Anda di halaman 1dari 118

BERGERAK atau

TERGANTIKAN
Selamat Datang Para Pengubah

Suatu saat nanti Aku, Kau dan Kita Semua Akan menjadi trendsetter dan pemegang poros
peradaban dunia, InsyaAllah!

Panji Anugerah
Pengantar

Jika ada yang bertanya, “apa saja yang telah kau lakukan dalam hidupmu”? apa
jawaban yang akan kau lontarkan. Apakah engkau akan menyampaikan pencapaian-
pencapaian yang sebenarnya tak perlu diutarakan. Seperti, Selalu mendapatkan juara satu
dibangku sekolah, meraih nilai mata pelajaran yang sempurna atau mendapatkan IPK
tertinggi dibangku kuliah?.

Atau bila kau telah bekerja, kau akan sampaikan gajimu diatas sepuluh juta rupiah per
bulan, sudah punya rumah, sudah punya mobil mewah diusia belia, telah mengelilingi semua
benua dan samudera yang ada di bumi ini. Atau apalagi?

Kawan, yakinlah tak akan berguna hidupmu bila engkau habiskan hanya untuk
mencari kebahagiaan untuk dirimu sendiri. Sungguh kecil dan akan teramat kecil bila hidup
yang diberikan hanya untuk memantaskan diri semata.

Manusia difitrahkan menjadi makhluk sosial, menjadi makhluk yang bergantung


kepada yang lain. tujuannya tak bukan hanya untuk saling tolong menolong, saling
mengingatkan, saling bahu membahu dan puncaknya saling mencintai dan menyayangi satu
dan lainnya.

Bergerak.......

Maka bergeraklah, dengan bergerak engkau dipastikan hidup. Namun hendaknya


bukan sebatas hidup, melainkan bermanfaat. oleh karenanya apa saja yang dimiliki
fungsikanlah dengan benar. Bila memang tak punya harta benda, engkau masih punya harta
yang tak ada bandingannya. Yaitu organ tubuhmu itu, fungsikanlah dengan benar.

Mata harus tajam melihat kebatilan, Hati harus peka merasa, telinga cermat
mendengar, tangan aktif berkarya, dan kaki penggerak perjuangan. Itulah adalah pondasinya
karena perubahan itu harus dimulai dengan mengenal hakikat. Siapa Aku, Siap Kita.

Tergantikan.......

Apakah kita hanya kumpulan orang-orang yang terjebak dalam mimpi? Yang tak
pernah berhenti berimajinasi, menghayal, terbang di alam pikiran. Tiap pagi, tiap hari kita
ulang-ulang dengan kebiasaan yang sama dan selalu berazzam hari esok akan bergerak
namun tak pernah kunjung dimulai.

Tanpa disadari orang-orang di sekeliling, lingkungan disekitar, bumi tempat berpijak


sudah banyak perubahannya. Dilihat lagi cermin, di dalam diri pun sudah banyak perubahan.
mata merabun, rambut memutih, energi memudar. Ternyata aku sudah jauh tertinggal dan
bahkan sudah tergantikan.

Desa nan asri telah tiada, keramah tamahan rakyat desa sudah mengikis, polusi
semakin mengepul, industri para elit telah bercokol dimana-mana. Preman menjadi raja
dijalanan, pasar dipenuhi pedagang zalim, sekolah pun begitu murid menganggap guru
sebagai teman sebaya. Tempat-tempat peribadatan kosong melompong namun tempat wisata
penuh sesak.

Maka dengan buku yang masih jauh dari ideal ini, saya tulis berbekal kegelisahan
sekaligus harapan tentang bangkitnya pemuda dalam membangun Indonesia menuju masa
keemasan dan kejayaan, tentang sebuah keinginan suatu saat nanti Indonesia yang memegang
poros peradaban dunia. Seperti yang diungkapkan Umar Bin Khattab, jika menghadapi
masalah-masalah besar yang akan diajak untuk menuntaskannya adalah pemuda.

Indonesia hari ini telah menghadapi permasalahan yang besar, tak cukup hanya satu
darah yang mengorbankan, tak cukup hanya satu nafas yang memperjuangkan, tak cukup
hanya satu tangan yang berkarya, namun butuh jutaan darah, nafas dan karya. Dan kesemua
itu butuh kontribusi kita semua, butuh peran yang berbeda-beda. Ayolah kawan, bangun dari
tidur panjangmu.

***

Sejuta cinta dan terima kasih yang sebesar-besarnya, seluas-luasnya kepada kedua
orangtua tercinta Ayahku Ermunanto SP dan Ibuku Rosnida Simanjuntak, yang sedari kecil
mengenalkan tentang hakikat hidup. Masih teringat kala itu saya masih kelas dua SD namun
telah dibelikan buku sejarah para Nabi lalu kelas tiga SD saya sudah ditunjukan buku-buku
presiden Amerika Serikat. Sekarang aku sudah mengerti apa maksud kedua buku itu. Sejuta
doa terus aku persembahkan tiap harinya, aku mencintaimu Ayah dan Ibu.
Terima kasih juga pada kedua adik, Dwi Utami dan Tri Puji Ati yang selalu
memaksakan bahwa seorang lelaki haruslah menjadi pelindung, pengayom dan menjadi
ladang inspirasi bagi yang lainnya.

Terima kasih kepada seluruh teman-teman perjuangan SD Muhammadiyah 2


Padangsidimpuan, SDN Desa Telo, MTs Negeri Batangtoru, SMK Muhammadiyah 13
Sibolga, Jurusan KPI IAIN Batusangkar.

Terimakasih kepada Bang Ridho, Kak Rita dan seluruh keluarga Dede Community
dengan kalian aku tumbuh dan berkembang. Pun begitu teman-teman totalitasku Rusdi, Dila
yang telah memberi kesempatan, memberi ruang untukku untuk menjadi pribadi yang
Dewasa nan Idealis aku menyayangi kalian semua Dewasa 17.

Teristimewa bagi rekan-rekank, adik-adik di @Forumkitepeduli yang InsyaAllah akan


terus menyalakan api perjuangan itu. Aris, Zikri yang menjadi generasi pertama dan seluruh
keluarga besar @Forumkitepeduli aku mencintai kalian.

Beribu apresiasi dan rindu untuk sahabat yang telah kuanggap menjadi keluarga
Compeace. Yang telah mengajariku tentang bagaimana kesetiaan dan keikhlasan. Walau telah
berbeda-beda tempat, semoga kalian sukses dengan jalan hidup yang telah kalian pilih.

Dan Terimakasih kepada keluarga besar Yayasan Pendidikan Islam Raudhatul Jannah
yang kini menjadi rumah kedua bagiku. Tempat berjuang, tempat bahagia, tempat bersedih
terimakasih telah memberikan wadah dan ruang bagiku untuk berkarya. Kepada Pak Ultra
selaku ketua Yayasan, Pak Akmal selaku mentor dan menjadi teman berdiskusi, Buk Cici dan
Seluruh keluarga besar Yayasan Pendidikan Islam Raudhatul Jannah.

Sungguh, masih banyak nama-nama yang belum tersebutkan. Yang telah menjadi
tempat belajar dan menempa pengalaman. Beribu cinta untuk kalian semua.

Payakumbuh, September 2019

Dari Saudaramu, Panji Anugerah


CHAPTER 1
HAKIKAT
“Seringkali manusia mudah
mengenali oranglain, menilai
yang lain namun belum
mampu mengenali diri apalagi
menilai. Itulah hakikat
manusia pelupa dan tak tau
diri”
Siapakah Diriku?

Setelah membaca postingan media sosial kalatui, tiba-tiba aku termenung semakin
lama semakin dalam hingga tak terbendung. Seumur-umur baru kali ini aku tak mampu
mengontrol khayal. paska peristiwa itu terbersit pertanyaan, sebuah tanda tanya yang
mengarah kepadaku. Pertanyaannya teramat sederhana namun entah kenapa aku tak mampu
mengurainya. Hingga kini, sampai aku menulis ini jawaban tegas dan lugas itu belum terucap
dari bibir.

Siapakah Diriku? Sepintas pertanyaan ini nyeleneh, namun entah kenapa pertanyaan
yang aku ciptakan sendiri ini tak bisa dijawab dengan pasti oleh diriku sendiri. Bila semakin
gencar mencari, semakin sering mengulangi jawaban yang diingin itu tak bertemu namun
malah menghadirkan kerumitan baru. Sebuah pernyataan sekaligus pertanyaan mencuat,
apakah aku orang bodoh?! Masa iya pertanyaan yang muncul dari diri sendiri tak bisa
dijawab.

Benarkah aku orang lemah?! Masa iya pertanyaan sesederhana itu menjadi beban.

Pertanyaan yang sama itu terus berulang-ulang menghantam sudut-sudut pikiran,


hingga aku tak sanggup melihat cermin apalagi untuk bercermin. Merasa malu dan hina
dengan kepongahan sendiri.

Akhirnya disuatu malam rasa malu, hina, pongah memuncak hingga titik klimaks. Tak
bisa lagi dipendam. Kumuntahkan semua beban yang ada. Sungguh, aku ingin caci maki
diriku sendiri. Ditengah emosional yang sedang membuncah, secara reflek bibir berkata Aku
adalah orang bodoh dan tetap akan menjadi bodoh. Aku adalah orang lemah dan tetap akan
menjadi lemah.

***

Pagi itu kicauan burung saling bersahutan, suaranya begitu lentik sangat memanjakan
telinga. seirama dengan pikiran dan badan yang terasa segar dari biasanya. Mungkin ini efek
dari emosional yang membuncah-buncah tadi malam atau karena telah memuntahkan beban
selama ini. Nalarku seketika bermain, namun tak seperti sebelumnya kini lebih elegant dan
menerima apa adanya.
Tak bisa dihindari, puing-puing beban itu masih ada dalam pikiran meski telah
dimuntahkan. Uniknya, puing-puing itu bukan menjadi luka malah menjadi suka
menjernihkan setiap sudut-sudut pikiran semoga saja menghantarkanku menjadi seorang
yang objektif. harapku

Semua yang kumuntahkan kembali menguap bahkan mengepul perlahan kembali


masuk dalam pikiran yang kosong. Dengan beban yang semakin berat, sigap kutangkal
secepatnya, kubendung serapat-rapatnya. namun tetap saja kemampuanku tak sanggup untuk
menyanggupinya.

Hampir setiap orang yang berpapasan kuhidangkan sebuah pertanyaan, tak ada
jawaban yang membuat aku puas. Sejenak aku berpikir dan berhenti. Bodohnya, aku saja
tidak mampu memahami siapa diriku apalagi orang lain.

***

Bagaimana bisa aku dikatakan pintar, hingga kini saja aku tak mengetahui siapa
diriku. Bahkan belum mengerti apa beda dan persamaan antara aku dan diriku.

Bagaimana bisa aku dikatakan kuat, bila saja masih mengeluh tentang beban yang
kuciptakan sendiri.

Pertanyaan yang sangat mendasar saja belum mampu kujawab, apalagi nanti ada yang
bertanya kenapa kamu dilahirkan di Indonesia? Rasanya tak pantas bila hanya menjawab, itu
adalah kehendak Tuhan. Sungguh tak pantas.......!

Apa yang harus kusampaikan bila nanti ada yang bertanya tentang hidupku?

Bagaimana pula nanti bila aku ternyata bukan bagian dari diriku?

***

Mengurai diri sendiri adalah hal luput dari kacamata setiap manusia. Padahal itulah
yang ia pergunakan sehari-hari. Mulai dari pagi hingga pagi kembali, setiap saat tanpa jeda.
Mulai dari tak tau menjadi ahli tau, mulai dari tak bisa menjadi pakar. Namun selalu
dilupakan bahwa ia ada dari tiada, bahwa ia bisa karena sebelumnya tak bisa, bahwa ia adalah
lemah bahwa ia adalah bodoh. Padahal seringkali ia mengatakan yang demikian kepada orang
lain.
Mata yang diberikan tidak objektif memandang. Akan cepat menyalahkan bila itu dari
oranglain dan akan cepat membenarkan bila itu dari diri sendiri. Begitulah manusia dengan
segala kesempurnaan yang diberikan dengan segala kelebihan yang ada malah dipergunakan
untuk mengurangi atau bahkan merusak kesempurnaan orang lain.
Siapakah Kita?

Aku belum mengetahui siapa diriku, belum lulus juga menjawab kenapa aku
dilahirkan di negara Indonesia. Kepala masih terus pening memikirkannya. Ditengah
kebingungan yang terus melanda aku ingin menghibur diri dengan cara menaikkan jenjang
pertanyaan yang lebih tinggi, yaitu tentang siapa sebenarnya kita?

Lagi, aku membuat orang sekeliling ling-lung. Pening tujuh keliling karena melihat
sifatku yang tak beraturan. Dengan termehek-mehek mereka memustahilkan bahwa aku tak
akan mampu menjawabnya.

Bila dipikir secara logika memang benar apa yang disampaikan mereka! Mana
mungkinlah aku bisa menjawab tentang siapa kita sementara itu tentang diriku sendiri saja
belum mampu memahaminya. Namun sebelum kesana izinkanlah aku untuk berselancar
sebentar di ruang imajinasi. Bila kata pepatah sepandai-pandai tupai melompat pasti akan
jatuh. Namun menurut pandanganku bahwa tupai akan pernah jatuh walau tak sedang
melompat. Secara makna tafsirannya hampir sama, namun secara linguistik atau ilmu bahasa
terdapat perbedaan yang signifikan. Bila kata pepatah itu fokus tentang sebuah kesempurnaan
yang tak pernah dimiliki, maka pandangan pribadiku fokus tentang sebuah kelemahan yang
tak selalu berasa pahit.

Aku tak akan mendalami lebih lanjut tentang kata pepatah itu melainkan menjabarkan
seberapa tentang pendapat pribadi. Tupai akan tiba masanya terjatuh bukan kerena tak bisa
melompat atau sebab bodohnya melainkan karena ingin menikmati siklus yang berbeda. Lihat
sajalah betapa girangnya bila berada dibawah, ekornya begitu genit meliak-liuk, aku bahagia
bukan karena diatas melainkan karena mampu menginjakkan pondasi yang selama ini
sebagai penopangku, begitulah kita-kira yang disampaikan tupai bila kita mampu mendengar
dan mengartikannya.

Sama sekali aku lebih mudah menafsirkan siapa kita daripada siapa aku, karena
disana banyak terletak hal yang mudah diutarakan. Sebuah gelombang kekuatan, kumpulan
pemberontak, himpunan para pecinta. Yang bila dirangkum akan disebut gabungan para
inisiator perubahan. sementara itu bila tentang siapa aku? Banyak hal yang tak layak disebut
bermunculan. Seorang manusia lemah, pecundang, penghianat, penjilat, perusak. Hingga kini
aku tak tau mengapa mesti itu keluar? Apa memang karena benci dengan diri sendiri, atau
karena?...... entahlah
Sangat senang sekali bila Kita menjadi sebuah bahasan, semoga bukan hanya menjadi
pembahasan melainkan menjadi panggilan untuk menamai diri sendiri. Agar lambat laun aku
dan keakuan menjarak beberapa sentimeter dari lingkaran keangkuhan. Kita tak bisa hanya
diartikan melalui teori melainkan melalui sebuah perbuatan dan perbuatan itu hanya bisa
terpantul didalam cermin yang bersih.

Adalah sebuah kesucian...

Sebelum raga bertemu. Kita telah terlahir dan saling bersautan melalui dinding abstak
yang tak bisa digambarkan. Setelah raga bertemu, kita saling bersua dan berjanji bahwa siapa
saja yang melakukan kebaikan adalah Kita namun bila siapa saja yang melakukan keburukan
adalah diri masing-masing.

Langkah Kita tak ada satupun yang mampu membendung. Karena Kita tak ada
kemana-mana namun ada dimana-mana. Terkadang diatas untuk membantu yang di bawah,
terkadang pula dibawah untuk bersyukur kepada yang di atas.

Jalan Kita tak ada yang bisa menghadang. Karena yang Kita lalui dari lorong kecil
menuju trotoar berduri yang gelap. Dari desa senyap menuju kota pengap. Tak sekalipun kita
menikmati jalan yang nyaman sebelum semuanya dipastikan aman.

Tujuan Kita kemerdekaan dan kebahagiaan yang hakiki. Yang belum berTuhan tak
akan kuat memikirkannya. Karenanya Kita akan mati-matian, sekalipun dikatakan
pemberontak, demi cinta dan demi kemenangan sejati.

Kita itu mempunyai roh yang berlapis-lapis terikat dalam senyawa yang sama.
Mempunyai nafas yang panjang, cadangan oksigen yang berlimpah-limpah dikoordinir oleh
semuanya didalam sebuah jantung yang disebut dengan persatuan. Kita terlihat kuat walau
sebenarnya rapuh, terlihat semangat padahal karena disemangatkan, Kita adalah
sekumpulan pemberontak yang membawa cinta demi sebuah kemenangan.

PEMBERONTAK

Sebelum membahas lebih dalam agar membacanya pun lebih terarah, ada baiknya
dipahami dulu makna pemberontak. Menurut KBBI berontak adalah melawan atau tidak mau
menurut perintah. Jika memakai kata pe menjadi pemberontak artinya ialah orang yang
melakukan perlawanan, begitulah defenisi ringkasnya. Pemahaman makna ini sangat perlu
sekali karena persepsi ditengah-tengah masyarakat bahwa pemberontak ialah perbuatan
negatif yang mengarah pada perbuatan vandalisme, pembuat onar, tercela. Bahkan ada yang
menyama artikan dengan penjahat. Tafsiran-tafsiran keliru ini terus berkeliaran tanpa ada
yang memagarinya.

Seringkali karena penafsiran yang keliru menumbuhkan benih sinisme antara satu
dengan lainnya. Terlebih kultur Indonesia banyak diadopsi dari timur, seperti sopan santun
dan etika. Hingga terkadang salah kaprah memahaminya, keluarlah istilah biarlah jahat asal
sopan, sedihnya hal ini sangat kental dimasyarakat. Jadi jika ada yang memperjuangkan
kebenaran dengan cara yang keras telah dianggap bak durjana. Yang santun dan pandai
bermanis-manis muka akan dipuja, persis seperti para koruptor bila di depan masyarakat
mengatakan ia memperjuangkan rakyat padahal di belakangnya ia memeras keringat rakyat.

Keras bukan berarti kasar lembut bisa jadi kasar, tak selalu sopan santun menjadi
yang terdepan dalam hubungan sesama manusia tak bisa semuanya dipukul rata. Misal,
membentur-benturkan keyakinan seseorang demi kemanusiaan atau kebudayaan. Padahal ini
dua hal yang berbeda. Bila keyakinan adalah ranah private kemanusiaan adalah ranah publik.
Namun seringkali kealpaan ini menjadi bias dan akhirnya tak terkontrol. Maka bertebaranlah
riak-riak yang mengatasnamakan toleransi dan berhimpunlah mereka yang ingin meratakan
semuanya, padahal soal keyakinan tak bisa diintervensi. Maka orang yang tak setuju, akan
dicap sebagai pemberontak.

Sebenarnya pemberontakan itu terjadi karena jeritan-jeritan hati dan kegelisahan yang
tak bisa ditahan lagi. Maka keluarlah dengan sendirinya dengan ekspresi penuh cinta dan
keyakinan. Adalah Kita sekumpulan pemberontak yang ingin lepas dari belenggu penjajahan.
Sekumpulan anak manusia yang akan bergerak membebaskan masyarakatnya dari penjajahan
moral, penjajahan sosial, penjajahan ekonomi.

Prinsip Kita sudah final yaitu memperjuangkan kebenaran. Maka tak ada seorang pun
yang mampu mendikte. Kita akan lantang mengatakan bahwa putih itu adalah putih dan
hitam itu adalah hitam, tak bisa hitam menjadi putih atau sebaliknya. Bila penyimpangan
terjadi maka perlawanan segera dimulai!

Karenanya bila nanti derap langkah terdengar, suara mengepal, ocehan bergema itu
tandanya ada yang tidak beres, dan itu adalah sebuah seruan maka bersiaplah, karena
semboyan kita tetap bergerak atau tergantikan.
PECINTA

Akan banyak orang yang tak percaya bila Kita adalah himpunan para pecinta. Karena
menurut mereka cinta itu hanya berbicara tentang manis dan rasa, yang berpuisikan tentang
senja. harus menyetujui semua hal apa yang diinginkan kekasihnya walau itu tidak baik atau
bahkan membahayakan, persis seperti cintanya anak kecil. Amati sajalah anak kecil, bila ia
kepengen ice cream maka kehendaknya harus diwujudkan. namun bila tidak, ia akan
meronta-ronta dan menyebut ibunya itu jahat, tak cinta kepadanya padahal tanpa dia sadari
bahwa ibunya tak mengizinkan adalah bentuk cinta padanya, lalu tetangga bertanya kenapa
kamu menangis nak? Ibuku jahat..., hingga pesan itu tersebar keseluruh komplek rumahnya.

Mencintai itu tak selamanya harus mengikuti apa hendak kekasih, melainkan
selamanya saling menjaga dan memperjuangkan, saling mengingatkan dan menguatkan.

Dunia ini begitu jauh berkembang teknologinya, namun anjlok cinta dan
peradabannya. Barangkali sudah banyak terdengar di zaman ini yang salah menafsirkan
hakikat cinta. Seharusnya bila salah harus dingatkan, dinasehati terus dan terus sampai ada
perubahan. namun zaman ini menyaksikan bila salah tak ada diingatkan, dan itu berlaku
disemua kalangan dari anak-anak, pemuda, orangtua, hingga sampai ke puncaknya yaitu
penguasa. Maka perhatikanlah anak-anak telah mendekati degradasi moral, pemuda terjebak
dengan trendy dan hedonisme, orangtua salah mendidik, penguasa lupa menjadi manusia.
Semua kesalahan ditonton bersama, karena bila ada yang menasehati malah dibilang
pemberontak atau penebar kebencian.

Cinta itu netral, bisa untuk ke kanan juga ke kiri. Karenanya cinta itu harus dikontrol,
dibatasi dengan cara-cara yang telah ditetapkan sang Maha cinta. Jangan karena ingin
bahagia saat ini menyesal selamanya. Biarlah bila saat ini menghadapi jalan berduri namun
setelahnya ada ruang indah daripada menikmati jalan tol hari ini namun setelahnya jurang
dalam telah menanti.

Kita telah berjanji akan menapaki jalan-jalan rumit itu bersama, seperti janji kita
semenjak dialam rahim demi cinta abadi dan kemenangan yang sejati.

PEMENANG

Pada saat proses pembuahan, sekitar empat puluh juta hingga satu koma tiga miliar
sperma bersaing untuk menjadi yang terbaik dan terdepan menuju sel telur. Melalui proses
yang cukup panjang dan penuh tantangan maka akan terpilihlah satu yang paling terbaik
diantara yang terbaik untuk masuk ke dalam sel telur, lalu berkembanglah menjadi janin dan
berkembang lagi hingga pada akhirnya terlahir seorang manusia terbaik yang diciptakan, dan
itulah kita.

Kita terlahir sebagai pemenang.

Jutaan bahkan miliaran calon manusia telah kita singkirkan. Kita mampu melewati
hal-hal yang sulit seperti bertahan hidup di lingkungan asam vagina yang konon kabarnya
adalah daerah yang paling sulit untuk dilewati lalu kita pun mampu berenang hingga
menembus lendir serviks dengan gagahnya.

Kita terlahir sebagai pemenang

Sedihnya semangat juang yang ada kala itu, kini tak terlihat lagi. Semuanya telah
buyar dengan syahdunya godaan dunia, padahal kala dikeluarkan dari rahim, kita menangis
sejadi-jadinya, menyesal sedalam-dalamnya telah berjuang mati-matian untuk sesuatu yang
ternyata hadiahnya hanya suatu terminal.

Beranjak dewasa, kita sadar bahwa terminal itu bukanlah hadiah melainkan
persinggahan. Tempat hela nafas sebentar, tempat mengumpulkan bekal maka sebenarnya
sikap kita adalah harus berpandai-pandai memanfaatkan waktu istirahat.

Kita terlahir sebagai pemenang

Karena itulah, kita ingin sebutan pemenang yang dikalungkan untuk sementara ini
mampu dipertahankan dikejuaraan yang sesungguhnya.
Percaya Dengan Dirimu

Tak ada makhluk yang diciptakan dengan sia-sia dan tak ada makhluk yang diciptakan
dengan sempurna

Kalimat diatas sudah bisa menjawab permasalahan jika masih saja bergelut dengan
kekurang percayaan pada diri. Setiap makhluk diciptakan dengan peran yang berbeda beda.
Singa saja yang telah diembelkan sebagai raja hutan. Kalau urusan manjat memanjat masih
saja manusia memakai jasa beruk.

Setiap kita mempunyai potensi. Ada yang telah memunculkannya, ada yang sedang
mengasahnya, ada yang terpendam serta ada yang belum menemukannya. Dan itulah
istimewanya, Allah mengarahkan agar belajar dan berjuang. Bagaimanapun kondisimu saat
ini. Lemah fisik, lemah mental, lemah intelektual semuanya adalah metode Allah agar kamu
menjadi seorang yang kuat.

Kerisauan yang memunculkan sifat bahwa saya itu adalah manusia yang lemah secara
etika kemanusiaan sudah tepat. Apalagi saat berkomunikasi secara vertikal. Antara manusia
dengan Tuhannya. Disisi Horizontal pun dituntut seperti itu agar karakter keakuan tak
terpupuk. Namun sifat ini punya batasan, adagiumnya Rendah hati boleh tapi rendah diri
jangan.

Konsep rendah hati dan rendah diri jika ditelaah lebih jauh banyak sekali kemiripan.
Konsep rendah hati berorientasi kepada asbabun nuzul (Sebab-sebab) yang kesemuanya
bersumber dari Allah dibarengi dengan kegigihan untuk berbuat. Sementara orientasi rendah
diri begitu juga namun tak dibarengi dengan kegigihan untuk berbuat dan berubah, malah
menghadirkan minder dan rasa mudah putus asa.

Rendah hati adalah cerminan rasa syukur. dengan segala keterbatasan yang diberikan
Allah baik secara Fisik, Moril dan Materil namun tetap bisa bahkan melakukan sesuatu yang
jauh dari luar kemampuan tanpa menghadirkan karakter keakuan. Sedangkan Rendah Diri
menerima apa yang telah diberikan namun fasilitas yang diberikan Allah tidak dipergunakan
secara maksimal. Dan itu sangat bertentangan dengan perintah Allah (Q.S Ar-Rad:11) "Allah
tidak akan merubah nasib suatu kaum sebelum kaum itu yang merubahnya"
Untuk membangun kepercayaan dalam diri, seseorang harus mempunyai self esteem
yang tinggi. Sejauh mana diri mampu menghadirkan perasaan yang positif bagi tubuh.
Karena kepercayaan diri tak terlepas dari keyakinan.

Keyakinan untuk mempercayai bahwa diri mempunyai kelebihan dari orang lain
membutuhkan proses yang cukup panjang. Perlu banyak cermin yang dipergunakan untuk
melihat, merenungi, menterjemahkan diri mulai dari ujung kaki hingga ujung rambut. Mulai
dari hal yang terkecil hingga yang terbesar.

Mencoba sesuatu adalah awal untuk melangkah menuju cerminan berikutnya. Jika
salah coba lagi, jika keliru tepatkan lagi, hingga kesalahan itu lelah untuk mengikutimu. Di
dalam kesalahan, di ruang kegagalan, di rumah kekeliruan proses akan menghantarkanmu ke
sebuah teka teki yang sebenarnya akan membingungkan namun akan memberimu sebuah
petunjuk.

Penyebab seseorang tak percaya diri bisa jadi karena Ia belum menemukan siapa
dirinya. Kejadian seperti ini telah menjadi masalah bagi kebanyakan orang. Tuntutan
keluarga dan lingkungan menjadi faktornya. Yang memaksa untuk menjadi sesuatu, padahal
kita sendiri belum mampu bahkan tidak bisa seperti yang mereka kehendaki.

Harus dipahami bahwa aktor utama dari hidup kita ialah diri sendiri. Keluarga, teman
atau siapapun dia hanya sebagai stimulator. Kita berhak untuk memilih peran apa yang akan
dijalani, pastinya harus sesuai dengan kemampuan dan kapabilitas.

Jika masih ada orang yang meratapi hidupnya, tak mau berubah dan berbuat, masih
berselimutkan dengan tutur bahwa saya ini adalah orang yang lemah. Berarti beliau belum
menemukan siapa dirinya sebenarnya. Belum menterjemahkan dirinya dari satu organ ke
organ lain.

Diri manusia itu begitu besar dan lengkap, Mengalahkan besarnya bumi dan ruang
waktu. Tangan bisa menjadi Senjata untuk melakukan apapun, Kaki bisa melangkah
kemanapun, otak bisa memikirkan dunia dan seisinya. Keperkasaan manusia itu disampaikan
Nabi Muhammad melalui sabdanya Perang yang paling besar adalah perang melawan diri
sendiri.
Kelengkapan organ yang dimiliki sudah menjadi kecemasan tersendiri. Dan itu telah
terbukti. Manusia belum mampu menggunakan fasilitas yang diberikan bahkan belum
mampu untuk mengenalnya lebih dalam.

Semua manusia telah membawa dirinya dari hari ke hari. Telah mengenalkannya
kepada banyak orang, namun tanpa Ia sadari bahwa dia sendiri pun belum mengenalkan
dirinya kepada dirinya sendiri. Makanya manusia lebih cepat menilai orang lain daripada diri
sendiri. Karena proses untuk mengenal dari luar itu lebih mudah daripada dari dalam.

Proses pengenalan kepada diri sendiri harus mesti dilakukan. Mulai dari aktivitas
sehari-hari. Seorang yang ingin berubah dan membentuk kepercayaan diri yang baru
mestinya ada evaluasi diri setiap harinya. Perlu ada waktu khusus untuk merenungi diri.
Gambarkan dirimu dalam sketsa khayalan. Jika saya melakukan A apa yang terjadi, Jika B,
Saat C begitu seterusnya. Nikmati prosesnya, jalani dengan keikhlasan. Alangkah baiknya
lupakan tujuanmu kenapa melakukan seperti ini. Sampai engkau lupa bahwa engkau hari ini
adalah diri yang engkau cita-citakan di masa lampau.

Banyak orang yang ingin merubah dunia namun tak sedikit orang lupa untuk merubah
diri sendiri. Kepercayaan diri menjadi senjata dasar bagi seorang pengubah. Karena di arena
juang. Bukan hanya tenaga, pikiran namun hati yang kuat menentukan seberapa mampu diri
untuk bertahan dan mengambil bagian dari sebuah perubahan.

Peperangan yang rumit adalah melawan diri sendiri. Proses perkenalan yang panjang
Ialah memahami diri. Jika seorang mampu menaklukan dirinya berarti tinggal menunggu
waktu saja Ia akan menaklukkan dunia.
REFLEKSI PEMUDA

Tak ada satupun perubahan besar tercipta tanpa peran pemuda, sejarah adalah goresan
pemuda dan peradaban ialah karya pemuda

Telah seharusnya pemuda menjadi agen perubahan bukan menjadi biang perpecahan
apalagi sumber kerusakan. Pemuda diberikan semangat yang lebih, kekuatan yang perkasa,
asa yang membara dari golongan usia lain supaya pemuda tersebut mampu menjadi
trendsetter di semesta.

Sejarah telah mencatat adidaya pemuda, sebut saja Umar bin Abdul Azis hanya dalam
kurun waktu 29 bulan ia mampu menyulap suatu negri yang terpuruk menjadi negri yang
sangat sejahtera dimasanya, sangkin sejahteranya hingga susah menemukan pengemis atau
masyarakat kurang mampu. bahkan lembaga amil zakat sekalipun tutup karenanya, tak ada
tempat yang layak untuk dikasihi hewan dan tumbuhan juga ikut berkembang dengan baik
dan begitu subur.

Belum lagi kisah sang maestro Muhammad Al-Fatih yang berusia 21 tahun telah
menjadi pemimpin dan mampu membumihanguskan kerajaan romawi yang telah berkuasa
ribuan tahun. Tak ada satu pasukan pun di seantero bumi ini yang mampu menaklukan
pemerintahan Al-Fatih. Renungilah, bayangkanlah suatu tembok yang begitu kokoh, pasukan
yang luar biasa, peradaban yang begitu massif mampu diluluh lantakan dengan sempurna
oleh anak muda yang masih berusia 21 tahun.

Kesatria peradaban ialah pemuda, dan pemuda adalah kesatria. Sudah saatnya selaku
pemuda mampu berbuat banyak bahkan sebagai kreator karya dari sebuah perubahan. Merasa
merugilah jika masa mudamu hanya diisi dengan waktu yang kurang bermanfaat apalagi
merugikan dirimu sendiri dan masa depanmu. Itulah sebabnya esok hari, masa muda akan
ditanyakan dan dipertanggungjawabkan secara khusus.

Karena dibelahan dunia manapun, pemuda adalah ujung tombak suatu pergerakan dan
perubahan. Pemuda telah dikodratkan menjadi tulung punggung, yang mampu menjadi
sandaran, tempat berteduh bahkan tempat berlindung. Layaknya seperti tulang punggung ia
akan rapuh dan renta. Apakah engkau ikhlas hari mudamu terlewat begitu saja? Hidup itu
cuman satu kali kawan, berbuat dan bergunalah selama engkau hidup.
Ada lagi kisah pemuda yang begitu Inspiratif, Mus’ab bin Umair namanya. ialah
pemuda yang paling tampan, yang paling rapi, yang paling harum di kota Mekkah. Bahan
bajunya terbuat dari kain yang begitu mahal, sandalnya adalah sandal Al-Hadrami. Namun
kemewahan itu ia tinggalkan demi suatu peradaban dan perubahan dunia. Ia rela
meninggalkan semua pernak-pernik dunia demi Agama Islam. Mus’ab keluar dari zona
nyaman dan mengambil jalan yang begitu berliku karna ia tau bahwa Hidup itu adalah
perjuangan yang harus dituntaskan.

Saya dan kita semua pasti terenyuh melihat komitmen dan tanggungjawab Mus’ab
kepada sesuatu yang ia yakini. Ia rela terpotong dua tangannya dan terbelah dadanya untuk
tetap setia dengan pendiriannya. Bendera Islam yang ia pertahankan membawa ia kesuatu
tempat mulia yang mana itu tujuan manusia yang sesungguhnya.

Dan ketika ia telah wafat tak sehelai kain pun untuk kafan yang menutupi jasadnya
kecuali sehelai burdah. Andainya ditaruh diatas kepalanya, terbukalah kedua kakinya.
Sebaliknya, bila ditutupkan ke kakinya terbukalah kepalanya, sehingga rasulullah bersabda
“Tutupkanlah kebagian kepalanya, dan kakinya tutupilah dengan rumput idkhir”.

Telah begitu banyak catatan sejarah, perjuangan yang menyakitkan, gelombang badai
yang begitu besar yang telah ditaklukan pendahulu-pendahulu. Mereka terlahir normal namun
mereka meninggal begitu terhormat, nah kalau kita? Apa yang membedakan mereka dan
kita? Bukankah mereka melalui tahap, merangkak, dipapah, berjalan baru berlari. Sama
seperti kita bukan? Namun kenapa mereka mampu melesat begitu jauh hingga ruang dan
waktu tak mampu menghadang.

Ya mungkin karena mereka mengetahui, hidup itu hanyalah persinggahan dan hanya
diizinkan singgah satu kali. Kita juga tau itu? Namun kenapa kita tidak mau bergerak dan
tercacat abadi di goresan semesta? Siapa yang salah? aku, engkau atau diri kita? Keluarkan
jiwa hedonis yang menghalangimu untuk berjuang, singkirkan keangkuhan yang selalu lupa
siapa diri ini, musnahkan semua api malas yang menindas sanubarimu. Bergeraklah wahai
pemuda, ambil bagian apa saja yang rasanya mampu membuat kamu sebagai aktornya.

Tak apalah walau itu hanya membersihkan sebutir debu karena itu lebih mulia
daripada tidak sama sekali. Janganlah mengutuk kegelapan sekali-kali nyalakan lilin walau
itu hanya bisa sebagai penerang jalanmu. Tapakilah, kamu adalah seorang pemuda yang telah
diberikan kemampuan menerobos ruang waktu.
Tak bisa terelakkan pemuda adalah trendsetter dunia. Agen perubahan yang ada
ditangannya, moral force yang ada didirinya. Rasanya sudah semestinya menjadi penyejuk
dimasyarakat. Menjadi pembeda, pembela, pencela kezaliman. Selagi muda, kini waktu yang
tepat bagimu untuk bisa menyuarakan kebenaran hingga larut malam, berjuang secara frontal
tanpa intervensi, hanya pada saat muda pikiranmu tak bisa dihalangi siapapun karena pemuda
adalah manusia yang merdeka lahir dan bathin.

Apalagi yang kau risaukan? Bukankah belum cukup kisah inspiratif yang diatas? Atau
kamu mengatakan itu telah usang? Berhentilah menjadi penonton atau pengagum karya
jadilah pemuda yang berkarya. Tak usah lihat siapa dirimu, darimana latar belakangmu
konsepsi hari ini apa yang akan kamu kerjakan, bukan siapa yang mengerjakan. Tunggu
apalagi? Jangan pernah menunggu waktu yang tepat, setiap waktu pasti tepat tergantung
kamu apakah ingin mengisi atau membiarkan waktu berputar sendirian.

Sudah selayaknya hidupmu menjadi tumpuan oranglain. rasanya kamu belum


menyadari. coba keluar dari rumah, berjalan sendirian. Aktifkan indra yang Tuhan titipkan
kepadamu. Lihat, dengar, rasa. Berapa suara yang mengeluh, berapa hati yang terzalimi,
berapa air mata yang tertumpah? Pulanglah. Dan lakukan sesuatu.

Saat merintis akan ada saja halangan dan rintangan, awal melangkah jangan pikirkan
tentang ketidakberdayaanmu, tapi ingatlah bahwa engkau adalah sebaik-baiknya manusia,
gen terbaik yang pernah ada. Yakinlah, pahlawan itu awalnya adalah orang yang mempunyai
berbagai macam keterbatasan. Kamu tau Indonesia bukan? negara subur yang tongkat bisa
jadi tanaman? Negri yang dari rahimnya engkau terlahir, di sini aku tidak akan menceritakan
seberapa kaya alam negri, karna itu akan mempermalas dan membuat mentalmu seperti kuli.

Aku hanya sekedar menyampaikan, bahwa sebelum engkau lahir. Ada banyak anak
muda superior yang rela mengorbankan jiwa raganya hanya untuk melihat aku dan engkau
hidup dengan tentram. Anak muda yang telah mengguncangkan dunia yang buat ibu pertiwi
senyum dengan manis. Tak bisa kubayangkan jika anak muda dahulu bersifat apatis mungkin
saja kemerdekaan itu belum diraih.

Kini, kemerdekaan itu telah diraih. Tugas pemuda sekarang mewujudkannya. Mengisi
kemerdekaan lembar demi lembar. Seperti kata pendahulu, kemerdekaan itu simbol kosong,
nama kosong, jika tak diisi dengan cita-cita kemerdekaan akan tetap menjadi kosong. orang
yang paling strategis mengisi kekosongan itu ialah anak muda.
Sebegitu Fundamentalnya seorang pemuda untuk bangsanya, sampai-sampai ada
pepatah yang mengatakan jika ingin melihat majunya suatu bangsa maka lihatlah apa yang
dikerjakan pemuda. Kini aku, kamu dan kita semua para pemuda harus sadar dan menyadari
bahwa kemerdekaan ada ditangan kita, mari bergerak ini bukan tentang siapa yang akan
menjadi pemenang tapi ini semua kita pertaruhkan demi agama, bangsa dan masa depan anak
cucu.
Idealisme

“Karir bisa jadi naik turun, keuangan mungkin bisa tak stabil namun Idealisme harus tetap
kokoh, dan mempertahankannya adalah harga mati”

Idealisme seperti Iman yang melahirkan prinsip serta keyakinan yang kokoh. Untuk
itu perlu dijaga, dirawat serta ditumbuh kembangkan. Jika didada anak muda tak bersemayam
Idealisme maka hancurlah.

Ketika anak muda tak mempunyai idealisme. Ia akan selalu memandang dunia ini dari
lubang keuntungan pribadi bukan keuntungan bersama. Dari lubang kesenangan bukan dari
kebermanfaatan. Oleh itu Ia tak akan mempunyai cita-cita besar, pemikiran yang kritis,
kemerdekaan berpikir. Betapa meruginya jika Idealisme tak dimiliki anak muda ibarat mobil
yang tak punya bahan bakar. Ia ada namun tak dapat berperan menghantarkan pemiliknya
ketempat tujuan.

Terlepas itu semua, Hampir semua mengatakan bahwa Idealisme telah mempunyai
tempatnya masing-masing pada pribadi setiap orang. Namun ada yang tipis, tebal, menipis,
menebal bahkan hilang. Semuanya itu tergantung pada pribadi sendiri.

Contoh saja benih mangga yang diberikan Ayah kepada tiga anaknya akan
menghasilkan output yang beragam walau benih yang diberikan sejenis. ada yang lima tahun
berbuah, ada yang tujuh tahun atau ada yang hanya tiga tahun sudah gugur. Tergantung cara
merawat, memupuk, serta menumbuh kembangkan. Begitulah Idealisme walau telah dimiliki
namun tetap saja harus dirawat supaya subur, harus dipupuk agar tak layu, harus
dikembangkan biar tak gugur.

Idealisme sangat berpengaruh dengan sikap, perilaku, ide ataupun cara berpikir
seseorang. peribahasa apa yang engkau tanam itulah yang akan engkau petik agaknya sangat
cocok dengan pembicaraan kali ini. Jika hari ini yang engkau lakukan adalah melawan
kezaliman mungkin esok engkau akan menjadi Icon pembela kebenaran. Jika hari ini yang
engkau kerjakan adalah sibuk mengerjakan kepentingan pribadimu dapat dipastikan engkau
akan masuk dalam lingkaran manusia-manusia yang apatis. Atau hari ini engkau habiskan
untuk bersenang-senang, boros-borosan bisa dipastikan engkau tak akan jauh dari kumpulan
manusia-manusia yang hedonis.
Semua manusia mempunyai Idealisme namun tak semua manusia mampu
mempertahankannya. Coba diperhatikan secara seksama kalimat diparagraf sebelumnya,
seorang yang melawan kezaliman hari ini mungkin esok menjadi icon pembela kebenaran.
Kenapa saya menuliskan mungkin, kenapa tidak mengatakan bisa dipastikan atau dapat
dipastikan seperti kalimat sesudahnya. Karena konsisten untuk terus menerus
memperjuangkan kebenaran adalah ujian yang berat bagi orang-orang yang ingin
mempertahankan idealismenya. Akan sangat Beda dengan yang hari ini berjuang untuk
hidupnya pribadi dimasa mendatang walau sikapnya tak apatis namun tabiat ego, ingin
menang sendiri akan terlihat apalagi disaat hal hal genting.

Manusia yang memiliki Idealisme kokoh biasanya selalu membawa cita cita besar, Ide
Ide mahal dan karya karya hebat yang tak bisa dinilai dengan apapun kecuali pengabdian dan
pengorbanan. Sejarah dunia telah menggoreskan bahwa perubahan diawali dengan cita cita
yang besar, perjuangan perjuangan yang dahsyat. Dan kesemuanya tanpa pamrih.

Tak bisa terbayangkan jika para Nabi, para leluhur hanya memikirkan dirinya sendiri
atau paling tidak keluarganya. Mereka akan kaya dan bahagia dunia. Tak perlu berdarah-
darah, panas-panasan, dilibas pertempuran bahkan dihanyutkan perjuangan, merangkak,
tertatih, dan lumpuh di medan perang. Namun mereka memilih jalan itu hanya semata untuk
merubah kegelapan menjadi cahaya, mewariskan kebaikan kepada generasi selanjutnya.
Karena mereka mempunyai cita cita yang besar, untuk menyelamatkan ummat manusia ke
Jalan-Nya.

Atau coba bayangkan kalau Founding Father bangsa ini hanya memikirkan masa
depannya sendiri. Mungkin mereka akan kaya raya. Menjadi penjilat dan mendukung seluruh
kebijakan penjajah. Namun mereka tak mau, mereka tak sanggup tidur nyenyak, makan
dengan teratur jika saudara sebangsanya masih ditindas dan dieksploitasi. Bahkan mereka
memilih diasingkan dipenjara, disiksa dan ada yang dibunuh. Itu semata hanya untuk
memperjuangkan cita cita besar bangsanya.

Sudah selayaknya Idealisme tertanam kokoh di jiwa para pengubah, supaya musuh
dalam selimut, menggunting dalam lipatan tidak ada lagi. Agar hal miris seperti saling sikut
atas nama memperjuangkan kebenaran punah dan lahirlah pejuang-pejuang yang kerja Ikhlas,
tuntas dan totalitas.
Idealisme harus dirawat dengan cara yang baik pula hati-hati. Berteman dengan
manusia bermuka dua, penjilat, pembohong sebisa mungkin dihindari. Pun manusia-manusia
yang selalu berorientasi materi. Berhati-hatilah memilih tempat bergaul, mencari tempat
pertemanan. Putih belum tentu suci, Hitam belum tentu noda. sudah banyak orang baik
tersesat dijalan yang baik dan orang jahat sudah banyak yang tiba-tiba tersesat di jalan yang
baik.

Mempertahankan idealisme tak cukup hanya dirawat mesti dipupuk jua. Idealisme itu
jangan sampai lapar harus diberi makan. Dengan sesering mungkin melakukan aktivitas yang
bermanfaat untuk banyak orang. Melakukan aktivitas sosial maupun hal-hal pengabdian yang
berkelanjutan. Semakin banyak diberi pupuk maka semakin subur idealisme.

Ketika Idealisme dalam diri telah subur maka sudah sepantasnya untuk ditumbuh
kembangkan. Seperti kata petani jika menemukan buah yang berbobot di pohon, maka
tumbuh kembangkanlah dengan cara menanamnya kembali. Semua butuh perluasan,
peningkatan jumlah. Regenerasi adalah bagian penting dari sebuah proses menuju kejayaan.
Mati satu tumbuh seribu. Banyak peristiwa yang tenggelam dimasa keemasan karena krisis
kaderisasi dan persatuan.

Oleh itu menumbuh kembangkan atau bahasa sederhananya melahirkan dan membina
oranglain adalah wajib agar mempunyai prinsip dan keteguhan kokoh. Supaya Idealisme
yang dibangun tetap utuh walaupun nanti jasad telah gugur namun ide dan cita-cita tak akan
gugur karena akan ada yang meneruskan.

Seorang Pengubah bukan hanya bicara merawat dan mengembangkan diri namun juga
memunculkan dan membimbing oranglain. Untuk itu apa saja kebaikan yang ditanam dalam
diri mesti disebarkan kepada oranglain. Merugilah Jika ilmu yang didapat, pengalaman yang
dijalani, perjuangan yang dilakukan berhenti pada diri sendiri. Kebaikan mesti disebarkan
jika tidak, hal sebaik mana pun akan kalah dengan kejahatan yang terstruktur.

Sudah saatnya orang-orang yang mempunyai Idealisme membentuk semacam


jaringan kebaikan, agar cita cita yang direncanakan dapat terhimpun secara terstruktur. Saat
ini jangan pikirkan apa yang telah dilakukan namun pikirkanlah apa yang akan dilakukan.
Jika mengingat masa lalu buat malu dan tangis maka usahakanlah kala mengingat masa
depan buat bangga dan tawa.
Sebagai pengingat, Idealisme dimiliki semua orang tapi tidak semua orang mampu
mempertahankannya. Idealisme suatu cita cita besar yang melampaui usia manusia. Para
pengubah harus memiliki Idealisme karena yang dipikirkan bukan 1 atau 2 tahun melainkan
50 hingga 100 tahun kedepan. Olehnya jika mau menjadi inisiator maka kesampingkanlah
kepentingan untuk meraup keuntungan pribadi. Para pengubah harus memiliki Idealisme
karena yang dipikirkan bukan hanya menangnya saja namun berapa kali mampu bangkit
seusai terpuruk. Para pengubah harus memiliki idealisme karena yang dipikirkan bukan
hasilnya saja namun seberapa lama bertahan jika proses tak menuai hasil.

Hembusan angin akan semakin kencang maka kuatkanlah pijakanmu, eratkanlah


ikatanmu, kencangkanlah peganganmu. Sudah banyak yang mati berkali-kali, terbang kesana
kemari hanya karena tak punya prinsip. Kembalilah pada fitrah awal, mau kemana engkau
menuju?
Pakaian

Apa yang engkau pakai itulah yang engkau tunjukan, engkau perlihatkan engkau
jalankan, hati-hatilah berpakaian

Seketika terheran, saat ditunjuk menjadi Imam Sholat. Tak maksud hati menolak
tugas yang mulia ini, namun heran saja. Dipandangi kiri kanan ternyata masih banyak yang
lebih pantas. Setelahnya kupandangi diri serta pakaian ternyata saya lebih oke ketimbang
mereka.

Di waktu yang berbeda, Saya ditugaskan meliput suatu event di arena kolam renang
dengan pakaian hampir persis dengan para atlet. Dipinggir venue, suporter yang lalu lalang
melamparkan senyum dan sesekali menyapa dengan panggilan coach. Waduuh ada apa ini,
celetuk dalam hati.

***

Ternyata pakaian bukan hanya sebagai penutup aurat namun bisa menjadi penutup aib
bahkan mujarab untuk menipu oranglain. Itu tak terlepas dari sifat manusia yang simbolisme.
Tak terpungkiri bahwa daya imajinasi manusia akan cepat terangsang jika melihat sesuatu
yang konkrit.

Kepekaan manusia terhadap simbol itu seperti magnet. Rangsangan otak dengan cepat
akan menangkap sinyal dan mendeskripsikannya bahkan menginterpretasikannya secara
langsung. Tentu ini tidak adil karena sudah pasti bersifat subjektif. Dan memang begitulah
manusia. Jika tanpa landasan, sangat sulit sekali bagi untuk mampu memutuskan sesuatu
dengan baik dan adil.

Pakaian adalah pantulan diri. Apa yang engkau tunjukan itulah yang engkau inginkan
atau setidaknya itulah yang akan engkau lakukan. Misal, Jika Melihat seseorang berbaju
olahraga, bersepatu olahraga sudah terbayang didalam diri bahwa seseorang itu akan
berolahraga. Diri tak akan mengarahkan pikiran bahwa seseorang itu mau berangkat ke
masjid.

Pun begitu jika melihat wanita berpakaian seksi keluar tengah malam, sebagai
makhluk yang simbolisme akan menjustifikasi bahwa itu bukan wanita baik-baik.
Ringkasnya bahwa pakaian menjadi nilai diri, karakteristik, budaya, kebiasaan seseorang.
Terlepas bersih, kotor, suci, bernoda isi hati si pemakai itu adalah sebuah Input yang tak bisa
dinilai karena hati menjadi lingkup pertanggungjawaban individu. Lalu ada yang memberikan
pernyataan sekaligus pertanyaan, hidup kita bukan untuk manusia, lalu kenapa harus
berpakaian dengan mencari simpati manusia?

Tujuan hidup memang bukan untuk manusia, namun dalam hidup dan kehidupan ada
Social Norm yang telah disepakati oleh para pendahulu. Dalam kemasyarakatan perlu adanya
legitimasi dari manusia itu sendiri. Misalnya, Jika melamar disebuah perusahaan pakaian
yang dipakai bak preman pasar yang sedang mabuk seorang interviewer tak akan tertarik
untuk menginterviewnya. Karena ia berasumsi seseorang tersebut tak mempunyai manajemen
yang baik, walaupun kenyataannya engkau seorang Pakar Manajemen.

Pakaian telah menjadi alat pertama seseorang untuk menilai orang lain. Dalam
berkelompok, bermasyarakat, bernegara bahkan beragama bahwa pakaian itu menjadi salah
satu simbol ketaatan. Sebagai cermin jati diri seseorang.

***

Apa yang kita pakai itulah yang akan kita tunjukan, kita pertontonkan dihadapan
banyak orang. Jika yang diperlihatkan adalah keburukan seterusnya engkau akan dicap
sebagai seseorang yang tak pantas. Namun jika yang diperlihatkan kebaikan selanjutnya
engkau akan dicap sebagai orang yang ingin memantaskan.

Pakaian bukan hanya sebagai penyelamat diri melainkan juga sebagai cermin diri.
Menjadi atribut penyempurna dari kegersangan degradasi moral. menjadi pintu masuk untuk
tetap berkomitmen di jalan kebaikan.

Apa yang engkau pakai itulah yang engkau tunjukan, engkau perlihatkan engkau
jalankan. Jika hari ini pakaianmu, kebiasaanmu hanya untuk memikirkan diri sendiri, berarti
engkau masih kecil dan akan mati menjadi orang yang biasa-biasa saja.

Pakaian tak terlepas dengan apa yang dilakukan sehari-hari. Kebiasaan menjadi
sebuah karakter dan akan menjadi suatu perbuatan yang dilakukan. Jika saja melihat sebuah
kezaliman didepan mata engkau masih diam dan bahkan seolah-olah mendukung ternyata
pakaianmu selama ini adalah kezaliman.

Kawan, jika memang alasanmu karena kezaliman itu tak terbendung lagi atau karena
telah menjadi gumpalan awan mendung, janganlah keluar rumah. Janganlah bermain hujan
apalagi engkau lepaskan pakaianmu itu jangan. Tak usah engkau cemas, air akan terus
mengalir ditempat semestinya. sepandai apapun, sebanyak apapun yang membendungnya air
tetaplah air dan akan terus menjadi pelipur dahaga para inisiator kebaikan.
CHAPTER 2
BERGERAK
“Bergeraklah menjadi yang bermanfaat,
Seperti sungai yang terus mengalir.
Kapan saja, dimana saja Manfaatnya
mudah dipetik. mencuci, memancing,
mandi bahkan tempat buang air namun
sungai terus mengalir dan memberi
manfaat untuk kelangsungan hidup
orang banyak”
Belajar Berfikir

Teman saya tertawa terpingkal-pingkal ketika saya menyampaikan kegelisahan untuk


Indonesia. kamu ini terkadang lucu, untuk mikirin diri sendiri saja belum selesai namun
sudah berfikir bagaimana negara ini serta masa depannya. permasalahan itu bukan
kapasitasmu!

Dibalik tawanya yang terpingkal-pingkal serta dengan ketidak setujuannya, saya tetap
bersikukuh untuk memikirkan Indonesia. saya mengakui ketidaktauan saya lebih banyak dari
apa yang saya tau namun rasa penasaran saya jauh lebih besar. makanya saya selalu berfikir
lebih rumit hingga terkadang ada menyampaikan bahwa saya itu kurang waras, ada masalah
kecil sering saya besar-besarkan, ada jalan sederhana namun saya lebih suka jalan terjal.
sampai sekarang saya tak tau jawabannya.

Atau mungkin karna suatu kalimat yang pernah saya baca dulu, kira-kira isinya begini
"Jangan Sempat Hidupmu menjadi mati dan matimu lebih berharga dari hidupmu". yang saya
pahami bahwa ketika hidup lakukanlah sesuatu, jangan sampai harga bangkai lebih mahal
dari nyawa. kalimat ini seakan memaksa saya belajar dan berfikir. Hingga saat ini saya tak
bisa menafsirkannya secara jelas.

Saat Mahasiswa saya terkenal sebagai Provokator. entah dari bibir siapa mulanya.
Dosen, Satpam atau Mahasiswa saya tak terlalu peduli, malah saya merasa bangga karena
mereka mengkhawatirkan saya, sebaliknya pun saya mengkhawatirkan mereka dan akhirnya
kami bersatu dalam ruang kekhawatiran.

Sejatinya kekhawatiran saya dan mereka berbeda. saya khawatir kebijakan-kebijakan


kampus serta pola pikir teman saya yang cenderung sempit. kekhawatiran mereka takut saya
melakukan kritik, orasi ataupun berfikir radikal. Saya Belajar dari perbedaan ini dan berfikir
bagaimana rasa kita tetap utuh tanpa ada gesekan.

Saya banyak belajar dan berfikir dari suatu yang rumit dan hal yang tidak
menyenangkan. dari hal ini saya banyak belajar bahwa sesuatu masalah banyak lahir dari hal
sepele dan tak kasat mata. saya selalu berusaha membuat perbedaan pola pikir kala kawan
berusaha mempersatukan.

Cara pandang daulat masing-masing manusia. Hak untuk berfikir secara merdeka,
menyatakan pendapat adalah hal yang sangat dasar menghargai manusia. karenanya sangat
kurang eloklah bagi pemimpin apalagi intelektual memaksakan pola pikir yang seragam serta
begitu celakalah jika seorang manusia tak memaksimalkan pikirannya untuk berfikir, tak
memberi kesempatan otak belajar maksimal.

Masalah ialah hal yang telah ditakdirkan dihadirkan bagi manusia. sebaiknya masalah
itu ditunggu, dipermainkan lalu dituntaskan bukan malah dihindari. dipermainkan?
iya, masalah itu keniscayaan sudah selayaknya untuk dipermainkan. maksud sederhananya
sesering mungkin menciptakan masalah agar terlatih belajar berfikir biar menjadi seorang
yang bijaksana.

Belajar dan Berfikir menjadi modal yang begitu mendasar bagi seorang pengubah.
dari modal ini akan mampu menjadi manusia sesungguhnya. yang paham bagaimana proses
fermentasi kehidupan. alur kehidupan yang dinamis, zaman yang berkembang, Artificial
Intellegence yang telah menjamur sebisa mungkin harus mampu dipahami.

Belajar dan berfikir bukan hanya untuk cerdas namun agar mampu menciptakan pola
hidup yang sesuai dengan keadaan, agar tau kapan waktunya menjadi seorang yang ofensif
serta kapan menjadi defensif.

Belajar dan Berfikir Bukan lagi suatu kewajiban, ajakan melainkan telah keterpaksaan
yang mesti harus dilakukan. belajar dan berfikir akan menjadi penyeimbang ditengah
kegundahan ketika ingin melakukan sesuatu.

lain dari itu, belajar berfikir adalah sarana agar tak tergilas zaman. Agar engkau tak
lekang oleh waktu. Belajar berfikir akan membuat hidupmu lebih terpola, terstruktur,
terencana atau apalah bahasanya yang pastinya belajar berfikir akan membuat kamu jadi
manusia yang akan memanusiakan manusia.

Di suatu sore di sudut kota Payakumbuh, saya mampir minum di salah satu lapak kaki
lima. Wajah pedagangnya begitu murung. saya memberanikan diri untuk bertanya, baa
kusuik se da? sapi bana pambali tu? (kenapa murung aja bg)?( Apakah sepi pembeli)?.
Dengan terbuka Ia menjelaskan isi hati dan pikirannya. yang intinya ia menyesal terlalu
sempit memandang dunia serta gagal merencanakan hidup yang bahagia. Dalam paparannya
saya menarik kesimpulan bahwa beliau termasuk pintar pada masa sekolah, beliau termasuk
yang pandai bergaul, hanya satu hal yang buat ia menjadi orang yang tak bahagia yaitu, tak
bisa memanfaatkan momentum.
Perlu dipahami, bahwa saya tak ada tujuan mendeskriminasi pedagang kaki lima atau
mengatakan pedagang kaki lima tak bahagia, sama sekali tidak. Objeknya adalah sebut saja
Ujang, yang kebetulan berstatus pedagang kaki lima. Kehilangan momentum adalah salah
satu kesalahan yang fatal dalam hidup, kehilangan momentum bisa menyakiti bisa saja orang
pintar, orang kaya, atau status sosial apapun. Namun yang menarik, kehilangan momentum
sangat jarang ditemui dikalangan yang mempunyai perencanaan dalam hidup. Karena ia lebih
cerdas menerawang apa yang akan terjadi, kegagalan terburuk apa yang menanti.

Pola dalam hidup begitu penting agar zaman tak mendikte diri, agar diri ini menjadi
salah satu pelopor kebaikan dimasa depan. hidup yang terpola akan melahirkan langkah yang
menakjubkan, Ibarat bermain bola. harus mengetahui kapan menyerang kapan pula bertahan.
Belajar Berfikir secara luas akan merangsang cakrawala yang melesat jauh ke depan. mulai
dari sekarang kamu harus berpikir tentang cinta secara universal, tentang kesejahteraan secara
general, Tentang Bhinneka, Ibu pertiwi atau Tentang peradaban Umat Islam dunia.

Bung Hatta pernah mengatakan penjaralah ragaku namun kalian tak akan pernah bisa
memenjarakan pikiranku. Hal yang tak bisa disentuh oleh manusia apapun adalah pikiran. tak
ada yang mampu dan bisa membuat pikiranmu jadi kotor, picik, zalim kecuali atas izinmu.

Tak ada yang bisa membendung, pikiran dapat merangsek jauh melampaui batas atau
sebaliknya mampu mundur ratusan tahun dari peradaban. Begitulah Istimewanya pikiran, Tak
bisa dinahkodai kecuali yang memiliki sendiri. atas dasar itulah saya tetap bersikukuh untuk
tetap belajar dan berfikir secara besar.

Pikiran Indikator utama suatu mesin peradaban. Pola pikir luas akan melahirkan
jutaan perencanaan yang tersusun, Ribuan pemecahan masalah yang telah terkonsep sehingga
tak akan ada yang bisa menghalangi pergerakan ini layaknya Pikiran yang tak bisa
dihentikan.

Belajar Berfikir secara sungguh akan menjadikan seseorang yang cerdas. saya teringat
kisah Muhammad Al-Fatih ketika mengalami kebuntuan saat jalur darat dan laut masih gagal
meruntuhkan kokohnya pasukan konstatinopel, Al Fatih punya ide spektakuler dengan
memindahkan 72 kapal dari selat bosporus menuju teluk tanduk emas. dan akhirnya Tembok
kokoh yang telah bertahan ribuan tahun hancur berkeping-keping.

Belajar berfikir akan menelurkan banyak ide yang brilian. cobalah untuk mengasah
pola pikirmu dengan berbagai hal yang unik, kreatif atau kritis. dan lakukanlah secara
berulang-ulang. tak apa ketika ide ditolak mentah-mentah atau bahkan kamu dibilang terlalu
gila, bukankah ribuan tahun lalu ada seseorang yang berimajinasi akan ada besi yang bisa
terbang dan bisa bawa mengangkut penumpang? bukankah yang diimajinasikan itu pesawat?
yang kini menjadi hal lumrah dikalangan masyarakat zaman millenial?

Hal Fundamental yang menjadi pembeda antara pengubah dengan pengikut ialah cara
pandang. seorang pengubah cenderung memperhatikan secara seksama apa yang
disekitarnya. Kenapa bisa seperti ini? Apa sebabnya? Apa yang harus dilakukan? Apa yang
terjadi dimasa depan jika ini terus dibiarkan? Kenapa tak ada yang menghiraukan?
Bagaimana cara mengatasinya? hingga seterusnya. Ribuan tanda tanya ini akan disatukan
menjadi satu kesatuan yang dinamakan Ide yang akan beranak pinak menjadi solusi, Inovasi,
Kreasi yang berujung perubahan.

Pola pikir yang tak terpikirkan orang dimasanya, perbuatan sederhana yang tak
dilalukan orang dizamannya, begitulah seorang pengubah. yang punya karakter beda dari
mayoritas orang, lebih memilih menjadi seseorang yang sedikit berbeda ketimbang berbeda
sedikit.

Langkah yang terus berderap ialah realitas yang harus dipikirkan secara mendalam.
langkah elemen dari penyederhanaan suatu gerakan. tak ada satupun perubahan yang tak
didasari belajar dan berpikir. mulai dari Peradaban Islam, Zaman Pertengahan, hingga zaman
millenial.

Zaman yang semakin hari semakin menggila menyimbolkan proses berfikir manusia
yang terus berkembang dan berproses secara dinamis. jika diizinkan mengambil kesimpulan
bahwasanya cara berfikir manusia telah dikalahkan ide yang sejatinya bersumber dari proses
berfikir. lihat saja betapa banyaknya Artificial Intellegence, yang menandakan berbahaya
Pikiran jika dimaksimalkan.

Sampai disini apakah kamu masih mengeluh? apa masih ingin mengkerdilkan
hidupmu? betapa kayanya aset dirimu yang sampai saat ini kamu masih berhak secara total
untuk mengendalikannya, jangan sampai pikiranmu seperti negara dikuras habis dulu, baru
sadar bahwa sedang dijajah. berfikir dan bergeraklah!

Belajar dan berfikir satu komponen yang tak bisa dipisahkan. selagi masih hidup
belajarlah dengan baik serta tanpa jeda, karena dengan belajar akan menjadi alat kesuksesan,
bukankah seperti itu yang disabdakan sang pelopor kebaikan? Belajar lalu berfikir atau
berfikir lalu belajar, terserah kamu ingin metode mana. yang terpenting kamu harus lakukan.
Berawal Dari Kegelisahan

Jika Cemas, khawatir dan takut dipadu jadilah kegelisahan. Seseorang yang gelisah
biasanya mencari cara agar terlepas dari belenggu yang membuat diri tidak nyaman. Hati
yang terikat sebisa mungkin diseimbangkan oleh akal hingga menjadi bebas hingga
menemukan makna dari kegelisahan itu.

Teringatlah kita kisah Inspiratif Hasan Al Banna pendiri Ikhwanul Muslimin, salah
satu organisasi Islam terbesar dan berpengaruh pada Abad 20 yang menjadi pengubah dunia
dimasanya. Dimulai dari kegelisahan Arus Barat yang kala itu dengan kencang merongrong
anak-anak muda mesir, terlebih presiden Turki Mustafa Kamal sedang kencang-kencangnya
memprogandakan Sekulerisme dan Barat hingga merambat ke negri Mesir. Namun Hasan
muda kokoh dengan pendiriannya. Ia percaya diri dengan tampilannya. Hanya memakai
jubah polos pada saat kuliah di salah satu Universitas ternama di Mesir, tampilan yang begitu
sederhana yang menyimbolkan tradisi leluhurnya sementara teman-temannya berkemeja,
berdasi, sepatu mengkilap, persis seperti pakaian eropa yang kala itu menjadi trend.

Alkisah disuatu siang, Saat itu waktu sholat telah masuk, di kampus tempat Ia
menimba Ilmu tak ada terdengar suara adzan, para Mahasiswanya masih saja sibuk dengan
dunianya masing-masing. Hatinya didera gelisah, Ia cari masjid namun tidak bertemu, hingga
akhirnya Ia bertemu dengan seorang bapak tukang kebersihan, lalu bapak tersebut menuju
gudang kampus untuk sholat. Selesai sholat Hasan bertanya, kenapa Bapak Sholat disini? Tak
ada lagi tempat yang bisa kujadikan untuk sholat. Ucap bapak itu lirih. Hatinya begitu
mendidih...

Keesokan harinya, saat waktu Sholat zhuhur tiba Hasan mengambil wudhu lalu
dengan gagahnya pergi ke lapangan. Ia bersihkan Sepetak tanah setelahnya Ia kembangkan
alas sholatnya. Lihat itu, lihat itu ada yang sholat ucap kawannya dari sudut-sudut lapangan,
Bapak Kebersihan tadi dengan kepala geleng-geleng begitu terkesima melihat Hasan. Pun
dengan temannya berdecak kagum dan ada pula yang mencibir bahkan mengejek. Tanpa
pertimbangan Bapak kebersihan tadi menghampiri Hasan dan sholatlah mereka dengan
berjamaah. Keesokan harinya, mereka rutin melakukan kegiatan yang tak biasa itu, hingga
satu dua orang mengikutinya. Terus menerus hingga hampir seluruh Mahasiswa menunaikan
sholat Dzuhur ditengah lapangan. Hingga akhirnya Rektor membangun masjid dan tempat
keagamaan.
Sederhana bukan? Kini Masjid yang dibangun rektor tersebut begitu menawan dan
pintu pintunya terbuka serta siap menyambut kaum muslimin yang hendak kesana.

Kegelisahan akan merangsang nurani dan pikiran untuk merespons dengan cepat.
Hasan Al-Banna Jika ditanya mungkin Ia tak akan membayangkan bahwa sholat ditengah
lapangan kala itu akan menjadi cerita Inspiratif yang akan terus digulirkan kepada tiap-tiap
generasi tanpa ada rasa bosan atau basi untuk menyampaikan dan mendengarnya.

Mungkin Jika ditanya, Ia akan menjawab melakukan itu karena gelisah atau hanya
Ingin Menjalankan kewajiban pribadinya sebagai Muslim. Namun dunia berkata lain,
kegelisahannya yang begitu menggebu-gebu itu Ia lawan dengan cinta dan penuh ketulusan.
Hingga tak ada satupun yang tak menyukai perbuatannya itu kecuali orang-orang yang dalam
hatinya telah terpatri kebencian.

Apa yang dilakukan Hasan Al-Banna mengajari kita agar tetap menghidupkan Nurani
dan Iman dimanapun berada. Bergerak dan melakukan sesuatu. Sekecil Apapun itu
lakukanlah agar Nurani dan Iman tetap terjaga dijalur yang semestinya. Karena jika kita diam
melihat suatu kezaliman berarti kita telah masuk dalam golongan yang mendukung
kezaliman.

Sederhana, Elegan dan Bersahaja. Begitulah sejarah mengisahkannya hingga terus


tersusun rapi di setiap pemikiran-pemikiran setiap insan yang ingin hidup dan merubah wajah
dunia.

***

Menjadi Pengubah sangat diperlukan komitmen dan kekokohan tekad. Dimana pun,
kapanpun harus mampu mengambil sikap. Maka setiap perubahan itu lahir dari kondisi
masyarakat yang tak sesuai dengan sebenarnya. Oleh Karena itu seorang pengubah harus
mampu mengambil sikap jika melihat sesuatu yang ganjil.

Saat Nuranimu Bergetar melihat sesuatu, itu tandanya ada yang tak beres.
Tumpahkanlah, lawanlah dengan cara terbaikmu. Tidak usah malu jika belum berhasil namun
malulah ketika tak berbuat apa-apa, Tidak usah malu Jika tak menang malulah jika kalah
sebelum bertanding. Hampir semua karya-karya hebat, kisah-kisah Inspiratif, catatan sejarah
berawal dari kegelisahan.
Hukum dilahirkan karena ada kasus atau sengketa sebelumnya. Orang Pintar Hari Ini
Ialah mereka orang-orang bodoh dimasalalu. Mereka yang penuh kesuksesan saat ini adalah
mereka yang penuh kegagalan di masa lampau.

Semuanya berawal dari Kegelisahan.

Atau pernah mendengar kisah Umar Bin Khattab yang begitu gelisah ketika ditunjuk
sebagai presiden. Bahkan Ia menangis dan menganggap amanah itu sebagai bencana. Karena
itulah Ia habiskan dimasa kepemimpinannya untuk mengurusi rakyatnya. Melalui dari
kebijakan, Diplomasi bahkan Ia tak segan-segan door to door atau bahasa masyarakatnya
blusukan. Dari Lorong ke Lorong, Dari Desa ke Desa. Selama 10 tahun Ia lakukan dengan
sendirian tanpa ada pengawalan.

Hingga suatu siang, sahabat bertanya wahai amirul mukminin kamu terlihat begitu
letih. Tidurlah dan Beristirahatlah dulu, seketika Umar langsung menjawab Kalau saya tidur
nanti Bagaimana nasib Rakyatku? Ketika saya tidur saat siang hari sementara rakyatku ada
yang kesusahan berarti saya adalah pemimpin yang Zalim. Sahabat yang bertanya begitu
takjub dan terkesima mendengar jawaban seorang pemimpin yang benar-benar tulus
mengabdi kepada rakyatnya.

Perlu diketahui blusukan yang dilakukan pemimpin-pemimpin saat ini terinspirasi


dari Umar ra. Namun bedanya Umar ra tanpa tim protokoler, tanpa pencitraan, dilakukan
seorang diri baik siang maupun malam dengan penuh cinta bukan karena kepentingan apalagi
menaikkan elektabilitas. Dan sejarah mencatat Ialah pemimpin paling Tegas dan Adil setelah
Nabi Muhammad SAW.

Hentikan membaca sejenak, hayati, renungi, pikirkan. Kegelisahan apa yang


menawanmu sekarang. Dirimu sendirikah? Lingkunganmu kah? Tradisi masyarakatmu kah?
Atau negaramu?

Sekali lagi, perubahan besar berawal dari kegelisahan. Keluarlah dari balik jeruji
penjara itu, lawan semua dilema atau ketidakpercayaan dalam dirimu. Teriakkan bahwa
engkau sebentar lagi akan menggoreskan sejarah emas dalam hidupmu, untuk lingkunganmu,
untuk bangsamu, Untuk Agamamu.

Percayalah, Penggores tinta sejarah yang ketika engkau baca membuat kamu menjadi
terkesima itu sama seperti dirimu. Pernah dititik yang engkau hadapi sekarang atau bahkan
lebih parah lagi. Namun mereka-mereka itu terus bergerak, karena merugilah jika hidup kita
di gerakkan orang lain, karena merugilah jika peran kita digantikan orang lain, karena
merugilah selama kita hidup tidak bisa melakukan perubahan walau itu untuk diri sendiri.
Sungguh merugilah.

Walau engkau kecil, kerdil, marjinal namun mimpi harus besar, luas, tinggi. Engkau
harus berimajinasi melewati batas manusia, bermimpi melewati langit tertinggi. Melakukan
yang dianggap kebanyakan orang mustahil, menyelesaikan misi yang Impossible, bergerak
hingga lupa berhenti. Berlari hingga lupa sedang berlari. Jika semua mimpi yang engkau
utarakan belum membuat yang mendengarnya terbahak-bahak. Berarti mimpimu masih kecil.
Ghazwul Fikri

Ghazwul Fikri atau biasa dikenal dengan perang pemikiran telah terjadi pada
pemerintahan khalifah Utsman Bin Affan. Dimana saat itu Abdullah bin Saba’ melakukannya
dengan cara praktik adu domba. Melihat kepemimpinan Utsman bin Affan yang nyaris tanpa
kelemahan, maka ia menusuk dari dalam dengan cara melakukan konspirasi bersama orang-
orang-orang yang mudah dipengaruhinya (saba’iyya). Kala itu ia memfitnah gubernur-
gubernur yang menjabat dipemerintahan Utsman dengan menuduh para gubernur gemar
mabuk dan berjudi. Setelahnya, disampaikanlah kepada sang khalifah bahwa gubernur-
gubernurnya para pemabuk dan penjudi. Awalnya, Utsman tak percaya tetapi karena
Abdullah mempunyai saksi-saksi yang cukup, maka percayalah sang khalifah lalu keluarlah
keputusan khalifah terkait tentang pemecatan gubernur-gubernurnya.

Setelah itu dilakukanlah penunjukan untuk gubernur-gubernur baru. Karena Utsman


sudah menganggap Abdullah sebagai tangan kanannya maka diberilah ia kesempatan untuk
merekomendasikan nama-nama yang pantas untuk dijadikan gubernur. Maka dipilih
Abdullah orang-orang yang secara nasab berhubungan dengan Utsman.

Tersiarlah kabar, yang dihembuskan sendiri oleh Abdullah kepada masyarakat bahwa
Utsman bin Affan adalah pemimpin yang nepotisme, Abdullah mengatakan Utsman memecat
gubernur lama tujuannya tak bukan untuk menjadikan keluarganya sebagai pemimpin di
daerah kekuasaannya. Maka terjadilah keributan ditengah masyarakat, stabilitas politik tak
menentu, situasi masyarakat makin hari makin memanas dan puncaknya Utsman bin Affan
dibunuh.

Sejak saat itu hingga kini perang pemikiran terus terjadi. Yang paling fenomenal ialah
saat Raja Prancis Louis IX yang berulang kali kalah dengan pasukan mujahid Islam pada
perang salib. Merasa kapok maka ia mencari cara bagaimana melumpuhkan dunia Islam.
“Aku telah menemukan cara untuk menghancurkan Islam”, pekik Louis IX penuh kedengkian
pada menteri-menterinya, “Kita tidak akan menang melawan mereka selama dihati mereka
Islam masih bersemi”.

“Eropa harus menempuh jalan lain, yaitu jalan pemikiran dengan menebarkan keragu-
raguan dan tafsir yang sesat ditengah umat Islam”. Ungkap Louis IX. Sejak saat itulah dunia
terkhusus musuh-musuh Islam melakukan strategi yang lembut untuk menenggelamkan Islam
dari kancah peradaban dunia.
Perang pemikiran ini terus berlanjut, rasanya kalau melihat fenomena yang ada
ummat Islam sampai saat ini sudah kalah telak. Terlihat saja bagaimana Ummat Islam
semakin terpecah belah, perbedaan furu’ dibesar-besarkan, hal-hal yang sunnah menjadi
perdebatan hingga lupa bahwa sejatinya dibawah bendera yang sama, hingga lupa bahwa
sebenarnya adalah saudara hingga lupa bahwa sumbu perbedaan menyala dari orang-orang
yang benci Islam, dari golongan yang khawatir bila ummat Islam bersatu.

Masih segar diingatan kita propaganda yang dilakukan secara terus menerus oleh Pax
Amerika terhadap dunia Islam. Hingga sebagian Ummat Islam itu sendiri saling mencurigai
satu sama lain. Maka lahirlah Islomophobia, teroris, ISIS yang semuanya ini adalah bentuk
strategi perang pemikiran yang diciptakan oleh Amerika melalui media-media informasi yang
terus bersileweran di meja makan kita seperti dari televisi, internet, radio. Agar Ummat islam
semakin dijauhi oleh seluruh kalangan.

Memang terbukti karena dengan perang pemikiran ini timbullah perspektif kebencian
yang sangat mendalam dari orang-orang yang dahulunya tidak terlalu mempermasalahkan
Islam. dan terus melebar hingga timbul stigma negatif yang massif diseluruh penjuru, bila
Islam itu adalah agama yang sesat, agama yang mendatangkan kehancuran, agama yang mesti
dihilangkan.

Tentulah tujuan ini punya maksud dan sebab tersendiri, tak lain tak bukan adalah
untuk membebaskan dunia dari belenggu ke Tuhanan. Hal ini bisa disebut dengan
kepentingan ideologi. Dimana dunia pada hari ini yang dikuasai oleh Amerika sudah
menyebarkan paham-paham liberalisme. Yang menginginkan bahwa semuanya harus bebas,
harus sama tanpa ada sekat-sekat kepercayaan yang membatasinya. Atau paling tidaknya
bahwa kepercayaan itu tidak boleh dikemukakan secara public cukup menjadi ranah private
saja.

Sebenarnya Jika ditelaah lebih jauh ini adalah proyek besar orang-orang yang
menganut ideologi satanisme dan kelompok rahasia illuminati. Yang mana mereka
mempercayai akan datang seorang pria bermata satu yang menjadi penyelamat kehidupan
manusia di dunia. Tentu ini sangat bertolak belakang dengan kebenaran semesta, karena
sejatinya yang bermata satu itu ialah musuh manusia yang harus dimusnahkan secara
berjamaah.
Satanisme adalah suatu ideologi yang menyembah setan dan memusuhi orang-orang
yang patuh dan taat dengan agamanya terlebih yang mengakui Allah sebagai Tuhan. Setan
dilambangkan sebagai bentuk perlawananan terhadap agama. Salah satu proyeknya adalah
dengan menjauhkan anak-anak dan generasi muda dari ajaran agama yang dianutnya. Perang
pemikiran itu disebarkan diseluruh penjuru. Termasuk Industri hiburan, sudah seringkali kita
melihat artis-artis dari barat menyisipkan ideologinya dalam bentuk video, swa foto dan
akhirnya menjadi trend.

Beberapa waktu belakangan ini misalnya, sedang trend gaya berfoto dengan mata
satu, dengan memperagakan jari yang dibentuk segitiga lalu diletakkan didaerah mata belum
lagi lirik lagu, adegan-adegan video yang merusak mental dan itu dikonsumsi secara besar-
besaran oleh generasi Islam. Yang lebih mirisnya lagi, hal itu dijadikan patokan keren, gaul,
dan trendy.

Adalagi karena sebab kepentingan ekonomi. Setelah perang dunia ke dua dominasi
Amerika semakin tak tertahan, puncaknya adalah ketika perjanjian Bretton Words
disepakatilah bahwa Dolar Amerika Serikat sebagai mata uang untuk transaksi dunia. Ini
memang benar-benar tidak adil karena sistem kapitalisme yang dianut Amerika akan terus
menyengsarakan tatanan ekonomi dunia.

Misalnya saja, ketika negara Arab yang punya segudang minyak bumi dan seonggok
emas saat bertransaksi dengan Amerika Serikat harus memakai Dolar AS. sementara itu bila
negara-negara yang punya utang kepada Amerika baik karena perdagangan maupun karena
meminjam harus membayar utangnya dengan ukuran nilai emas, tentu ini tidak adil, dan
sebab inilah Muammar Khadafi presiden Libya mengutuk tindakan keji Amerika.

Diketahui bersama bahwa Libya salah satu negara yang mempunyai ladang minyak
bumi terbesar. Oleh karenanya untuk menghentikan dominasi Amerika pemerintah Libya
mempunyai power dan kekuasaan. Diwacanakanlah Dinar dan Dirham (Emas dan Perak)
sebagai mata uang untuk transaksi jual beli minyak bumi. Mendengar wacana itu pemerintah
Amerika dengan cepat menghentikannya melalui semakin massifnya melakukan perang
pemikiran dengan menghalalkan segala cara.

Seperti orang yang akan tenggelam, Amerika melakukan hal apa saja yang penting
supaya misinya tetap berjalan. Maka dibuatlah politik adu domba Devide et Impera agar
rakyat Libya maupun Ummat Islam saling berlawanan dan tak menyukai Muammar Khadafi.
Ternyata dan ternyata strategi yang dilancarkan berhasil. Terperciklah api yang membara
disebagian rakyat Libya dan ummat Islam bahwa Khadafi adalah pemimpin yang diktator.
Maka dengan cepat api itu menjalar maka terjadilah revolusi Libya. Para pemuda turun
kejalan untuk menggulingkan pemerintahan Khadafi bukan saja pemerintahannya tapi juga
Khadafi tewas dibunuh secara beramai-ramai oleh rakyatnya.

Padahal semasa hidupnya ia salah satu presiden di atas dunia ini yang berani
menentang dominasi Pax Amerika. Ingin memberlakukan Dinar dan Dirham lalu
menghapuskan Dollar AS dalam transaksi minyak bumi. Terbukti saja selama beliau
memimpin negara Libya menjadi negara yang benar-benar mampu merdeka diatas tanah
sendiri, namun karena kebodohan rakyatnya mereka lebih menerima pemikiran tamu
(Amerika) daripada mendengar pemimpinnya. Maka terbukti, setelah Muammar wafat negara
Libya menjadi negara boneka, korupsi merajalela, stabilitas keamanan tak kondusif, rakyat
semakin hari semakin sengsara.

***

Menurut Ustadz Haikal Hassan, secara garis besar ada dua musuh ummat Islam dalam
peperangan pemikiran. Golongan Syiah dan golongan Amerika.

Golongan Syiah dan antek-anteknya ini akan menghancurkan ummat Islam dari
dalam. Percaya kepada Allah, melakukan ibadah yang persis seperti Islam namun sebenarnya
Syiah itu bukan Islam. Karena banyak sekali bertentangan dengan tauhid dan ajaran Islam
yang sebenarnya. Contohnya saja, Syiah melakukan Nikah Mut’ah yang sama sekali tak
berbeda dengan pelacuran, mengutuk dan menganggap Aisyah Istri Nabi Muhammad sebagai
manusia laknatullah, berlebihan mengagumi Husein cucu Nabi Muhammad SAW dan
sebagainya.

Peperangan pemikiran dengan Syiah ini perlu diperhatikan secara khusus, karena
mereka mirip sekali dengan Islam. Dengan slogannya memurnikan ajaran Islam yang kaffah
dan ingin meluruskan sejarah, jangan sampai pemikiran-pemikiran sesatnya itu bersemayam
dilubuk hati, tanpa disadari telah teracuni ole pemikirannya.

Sementara itu golongan Amerika dan dedengkotnya akan memerangi Ummat Islam
dari luar. Melalui pendidikan, ekonomi, kebudayaan dan mengembangkan segala seseuatu
dengan tema modernisasi, globalisasi padahal bentuknya adalah untuk menjebak daan
menjauhi Ummat Islam dari ajarannya.
***

Maka tak ada alasan lagi untuk kita selain bergerak. Bila mereka melakukan hal yang
salah saja bangga, kenapa kita melakukan yang benar malu? Ada hal yang sangat menjadi
tamparan bagi kita semua, ialah solidaritas dan kerjasama mereka yang begitu solid. Lihat
sajalah, mulai dari penguasanya hingga pelaku hiburannya tetap melakukan propaganda dan
kampanye melalui jalur masing-masing.

Melakukan peran melalui keahlian, potensi dan profesi yang digeluti. Tanpa malu,
tanpa takut karirnya meredup ataupun diboikot mereka tetap bersuara selantang-lantangnya.
Nah kita? Kita ini sedang dipermalukan ini kawan!!! Islam dengan penduduk terbanyak
dimuka bumi ini hanya dijadikan korban. Apakah mau ibarat buih dilautan? Terlihat banyak
namun tak berguna.

Sampai saat ini, jumlah kita yang banyak ini dijadikan target bisnis mereka. Tempat
mereka meraup keuntungan. Dan bodohnya, kita mau dan bangga menjadi konsumen mereka.
Padahal sebagian keuntungannya mereka donasikan untuk menghancurkan agama dan
saudara kita di Palestina sana kawan.

Perang pemikiran ini bukan hanya bicara menang dan kalah saat ini, namun ini adalah
jalan siapa yang akan memimpin dimasa depan. Bila kita kalah saat ini, maka tugas anak
cucu kita akan lebih berat dengan apa yang kita hadapi saat ini kawan.

Maka tak ada cara lagi, selain bergerak. Terus dan menerus tanpa henti, tanpa jeda.
Ambil peranmu, lesatkan potensimu disini. Bila engkau ahli menulis, tuliskanlah tentang
kehebatan-kehebatan Islam dimasa lalu dan tantangan yang akan dihadapi dimasa mendatang
semoga yang membacanya tersadarkan dan termotivasi. Bila engkau ahli membaca, maka
perbanyaklah membaca agar wawasanmu luas agar terpatri semangat yang kokoh untuk
memperjuangkan kebenaran.

Saat Al-Fatih ingin menaklukkan benteng romawi yang kokoh maka ia persiapkan
fisik yang kuat, pasukan yang tak terkalahkan, baju perang yang bebal. Bila memang kita
ingin menang dalam perang pemikiran ini, maka kita bentengilah dulu diri dengan
sekokokohnya agar peluru liberalisme itu tidak masuk dalam otak, agar panah sekularisme itu
tak mampu menembus hati agar nuklir satanisme itu memantul dari dalam diri.
Hidup Mesti Dipertaruhkan

Dia masih terisak-isak sesekali dadanya cegugukan seakan tak terima dengan
kenyataan. Ayahnya, memberikan kabar yang menghantam dadanya hingga terbakar. Ya
sebuah kabar yang sangat berat sekali untuk diucapkan namun Ayahnya memperlihatkan
ketegaran padahal jiwanya terguncang hingga rapuh. Sebuah janji yang sedari dulu terus
diucapkan menjelang tidur, sebuah mimpi yang ditanamkannya kepada putrinya, “jika kamu
besar nanti Ayah akan menyekolahkanmu hingga menjadi seorang sarjana, menjadi seorang
Ilmuan yang bermanfaat untuk orang sekelilingmu”. Berulangkali pesan itu disampaikan
Ayahnya hingga menjadi darah daging bagi putrinya.

Setelah makan pagi bersama, suara didalam rumah menjadi hening. Ayahnya ingin
berucap namun lidahnya kelu dan kaku. Sekuat tenaga dilawannya, dan akhirnya berhasil
namun kini hatinya yang tak kuasa untuk menyampaikan. Maka butuh hampir lima menit
baginya untuk menaklukan hatinya yang enggan mengizinkan keluarnya pesan itu.

“Nak, rasanya untuk tahun ini Ayah belum mampu untuk menyekolahkanmu di
perguruan tinggi. Semenjak fitnah keji yang dilontarkan kepada Ayah, perusahaan tempat
Ayah bekerja menghukum Ayah dengan memotong gaji hingga lima puluh persen. Sementara
gaji yang limapuluh persen itu hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan di dapur kita. Ayah
sudah kesana dan kemari mencari pinjaman uang tapi tak kunjung dapat”.

Tanpa mendengar penjelasan Ayahnya, Ia langsung menangis sejadi-jadinya.


Walaupun telah menduduki bangku kelas tiga SMA namun perangainya masih seperti kanak-
kanak, wajar saja karena ia anak tunggal.

Empat bulan berselang......

Hari pertama masuk kampus telah tiba, ditandai dengan kepala plontos para
mahasiswa dengan memakai baju hitam putih. pun para mahasiswi tak kalah dengan senyum
polos diteduhi topi petani, mereka berjalan tertib memenuhi trotoar jalanan Ibukota.

Dari bilik jendela ia mengintip para mahasiswa tadi dengan rona wajah yang cemberut
dan senyum yang temaram, ia perhatikan satu per satu hingga air mata menetes membasahi
pipinya.

***
Sudah hampir enam bulan, rumahnya tak bernyawa. Tak ada canda tawa, tak ada
teriakan-teriakan gembira, hampa dan kosong melompong. Ia lihat Ayahnya tak ada lagi
semangatnya, begitupun sang Ibu yang dahulunya begitu periang kini telah muram persis
mengikuti suaminya.

“Kasihannya Ayah dan Ibuku karena diriku, mereka merasa bersalah dan tak
menikmati hari seperti biasanya lagi, gumamnya”. Pesan sederhana yang digumamkannnya
itu ternyata menjadi sugesti kepadanya untuk berubah menjadi seseorang yang mempunyai
bara optimis yang tak bisa dipadamkan.

Perangainya yang pemenung dan manja tak terlihat lagi sudah tersingkir sejauh-
jauhnya, mungkin ini adalah dampak membaca buku Sutan Syahrir yang sudah hampir satu
bulan lamanya ia geluti. salah satu kutipan yang terus terngiang-ngiang dalam pikirannya
“Hidup yang tak dipertaruhkan tak akan pernah dimenangkan”.

Begitu berdampaknya buku itu baginya, biasanya setelah sholat shubuh ia


melanjutkan untuk tarik selimut. Namun kini ia sudah bisa membereskan sarapan pagi untuk
Ayahnya, yang selama bertahun-tahun ini menjadi keseharian Ibunya. Berubah seratus
delapan puluh derajat. Maka wajar saja kedua orangtuanya heran, “Jin apa yang memasuki
ragamu nak?”, celetuk Ibunya. “Jin kesuksesan bu”, ungkapnya dengan nada bercanda.

Suasana rumahnya kembali hidup, tak lain karena efek riangnya yang kembali
membangunkan kedua orangtuanya dari kesedihan panjang. Luka hatinya seakan sudah
tertutup rapat.

Kini ia berjuang mewujudkan mimpi Ayahnya, yaitu ia harus mampu menjadi orang
yang berguna bagi masyarakat sekelilingnya. Walau tak pernah mengeyam santri dan belajar
agama secara formal namun kemampuannya membaca Al-qur’an tak diragukan lagi ditambah
kualitas suara nan merdu, sunyi terkoyak karenanya, dengki luntur seketika siapa yang
mendengarnya tenggelam dengan indahnya kalam Illahi.

Ia menyadari bahwa potensinya membaca Al-qur’an harus ditularkan kepada generasi


dibawahnya. Dibukalah rumah baca Al-qur’an dengan bersifat kerelawanan gratis tanpa
bayar. Selesai sholat maghrib, Tumpah ruahlah suara anak-anak di rumahnya melantunkan
Ayat Allah mulai dari yang mengenali huruf, Iqro’, mempelajari tajwid, mempraktekkan
irama.
Hanya butuh tiga bulan rumah baca Al-qur’an yang ia dirikan begitu pesat. Selain
karena faktor gratis, murid-murid yang belajar bersamanya menunjukkan perkembangan yang
pesat. Maka tak heran orang-orang tua berbondong-bondong membawa anak ke rumahnya
untuk belajar Alqur’an. bukan hanya dari kelurahan tempat ia tinggal melainkan kelurahan
seberang bahkan ada kelurahan yang jarak dari rumahnya mencapai hingga tiga kilometer
jarak dari kediamannya.

Sesekali orangtuanya mengintip dari ruang keluarga, karena kebetulan ia mengajari


anak-anak itu diruang tamu. Mata ibunya berbinar-binar mungkin bila diterjemahkan, “Aku
bangga mempunyai anak sepertimu”.

Waktu sungguh cepat berlalu, sudah hampir dua tahun ia mendirikan rumah baca Al-
qur’an. Muridnya sebagian telah ada yang menduduki bangku SMP. Ia sudah menciptakan
kader yang akan menjadi pelanjut tonggak estafet. Ia tak sendiri lagi, sudah ada tiga murid
yang telah mampu menjadi instruktur bagi adik-adiknya.

***

Perkembangan rumah baca Al-qur’an yang sangat pesat baik dari segi kualitas
maupun kuantitas, ternyata menumbuhkan sifat simpati Pak Lurah. Ditengah kesibukan
sebagai pelaksana birokrasi, Pak lurah menyempatkan bertemu para donatur terkait untuk
pemberian reward kepada putra-putri yang berkontribusi membangun perubahan. Maka
diputuskanlah bahwa reward itu berupa beasiswa pendidikan ke Madinah Al-Munawwarah.

Sepulang dari pasar, Ia dan ibunya terheran melihat didepan pintu rumahnya ada lima
pasang sepatu hitam yang mengkilap. Dengan rasa penasaran yang lebih ia cepatkan gerak
langkahnya menuju pintu. “Assalamu”alaikum”, ucapnya. “Wa’alaikumsalam” serentak seisi
rumah menjawab. “Eh yang ditunggu-tunggu datang juga”, ujar pak Lurah. Wajahnya
semakin menggambarkan kebingungan dan tanda tanya. Sejenak ia hilangkan itu, bergegaslah
ia menuju dapur untuk menyiapkan minuman kepada tamu-tamunya itu. Dua langkah
berjalan, para Lurah bertanya “Mau kemana, Nak? Duduk disini dulu”. “Iya, pak lur tunggu
sebentar saya mau menyiapkan air minum dulu”. “ eh- eh tak usah repot”, “pak lur hanya
ingin menyampaikan sesuatu hal saja kepada kamu, nak”.

Maksud kedatangan Pak lur kesini adalah ingin mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada kamu, yang telah turut ambil bagian dalam kemajuan kelurahan
kita. Pak lur melihat perubahan yang positif terhadap anak-anak di kelurahan, semenjak
engkau hadirkan rumah baca Al-qur’an itu kini anak-anak, disetiap sudut rumahhnya setiap
sore sebelum maghrib melantunkan ayat suci Al-qur’an. Mulai dari yang terbata-bata hingga
nan syahdu. Yang lebih bangga lagi, engkau tak ada memungut biaya satu persen pun dari
mereka. Karenanya bapak, dan para donatur dikelurahan ini ingin memberikan sedikit hadiah
kepadamu, kami harap engkau berkenan.

“Apa itu pak lur?’’, kami ingin memberikanmu beasiswa pendidikan ke Madinah Al-
Munawwarah.

Ia langsung sujud syukur, dipeluklah kedua orangtuanya. Menangislah ia sejadi-


jadinya, sedalam-dalamnya mengalahkan tangis yang ia buncahkan dua tahun silam.
Jangan Hanya Sebagai Motivator

Bila perubahan tak terjadi itu bukan karena semua penduduknya bodoh melainkan
semua penduduknya tak peduli

Diera yang begitu terbuka ini semua hal sangat mudah diakses. berita dari gedung
tinggi dapat dilihat dibawah jembatan. Informasi bersileweran dimana-mana. Semua punya
hak untuk menafsirkan sesuai kesanggupan masing-masing. Tentu ini sangat positif dan bisa
menjadi salah satu solusi mengentaskan masyarakat dari belenggu ketertinggalan. Sungguh
senang rasanya bila masyarakat bertambah ilmunya, pengetahuannya, analisisnya. Maka tak
heran juga sebagiannya ingin mentransfer ilmu karena memang bila ilmu dipendam maka
akan hilang. Bentuk ekspresi itulah yang hingga kini belum difasilitasi secara konsekuen,
hingga banyak yang gagal mengutarakan ilmunya.

Ekspresi yang tak tersalurkan ini berdampak panjang hingga memunculkan karakter
baru ditengah-tengah masyarakat kita. Ilmu yang tersendat tadi bertransformasi menjadi
Judgment akhirnya sifat sok bijak, sok tau, suka mengomentari hidup orang lain teretas
dimasyarakat. Maka tak heran banyak hadir motivator-motivator yang pandainya hanya
merangkai kata. Tentu tulisan ini bukan untuk mengkritisi motivator melainkan mengajak
kepada semuanya untuk memuntahkan paradigma yang salah itu.

Selain karena tugas mulia, motivator sangat diperlukan untuk membangkitkan


semangat rekan sejawat, menyalakan bara api yang padam atau sekedar untuk menenangkan
hati handai taulan yang remuk. Sungguh itu sangat diperlukan.

Namun yang menjadi catatan, seringkali dari kita menganggap motivasi atau yang
telah menjadi motivator itu sebuah kedudukan tertinggi atau sebuah puncak yang
menyimbolkan bentuk kesuksesan. Itulah yang sering kita temui disebuah perkumpulan, di
sekre organisasi, dilingkaran anak muda, di warung kopi bahkan ditengah-tengah para guru.
Banyak sekali yang ahli dibidangnya pemikir-pemikir handal, tentu beradu ide adalah bagian
dari perencanaan namun bila terus menerus tanpa ada pergerakan bukankah itu adalah bagian
dari keangkuhan?

Setiap orang tentu mempunyai ide namun tak semua orang yang telah atau mampu
bergerak untuk memanifestasikan idenya. Pikiran manusia adalah kumpulan karya-karya
yang abstrak. Coba bayangkan bila semua ide itu berbentuk wujud, mungkin engkau akan
lelah mencari kekurangan dan kelemahan diatas dunia ini.
Tapi lihatlah realita yang ada, amati sekitar rumah pandangi lingkungan sekelilingmu,
tertegunlah sebentar. Semuanya dari kita akan menjawab bertolak belakang! Ide kaya namun
perubahan minim, mimpi besar namun yang dilakukan kecil. Sama sekali ini bukan efek dari
kebodohon para ahli strategi namun karena kepedulian dan kemanusiaan yang belum sampai
dititik normal. Bila perubahan tak terjadi itu bukan karena semua penduduknya bodoh
melainkan semua penduduknya tak peduli.

Bila seperti itu apa gunanya ilmu tinggi-tinggi bila tak mampu dimanfaatkan untuk
banyak orang atau setidaknya mereka yang membutuhkan. Lalu apalagi guna ide? Bila tidak
untuk diwujudkan atau hanya ingin mengambil simpati banyak orang agar terlihat cerdas?
Cerdas darimananya yang seperti itu adalah culas.

Seribu teori akan kalah dengan satu kali praktek. Sehebat apapun ide yang digembor-
gemborkan kesana kemari akan kalah dengan sebuah perbuatan kecil. Motivator tak akan
pernah didengar, ajakan kebaikan tak akan disambut bila belum pernah bergerak untuk
berbuat. Kini tak hanya sebatas ilmu teori yang harus ditransfer melainkan sikap dan
perbuatan. Karena bila teori tidak diamalkan maka hilanglah manfaat dan isi ilmu itu.

Karenanya jangan hanya sebagai motivator yang hanya memotivasi, melainkan


sebagai inisiator dan inspirator yang tak hanya mencetuskan namun mampu memperhatikan
kebutuhan. Sudah saatnya ajakan kebaikan itu memihak kepada objeknya (seorang yang
diajak). Bila pendidikan memakai istilah student center maka kita memakai istilah society
center. Dimana setiap pergerakan mengutamakan masyarakat.

Bagaimana masyarakat bisa berjuang secara ikhlas? Sementara ia masih dalam


kondisi lapar, bagaimana mampu bekerja secara tuntas? Bila Istri dirumah sedang sakit?
Mereka yang ingin melakukan perubahan adalah mereka yang telah berubah, cara yang
paling tepat merubahnya adalah dengan memenuhi/mendampingi kebutuhan pokoknya.
Yakinlah semua orang ingin berubah dan melakukan perubahan.

Mendengar, memahami keluh kesah lalu memberikan solusi itu lebih tepat daripada
hanya sebatas mengarahkan dan menyemangatinya. Misalnya, coba saja motivasi orang-
orang desa yang berpenghasilan bawah tentang pentingnya pendidikan setinggi-tingginya?
Mereka akan semarak mendengar namun hati menangis. sebab jangankan untuk sekolah
mencukupi kebutuhan sehari-harinya saja bisa, sudah syukur. Apa yang diutarakan tentang
pendidikan itu akan mereka simpan baik-baik dalam memori. Sudah tentu bagi mereka
Menyekolahkan anak hingga jenjang universitas adalah mimpi, mereka tau itu. Motivasi yang
dilakukan bukan menyemangati hidup melainkan mencederai hatinya.

Dalam kondisi yang seperti ini seharusnya, berikan mereka jalan. Bagaimana biar
masuk sekolah gratis, mengusahakan pendidikan yang tak berbayar, atau mengusahakan
beasiswa kepada anak-anaknya. Itu lebih berdampak kepada mereka.

Tidak semua hal harus diawali dengan motivasi, namun semua hal perlu dimotivasi.
Pesan kepada kita semua yang ingin melakukan perubahan, ingatlah bahwa kebenaran itu
hanya mutlak milik-Nya. Bila nanti ditengah perjalanan engkau menemukan hal yang salah
jangan tergesa-gesa untuk menyalahkannya. Lihatlah sebab-sebab kenapa kesalahan itu
dilakukan. Bila nanti didalam masyarakatmu engkau menemukan hal yang tak semestinya,
maka lakukanlah pendekatan sesuai tradisi dan kemampuannya. Tak apa pelan-pelan namun
itu mampu menyadarkan, mengokohkan mereka yang belum tau. Satukanlah semua buih-buih
itu agar menjadi gelombang yang dahsyat, himpunkanlah semua debu-debu kecil itu karena
itu akan mampu menghancurkan mereka yang besar karena perkataannya. Manfaatkan
semuanya apa yang ada baik besar maupun kecil karena perubahan yang abadi adalah
perubahan yang dilakukan secara sadar oleh seluruh struktur masyarakat tanpa pandang
golongan dan dilakukan tanpa ada kepentingan personal.

Bergerak dan bersatulah....., karena semboyan kita tetap bergerak atau tergantikan.
Kebijaksanaan

Idul Adha tahun ini saya memutuskan untuk pulang kampung. Indeed, I Very Excited
karena sudah empat edisi berturut-turut tidak menikmati hari raya berkurban dikampung
halaman. Tentu Kesempatan ini sungguh sangat menggembirakan terlebih tradisi berkurban
dikampung begitu semarak.

Kali ini saya memakai jasa travel sebagai sarana menuju kampung tercinta. Butuh
waktu 10 jam perjalanan darat dari Bukittinggi menuju kampung halaman. Jarak tempuh
yang jauh akan menguras energi. Karenanya, seperti biasa saya lebih memilih tidur daripada
terus menghitung jarak.

Seketika tersontak dari tidur setelah mendengar sayup suara yang berangsur menuju
rahim telinga, ada suatu perdebatan. Mata yang begitu rapi terpejam seketika terbelalak.
Kucoba meraba arah suara, memang benar adanya ada pertengkaran kecil seorang lelaki dan
ibu paruh baya. Tak usah ikut campur, ucap bibir bergumam. Lanjutkan saja tidurmu nji,
ungkap hati.

Namun pertengkaran itu terus menerus, bahkan meluas hingga gendang telinga.
memaksa saya mendengar dan menyaksikan. Sedikit saja dibuka ucap lelaki itu, lalu dijawab
ibu paruh baya tidak, hari begitu dingin. Lontaran kata itu terus menerus hingga menggangu
tidur nyenyak penumpang yang lain. Rasa penasaran tak terhindar lagi, perlahan kuperhatikan
dengan seksama sembari mencari akar masalahnya.

Oh ternyata, karena jendela. Lelaki itu ingin jendela mobil dibuka sedikit, sementara
inginnya ibu itu jendela ditutup serapat-rapatnya.

Saya selaku penumpang tak bisa berpihak. Bila jendela ditutup rapat akan terjadi
kepengapan udara dan situasi didalam mobil akan panas, sementara itu bila jendela dibuka
dingin akan mencabik hingga ketulang, apalagi angin malam yang tak bagus untuk kesehatan.
Terlebih di dalam mobil ada seorang bayi.

Tarik ulur buka dan tutup jendela tak bisa dielakkan. Riuh suasana mobil mulai
terlihat. Saya harus ambil cara.

Tiba-tiba Ibu itu menoleh kearahku dengan mimik dan gerak tubuh yang sedang kesal
Ia lemparkan. Ibu ini butuh bantuan, feelingku bergerak. Aku harus ambil cara agar
permasalahan ini tidak meluber kemana-mana.
Kumemulai dengan mengajak lelaki itu berkenalan, perlahan-lahan Ia mulai
tenggelam dalam pembicaraan. Sembari berharap Ia dapat melupakan keinginannya untuk
membuka jendela mobil itu.

Sebenarnya jika mengikuti perasaan sedari tadi saya akan berpihak kepada ibu itu,
dengan asumsi menghormati orangtua dan menghargai wanita, asumsi itu secepatnya saya
singkirkan karena itu tak akan bisa menyelesaikan malah akan memperuncing masalah. Saya
harus bisa berbuat adil sejak dalam pikiran, harus meletakkan keduanya sama-sama ditengah.

Saya terus mengajak lelaki itu berbicara, bahkan sampai ke politik dan ideologi.
wawasannya begitu luas, sangat bertolak belakang dengan sikapnya yang sangat keras kepala.
Saya menjadi bingung......

Mataku kembali tertuju kepada Ibu tadi, hatiku hingga ke titik iba melihat Ibu itu
kedinginan. Jendela mobil terbuka lebar, karena sebelumnya Ibu itu terpaksa mengalah
karena ulah lelaki tadi yang sangat keras kepala. Mataku bergerak ke kekiri kutemui lagi
seorang bayi yang terpaksa menikmati angin malam.

Lelaki itu benar-benar telah tenggelam dalam pembicaraan yang telah kuhidangkan
hingga ia tak melihat mataku begitu liar. saya tutup jendela mobil ya ucapku dengan penuh
harap. Dengan sigap lelaki itu menutup, tanpa sepotong kata.

Akhirnya selesai juga pertengkaran ini ucapku dalam hati.

Pembicaraan dengan lelaki itu terus berlanjut, kali ini mataku tak liar lagi sudah fokus
mendengar ucapannya dari bait per bait. Hingga ia menyampaikan alasannya kenapa
bersikeras untuk membuka jendela, karena Ia mempunyai gejala penyakit yang mana harus
menghirup udara baru, walau sesaat saja.

***

Menengahi seseorang yang bertikai butuh kebijaksanaan. Harus mengesampingkan


perspektif subjektif. Jangan memihak ke si A karena benci sama si B, jangan memihak
kepada si B karena menguntungkan daripada si A. Atau banyak dari kita memihak karena
melihat status sosialnya. Sebab karena kaya, miskin, pengusaha, pemulung atau apalah.
Semuanya harus ditempatkan ditengah. Jangan karena dia kaya timbul rasa hormat, jangan
karena dia miskin timbul rasa iba, atau karena dia berbeda agama timbul rasa benci, jangan.
Begitulah dulu khalifah Umar bin Khattab ketika mengetahui gubernurnya Amr bin
Ash menggusur rumah seorang Yahudi untuk membangun Masjid. bukannya setuju, Khalifah
Umar berang tak karuan, Ia menginstruksikan untuk membangun kembali rumah seorang
Yahudi itu.

Semuanya harus diletakkan pada tempatnya masing-masing, jangan dipukul rata


apalagi langsung judge. Terkadang mereka yang bertikai tujuannya sama hanya cara untuk
mencapainya berbeda. Misal, si A menyebut ini angka enam sementara yang B mengatakan
itu angka sembilan. Jadi selaku pengubah harus mampu menjadi problem solver atau
setidaknya sebagai mediator.

Dalam kasus Ibu dan Lelaki tadi bisa saja saya langsung membela Ibu tadi dengan
alasan Iba terhadap orangtua dan menghargai seorang wanita. Namun saya yakin bahwa itu
tidak fair. Tak ada asap kalau tak ada api, pohon tumbuh karena ada akar. Bila pohonnya
kokoh yang dipuji bukan akarnya namun pohonnya. Kenapa? Karena pohon terlihat oleh
mata. Begitulah permasalahan, seringkali kebanyakan orang menanyakan hal yang telah
tampak namun jarang sekali mencari tau yang tidak tampak.

Bijaksanalah dalam setiap kesempatan hidupmu, jangan lihat besar dan kecilnya. Bisa
jadi bila jendela mobil itu tidak dibuka sesaat, penyakit lelaki itu akan kambuh. Bisa jadi bila
jendela itu tidak ditutup hingga akhir perjalanan ibu itu akan pingsan atau kesehatan Bayi
yang disampingnya menurun drastis bahkan berujung kematian. Ada sejuta kemungkinan
dalam hidup ini, yang tak bisa diterka-terka. Karenanya berbuat baiklah dimana pun berada.

Anggap seriuslah setiap masalah, bijaksanalah dalam setiap kesempatan. Jangan


kalimat andai dan andai lagi yang dipelihara, karena semboyan kita tetap bergerak atau
tergantikan.
Keluar Dari Zona Nyaman

Hal fundamental yang harus diubah ketika ingin menjadi seorang pengubah yaitu niat
beserta cita-cita. Kedua hal ini sering dianggap sepele sebagian orang padahal ini akan
menjadi pondasi untuk bergerak. Saya adalah salah satu orang yang sangat percaya bahwa
manusia itu tidak ada yang bodoh dan tak ada yang pintar. Hanya saja sebagian orang mampu
memanfaatkan moment sebagiannya lagi kurang mampu, catat kurang mampu bukan tidak
mampu.

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan
siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal (Q.S Al-Imran: 190). Tuhan
menciptakan berbagai fenomena agar manusia mampu belajar dari apa yang tak diketahui,
seperti kata orang Minangkabau alam takambang jadi guru.

Saat kamu ingin keluar dari zona nyaman, kamu harus melawan arus atau lebih
kurangnya berubah dari kebiasaan sebelumnya. Lingkungan adalah salah satu musuh terberat.
proses transisi dari kebiasaan-kebiasaan di lingkungan menuju ke prinsip menjadi seorang
pengubah ya susah-susah gampang. Hal yang utama dikuatkan niat. Setelah itu kamu harus
mengukur kemampuan diri dalam proses transisi.

Setelah kamu mengokohkan niat, agenda selanjutnya yang harus dipersiapkan


berkontemplasi dimana kekuatanmu, apa keunikanmu, apa kelebihanmu dari orang lain.
Kamu harus pandai menembak sasaran kemana kamu akan berlabuh. Pada saat ingin berubah,
kamu harus berbuat, nggak penting besar atau kecilnya yang penting harus bergerak.

Saat kamu telah masuk difase bergerak secara continue, alam sadarmu, pikiran liarmu
tiba-tiba akan berkata, kok hidup saya gini-gini aja? Kok umur saya serasa nggak punya
manfaat? Dan pada saat itu kamu akan berazzam ingin bergerak terus menerus dan bahkan
menancapkan dalam hati yang kira-kira seperti ini “badai sekalipun tak bisa menghalangiku”.
Terkadang azzam yang membaja hanya awet 1 bulan. Kenapa bisa? Mungkin karena hal yang
kamu lakukan membosankan, atau stagnan yang buat kamu tak nyaman, atau bisa jadi waktu
yang selalu bertabrakan dengan aktivitas sehari-harimu. Kalau kamu seorang Mahasiswa bisa
jadi agenda yang kamu rencanakan selalu bersamaan dengan jadwal perkuliahan atau jika
kamu seorang pegawai selalu bertabrakan dengan jadwal pekerjaanmu.

Hal yang seperti ini bisa dikatakan sebagai kerikil kecil yang menjadi penghalang.
Masa ini bisa dikatakan krusial karena niat telah kamu kokohkan, bergerak telah kamu
lakukan namun rasa dan keinginan untuk keluar dari zona nyaman seakan padam. Kamu
harus merujuk kepada apa yang kamu inginkan dahulu setidaknya kamu harus melihat sesaat
kebelakang bagaimana perubahan karakter ataupun aktivitas sebelum keluar dari zona
nyaman serta proses pada saat keluar dari zona nyaman. Tekadmu yang membaja itu harus
terus kamu pegang.

Kamu harus percaya bahwa keluar dari zona nyaman adalah cara untuk membuat
hidupmu lebih cerah atau setidaknya lebih terarah. Zona nyaman dan seluruh dunia
didalamnya hanya membawa kamu menjadi seseorang yang berpribadi mudah putus asa,
pantang menyerah, hal yang seperti ini harus kamu yakini. Agar komitmen untuk keluar dari
zona nyaman itu benar-benar seratus persen.

Hidupmu, kamu sendiri yang mengatur sebanyak apapun kamu membaca cerita
inspiratif dari sejarah, sesering apapun kamu mendengar motivator berbicara. Itu sama sekali
tak akan merubah hidupmu, yakinlah tak akan merubah. Dunia dan beserta isi didalamnya
hanya mampu mengajak, merangsang kamu atau mungkin paling maksimalnya merubah cara
pandang.

Tak satupun jalan menuju ke roma, pepatah ini menyiratkan makna yang begitu
mendalam. Hidupmu bukan seperti kereta api, jika keluar dari rel akan menjadi petaka.
Hidupmu itu mempunyai jutaaan rel, yang semestinya harus kamu pakai selama kamu hidup.
Jika gagal, coba lagi, jika di coba gagal lagi, teruslah mencoba hingga kegagalan lelah untuk
mengikutimu. Begitulah Ibnu Khaldun dahulunya, berpuluh tahun Ia menjadi politisi namun
selalu gagal, hingga tiba disuatu hari Ia mengevaluasi diri, dan berkata bahwa relnya bukan
dipolitik, beberapa aktivitas ditekuni hingga Ia menemukan bahwa Ia adalah seorang
sejarawan ulung, hingga kini siapa yang tak mengenal Ibnu Khaldun?.

Sejatinya keluar dari zona nyaman ini tak perlu banyak teori tapi praktek diperbanyak.
Setelah kamu telah beres mengumpulkan niat walau itu berbelit-belit sekalipun, kamu harus
mengapresiasi dirimu. Selanjutnya takarlah cita-citamu, tujuanmu. Dalam menakar cita-cita
kamu harus logis, harus diperhitungkan kepadatan rutinitas dan apa kira-kira yang diperbuat.
Jika kamu seorang pelajar atau Mahasiswa, apa yang kira-kira perbuatan realistis yang bisa
dilakukan? Pokoknya keluar dari zona nyaman ini bagaimana supaya waktumu lebih berguna.
Yang sebelumnya pulang sekolah, nongkrong, hangout, ataupun main gadget hingga waktu
maghrib harus kamu ubah jika kamu suka volunteer bisa masuk komunitas sosial, kalau ada
bakat menulis, masuk di komunitas literasi. Intinya keluar dari zona nyaman menambah soft
skill.

Jika niat dan tujuan keluar dari zona nyaman, sudah kamu dapatkan seutuhnya.
Nikmatilah proses hidupmu, bahagialah selalu dalam keadaan apapun, dalam kondisi apapun.
Keluar dari zona nyaman akan membuat kamu menjadi pribadi yang padat aktivitas, sunrise
dan sunset tak terasa lamanya. Keluar dari zona nyaman, akan membentuk kepribadian dan
mental yang tangguh. Ibarat bunga akan mekar pada waktunya, nikmatilah proses, InsyaAllah
kamu akan menjadi orang yang sukses dunia dan akhirat.
Kolaborasi Pergerakan

Fanatik akan membuat kehancuran, melahirkan rasa ingin menang sendiri, mudah
menyalahkan orang lain serta mudah membenarkan diri sendiri.

Hal yang lumrah Ketika banyak orang menggembor-gemborkan kebaikannya,


kemenangannya, prestasinya sehingga lupa bahwa Ia tetap kecil dan akan selalu kecil. Tak
ada salahnya memang, namun khawatir sifat seperti ini akan mudah membenci seseorang,
menyalahkan, bahkan menyerang.

Teringatlah kita kisah Narcissus seorang pemuda tampan asal Yunani yang selalu
menolak cinta, dan akhirnya Narcis jatuh cinta dengan bayangannya sendiri, matilah Ia
dengan kegelapan dari kutukan yang dia buat sendiri. Konon kabarnya dari namanya asal
muasal kata narsis. Begitu celakanya jika terlalu mengagumi diri sendiri. tak dapat
mendengar masukan secara jelas, tak sanggup melihat realita secara terang. Sifat seperti ini
semestinya sedini mungkin harus dihindari. hal ini akan marak terjadi niscaya akan
menggelembung.

Organisasi hal yang begitu rentan terkena dampak dari fanatik atau orang sering
menyebutnya taqlid buta. pun Organisasi kepemudaan, notabene pengurusnya anak muda
yang belum mengetahui secara luas ideologi, yang terkadang hanya ikut-ikutan organisasi
atau hanya untuk mengisi waktu luang. yang seperti ini akan mudah terserang fanatisme.
virus fanatisme begitu lembut merongrong pikiran apalagi yang tak mempunyai double
protecte.

Fanatisme datang secara continue. bisa jadi datang dari arah Figur yang dikagumi,
dari komunitas yang diidolakan atau dari guru yang dihormati. minimnya pengetahuan serta
jarangnya berdiskusi dengan kerabat atau organisasi lintas gerakan penyebab dasarnya.
semestinya sebelum mengikuti kegiatan atau bergabung dengan sesuatu kelompok sudah
semestinya harus mencari dulu deskripsinya. Ibarat meracik minuman, sebelum air masuk ke
gelas. terlebih dahulu sediakan kopi, susu dan gula. Jika kekurangan kopi tinggal tambah
saja, begitulah sebaliknya. mau kopi rasa susu atau susu rasa kopi, tergantung taste masing-
masing.
Boleh saja mengikuti suatu ideologi, aliran ataupun pergerakan yang dianggap sesuai
dengan kepribadian. apalagi mengarahkan menjadi manusia yang lebih baik. tentu saja boleh.
keberpihakan pada suatu hal sudah semestinya harus ada, apalagi untuk seorang pengubah.
harus punya prinsip, pendirian serta idealisme yang tak bisa dijual, namun jangan berlebihan.
Fanatik akan mempersempit, pergerakan bahkan pemikiranmu. sejatinya pergerakan ialah
perpaduan komponen-komponen, yang jika salah satu tak ingin berpadu maka pergerakan tak
berjalan baik bahkan bisa mati. pemikiran yang fanatik cenderung berpikir satu arah.
menganggap dunia hanya tentang alirannya dan dirinya sendiri jadilah seperti katak dalam
tempurung.

Perjalanan seorang pengubah begitu berat, bukan hanya membutuhkan nafas yang
panjang juga membutuhkan orang-orang yang ikut membersamai. semakin banyak yang
menguatkan semakin lekas menuju tujuan. Karenanya dibutuhkan kolaborasi pergerakan.
karya seorang pengubah tak tanggung-tanggung bisa menggemparkan jagad raya. Ia akan
berfikir 10 sampai 20 tahun ke depan, bagaimana anak cucu dimasa depan. bukankah
berjuang bersama itu lebih baik? jikalau ingin melompat hentakan akan lebih terdengar,
jikalau ingin mengguncang reruntuhan akan lebih terlihat. bukankah seperti itu?

Kolaborasi akan menghasilkan sesuatu yang menawan. bukankah pelangi jadi Indah
karena perpaduan spektrum spektrum warna di angkasa? atau bukankah Indonesia yang kamu
pijak ini adalah hasil perpaduan para leluhur? belum lagi kompaknya para mujahid-mujahid
Islam pada perang badar, 300 lawan 1000.

Kini kolaborasi sungguh tak ada artinya, mungkin bisa jadi karena artificial
intellegence lebih berguna dari yang manusia yang menciptakan. padahal rantai untuk
berkolaborasi semakin dekat, sedekat jari jempol di layar Hp. Tak harus bertemu sudah bisa
berkolaborasi, namun nyatanya sudah bertemu pun malah semakin menjauh. apa benar
teknologi ini menjauhkan yang dekat?

Rasanya semakin banyak aktivis muda, generasi yang melek sejarah tapi tak
sebanding dengan yang ingin berjuang bersama atau setidaknya berkolaborasi dalam suatu
pergerakan. inilah salah satu penyebab kenapa anak-anak muda Indonesia saat ini belum
mampu menjadi trandsetter dunia. jikalau ada pastilah mereka yang berkolaborasi. perpaduan
akan mampu merekonstrusi suatu kezaliman. menghancurkan kebatilan, dan yang lebih
sejuknya bakal tak mampu membedakan perbedaan.

Kiranya ada beberapa hal yang menjadi penyebab mengapa kolaborasi pergerakan
sangat langka ditemui. pertama tentu sajalah karena fanatisme. saat di kampus dulu, pernah
saya mendengar calon ketua umum organisasi mahasiswa berkata "bahwa jika saya terpilih
menjadi ketua umum semua pengurus dan anggota akan saya prioritaskan dari golongan
ormas A".

Fanatisme yang berujung nepotisme masih saja dijumpai bahkan dari anak yang lahir
pasca reformasi. Demokrasi yang bahkan kebablasan juga belum mampu untuk menghapus
mental mental negatif peninggalan orde baru. agaknya masih susah mencabut akar rumput
yang tumbuh rindang selama 32 tahun.

Kedua, ego sektoral. banyak yang beranggapan menurunkan ego sama saja
menurunkan harga diri. pemupukan kepribadian yang bersahaja begitu minim dikalangan
anak muda. masih banyak yang secara individual bahkan Organisasi menunjukkan
keakuannya. aku ini siapa kamu itu siapa?. sifat ini tak layak masuk dalam karakteristik
pengubah, selain merusak mental sifat ini secara tak langsung menjerumuskan pada
kesombongan. menurut biasanya sifat sombong hanya ada pada orang yang miskin
pengetahuan, minim pergerakan tapi banyak bicara.

Ketiga, Elit. Karakter Elitis akan menjerumuskan pada sifat Hedonisme. memandang
dunia hanya untuk kebahagiaan serta hura-hura. sudah saatnya seorang pengubah
mengembalikan pola pikir yang keliru ini. anak muda pada umumnya telah terjangkit virus
hedonisme. Virus ini menjadi penyakit populer dikalangan anak muda. bahkan bagi mereka
yang ingin mengubah. terlihat saja dari beberapa peristiwa. banyak yang mengatakan dirinya
sang aktivis sang pengubah namun untuk berpanas-panasan menggalang dana saja tak mau,
apalagi mau berpanas-panasan turun kejalan jauh dari yang diharapkan. namun jikalau ada
acara yang lokasinya di Hotel, diruangan ber Ac atau di cafe, banyak yang berebut. slogannya
Bersama Rakyat namun inginnya selalu di Ruangan yang jauh dari terik matahari, takut
kehitaman katanya.

Keempat, Eksistensi. Jarang ditemui anak muda yang bekerja dalam sunyi, berpeluh-
peluh dalam keikhlasan jauh dari hiruk pikuk media. Rela tak terkenal, selalu bekerja
dibelakang layar namun terus bekerja sama. seperti kisah peperangan umat Muslim melawan
romawi yang dipimpin Maslamah bin Abdul Malik. saat itu umat Muslim sangat kewalahan
menembus pertahanan dan benteng Romawi yang begitu kokoh.

Ada sosok pejuang yang terus berusaha melubangi benteng Romawi. tak ada yang
mengenal beliau karna wajahnya ditutup dengan kain hanya mata yang tampak. Dengan
usaha yang keras akhirnya Beliau mampu melubangi benteng Romawi dan menghantarkan
kemenangan bagi umat Islam. Pasca Perang Maslamah selaku pang lima perang menanyakan
kepada pasukannya siapa yang melubangi lubang itu. hingga ditanya berulangkali tak ada
satupun yang menjawab. Hingga tiba malam hari saat umat Islam yang lain khusyuk
bermunajat, sang pencetus karya hebat menemui panglima.

Kamu Ingin tau siapa yang melubangi benteng Romawi itu? dengan sigap Maslamah
mengatakan Iya. tapi dengan syarat kamu tak boleh menanyakan siapa nama aslinya,
keturunannya serta asalnya. apakah kamu menyetujuinya? Sang Panglima dengan cepat
menyetujuinya. Lalu sang Pejuang tadi membuka kainnya lalu berkata " sayalah yang
membuat lubang itu". Seketika Panglima menangis melihat keikhlasan dan kerendahan hati si
pejuang. sampai kini tak ada yang tau siapa nama pejuang itu.

Diluar itu semua tapi rasa syukur harus kupanjatkan kepada sang Maha Pemilik,
setidaknya sudah banyak anak-anak muda yang terjun diberbagai komunitas kerelawanan
atau society. semoga saja pergerakan yang banyak ini menjadi gelombang perubahan yang
maha Dahsyat bukan menjadi buih. kita tunggu saja semoga kolaborasi pergerakan benar-
benar tercipta, tak sabar menunggu. semoga sang Maha Pemilik memberikan saya
kesempatan ambil bagian atau paling tidaknya sebagai saksi sejarah.
Larut Dalam Cinta

Sesekali tanyalah pada ibumu, bu apa alasan ibu mencintaiku? Maka responnya,
speechless atau kalau tidak ibu akan membawa-bawa nama Tuhan dalam jawabannya selaku
Maha pemilik cinta. Atau coba lemparkan pertanyaan itu kepada diri sendiri, kenapa aku
mencintai Ibu? Pasti sangat susah untuk menjawabnya.

Begitulah bila cinta telah terlarut dalam jiwa dan darah. Tak terungkap seberapa
besarnya, tak terlihat bagaimana wujudnya, namun ia terasa hadir dan ada dalam jiwa. Persis
seperti gula dalam air tak terlihat namun menghadirkan rasa.

Begitulah bila cinta dilarutkan, ia mampu menghadirkan sensasi yang menarik. Ibarat
gula dicampur kopi yang pahit, ibarat gula dicampur cabai yang pedas. Ia tak akan berubah
rasa menjadi pahit ataupun pedas namun ia menjadi penyeimbang bahkan mampu
mendominasi rasa.

Cinta dihadirkan dalam hidup sebagai bentuk kebahagiaan, sebagai alasan untuk
berjuang. Maka sudah sepantasnya cinta itu diperlebar, yang awalnya hanya mencintai secara
vertikal kini yang horizontal pun iya. Yang dulunya hanya mencintai diri sendiri, kini
mencintai keluarga, esok mulai mencintai seluruh masyarakat yang seagama lusanya
mencintai semesta alam dan seisinya.

Karena sebagai bentuk kebahagiaan, cinta itu mesti diisi bila tidak akan hampa dan
menjadi simbol belaka. Cara mengisinya adalah dengan melakukan kebaikan bila tidak, cinta
itu akan bergerak menuju kebathilan. Karena cinta itu tidak rigid, ia akan hadir disela-sela
setiap perbuatan manusia.

Sejarah telah menggoreskan, bila siapa yang bergerak atas nama cinta maka
langkahnya tak akan bisa dihenti. Seisi dunia ketakutan padanya, seisi langit bangga padanya.
Seperti kisah sahabat Nabi yang bernama Julaibib atau lebih dikenal dengan panggilan si
buruk rupa. badan yang pendek, kulit yang hitam, wajah yang lusuh, nasab yang tak jelas,
harta yang minim membuat ia tidak terlalu dikenal masyarakat Madinah. Namun
kecintaannya dengan Islam dan Rasulullah jangan ditanya bahkan Ia rela tidak menikmati
malam pertamanya karena mendengar seruan jihad.

***
Suatu hari Julaibib ditegur Rasulullah, “Tidakkah engkau menikah”

“Siapakah orangnya yang mau menikahkan putrinya dengan diriku ini ya Rasulullah? Kata
Julaibib tersenyum

Hari berikutnya, ketika bertemu dengan Julaibib, Rasulullah kembali menanyakan hal yang
sama, dan Julaibib menjawab dengan jawaban yang sama. Begitu, hingga tiga kali berturut-
turut.

Dan akhirnya Rasulullah membawa Julaibib ke salah satu rumah pemimpin Anshar, yang
mana seorang putrinya terkenal cantik dan sholehah.

Ketika Rasululah menyampaikan tujuannya hendak menikahkan Julaibib dengan


putrinya, Istri pemimpin Anshar itu menjawab “Bagaimana bisa? Julaibib berwajah lusuh,
tidak bernasab, tidak berkabilah, tidak berpangkat, dan tidak berharta. Demi Allah tidak.
Tidak akan pernah putri kita menikah dengan Julaibib.

Perdebatan itu tidak berlangsung lama, dari balik tirai sang putri berujar “siapa yang
meminta?” sang ayah dan ibunya pun menjelaskan.

“Apakah kalian hendak menolak permintaan Rasulullah? Demi Allah, kirim aku
padanya dan Demi Allah karena Rasulullah yang meminta, tiada akan membawa kehancuran
dan kerugian padaku”

Dan Malamnya mereka melakukan pernikahan....

Sebelum menikmati malam kebahagiaan dengan istri cantik nan jelita, seruan jihad
menggema!!!

Julaibib bergegas keluar rumah dan ikut ambil bagian dalam peperangan melawan
tentara musyrikin.

Setelah selesai berperang, Rasulullah bertanya kepada para sahabat-sahabatnya,


“apakah kalian kehilangan seseorang?” “Tidak ya Rasulullah”, kembali Rasulullah menjawab
namun kembali jua jawaban yang sama dilontarkan para sahabat. Rasulullah mengatakan
“Aku kehilangan Julaibib” lalu para sahabat mencari dan ditemukan jenazah syahid Julaibib,
disekitarnya ada tujuh mayat musuh lalu para sahabat menyimpulkan Julaibib telah
membunuh tujuh musuh.
***

Begitulah bila berjuang atas nama cinta yang sesungguhnya. semua ditinggalkan,
semua dikorbankan dan semua diikhlaskan. Hingga lupa kenikmatan dunia karena larut
dalam cinta yang hakiki. Julaibib telah melakukan segalanya demi cinta-Nya ia tidak perduli
dikenal, dikenang atau dibangga-banggakan dunia. dalam hatinya hanya terpatri bagaimana
bisa mampu menjemput ajal melalui bukti cinta tulus pada-Nya. Dan ia berhasil
membuktikan.

Bukan penduduk dunia, melainkan penduduk langit yang sangat kenal dengannya,
sangat bangga dan sangat rindu padanya. Dan dia siburuk rupa yang digelari selama didunia
di langit ia adalah rebutan para bidadari.

***

Bila dengan sebenarnya cinta bergerak, sesulit apapun akan menjadi mudah yang
berat akan menjadi ringan. saat jiwa dan hati menerima lapang tanpa beban, maka seliku
apapun jalannya pasti terasa lurus. Maka larutlah engkau dalam cinta-Nya, selami setiap
kenikmatan-Nya lalu berjuanglah dalam laut yang telah dibentangkan-Nya.

Itulah yang sangat ditakutkan para pembenci Islam kepada ummat Islam, bila ummat
Islam bergerak atas nama cinta, maka akan sangat sulit dikalahkan. Makanya hampir setiap
saat mereka mencuci otak ummat islam dengan terus menerus melakukan propaganda melalui
media-media mainstream yang mereka miliki. Agar ummat Islam itu sendiri jauh atau bahkan
benci dengan ajaran agamanya.

Tak sampai disitu mereka membelotkan informasi-informasi kesatria Muslim dalam


sejarah. Padahal awal mula peradaban adalah Islam, masa kejayaan yang paling lama adalah
Islam. para ilmuan, politisi, dokter, pemimpin yang menjadi role model ialah dari Islam.
Namun dengan pandainya mereka memutarbalikkan semua fakta itu bahwa semuanya
bersumber dari barat.

Lalu kita generasi micin, dengan mudah memercayainya. Dengan tanpa filter
mereferensi sistem rumah tangga dari Inggris. Menghadapkan sistem pendidikan ke
Finlandia, mengikuti sistem ekonomi Amerika Serikat. Lalu kita bertanya, kenapa Islam jauh
tertinggal dari mereka?
Manfaatkan Waktumu

Letak waktu ada dalam diri bukan pada jam, banyak yang punya arloji mewah namun tak
disiplin. Arloji bisa dibeli namun waktu tak akan terbeli, pergunakanlah semestinya!

Hampir dari keseluruhan manusia salah memahami apa itu waktu?. Bahkan banyak
dari mereka adalah orang-orang yang mempunyai banyak koleksi arloji mewah. Arloji saat
ini sudah menjadi sebuah fashion. Patut dibanggakan ketika banyak orang di seantero negri.
Dari pangkal hingga ujung dari timur menuju barat menjadikan arloji sebagai life style.

Namun life style ini hanya sebatas simbol. Simbol yang menandakan bahwa mereka
lebih keren, stylest atau apalah namanya. Maka tak heran jika masih banyak yang terlambat
masuk sekolah, telat apel di kantor atau malah dikata-katain teman karena selalu ngaret.

Arloji yang dibawa, jam tangan nan mewah, beker yang terletak itu hanya sebagai
petunjuk. Waktu yang sebenarnya ada di dalam diri. Tak ada yang bisa mengatur waktu
hidupmu kecuali dirimu sendiri. Sekalipun penguasa negri, Atasan apalagi rival.

Hal yang mesti banyak-banyak disyukuri kepada Sang Pencipta adalah masih diberi
Waktu Hidup. Tuhan begitu amat baik kepada kita, bayangkan saja kita diberi waktu yang
seluas-luasnya, selapang-lapangnya untuk kita nikmati sebaik-baiknya tanpa ada intervensi
sekalipun. Tuhan tak memaksakan kehendaknya, hanya memberi petunjuk bagi mereka yang
taat. Bagi yang menolak atau belum menerima, Tuhan tetap memberikan Waktu hidupnya.

Harusnya kita malu ketika waktu yang diberikan hanya dihabiskan untuk mengeluh.
Yang sakit ingin sembuh, yang miskin ingin kaya, yang sedih ingin bahagia. Inilah sekelumit
kisah dari perputaran waktu. Percaya atau tidak waktu itu adalah ruang keinginan. Dimana
semuanya tak henti-henti untuk berkeinginan, baik untuk yang benar maupun kepada yang
salah.

Maka selaku makhluk yang berkeinginan sudah sepantasnya menjadikan waktu


adalah senjata utama. Dari Barat mengatakan waktu adalah uang sementara dari timur
menyampaikan waktu adalah pedang. Waktu ialah sesuatu untuk segalanya. Untuk itu mari
disadari bahwa waktu itu tak ada yang tepat yang ada tepatlah untuk memanfaatkan waktu.
Mestinya tak ada lagi yang mengatakan tunggu waktu yang tepat atau kalimat pesimis
semacam biarkanlah waktu yang menjawab.
Waktu akan terus melaju, bergerak dan tak tak bisa dihenti. Maka perubahan itu tak
bisa ditunggu, maka mimpi itu tak hanya dikhayalkan. Olehnya lakukanlah sesuatu dan
membuat kamu menjadi orang yang terlibat dalam suatu proses, olehnya maka berjalanlah
satu atau dua langkah dan jemputlah mimpi yang telah menjauh sejauh apapun itu.

Tuhan pun sang pemilik waktu dengan Maha pemurahnya tak pernah menuntut
manusia untuk sukses, namun Tuhan menuntut untuk berjuang. Hidup itu adalah proses dari
pengejawantahan waktu. Jika produktif memanfaatkan waktu maka hidup akan menjadi
produktif jua.

Maka perubahan itu tak menunggu waktu. Tuntaskanlah dengan segera. Jangan
tunggu nanti. Apalagi mengatakan sekarang lagi sibuk-sibuknya nanti saja setelah tamat
kuliah, kini sedang panik paniknya nanti saja jika telah dapat pekerjaan tetap. Saat ini tak ada
semangat nanti saja setelah nikah, biar ada yang menyemangatin.

Ingatlah bahwa yang kamu tunda itu akan menjadi penyesalan. Apakah setelah tamat
kuliah kamu tidak sibuk, apakah saat sudah kerja kamu masih sehat, apakah esok esok kamu
bisa pastikan bahwa kamu masih dapat berjalan? Dapat kamu pastikan kamu masih hidup?

Pergunakanlah waktu dengan produktif. Teruslah berproses kearah kebaikan dan


kemajuan. Jadilah orang yang menciptakan perubahan bukan menjadi penonton perubahan
apalagi sebagai pengagum perubahan. Lakukanlah apa saja, berperanlah dalam setiap waktu
hidupmu. Jangan jadikan waktu yang berputar terus menguasai keseluruhan aktivitasmu
apalagi menjadi aktor utama, merugilah.

Sudah saatnya engkaulah yang menjadi penguasa atas hidupmu. Merdekalah dari
dirimu sendiri. Lawan rasa malas yang telah bertahun tahun menjajahmu, tindas belenggu
ketidak PeDeanmu, berangus ego yang menghantam dirimu setiap hari. Bangkitkan
energimu, barakan asamu, bangunkan dirimu secara keseluruhan. Yakinlah Dunia ini begitu
kecil untuk dirimu, dunia sudah digenggamanmu. Kamu bisa lakukan apa saja, maka
jadikanlah ini sebagai tempat mengumpulkan bekal untuk esok, untuk lusa di alam keabadian.

Maka dari itu manajemen waktu telah menjadi harga mati. Sehebat apapun inginmu
untuk menjadi seorang pengubah, inisiator, inspirator akan terhambat jikalau waktu masih
saja mempermainkanmu. Sejarah itu akan berulang. Dengan waktu yang beda dan orang yang
berbeda. Tidak tertutup kemungkinan engkau, aku atau kita yang akan menjadi seorang
pengubah yang pastinya waktu begitu rindu kepadamu yang masih saja tak menganggapnya
ada. Sudahilah segala macam alasan yang ingin membuatmu tak berkembang dan menutup
diri.

Kini saatnya ajang pembuktian, bahwa kita adalah ummat terbaik yang pernah
diciptakan. Sepandai apapun engkau menghindar dari waktu, akan tetap tiba masanya bahwa
engkau akan mengemis-ngemis kepada Tuhan untuk diberikan waktu.
Menebar Kebaikan

Jangan pernah berhenti berbuat, lakukanlah walau itu kecil. Bergeraklah meski hanya
menghapus setitik debu

Banyak hal yang mesti dilakukan, hamparan jagad raya mewah nan indah diberikan
Sang pencipta tanpa dipungut biaya sudah semestinya sebagai renungan bila perlu jadikan
perbincangan. Semesta beserta isi didalamnya adalah komponen kebaikan. meliputi manusia,
hewan, tumbuhan dan banyak harta benda yang terkandung serta terlahir. manusia secara tak
langsung dituntut untuk mengelola dengan baik tanpa permusuhan apalagi pertumpahan
darah. manusia adalah penyebar kebaikan secara fitrah.

Dengan akal pikiran beserta hati yang lembut, manusia dengan segala kekurangannya
diwajibkan untuk merawat dan menyebar semua pundi-pundi kebaikan. Melihat luasnya
jagad raya tak ada alasan untuk mengeluh. Hamparan semesta harus disyukuri. cara terbaik
mensyukurinya pergunakan untuk menebar kebaikan.

Jadikan semua tempat dan waktu untuk menebar kebaikan. kapan saja, dimana saja.
selama engkau hidup lakukanlah! apalagi akhir-akhir ini sosial entrepreneur lagi marak-
maraknya. Musim sosial entrepreneur ini merupakan momentum yang tempat untuk
mengambil peran dalam menyebarkan kebaikan. konsepsi saat ini penghargaan tidak
diberikan lagi kepada mereka yang kaya secara finansial namun diberikan kepada mereka
yang kaya ide, dermawan waktu untuk menebar kebaikan.

Seorang pengubah harus mampu melihat celah, dan menjadi inisiator perubahan,
jadilah penggerak walau hanya untuk diri sendiri. menjadi pribadi sosialis gampang-gampang
susah. apalagi menebar kebaikan objek utamanya masyarakat, sedikit salah menjadi buah
bibir namun karya hebat tak dinilai. hal seperti itu tak usah dihiraukan toh tujuannya bukan
kesana? dinilai atau tidak itu urusan yang keseratus apalagi penilaian manusia banyak tak
objektif, tak usah diambil pusing. yang lebih penting pastikan dirimu, diriku dan diri kita
semua terlibat dalam jaringan kebaikan, hingga kebaikan beranak pinak menjadi suatu hal
yang besar dan menjadi suatu kebiasaan untuk kita semua.

Pada surat Ar-rahman ayat 60 Allah telah menjanjikan "Tak ada balasan kebaikan
selain kebaikan itu pula". Firman ini telah dijanjikan Allah kepada pelaku kebaikan. tapi
rasanya menunggu janji apalagi meminta janji kepada Allah sungguh tak elok bagi seorang
manusia. tak ada janjipun sudah seharusnya selaku manusia menyebarkan kebaikan, anggap
saja hutang budi kepada Alllah walau itu tak akan mampu membalasnya.

Selayaknya kita harus mengambil banyak pelajaran dari Rabiatul Adawiyah beliau
pernah berkata "Ya Tuhanku Jika aku mengabdi karena takut dengan nerakamu maka
bakarlah aku didalamnya, Jika aku mengabdi kepadamu karena ingin masuk pintu surga
maka tutuplah surga itu, ada tak adanya neraka dan surga aku akan tetap mengabdi
kepadamu".

Mestinya kita harus malu, setelah mendengar atau membaca kisah Adawiyah. atau
bisa menjadi tamparan pedas, sudah seberapa ikhlas diri ini untuk menyebar kebaikan.
Banyak dari kita yang telah menebar kebaikan, namun tak banyak yang mampu menebar
dalam sunyi.

Seperti yang dituliskan sebelumnya bahwa menebar kebaikan gampang-gampang


susah, yang berat ialah menjaga lisan dan hati agar tak merasa menjadi orang yang paling
baik, orang yang paling berguna, karena kebaikan bukan berlomba-lomba mencari simpati
manusia. Ibarat menebar benih padi, dilakukan segelintir orang namun pada akhirnya
dinikmati oleh orang banyak. begitulah proses menebar kebaikan, yang dilakukan hari ini
akan menjadi buah yang dinikmati banyak orang untuk hari esok.

Tak terbayangkan jika yang menebar benih padinya banyak, pasti buahnya akan lebih
banyak. begitulah kebaikan. Ikut atau tidaknya kamu dalam jaringan kebaikan, pelaku
kebaikan itu akan terus ada. kebaikan tak memerlukanmu namun engkau yang perlu untuk
menebar kebaikan.

Tak ada orang yang merugi saat berkontribusi dalam kebaikan, malah sebaliknya
mendapatkan banyak untung. rasa syukur yang berlimpah, rezeky yang terus mengalir dan
rasa cinta yang tak ada henti-hentinya.

Seorang pengubah tak akan lepas dari namanya kebaikan. pengabdian yang
membutuhkan totalitas yang hanya orang-orang tertentu yang berani mengambil jalan penuh
tanggung jawab. Semua orang pasti terkesima melihat para relawan, aktivis sosial, sosial
entrepreneur yang hidupnya Ia jalani dalam hal membantu dan pastinya jauh dari keuntungan
materialis.
Banyaknya orang terkesima tak berbanding lurus dengan orang-orang yang ingin
membantu atau paling tidaknya ada dalam jaringan sel kebaikan. padahal telah nyata
dimatanya itu adalah hal yang mesti dilakukan namun kenapa mata masih tidur melihatnya.
padahal telah terasa dengan sebenarnya di hati, namun kenapa masih belum merasa. padahal
telah terdengar di telinga namun kenapa masih belum tersampaikan? sebuta, sekeras, sebudek
itu mata, hati dan telinga kita. hingga kini masih belum tergerak?

Memikirkan diri sendiri

Budaya apatis telah menjadi prinsip manusia. bahkan sejak dahulu, awal kehidupan
manusia. Qabil rela membunuh saudara kandungnya hanya untuk mendapatkan keinginan
pribadi. agaknya gen buruk ini ada dalam pribadi kita masing-masing.

Biasanya orang-orang yang terlalu memikirkan diri sendiri ialah orang yang gagal
memahami bahwa ia adalah manusia. Ia tak menyadari bahwa manusia hanya seorang
makhluk yang singgah sejenak datang lalu pergi dari alam fana dan itu semua proses interaksi
manusia. Kita harus menyadari bahwa hidup itu begitu rumit, pelik bahkan membosankan
jika dijalani untuk memikirkan diri sendiri. tak salah memang jika ingin berobsesi tentang
kemapanan diri, kesejahteraan diri namun rasanya itu semua akan sulit dijalani jika tidak
bersama-sama. yakinlah!

Untuk mencapai keinginan pribadi saja kita butuh orang! sampai disini masih belum
melekkah bahwa memang hidup itu adalah menebar kebaikan? apa saja yang dilakukan di
bawah kolong langit yang biru ini semuanya tak terlepas dari kerjasama dan tolong
menolong. Menebar kebaikan bukan harus orang baik, siapa saja boleh melakukannya.
semoga dengan kebaikan yang ditebar dapat membuat diri menjadi baik.

Pernah suatu ketika, saya berdiskusi dengan seorang Mahasiswa. saya melihat harinya
begitu sibuk, pergi pagi pulang malam. Saya bertanya ‘apa saja kegiatan yang kamu lakukan
kenapa begitu sibuk’? Ia menjawab ‘’kuliah, pratikum, buat makalah, buat tugas untuk pekan
depan, bulan depan, 2 bulan ke depan’’. seketika saya ternganga mendengar aktivitasnya. hati
saya terkagum melihat anak muda energik yang benar-benar ingin mempersiapkan masa
depannya.

Saya bertanya lagi, apa saja organisasi yang diikuti? Tak ada, nggak ada gunanya.
lanjut saya bertanya, kalau ikut kegiatan sosial pernah nggak? "jika ada waktu". Terakhir saya
bertanya, apa kamu bosan dengan aktivitas yang seperti ini? mau sampai kapan? "bosan sih,
tapi kuliah cuman 4 tahun paling lama".

Apa yang dilakukan Mahasiswa ini tak ada salahnya namun kurang tepat. Ia
menghilangkan sifat kemanusiaan, sifat sosial yang telah dikodratkan pada masing-masing
manusia. jikalau karakter yang seperti Mahasiswa tadi dipakai semua orang. rasanya Ia tak
akan bisa kuliah, bukankah kampus gedung-gedung pendidikan didirikan untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa, bukan untuk mencerdaskan kehidupan satu kelompok
apalagi satu individu sama sekali tidak.

Setiap hela nafas yang dihirup harusnya menjadi kenikmatan. hidup perjalanan yang
berbahagia. jikalau ada rasa putus asa, bosan, sedih, perlu rasanya mempertimbangkan atau
merubah cara pandang dalam menjalani hidup. Kalau tujuan hanya untuk memikirkan diri
sendiri niscaya putus asa, kecewa, bosan akan mudah menghinggapi proses perjalanan.
kenapa begitu? Manusia makhluk yang lemah, yang tak berdaya namun rasa inginnya
berlebihan. obsesi pribadi manusia cenderung melihat untung dan rugi bukan benar dan salah.

Menebar kebaikan bentuk yang tepat untuk melawan apatis. menjadi orang yang sibuk
memikirkan diri sendiri sama sekali tak enak. Orientasi yang selalu ingin dan ingin akan
menjauhkan dari sifat bersyukur dan qanaah. Hidup yang tak enak mau diapakan lagi?
tinggalkan budaya apatis. Marilah kita saling mengingatkan, untuk selalu mengumpulkan
pundi-pundi kebaikan walau dimulai dari hal yang kecil, tak ada hidup yang lebih baik tak
ada manusia yang lebih baik kecuali ia bermanfaat untuk sesama. semoga kita dapat
terhubung dan terhimpun dalam suatu kebaikan.

Ilmu untuk bermanfaat

Pada zaman sebelum nabi Muhammad lahir, bangsa Arab masa itu mempunyai ilmu-
ilmu yang tinggi. terlihat pada masa itu bangsa Arab mempunyai perekonomian yang bagus,
pedagang-pedagang yang tajir. namun kesenjangan sosial begitu terlihat, yang kaya semakin
kaya, yang miskin semakin tertindas dan budak semakin sengsara. bayi lahir dibunuh, wanita
dipergilirkan dengan sesuka hati.

Malam akan selalu menjadi nelangsa bagi wanita yang tak berdaya, menjadi
keperihan bagi budak bangsawan. disiksa, dirampas, dijarah! peradaban kala itu begitu
kelam, banyak orang pintar namun tak berguna. banyak yang mengetahui namun diam. hanya
fokus kepada diri sendiri, keuntungan sendiri! berdagang, berdagang dan berdagang.
Apa yang menyebabkan semua itu terjadi? selain karena belum adanya petunjuk, hal
yang paling mungkin penyebabnya tak ada rasa simpati terhadap sesama. banyak orang
pintar, orang kaya namun tak bermanfaat. pintarnya hanya untuk dirinya sendiri, kayanya
hanya untuk dirinya sendiri.

Dalam Islam adab dulu baru Ilmu. tujuannya agar yang berilmu dapat menyebar
kebaikan serta kebermanfaatan bagi ummat manusia. untuk apa sekolah tinggi-tinggi ijazah
banyak, nilai sempurna namun tak berguna bagi masyarakat. Konteks pendidikan hari ini
sudah selayaknya diubah. walau tak pemangku kebijakan, konteks itu bisa dirubah setidaknya
dari diri sendiri. rasanya kita semua terlena melihat sebuah pencapaian yang subjektif.
contohnya saja tentang nilai dalam rapor. saat ini masih banyak dari kita yang berjuang untuk
mendapatkan nilai yang tinggi walau dengan jalan yang salah. menyiapkan srategi busuk,
mencontek teman, mempersiapkan contekan dan lain sebagainya. apakah kita lupa bahwa
ujian itu hanya salah satu indikator untuk mengetahui kapasitas diri?.

Tak hanya nilai, bahkan masih ada dari kita yang keliru menginterpretasikan keilmuan
pendidikan. sejatinya sekolah bukan tempat merubah nasib, sekolah bukan untuk mengelola
menjadi pintar, sekolah bukan hanya untuk mengisi waktu luang. namun sekolah tempat
manusia-manusia yang didik untuk bermanfaat, manusia yang haus dengan kebaikan.
Seharusnya seperti itu!

Paradigma yang kurang tepat dari masyarakat sudah seharusnya diubah. Contohnya
saja masih sering kita mendengar bahwa orangtua menyekolahkan anaknya untuk menjadi
orang pintar dengan tolak ukur nilainya tinggi, berprestasi yang semuanya lebih bersifat
subjektif. Namun jarang kita mendengar bahwa orangtua menyekolahkan anaknya atau
seseorang bersekolah tujuan utamanya untuk menjadi orang yang bermanfaat.

Tak salah memang, jika paradigma suksesnya seorang anak dilihat dari tinggi nilai
serta banyaknya prestasi namun rasanya kurang tepat saja. Jika hal kecil seperti ini tak
diubah, dikhawatirkan sifat memikirkan diri sendiri semakin menjamur. Seorang anak akan
fokus untuk nilainya, untuk karirnya kalau seperti ini bukankah kita sama saja dengan
karakter bangsa Arab masa Rasulullah sebelum lahir?

Padahal seseorang dikatakan berilmu jika, semua pengetahuan yang ada dalam dirinya
menjadi manfaat untuk orang disekililingnya. Lihatlah, disekitar. Banyak yang bergelar
sarjana hingga profesor namun ilmunya itu tak ada manfaatnya untuk orang sekililingnya
bahkan ada beberapa ilmunya untuk melemahkan yang lemah, mengkerdilkan yang marjinal.
Kalau sudah seperti ini, akan tiba masanya masyarakat tak respect lagi kepada ilmuan,
akademisi dan bahkan ilmu itu tak dihargai lagi. Sekarang saja sudah terlihat benih-benihnya.

Cobalah merubah cara pandang, bersedihlah jika Ilmu yang didapat hanya membawa
diri menjadi orang pintar namun tak berguna. Berbanggalah jika ilmu yang didapat
menghantarkan diri menjadi yang bermanfaat. Bukankah ilmu yang bermanfaat salah satu
amal jariyah?

Menebar kebaikan kepada siapa saja

Siapa saja berhak mendapatkan kebaikan. tak pandang profesi, suku atau budaya.
semestinya kebaikan ditebarkan kepada orang-orang yang belum terhimpun dalam jaringan
kebaikan. selain untuk meningkatkan kuantitas, menebar kebaikan kepada orang-orang yang
belum terhimpun dalam kebaikan dapat menjadi indikator sejauh mana khalayak menerima
kamu dan seberapa manfaatnya kamu.

Menebar kebaikan juga akan belajar toleransi. dimana kamu akan dihadapkan kepada
hal-hal yang membingungkan. bertemu dengan orang yang karakternya berbeda, orang yang
depresi bahkan gila. disaat dilema seperti ini, kamu harus tetap dengan kerendahan hatimu
bahwa engkau tetaplah orang bodoh yang ingin belajar dengan mereka. hal seperti ini akan
menimbulkan rasa kesetaraan bahwa engkau belum tentu lebih baik dari mereka. bertemanlah
dengan mereka apa adanya, jika karakternya salah ingatkan, jika depresi bangunkan, jika gila
waraskan. begitulah seharusnya seorang pengubah, bukan malah merendahkan, menghina
atau mendeskriminasi mereka.

Pernah suatu malam, selepas pulang silaturrahim dari rumah teman, ada seorang
perempuan yang menghambat saya ditengah kesunyian malam. karena takut terjadi Fitnah,
kala itu jalan memang lengang, saya tak hiraukan himbauannya. Namun ia terus
memanggil bahkan dengan pekikan. dengan pertimbangan yang matang saya balik arah dan
menghampirinya. Setelah ditanya Ia mengatakan motornya habis minyak dan lupa bawa
Duit.

Hanya saya dan dia yang ada ditempat itu, membutuhkan hampir 2 km lagi hingga
sampai di keramaian. Jantung saya memperlihatkan kekhawatiran yang luar biasa entah
kenapa, bahkan saya berpikir bahwa saya akan dijebak. dipandang dari pakaian wanita itu
memakai busana yang serba minimalis dan bahkan transparan. sebenarnya saya termasuk
orang yang tak mudah menilai orang dari penampilannya, namun malam itu hati kecil saya
mengatakan bahwa wanita itu rasanya bukan wanita baik-baik.

Untuk menghindari hal terburuk terjadi, saya memberikan uang untuk beli minyak
dengan catatan saya tak akan menemaninya untuk menggiring motor. namun ia tak mau
bahkan menangis memohon supaya tak ditinggalkan sendirian.logika dan Nurani berkecamuk
dalam diri. Meninggalkan dia sendirian namun nurani saya tak sanggup, Jika terus
menemaninya saya khawatir ada udang dibalik batu. akhirnya saya memutuskan untuk
mengikuti nurani. dan siap menanggung segala konsekuensi yang ada. lebih kurang 1, 5 km
saya mendorong motornya hingga menemukan tempat jual bensin. selama perjalanan saya
coba untuk mencontohkan bagaimana sebagai manusia yang tulus menolong.

Dalam beberapa kesempatan Ia mencoba merayu dan bahkan mengajak saya untuk
pergi ke rumahnya. Seketika amarah saya timbul, dan ingin melontarkan kata-kata tolakan
yang pedas. namun saya menyadari bahwa menyalahkan orang yang dalam kondisi salah
akan membuat seseorang melalukan pembenaran. dengan segala kekurangan saya coba
menolak ajakannya itu dengan santun, tanpa merendahkan siapa dia. bahkan dibeberapa
kalimat saya tinggikan dia. alhasil ia yang reaktif tiba-tiba pasif. kemungkinan dia malu
dengan apa yang telah dia lakukan.

Selepas kejadian itu, saya menceritakan kepada teman-teman terdekat. hampir secara
keseluruhan mereka menjawab bahwa tindakan yang saya ambil kurang tepat. bahkan ada
yang mengatakan Mudhoratnya lebih besar dari manfaatnya.

Saya terima semua pandangan bahkan ada kritikan yang telah dihujamkan kepada
saya. namun ada beberapa hal yang mesti dicermati. bahwa orientasi kebaikan itu adalah
perjuangan bukan hasil. bahasa sederhananya kebaikan itu ialah proses yang terus berjalan
dan tak menemui titik akhir. dalam proses akan ada pembelajaran yang tak henti-hentinya.

Seorang penebar kebaikan harus mampu mengambil sikap dan bertanggungjawab


penuh. seperti kisah yang dijelaskan sebelumnya, bahwa seorang penebar kebaikan harus
lebih memperjuangkan keselamatan objek daripada subjek.

saya tau akan ada ribuan fitnah yang akan menyerang dan saya juga sadar bahwa jika
saya tak menolongnya akan ada kemungkinan hal terburuk yang akan dia terima. kekerasan
terhadap perempuan, pemerkosaan bahkan pembunuhan. lalu ada beberapa pernyataan dan
pertanyaan. kenapa harus kamu yang menolong? nggak usah sok jadi pahlawan! Doakan saja
Ia semoga mendapat pertolongan dari Tuhan! Resiko begitu besar toh belum tentu juga Ia
akan terkena musibah.

Hidup butuh kebaikan. semua orang berhak mendapatkan kebaikan. sekuat apa pun
pasti akan ringkih jika hidup tak dipayungi kebaikan. cara terbaik untuk menyeru ialah
dengan teladan dan kebijaksanaan. Masih banyak dari kita yang memandang sempit lingkup
kebaikan. padahal kebaikan itu bentuk manifestasi yang terhimpun dalam seluruh bentuk
cinta dari manusia.

Kebaikan harus disebarkan kepada seluruh penjuru, kepada siapa saja, dimana saja.
gaungkan terus dengan semangaat persaudaraan. tanpa teriak-teriak salah atau benar. dengan
strategi universal begini saja masih banyak yang merasa terasingkan, masih banyak yang
tersakiti. apalagi dengan cara kasar dan frontal?
Menjadi Lentera

Lihatlah Matahari, terbitnya untuk semua Mulai dari manusia hingga tumbuhan. Sinarnya
sebagai kompleks perputaran kehidupan. Kurang diakui apalagi dipuji, namun saat tak ada
semua gelisah bahkan mati ketakutan.

Sebab kehidupan itu harus dicerahkan. makanya harus punya petunjuk dan pedoman.
Keramaian kota, kedamaian desa, kemajuan zaman, kemudahan akses belum tentu bisa
menjadi penyelamat. Untuk apa ramai jika menyesakkan, untuk apa damai bila
menghayutkan, untuk apa maju jikalau menyesatkan. Tak berguna akses jika semuanya gelap.

Ditengah kemajuan terlentang masalah, didalam kedamaian terhampar asa yang akan
menjadi anomali. Kehidupan butuh sinar. Ya bukan hanya seperti sinar surya yang hanya
terbit hingga petang. Namun lebih dari itu, sebuah lentera yang dapat menjadi petunjuk
ditengah gundah dan zulumat, menjadi penerang yang akan mencahayai semuanya.

Islam menjadikan Al-Qur'an dan Sunnah sebagai petunjuk keselamatan dunia dan
akhirat. Dikesempatan yang berbeda Islam juga mengajak agar semua muslim bisa jadi juru
dakwah. Namun apa jadinya bila itu dipahami secara tekstual? Tingkat Intelegensi setiap
orang berbeda dalam memahami Firman serta seruan. Empat Imam yang dijadikan rujukan
terkadang dimanfaatkan beberapa kelompok untuk bahan gesekan dan menghantarkan kita
terjebak dalam arus perbedaan yang menimbulkan perselisihan. Terkadang begitulah.
petunjuk dipakai untuk kepentingan pribadi saja.

Petunjuk yang dianugerahi kepada kita semuanya sudah Final tak akan bisa
diamandemen. Bukan karena manusianya tak mau melainkan karena isinya sudah Maha
benar dan Maha Sempurna. Yang jadi pertanyaan, kenapa masih saja Islam tak berkutik,
lemah, lunglai, Impotensi dihadapan mereka yang tak punya pedoman yang paripurna bahkan
saling bermusuhan terhadap sesama? Jawaban sederhananya adalah karena kebanyakan Umat
Islam tak mampu memahami dan bahkan tak ingin memahami petunjuk. Yang Ahli Agama
dicap Radikal, Yang paham petunjuk disimbolkan konservatif dan lain sebagainya.

Parahnya lagi, kita sudah masuk dalam lingkaran konspirasi sanatisme. Ulama yang
menyampaikan kebenaran tidak dihiraukan lagi bahkan dicaci maki dan diejek-ejek. Ada apa
ini? Mau kemana lagi bertanya, mau kemana lagi minta nasehat? Mau kemana diarahkan
perjalanan ini? Bila yang memegang ahli petunjuk disumbat mulutnya?
Bila begini situasinya, kita butuh pemuda yang mampu menjadi lentera.
menghancurkan bila itu kezaliman yang terstruktur, yang mengarahkan kembali kejalan para
ulama. Yang harus siap menjadi benteng terkokoh menjaga para pewaris Nabi. Tak sampai
disitu pemuda juga harus menjadi penerang, penenang, pereda, dan penghubung diantara
kekalutan yang tak bertepi ini.

Sangat beralasan ketika pemuda hari ini dijadikan lentera, disematkan harapan yang
lebih dipundaknya. Bukan hanya juru gedor, namun harus bisa melahirkan rasa optimisme
kepada Agamanya, Bangsanya, keluarganya dan terakhir untuk dirinya sendiri.

Diberbagai literatur telah diceritakan bahwa anak muda yang menjadi aktor utama
dari proses keberhasilan suatu bangsa. Di negara manapun, disistem pemerintahan seperti
apapun pemudalah yang berhasil merangsek maju kedepan sebagai pemimpin untuk
menghancurkan suatu kezaliman. Pemuda yang mempunyai prinsip dan idealisme kokoh
yang tak seorangpun mampu bisa mengintervensinya. Seperti kata Tan Malaka "Idealisme
Adalah Kemewahan Terakhir yang dimiliki Pemuda"

Cita-cita besar selalu dimiliki Anak muda, dengan segala kekuatan, keterampilan serta
ingin berubah menjadi baik anak muda selalu ambil bagian dalam suatu perubahan. Karena
itulah anak muda selalu menawarkan masa depan yang lebih baik.

Kemajuan zaman yang tak terbendung tak sejalan dengan karakteristik yang agaknya
mundur beberapa fase. Praktik adu domba dimana-mana, degradasi moral, penjarahan dsb.

Zaman ini membutuhkan sosok anak muda yang komplit, yang bukan hanya
membimbing disaat ini namun juga untuk hari esok. Penerang untuk semua kalangan. Mampu
menjadi gelombang disaat diperlukan, bisa jadi hujan jikalau dibutuhkan, jua bisa menjadi api
jika memang diharuskan.

Tak dapat mengelak lagi, lentera yang disebut itu adalah engkau, pemuda yang
diharapkan itu adalah kamu yang sedang membaca buku ini. Berhenti sejenak membaca!
Renungkan apa yang ingin engkau perbuat untuk kampungmu, kotamu, negaramu, agamamu.

Apakah engkau sudah berbuat? Atau belum sama sekali? Jika jawabannya belum.
Merugilah engkau. Tak menyesalkah jika energi yang ekstra ini tak kau pergunakan, waktu
yang luang ini kau siakan, pikiran, ingatan yang segar ini tak dipakai. Tak malukah melihat
mereka yang mempunyai keterbatasan mampu menjadi inisiator, inovator, kreator. Lalu apa
alasanmu tak ingin bergerak dan berbuat maksimal?

Jikalau planningmu untuk lima sampai sepuluh tahun ke depan sudah terencanakan,
coba baca ulang apakah ada yang untuk kemaslahatan bersama? Bila tak ada maka revisilah!
Ingat pesan Buya Hamka "Jika hanya sekedar Hidup Babi dihutan juga hidup, jika hanya
sekedar bekerja kera diatas pohon pun bekerja".

Sudahi mindset yang keliru yang ditularkan oleh lingkunganmu, keluargamu atau
siapapun yang telah menodai pikiran jernihmu. Yang mengatakan orang sukses itu yang
punya banyak uang, berlimpah harta, pakai dasi atau punya jabatan. Stop pembodohan!
Lupakan dan maafkanlah mereka yang membawamu sampai ketitik ini bahkan terlena dengan
khayalan yang tak berkualitas.

Orang sukses, orang keren, orang yang paling beruntung adalah mereka yang mampu
mengabdikan dirinya, mewakafkan waktunya untuk kebermanfaatan sesama. Hentikan pola
pikir Historical Materialism yang menyanjung-nyanjung materi adalah segalanya yang
mengatakan uang menciptakan sejarah. Hentikan itu!

Kita harus naik level dalam menghadapi kehidupan, ketika dulu berkeinginan untuk
bahagiakan keluarga kini harus bercita membahagiakan lingkungan. Ketika dulu mencari
untung untuk hari ini, kini mencari untung untuk hari esok. Saat dulu bekerja untuk uang kini
bekerja untuk mengabdi kepada sesama.

Kegelapan ini akan terus menyelimuti masyarakat sekelilingmu atau bahkan


negaramu secara luas. Mereka akan terus berjalan meraba dan tak tau arah. Menjalani
hidupnya digulitanya peradaban, dikelamnya kesesatan. Sampai kapan pun mereka akan
seperti ini, sebelum datang lentera yang menyalakan serta Oase yang menyegarkan.
Datanglah, berhimpunlah karena pemuda hari ini adalah lentera semesta. Semoga engkau
salah satunya.
Merubah Dari Hal Kecil

Jika menjadi seorang pengubah engkau harus menawarkan apa misi yang akan
dilakukan bukan apa yang menjadi tujuanmu. Mulai detik ini kita harus merubah mimpi yang
semula kata benda menjadi kata kerja. Sederhananya mimpi itu adalah misi yang
diejawantahkan melalui suatu proses. Jika mimpi dirubah menjadi kata kerja sejatinya mulai
dari awal berproses akan terpatri bahwa setiap apa yang dilakukan adalah mimpi, adalah
tujuan yang selama ini dicita-citakan.

Simple bukan? Hanya merubah mimpi yang awalnya menjadi tujuan menjadi aktivitas
atau bahkan rutinitas telah membuat kamu menjadi seorang pengubah. Ya memang hidup ini
sederhana, yang membuat rumit cara kamu menyikapinya saja. Seperti kata pepatah apa yang
kamu kerjakan hari ini adalah cerminanmu dimasa depan. Pepatah ini sangat linear dengan
apa yang kita bicarakan saat ini. Karena konsepsi hari ini mimpi itu bukan tujuan namun
perjalanan panjang yang mesti dinikmati.

Dalam perjalanan, bertemu dengan rintangan adalah keniscayaan, jalan yang


berlubang, jalan yang berliku atau mungkin kemacetan panjang yang membosankan. Ibarat
diatas mobil, kamu pasti melakukan apa saja yang membuat pikiranmu jadi tenang. Bisa jadi
dengerin komedi melalui tape, bersenda gurau atau mungkin berhenti di rest area untuk
membeli minuman atau cemilan. Sebenarnya kamu telah melakukan hal-hal yang membuat
kamu betah diperjalanan. Dan itu sama sekali tanpa kamu sadari. Bayangkan bila engkau
menyadari mungkin nikmatnya akan menjadi kuadrat. Kira-kira begitulah perjalanan ataupun
tantangan yang akan dihadapi seorang pengubah.

Merubah hal kecil lebih susah daripada hal yang besar. Walau terlihat sepele
melakukan sesuatu yang hasilnya tak berdampak signifikan akan membuat diri malas. Hal
kecil kerjanya berulang-ulang, tak ada tepuk tangan yang menyambut ini alasan terbesar
banyaknya dari kita luput karena memang merubah hal kecil adalah bekerja dengan
keikhlasan.

Coba kita renungkan sejenak, apa hal kecil yang telah diubah dan telah dilakukan
berulang-ulang? Contohnya, kamu senyum ketika bangun pagi dan memberikan senyum
terbaik kepada orang yang pertama kamu lihat, itu bisa membuat harimu menjadi positif aura
itu akan terus melekat hingga malam hari. Sederhana bukan?
Contoh lain, sewaktu kecil saya bisa dikatakan orang yang pemalu ditambah lagi
penakut. Coba bayangin dua kekurangan besar yang seharusnya tidak ada dalam seorang
lelaki. Berbicara di depan umum layaknya azal bagiku. Pernah sewaktu kecil saya lebih baik
tidur di luar rumah daripada berpidato di masjid. Saya begitu terpukau melihat orator berapi-
api menyampaikan narasinya namun sebaliknya saya ingin di dalam hidup saya itu tak
melewati peristiwa berbicara ke depan, sebisa mungkin akan saya dihindari.

Ketakutan-ketakutan berbicara di depan umum terus meranjak hingga saya SMA


bahkan semakin meningkat dan mendekat. Tiba disuatu waktu saya sadar bahwa jika
ketakutan dipelihara akan menjadi malapetaka. Sejenak saya merenung ingin merubah
ketakutan menjadi senjata ampuh. Saya menyadari bahwa ini adalah salah satu tantangan
terberat, dan akhirnya saya memutuskan merubah semua ketakutan itu dari hal kecil seperti
mencoba berbicara di depan cermin, di kamar mandi atau dimana saja yang terpenting sunyi
dan sepi.

Hal kecil ini terus saya lakukan bertahun-tahun lamanya. Tahun pertama begitu sulit,
tahun kedua saya sudah memberanikan diri untuk berbicara di depan keluarga dan teman
terdekat. Hingga tiba masanya, saya mempunyai kesempatan untuk bersaing dengan teman-
teman untuk memperebutkan gelar siswa Favorit. Dan pada akhirnya, saya terpilih menjadi
siswa favorit di sekolah pada tahun 2013, dan kini berbicara di depan umum adalah hobby
bagi saya.

Yakinlah, orang-orang hebat yang ada di negri ini ataupun tokoh tokoh di seantero
jagad raya pasti memulai langkahnya dari hal yang kecil. Aktivitas merubah hal kecil
memang benar-benar begitu membosankan jauh dari keramaian ataupun puja puji dunia.

Merubah hal kecil adalah merubah masa depan karena tak akan banyak yang mampu
bertahan dan mengerjakan sesuatu tanpa pamrih. Jika tak percaya coba tanya temanmu atau
yang paling dekat adalah dirimu. engkau mau jadi apa? Sebut saja, menjadi dokter. Jika kamu
masih beranggapan menjadi dokter akan membuat kamu menjadi orang yang punya wibawa,
terus mempunyai mobil mewah atau masa tuamu akan ada jaminan, ini semua adalah pola
pikir ketika cita-cita itu masih kamu buat menjadi kata benda. Seharusnya jika ingin jadi
dokter, kamu harus banyak belajar dan berproses bagaimana melayani sepenuh hati tanpa
pamrih, mengabdikan diri kepada seluruh masyarakat tanpa memandang status sosial, agar
nantinya kamu tak berat hati lagi jika ada pasien yang ngetuk pintu tengah malam untuk
berobat namun berhutang. belajarlah semua itu, karena dokter adalah pekerjaan yang
berorientasi dengan pelayanan.

Merubah hal kecil akan melahirkan manusia yang tangguh dan penuh keikhlasan.
Merubah hal kecil akan mengantarkan kita bagaimana belajar memaknai nilai dari
keikhlasan. Tanpa ada kemegahan dunia di dalamnya. Jika kamu berhasil maka tak akan ada
yang menyebut kamu hebat, semua akan berkata wajar. Namun jika kamu gagal semua akan
mengatakan kamu bodoh atau apalah bahasa yang merendahkan, kok dia gagal? Hal kecil
seperti itu dia nggak bisa ya? Kata-kata ini akan menggema ditelingamu bahkan jika kamu
tak kuat akan menancap dihatimu.

Merubah hal kecil akan melahirkan manusia-manusia yang punya keikhlasan, punya
komitmen serta tangguh. Tiga karakter ini akan melekat bagi seseorang yang akan
membentuk pribadi ksatria. Merubah hal kecil adalah kendaraan yang paling baik untuk
melewati rintangan terbesar. Hal ini senada dengan pernyataan bahwasanya kerikillah yang
akan menggelincirkan seorang pembalap bukan batu besar. Banyak orang yang ingin
menaklukan dunia namun hanya beberapa orang yang bertujuan menaklukan diri sendiri.

Terlepas dari itu semua bahwasanya defenisi kecil secara tekstual adalah manusia.
kitalah yang kecil itu dan kita harus mengakui bahwa kita tidak ada apa-apanya. Namun Dia
yang maha besar memberikan secuil kekuatan bagi kita semua agar mampu memberdayakan
diri, memberdayakan sesama dan memberdayakan secara kerjasama. Agar kita mempunyai
cara, strategi untuk saling menasehati, saling bahu-membahu, saling mengingatkan bahwa
kita tetaplah kecil dan teruslah merubah diri ini menjadi yang lebih baik, dari hal yang kecil
pula.
Percaturan Kepentingan

Hiduplah dalam kebersamaan saling membantulah demi kepentingan sejati

Tak terbantahkan memang bahwa hidup adalah mencari kepentingan. Mengejar


Impian sesuai kadar pengetahuan dan khayalan masing-masing. Mesti diketahui bahwa dunia
ini adalah panggung kerjasama dan itu mutlak. Kepentingan akan membungkus kerjasama itu
menjadi kebersamaan.

Namun Pernahkah kita menyadari bahwa tak ada seorangpun yang bisa menghabiskan
satu hari penuh dengan tanpa spasi kepada seseorang. Sepandai-pandainya Ia memanejemen
waktu pun juga tak akan bisa. Sebab ada kepentingan-kepentingan yang akan memisahkan
semacam mengerjakan ibadah atau bahkan kepentingan alamiah semisal buang hajat.

Atau pernahkah menyadari bahwa saudara, sahabat, kawan yang dahulunya begitu
dekat dan akrab semakin hari semakin longgar bahkan menjauh. Tak sesering dulu
ketemunya, nggak sehangat dulu pembicaraannya. Padahal emosional atau interaksi
dengannya tak ada masalah bahkan sangat baik. Pernah kah merasakannya? Mengalaminya?
Itu semua karena kepentingan.

Sebelum jauh melangkah, perlu didudukan bahwa kepentingan itu adalah hal yang
penting dalam hidup dan kehidupan. Kepentingan itu tak selalu berkonotasi negatif bahkan
banyak yang positif. Bagi Ummat Islam misalnya, hal yang pertama kali didengarkan saat
telah keluar dari rahim ibu ialah suara yang berupa panggilan, ajakan, nasehat, perintah yang
amat merdu bahkan tangisan yang membuncah perlahan-lahan mereda. Yang amat sulit untuk
dimaknai. Sehinggganya diresapi menjadi sebuah kumpalan yang membuat telinga perlahan-
lahan memindahkanya ke dalam memori otak agar terekam abadi disana. Yang sering kita
sebut dengan istilah adzan.

Selang Waktu, saat baligh Ia diwajibkan meyakini, menjalankan yang dibisikan itu.
Sebuah tanya yang mesti dipecahkan. ini adalah sebuah kepentingan yang wajib untuk
diamalkan. Dalam pencarian Pastilah akan berbeda-beda menemui clue, mendapatkan
jawaban dan itu semua tergantung kesanggupan masing-masing.

***

Apa yang dilakukan hari ini adalah suatu proses kepentingan dimasa mendatang.
Dalam Istilah politik tak ada kawan, tak ada lawan yang ada hanya kepentingan. Sebagai
seorang pengubah harus mampu menjadi pegulat kepentingan. Istilah Minangkabaunya
Mambaco nan tasurek manafsie nan tasirek (membaca yang tersurat memaknai yang tersirat).
Hal seperti ini harus dipahami oleh para pengubah karena kegiatan kebaikan sering kali
dimanfaatkan oleh sekelompok orang untuk mencari keuntungan pribadinya.

Kepentingan-kepentingan praktis apalagi bersifat Individu sedini mungkin harus


mampu diantisipasi. Bara jangan sampai berasap. Visi yang bagus jangan sampai
dihancurkan para perakus. Intiplah situasi dengan cara yang abstrak dengan hasil yang
konkrit. Jangan sampai tersesat dijalan lurus, jangan sampai pula tergoda dengan iming ini
itu. Ingat konsep awalmu, pertahankan Idealismemu!. Sudah banyak orang-orang sebelum
kamu yang punya cita-cita lebih besar namun terbenam akibat Iming Iming yang besar, itu
adalah hal yang menjijikan. Dunia murka dengan hal demikian rela menyakiti nurani sendiri.

Percaturan kepentingan agaknya menjadi halangan untuk mewujudkan apa yang


dicita-citakan sedari dulu. Sebelum turun ke medannya, perlu bagi pengubah untuk
merumuskan beberapa hal, pertama menyaring kolaborasi. Tentu untuk melakukan segala
sesuatu perlu tim atau paling tidaknya orang-orang yang akan membersamaimu dalam
perjuangan. Ibarat Sebelum berlayar, Mestinya harus dicek segala kelengkapan. Mulai dari
mesin, kapalnya, regurator, kompas, barang-barang yang dibawa, dan bahkan kesiapan para
penumpang.

Bayangkan saja jika engkau dan tim adalah ibarat struktur kapal. Semuanya saling
terikat dan mengikat satu sama lain. Selaku nahkoda engkau harus memastikan bahwa
semuanya beres, waras, selaras agar terselesaikan dengan tuntas. Biar tak ada yang menikam
dari belakang, biar tak ada yang lari dari kenyataan. Semuanya harus siap menanggung
bebannya masing-masing.

Engkau harus menyaring dengan teliti siapa saja orang-orang yang siap diajak
berkompromi, yang bisa diajak berkonsensus ditengah perbedaan. Agar tim yang dibangun
benar-benar kokoh, tak mudah rapuh apalagi goyah karena tempat tujuan begitu jauh. Dengan
waktu yang lama, dengan dinamika gelombang yang silih berganti dahsyatnya. Sebab jika
penyaringan Internal selektif akan sangat berdampak dengan pengurangan kepentingan
individualistik di dalam sebuah tim. Hal ini akan menyehatkan sebuah pergerakan.

Selanjutnya, Menjadi Nahkoda ksatria. Bukan hanya menjadi pembawa jalan


melainkan harus mampu menjadi ksatria yang tak gentar hadangan apapun. Patrikan kepada
mereka (tim) bahwa engkau adalah teladan yang dapat dicontoh. dengan sikap yang selalu
positif dan optimis. Usahakan dengan tenang menghadapi gempuran peluru yang mengarah
kekapalmu. Bagaimanapun kondisinya engkau harus mampu menenangkan tim dengan arif
nan bijaksana. Jangan sekali-kali perlihatkan sikap ragu-ragu apalagi kekhawatiran.

Melakukan suatu perubahan begitu berat. Kerena engkau akan menabrak sebuah
kebiasaan, tradisi atau bahkan norma yang ada dalam masyarakat. Hal itu akan membuat
situasi rawan konflik bahkan berkemungkinan menjadi sebuah konflik. Percaturan
kepentingan akan merebak kemana-mana. Ada yang pasang badan, kebakaran jenggot, ada
yang bernafas ke luar badan bahkan ada oknum yang bermuka dua sekaligus penjilat. Engkau
harus mampu menjadi ksatria yang dapat menang tanpa mengalahkan, yang berada diatas
tanpa merendahkan, yang menjadi benar tanpa menyalahkan.

Yang Terakhir, Bulatkan tekad. Narasikan kepada semua tim bahwa tujuan berlayar
adalah untuk menguntungkan semua orang bukan untuk pribadi. Tidak untuk menyelamatkan
yang berada di dalam kapal melainkan menyelamatkan yang di luar kapal. Karena orang-
orang yang didalam kapal adalah seorang penyelamat yang tak butuh untuk diselamatkan.

Berterus teranglah dan sampaikan kepada tim bila perlu diulang-ulang bahwa arah
dan tujuan berlabuh adalah mengumpulkan asa untuk mereka yang dahaga, untuk mereka
yang layu, untuk menghilangkan sebuah kesengsaraan yang ada. Semoga itu dapat menjadi
power baru sekaligus daya preventif agar tim dapat memainkan perannya secara maksimal.
Dan menghilangkan semua ketidakpercayaan atas dirinya.

Membulatkan tekad adalah bagian dari komitmen para nahkoda sekaligus menjawab
keragu-raguan para penumpang. Karena biasanya di dalam sebuah tim akan ada orang-orang
yang skeptis, yang akan selalu bertanya pergerakan ini benar kah, akan sukseskah dll. Dengan
penguatan tekad, seorang nahkoda harus berani mengatakan Bahwa jalan ini baik-baik saja
bahkan akan mendatangkan kebaikan.

Dalam sebuah pergerakan percaturan kepentingan menjadi issu yang sangat rentan.
Meski tak semuanya negatif tapi ampuh menjadi penggembos pergerakan. Oleh karenanya
dalam organisasi, kumpulan, atau komunitas apapun seorang leader harus mampu menjadi
lobbyist yang handal. Sebagai penyeimbang, penengah dan pencari jalan keluar bila tersesat.

Kepentingan tak terhindari dari hiruk pikuk manusia, percaturannya telah ada dari
masa ke masa. Dari rangkaian peristiwa ke peristiwa. Jika kepentingan diciptakan untuk
golongan, maka kehancuran telah diujung mata. Sudah banyak terjadi, dimasa kejayaannya
ambruk karena konflik kepentingan.

Kepentingan tak ada habisnya persis seperti bermain catur. Ada dua warna, hitam dan
putih. Engkau dipersilahkan memilih, pun dipersilahkan memutuskan anak catur yang mana
untuk diperjalankan dahulu, dengan trik seperti apa engkau bebas berekspresi namun tetap
harus sesuai regulasi. Dan dalam kehidupan regulasi itu kita kenal dengan agama.
Teruslah Melangkah

Berdiam diri apalagi menyerah tak akan menghasilkan apa-apa. teruslah melangkah
bungkam kata-kata mereka dengan karya-karya.

Siapa sih yang nggak rindu perubahan, kalau ditanya satu per satu semuanya akan
serentak menjawab IYA. Suatu keinginan yang sedari dulu diimpikan namun tak kunjung
menjelma menjadi nyata. Bila dikerucutkan sesuai golongan umur, semuanya mempunyai
mimpi dan influence masing-masing. Golongan anak-anak akan mengatakan seperti power
ranger seorang ksatria yang gagah berani menyelamatkan kota dari durjana. Bila anak remaja
akan mengatakan ingin seperti superman, manusia super yang selalu berpihak menolong
orang-orang yang lemah. Para pemuda atau Mahasiswa mungkin akan terinspirasi dengan
kisah Muhammad Al-Fatih seorang pemuda yang masih berumur dua puluh satu tahun yang
berhasil menaklukan kerajaan romawi yang berabad-abad lamanya menjadi penguasa dunia
lalu melakukan perubahan yang fundamental sehingga karya dan perjuangannya sampai saat
ini hingga nanti akan terus hidup. Orang-orang tua jagoannya pasti yang complete siapa lagi
kalau bukan sang inisiator perubahan dunia Nabi Muhammad SAW.

Terlepas dari Influence yang berbeda-beda itu pernahkah kita berangan atau sekedar
berandai ingin seperti mereka? Semua akan menjawab PERNAH. Jadi dapat disimpulkan kita
semua adalah orang-orang yang rindu perubahan. Namun karena kesibukan, kebiasaan,
pergaulan dan lingkungan angan-angan itu menjadi fluktuatif atau terus berubah-ubah.

Seringkali kita mendengar hal-hal yang sebenarnya membunuh karakter sendiri


dengan menciutkan kepercayaan diri saya nggak bisa, nggak mungkin bisa terjadi, itu hal
yang mustahil dan lain sebagainya. Memang benar, perubahan itu membutuhkan segalanya.
butuh pribadi yang kuat, teman yang setia, dan masyarakat yang pengertian.

Maka dari itu perjuangan yang digelorakan harus paripurna tak boleh setengah-
setengah harus terus melangkah karena melakukan perubahan itu adalah aktivitas yang mulia.
Jalannya teramat panjang perlu waktu yang cukup lama, perlu pengorbanan yang habis-
habisan. Akan tiba pula masanya ditinggalkan, dikucilkan, dikhianati, atau bahkan dimusuhi
setelah itu pula akan tiba masanya kejayaan, kemuliaan, kedamaian. Maka bersabarlah dan
teruslah melangkah.
Pribadi yang kuat, teman juang yang setia dan masyarakat yang pengertian. Tiga
indikator ini mampu menjadi penyangga. Namun penyangga itu tidak akan ditemukan kecuali
dibentuk dan diciptakan.

Pribadi Kuat

Entah darimana muasalnya, seorang yang ingin melakukan perubahan seringkali


dideskriminasi atau bahkan lajunya dihalang-halangi. Padahal sedari dulu setiap kita ingin
pembaharuan. Contoh kecil saja, seseorang yang berubah dan terlihat tidak seperti biasanya
akan dihina atau bahkan diremehkan dengan sentilan gurauan yang bisa menjadi penekan
mental.

Namun yang perlu diketahui akan banyak orang-orang yang membersamaimu. Baik
mereka yang ingin mencari kesalahan atau mereka yang ingin membenarkan, Semuanya itu
akan datang sendiri. Percayalah bahwa sebaik-baik manusia pasti akan ada yang
membencinya dan seburuk-buruk manusia pasti akan ada yang tetap mencintainya. Oleh
karenanya tidak usah bersedih bila engkau mempunyai pembenci tak usah sibuk dengan apa
kata orang namun sibuklah dengan perbaikan dirimu sendiri. Bentur-benturkanlah dirimu
agar menjadi pribadi yang terbentuk. Pribadi kuat yang merdeka atas segala bentuk
penjajahan.

Semua agen perubahan sudah tentu pribadi yang kuat. yang berhasil melalui ketatnya
seleksi alam, yang telah terbiasa menjadi korban kambing hitam dan pengucilan orang-orang
sekitar. Yang berani mengambil resiko bahaya demi menyelamatkan masa depan banyak
orang. Tak jarang disebut orang gila oleh kebanyakan orang, karena kegigihannya yang tak
masuk akal. Seorang pengubah memang begitu visinya tak bisa ditafsirkan secara logika,
mimpinya mustahil akan terwujud, namun ketekunan dan masa depan akan menjawab
semuanya.

Seperti kisah inspiratif anak dari Ohio sebuah desa yang terletak di Amerika Serikat.
Seorang anak bodoh yang pengetahuannya jauh dari rata-rata. Maka tak heran teman
sebayanya sering kali mengucilkannya. Walau tekanan mental yang terus menerus namun ia
tetap bersekolah dan tak menyerah padahal umurnya kala itu masih kecil sekitar sembilan
tahun namun ia telah mengerti bahwa menyerah adalah suatu kemunduran. Hingga pada
akhirnya sekolah tempat dia belajarlah yang menyerah tak sanggup untuk mendidiknya. Dia
sangat bodoh sekali.
Melihat semangat juang sang anak untuk belajar yang tak henti akhirnya Ibunya
menjadi guru sekaligus madrasahnya. Sadar dengan ketertinggalannya, membuat ia ekstra
belajar. Bangun lebih cepat, tidur lebih lama terus menerus ia lakukan hingga tertanam dalam
dirinya bahwa tak ada kata menyerah dalam hidup. Berangkat dari situlah ia bereksperimen
untuk berbuat sesuatu yang bermanfaat untuk masyarakat sekitarnya.

Terbersitlah Ide dalam lintasan pikirannya untuk membuat suatu cahaya penerang
dimalam hari. Tanpa henti, tak kenal lelah Ia lakukan berulang-ulang kali. Gagal coba lagi
hingga akhirnya ia menuntaskan karyanya itu bertahun-tahun lamanya. Sebuah karya yang
kini menjadi penerang, sebuah karya yang kini dinikmati banyak orang dialah Thomas Alva
Edison penemu lampu pijar. Siapa sangka seorang anak yang dahulunya dipandang sebelah
mata, seorang anak yang dahulu sering dihina, kini telah dipuji bahkan namanya tersimpan
rapi diperpustakaan dunia.

Pribadi kuat itu tercipta dari gelombang yang dahsyat, dari gempa yang akbar. Jika
hari ini banyak yang tak setuju idemu, yang tak percaya dengan kemampuanmu yang suka
merendahkanmu itu tandanya kamu sedang diatas. Berdiam diri apalagi menyerah tak akan
menghasilkan apa-apa. teruslah melangkah bungkam kata-kata mereka dengan karya-karya.

Teman Yang Setia

Dalam perjalanan panjang melakukan perubahan memang sudah seharusnya memiliki


teman. Teman yang bukan sekedar teman. kalau istilah Tapanuli Selatannya sahata saoloan
salumpat saindege (satu kata satu tujuan, satu landasan satu pijakan). Sahata saoloan
maksudnya bukan selalu setuju dengan apa yang diutarakan namun selalu mampu
menurunkan ego masing-masing demi kepentingan bersama. Satu kata memperjuangkan
kebenaran, sepakat dalam mencegah kebatilan. Sementara itu salumpat berasal dari kata
lumpat yang berarti lompat atau lompatan. Satu tujuan, satu visi dalam mencapai
keberhasilan bersama. Sedangkan saindege berasal dari kata dege yang artinya pijakan atau
landasan. apa yang mendasari untuk berjuang, untuk apa melakukan perubahan. Bila bicara
lingkup agama ini tentu adalah dakwah, atau dalam lingkup masyarakat secara plural untuk
membebaskan masyarakat dari ketertinggalan menuju kesejahteraan.

Dalam istilah tadi setidaknya ada tiga indikator yang menjadi jembatan menemukan
teman yang setia yaitu satu kata, satu tujuan dan satu landasan. perlu digaris bawahi bahwa
teman yang setia itu bukan dicari namun dibentuk. Semua itu harus berawal dari perbaikan
diri masing-masing. Tidak usah bermimpi mendapatkan teman yang pengertian sementara
masih keras kepala dan egois.

Buka dirimu welcome kepada setiap orang dan stay humble. Jika dirimu telah menjadi
teman yang setia dimata orang-orang sekitar, mereka pun akan berjuang untuk menjadi
pribadi yang lebih baik dimatamu yang terdepan mengingatkan bila salah yang siap berjuang
tanpa perhitungan.

Selaku makhluk sosial mempunyai teman yang setia adalah salah satu kebutuhan
primer. Yang menjadi penopang, penyangga bahkan pelindung dalam perjalanan perjuangan.
Maka tak salah bila semakin banyak teman nafas perjuangan pun semakin panjang. Arena
yang sulit semakin mudah.

Begitulah Nabi Muhammad SAW seorang manusia yang tak biasa yang perjalanannya
selalu dikawal Malaikat, namun beliau juga butuh teman berjuang yang selalu membersamai
baik luka maupun suka. Ialah Abu Bakar Ash-Shiddiq seorang teman yang paling setia
membersamai Nabi Muhammad Saw. Satu-satunya orang yang membersamai Nabi ketika
hendak hijrah dari Mekkah ke Madinah.

Dalam riwayat mengatakan bahwa tak seorang pun yang pernah diajak Nabi
Muhammad masuk Islam yang tidak tersendat-sendat dan tak menunggu atau ragu-ragu.
Bahkan Gelar As siddiq yang dilekatkan Nabi kepadanya adalah karena bentuk setianya Abu
bakar kepada Rasulullah hingga ia orang yang pertama kali mempercayai kisah tak masuk
akal Isra’ dan Mi’raj (diberangkatkan dari Masjidil Haram menuju Masjidil Aqsa lalu
diperjalankan dari Masjidil Aqsa menuju Sidratul Muntaha).

Tak hanya sampai disitu Abu Bakar mendukung penuh jalan perjuangan yang
dilakukan Nabi SAW dengan cara mengajak orang-orang terbaik didalam kaumnya untuk
ambil bagian dalam perjuangan Islam. Mereka ialah Utsman Bin Affan, Thalhah bin
Ubaidillah, Saad bin Abi Waqqash, Abbdurahman bin Auf, Zubair bin Awwam.

Betapa mulianya Abu Bakar yang telah mengajak berjuang dan mengislamkan lima
dari sepuluh orang yang dijamin masuk surga.

Orang-orang yang berani melalui perjuangan yang berat sudah tentu jumlahnya
sedikit, orang-orang yang masih terus melangkah walau jalan terjal berduri adalah orang-
orang yang setia. Tak ada perjuangan yang lebih berat selain perjuangan Nabi Muhammad
SAW, namun perjuangan itu diwarnai dengan menemukan teman yang setia. Sementara Aku,
kamu dan kita semua yang perjuangannya tak seberapa masa tidak menemukan teman yang
setia? Bila memang belum bertemu, berkacalah pada diri apakah telah membentuk pribadi
yang setia.

Masyarakat Yang Pengertian

Masih bersyukurlah bila engkau memiliki masyarakat yang pengertian yang mampu
menjadi penyangga bila dijalan buntu. Bagaimana bila bertemu dengan masyarakat yang
benar-benar menggantungkan perubahan itu hanya datang dari dirimu? Bahwa Engkau
dianggap sebagai Iron Stock sosok sempurna yang didamba-dambakan masyarakat. menjadi
tempat bertanya, tempat berkeluh kesah, bahkan menjadi tempat melampiaskan amarah.

Lapisan masyarakat kita hari ini sudah terpapar mie instan, yang maksudnya adalah
ingin perubahan dengan cara yang cepat namun tak ingin berkeringat, ingin hasil yang enak
namun tanpa kerja keras. Puluhan bahkan ratusan ide cemerlang yang saya temui
termentahkan akibatnya. Masyarakat terlalu sibuk dengan hasil-hasil yang akan dicapai
hingga lupa untuk ambil bagian.

***

Pernah saya temui disuatu desa, ketika salah satu organisasi kemasyarakatan
melakukan pencegahan Narkoba bagi generasi muda. Kegiatan ini tentu punya alasan, karena
desa ini terkenal dengan konsumsi Narkobanya yang begitu berdaya. Singkat cerita
penyuluhan dan sosialisasi door to door dilakukan. Mereka menyampaikan bahaya Narkoba
dari segala aspek mulai dari kesehatan hingga ekonomi. Diujung pembicaraan mereka selalu
menyelipkan mimpi mereka tentang keinginan menjadikan desa itu bebas Narkoba. Melihat
mimpi yang begitu mulia, masyarakat secara khusus orang-orangtua pun seperti itu. mereka
menggantungkan kembali mimpi itu kepada mereka agar nantinya masa depan sang buah
hatinya menjadi cerah.

Banyaknya yang mengonsumsi narkoba sangat berdampak sekali dengan stabilitas


keamanan desa itu. Yang dahulu aman dan tentram, kini meletakan handphone saja harus
ekstra berhati-hati.

Satu tahun telah berlalu...........


Upaya pencegahan semakin gencar dilakukan, sosialisasi bahkan hampir tiap pekan
dilaksanakan. Mulai dari masjid, warung kopi, hingga rumah-rumah warga. Bukannya
mengurangi malah menambah konsumen narkoba. Entah apa yang salah, mungkin ini adalah
ujian bagi mereka pejuang perubahan.

Serasa dibohongi dan ditipu, masyarakat yang dahulu mitra kini menjadi lawan
mereka. Basah karena air, terbakar karena api. bahkan masyarakat menuduh bahwa mereka
adalah pengedar narkoba. Mereka disalahkan masyarakat sepenuhnya, tanpa bercermin dan
berkaca dahulu. Tanpa melakukan apa-apa malah memperlebar ruang. Dengan tak
dilarangnya bila sang anak yang masih dibawah umur keluar larut malam, merokok, bergaul
dengan orang yang jauh diatasnya.

***

Bila masyarakatnya pengertian, perjuangan-perjuangan anak muda yang ingin


melakukan perubahan akan sangat banyak. Mereka akan siap pula menawarkan inovasi
dengan syarat tanpa pengekangan apalagi pengucilan. Jadilah kita masyarakat yang cerdas
biarkanlah anak-anak muda kita berkarya dengan sesuka hatinya karena masyarakat adalah
guru kehidupannya.

Sudah banyak sekali kita mendengar anak muda yang ciut, frustasi karena diasingkan
secara sosial. Memang benar anak muda adalah harapan peradaban, namun jangan sampai
mental-mental labil mereka tertindas oleh keserakahan kita. Biarkan sajalah yang terdahulu
jangan lagi perpanjang tradisi pembodohan.

Bukankah bila ingin perubahan besar terwujud, haruslah bekerjasama. Tak ada lagi
istilah menunggu, ambil peran masing-masing. Sungguh seluruh manusia yang diciptakan
mempunyai manfaat untuk semesta dan orang sekelilingnya. Orang yang pintar secara
intelektual menjadi tempat bertanya, yang kuat secara fisik menjadi tempat berlindung, orang
yang lumpuh menjadi penunggu rumah, orang yang tak tau apa-apa bisa menjadi pembantu.
Begitulah istimewanya bila berkolaborasi kelemahan menjadi suatu kekuatan yang dahsyat.

Namun sungguh sayang, bila masih banyak dari kita yang selalu mengeluh tanpa
berbuat apa-apa. Hanya menunggu datang pahlawan perubahan dengan kesaktiannya lalu
bersiap menerima hasilnya dengan riang gembira. Pantaskah seperti itu?

Trendy Or Trendsetter
Hanya bermodalkan hal terkini, diikuti lalu dikonsumsi sudah bisa dikatakan trendy.
Tak perlu menghabiskan waktu, tenaga apalagi berjuang sudah bisa menjadi trendy.
Narasinya pengorbanan, perjalanan dan pengkhianatan bak pahlawan yang memunculkan
peradaban.

Anak muda kian nyaman dengan zona trendy. Mental miskin karya, malas berpikir,
bertindak instan menjamur bagi anak muda ditambah lagi karakter yang jauh dari kebudayaan
Indonesia apalagi Islam.

Pembinaan karakter yang tak berkesinambungan mulai dari pucuk hingga ranting
menjadi PR yang mesti diselesaikan secara serius. Kita menerima kenyataan pahit, ketika
sifat teladan yang dimiliki oleh para leluhur seperti ksatria, pejuang, penyayang, sopan
santun, saling mengasihi yang telah disusun begitu rapi dari generasi ke generasi, seakan
telah hilang.

Anak muda sekarang lebih memilih dan bahkan tergila-gila dengan kebudayaan yang
jauh dari kearifan lokal bangsa timur. Maka tak heran jika anak muda saat ini terbentuk
menjadi pribadi hedonis, apatis, tak beretika dan selalu menebar kebencian.

Kepribadian ini menggelembung secara masif dan merubah total wajah anak muda
bangsa Indonesia. Kebiasaan konsumtif menjadi hal yang paling berdampak ketika anak
muda tak dibekali karakter yang cukup. Ingin menjadi populer serta ingin diberi predikat
trendy.

Keinginan yang kurang tepat ini ditambah minimnya pengetahuan serta karakter
menjadi penyebab anak muda salah kaprah dalam mempraktikkan atau menginterpretasikan
tujuannya. Terbentuklah kebiasaan anak muda yang jauh dari Norma Bangsa Indonesia. Yang
lebih menyakitkan, perbuatan yang salah itu kini telah menjadi kebiasaan bahkan menjadi hal
yang lumrah.

Globalisasi dan digitalisasi diluar menjadi kebermanfaatan dan keuntungan ternyata


bisa menjadi penikam. Bak pisau bermata dua, mampu menjadi penolong namun sering juga
menjadi penghancur.

Digitalisasi contohnya kini telah menjadi kebutuhan pokok bagi anak muda. betapa
merugi dan menyesalnya saat model terkini, fashion populer, style now terlambat
mengetahuinya. Begitu malunya, begitu kecewanya bahkan stres karnanya. Namun jika nilai
akademik anjlok, tak berprestasi, membuat onar tak diambil pusing malah menjadi
kebanggaan, begitulah trendnya di masa kini.

Yang lebih parahnya lagi, jika ada anak muda yang melakukan kebaikan malah
ditertawai. Dianggap cari perhatian, di cap ahli surga. Apalagi anak muda yang berjuang
menegakkan kebenaran disimbolkan sebagai radikal, anti persatuan serta intoleran. Begitulah
trendnya.

Kenyataan ini sangat bertolak belakang dengan karakter anak Indonesia. Bung Hatta
misalnya, dimasa mudanya Ia habiskan untuk memperjuangkan kemerdekaan rakyatnya
bahkan beliau berjanji tak akan menikah sebelum Bangsanya merdeka. Belum lagi Tan
Malaka, yang masa mudanya Ia habiskan dengan memperjuangkan nasib orang banyak. Ia
rela diasingkan, hidup dalam pengucilan dan pengejaran. sesuatu aktivitas yang begitu
menawan nan semestinya memang anak muda seperti itu.

Pengaruh dari globalisasi dan digitalisasi telah membawa anak muda menuju
kemewahan ditengah dikegemerlapan. Begitulah trendnya. Agaknya kita harus menyadari
bahwa predikat trend yang dikejar anak muda bangsa Indonesia saat ini adalah sesuatu yang
fatamorgana. Tercium wangi diluar namun busuk didalam.

Setuju atau tidak, bahwasanya anak muda bangsa Indonesia telah didikte oleh
peradaban, yang sama sekali peradabannya malah melemahkan anak dari banyak aspek.
Peradaban yang semakin menjerumus ke lubang kehancuran agaknya harus dicermati
seksama, bahwa keadaan ini sangat mencemaskan.

Peradaban saat ini rasanya telah di monopoli beberapa negara dan meletakkan anak
muda Indonesia sebagai penontonnya. Tayangan yang mencemaskan ini dikonsumsi anak
muda Indonesia sehari-hari. Dari bangun hingga tidur. Dan itu terus menerus hingga menjadi
Penyakit yang semakin menyebar diseluruh tubuh anak muda lambat laun melemahkan
metabolismenya. Hingga anak muda kebanyakan telah menganggap hal yang salah menjadi
yang biasa dan hal yang benar menjadi suatu keanehan. Begitulah trendnya.

Jauh sebelum ini, anak muda Indonesia adalah inisiator perubahan. Ingat saja
kebangkitan Nasional dipelopori anak muda. Gen anak Indonesia ialah gen pemenang,
penyambung cerita sejarah yang menakjubkan karena dulunya anak muda lebih memilih
menjadi trendsetter daripada trendy. dengan segala ketangguhan yang dimiliki kezaliman,
keburukan, kebodohan, kemiskinan tersobek-sobek olehnya.
Atau mungkin karena mereka belum mengenal asyiknya bermain game, atau
syahdunya nongkrong di cafe elit. Tapi yang pastinya anak muda dulu lebih suka pelaku
sejarah daripada penikmat sejarah. Tak pernah mengikuti trend namun mereka menciptakan
trend. Karena trendsetter lebih mulia daripada menjadi seorang trendy.
CHAPTER 3
TERGANTIKAN
“Organ tubuh yang diberikan
tujuannya adalah untuk
bergerak. Bila hari ini masih
memilih berdiam diri, maka
kembalikan sajalah organ
tubuh itu kepada sang pemilik-
Nya”
Dihantui Ketakutan

Ketakutan yang berlebih sering kali menjadi penghalang untuk bergerak dan
melangkah lebih jauh. “Aku bisa nggak ya, nanti kalau salah gimana, kalau gagal gimana,
kalau jatuh gimana”. Kata-kata itu terus menerus menghantui hingga akhirnya tak jadi
bergerak dan melangkah. Sebenarnya bila dicermati, apapun yang ada di atas dunia adalah
ketidakpastian dan keniscayaan. Oleh karenanya dituntut untuk berjuang dan belajar, supaya
mampu melihat yang ini jelas atau tidak, kalau ini hitam atau putih, ini benar atau salah.

Dengan cara seperti itulah maka kita akan merasakan aku sedang di atas atau di
bawah, sedang di kanan atau di kiri, Sedang berjuang atau diperjuangkan atau sedang
mencintai atau dicintai.

Sejatinya, resiko sudah pasti akan datang dengan atau tidaknya kita melangkah. Bila
memang seperti itu adanya, maka alangkah lebih baiklah melangkah dahulu walaupun
hasilnya belum diketahui. Karena setidaknya kita membuka peluang untuk menang. daripada
berdiam diri peluang untuk menang sudah pasti tertutup dan peluang untuk kalah semakin
melebar. Ibaratnya biarkan sajalah engkau gagal namun karena usaha daripada gagal tapi
tidak berusaha. Karena hakikat yang dinilai itu adalah perjuangannya bukan hasilnya.

Seperti itulah Khalil Pasha salah satu menteri Sultan Muhammad Al-Fatih, pada saat
pertarungan Utsmani dan Constantine dalam memperebutkan Konstatinopel. Khalil meminta
Sultan Al-Fatih untuk menarik mundur seluruh pasukan kaum muslimin, Ia mengkhawatirkan
tentang kemarahan orang-orang Kristen Eropa jika kaum muslimin menguasai Konstatinopel.
Padahal pada saat itu kemenangan kaum muslimin sudah di depan mata. Beruntung sajalah
Sultan Muhammad Al-Fatih tidak menyetujui permintaan Khalil tersebut.

Sungguh, ketakutan mampu memadamkan api semangat dan membunuh keberanian.


Oleh karenanya, cara terbaik untuk melawan ketakutan adalah memanajemennya bukan
menyingkirkannya. Karena ketakutan itu harus ada dalam setiap manusia supaya berfikir
sebelum bertindak. Dengan catatan ketakutan tidak boleh lebih besar daripada keberanian.
Namun bila ketakutan sama sekali tak ada dalam diri manusia maka akan membawa
seseorang tersebut dalam kehancuran, karena setiap apa yang dilakukan tidak dipikirkan dan
tidak direncanakan.

Begitulah Nokia, sebuah perusahaan telekomunikasi asal Finlandia yang dahulu


namanya sangat melambung tinggi namun kini terseok-seok dalam persaingan dengan
produk-produk telekomunikasi lainnya. Padahal pada awal tahun 2000-an hingga 2010
produk ini menjadi yang dicari-cari bahkan dibangga-banggakan oleh masyarakat. Selain
fiturnya yang sederhana dan lengkap ditambah kualitas yang mumpuni maka tak salah bila
memakai produk Nokia menjadi impian sebagian masyarakat. Dibalik namanya yang begitu
familiar dikalangan masyarakat dan telah mendapatkan tempat dihati masyarakat. Maka tak
salah bertanya? Mengapa Nokia saat ini kalah bersaing dengan produk-produk baru?.

Dikutip dari pernyataan Risto selaku Chairman Nokia, Maka salah satu jawabannya
adalah karena Jorma Olilia selaku CEO pada saat itu (2009) mempunyai sifat tempramental
dan sering dihantui ketakutan. Takut menciptakan hal baru karena takut gagal, takut
menciptakan inovasi karena takut tidak terima. Dan ketakutannya itu membuat Nokia
menjadi hancur. Coba saja Jorma mendengar masukan-masukan staffnya untuk memakai OS
android dan dengan cepat meninggalkan syimbian yang kian ketinggalan, mungkin ceritanya
akan berbeda. Bisa jadi Nokia menjadi raja perusahaan telekomunikasi dunia atau bahkan
menjadi role model saat ini.

Sebenarnya ketakutan itu hanya imajinasi atau efek emosional negatif yang
berlebihan. Namun, ketakutan mampu menjelma dari imajinasi menuju realita ketika apa
yang ditakutkan itu terus-menerus dihindari. Misalnya, ketika seseorang takut untuk belajar
mengemudi motor karena pengalaman berkendaranya banyak sekali yang buruk, sampai
kapanpun ketakutan itu akan terus ada didalam dirinya, didalam hidupnya. Namun bila,
pengalaman berkendara yang buruk itu dilawan dengan cara belajar mengemudi motor, lalu
berhasil dan ia tidak menemukan bagaimana pengalaman-pengalaman buruk yang ia rasakan
saat dulu, maka ketakutannya selama ini akan terhapuskan.

Harusnya bersyukur ketika memiliki ketakutan, karena dengan ketakutan itu akan
menimbulkan banyak sekali hal positif dan akan menghapuskan hal-hal negatif. Coba
bayangkan bila engkau dihantui ketakutan akan kematianmu yang semakin mendekat. Apa
yang engkau lakukan? Sudah tentulah engkau akan meninggalkan sebuah hal yang dilarang
oleh Agama. Kalau sebagai muslim, pastilah beribadah dengan disiplin, teratur, khusyuk dan
Ikhlas. Mengerjakan sholat diawal waktu, membantu sesama dengan ikhlas dan totalitas dan
engkau akan melakukan semua hal kebaikan yang bisa kau lakukan. Bukankah begitu?

Coba kita geser contohnya, dengan lingkungan sekelilingmu. Bila saja masyarakat
sekelilingmu dihantui ketakutan yang sama, sebut saja takut banjir bandang akan
menghantam desamu. Barang tentulah semua masyarakat tidak akan buang sampah
sembarangan, tidak menebang pohon, tidak mencemari sungai. Dan cobalah menggeser
pertanyaan itu dengan lingkup yang lebih besar tentang Bangsa, Dunia atau Agama mungkin.
Bagaimana kira-kira?

***

Sudah sepantasnya apapun yang dianggap menghalangi ataupun mencegah


langkahmu untuk berbuat baik maka hantamlah hingga roboh. Sungguh, ketakutan itu
menjadi rahmat bila dimanfaatkan dengan cara yang baik dan tujuan yang baik. Ketakutan
akan menjadi penghancur bila dihindari.

Coba kita pikirkan, bila ketakutan Khalil Pasha itu merembes keseluruh pasukan
Utsmani dan Muhammad Al-Fatih. Selain akan takluk dari Constantine, mereka akan hancur
lebur dihalaman sejarah, seorang pasukan dan raja pengecut begitulah dunia akan
mengenang. Namun mereka menempatkan ketakutan pada porsinya, bila aku berjuang
setengah-tengah apa yang akan kuceritakan pada anak cucu, bagaimana aku menjawab bila
diminta pertanggung jawaban di hari esok. Dan pada akhirnya mereka menjawab sebuah
ketakutan itu dengan keberanian nan gagah. Maka merekalah yang disabdakan Rasulullah itu,
“Sungguh, Konstatinopel akan ditaklukan. Sebaik-baik pemimpin adalah pemimpin (yang
menaklukannya) dan sebaik-baik tentara adalah tentaranya”.

Maka tulisan ini, akan dikembalikan kepada hak pembacanya. Mau terus menerus
menjadi pengecut atau mencoba memberanikan diri sebelum terbiasa menjadi orang yang
berani. Menjadi seseorang yang dihantui ketakutan atau mencoba memeliharanya seapik
mungkin. Pilihan hanya dua, ingin bergerak atau tergantikan seperti Nokia yang telah
disebutkan diatas???
Dihabisi

Dunia ini panggung sandiwara


Cerita yang mudah berubah
Kisah Mahabrata atau tragedi Yunani
Setiap kita dapat satu peranan
Yang harus kita mainkan
Ada peran wajar ada peran berpura-pura

Benar nian lagu Nicky Astria itu, “Dunia Ini Panggung Sandiwara”. Siapa yang
mampu bersilat lidah maka ia akan kekal dan menjadi besar. Seperti sifatnya yang penipu
dunia akan selalu mencari teman yang tepat untuk bisa mendampinginya dalam kekekalan
yang fana, dalam keabadian yang sementara. Sudah tentulah yang dipilih adalah orang yang
pandai bersandiwara, berpura-pura dan mampu memainkan peran dengan wajah yang tak
sama. Maka sebaliknya, bila dunia menemukan orang yang teguh dengan prinsipnya, tak
mudah diombang-ambing apalagi dipengaruhi akan ditetapkan menjadi mangsanya,
dikucilkan lalu dihabisi.

Pertimbangkan dulu sebelum jauh, ingin menjadi teman atau musuhnya? Ini penting
menentukan arah dan tujuan hidup dimasa depan. Bila ingin bersenang-senang dan
menikmati dunia ini dengan sesuka hati tanpa batas maka jadikanlah dunia sebagai temanmu,
namun bila senangmu terwujud sebab melawan ketertindasan, kuat dihantam terik, siap bila
dikucilkan maka pilihlah dunia sebagai musuhmu.

Adalah musuh dunia bila didadanya bersemayam kebenaran, yang percaya akan ada
surya yang lebih terang daripada ini, yang percaya akan ada senja yang lebih menawan
daripada ini. Mereka itu lah yang tentunya yang terus menerus rindu akan perubahan.

Cara terbaik melakukan perubahan adalah dengan menaklukan dunia dan seisinya.
Tua-tua keladi semakin tua semakin jadi walau umurnya telah renta, rupanya telah keriput
namun godaannya masih molek. Barang siapa yang tak mampu bersandiwara, tak bisa
bersilat lidah maka dunia tak segan menghabisinya.

Ialah Saddam Husein seorang pemimpin kharismatik Irak yang punya cita untuk
merubah dunia dari panggung sandiwara menuju panggung kebenaran. selama dua puluh
empat tahun menjadi pemimpin Irak ia telah banyak melakukan hal-hal yang luar biasa.
Seperti mencegah hadirnya bar baru di Irak, mengeksekusi secara tegas orang-orang yang tak
sadar diri dengan fitrahnya (homo seksual), memotong tangan para pencuri, membantai kaum
syiah yang melakukan nikah mut’ah. Bila sepintas, terlihat sedikit ekstrem namun sebenarnya
begitulah harusnya dunia ini tegas bila itu adalah suatu kebenaran. Belum lagi reward secara
pribadi, ia satu-satunya yang mempunyai pangkat militer tertinggi di dunia dan pada masanya
Irak mempunyai energi nuklir yang menjadikan Irak negara pertama untuk kalangan bangsa
Arab, Sumber daya minyak dikelola begitu baik hingga rakyat sejahtera dan makmur. Pada
masanya Irak menjadi negara yang diperhitungkan di dunia.

Para penyanjung dunia, lakon panggung sandiwara was-was dengan sikap dan
langkahnya. Mereka takut bahwa dunia ini akan bertransformasi menuju dunia tauhid. Maka
segala cara dilakukan, agar saddam hancur lebur. Maka dibentuklah tim untuk melakukan
propaganda dan fitnah keji bahwa saddam adalah Diktator, pemimpin yang tak
berkemanusiaan dan puncaknya ditudulah ia sebagai otak lahirnya organisasi ISIS.

Propaganda itu dilakukan melalui segala penjuru dari media mainstream hingga media
indie. Televisi, radio, surat kabar, internet menyebarkan secara massif dan berulang-ulang
bahwa ia adalah manusia yang tak berperi kemanusiaan. Sedihnya, rakyat yang selama ini ia
sejahterakan percaya dengan berita bohong itu. Tak sampai disitu, berita bohong itu dibawa
ke meja hijau. Dan akhirnya Saddam ditetapkan sebagai tersangka dan akan diberi hukuman
mati.

30 Desember 2006 ialah akhir perjalanan hidup salah satu pengubah. seorang pria
yang berani menyuarakan kebenaran tanpa syarat. Suara takbir dan tahlil bergema dimana-
mana karena hari itu bertepatan dengan Idul Adha 1427 H, dengan mengucapkan kalimat
syahadat disaksikan gantungan tali dileher Ia pergi dengan tersenyum menuju kemenangan
yang abadi.

***

Maka tak ada satupun orang yang berani mengambil jalan kebaikan, kecuali orang
yang berani keluar dari zona nyaman. Bisa dipastikan mereka yang berani mengambil
langkah itu adalah orang-orang pilihan. Maka resiko seperti ancaman tak bisa dielakkan
apalagi pengucilan dan penghianatan. Hal itu tidak bisa dihindari karena akan banyak yang
tak setuju dengan langkah-langkah yang dilakukan terlebih bila langkah itu bermuara kepada
kebaikan, maka akan banyak yang menghadang.

Kenapa seperti itu? Jawabannya tentu karena sebuah kepentingan. Misal, kasus
Saddam Husein itu adalah tentang sebuah kepentingan. Yang paling mendasar adalah tentang
kepentingan arah dunia ini. Mungkin bila Saddam Husein masih hidup dan terus menjadi
pejuang, adidaya Amerika menjadi negara super power mungkin bisa berpindah ke negara
Arab. Negara Islam bisa menjadi pemimpin dalam percaturan ideologi. Kemungkinan dunia
ini bisa menjadi panggung kebenaran.

Apa yang dilakukan Saddam Husein sama sekali tidak ada merugikan siapapun malah
akan mendamaikan semuanya. Ia hanya menginginkan semua pihak kembali pada fitrah
masing-masing. Namun itulah yang tak disetujui Amerika, mereka menginginkan bahwa
pemimpin dunia adalah mereka. Mulai dari perdagangan dimonopoli, generasi-genarasi muda
dirusak moralnya, ideologi harus menjadi liberal, sistem ekonomi harus kapitalisme, hingga
menjadikan free sex budaya manusia. Hal ini sangat bersebrangan sekali dengan keyakinan
yang dimiliki Saddam Husein, karenanya dibeberapa kesempatan Ia mempersulit ekspor
minyak Irak menuju AS. Melihat sifat Saddam yang tak bisa diajak bermitra menjadi pemicu
kekhawatiran Amerika terhadap Irak mereka takut dimasa depan Irak menjadi pemimpin
dunia.

Melawan Amerika Serikat saat ini, sudah seperti pergi ke kandang singa. Cepat atau
lambat kehidupan pribadi bahkan keluarga akan terancam. Tentulah ini telah dipikirkan
Saddam Husein jauh-jauh hari. Apa salahnya bila ia mengikuti apa kata Amerika, hidupnya
akan aman bahkan lebih sejahtera. Namun ia tak tergoda dengan keindahan itu, ia malah
memilih menjadi pejuang walau hampir seluruh dunia melemparkan fitnah kepadanya dengan
sebutan Diktator. Namun ia percaya bahwa sepandai apapun mereka menguburkan
kebenaran, lambat laun semerbak kebenaran itu akan tercium.

Tak terpikirkan bagaimana rasanya bila diposisi Saddam Husein, hampir seluruh
penduduk termasuk rakyat dan temannya mengecam dan memfitnahnya sebagai pelaku
genosida bahkan ada yang menyebutnya sebagai orang tersadis di zamannya. Namun ia tetap
istiqomah dengan keyakinannya.

***

Sebelum dieksekusi ditiang gantungan salah satu saksi bertanya, “apakah engkau
memiliki penyesalan atau ketakutan?” lalu Saddam menjawab “Tidak, aku seorang militan
dan aku tidak takut pada diriku sendiri. Aku telah menghabiskan hidupku dalam jihad dan
melawan agresi. Siapapun yang mengambil rute ini tidak boleh takut”.
Begitulah seyogyanya para pejuang yang rindu perubahan, walau tali telah diikatkan
dileher, walau nafas telah terengah-engah maka yang keyakinan itu tetap dipertahankan.
Saddam menunjukkan kepada kita semua bahwa cintanya yang begitu tulus, niatnya yang
mulia dan kekokohannya mempertahankan keyakinan.

Mereka kira dengan menghabisi raga satu orang bisa mempertakut atau melemahkan
pasukan yang lain, tentu saja tidak bisa. Cita-cita perubahan itu akan terus ada bahkan
berlipat ganda begitupun dengan orang yang akan terjun didalamnya. Pengucilan,
penghianatan, penghabisan atau bahkan pembunuhan yang dilakukan kepada pejuang
sebelumnya menjadi saksi bahwa perubahan untuk kebaikan itu memang nyata mengusik
para hipokritisme.

Kita semua tersadarkan dan akan meyakini bersama bahwa generasi yang akan
menghadirkan perubahan itu akan segera hadir, dengan cara yang berbeda dan strategi yang
berbeda. Semoga generasi itu adalah generasi kita, yang sedang baca buku ini.
Hanyut Dalam Peradaban

Kita kagum dengan indahnya gedung pencakar langit, dengan hotel yang berpuluh-
puluhan lapis namun kita tak sadar dibalik itu ada seorang tukang yang berbulan-bulan
bahkan bertahun menguras keringat, melawan ketakutan, bertarung dengan nyawa, berpisah
dengan orang terkasih.

Sangat sulit memang tetap berada ditempat yang sama ketika arus menerjang. Dan
sangat lebih sulit lagi apabila mencoba melawan arus. Benar kata pepatah mempertahankan
lebih berat daripada meraihnya.

Diantara nikmatnya angin sepoi yang berhembus lewat jendela ada sekeping debu
yang tertinggal. Diantara jutaan rintik hujan yang merdu ada makna sendu yang tertancap.
Kehidupan tak lepas dari peristiwa, makna dan tujuan. Pun begitu manusia semuanya punya
peristiwa, makna dan tujuan. Ada peristiwa yang direkam secara rapi, ada pula yang
setengah-tengah dan banyak juga yang dilupakan hingga berlalu begitu saja.

Peristiwa sebenarnya menjadi hal yang penting dalam menggapai masa depan. Karena
Gemilang atau cerahnya masa depan itu sangat bergantung sekali dengan wajah peradaban
dimasa lalu. Bicara peradaban berarti bicara Universal Bagaimana hidup dan kehidupan
dimasa yang mendatang. Tentu ini tak bisa diterka-terka, tak seperti permainan olahraga
kalau tidak kalah dalam pertandingan berarti menjadi pemenang.

Berbicara peradaban tidak bisa dikalkulasikan seperti Rumus Matematika. Tidak


seperti mencari berapa estimasi waktu yang dilalui Andi Dari Kota A menuju kota B. hanya
dengan memakai rumus Waktu, Kecepatan dan Jarak tempuh jawabannya sudah didapat.
Kalau berbicara peradaban tidak bisa sesimpel itu, harus diperhatikan juga bagaimana kondisi
Jalan yang dilalui Andi, Kondisi Andi , bagaimana situasi udara saat itu dan masih banyak
lagi. Peradaban itu seperti kerumitan tapi bisa juga berfungsi menjadi penghilang kerumitan.
Sejarah adalah yang paling berperan menjadi pembuka dan penutup kerumitan itu.

Ya Sejarah, sebuah peristiwa yang telah berlalu namun menyimpan sejuta makna.
Benar memang bahwa Sejarah itu adalah guru terbaik. Seperti yang dikatakan Ustad Felix Y
Siauw dalam Buku Edgar Hamas bahwa Sejarah memberikan kepada seseorang lebih dari
sekedar Informasi. Ia menyusun cara berpikir seseorang saat ini dan menentukan langkah apa
yang akan diambil pada masa yang akan datang.
Sejarah itu mampu sebagai tiang berpikir menghadapi realitas sosial dan pengenalan
identitas diri agar tak hanyut dalam peradaban. namun jika tidak mampu memaknai sejarah
apalagi tidak mengenal peristiwa akan hanyut dan dihanyutkan. Percayalah, sejarah itu akan
terus berulang-ulang dengan lakon yang berbeda dan peristiwa yang hampir sama. Kenapa
bisa begitu? Karena hidup dan kehidupan yang memutarinya adalah roda. Masa kejayaan,
kegelapan berada dilingkaran yang sama. lihatlah sudah seringkali ditampakkan dengan
peristiwa yang hampir bersamaan hanya berbeda tempat dan waktu saja.

Bukan hanya sebagai tonggak penahan arus, namun sejarah juga mampu melawan
bahkan menciptakan arus. Adakalanya memang harus mundur beratus tahun untuk
mempelajari, mendalami dan menghayati lalu melompat ratusan tahun untuk mencapai
kegemilangan. The Power Of History. Sejarah itu kekuatan dan menjadi penguat. Mereka
yang bergerak melampaui batas berpikir hari ini, mereka yang bergerak dari standarisasi,
mereka yang tak tergantikan adalah mereka yang paham dan memaknai sejarah.

Tepatnya sebagai self protect, begitu para penyimpan sejarah manyebut. Kita
contohkan, bahwa hampir semua rakyat Indonesia mengetahui jika Belanda selama 350 tahun
lamanya menjajah Indonesia atau selama 5 generasi jika berpatok 70 tahun umur rakyat
Indonesia. Namun tak semua yang mampu memaknai secara dalam apa penyebab Belanda ke
Indonesia. Sama sekali Belanda datang bukan untuk gagah-gagahan apalagi mau mengejar
jabatan sama sekali tidak, jabatan hanya sebagai strukturisasi saja dalam sistem kolonial.
Namun ada misi yang harus diselesaikan.

Sebagian kita mungkin berdebat tentang tujuan Belanda ke Indonesia. Ada yang
mengatakan ekspansi ekonomi, kebutuhan pangan, penyebaran Agama. Benar memang jika
mampu mengetahui hal itu, namun ada hal yang lebih penting tapi terlupakan apa itu?
Tentang kelemahan kita tentang sebuah pertanyaan yang membuat diri lalai kenapa Belanda
bisa dengan mudah masuk ke Indonesia?.

Kita dengan gampang bahkan selalu mengutuk 350 tahun sebagai budak di rumah
sendiri namun tidak sadar bahwa kitalah yang membuka pintu itu dengan lebar dan kitalah
yang memberi peluang untuk dijajah. Inilah kekurangan kita, janganlah Melupakan sejarah
kawan, apalagi mengabaikan pendidikan sehingga tak optimal, pun begitu mudah terpecah
belahnya kita dan itulah kita, anak ibu pertiwi.
Bagi yang memaknai sejarah, melihat peristiwa itu dengan cerdik, Melangkah teliti
dengan melihat realitas sosial, dan bergerak secara hati-hati untuk mengukur kemampuan
diri. Jika dahulunya Belanda dengan mudah menguasai Indonesia karena hebatnya militer
maka persiapkanlah pasukan yang canggih, jika dahulunya Belanda masuk karena kepintaran
maka perbaikilah pendidikan, jika dahulunya Belanda masuk karena kekompakan maka
bersatupadulah. Begitulah sejarah menyampaikan. Agar tak terjatuh dilubang yang sama.

Lihatlah Korea Selatan hari ini, yang kemerdekaannya hanya berjarak dua hari dengan
Indonesia. Yang dahulunya negara yang sangat miskin bahkan lebih miskin dari Zimbabwe
kini mereka sangat jauh melesat melampaui negara-negara kolonial. Padahal pasca dijajah
Jepang habis-habisan mereka belum bisa membangun negara secara mandiri. Karena masih
ada Amerika dan Rusia yang berebut kepentingan dan jadilah pertarungan di Internal yang
menyebabkan hadirnya negara baru Korea Utara.

Hal yang paling menonjol ialah ekonominya yang begitu pesat. Sudah banyak produk
produk Korea Selatan diakui dunia sebut saja Samsung dan Hyundai. Bukan hanya
meramaikan pasar dunia melainkan menjadi role model. Berpuluh tahun dijajah jepang,
ditambah perang Internal bagi Korea ialah sebagai ajang pembelajaran untuk gemilang
dimasa yang mendatang. Dan Korea hari ini telah membuktikannya satu per satu.

Korea Selatan setelah merdeka sangat tertutup dalam diplomasi dan kerjasama dengan
negara luar. Terkhusus dengan Jepang negara yang menjajahnya selama 35 tahun. Hampir 20
tahun lamanya baru Korea membuka pintu bagi Jepang untuk bekerja sama. Karena prinsip
dari Korea Selatan 20 tahun awal kemerdekaan fokus memperbaiki internal dan membangun
struktur pemerintahan dan masyarakat yang benar-benar solid, karena jika pemerintahannya
lemah, masyarakatnya rapuh akan mudah diserang oleh lawan.

Korea Selatan benar-benar tak ingin jatuh dilubang yang sama, mereka memilih
menjadi negara lemah terlebih dahulu. Karena mereka sadar jika ingin sukses tidak bisa
dengan cara yang instan. Butuh waktu, butuh persiapan, butuh kerja keras dan pastinya harus
mandiri. Karena dengan kemandirian itu seluruh rakyat bisa sadar bagaimana perjuangan para
pahlawan, bagaimana kejamnya para kolonial bersikap. itu harus diingat agar esok, lusa
ataupun nanti kejadian perih agar tak terulang.

Begitulah Sejarah menghidangkan, menghadirkan pemahaman bagi mereka yang ingin make
of history.
Ada lagi self doubt, bagi mereka yang masih setengah-tengah percaya power of
history. Seperti asal katanya doubt yang berarti ragu atau keraguan. Golongan ini
menganggap bahwa kekuatan sejarah bisa tidak atau bisa iya. Bisa dimaksud, mereka ialah
golongan yang abu- abu atau skeptis. Jika bicara teori warna bahwa abu-abu adalah warna
perpaduan hitam dan putih yang tercipta karena perpaduan yang berarti adalah kesamaran.

Biasanya abu-abu adalah mereka yang masih bimbang dalam memutuskan sesuatu.
Pengubah tidak boleh seperti ini, harus lantang mengatakan hitam itu hitam dan putih itu
putih. Begitu juga dengan benar atau salah. Keberpihakan, keyakinan, kepercayaan harus
jelas ditampakkan itulah ciri mereka yang punya prinsip. Nan tak goyang bila digoncang, nan
tak jatuh bila ditekan. Dalam Islam pun abu-abu adalah sesuatu yang harus ditinggalkan.
“Barangsiapa yang menghindarkan diri dari perkara syubhat/samar, maka ia telah
menyelamatkan agama dan kehormatannya”. Begitulah Bukhari dan Muslim meriwayatkan

Sejarah mempunyai peran yang sangat besar dalam membangun masa depan. Ibarat
membangun rumah sejarah itu adalah model ataupun konsep mau seperti apa rumah tersebut
dibangun.

Sejatinya golongan self doubt meyakini bahwa setiap peristiwa adalah sesuatu yang
akan menjadi pelajaran. Namun, gagal memaknai secara dalam sehingga peristiwa itu hanya
terkenang tidak bisa menjadi alat atau bisa jadi tidak ingin make of history. Sederhananya
mereka adalah golongan yang kagum melihat perubahan namun masih ragu-ragu ingin
terlibat ataupun sebagai pencetus perubahan.

Penyebabnya bisa karena kurang percaya diri, kurang mempunyai ide, sedikit cemas
dengan resiko dan bisa karena belum mampu membagi secara baik antara sosial dan
profesional, antara kepentingan pribadi maupun kepentingan umum. Takut terbentur sebelum
terbentuk padahal jika ingin terbentuk harus merasakan terbentur setidaknya tiga kali.
Terbentur, terbentur, terbentur, lalu terbentuk. Realitanya begitulah dan memang seperti
itulah. Kita kagum dengan indahnya gedung pencakar langit, dengan hotel yang berpuluh-
puluhan lapis namun kita tak sadar dibalik itu ada seorang tukang yang berbulan-bulan
bahkan bertahun menguras keringat, melawan ketakutan, bertarung dengan nyawa, berpisah
dengan orang terkasih. Dalam persitiwa ini tukang telah make of history.

Selanjutnya, Self destruct. Merekalah yang hanyut dalam peradaban. Hingga berani
berkata sejarah itu merusak diri. sejarah tidak bermakna apa-apa “History Is Meaningless”.
Yang beranggapan bahwa memaknai sejarah adalah karakter orang yang gagal move on nan
tak percaya dengan masa depan yang lebih baik. Memaknai sejarah akan merusak
kepercayaan diri dan terlarut dengan nostalgia yang tak berkesudahan, begitulah para self
destruct menyampaikan. Pernyataan ini tentu saja kurang tepat.

Padahal otak mampu berpikir setelah melalui tahap experince. Karena seharusnya
melihat dulu baru berpikir, merasa dulu baru berpikir, menjiwai dulu baru berpikir lalu
berpikir dulu baru bertindak.

Para self destruct adalah orang-orang yang ambisius kepada diri sendiri merekalah
yang hanyut dalam peradaban. Ingin mengejar harta, jabatan, tahta bahkan wanita. Dengan
jargon modernnisasi yang sebenarnya adalah aliran hedonisme. Tidak peduli seberapa gelisah
lingkungannya, yang penting perut dan hatinya tidak kosong.

Golongan self destruct ini semakin marak dikalangan anak muda. Lihatlah banyak
yang bernilai tinggi namun bekerja di perusahaan yang menyesengsarakan rakyat kecil,
berijazah sarjana namun mengeksploitasi alam, kuliah fakultas ekonomi namun kerjasama
dengan perusahaan yang memonopoli perdagangan, menjadi bawahan penghianat agama mau
saja, menjadi budak para penghancur bangsa tak masalah yang penting dompet tebal.
Merekalah yang hanyut dalam peradaban.

Hari ini hal seperti itu sudah dianggap biasa saja. Padahal ini adalah bentuk
penyelewangan terhadap diri, agama dan bangsa. Padahal mujur hanya dengan setetes air
namun malang air yang dikejar itulah yang akan menghayutkan. Ini seseuatu yang tak biasa
perlu dan mesti dievakuasi agar virusnya tak merambat ke anak muda yang lain. Agar tak
semuanya hanyut. Peradaban harusnya mengikuti kita, bukan kita yang mengikuti peradaban

Mereka yang buta sejarah akan tetap dihanyutkan oleh peradaban. oleh karenanya
Janganlah berhutang kepada businessman, jangan berteman dengan yang jago silat lidah,
jangan percaya dengan politisi yang sedang kampanye, dan jangan bekerja diperusahaan yang
materialistik. ingat erat-erat, jangan sampai tersesat dikandang singa. Sejarah telah
membuktikan!

Sejarah itu penting kawan...


Jangan karena mengejar tahta
Kisah yang berlalu jadi usang
Para pahlawan engkau ucap durjana
Hanya karena emas dan uang
Janganlah hanyut dalam peradaban kawan...
Hanya karena sebongkah asa cerahmu
Engkau lupakan nasib saudaramu
Sudahilah ketololanmu itu
Demi kecerdasan lingkungan dan negaramu

Kawan, sudah banyak luka bangsa Ini harusnya kita generasi muda yang
menyembuhkannya bukan malah memperlebar sehingga menganga. Jika belum mampu
menjadi obat janganlah menjadi racun. Jangan sampai akibat ambisi pribadimu lintas generasi
Indonesia yang menanggung. Tak ingatkah engkau pesan Buya Hamka Jika Hanya sekedar
bekerja kera diatas pohon pun bekerja. Engkau ini bagaimana ini sih atau aku yang
bagaimana.
Menyerah

Adalah hal yang sangat memalukan jika berjuang setengah-tengah. Bisa menjadi
tanda tanya besar, sebenarnya berjuang untuk rakyat atau untuk kepentingan pribadi.
Begitulah yang pernah saya temui.

Sebut saja namanya Pak Agus, beliau salah satu pejabat tinggi di daerahnya. Dia
terkenal mahir beretorika. Narasinya begitu rapi, syairnya sangat merdu. Bagi yang
mendengarnya akan terpompa energi baru, kata-katanya menghujam jantung. Selain pandai
beretorika, beliau terkenal juga sebagai birokrat handal. Program kerjanya berorientasi pada
inovasi, beliau terkenal sebagai pejabat yang dekat sama rakyat. Telah banyak masyarakat
yang dibantu, hal itu yang membuat rakyat sangat simpati dengan beliau.

Suatu pagi yang cerah ditemani langit biru yang haru menyaksikan betapa Indahnya
senyum beberapa anak muda di halaman Balai desa. Hari yang cerah kala itu seakan memberi
petunjuk akan ada masa depan yang gemilang. Ya tepat hari itu 3 anak desa akan melanjutkan
jenjang pendidikannya ke luar negri. Seperti mimpi disiang bolong, Ibarat terik merindukan
Hujan. Namun mimpi, Ibarat, andaian, khayalan atau apalah namanya seakan semuanya akan
menjadi nyata Pak Agus meyakinkan.

Ya, Pak Agus meyakinkan ke 3 anak itu. kecemasan, tanda tanya yang menemani ke 3
anak itu dalam beberapa hari terakhir semua buyar. Dengan syairnya yang selalu
menghadirkan rasa optimisme, menyalakan api semangat ke 3 anak itu. Dengan tegas Pak
Agus menyampaikan bahwa beliau secara pribadi akan membiayai pendidikan anak tersebut
sampai dengan selesai. Dengan raut wajah berseri-seri diselingi mata yang berkaca-kaca,
mereka bertiga sujud syukur dan mengutarakan rasa terimakasih yang tak lagi bisa
disampaikan dengan kata-kata.

Tiga Anak Desa Akan Menggenggam Dunia.

Sontak seluruh warga desa saling bersautan. Mulai dari lorong-lorong, warung-
warung kopi hingga tempat pemandian umum tak henti-hentinya membicarakan Pak Agus.
Hingga mereka lupa dalam waktu dekat akan ada pemilihan kepala daerah.

***
Tiga tahun sudah berlalu, Pak Agus tak henti dielu-elu, namun pujian yang mengalir
kepadanya tak sebanding dengan nilai suara pemilihan kepala daerah. Pak Agus dinyatakan
kalah.

Waktu seolah mendadak lari, perubahan begitu cepat. Yang dulunya ramah kini
bongah, yang dulu cerdas kini culas. Pak Agus berubah total. Masyarakat terperangah bahkan
ada yang belum yakin. Bahkan Pak Agus mencabut beasiswa pendidikan yang telah Ia
berikan kepada tiga anak desa beberapa tahun yang lalu. Kembali semuanya seperti mimpi.

Suasana desa, diskusi warung kopi, Pergunjingan Emak-emak semuanya menyala


seketika. Persis seperti beberapa tahun yang lalu, namun bila dulu bercerita dengan kepala
dingin kini menjadi kepala panas dan tegang.

Saya sudah tau apa penyebab ini, ucap Nasrun dari luar warung kopi sekaligus
menghentikan pembicaraan yang panas di lingkaran meja kopi. Gimana-gimana ungkap
seluruhnya. Memaksa Nasrun untuk menyampaikan Informasi kepada mereka. Dengan
mendekatkan ujung mulut ditengah lingkaran yang dari tadi tersusun tanpa sengaja. Penuh
kehati-hatian Nasrun mengungkapkan Informasinya dari seseorang yang kredibel. Ternyata
Pak Agus berbuat baik selama ini kepada kita bukan Ikhlas atau bukan murni membantu kita,
namun karena ada udang dibalik batu. Maksudnya apa ini Udang di Balik Batu ungkap salah
satu pendengar, maklum di desa itu jenjang pendidikan masih tergolong rendah. Maksudnya
Pak Agus berbuat baik selama ini untuk mengejar kepala daerah, bukan karena kita namun
karena ada misi pribadi. Hoalaaah, karna itu toh. Ucap seluruhnya serentak.

***

Nasib ketiga anak itu diujung tanduk, dilema menggerogoti. antara mau melanjutkan
atau berhenti. Jikalau melanjutkan bagaimana caranya? Biaya hidup dan pendidikan disana
tak terjangkau, kalau pulang ke desa bagaimana caranya? Ongkos begitu mahal, malu yang
ditanggung dan gelar sarjana akan terbang dari pelukan.

Ketiga orangtua anak tersebut berdiskusi dengan seluruh masyarakat desa,


memutuskan untuk memulangkan putra putra terbaiknya itu ke kampung halaman. Dengan
biaya patungan dari seluruh warga desa.

Akhirnya mereka telah tiba dikampung dengan wajah pucat pasi, mungkin ada rasa
malu yang merecoki jiwa mereka. Walau Satupun tak ada yang merendahkan apalagi
mencaci, semuanya respect. Namun rasa campur aduk yang tak karuan tetap saja
menyelimuti wajah mereka. Pun banyak masyarakat yang mengatakan mereka itu adalah
ksatria desa.

Semuanya seperti mimpi...

Mimpi terbang ke luar angkasa lalu mimpi tenggelam ke dasar bumi.

Pak Agus menunjukan kualitas kemanusiaannya secara terang benderang.


Memperjuangkan sesuatu karena ada sesuatu. Menzolimi diri sendiri dan rakyat banyak
karena kepentingan pribadi yang tak abadi. Menunjukkan rasa menyerahnya kepada semesta.
Saat hal yang diinginkannya tak tercapai, Ia lantas mencari pembenaran dengan menyalahkan
bahkan menikam orang lain. Sesuatu yang harusnya harus dikalahkan.

Namun sebaliknya bagi ketiga anak itu, mereka menunjukan bahwa kata menyerah itu
tak ada bagi mereka yang ingin membuktikan. Terdengar kabar, mereka kembali meniti
jenjang perkuliahannya mulai dari awal. Menjadi mahasiswa baru, diperpeloncoi senior-
senior yang sebenarnya dibawah mereka. Namun kutukan tak ada terdengar atau mungkin
mereka lupa karena terlalu menikmati alur yang telah disiapkan Maha perancang. Mereka
belum menyerah dan terus menyala!

***

Segala sesuatu yang dimulai dengan niat yang tidak baik kemungkinan hasilnya tidak
baik pula. Luruskanlah niatmu!!!

Tak ada satu pun kesempatan hidup yang terbaik dan mulia melainkan
memperjuangkan hajat orang banyak dengan tanpa ada sesuatu. Manusia mempunyai sifat
lemah oleh karenanya tutuplah kelemahan itu dengan jangan terlalu berharap kepada sesama
manusia. Semua rasa menyerah, putus asa, frustasi adalah bagian misscontrol diri.

Sudah saatnya berjuang dengan tanpa merusak hati. Maksudnya? Berjuanglah


mengerahkan seluruh daya dengan potensi dirimu tanpa menilai pengorbanan apa yang telah
dilakukan. Jangan hitung-hitung apa yang diperbuat anggap saja sebuah wadah untuk
menikmati hidup dengan tantangan.
Menyerah adalah kata yang tak bisa disebutkan saat masih hidup. Jangan biarkan dia
bersemayam darimu buanglah jauh-jauh. Bergerak dan belajar terus jangan sampai peranmu
digantikan ataupun tergantikan.

Jepang contohnya, mereka adalah negara yang memelihara optimisme. Kawan sudah
tau kan bahwa jepang itu salah satu negara paling maju dunia. Dengan Elektronik, Dagang
dan pertumbuhan ekonomi yang menjulang. Kawan sudah tau 74 tahun yang lalu jepang itu
diluluh lantahkan oleh Amerika? Ya tepat pada tahun 1945 Jepang hancur lebur. Kota
Hiroshima dan Nagasaki menjadi lautan Duka bagi Jepang. Ratusan ribu mayat berserakan.
Jepang dengan seisi didalamnya berantakan.

Bukan hanya Manusia dan Infrastrukturnya yang hancur lebur tak bersisa. Namun
semuanya. Coba bayangkan dalam beberapa tahun Hiroshima dan Nagasaki tidak bisa
dimasuki karena radiasi bom yang masih bereffect. Semuanya kacau balau.

Jepang yang dulu telah berlari, kini kembali harus merangkak. Belajar pelan pelan,
menggapai satu per satu agar mampu berdiri dan seterusnya mampu berjalan. Coba
dibayangkan adalah pekerjaan yang membosankan bukan? ketika dulu telah mampu berlari
kini dipaksa harus merangkak. Namun Jepang tak memikirkan, melainkan menunjukkan
optimisme dan semangat pantang menyerahnya dan memberi pelajaran kepada dunia bahwa
kekalahan itu harus disikapi secara dewasa.

Perlahan-lahan jepang memperbaiki ekonominya yang minus, mengkaderisasi


rakyatnya agar bermental pejuang, menstabilisasi pemerintahan dan sosial. Tak kenal siang
ataupun malam dari seluruh penjuru negri Jepang masyarakatnya bekerja lebih keras dari
biasanya, belajar lebih tekun dari biasanya, Hidup penuh dengan disiplin. Hanya dalam kurun
40 tahun Jepang kembali menjadi negara super mengalahkan Amerika dan negara-negara
Eropa. Fantastic Job mereka membuktikan.

Dunia terkejut, terkesima sekaligus khawatir. Negara yang prediksi banyak pakar
akan hilang dari percaturan Dunia, Karena kehancuran yang tak biasa. Kini telah menjadi
salah satu kiblat negara-negara di dunia terkhusus bidang elektronik dan industri.

Jepang yang hancur lebur saja bisa, untuk bangun dan berdiri paling depan. Apalagi
kamu yang jatuhnya hanya satu anak tangga. Yang tak ketinggalan jauh. Selama hidup
tekadkanlah, nyalakanlah bara semangat itu. Karena semboyan kita tetap Bergerak atau
Tergantikan!
Terjebak Dalam Mimpi

Apakah kita adalah orang-orang yang terjebak dalam mimpi? Yang tak pernah
berhenti berimajinasi, menghayal, terbang di alam pikiran. Tiap pagi, tiap hari kita ulang-
ulang dengan kebiasaan yang sama dan selalu berazzam hari esok akan bergerak namun tak
pernah kunjung dimulai.

Tanpa disadari orang-orang di sekeliling, lingkungan disekitar, bumi tempat berpijak


sudah banyak perubahannya. Dilihat lagi cermin, di dalam diri pun sudah banyak perubahan.
Kumis menebal, rambut memutih, energi tak sekuat dahulu. Ternyata aku sudah jauh
tertinggal dan bahkan sudah tergantikan.

Desa nan asri telah tiada, keramah tamahan rakyat desa sudah mengikis, polusi
semakin mengepul, industri para elit telah bercokol dimana-mana. Preman menjadi raja
dijalanan, pasar dipenuhi pedagang zalim, sekolah pun begitu murid menganggap guru
sebagai teman sebaya. Tempat-tempat peribadatan kosong melompong, tempat wisata penuh
sesak. Dan kita masih bermimpi....

Ya, kita masih bermimpi! Rencana yang telah berbentuk master plan itu, setiap hari
diperhatikan, kurang tepat diperbaiki, salah direvisi. Hingga lupa bahwa master plan itu
hanya simbol belaka dan menjadi bukti ternyata kita masih menjadi seorang yang omong
kosong.

Mimpi yang sedemikian rapi itu kini menjadi bumerang, nestapa yang tak bisa
dielakkan. Kesalahan cuman satu, hanya karena menunda-nunda. Hari esok pasti lebih baik,
mentari esok pasti lebih cerah. Padahal bila itu pun terjadi, belum tentu kita dapat
menikmatinya.

Begitulah dulu kisah penyair masyhur yang berasal dari Hijaz yang bernama Asya.
Keindahan ajaran pekerti Rasulullah SAW yang bernilai seni tinggi dan mengandung ajaran
budi menawan mampu menggugah jiwa dan mempesona hati 'Asya'. potongan-potongan
informasi tentang ajaran Rasulullah SAW yang lembut dan puitis telah membuatnya yakin
bahwa itu benar dari Ilahi.

Akhirnya, suatu hari ia meneguhkan diri menemui Rasulullah, untuk berikrar menjadi
pengikut ajaran Ilahi. Dalam perjalanan Ia bertemu dengan kafir Quraisy yang sekuat tenaga
menghadangnya agar tak bertemu dengan Rasulullah SAW. Dengan tujuan untuk
menggagalkannya masuk Islam, Kafir Quraisy menakutinya dengan mengatakan, Agama
Muhammad itu adalah agama yang akan berlawanan dengan karakter dan kebiasaanmu.
Agama Muhammad mengharamkan ummatnya meminum khamr.

Mendengar perrnyataan Kafir Quraisy tadi, ‘Asya langsung menjawab dan mengambil
tindakan “Aku belum puas untuk meminum khamr, tahun depan sajalah aku bertemu dan
berikrar untuk setia kepada Rasulullah”. Dan pada akhirnya “Asya meninggal sebelum
memasuki Agama Islam.

***

Maka hal yang seringkali terlampaui oleh kebanyakan dari kita ialah menunda lalu
larut dalam penyesalan. Seandainya, seharusnya, sebaiknya, seyogyanya, semestinya.
Tumpukan kata-kata itu akan berkeliaran ketika yang telah ditakutkan terjadi.

Bila ditanya satu per satu, sungguh tak satupun dari kita yang mimpinya tak elok.
Semuanya mulia. Bahkan bila dibayangkan bergetar jiwa dan raga ini, sesuatu yang sungguh
indah akan terjadi. Namun seringkali keindahan itu hanya kita simpan baik-baik dalam
khayalan masing-masing, entah terlalu pelit atau tidak ingin keindahan itu diperlihatkan maka
dari kita menyimpan rapi-rapi.

Bukankah kisah ‘Asya tadi menjadi tamparan bagi kita, bahwa menunda-nunda itu
apalagi menunda mimpi yang baik akan mendatangkan kemudhoratan. Jangan sampai karena
menyesal baru bergerak, jangan sampai terkena musibah lalu berubah.

Sudah saatnya, mimpi yang telah dirangkum itu dieksekusi. Jangan tidur, karena itu
hanya mendatangkan mimpi, bangunlah karena hanya dengan itu engkau berbuat dan
mewujudkan mimpi.

Dunia adalah bagian dari kita, bukan kita bagian dari dunia. Sekali lagi dunia adalah
bagian dari kita. maka suatu saat nanti Aku, kau dan kita semua akan menjadi trendsetter dan
pemegang poros peradaban dunia, karena Dunia adalah Bagian Dari Kita
Daftar Bacaan
Al-Qur’an Al-Karim

Ajidarma, Seno Gumira. 2016. Jokowi, Sengkuni, Machiavelli. Bandung: Mizan Pustaka

Ash Shalabi, Ali Muhammad. 2018. Muhammad Al-Fatih. Sukmajaya: Senja Media Utama

Badruddin. 2017. Catatan Tan Malaka Dari Balik Penjara. Yogyakarta: Araska

Casofa, Fachmy. 2016. Berkarya Tanpa Jeda. Jakarta: Elex Media Komputindo

Hakiem, Lukman. 2018. Jejak Perjuangan Para Tokoh Muslim Mengawal NKRI. Jakarta:

Pustaka Al-Kautsar

Hamas, Edgar. 2015. Untuk Kalian Yang Rindu Perubahan. Yogyakarta: Pro-U Media

Hamka. 2017. Di Dalam Lembah Kehidupan. Jakarta: Gema Insani

Iqbal, Muhammad. 2007. Raja Fir’aun Abad 21. Bandung: Cita Pustaka Media

Malik, Chandra. 2018. Mengislamikan Islam. Jakarta: Kompas Media Nusantara

Manis, Hoeda. 2013. Sejarah Dan Pengetahuan Dunia Abad 20. Yogyakarta: Ar-ruz Media

Muhibbuddin, Muhammad. 2019. Bung Hatta. Yogyakarta: Araska

Mustofa, Imron. 2018. KH. Ahmad Dahlan si Penyantun. Yogyakarta: Diva Press

Nadjib, Emha Ainun. 2018. Kiai Hologram. Yogyakarta: Bentang Pustaka

Natsir. 2017. Politik Santun Diantara Dua Rezim. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia

Raillon, Francois. 1985. Politik Dan Ideologi Mahasiswa Indonesia. Jakarta: LP3ES

Siauw, Felix Y. 2013. Muhammad Al-Fatih 1453. Jakarta: Al Fatih Press.

Yahya, Ahmad Syarif. 2017. Ngaji Toleransi. Jakarta: Elex Media Komputindo

Yurnaldi. 2018. Kritik Presiden Dan Jurnalisme Hoax. Padang Pariaman: Kasaiangan
Biodata Penulis

PANJI ANUGERAH, yang akrab disapa Panji ini lahir di Padangsidimpuan,


Sumatera Utara 28 Juli 1996. Ia adalah putra pertama dari pasangan Pak Ermunanto dan Ibu
Rosnida. Pendidikannya dimulai dari SD Muhammadiyah 2 kota Padangsidimpuan sampai
kelas 6 Semester 1, lalu pindah ke SDN Desa Telo Kecamatan Batangtoru hingga tamat.
Kemudian melanjutkan ke MTS Negeri Batangtoru, Tapanuli Selatan dan setelah itu
melanjutkan ke SMK Muhammadiyah 13 Sibolga. Selepas lulus SMK dirinya menimba ilmu
ke provinsi sebelah Sumatera Barat, tepatnya di IAIN Batusangkar.

Dalam pengembaraan keilmuannya, Ia bukan sosok yang selalu menelan mentah-


mentah apa yang disampaikan oleh Guru ataupun Dosennya. Selama hidupnya Ia seringkali
diusir oleh Gurunya karena seringkali berbeda pandangan. Selain membaca dan menulis, Ia
sangat senang sekali melakukan hal-hal yang bersifat sosial. Karena itulah Ia mendirikan
organisasi sosial yang bernama @forumkitepeduli.

Sekarang Ia bekerja dan mengabdi di Yayasan Pendidikan Islam Raudhatul Jannah


sebagai Kepala Humas dan Informasi. Kini tinggal di Payakumbuh, Sumatera Barat.

Untuk lebih mengetahui tentang Panji dan berbagi cerita dengannya, kawan bisa
bersua di Facebook: Panji Anugerah, Instagram: @panjianugerahp dan e-mail:
panjianugerahp@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai