanjutkan sekolah keguruan untuk menjadi
guru IPS. Dukungan dari suami, anak dan lingkungan,
mendorongnya melanjutkan studi magister di bidang
pendidikan IPS. Kontak whatsapp: 085280880952.

185
Buku adalah Salah Satu Surga Dunia

… Selfi Nur Afifah …

Mengapa dikatakan demikian? Buku adalah salah satu


surga dunia, banyak yang telah mendefinisikan pengertian dari
istilah buku ini. Namun, dari sekian banyaknya definisi dapat
disimpulkan bahwa buku merupakan salah satu surga dunia
dimana segala hal yang ada di dunia terdapat dalam setiap
lembaran buku, terdapat dalam setiap tulisan dalam berbagai
versi entah itu yang mengandung sisi positif maupuan sisi
negatif di setiap tulisannya.
Buku merupakan salah satu surga dunia, di mana kita
bisa merasakan rasa nyaman, aman tentram hanya dengan
cukup berdiam diri mencari posisi yang nyaman dan membaca.
Mengapa dikatakan surga dunia, surga adalah tempat di mana
kebanyakan dari manusia menginginkan keberadaannya, di
mana tidak ada rasa sakit, sedih dan segala hal yang
mengandung energi negatif. Surga juga merupakan tempat
impian. kebanyakan orang ketika sedang berada pada fase atau
keadaan yang dia membutuhkan pelampiasan akan keadaan
yang tidak menyenangkan, kegiatan membaca buku bisa
menjadi salah satu alternatif yang sempurna, dikarenakan
membaca buku dapat mengurangi stres dan apabila tidak fokus
maka tidak akan bisa memahami apa saja yang sedang
dibacanya, di lain sisi bila kita fokus dengan bacaan maka segala
fikiran negatif segala permasalahan yang ada bisa kita redam
dengan membaca buku yang bernilai positif.

186
Banyak yang mengatakan buku adalah jendela dunia di
mana kita bisa menjelajah dunia tanpa harus melakukan
perjalanan mengelilingi dunia, kegiatan membaca buku ini
merupakan suatu cara untuk membuka jendela tersebut,
kegiatan tersebut dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja
dan oleh siapa saja, tanpa kita sadari bahwa banyak manfaat
yang dapat kita rasakan apabila kita rutin memiliki hobi
membaca buku, namun sayangnya akhir-akhir ini kegiatan
membaca buku sering diabaikan di berbagai kalangan dengan
alasan seperti: banyaknya kesibukan, maupun karena
mudahnya mencari informasi dari media yang lebih praktis
seperti televisi, radio maupun internet.
Banyak juga yang telah menjelaskan manfaat dari
kegiatan buku dari berbagai kalangan yang banyak orang
mengabaikannya. Secara ringkas apabila dilihat dari berbagai
kalangan yang telah menjelaskan tentang manfaat membaca
buku, di antaranya yaitu: dapat menstimulasi mental,
menambah wawasan dan pengalaman, mengurangi stres,
meningkatkan kualitas memori, menambah kosa kata,
meningkatkan konsentrasi, melatih keterampilan untuk berpikir
dan menganalisis, memperluas pemikiran sesorang, dan
berbagai manfaat lainnya.
Banyak juga yang beranggapan bahwa membaca buku
justru membuat otak terus bekerja dan menimbulkan stres,
padahal dari beberapa penelitian telah membuktikan bahwa
kegiatan membaca justru memiliki potensi untuk menurunkan
stres.
Buku juga dapat membuka wawasan dan pengetahuan
kita tentang berbagai hal seperti ilmu pengetahuan, politik,
ekonomi, sosial maupun aspek kehidupan lainnya. Dan dari
buku juga kita dapat mendapatkan informasi. Meski akhir-akhir
187
ini banyak dari berbagai kalangan mengabaikan kegiatan
membaca buku dikarenakan kesibukan, tidak adanya waktu
luang, malas, membosankan, membuang-buang waktu,
kemudahan mencari informasi dari media yang lebih praktis
dan berbagai alasan yang lainnya.
Membaca buku juga termasuk hal yang menyenangkan,
kegiatan membaca buku pun dapat dibaca di berbagai kalangan
dan dapat dilakukan oleh siapa saja, dari mulai anak-anak,
remaja, dewasa bahkan orang-orang tua yang berusia lanjut pun
sering kita jumpai.
Di dalam agama islam wahyu yang pertama turun
merupakan wahyu yang menjelaskan tentang perintah
membaca, dan sebelum era di mana zaman sekarang teknologi
telah mendunia. segala hal pada zaman dulu ditulis di berbagai
tempat kemudian dibukukan dan diturun temurunkan, apakah
kita akan melupakan budaya membaca buku ini?
Pahlawan wanita di Indonesia yaitu Raden Ajeng Kartini
juga mengajarkan tentang pentingnya membaca buku, dan buku
itu sendiri, dengan buku kita bisa mengubah dunia, bisa
mengubah masa depan kita yang awalnya suram menjadi terang
benderang.
Manfaat lainnya yang sangat juga dapat kita rasakan
dengan membaca buku juga dapat menbawa kedamaian batin
serta ketenangan yang sangat besar. Membaca buku juga dapat
menurunkan tekanan darah yang juga bisa disebabkan oleh stres
tersebut yang telah dibuktikan dapat membantu orang yang
menderita gangguan mood tertentu dan penyakit mental ringan.
Di sepanjang zaman meski zaman terus menerus
berubah manfaat dari buku sendiri pun tak akan berubah, jika
kita lestarikan dan kita jaga dengan baik, jika tidak kita, siapa
lagi. Jika tidak untuk orang lain, maka manfaatnya dapat kita
188
rasakan untuk kita sendiri. dan dengan semestinya pun akan
berdampak baik untuk orang lain. Secanggih-canggihnya
teknologi pasti tak akan luput dari kegiatan membaca, bila kita
malas membaca lalu bagaimana kita bisa mengetahui setiap
berita yang ada.
Buku dan masa depan sangat berkaitan, buku mengikat
setiap peristiwa dan segala hal yang berada di masa lalu dengan
sebuah tulisan dalam lembaran buku, begitupun masa depan,
dari berbagai peristiwa yang terjadi di masa lalu dapat kita
jadikan pelajaran untuk menghadapi masa depan yang
kemugkinan beberapa kisah dari masa lalu akan terulang
kembali, dari mana kita dapat mempelajari dan mengetahui
segala kisah dari masa lalu tersebut? jawabannya adalah dari
sebuah buku.
Setiap ingatan bisa hilang ditelan masa dan keadaan
namun tidak dengan tulisan, bila keadaan dapat berkembang
maka dengan tulisan kita bisa mengembangkan sesuai keadaan
yang kita hadapi di zaman sekarang. Dunia telah mengajarkan
kita maka tugas kita mengajarkan penerus kita apa yang telah
kita dapati dari pengalaman kita melalui tulisan yang kita
kembangkan, jaga setiap buku yang ada dan lestarikanlah
budaya membaca buku dalam setiap keadaannya.

BIODATA

Nama: Selfi Nur Afifah


Alamat: Talun, Sumberrejo, Bojonegoro, Jawa Timur
Instagram: selvinurafifah670
Email: selvinurafifah670@gmail.com
Motto: Jangan lupa tersenyum dan berdoa.
189
Jawab Perkara dengan Ilmu

… Sholehah Yuliati …

Mendidik anak apalagi anak usia dini bukanlah persoalan


mudah, seperti goreng tempe tingggal dibolak balik diangkat
dinikmati hasilnya dengan teh anget dan merasakan sensaninya.
Mendidik memerlukan proses panjang dan dibutuhkan
pembekalan yang cukup yang dapat dimplemnetasikan saat
mendampingi proses pembelajaran melalui bermain pada AUD.

Flashback menjamurnya lembaga PAUD non formal di


Kabupaten Bojongoro mulai Kelompok Bermain Satuan PAUD
Sejenis (Pos PAUD) yang di intruksikan oleh Gubernur kala itu,
diteruskan Bupati Bojonegoro bahwa satu desa minimal harus
ada satu Pos PAUD. Dan yang mejadi garda terdepan adalah
Kader PKK. Apa yang terjadi waktu itu, seleuruh desa berlomba-
lomba mendirikan Pos PAUD tanpa berpikir apa yang harus
dipersiapkan, yang penting berdiri lembaga Pos PAUD sesuai
intruksi atasan titik.

Berangkat dari niat nekat, penting mau mengajar, cocok


tidak?, pembelajaran yang disampaikan sesuai dengan
karakteristik anak itu urusan nomor sekian. Menggugurkan
kewajiban saja.

Dari kualifikasi yang berbeda mulai dari SMP, SMA, S1 itu


pun bukan linier. Dari semangat kader PKK serta orang yang

190
peduli dengan perkembangan AUD inilah kiranya perlu
diberikan pembekalan yang cukup. Hingga pada tahun 2011
Himpaudi Kab. Bojonegoro menjadi garda terdepan
melaksanakan Diklat Berjenjang tingkat dasar pendidik PAUD
secara mandiri. dengan 9 mata latih kepaudatan mulai dari
Konsep daasar PAUD, Cara Belajar Anak Usia Dini,
Perkembangan Anak, Perencanaan Pembelajaran, Penilaian
Perkembangan Anak, Pengenalan Anak Berkebutuhan Khusus,
Kesehatan dan Gizi Anak, Komunikasi Pengasuhan, Etika dan
Karakter Pendidik PAUD.

Bermula dari perjuangan pentingnya membekali guru


PAUD, Diklat berjenjang dilaksanakan sampai sekarang yang
berkolaborasi dengan Kemendikbud, Pemerintah Daerah, Dinas
Pendidikan dan Dinas terkait lainnya. Menurut base data dari
Himpaudi Kabupaten Bojonegoro dari 2604 guru PAUD yang
telah melaksanakan diklat berjenjang 1060 guru PAUD,
selebihnya S1 kependidikan dan S1 PAUD.

Salah besar ketika menjadi guru PAUD itu hanya


bermodal nekat penting bisa tepuk dan nyanyi melihat dari mata
latih yang diajarkan ternyata sebagai guru PAUD perlu
mempersiapkan berbagai pengetahuan, selain itu Guru PAUD
dituntut harus inovatif, kreatif, literatif, eksresif. Untuk
menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan,
memberikan kenyamana. Terlihat mudah dan gampang bagi
yang melihatnya, penting bisa tepuk dan nyanyi “la yo mung
main-main-main aja”. Artinya Hanya bermain-main saja tak perlu
ilmu khusus yang harus dipelajari. Bisa bernyanyi, bermain
tepuk memang menjadi salah satu faktor pendukung untuk
menciptakan suasana bermain lebih kondusif.

191
Perlu kita perkuat lagi bahwa yang masih memiliki
anggapan mengajar AUD persoalan kecil, Pernyataan ini jauh
beda dengan pendapat para ahli. Dunia Anak ya bermain,
Mereka belajar dengan sangat baik melalui bermain, dalam
bermain, anak membuat pilihan, memecahkan masalah,
berkomunikasi, dan bernegosiasi. Mereka menciptakan
peristiwa khayalan, melatih keterampilan fisik, sosial, dan
kognitif. Saat bermain anak dapat mengekspresikan dan melatih
emosi dari pengalaman dan kejadian yang mereka temui setiap
hari. Dengan bermain bersama dan mengambil peran berbeda,
anak mengembangkan kemampuan melihat sesuatu dari sudut
pandang orang.

Apa yang terjadi ketika Guru PAUD, dalam


mempersiapkan pembelajaran tanpa didasari ilmu? Bisa
dipastikan proses pembelajaran asal asalan, tidak bermakna,
kelas kurang kondusif, mal praktik, why?, tidak melihat
pembelajaran dengan melihat perkembangan anak yang
dibutuhkan, merusak amanah permendikbud 137 tentang
Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini yang
pengembangan dalam setiap tahapan dan jenjang
pendidikannya disesuaikan dengan kebutuhan dan karakter
masyarakat Indonesia. Pada pendidikan anak usia dini
pendidikan dikembangkan pada setiap kegiatan bermain.

kita pertegas kembali yang masih menganggap “Ngulang


bocah cilik iku gampang”. Perlu kita ajak diskusi. Perlu kita
breaving bahkan kalau perlu diberi kesempatan, sehari saja ikut
merasakan menjadi guru PAUD.

Menurut Maria Mentosori anak memiliki karakteri


Absorbent mind (kemampuan menyerap yang sangat kuat
layaknya sponge menyerap air), bisa diartikan bahwa apa yang
192
anak lihat, apa yang anak dengar itulah yang akan dilakukan,
nah sangat jelas bukan, ketika kita salah dan tanpa didasari ilmu
ketika melakukan proses pembelajaran yang terlahir dalam
bentuk perilaku anak pun akan salah.

Dari beberapa penguatan yang tersampaikan perlu digaris


bawahi menjadi Guru PAUD harus terus belajar dan belajar
tanpa mengenal usia dan latar belakang untuk menjadi spesialis
Guru PAUD dan menjadi ahli dibidangnya. yang mampu
memecahkan problem pendidikan dan mampu memberikan
pendidikan kepada Anak Usia Dini dengan baik dan benar,
selain itu untuk menepis pendapat bahwa mengajar PAUD itu
mudah. Dengan memperkuat keyakinan “Apabila suatu perkara
diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah
saat kehancurannya.” (HR Bukhari)

Akhir tulisan kami mengajak mari kembali kejalan yang


benar untuk bisa melahirkan generasi masa depan, “Generasi
Kuat Indonesia bermartabat”.

Sholehah Yuliati lahir tanggal 14 Juli 1975, yang biasa dipanggil


Yuli. Menikah tahun 1999 dengan seorang pemuda yang
bernama M. Yazid Mar'i dan dianugrahi 3 anak, bernama
Khairunnisa Irodatillah, Zada Fadlan Noer Al Kamiel, dan
Ayatutsaqila. Hari-hariku terukir indah di lembaga Pendidikan
Anak Usia Dini (PAUD) sebagai Guru KB Al Hidayah Pacul
Permai. Buku antologi yang sudah diterbitkan; Menyirami Masa
Depan, Mengenal Indonesia dari Bojonegoro, Jendela Corono, Kearifan
Kampung, Suara Hati, Cerpen 300 Kata Tanpa Dia. Tinggal di

193
sholehahyulaiti75@gmail.com (email), @sholehahyuliati (IG),
dan Sholehah Yuliati (FB).

194
Tauladanku

… Siti Khoiriyah, S.Pd …

Letih dan lelahmu yang tak terucap, terlukis jelas


diwajahmu. Rambut yang hampir semua memutih, jalanmu
yang tak lagi tegak, pendengaran yang semakin berkurang. Itu
semua gambaran jelas fisikmu yang mulai renta, tetapi hebatnya
dengan selaksa derita yang engkau pikul tak sepatah kata yang
pernah menghias bibirmu yang mulia tuk kata keluh kesah.
Hanya rasa syukur dan puja pujimu kepada Sang Khalik yang
selalu terdengar.
Teringat kembali masa – masa kecilku bersama keluarga
besarku, Bapak ibu dan saudara – saudara. Aku delapan
bersaudara, tetapi kami berkumpul secara lengkap saat liburan
sekolah karena kakak – kakakku setelah lulus Sekolah Dasar
harus dan wajib sekolah sekaligus di pondok pesantren. Aturan
yang tidak bisa diganggu gugat dari bapak kami yang begitu
tegas. Bapak yang tegas dengan aturan yang telah ditetapkan
dan sosok ibu yang begitu lembut menjelaskan kepada kami
kalau aturan itu demi kebaikan kami dimasa depan.
Saat usiaku 9 tahun, bapak dipanggil menghadap Sang
Kholik, kami semua sangat kehilangan sosok Bapak, pelindung,
sekaligus pemimpin kami. Semua beban keluarga harus ibu
pikul seorang diri. Akhirnya keluarga besar kami sepakat kakak
tertuaku yang saat itu masih dipondok pesantren harus
menghentikan pendidikannya untuk membantu ibu
meneruskan usaha Bapak. Tetapi karena tidak pengalaman
dalam dunia usaha, kamipun mengalami kebangkrutan. Dengan

195
sabar ibu menjelaskan kepada kami apapun yang terjadi kami
harus tetap sekolah, dengan cara kakak yang tua bekerja untuk
biaya hidup dan sekolah kami, apabila adik dibawahnya telah
lulus baru kakak ini berkeluarga, dan seterusnya.
Keadaan kami sangat dan sangat minim saat itu, tetapi
ibu selalu mengingatkan kepada kami untuk tetap semangat
belajar demi masa depan kami. Walaupun beliau tidak
berpendidikan tinggi, bahkan hanya kelas 4 SD, akan tetapi
semangat untuk menyekolahkan anak – anaknya sangat tinggi.
Di usia muda ditinggal suami, dengan 8 anak yang masih
kecil – kecil. Beliau tidak pernah ingin menikah lagi, sisa hidup
beliau hanya untuk kami anak –anaknya. Dengan sabar dan
telaten menghadapi kami sebagai anak yatim yang kadang
menguji kesabaran ibu, beliau tetap sabar. Kami anak – anaknya
tak pernah merasakan cubitan atau bentakan dari beliau. Setiap
kali kami melakukan kesalahan, bukan hukuman atau pukulan
yang ibu berikan justru pelukan hangat yang kami dapatkan
serta yang tak pernah lupa kecupan dikening kami sambil
berdo’a. Entah do’a apa yang dipanjatkan oleh beliau saat itu
kami tak paham hanya dekapan dan kecupan hangat yang selalu
terpatri disanubari kami sampai saat ini.
Ibu! Bagi orang lain mungkin beliau hanya sosok wanita
tua renta, dengan rambut memutih semua, guratan kelelahan
diwajah, dan tak berarti. Tapi bagi anak – anakmu, Engkau sosok
yang dikirim oleh Allah untuk menghadirkan kami didunia ini,
menyayangi kami, menjaga kami, dan menghantarkan kami
dikehidupan yang diRidhoi Allah.
“Ya Allah apabila hambamu ini boleh meminta berikan
ibuku kesehatan, umur panjang yang barokah
Ya Allah apabila hambamu ini boleh memberi akan
kuberikan perhatianku tuk menjaga ibuku disisa umurnya.
196
Ya Allah jangan biarkan kedua orangtuaku menyentuh
api nerakaMu, masukkan mereka di Jannah FirdausMu kelak
nanti.
Hanya do’a yang mampu kami panjatkan tuk kedua
orangtuaku.
Ibu, aku selalu bersimpuh dikakimu tuk meminta
Ridhomu. Maafkan anakmu ini yang tak mungkin dapat
membalas semua yang telah Engkau berikan padaku, baktiku
padamu terbagi dengan baktiku pada suamiku, itupun atas
perintahmu ibu.
Perintah, didikan, nasehat dan taulanMu akan kujadikan
pegangan hidupku ibu. Satu kata yang selalu kuingat, setiap kali
ada orang bingung menghadapi masalah dan mencari solusi
kesana kemari dan minta nasehat ibu, Beliau akan menjawab “
kok koyo ora duwe Gusti Allah” ( dalam bahasa Indonesianya “
kok seperti tidak punya Tuhan / Allah” ). Sekilas kata – kata itu
tanpa makna tetapi setelah aku dewasa dan selalu terngiang
kalimat itu, aku baru sadar. Kalimat itu bentuk ketaukhitan yang
luar biasa. Dengan tujuan semua masalah kita kembalikan
kepada Robb kita, tidak perlu mencari solusi kepada manusia,
tetapi memohon solusi dari Allah.
Kesabaran dan kepasrahan ibu kepada Allah yang selalu
kujadikan contoh tuk menjalani kehidupan ini. Saat aku
menghadapi masalah kehidupan ini, kembali kuingat perjalanan
hidup ibu yang dihadapi dengan sabar, selalu bersyukur, dan
hanya berharap kepada Sang Kholik.
“Mengapa Allah menempatkan SurgaNya dibawah kaki
ibu?”padahal Surga yang mulia, surga yang selalu kita nanti –
nantikan kelak. Yang begitu mulia hanya ditempatkan dibawah
kaki ibu?

197
Ya Allah, ternyata ibu dimata Allah lebih mulia, lebih
agung dan lebih segalanya. Tetapi mengapa kita hanya mengejar
SurgaNyaAllah?. Sedang ibu kita yang begitu mulia dimata
Allah, kita sia – siakan, kita bentak – bentak dengan sedikit
kesalahannya diusia lanjutnya.
Bukankah kita melakukan hal yang lebih dari itu, waktu
kita kecil. Apakah mereka melakukan hal yang sama untuk
anaknya?. Oh ibu! Maafkan anakmu yang tak tahu diri ini ibu.
Tak terasa pipi ini basah dengan air mata penyesalan karena,
hambamu ini belum bisa membalas jasa ibuku, Ya Robb!
“nduk! Adzan, ayo buko” suara lembut ibuku
membuyarkan lamunanku. Aku menoleh kearah datangnya
suara dan ternyata ibuku sudah duduk dibelakangku, tanpa
sanggup berkata – kata lagi langsung aku bersimbuh
dipangkuannya tuk memohon Ridho dan ampunannya.
Semakin basah pipi ini oleh air mata, “Ya Allah jaga selalu ibuku,
dan aku belum sanggup ditinggalkannya Ya Robb!” terbesit do’a
disela – sela isak tangisku.

Siti Khoiriyah, S.Pd yang saat ini bekerja sebagai guru di


SD Negeri Simorejo Kec. Kanor, Bojonegoro. Riwayat
Pendidikan SDN Kasiman I, SMPN Kasiman, SMAN
Sumberrejo, D2 PGSD IKIPN Surabaya, dan S1 Matematika IKIP
PGRI Bojonegoro.

198
Buku, Jendela Duniaku

… Siti Rukayah …

Buku, demikian orang sering memberinya nama. Sebuah


karya tulis anak manusia yang mampu memberikan gambaran,
pesan, sumber informasi tentang sesuatu baik berupa cerita,
kejadian, pengalaman hidup, hasil penemuan, pengetahuan
maupun teknologi.
Buku dikatakan sebagai sumber ilmu pengetahuan bagi
manusia. Di dalam buku, terdapat banyak ilmu yang bisa kita
pelajari dan sekaligus bisa menambah wawasan pengetahuan
yang bermanfaat bagi perkembangan hidup manusia.
Dengan menulis buku, kita mampu untuk
mengembangkan kecerdasan berpikir, berimajinasi, berkarya,
berbagi pengetahuan, pengalaman, keterampilan yang kita
miliki. Dan ilmu itulah yang akan menjadi bekal, memberikan
teori teori dalam hidup, pengetahuan dan pengalaman tentang
hidup kita, untuk bisa kita jadikan pelajaran dan selanjutnya
dipraktekkan dalam kehidupan nyata, yang butuh untuk kita
usahakan bahkan butuh untuk kita perjuangkan agar bisa
meraih kesuksesan.
Ilmu pengetahuan merupakan seluruh usaha sadar
untuk menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman
manusia dari berbagai segi dalam kenyataan hidup manusia dari
berbagai kenyataan.
Ilmu itu sendiri, dimulai dan terbentuk karena manusia
sendiri yang mau berusaha berpikir lebih kreatif mengenai
pengetahuan yang dimilikinya.

199
Manusia, bila dibandingkan dengan hewan, maka secara
fisik kalah jauh dengan hewan. Tubuhnya lemah. Sebagai
contoh, gajah mampu mengangkut beban yang berat. Kuda,
mampu berlari kencang sekali. Tetapi, manusia memiliki akal,
pikiran, kemauan serta semangat yang kuat, sehingga mampu
menciptakan teknologi berupa mesin hidrolik yang mampu
mengangkat beban berat sekalipun. Manusia juga membuat
pesawat jet agar mampu menempuh perjalanan dengan jarak
jauh dalam waktu lebih singkat.
Sebenarnya kita adalah buku, sumber ilmu pengetahuan,
kita adalah bagian dari buku yang telah kita baca, karena jika
buku itu memberikan ilmu kepada kita, maka kita juga adalah
pengetahuan tersebut. Semakin banyak buku yang kita baca,
maka akan semakin banyak ilmu dan pengetahuan yang kita
dapatkan. Dengan demikian, kita sebagai manusia, juga layak
mendapat julukan sebagai sumber ilmu pengetahuan
sebagaimana sering kita mendengar kalimat buku adalah
sumber ilmu pengetahuan.
Dikatakan pula bahwa buku adalah jendela dunia, di
mana kita bisa melihat dunia dengan segala isinya tanpa harus
melakukan perjalanan, hanya cukup membaca halaman demi
halaman. Buku adalah sebuah media yang bisa dijadikan untuk
mendapatkan pengetahuan dan ketrampilan hidup, karena jika
kita sering membaca buku, maka kita akan semakin tahu dunia.
Buku juga mampu menambah kecerdasan, sebagai penuntun
pola berpikir kita,me ningkatkan kreativitas kita, bahkan
membantu mengubah masa depan. Jika kita merasa bingung,
ingin mengetahui sesuatu sementara tidak ada yang kita tanya,
maka kita bisa bertanya dengan membaca buku.
Buku cerita anak, juga mampu memberi manfaat melalui
pesan didalam buku tersebut, yang bisa menjadi bekal
200
pendidikan akhlaknya, karakter didalamnya menjadi bekal di
masa depan nanti, yang bisa membuat pembacanya menjadi
terinspirasi mencontohnya.
Demikian juga, bagi penulis buku, ia mampu
mengembangkan kemampuan, kecerdasan dan ketrampilan
yang dimiliknya untuk lebih bisa bermanfaat dan bisa
dimanfaatkan bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Kebiasaan yang baik dan positif adalah membaca buku,
bukan hanya mendapatkan hiburan saja tapi kita juga bisa
menambah pengetahuan. Dengan membuka buku, sama seperti
membuka jendela yang diluarnya terdapat hal menarik yang
belum kita ketahui. Membaca buku yang belum pernah kita baca
sama seperti berkenalan dengan teman baru, yang didalamnya
kita akan mendapatkan pengetahuan baru, mendapatkan
manfaat baru. Wawasan baru, mendapatkan cerita baru. Dan,
membaca buku yang lama seperti bertemu dengan teman lama
yang telah memberikan kita sesuatu yaitu ilmu untuk bekal
masa depan kita nanti.
Dengan membaca buku kita akan mendapatkan ilmu
untuk mampu membuat sebuah karya yang bisa di kenal dunia.
Contohnya menulis. Menulis adalah cara untuk membuat karya.
Dengan begitu bisa menjadi sarana untuk memberikan manfaat
kepada banyak orang, melalui isi buku yang kita tulis dapat
dijadikan sarana untuk memberi ilmu pada orang lain dan
memperlihatkan betapa indahnya dunia melalui buku.
Dengan menulis buku kita bisa dikenal dunia. Itulah
buku. Buku yang memberi kepada kita kehidupan.
Buku sama seperti teman kita yang bisa menghibur kita,
yang bisa memberikan nasehat kepada kita agar kita bisa lebih
baik, lebih maju, lebih berarti dan selalu di jalan yang benar
tentunya.
201
Waktu kecil dulu, kita dibiasakan untuk selalu membaca
buku, membaca buku dapat memberikan wawasan yang sangat
luas, dan dengan wawasan pengetahuan kita dapat menjadikan
masa depan kita cerah. Buku adalah kunci kesuksesan.
Dan buku adalah sumber ilmu pengetahuan yang
banyak memberikan sumbangan atas terbentuknya bangsa yang
maju, yang memiliki sumber daya manusia yang mampu
bersaing yaitu melalui meningkatnya ilmu pengetahuan,
keterampilan dan kecerdasan. Peningkatan sumber daya
manusia sangat erat dengan literasi,. Dan melalui kegiatan
literasi, maka ketiga aspek tersebut akan tercapai. Semakin
mengerti, memahami, semakin bertambah pula wawasan
pengetahuan, keterampilan bahkan mampu menghasilkan
sebuah karya serta mampu menjadi sumber daya manusia
Indonesia yang siap bersaing dengan negara negara lain.
Peran buku sangat penting dalam menentukan kemajuan
sebuah bangsa. Bangsa dengan sumber daya manusia yang
unggul tentunya akan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat
bagi nusa dan bangsa.
Hanya bermodalkan meja dan buku untuk membaca,
kita mampu meraih sukses di masa depan.
Banyak orang sukses di dunia itu juga karena ia sering
membaca buku, bahkan buku itu sudah menjadi bagian hidup
mereka, buku yang telah mengubah pemikiran mereka hingga
akhirnya mereka mencapai sukses.
Menulis adalah media untuk membuat sesuatu lebih
bermanfaat bagi orang lain, dengan membagikan ilmu, akan
memberi warna dalam kehidupan kita maupun orang lain,
dengan menulis kita akan lebih kreatif dan semakin lama maka
tulisan kita akan semakin bagus.

202
Mari kita dukung gerakan literasi, agar generasi bangsa
termotivasi untuk selau belajar. Karena, pemilik masa depan
adalah mereka mereka yang terus mau belajar.

Siti Rukayah, Lahir di Bojonegoro. Saat ini aktif mengajar di SMP


Negeri 1 Bubulan Kab. Bojonegoro Sejak 02 Juni 2014 sampai
sekarang. Berdomisili di Desa Ngrandu RT.22/04 Kec.
Kedungadem Kab. Bojonegoro.
Motto :
Sebaik baik manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi
manusia lain.
Menjadilah dirimu sendiri, maka hidup akan mudah bagimu.
No. WA 081230482488
Email : sitirukayah0817@gmail.com

203
Menuju Kumap

… Sri Mulyani …

Berawal dari keikutsertaan dalam program pemerintah


Tenaga Kerja Pemuda Mandiri Profesional, seorang bernama
Andre salah satu yang ikut diterima di program tersebut, dan
mendapat tugas di Kumap, kecamatan Muara Uya, Kabupaten
Tabalong, Kalimantan Selatan. Kumap merupakan salah satu
tempat transmigrasi bagi warga yang ingin memperbaiki masa
depan. Tugas Andre di lokasi transmigrasi sebagai penyuluh
pertanian. Andre berasal dari salah satu desa kecil di Jawa
Tengah. Bekal ilmu pertanian dari perguruan tinggi ingin sekali
diterapkan.

Doa restu dari kedua orang tua dan dorongan semangat


dari istri mengiringi keberangkatan Andre ke lokasi tugas yang
jauh di pelosok daerah transmigrasi di Kalimantan Selatan.
Sebelum berangkat kedua anaknya diperhatikan satu persatu
dengan penuh rasa kasih sayang dipeluk, dicium dan digendong
bergantian. Ada semangat yang terpancar dimata Andre ketika
melihat lucu dan kepolosan anak-anaknya. Benak Andre terasa
berat meninggalkan istri dan kedua anaknya. Dia berpikir
akankah istrinya bisa nyaman tinggal bersama mertua dengan
kedua anaknya.

Bekal yang dipersiapkan hampir seminggu yang lalu,


digendong dipundaknya sambil jalan menjauh dari rumah
tempat tinggalnya. Andre menatap kedepan menerawang ke

204
lokasi yang masih asing baginya. Sampai di pinggir jalan raya
Andre berdiri menunggu angkutan lewat. Dia dikagetkan suara
kenek bus dengan suara lantang membuyarkan lamunannya.
Segera dia naik dan mencari tempat duduk yang masih belum
berpenghuni. Perjalanan dilanjutkan hingga tak terasa dia
tertidur hingga akhirnya sudah sampai tempat tujuan pertama
yaitu tempat dimana dia janjian dengan teman-temannya yang
akan melaksanakan tugas dilokasi Kalimantan Selatan.

Di saat istirahat sudah berada di Banjarmasin


dipergunakan waktunya untuk berbenah memohon
perlindungan Yang Mahakuasa supaya dimudahkan segala
sesuatunya sampai tempat dia bertugas. Perjalanan dilanjutkan
menuju Kabupaten Tabalong langsung menuju lokasi Kumap
kata seorang sopir kalau lancar bisa memakan waktu hampir
setengah hari. Dalam perjalanan banyak doa dipanjatkan dalam
hati, karena ada perasaan gundah dengan medan yang begitu
mengkhawatirkan. Kendaraan melaju dengan kecepatan tinggi,
ternyata sopir sudah lihai dengan medan tersebut.

Perjalanan naik turun gunung dia nikmati yang jalannya


hampir semua belum terjamah bantuan pemerintah. Jalan tanah
lumpur berwarna kecoklatan selalu menjadi perhatiannya. Di
saat kendaraan tidak kuat naik, semua penumpang harus rela
untuk turun, dan yang laki-laki harus mau membantu
mendorong kendaraan supaya sampai ke lokasi yang aman dan
kendaraan bisa dijalankan kembali. Andre ikut andil sampai
keringat keluar membasahi baju dan celana jean yang
dikenakannya. Entah sudah berapa gurung terlewati dan adegan
dorong kendaraan dilakukan, hingga kendaraan naik secara
terus menerus sampai hampir ke puncaknya gurung. Perasaan
takut mulai merayap, mata mulai menatap nanar jauh kedepan
205
kendaraan, hingga kendaraan turun dan turun sangat tajam.
Jalan kendaraan mulai datar dan terlihat ada beberapa rumah
kecil berderet. Kendaraan sudah mulai melewati rumah yang
kelihatan tidak berpenghuni.

Kendaraan berhenti di sebuah tempat dekat dengan


bangunan yang lumayan bagus dan kelihatan masih terawat.
Andre melihat sekeliling dengan mata yang terus menerus
memandang ke lokasi deretan rumah-rumah kecil. Kembali
matanya tertuju tulisan kecil yang hampir tidak terbaca yaitu
SDN sei Kumap. Di benaknya mulai bisa memahami mengapa
pemerintah melakukan rekrutmen tenaga kerja untuk pemuda
yang sudah mempunyai bekal di bidang pertanian. Kepala
Andre manggut-manggut tanda sudah mulai mengerti. Tiba-tiba
dia dikagetkan suara orang laki-laki yang menyambut
kedatangannya. Beliau namanya Pak Yan yang menjadi kepala
unit pelaksana teknis di sei Kumap. Alhamdulillah perjalanan
tersulit yang dialami sudah sampai tujuan, pikir Andre dalam
hati.

Nama Sri Mulyani dengan alamat Desa Duyungan, Kecamatan


Sukosewu, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. No WA
08563455324. E-mail: srimulyanibojonegoro@gmail.com.

206
Di Balik sebuah Karya: Pengalaman Pertama Membuat
Artikel Populer

… Sri Utami Lestari …

Buku... Siapa sih yang tidak mengenal buku? buku adalah


tempat di mana kita bisa mencurahkan segala pikiran, ide dan
segala rasa melalui tulisan. Dari buku pula kita belajar banyak
hal. Kita dapat membaca untuk menambah pengetahuan dan
mengembangkan hobi. Kita mengenal buku dari kecil saat kita
baru belajar menulis dan membaca. Selama ini saya hanya
membaca karya orang lain, ternyata saat saya belajar membuat
sebuah tulisan ternyata itu bukan hal yang mudah buat pemula
seperti saya.
Beberapa waktu lalu kami dari pepustakaan UNIKOM membuat
karya tulisan populer tentang inovasi perpustakaan di masa
pandemi. Di bawah arahan seorang dosen, kami sama-sama
belajar membuat tulisan populer itu. Masing-masing
pustakawan membuat artikel populer yang berhubungan
pekerjaan yang dilakukannya selama masa pandemi, yang dapat
digunakan untuk mengatasi segala keterbatasan perpustakaan
selama masa pandemi. Itulah pertama kalinya saya belajar
membuat sebuah tulisan populer. Ternyata proses membuat
sebuah tulisan tidak mudah. Banyak tahapan yang harus dilalui
sebelum akhirnya sebuah tulisan masuk ke proses percetakan.
Pada awalnya saya sempat bingung topik apa yang akan saya
ambil untuk tulisan saya yang berhubungan dengan masa
pandemi ini. Sampai akhirnya terbesit dalam pikiran saya,
tentang pengolahan buku . Pengolahan buku merupakan

207
pekerjaan sehari-hari yang saya lakukan di bagian pengolahan
dan pengembangan bahan pustaka. Buku merupakan salah satu
jenis bahan pustaka yang saya olah.
Selama masa pandemi ini banyak hal dalam kehidupan
kita yang berubah. Pada awal-awal masa pandemi semua
kegiatan benar-benar dilakukan dari rumah. Mulai dari belajar
dari rumah, bekerja dari rumah, berdoa dari rumah dan yang
lainnya. Demikian juga kegiatan operasional di perpustakaan
.Perpustakaan tidak lagi melayani pemustaka secara langsung.
Di masa pandemi pelayanan dilakukan secara online.
Pustakawan pun kadang menjalani work from home sehingga
pekerjaan banyak dilakukan secara online dari rumah. Dalam
rangka memberikan pelayanan prima meskipun dalam masa
pandemi, perpustakaan harus menyediakan berbagai koleksi
digital, di antaranya adalah buku. Dengan latar belakang itulah
saya membuat tulisan yang berjudul “Ngolah Buku di masa
pandemi? nggak masalah!”. Tulisan saya itu menceritakan
tentang salah satu inovasi yang bisa dilakukan oleh pustakawan
bagian pengolahan bahan pustaka dalam mengolah buku di saat
pandemi. Pada masa pandemi ini, perpustakaan dituntut untuk
menyediakan koleksi digital yang dapat diakses dimana saja dan
kapan saja. Salah satu koleksi digital yang saya olah adalah e-
books. Pengolahan buku yang saya lakukan bertambah dengan
adanya koleksi buku yang berbentuke-books. Dalam tulisan itu
saya menjelaskan tahapan-tahapan dalam proses pengolahan
buku yang dilakukan sebelum masa pandemi dan setelah masa
pandemi. Sebelum masa pandemi saya mengolah buku dalam
hanya dalam bentuk tercetak. Setelah datangnya masa pandemi,
terjadilah perubahan dengan hadirnya koleksi e-books sehingga
pengolahan buku di masa pandemi terdiri dari pengolahan buku
tercetak dan pengolahan e-books. Dalam buku itu saya
208
menjelaskan tahapan-tahapan pengolahan buku tercetak dan
dan tahapan-tahapan dalam pengolahan e-books. Selama masa
work from home, pengolahan e-books dapat dilakukan dari rumah
dengan memanfaatkan jaringan internet sedangkan pengolahan
buku tercetak saya lakukan di kantor saat work from office.
Tujuan saya memilih judul artikel itu adalah untuk memberikan
gambaran tentang salah satu inovasi yang bisa dilakukan oleh
perpustakaan dalam pengolahan buku selama masa pandemi.
Tulisan saya mengalami beberapa revisi sampai akhirnya tulisan
itu selesai bulan Januari 2021 dan digabungkan dengan dalam
karya bersama yang terbit di bulan Februari 2021 dengan judul
“Inovasi Perpustakaan Di Era Vovid-19: Konteks Pelayanan dan
Pemanfaatan Teknologi”. Ternyata belajar untuk menulis tidak
mudah. Membutuhkan kemauan dan tekad yang kuat untuk
menghalau rasa malas. Demikianlah kisah di balik karya
pertama penulisan artikel saya dalam karya bersama dengan tim
perpustakaan UNIKOM. Semoga pengalaman yang telah kami
rangkai kata demi kata dalam buku itu dapat menjadi inspirasi
bagi pustakawan dan perpustakaan lain dalam memberikan
pelayanan perpustakaan di masa pandemi.

209
210
Judul tulisan pertamaku

211
Sri Utami Lestari, lahir di Kota Klaten, pada tanggal 30 Agustus
1976. Penulis merupakan alumni DIII Ilmu Perpustakaan,
Universitas Gadjah Mada. Saat ini bekerja di bagian
Pengembangan dan Pengolahan Bahan Pustaka, Perpustakaan
Universitas Komputer Indonesia dan tinggal di Kota Bandung.
Penulis dapat dihubungi melalui email
sri.utami@email.unikom.ac.id.

212
Akhirnya Karirku di Pulau Garam

… Sri Wahyuningsih …

Nasib orang memang tidak ada yang tahu walaupun diri kita
sendiri, semua menjalani dan berusaha semampu mungkin
hanya Allah SWT yang menentukan di mana kita akan
ditempatkan dan bisa mengabdi di negara tercinta ini.
Jika saya ditanya orang-orang tentang cita-cita, saya selalu
menjawab ingin menjadi pendidik jawaban yang simpel banget.
Dan tidak memikirkan cita-cita yang lainnya semisal ingin
menjadi dokter, perawat, polwan, atau yang lainnya.
Sejak saya lulus S1 Ilmu Komunikasi pada tahun 2001 Maret,
saya membuka les-lesan bahasa Inggris yang diikuti oleh anak-
anak SD, SMP, maupun SMA yang berada di lingkungan sekitar
atau tetangga desa. Alhamdulillah banyak peminat, dan
merekapun menyukai bagaimana saya mengemas pembelajaran
bahasa Inggris. Yang nota bene pada waktu itu memang belum
ada banyak tempat kursus bahasa Inggris maupun les-lesan
bahasa Inggris.
Akhirnya pada suatu hari saya sama guru-guru SD di daerah
saya diminta untuk mengajar bahasa Inggris pada waktu itu
bahasa Inggris menjadi pelajaran muatan lokal. Kebetulan
mereka para guru kurang mampu dalam mengajar bahasa
Inggris, akhirnya dengan tanpa ragu saya bergabung dengan SD
itu untuk menyumbangkan sedikit kemampuan saya mengajar
di bidang bahasa Inggris basic.
Dan lambat laun datanglah informasi tentang CPNS Dosen
Unijoyo (brand kampus pada waktu itu) yang sekarang sudah

213
berubah brandnya yaitu UTM (Universitas Trunojo Madura).
Saat itu tahun 2003 UTM membutuhkan dosen Ilmu Komunikasi
dengan kuota 3 orang, format pengangkatan masih S-1, saya
tidak berpikir panjang untuk mencobanya karena bisa jadi itu
kesempatan buat saya. Singkat kata seleksi demi seleksi
Alhamdulillah saya dinyatakan lolos dalam perekrutan dosen
CPNS ilmu komunikasi itu. Dan saya masih ingat ketika kita test
interview selain ditanya mata kuliah apa yang paling anda
kuasai, kemudian disuruh praktik mengajar, dan yang paling
membekas adalah ditanya tetang Tri Dharma Perguruan Tinggi
(Pendidikan dan Pengajarn, Penelitian, dan Pengabdian),
Alhamdulillah saya bisa menjawab semua dan disuruh
menjelaskan satu persatu. Jadi seorang dosen kegiatan wajib
yang harus dilakukan adalah menyangkut Tri Dharma
Perguruan Tinggi.
Hingga tiba waktunya tahun 2006 saya berangkat S-2 di Unpad
Bandung dengan Beasiswa Dikti dengan kelulusan pujian,
kemudian tahun 2015 saya berangkat lagi untuk S-3 di Unpad
dengan beasiswa Dikti lulus dengan pujian juga. Jurusan yang
saya ambil linier yaitu ilmu komunikasi mulai dari S-1 sampai
dengan S-3, memang profesi seorang dosen sebaiknya harus
linier ketika mau melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.
Kenapa studi lanjutnya memilih Unpad karena waktu itu saya
berpikir para pakar ilmu komunikasi semuanya ada di Unpad
terutama Prof. Deddy Mulyana, Ph.D yang selalu diidolakan
oleh kita terkait prestasi-prestasinya pada kajian-kajian maupun
karya-karyanya di bidang ilmu komunikasi.
Dan saya sekarang pun sangat menggeluti dan menikmati
profesi saya sebagai dosen Ilmu Komunikasi di Universitas
Trunojoyo Madura dengan padatnya kegiatan Tri dharma
Perguruan Tinggi. Hingga semua kegiatan Tri Dharma
214
Perguruan Tinggi itu menghantarkan saya pada jabatan
fungsional Lektor Kepala pada bidang Psikologi Komunikasi.
Seorang Dosen masa depannya memang tidak pernah terlepas
dengan buku-buku, karena kegiatan kita diantaranya adalah
membuat karya ilmiah seperti membuat buku, menulis jurnal
nasional, maupun internasional, prosiding (bidang penelitian),
dan itu semua juga membutuhkan banyak referensi dari buku,
jurnal-jurnal nasional maupun internasional. Hingga pun saya
mencoba menghasilkan karya 10-an buku di antaranya menulis
sendiri dan menulis bersama-sama dengan rekanan sejawat
dosen. Masih miskin karya sih... Dan yang masih tetap terngiang
pesan penulis buku best seller di bidang ilmu komunikasi juga,
beliau tidak pernah berhenti untuk mensupport dan selalu
menginspirasi saya, yang merupakan adiknya Prof. Deddy yaitu
bapak Alex Sobur “usahakn setiap tahun harus ada karya buku
Bu Naning”. Semoga tahun 2021 ini ada karya buku terlahir dari
penerbit Mayor Aamiin. Salam Literasi.

215
Sri Wahyuningsih kerap disapa “Naning”, lahir di desa Remen,
Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban, Provinsi Jawa Timur,
tepatnya pada tanggal 02 Maret 2078. Memulai karirnya sejak
bulan Desember tahun 2003 sampai sekarang sebagai dosen PNS
pada jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Budaya di Universitas Trunojoyo Madura (UTM). Minat yang di
dalami pada kajian Psikologi Komunikasi dan Komunikasi
Kesehatan. Berusaha aktif menulis di jurnal nasional maupun
jurnal internasional, dan media cetak. Karya bukunya sendiri di
antaranya metode penelitian studi kasus (Konsep, Teori, dengan
Pendekatan Pikologi Komunikasi), desain komunikasi visual,
film dan dakwah, dan orang dengan gangguan jiwa dalam
perspektif komunikasi.
Korespondensi lebih jauh melalui e-mail:
sri.w@trunojoyo.ac.id/naningunijoyo@yahoo.com, WA:
085203772328. IG: naning_rustamrusdiyanto.

216
Buku, Cahaya Masa Depan

… Sri Wulandari …

Buku bagiku adalah sesuatu yang sangat membantu sekali


dan banyak manfaat yang dapat aku ambil dari membaca buku.
Karena buku mengajari aku dari yang tidak bisa menjadi bisa,
dari yang tidak mengerti menjadi paham, dari yang tidak mood
menjadi mood kembali. Mungkin banyak orang mengganggap
buku sebagai kumpulan kertas - kertas dengan berbagai macam
goresan tulisan dan gambar yang dijadikan satu dikemas diberi
sampul dan kemudian dijilid sehingga menjadi cantik serta
menarik. Awal mula aku tidak begitu suka membaca tetapi
karena pekerjaan dan perkembangan informasi serta ilmu
pengetahuan menuntut aku untuk lebih banyak membaca buku
dan menjadikanya sebagai kebiasaan atau hobby. Meski hanya
sebentar aku luangkan waktu untuk membaca buku.
Awal mula manusia terlahir tidak mengetahui apa – apa
sehingga manusia dituntut untuk mencari siapa dia sebenarnya.
Sebagai manusia yang beriman kepada Allah SWT, kita
diwajibkan untuk menuntut ilmu sampai kapan pun. Dari mulai
lahir menuju sekolah sampai menjadi seseorang, manusia
dituntut untuk belajar tanpa mengenal batas waktu. Dari masih
kecil dari belum mengenal apa - apa dan ketika mulai belajar
mengenal huruf dan angka dari buku, dari buku kita mulai
belajar membaca dan menulis. Secara tidak langsung kita sudah
mulai mengenal apa itu buku, dari buku cerita, buku
pengetahuan sampai buku pelajaran. Ketika masih kecil sering
dibacakan buku cerita atau dongeng, terutama buku cerita yang

217
bergambar. Dari terbata - bata belajar membaca huruf dan
merangkai huruf hingga lancar membaca dan menulis semua
karena ada buku sebagai sumber bacaan dan tempat menulis
menuangkan segala macam ide dan pengalaman sepanjang
perjalanan hidup.
Dengan membaca buku kita dapat menemukan
pengetahuan yang tak terkira, mengetahui banyak hal yang ada
di dunia ini. Tentang ilmu pengetahuan, perkembangan
teknologi, sejarah peradaban, sejarah modern, dan masih ada
banyak lagi.
Mungkin tulisan di buku hanya sekedar teori namun dari
teori tersebut membuat kita untuk melakukan eksperimen,
belajar membuktikan teori tersebut untuk membuahkan hasil
yang dapat diterima oleh masyarakat. Hasil praktek dari teori
tersebut dituangkan kembali ke dalam buku juga sebagai bukti.
Pepatah mengatakan “buku adalah jendela dunia” yang
tak akan habis ditelan masa. Memang benar menurut aku
dengan membaca banyak buku kita akan dapat mengetahui apa
yang ada di dunia dari masa lalu sampai sekarang. Karena buku
memberikan pengetahuan yang kita inginkan dan menjadikan
manusia lebih bermanfaat, bermartabat dan memiliki rasa
hormat. Banyak ilmu yang dapat kita ambil dari membaca buku.
Dengan membaca buku dapat meningkatkan daya kreatifitas
kita. Membaca dua buku atau lebih dengan judul yang sama
akan membuat kita belajar berfikir lebih kritis karena
membandingkan dua hal yang berbeda.
Buku sudah ada sejak dulu sebelum teknologi berkembang
pesat. Buku merupakan peninggalan yang masih relevan di
sepanjang zaman karena isi atau materi yang ada di dalam buku
nilainya sama meskipun mengalami banyak perubahan dan
perkembangan serta pembaharuan mengikuti perkembangan
218
teknologi. Buku menjadi ciri sebuah peradaban, sebab
masyarakat suatu bangsa bisa dilihat dari bagaimana mereka
memperlakukan buku dan ilmu pengetahuan. Membaca buku
merupakan hal yang sangat luar biasa karena dengan membaca
kita mendapatkan ilmu-ilmu untuk digunakan dalam
kehidupan dan disampaikan dalam kehidupan bermasyarakat.
Buku adalah sumber dari segala multi ilmu. Buku tidak
bisa lepas dari kehidupan manusia. Perkembangan teknologi
yang semakin pesat membuat kita semakin dimanjakan dan
serba praktis dalam melakukan berbagai hal, termasuk
membaca. Meskipun perkembangan teknologi semakin pesat
buku tidak bisa hilang dari dunia ini. Buku mengikuti
perkembangan teknologi menjadi e-book. Di era yang serba
digital membuat manusia merubah kebiasaan membaca buku.
Dari membaca buku secara langsung berpindah menjadi
membaca buku dengan menggunakan gawai. Dulu ketika ingin
membaca buku kita harus pergi ke Perpustakaan, Toko Buku,
pameran buku, membeli buku atau bahkan sampai pinjam ke
rumah teman. Sekarang dengan kemajuan teknologi buku dapat
kita baca melalui gawai. Lebih mudah dan lebih sederhana,
cukup dengan mencari topik dari internet atau mendownload
buku yang kita inginkan.
Di kota-kota besar dengan ketersediaan sarana dan
prasarana internet menjadikan kemudahan kita untuk
mengakses bahan baca lewat gawai daripada membawa buku
bacaan. Sehingga ada sedikit orang yang membaca buku secara
langsung, mereka lebih suka membaca lewat gawai karena
menganggap lebih simple dan ringan.
Berbeda jauh dengan daerah terpencil yang jauh dari
jangkauan jaringan internet, buku bacaan masih banyak
dibutuhkan oleh masyarakat terutama anak-anak kecil. Dimana
219
di daerah terpencil biasanya belum ada sarana prasarana
internet yang sampai. Sehingga buku bacaan menjadi sumber
hiburan dan informasi bagi mereka. Minimnya akses internet
yang diterima menjadikan masyarakat kurang menerima
informasi pengetahuan dan perkembangannya, sehingga
dibutuhkan banyak buku sebagai bahan bacaan menambah
wawasan pengetahuan bagi masyarakat daerah terpencil
tersebut.
Buku sangat dibutuhkan oleh manusia di segala umur
sampai kapanpun. Buku merupakan cahaya ilmu pengetahuan
bagi manusia untuk menemukan jati diri yang sebenarnya.
Manusia mulai belajar dari kecil, bersekolah menuntut ilmu
untuk masa depannya.
Jadi, buku sangat membantu manusia dalam menemukan
jati siapa dirinya yang sebenarnya. Buku adalah sumber cahaya
bagi kehidupan dan masa depan manusia.

Sri Wulandari, S.Pd lahir 41 tahun yang lalu merupakan tenaga


perpustakaan di salah satu SMA Negeri di Salatiga yang baru
mulai belajar menulis. Bertempat tinggal di Dusun Dersan Kulon
RT 13 RW 03 Desa Dersansari, suatu daerah yang sejuk nyaman
dan asri yang merupakan salah satu desa di Kecamatan Suruh
Kabupaten Semarang. Alamat korespondensi melalui
085641278956 (WA), wulandarisri680@yahoo.com (email) dan
@mflamboyan (IG).

220
Perjalanan Anak Desa dalam Meraih Mimpinya

… Sri Wuryani, S. Pd. SD …

Di sebuah desa yang jauh dari keramaian kota dan lalu


lalang kendaraan, hanya hamparan sawah yang menghijau yang
menghiasi lingkungan yang asri dan udara yang sejuk. Anak-
anak kecil melewati pematang sawah untuk bermain layang-
layang di kala musim kemarau. Dan tak jarang mereka juga di
tanah lapang untuk bermain bola plastik. Di desa itu tinggalah
seorang anak di mana waktu kecilnya sangat pemalu. Bahkan
ketika sekolah di TK ia selalu duduk menyendiri. Tidak sama
dengan anak-anak lain yang berkejar-kejaran bersama temannya
atau bermain dengan mainan yang tadi dibuat di kelasnya. Tak
jarang ibunya yang setia mengantar dan menjemputnya selalu
memberi nasehat untuk ikut bermain bersama teman-temannya.
Karena sang ibu tidak mau anaknya menjadi minder, pemalu
atau kurang bersosialisasi kelak setelah ia dewasa. Kadang
ibunya marah dan kesal melihat sikap anaknya tersebut. Ketika
duduk di bangku SD pun ia masih pemalu, meskipun ia
tergolong anak yang cerdas. Itu terbukti ia selalu mengikuti
lomba-lomba di tingkat Kabupaten dan selalu mendapat juara.
Semua itu karena kedua orang tuanya yang sangat peduli
dengan pendidikan anaknya. Sering orang tuanya membelikan
buku-buku pelajaran selain dari sekolah sebagai penunjang
belajarnya.

Melihat kemampuannya, selepas tamat SD ia mendaftar


sekolah yang lebih baik dibandingkan dengan sekolah yang ada
221
di kecamatannya. Semenjak duduk di bangku SMP, alhasil sikap
yang dulu pemalu itu sedikit demi sedikit terkikis, ia mulai bisa
bergaul dan banyak teman bahkan ia menjabat sebagai ketua
OSIS. Perubahan itu membuat bangga ibu dan bapaknya, karena
anaknya sudah bisa berubah dari pendiam menjadi anak yang
bisa bersosialisasi. Di bangku SMP pun kecerdasannya masih
berpihak padanya, ia juga sering mengikuti lomba-lomba di
tingkat Kabupaten. Ia selalu menduduki ranking pertama dari
kelas 1 sampai kelas 3. Tetapi ketika UN ia kalah dengan
temannya, tidak tahu penyebabnya sehingga ia murung, bahkan
saat perpisahan ia tidak mau berangkat ke sekolah. Merasa
kasihan sang bapak menelpon salah satu gurunya, menanyakan
apa yang terjadi sebenarnya. Mengapa anaknya kalah dengan
anak tersebut. Tak ada jawaban dari sang guru yang sudah
dikenal baik oleh orang tuanya. Orang tuanya kemudian
menasihati untuk berjiwa besar, dan memberi semangat bahwa
tidak ada sesuatu yang tertukar di dunia ini jika memang itu
benar.

Saat menjelang pendaftaran SMA ia memilih sekolah yang


terbaik di kabupatennya. Saat itu sekolah-sekolah lain seleksi
masuknya menggunakan danem, tetapi di sekolah yang
ditujunya menggunakan tes tulis dalam seleksinya.
Alhamdulillah ia diterima di sekolah tersebut. Dan di SMA
itulah perubahan sikapnya sangat drastis, ia senang bergaul dan
banyak sekali temannya. Di bangku SMA ia tergolong anak yang
kecerdasannya rata-rata, karena di sekolah itu memang terkenal
anak-anak yang pandai. Ketika ia kelas 3 dan selesai ujian, bapak
ibunya bertanya ingin melanjutkan pendidikannya kemana. Ia
mengatakan ingin sekolah di STPI yang berada di Curug
Tanggerang. Saat itu ibunya kurang setuju meski tidak

222
diutarakan kepada anaknya, karena saat itu berita di TV banyak
pesawat yang jatuh. Ia tetap mendaftar dan berangkat tes ke
Curug diantar bapaknya.

Sambil menunggu pengumuman dari STPI ibunya meminta


untuk mendaftar di ITS yang mana tujuan ibunya adalah untuk
mengalihkan perhatiannya di penerbangan itu. Ketika STPI
sudah ada pengumuman, ia dan ibunya pergi ke warnet di
kecamatan lain, karena saat itu belum ada warnet di daerahnya.
Setelah membuka website pengumumannya, ibunya kaget
karena ada nama anaknya di terima. Ketika itu bukan bahagia
yang ada dalam hati ibunya, tetapi rasa khawatir. Saat itu tertulis
untuk daftar ulang dilaksanakan satu hari setelah pengumuman
dengan persyaratan yang banyak. Ibunya tidak bisa
membayangkan bagaimana caranya untuk mengatasi hal
tersebut. Akhirnya dimusyawarahkan untuk ikut tes saja di ITS
dan merelakan untuk melepas STPI, nanti bisa ikut tes lagi di
STPI tahun berikutnya. Dengan agak terpaksa ia
menyanggupinya dan melepaskan STPI yang menjadi
idamannya. Sambil duduk di ruangan tengah ibunya bertanya,
“mengapa kamu ingin sekolah di STPI”? Jawabnya adalah,
“ingin kemana-mana dengan naik pesawat terbang”. Ibunya
menjawab, “apakah kamu tidak takut karena banyak pesawat
yang jatuh”. Apa jawabnya, “orang duduk pun bisa mati buk
kalau sudah takdir”. Ibunya sudah tidak bisa berkata apa-apa
lagi karena itu jawaban yang sudah tidak bisa dibantah lagi.

Akhirnya ia menuruti untuk ikut tes di ITS, dan lagi-lagi


keberuntungan berpihak padanya, ia diterima di jurusan
planologi wilayah kota. Satu tahun sudah ia menempuh
pendidikan di ITS, dan saat ada pendaftaran mahasiswa baru
tahun berikutnya , ia pun ikut tes lagi di STAN. Di situ ibunya
223
merestui dan alhamdulillah diterima. Di STAN terdapat sistem
DO di setiap semesternya jika salah satu nilai ada yang D. Itu
yang membuat bapak dan ibunya ikut tirakat setiap UTS dan
UAS. Di semester awal memang ada sedikit masalah, dimana
nilai UTS dia kurang baik dan mendapat teguran dari sang
dosen. Masalah itu tidak sampaikan kepada ibunya tetapi
kepada bapaknya. Bahkan ia sempat mewanti-wanti bapaknya
untuk tidak menyampaikan hal itu kepada ibunya. Dan sempat
untuk pindah sekolah entah di mana yang jelas tidak di
Surabaya. Ibunya baru tahu ketika membuka WA di ponsel
bapaknya. Betapa sedih hati ibunya kala itu, akhirnya ibunya
memberi semangat “kamu pasti bisa”. Ibunya selalu berdoa
memohon agar anaknya selalu diberi kemudahan dalam setiap
UTS maupun UAS. Dan Alhamdulillah dalam menempuh
pendidikan di STAN dia selalu mendapat nilai baik dan berhasil
lulus.

Sambil menunggu pengangkatan di Kementerian Keuangan,


karena STAN adalah sekolah kedinasan secara otomatis
langsung diangkat menjadi CPNS, ia melamar pekerjaan di
kantor akuntan publik. Tugas dia adalah melakukan audit di
perusahaan-perusahaan. Setelah hampir 1 tahun akhirnya tiba
saatnya pengangkatan CPNS itu, dan ia diangkat di KPP
Pratama Praya Lombok Tengah. Nah, keinginannya yang dulu
naik pesawat terbang kemana-mana sekarang terwujud. Untuk
berangkat ke Lombok untuk pertama kali naik pesawat.
Kemanapun ia pergi untuk kedinasan pasti naik pesawat
terbang. Bahkan pulang pergi ke rumah orang tuanya juga naik
pesawat dari Surabaya. Sekarang ia sudah berkeluarga dan
istrinya orang Bengkulu. Nah lengkap sudah, pasti kalau pulang
ke Bengkulu naik pesawat terbang. Itulah jawaban dari Allah

224
atas mimpi anak desa yang ingin naik pesawat terbang kemana-
mana. Semoga Allah selalu memberikan keselamatan dan
perlindungan saat naik pesawat dan kemanapun langkah
kakinya. Aamiin Ya Robbal ‘Alamin.

~ Sekian ~

225
Meraih Asa dengan Catatan Pena

… Sulistiyani …

Kucatatkan pena padanya.

Untaian kata demi kata.

Mengalir indah penuh makna.

Melukiskan sejarah atas sebuah cerita.

Yang menjadi catatan semua peristiwa.

Agar kelak terbaca.

Memberikan manfaat untuk semua.

***

Menulis adalah mencatatkan sejarah, sedangkan buku


adalah prasastinya. Pena dan buku seperti halnya cerita Qais dan
Laila, atau Romeo dan Juliet. Satu bagian yang tidak terpisahkan
satu dengan lainnya. Menulis membutuhkan media. Banyak
media yang bisa kita gunakan untuk menulis. Media cetak,
media sosial, dan media-media lainnya seperti spanduk, flayer,
dan lain sebagainya yang dapat digunakan sebagai pesan bisnis
untuk kepentingan pribadi maupun sekelompok orang. Buku
adalah sumber informasi penting yang dapat digunakan untuk
beragam keperluan, dan memiliki kontribusi besar pada
peningkatan sumber daya manusia.

226
Apa saja yang dapat kita tulis untuk dijadikan sebuah
buku? Banyak hal dapat kita jadikan tulisan, mulai dari tulisan
fiksi maupun tulisan non fiksi. Tidak ada alasan untuk tidak
menulis, karena setiap individu diberikan kemampuan untuk
menulis. Hanya saja, semua tergantung dari mau tidaknya
seseorang untuk melakukannya. Sepandai apapun individu,
setinggi apapun pendidikannya, jika tidak didasarkan pada kata
mau, maka selamanya tidak akan menghasilkan karya tulis.
Semua dimulai dari kemauan yang kuat untuk mau menulis,
dan ingin terus menulis apa pun bentuk dan tema tulisannya.

Motivasi menulis pun beragam. Setiap orang memiliki


alasan yang berbeda untuk menjadi penulis. Banyak hal yang
menjadi motivasi seseorang dalam menulis sebuah buku.
Motivasi yang kuat akan berperan penting untuk menghadapi
tantangan saat menulis. Motivasi menulis bisa karena untuk
kepuasan intelektualnya, mengamalkan ilmunya, atau untuk
alasan mendapatkan uang. Terkadang juga sebagai promosi diri
dan kebutuhan akademik atau kepangkatan. Untuk itu perlu
kita menentukan di awal, motivasi apa yang menjadi alasan kita
untuk menulis.

Pada awal kita menulis, kendala yang sering terjadi


adalah kebingungan kita untuk memulai sebuah tulisan. Hal ini
dapat kita atasi dengan menulis apa saja yang kita sukai.
Menentukan tema menarik bagi kita, secara tidak langsung
dianggap bahwa kita sudah menguasai materi yang akan kita
tulis. Misalnya kita cenderung suka dengan masakan. Kita akan
mudah menuliskannya sesuai tema yang kita sukai dan kuasai
tersebut.

227
Menulis dimulai dari menemukan ide terlebih dahulu.
Setelah menemukan ide, segera tuangkan dalam tulisan. Karena
jika tidak, ide itu akan menguap kemudian hilang tanpa bekas.
Sama halnya dengan setiap peristiwa, baik itu yang terjadi pada
kehidupan pribadi kita, maupun kehidupan yang terjadi pada
orang lain termasuk kejadian alam, suhu politik, serta
kehidupan sosial pendidikan dan seluruh bidang kehidupan
yang terjadi di sekitar kita. Jika tidak kita catat, maka semua akan
hilang begitu saja tanpa ada sisa peninggalannya. Tidak ada
catatan sejarah di dalamnya.

Sementara sejarah itu sangat penting sebagai tolok ukur


pencapaian sebuah peradaban Bangsa. Menjadi sebuah
pengalaman yang dapat dijadikan pembelajaran penting sebuah
kehidupan. Jika tidak tercatat dengan baik, maka akan mudah
dilupakan dan hilanglah sebuah peradaban di dalamnya.

Ide akan sulit dikembangkan jika penulis tidak


menguasai topik, kekurangan referensi atau kurang banyak
membaca. Agar tidak berhenti ide di tengah jalan, kita perlu
mengumpulkan informasi sebanyak mungkin. Sumber
informasi dapat digali dari sebuah buku, atau bagian dari buku,
artikel yang diterbitkan dalam jurnal, majalah, atau makalah
pertemuan ilmiah lainnya dan laporan yang diterbitkan oleh
suatu badan atau lembaga resmi. Dapat pula kita menjelajahi
ruang maya, dan berselancar menemukan referensi di
dalamnya.

Setelah menemukan ide dan menuangkannya dalam


tulisan, kita perlu membuat sebuah outline atau kerangka
berpikir untuk mengembangkan ide yang sudah kita temukan.
Informasi-informasi yang telah kita kumpulkan akan membantu

228
kita mengembangkan tulisan. Outline dapat berupa peta konsep
(mind-map). Hal ini sangat membantu kita agar alur cerita tidak
berantakan, sehingga pembaca tidak memahaminya dengan
baik. Dengan alur yang baik, tulisan akan mudah dipahami dan
tentu saja memberikan nilai lebih kepada penulisnya. Setelah itu
kita perlu mereview tulisan kita kembali, dan melakukan
pengeditan atau swasunting.

Tahap ini sangat penting sebelum buku masuk ke proses


penerbitan, karena akan sangat tidak profesional manakala saat
tulisan kita menjadi sebuah buku dan terdapat banyak kesalahan
baik dari ejaan yang tidak sesuai, atau tulisan yang salah, serta
penggunaan diksi yang tidak tepat. Tahap selanjutnya adalah
memilih penerbit. Apakah kita akan menerbitkan buku di
penerbit mayor atau menerbitkan buku dengan biaya sendiri.

Sehebat apapun seseorang, ketika kelak meninggalkan


dunia, semua orang akan melupakannya. Tetapi tidak dengan
karyanya yang akan dikenang orang sepanjang masa. Untuk
itulah sangat penting bagi kita mencatatkan sebuah sejarah pada
buku. Buku adalah masa depan. Darinya kita dapat belajar
banyak hal.

Dari buku pula kita mampu mengenal dunia. Buku


adalah jendela dunia, sehingga jika kita mencintainya, maka
dunia lebih mudah kita genggam. Dari buku pula dunia
mengenal kita. Sehingga sangat penting untuk kita mencatatkan
sejarah dalam sebuah buku yang kita hasilkan. Sehingga kelak,
nama kita akan tetap diingat oleh orang meski raga tak lagi ada
di dunia. Meninggalkan sebuah kebaikan di dalamnya, agar
siapa pun pembacanya mampu memetik pesan hikmah yang
kita sampaikan pada tulisan kita.

229
Banyak manfaat yang bisa kita dapatkan dari buku yang
kita hasilkan. Kita mampu meraih asa dengan catatan pena.
Buku adalah bukti atas sebuah eksistensi bahwa kita ada dan
mampu untuk berkarya, meraih asa sebagai bentuk pengabdian
kita pada keluarga dan bangsa.

R.A. Kartini dikenang orang salah satunya dari buku-


buku hasil karyanya. Dengan membacanya, kita yang tidak
hidup dalam satu masa dengannya, dapat mengetahui tiap kisah
perjalanan hidupnya. Satu diantaranya adalah kemampuan
intelektualnya yang menjadikan Kartini tampak berbeda dari
wanita-wanita lainnya di zamannya. Karena itulah, menulis
adalah mencatatkan sejarah, dan dengannya kita dapat meraih
asa untuk masa depan kita. Karena buku adalah masa depan
untuk meraih cita-cita.

Dari buku kita dapat menggantungkan harapan.


Menuliskan aspirasi dan kritik untuk sebuah kebijakan.
Menuliskan semua peristiwa yang hadir di sekitar kita, catatan
pribadi, prestasi, maupun mimpi dalam sebuah tulisan fiksi.
Semua hal dapat kita tulis, dan semua tulisan dapat kita
bukukan. Baik itu karya fiksi maupun non fiksi. Menulis butuh
sebuah proses yang tidak instan. Butuh waktu dan latihan agar
tulisan demi tulisan kedepannya menjadi lebih baik. Maka,
raihlah asa dengan catatan pena yang merangkai butiran aksara
dalam sebuah karya. Buku, denganmu kuraih masa depanku
dan bangsaku.

***

230
Sulistiyani, lahir di
Banyuwangi,
tepatnya di Desa
Sukorejo. Saat ini,
mengabdikan diri
mengajar di SMKN
2 Balikpapan.
Baginya, menulis
tak sekadar literasi,
melainkan untaian
cinta dari hati.
Menuangkan
sebuah kerinduan
dalam tulisan dan
menyampaikan pesan cinta kepada pembaca. Pandemi
membuat ruang baginya untuk menulis. Karyanya termuat di
Antologi Waspada Gelombang Kedua Corona, Kearifan Kampung
Nusantara, Demi Anak, Pandemi Lahirkan Innovasi, Menuangkan Ide
Menjadi Buku, Trik Menembus Penerbit Mayor, Cara Mudah
Menyusun Outline Buku, Cara Mudah Mengubah KTI Menjadi Buku,
Catatan Nulis Bareng Pakdhe_2, Sepilihan Cerpen Ruang Hati,
Catatan Rindu Seorang Guru, 300 Cerpen Tanpa Dia, Di Bawah
Langit SKADA. Karya solonya berupa novel Rindu. Follow akun
Instagram dan Facebook-nya @Sulis Ummu Yazid, serta Wattpad
@SulisTiyani780. Untuk mendapatkan novel Rindu, hubungi
Whatsapp 085345103011.

231
Buku; Muara Pelarian

… Suparmanto Phimèn* …

Dari mana kita mengetahui tentang jejak peradaban


manusia di masa silam dalam rentang ribuan tahun yang lalu?
tentu ada peran “buku” atau catatan sejarah di sana. Tidak
mungkin kita mengetahui perkembangan pengetahuan dan
peradaban sejak jaman Mesir Kuno atau Yunani Kuno hingga
kini tanpa ada jejak literasi berupa tulisan yang bisa kita pelajari.
Para peneliti mencatat bahwa tulisan pertama yang
tersusun secara alfabet ditemukan pada peradaban bangsa Mesir
Kuno. Tulisan bangsa Mesir Kuno tersebut ditulis pada
lembaran papirus yang belakangan lebih dikenal sebagai
Papirus Rind. Papirus Rhind merupakan suatu naskah
mengandung catatan matematika dari zaman Mesir kuno yang
ditulis sekira tahun 1650 SM di atas lembaran papirus berbentuk
kursif hieroglif. Berbentuk gulungan dengan panjang 18 kaki
(548, 64 cm) dan tinggi 13 inchi (33,02 cm). Dinamai menurut
Alexander Henry Rhind, seorang pencinta benda/barang antik
asal Skotlandia, yang membeli naskah papirus itu pada tahun
1858 di Luxor (Thebes), Mesir.
Menurut kami (sebagai guru matematika),
perkembangan ilmu geometri tentu mesti berterima kasih pada
The Elementsof Geometry, buku yang ditulis oleh Euclid sekitar
300 SM silam. Meski terlihat sederhana namun postulat Euclid
semacam “dua titik mana pun dapat digabungkan dengan garis
lurus” merupakan asumsi dasar untuk merumuskan atau

232
membuktikan sebuah teorema yang dikemudian hari menjadi
cikal bakal kemajuan kajian geometri.
Dari mana kita bisa mengambil hikmah dari pemikiran
para filsuf dimasa silam, jika tidak ada jejak tulisan (buku)?
tanpa buku “Sejarah Filsafat Barat” karya Bertrand Russell, kami
juga tidak akan tahu bahwa Socrates pernah berujar di depan
hakim yang akan menghukum mati dirinya; saat perpisahan tiba,
dan marilah kita tempuh jalan kita masing-masing; aku mati dan kalian
hidup. Manakah yang lebih baik, hanya Dewata yang tahu.
Membaca buku akan mengantarkan kita pada ruang
yang penuh dengan pengetahuan dan hal-hal baru. Akan
menggiring kita pada pemahaman-pemahaman baru, ataupun
khazanah pemikiran yang belum pernah terlintas dalam nalar
kita.
Mengutip Sudjono (2019) bahwa untuk membangun
peradaban sebuah bangsa dan negara tidak cukup hanya
mengandalkan kekayaan sumber alam. Maju mundurnya
peradaban, ditentukan pula oleh kualitas manusianya. Salah
satu faktornya ditentukan oleh masyarakat yang gemar
terhadap literasi (membaca). Peradaban tidak bisa dibangun
tanpa budaya baca, walaupun budaya baca bukan satu-satunya
penentu peradaban suatu bangsa. Budaya baca tentu beiringan
dengan eksistensi buku yang dijadikan sumber membaca.

Persinggungan dengan Buku


Memasuki tahun ke empat, kondisi perkuliahanku tidak
menunjukkan kemajuan yang signifikan. Keenggananku
menjejakkan kaki di kompleks fakultas MIPA semakin parah
saat sebagian besar sekawanan angkatanku sudah berpamitan
dari bumi Malang untuk beralih ke medan juang yang
sesungguhnya, menjadi sarjana dan memiliki medan karier yang
233
terang. Kelas yang aku ikuti, merupakan kelas adik tingkat satu
tahun, dua tahun bahkan tiga tahun untuk mata kuliah dasar
yang belum kutuntaskan. Kompleks gedung perkuliahan di Jl.
Gombong yang megah terasa menjadi tempat antah-berantah
yang asing. Tidak ada kerumunan teman satu kelas yang duduk-
duduk di anak tangga untuk bercengkerama menunggu
pergantian jam kuliah seperti satu atau dua tahun pertama.
Pelarian yang sering aku lakukan saat mengalami trouble
dengan urusan kuliah adalah membaca buku-buku pemikiran
yang lagi digandrungi oleh teman-teman aktivis di organisasi
tempat kami berproses. Perkembangan model atom, mulai
Dalton, Thomson, Rutherford, Bohr hingga model atom modern
tidak lagi menarik. Justru “Bumi Manusia”, “Anak Semua
Bangsa”, “Jejak Langkah” serta “Rumah Kaca” terbitan Lentera
Dipantara yang kupinjam dari perpustakaan Fakultas Sastra
lebih merangsang dan menantang nalar berpikirku saat itu.
Materi-materi kimia organik juga tidak memiliki daya tarik
sehingga pemikiran-pemikiran tokoh yang berdisiplin ilmu
sosial humaniora sering menjadi bahan diskusi saat ngopi
dengan para senior di pergerakan.
Meski menyimpang jauh dari jurusan saat kuliah di
Universitas Negeri Malang yang notabene berlatar eksakta,
namun buku-buku sastra semacam Tetralogi Buru karya
Pramoedya Ananta Toer tersebut meninggalkan pesan-pesan
moral yang masih mengendap dalam benak dan mempengaruhi
cara berpikir dan bertindak penulis (hingga detik ini).
“Seorang terpelajar harus juga berlaku adil sudah sejak
dalam pikiran, apalagi perbuatan” atau “kalau orang tak tahu
batas, Tuhan akan memaksanya tahu dengan cara-Nya sendiri”
merupakan doktrin yang terselip dibelantara kalimat cerita
dalam “Bumi Manusia”. Juga doktrin dalam Rumah Kaca yang
234
menyatakan bahwa “orang boleh pandai setinggi langit, tapi
selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan
dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian” terus
menghantui pikiranku.
Entah karena masih belum memiliki kemampuan
berpikir dan bersikap secara mandiri, penjelajahanku pada
wacana-wacana di luar disiplin ilmu Kimia semakin menjadi
akibat dari sering terjadi gesekan pemikiran dengan para senior
di ruang-ruang diskusi ala warung kopi. Salah satu dari
beberapa senior kami adalah Cak Anas yang tiada lelah
menjejalkan pemikiran Fritjof Capra kepada kami.
Hingga dikemudian hari (saat kondisi keuangan sedang
longgar) akupun menyisihkan sedikit budget untuk mengkoleksi
salah satu buku karya fisikawan tersebut. The Tao ofPhysicsdan
Titik Balik Peradaban merupakan buku wajib yang
direkomendasikan Cak Anas kepadaku. Meski belum pernah
mengkatamkan kedua buku tersebut, ada beberapa catatan yang
menarik untuk dikutip. Salah satunya yang tertulis di The Tao of
Physics;
“Dia berada dalam segala sesuatu
Namun berbeda dari segala sesuatu
Tak dikenal olehsegala sesuatu
Tubuhnya adalah segala sesuatu
Mengendalikan segala sesuatu dari dalam
Dialah Jiwamu, Pengendali Batin
Yang Abadi.”

Lalu sekira tahun 2008-an, novel karya Andrea Hirata;


Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor, Maryamah Karpov
melahirkan kembali spirit untuk segera menyelesaikan
tanggung jawab kuliah sarjana yang terbengkalai. Membeli buku
235
bajakan “Laskar Pelangi” saat masih terbuang di Putussibau
(ibukota Kabupaten Kapuas Hulu) ternyata memberikan
dampak yang luar biasa pada penulis, tentang betapa
pentingnya menuntut ilmu. Hingga akhirnya spirit yang
terbangun sebagai akibat tidak langsung dari membaca buku
(sastra) tersebut mengantarkanku pada ikhtiar menyelesaikan
studi S1 yang sempat terhenti beberapa tahun.
Terakhir, sebagai penghormatan kepada para
cendekiawan, pemikir/filsuf, sastrawan, serta pujangga yang
telah mendedikasikan diri pada karya, kami sampaikan salam
hormat tak berhingga.
Selamat Hari Buku Sedunia; 23 April 2021.

*Suparmanto Phimèn, guru matematika yang jatuh cinta pada


sastra. Sementara (kini) menetap dan mengabdikan diri sebagai
pendidik di SMKN 2 Penajam Paser Utara Kalimantan Timur.
Bermain WA di 081807071922, ber-email di
training1922@gmail.com serta ber-Instagram di @guru_ngluyur.

236
Peran Buku, Kini dan Nanti

… Vina Budi Purnasih …

Abad 21 merupakan masa di mana teknologi mengalami


perkembangan yang sangat pesat, terutama munculnya
handphone atau telepon pintar yang memiliki berbagai fitur yang
dapat menghubungkan kita ke berbagai negara di dunia.
Beberapa tahun terakhir, perkembangan fitur-fitur telepon
pintar juga semakin maju. Tidak hanya digunakan untuk
berkomunikasi, telepon pintar juga seakan “menggantikan”
fungsi buku sebagai jendela dunia. Melalui telepon pintar,
manusia dapat mencari tahu apa yang ingin diketahuinya, mulai
dari definisi suatu kata, materi-materi pelajaran, berita dunia
terkini, hingga resep masakan. Orang-orang tak lagi
menggunakan buku untuk belajar atau mencari referensi tentang
suatu hal. Bahkan toko-toko buku terlihat sepi pengunjung.
Kalaupun ada pengunjung, itu pun pengunjung yang memang
membutuhkan buku sebagai bahan pustaka penulisan karya
tulis ilmiahnya, seperti skripsi atau tesis. Kepopuleran buku kini
seolah tergeser oleh si telepon pintar yang menyajikan berbagai
kemudian dalam sekali sentuh.
Mengingat masa kecil saya dulu. Saat itu buku adalah
sesuatu yang sangat istimewa, sampai-sampai kalau meminta
dibelikan buku oleh orang tua, saya harus menangis dulu
sampai berhari-hari. Hal ini dikarenakan harga buku yang rata-
rata cukup mahal untuk ukuran kantong kami, terutama buku

237
pelajaran. Namun menyadari betapa pentingnya buku tersebut
dan kegigihan saya untuk belajar, maka orang tua saya pun
akhirnya membelikan meskipun dengan berbagai persyaratan
yang harus saya jalankan, misalnya tidak boleh jajan atau potong
jatah uang saku.
Ketika beranjak remaja, saya mulai menyukai novel dan
cerpen. Saya sering meminjam novel atau kumpulan cerpen di
perpustakaan sekolah. Meskipun satu novel tidak habis saya
baca sekali duduk, artinya saya membutuhkan waktu beberapa
hari untuk membaca sebuah novel. Saya menikmati kegiatan
saya tersebut. Novel atau cerpen yang saya sukai adalah yang
bertema remaja karena terkadang isinya sesuai dengan
pengalaman saya sebagai seorang remaja yang mulai mengalami
masa puber dan mengenal percintaan, lebih tepatnya cinta
monyet.
Saya termasuk orang yang mudah jatuh cinta dengan
buku. Ketika sedang di toko buku, saya akan betah berlama-
lama untuk membeli buku yang saya inginkan. Saya akan
mengamati tampilan sampulnya terlebih dahulu, melihat
sinopsis atau ringkasan isi bukunya di bagian belakang, melihat
daftar isinya, kemudian kalau cocok, saya akan membelinya.
Bahkan ketika seorang laki-laki, yang sekarang menjadi suami
saya, pada saat melamar saya pun, saya meminta buku sebagai
salah satu maharnya. Judul buku tersebut adalah “Kado
Pernikahan Terindah”. Buku tersebut berisi tentang proses
bagaimana dua orang manusia mulai saling mengenal dan
menambatkan hati hingga membawanya ke dalam bahtera
pernikahan. Tidak hanya itu, dalam buku tersebut juga
mengajarkan hal-hal yang harus kita ketahui dalam menjalankan
rumah tangga, di antaranya adalah mengenai hak dan kewajiban
suami dan istri. Bisa dikatakan, buku tersebut telah banyak
238
memberi saya panduan dan pengetahuan tentang pernikahan
dan seluk-beluknya.
Saya menyadari ada banyak hal yang tidak bisa
menggantikan peran atau fungsi buku dengan telepon pintar.
Satu diantaranya yang paling penting adalah telepon pintar
tidak mengajarkan kita arti kebersamaan. Bahkan ketika dalam
sebuah keluarga, semua anggotanya sibuk dengan gawainya
masing-masing, maka komunikasi antaranggota keluarga itu
tidak terjalin. Maka banyak orang akhirnya mengatakan bahwa
telepon pintar itu dapat mendekatkan yang jauh tapi juga dapat
menjauhkan yang dekat. Lain halnya dengan buku. Ketika
semua anggota keluarga sibuk membaca bukunya masing-
masing, mereka akan menemukan apa yang mereka cari dan
kemudian dapat bertukar pengetahuan dengan anggota
keluarga lainnya. Apa yang tertulis di buku itu jelas darimana
sumbernya dan dapat dipertanggungjawabkan. Tetapi informasi
yang kita peroleh dari internet melalui telepon pintar, harus
dipilah-pilah terlebih dahulu agar kita dapat mengetahui
sumber informasi yang jelas alias bukan hoaks.
Ilmu yang kita peroleh dari buku akan sangat bermanfaat
dan diingat sampai kapanpun. Slogan buku adalah jendela
dunia itu saya yakini memang benar dan terbukti. Itulah
mengapa buku memiliki peran yang sangat penting untuk masa
depan kita, terutama untuk anak-cucu kita nantinya. Masa
depan yang cerah dimulai dari membaca buku.

239
Nama saya Vina Budi Purnasih. Saya lahir di Salatiga pada 2
Februari 1988. Sekarang saya tinggal di kota ukir, Jepara. Tahun
2010 saya menamatkan 240endidikan S-1 jurusan Pendidikan
Bahasa dan Sastra Universitas Negeri Semarang (UNNES).
Nomor telepon saya 085640929789, email vinabudipurnasih, dan
nama Instagram vinabudipurnasih. Bagi teman-teman yang
ingin berdiskusi tentang kegiatan menulis, dapat menghubungi
saya di nomor dan alamat tersebut.

240
Kita Butuh Buku

… Vivi Sufiati …

Zaman terus berkembang, teknologi semakin modern.


Selamat datang di dunia digital. Belanja via digital, cari
transportasi via digital, dan pendidikan via digital. Seolah
semuanya bisa didigitalisasi. Bahkan pandemi COVID-19
semakin menyosialisasikan pertemuan virtual, bertemu tanpa
badan harus melangkah bertamu.
Perubahan selalu terjadi sebagai dampak dari kemajuan.
Istilah online dapat disematkan dimanapun. Banyak tempat sepi
tak dikunjungi, karena digantikan dengan aplikasi online. Dulu
beli buku harus pergi ke toko buku, sekarang silahkan mainkan
jari melalui aplikasi. Memilih buku yang dibutuhkan di aplikasi,
lalu tunggu dengan santai buku akan diantarkan. Dulu
berbondong meminjam buku ke perpustakaan, sekarang e-
library semakin memudahkan.
Terdapat masa dimana mahasiswa memenuhi tas
dengan buku, dan ditambah lagi masih menenteng buku. Apa
kabar dengan mahasiswa sekarang? Bahkan mereka bisa tampil
modis dengan tas kecil di lingkungan kampus. Bisa dicek juga
apa isi tas mereka. Adakah buku referensi tinggal di dalamnya?
Pemandangan berkumpul membolak-balik buku mulai terganti
dengan pemandangan termangu di depan layar gadget.
Mahasiswa selalu diidentikkan dengan sosok berilmu,
sementara buku adalah sumber ilmu. Bisa dibayangkan sedekat
apa mahasiswa dengan buku. Jaman bisa terus berkembang

241
termasuk dunia perbukuan. Namun, di masa lalu, sekarang,
bahkan masa depan buku tetap dibutuhkan. Karya buku bisa
semakin bervariasi, bentuk buku bisa berkembang dari cetak
hingga e-book, tetapi intinya tetap buku sebagai sumber ilmu.
Buku mungkin bukan satu-satunya referensi, tapi buku
selalu menjanjikan isi. Setiap tugas makalah, karya ilmiah, tugas
praktik, dan tugas akhir menuntut referensi. Jaman digital
mempermudah perolehan informasi buku secara online.
Bukankah ini situasi yang menguntungkan seharusnya.?
Apakah ini sudah maksimal dimanfaatkan?
Pengalaman menjadi seorang staf pengajar baru,
membuka fakta tentang mahasiswa dan buku. Memberikan
tugas makalah yang harus mencantumkan daftar pustaka adalah
hal umum. Tentunya sebagai mahasiswa harus terhindar dari
plagiat. Ekspektasi mengatakan akan banyak referensi buku atau
jurnal baik cetak maupun online yang tercantum. Yang terjadi
adalah referensi dari blogspot dan wordpreess. Bukan karena
tidak ada fasilitas, tetapi karena kemudahan di depan mata.
Perpustakaan universitas, dan program studi menawarkan
berbagai buku koleksi. Tempat ini ternyata sepi pengunjung.
Sesekali perpustakaan akan ramai karena ada pengajar tertentu
yang mewajibkan mengunjungi perpustkaan untuk mencari
materi tertentu dari buku.
Setiap mahasiswa pasti memiliki fasilitas gadget untuk
online. Buku dan jurnal online tersedia, namun tak sepraktis
mengunjungi situs blogspot maupun wordpreess. Di zaman
yang semakin canggih, sedih rasanya mendegar curhat kesulitan
referensi untuk karya tulis. Akan lebih sedih lagi jika karya tulis
berisi referensi dari banyak sumber, tetapi ternyata di daftar
pustaka yang ada adalah sumber blogspot. Ternyata kemudahan

242
tidak semua mampu merasakan. Tidak semua memiliki
keinginan membaca langsung dari sumber induk.
Membaca adalah kemampuan dasar, bahkan dari
prasekolah ada materi pra membaca. Kesadaran pentingnya
kemapuan membaca dirasakan semua pihak. Hal ini terbukti
dari banyaknya tempat les membaca, bahkan banyak mahasiswa
yang menjadi guru les privat membaca. Guru dan orangtua juga
memiliki kebiasaan membacakan cerita. Membaca sebagai
kebutuhan dalam pergaulan. Harusnya membaca adalah
kebiasaan, tapi membaca buku ternyata hanya menjadi candu
bagi orang tertentu.
Fasilitas boleh lengkap, tetapi harus dibersamai
keinginan untuk menggunakan. Koleksi buku perpustakaan,
akses ebook tidak berarti jika tidak ada yang memiliki keinginan
mengunjungi. Masalah kurang referensi akan terus ada jika
kecintaan pada dunia literasi kurang. Pada beberapa mahasiswa
yang sedang menyusun skripsi sebagai tugas akhir, masih
dijumpai saran dosen untuk menambah referensi. Kembali
referensi buku menjadi kendala. Terlihat kurva pengunjung
perpustakaan terbanyak adalah mahasiswa yang sedang
menempuh skripsi.
Pengalaman tetang permasalahan referensi buku yang
dihadapi mahasiswa juga terjadi ketika penyusunan Program
Kreativitas Mahasiswa (PKM). PKM menjadi kesempatan untuk
mahasiswa menunjukkan eksistensi dan kreativitas ide.
Mahasiswa memiliki ide namun kesulitan untuk
menuliskannya, dan salah satu masalahnya adalah kurang
referensi buku untuk menulis di kajian pustaka. Kreativitas yang
terkendala referensi buku kembali terjadi.
Rasa menghargai hasil karya berupa buku harus
ditingkatkan. Adanya Undang-undang Hak Cipta termasuk
243
melindungi karya buku. Adanya aplikasi untuk mengukur
tingkat plagiatisme juga upaya menghargai karya cipta. Di era
digital mudah mengambil karya orang tanpa permisi. Tidak
perlu menjadi pihak pertama yang membaca, informasi bisa
didapatkan. Namun, ini bukan karakter yang diharapkan ada
pada mahasiswa.
Masalah referensi buku yang dihadapi mahasiswa
membutuhkan penyelesaian. Istilah bisa karena terbiasa
nampaknya harus diterapkan. Membentuk pembiasaan literasi
terutama membaca dan menulis perlu dibudayakan kembali.
Mewajibkan referensi dari buku untuk tugas perkuliaahan bisa
diterapkan. Peraturan ini akan memaksa pembiasaan membaca.
Kewajiban ini juga harus dibersamai dengan peraturan detail
dalam mengambil kutipan dalam tulisan. Diharapkan akan ada
kesesuaian antara sumber dalam isi tulisan dengan daftar
pustaka atau referensi. Selain itu cek plagiatism untuk tugas
akhir sebagai control dalam menulis yang menghargai karya
yang dikutip.
Program kemahasiswaan perlu diarahkan untuk
membudayaka literasi. Membuat klub atau kelompok literasi
tingkat kampus akan membantu. Dimulai dari sekelompok
mahasiswa yang sudah memiliki ketertarikan terhadap dunia
literasi terutama buku untuk menyosialisasikan ke mahasiswa di
luar klub. Membiasakan diri menulis dengan mengadakan serta
mengikuti penulisan buku Antologi maupun karya tulis lain
juga akan meningkatkan kemampuan dan kecintaan di bidang
literasi.
Budaya sadar kebutuhan akan buku membutuhkan
keteladanan. Seperti guru TK yang membacakan cerita agar anak
cinta membaca buku, dosen pun dituntut melakukan hal yang
sama. Dari sini penulis menyadari, mengapa harus memiliki
244
karya. Sebagai role model, menulis buku dan membaca buku
adalah bentuk sosialisasi “kita butuh buku” pada mahasiswa.
Vivi Sufiati, Lahir di Wonogiri 31 Mei 1992. Domisili pada saat
ini adalah di Jalan Ki Ageng Kebo, Kartoharjo, Kota Madiun.
Menyelesaikan pendidikan S-1 PG PAUD di Universitas Negeri
Yogyakarta pada tahun 2014. Melanjutkan S-2 Pendidikan Anak
Usia Dini di Universitas Negeri Yogyakarta dan lulus tahun
2017. Sehari-hari disibukkan sebagai dosen di Program Studi PG
PAUD Universitas PGRI Madiun. Penulis dapat dihubungi
melalui email v.sufiati@gmail.com dan nomor HP 085642426361.
Akun media sosial instagram @vi2sufi. Blog tulisan yang bisa
dikunjungi vi2sufi.blogspot.com dan vi2sufi.tumblr.com.

245
Buku Aku

… Wiwit Noerkomariana …

Kita tidak pernah tahu apa pun di dunia ini tanpa buku,
sejak lahir di dunia ini nama kita sudah tercatat di dalam buku,
di saat kita meninggalkan dunia ini nama kita juga tercatat di
dalam buku. Buku adalah himpunan kertas atau bahan lainnya
yang berisi tulisan, gambar atau tempelan. Setiap sisi dari
sebuah lembaran kertas pada buku disebut sebagai halaman.
Perkembangan di zaman yang modern ini terutama di bidang
informatika yang mengandalkan perangkat komputer, laptop,
tablet, smartphone, dan lainnya kita juga bisa membaca buku
elektronik yang dikenal dengan istilah e-book atau buku-e (buku
elektronik). Menurut sejarah buku lahir di Mesir tahun 2400
Sebelum Masehi setelah orang Mesir menciptakan kertas
pepirus. Kemudian gulungan kertas pepirus yang berisi tulisan
adalah bentuk buku yang pertama. Pada tahun 200an Sebelum
Masehi Tsai Lun seorang Tiongkok berhasil menciptakan kertas
dari bahan dasar bambu.
Adakah sesorang di dunia ini yang tidak memiliki buku?
Mungkin ada sebagian kecil sesorang dibelahan bumi ini yang
memang tidak mengenal buku, akan tetapi semua makhluk
dialam semesta ini pastilah tertulis pada sebuah kitab dan buku.
Bagi sebagian orang yang bisa membaca, buku
merupakan sesuatu yang sangat amat berharga dan seperti
udara dan makanan yang selalu dibutuhkan
keberadaannya.Tetapi bagaimana dengan anak-anak usia dini
yang baru mengenal buku, hal baru yang asing dan mungkin

246
belum pernah mereka ketahui sebelumnya. Lingkungan yang
kurang mendukung dan keadaan perekonomian yang serba
kekurangan menjadi faktor yang menjadi alasan utama sampai
saat ini. Anak-anak yang tumbuh di lingkungan keluarga
tersebut pada waktu memasuki dunia sekolah mereka baru
mengenal adanya buku di lingkungan sekolah,memang langka
dan jarang dijumpai di zaman generasi milenial ini tetapi
kenyataannya memang ada.
Seharusnya di zaman ini buku itu sudah hal yang biasa
dikenal anak karena orang tua mereka pastilah sudah mengenal
adanya buku, minimal buku nikah milik mereka. Buku adalah
jendela dunia ungkapan yang terkenal sepanjang jaman itu patut
diberi penghargaan setinggi tingginya. Karena dengan membaca
buku kita mengetahui ilmu dari berbagai belahan dunia tanpa
melakukan perjalanan cukup membaca sebuah halaman
sehingga membuka cakrawala kita tentang dunia dan alam
semesta yang luas ini.
Buku adalah sumber ilmu terbaik bagi pembacanya,
buku adalah pertemuan dari dua kekuatan yang berhasil
memengaruhi pendidikan manusia yaitu seni dan sains. Buku
itu sahabat yang paling setia yang rela menjadi pendampingi
kita di mana pun dan kapan pun tanpa memikirkan dirinya,
sebaik-baik teman sepanjang zaman adalah buku. Buku
merupakan bagian terpenting bagi mereka yang belajar
membaca untuk menambah pengetahuan dan keterampilan.
Membaca buku untuk pertama kalinya seperti berkenalan
dengan seseorang yang baru kita kenal, membaca kedua kalinya
seperti bertemu dengan teman lama.
Bagi seorang anak buku lebih dari sekedar bacaan, tetapi
itu impian, pengetahuan untuk masa depan sekaligus masa
silam. Buku itu sesuatu yang membuat anak berekpresi. Buku
247
lama adalah buku baru bagi mereka yang belum membacanya.
Siapapun yang terhibur dengan buku-buku, kebahagiaan akan
selalu ada dari dirinya. Buku adalah liburan termurah yang bisa
dibeli, karena buku adalah alat transportasi bagi orang yang
ingin mengetahui tempat lain. Buku merupakan panduan bagi
generasi muda dan pelipur lara bagi generasi tua serta penolong
dikala kesepian dan menjaga kita supaya tidak menjadi beban
untuk diri kita sendiri. Bagaimanapun wujud sebuah buku pasti
ada manfaatnya.
Buku adalah kekasih setia yang tidak cemburu apabila
diduakan. Buku-buku bisa mengembangkan kecerdasan,
membina watak, bahkan mengubah dunia, Tetapi tanpa dibaca
buku itu pasti tiada artinya. Buku itu candu bagi yang suka
membacanya, dan buku itu seperti minum obat bila
membacanya di kala tertentu. Aku rela dipenjara bersama buku
karena dengan buku, aku bebas.” -Moh. Hatta.

Wiwit Noerkomariana, Dusun Mangkang RT: 14 RW: 07 Desa


Mojorejo - Kecamatan Ngraho - Kabupaten Bojonegoro.
WA: 085865121997
Email: wiwitnoerkomariana1981@gmail.com
Instagram: wiwitnoerkomariana

248
Hari Buku Bagiku

… Y. Kristiyani S. …

Di setiap bulan April, ada tanggal khusus yang sangat


berarti dan selalu dirayakan oleh para pecinta dunia perbukuan,
pegiat literasi, bahkan tak ketinggalan perpustakaan. Gegap
gempitanya pun saat ini telah merambah ke dunia media sosial
melalui beragam unggahan. Hal tersebut dikarenakan di tanggal
23 April, oleh UNESCO (United Nations Educational, Scientific and
Cultural Organization) ditetapkan sebagai Hari Buku Sedunia dan
Hari Hak Cipta Dunia. Penetapan hari tersebut sudah sejak
tahun 1995, pada saat berlangsungnya Konferensi Umum
UNESCO di Paris, Perancis.
Hari Buku Sedunia dan Hari Hak Cipta ini berarti sudah
dirayakan sebanyak 26 kali hingga sekarang. Perayaan tersebut
selalu diselenggarakan di seluruh dunia untuk mengenalkan
ruang lingkup buku sebagai penghubung masa lalu dan masa
depan, serta menjadi jembatan budaya dan generasi. Di setiap
tahun perayaan, biasanya UNESCO akan memilih salah satu
kota di dunia untuk dijadikan World Book Capital selama satu
tahun. Hal itu dilakukan untuk mempertahankan perayaan
buku dan membaca.
Penetapan World Book Capital ini baru diawali di tahun
2001. Kota-kota yang pernah dinobatkan menjadi World Book
Capital diantaranya Madrid, Alexandria, New Delhi, Bogota,
Beirut, Amsterdam, Sharjah, Athena, Antwerp, Turin, Buenos
Aires, Yerevan, Bangkok, Ljubljana, Port Harcourt, Incheon,

249
Wroclaw, Conakry, dan Kuala Lumpur. Untuk tahun 2021 ini,
Kota Tbilisi, Georgia yang mendapatkan kehormatan,
ditahbiskan menjadi World Book Capital 2021.
Nah, selama tanggal 23 April di setiap tahunnya, akan
banyak sekali event-event untuk merayakannya. Sebab, dengan
peringatan tersebut, diharapkan setiap orang dapat bermimpi,
belajar dan berefleksi. Misi utama dari peringatan Hari Buku
Sedunia adalah mengubah peran membaca, bahwa membaca itu
menyenangkan, relevan, mudah diakses, mengasyikkan, dan
memiliki kekuatan untuk mengubah kehidupan.
Khusus untuk Indonesia, kita memiliki perayaan Hari
Buku Nasional yang dirayakan setiap tanggal 17 Mei. Tanggal
itu dipilih karena merupakan tanggal berdirinya Perpustakaan
Nasional Republik Indonesia. Perayaan Hari Buku Nasional ini
dicetuskan oleh Menteri Pendidikan, Abdul Malik Fajar, dan
mulai diadakan sejak tahun 2002. Jadi, kita merayakan dua hari
buku, dunia dan nasional.
Setiap tanggal 23 April dan 17 Mei bisa dipastikan akan
banyak terselenggara kegiatan yang berkaitan dengan buku,
penulis dan promosi membaca. Perpustakaan sebagai salah satu
lembaga penyedia jasa informasi biasanya merayakannya
dengan mengadakan perpustakaan expo, sesi pembacaan buku,
kuis tentang buku, lomba menulis resensi, story-telling, sesi
membaca nyaring (read A-loud), bedah buku, dan banyak
kegiatan lainnya.
Ajang perayaan Hari Buku ini bisa dimanfaatkan sebagai
sarana promosi bagi perpustakaan dalam upaya meningkatkan
minat baca masyarakat. Perayaan hari buku ini merupakan
momentum yang sangat bagus untuk menyemarakkan dan
membudayakan membaca.

250
Jika menilik dari perjalanan panjang sejarah Hari Buku
Sedunia dan Hari Buku Nasional, tentunya manfaat dan
keberadaan buku dalam kehidupan akan terus kita rasakan,
bahkan sampai nanti, selama peradaban manusia masih ada.
Buku akan tetap dicari dan dinantikan oleh para pemujanya,
termasuk saya .
Walau memang tak bisa dipungkiri, seiring
perkembangan jaman, bentuk buku pun turut berubah. Dari
bongkahan tanah liat menjadi lembaran perkamen, akhirnya ke
lembaran kertas. Bentuk buku selain yang tercetak, sekarang
telah umum ditemui berupa e-book, buku elektronik.
Apakah dengan adanya bentuk buku elektronik ini
menjadikan penurunan minat akan buku tercetak? Sepertinya
tidak. Karena masing-masing bentuk buku telah memiliki
pasarnya sendiri. Ada sebagian orang yang memang mulai
beralih ke buku elektronik karena pertimbangan kepraktisan,
efisien, penghematan (tempat penyimpanan dan harga).
Namun, masih banyak yang tetap setia mencintai buku tercetak.
Saya salah satunya. Koleksi buku saya memang tidak
banyak, tapi setidaknya saya memiliki koleksi dari beberapa
penulis favorit. Mengapa saya lebih memilih mengkoleksi buku
tercetak, mungkin karena masih termasuk orang-orang old-
fashion, yang suka memandang deretan buku koleksi yang tak
seberapa di rak. Selain itu, saya selalu membeli buku asli, bukan
bajakan.
Seperti yang diungkapkan oleh salah satu penulis favorit
saya, Paulo Coelho, “When you buy a book from an author, you’re
buying more than a story. You are buying numerous hours of errors
and re-writes. You are buying moments of frustration and moments of
sheer joy. You are not buying just a book, you are buying something
they delight in sharing, a piece of their heart, a piece of their soul … a
251
small piece of someone’s life.” Membeli buku asli adalah cara saya
merayakan hari buku, karena itulah bentuk penghargaan yang
bisa saya berikan untuk jerih payah penulis dalam setiap
karyanya.
Penulis mendapatkan hak royalti dari karya yang terjual,
dan nilainya sangat kecil. Jika kita membeli buku bajakan,
rasanya seperti merampok mereka. Padahal untuk bisa
menghasilkan karya yang layak terbit, para penulis tersebut
bekerja keras dari mulai menemukan ide untuk tulisan, hingga
mengembangkannya menjadi sebuah karya yang utuh.
Jika naskah/karya sudah selesai, bukan berarti selesai
juga perjuangan para penulis. Mereka masih harus mengirimkan
sinopsis atau karyanya ke beberapa penerbit untuk
mendapatkan penilaian apakah karya mereka layak terbit atau
tidak. Jika ingin diterbitkan oleh penerbit mayor, tentu jalannya
masih panjang dan membutuhkan waktu yang tidak sebentar.
Kalau diterbitkan oleh penerbit indie, memang alur dan
waktunya akan lebih pendek/singkat dari penerbit mayor.
Belum lagi jika karya mereka tidak lolos seleksi
penerbitan atau mendapatkan penolakan. Tentu saja harus
mencari atau mengirimkan karyanya ke penerbit lain. Sungguh
sebuah proses dan perjalanan yang melelahkan. Maka, dengan
tidak membeli buku bajakan, paling tidak kita membantu para
penulis untuk terus berkarya menghasilkan beragam bentuk
tulisan yang menginspirasi. Sebuah bentuk dukungan
sederhana dari seorang penikmat karya dari para penulis-
penulis hebat.
Saya menganggap semua penulis adalah orang-orang
hebat. Dari karya tangan mereka, saya bisa menjelajah,
berfantasi, bahkan berandai-andai menjadi salah satu tokoh
dalam karya mereka. Bahkan tidak jarang juga saat membaca
252
salah satu karya dari para penulis itu, membuat saya
meneteskan airmata, tertawa, dan terkejut dengan akhir kisah
yang tak terduga. Membaca sudah menjadi candu yang
memabukkan, apalagi membaca kisah-kisah dari para penulis
favorit.
Sebenarnya tidak hanya saat peringatan hari buku saja,
tetapi setiap hari saya sangat menghargai keberadaan buku
dalam kehidupan saya. Tulisan yang tertuang dalam karya-
karya penulis selalu membuat saya merasa masih banyak hal
yang belum saya ketahui dan pelajari. Bahkan, saya selalu
menantikan karya-karya baru dari beberapa penulis favorit.
Mengoleksi karya mereka adalah salah satu hobi yang
menyenangkan dan menenangkan. Hari buku menjadi puncak
momentum penghargaan tertinggi saya kepada para penulis.

Y. Kristiyani S. (Kris). Tinggal di Kampung Sayangan No. 45


Kotagede, Yogyakarta dan bekerja di Dinas Perpustakaan dan
Kearsipan Kabupaten Bantul, DIY. Kontak yang bisa dihubungi
di 08112504288 atau via email: y.kristiyani@gmail.com, IG:
kristiyanipurwadi.

253

Anda mungkin juga menyukai