Anda di halaman 1dari 17

ASWAJA II

TIRAKATAN (Daud, Ngrowot, Puasa Naun, Mutih, Bila Ruh, Mujahadah)

Dosen Pembimbing: Ustadz Nur Salikin, SH. MA.

Disusun Oleh:

Halimatus Sa’diyah (16.18.73.1.08.013)

Siti Mila Azka Maimunah (16.18.73.1.08.029)

TAKHASUS SEJARAH PERADABAN ISLAM

MA’HAD ALY SA’IIDUSSIDDIQIYAH JAKARTA BARAT

Jl. Panjang No.6C, Kedoya Utara, Kebon Jeruk, Jakarta Barat

TAHUN AKADEMIK 2021/2022


Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah Swt, yang telah melimpahkan rahmat serta
hidayahnyakepada kita sehingga kita dapat menyelesaikan makalah dengan judul “
TIRAKATAN(Daud, Ngrowot, Puasa Naun, Mutih, Bila Ruh, Mujahadah)” sebagai
wujud pelaksanaan tugas dalam mata pelajaran “ASWAJA II”. Sholawat serta salam
tidak lupa kita junjungkan kepada nabi agung kita Nabi Muhammad Saw, semoga
beliau senantiasa mengakui kita semua sebagai umatnya dan memberikan syafaat
kepada kita semua di hari akhir nanti. Amin.

Penulis menyampaikan terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah Aswaja


II, Ustadz Nur Salikin, SH. MA. atas arahan dan bimbingannya serta kepada pihak-
pihak yang bersangkutan dalam menyelesaikan makalah ini. Terimakasih telah
meluangkan sedikit waktunya untuk membaca makalah yang kami buat dan kami
mohon maaf makalah yang kami buat masih banyak kekurangan dan kekeliruan
dalam segi penulisan maupun materi yang kami paparkan.

Jakarta, 6 April 2021

Penyusun

I
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...............................................................................................................I

Daftar Isi........................................................................................................................II

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................1

A. Latar Belakang............................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.......................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................2

1. Pengertian Tirakat.......................................................................................................2

2. Sejarah Tirakat.............................................................................................................3

3. Jenis Tirakat.................................................................................................................4

4. Puasa Daud...................................................................................................................5

5. Puasa Ngrowot.............................................................................................................6

6. Puasa Mutih.................................................................................................................8

7. Puasa Bila Ruh.............................................................................................................8

8. Mujahadah....................................................................................................................8

BAB III PENUTUP......................................................................................................10

Kesimpulan.............................................................................................................10

Daftar Pustaka...........................................................................................................1

II
A. Latar belakang Masalah

Istilah Tirakat sendiri sudah tidak asing lagi ditelinga masyarakat Indonesia terlebih
bagi para pencari ilmu di pondok pesantren dimanapun mereka berada, ada berbagai macam
tirakat diantaranya seperti Dawamul Wudhu membaca bacaan wirid, belajar, sholat sunah, ti
rakat puasa dan lain-lain. puasa merupakan tirakat yang paling ampuh diantara amalan-
amalan yang lain, dalam ilmu kejawen merupakan suatu proses untuk menyeimbangkan keb
utuhan jasmani maupun ruhani atau mencari ketenangan hidup yang sebenarnya, tirakat diart
ikan menahan hawa nafsu dengan mengorbankan kemewahan supaya tercapai suatu harapan
maupun tujuan tertentu. Menurut Al-Ghazali manusia perlu untuk melatih diri dari berbagai
hal yang berlebihan, termasuk makanan. Beliau mengatakan bahwa makanan adalah sumber
dari berbagai penyakit fisik dan spiritual. Dengan menjaga makanan yang masuk ke perut,
itu akan mengurangi risiko penyakit yang akan diderita.1
Pada pembahasan kali ini pemakalah hanya akan membahas mengenai Mujahadah, P
uasa Daud, Puasa Mutih, Puasa Nahun, Puasa Bilaruh, dan Puasa Ngrowot. Dari masing-ma
sing puasa ini diperlukan Ijazah dari seorang guru atau kiai, dan pelakunya di arahkan langs
ung oleh gurunya, masing masing puasa ini memiliki pantangan tersendiri dan memiliki beb
erapa tujuan yang sama salah satunya mendekatkan diri kepada Allah, selain dari puasa yang
telah disebutkan pemakalah juga membahas mengenai Mujahadah yaitu istiqomah dalam me
lakukan amaliah-amaliah baik.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang perlu diketahui mengenai Tirakat di pondok pesantren
2. Mengapa kita perlu mengetahui Puasa Kejawen
3. Bagaimana kita memahami perihal Mujahadah

1
Rizqa Ahmadi, Mbrakah in The Pesantren Salaf Tradition: The Dialectics of Local Wisdom and The Sufism
Ethos for the Harmony of Life, Tulungagung, Jurnal Cendekia Vol. 17 No. 1, Januari-Juni 2019, h. 122-125
A. Pengertian Tirakatan
Tirakatan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata ti-ra-kat-an yang
berarti melakukan tirakat,2 sedangkan Pengertian Tirakat berasal dari kata Taraka-yatruku-
tarkan atau Tirkatan3 yang berarti perkara yang ditinggalkan. Dikalangan pesantren tirakat at
au Riyadhoh berarti melakukan kegiatan spiritual untuk mencapai sesuatu yang diinginkan de
ngan bimbingan seorang guru, kalangan pesantren menyakini bahwa tirakat adalah warisan
Rasulullah saat berkhalwat di Gua Hira. Ketika Nabi Muhammad berkhalwat tujuanya untuk
menghindari perilaku buruk masyarakat jahiliyah dan melatih hati, mengasah jiwa, serta
merrenungi apa yang telah terjadi pada alam semesta. Selain memiliki tujuan spiritual tirakat
juga dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang sifatnya keduniawian, seperti mendapatkan
keturunan yang shaleh-shalehah, mendapatkan ilmu yang berkah serta dapat tercapai
hajatnya.4

B. Sejarah Tirakat
Istilah tirakat sendiri di pondok pesantren sudah sangat familiar, ketika kita dalam pencari
an ilmu tirakat sangat penting untuk dilakukan, budaya tirakat ini sudah ada semenjak zaman
para sahabat Rasulullah atau yang dikenal dengan Ahlu Suffah, Tabiiìn, Tabiit-tabiìn dan para
ulama di sepanjang sejarah Islam. Hal ini sudah ajarkan oleh Rasulullah yang dijelaskan dala
m kitab Sahih Muslim yaitu:

ِ ِ ِ ٍِ ِ
َ ِّ ‫َأخَبَريِن نَاف ٌع َع ْن ابْ ِن ُع َمَر َع ْن النَّيِب‬
‫صلَّى‬ ْ ‫َح َّدثَنَا ُز َهْي ُر بْ ُن َحْر ٍب َوحُمَ َّم ُد بْ ُن الْ ُمَثىَّن َو ُعَبْي ُد اللَّه بْ ُن َسعيد قَالُوا‬
ْ ‫َأخَبَرنَا حَيْىَي َو ُه َو الْ َقطَّا ُن َع ْن ُعَبْيد اللَّه‬
ِ ‫اللَّه علَي ِه وسلَّم قَ َال الْ َكافِر يْأ ُكل يِف سبع ِة َأمع ٍاء والْمْؤ ِمن يْأ ُكل يِف ِمعى و‬
‫اح ٍد‬ َ ً ُ َ ُ ُ َ َ ْ َ َْ ُ َ ُ َ َ َ َْ ُ

Telah menceritakan kepada kami Zuhair bin Harb, Muhammad bin al-Mutsanna dan

Ubaidullah bin Sa'id, mereka berkata: telah mengabarkan kepada kami Yahya, yaitu Al

Qaththan dari Ubaidullah, telah mengabarkan kepadaku Nafi' dari Ibnu Umar dari Nabi

Shallallah 'Alaihi Wa Sallam beliau bersabda: "Orang-orang kafir makan dengan tujuh usus

(perut), dan orang mukmin makan dengan satu usus(perut)."

2
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/Tirakat pada tanggal 6 April 2021, pukul 17:31
3
Ahmad Warson Munawir, Kamus Al-Munawwir Arab Indonesia Terlengkap, Surabaya:Pustaka Progressif,
1997, hlm 133
4
A. Mubarok Yasin, Jombang. 2015. Tirakat KH. Hasyim Asy’ari. Majalah Tebuireng
4
Dari hadits ini kita bisa melihat bahwa ketika kita memakan-makanan bertujuan hanya se
batas untuk memberi energi terhadap tubuh agar kuat beribadah kepada Allah dan tidak berleb
ihan. Ketika zaman sahabat Ahlu Suffah yang berarti Bayangan Nabi, dimana pun nabi berada
selain bersama keluarga mereka selalu hadir dengan Rasulullah baik ketika berada di rumah, b
epergian maupun berperang. Para Ahlu Suffah ini bergantung pada pada pemberian Rasululla
h dan tidak akan minum kecuali dari air minum sisaanya. Diantara Ahlu Suffah yaitu: Sayyidi
na Abu Hurairah, Ibnu Umar, Ibnu Abbas dan Abdullah bin Masùd, dalam sejarah para sahab
at ini tercatat sebagai perawi hadis yang terpercaya. Pada masa Tabiìn seperti kisahnya Muha
mmad bin Idris bin Syafiì sewaktu masih kecil menimba ilmu di berbagai tempat sampai pada
masa itu Muhammad bin Idris bin Syafiì pergi ke Madinah untuk berguru kepada Imam Malik,
pada usia 9 tahun sudah berhasil menghafal Al-Qur’an dan kitab al-Muwatha karya Imam Ma
lik. Dalam masa penggembaraanya dalam mencari ilmu Muhammad bin Idris bin Syafi’ì tida
k membawa bekal apapun dan hanya diantar oleh ibunya dan di pasrahkan kepada Imam Mali
k5

Demikian juga pada zaman Tabi`in, Tabi`it-Tabiìn, budaya guru terdahulu menampung p
ara santri yang hampir keseluruhannya tidak berbekal harta benda. Sebagaimana pada zaman I
mam Buhkori pelestarian tirakat ini sudah ada sejak zaman Ahlu Suffah maka tidak salah jika
para kiai menganjurkan para santri yang sedang menuntut ilmu untuk mengikuti tirakat hingg
a saat ini.

C. Jenis-Jenis Tirakat
Dalam pondok pesantren Istilah tirakat sendiri tentu sudah sangat familiar karena seseora
ng yang sedang mencari keberkahan ilmu melakukan amalan-amalan tersebut dengan istiqom
ah, ada berbagai macam tirakat diantaranya seperti Dawamul Wudhu membaca bacaan wirid,
belajar, sholat sunah, tirakat puasa dan lain-lain. Puasa merupakan amalan yang sangat utama
dan mempunyai banyak sekali manfaat dengan dilakukanya puasa seseorang akan mampu me
ngendalikan hawa nafsunya. Mayoritas dalam pondok pesantren menganjurkan santrinya untu
k berpuasa, baik puasa wajib maupun puasa sunah. diantara puasa-puasa yang dianjurkan yait
u Puasa Daud, Puasa Senin Kamis, Puasa di awal bulan Syawal, Puasa bulan Sya’ban, puasa ti
ga hari setiap bulan, Puasa Arofah, Puasa Asyura. Namun bagi masyarakat Jawa puasa tidak h
anya dilakukan seperti yang telah disebutkan akan tetapi ada beberapa macam puasa yang me
5
Tim Redaksi Tebuireng, Jombang. 2015.Tirakat, Laku Menahan Hawa Nafsu Untuk Gapai Cahaya Ilmu. Majalah
Tebuireng.
5
mang boleh diamalkan yang mempunyai tujuan tertentu. Dilaksanakanya puasa-puasa sunah i
ni bertujuan untuk tirakat, macam-macam puasanya yaitu Puasa Nahun, Puasa Mutih, Puasa N
growot, Puasa Bilaruh dan lainnya. Puasa yang dilakukan ini harus dilalui atas dasar perintah
guru dan mendapat ijazahnya dari seorang guru. Menjalani tirakat di yakini oleh masyarakat
Nahdlatul Ulama mampu menjadikan kualitas spiritual semakin dekat dengan Allah dan hajat
nya bisa terkabul syaratnya dilakukan dengan benar serta diselesaikan secara sempurna Berik
ut merupakan macam-macam puasa yang dianjurkan antara lain:

1. Puasa Daud
Puasa Daud merupakan puasa sunah yang dilakukan dengan cara selang-seling yaitu seha
ri berpuasa sehari tidak, sampai batas waktu yang sudah ditentukan, puasa daud tidak jauh ber
beda dengan puasa lainya, yang menjadi perbedaanya terletak pada niat puasanya. manfaat pu
asa ini tidak hanya mendapatkan kebugaran jasmani dan ruhani, ketika melakukannya dengan
penuh rasa khusyu dan ikhlas akan tetapi berdampak baik bagi nilai spiritual terlebih untuk m
asa depan, menurut Mahbub Ma’afi Ramdlan keutamaan puasa daud terletak pada beratnya uj
ian yang dilaksanakanya, seseorang yang melakukan puasa ini berarti belajar sehari merasaka
n kesenangan dunia lalu sehari kemudian meninggalkanya. Dan berlatih untuk tidak terikat pa
da hal hal duniawi.6 Jika dapat melewati ujian saat sedang puasa akan menambah pengaruh da
lam kehidupan disamping menahan diri dari kesenangan dunia kemudian melatihnya dengan p
uasa daud dapat menghasilkan nilai-nilai positif. Puasa Daud adalah puasa yang dianjurkan ol
eh Rasulullah sesuai dengan Hadistnya yaitu:

ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
ْ ‫اس الشَّاع ِر‬
َّ ‫َأخَبَرهُ َأنَّهُ مَس ُع َعْب ُد اهلل بْ ُن َع ْم ُرو َرض َي اهلل َعْن ُه َما َبلَ َغ النَّيِب‬ ِ َّ‫العب‬ ُ ‫َأخَبَرنَا َأبُ ْو َعاص ٍم َع ْن ابْ ِن ُجَريْ ٍج مَس ْع‬
َّ ً‫ت َعطَاء‬
َ ‫َأن َأبَا‬ ْ ‫َح َّدثَنَا َع ْم ُرو بْ ُن َعل ٍّي‬
ِ ِ
ْ‫ص ْم َو َأفْ ِط ُر َو قُ ْم َو مَن‬ ِ
ُ َ‫صلِّي ف‬
َ ُ‫ص ْو ُم َو الَ تُ ْفط ُر َو ت‬
ُ َ‫َّك ت‬ ْ ْ‫ُأصلِّي اللَّْي َل فَِإ َّما َْأر َس َل ِإيَلَّ َو ِإ َّما لَقْيتُهُ َف َق َال ًأمَل‬
َ ‫َأخَب ْر َأن‬ َ ‫الص ْو َم َو‬ ْ ‫صلَّى اهلل َعلَْيه َو َسلَ َم َأيِّن‬
َّ ‫َأس ُر ُد‬ َ
‫ص ْو ُم َي ْو ًما َويُ ْف ِط ُر َي ْو ًما َواَل يَِفُّر ِإ َذا اَل قَى قَ َال َم ْن يِل هِبَ ِذ ِه يَا‬ َّ ‫ص ْم ِصيَ َام َد ُاو َد َعلَْي ِه‬
ُ َ‫الساَل م قَ َال َكا َن ي‬ ُ َ‫ك قَ َال ف‬
ِِ
َ ‫ظ قَ َال ِإيِّن َأَل ْق َوى ل َذل‬
ًّ ‫ك َح‬ ِ
َ ‫فَِإ َّن ل َعْي‬
َ ‫نك َعلَْي‬
ِ ِ ِ
‫ص َام اَأْلبَ َد‬ َ ‫اَل‬.‫صلَّى َمَّرَتنْي ِ اهلل َعلَْيه َو َسلَم‬
َ ‫ص َام َم ْن‬ َ ‫ قَ َال َعطَاءٌ اَل َْأد ِر ْي َكْي‬.‫نَبِيَّاهلل‬
َ َّ ‫ف ذَ َكَر صيَ َام اَأْلبَ َد قَ َال النَّيِب‬

Telah menceritakan kepada kami ‘Amru bin ‘Ali telah mengabarkan kepada kami Abu‘Ashim

dari Abu Juraij aku mendengar ‘Atho’ bahwa Abu Al ‘Abbas Asy-Syair mengabarkan kepadanya

bahwa dia mendengar ‘Abdullah bin ‘Amru radiyallahu’anhuma (berkata); Telah sampai kepada
6
Beni Jo, Puasa Daud: Dalil,Tata Cara, Manfaat,Bacaan Doa Niat dan Artinya diakses dari https://amp-tirto-id.c
dn.ampproject.org/v/s/amp.tirto.id/puasa-daud-dalil-tata-cara-manfaat-bacaan-doa-niat-dan-artinya pada tan
ggal 3 April 2021, pukul 22:00
6
Nabi saw berita tentang aku akan terus berpuasa dan sholat malam. Aku tak ingat lagi, apakah

kemudian beliau mengutus utusan atau aku menemui beliau, dan beliau berkata “Apakah benar

kabar kamu akan berpuasa tidak akan berbuka dan sholat malam (tidur)? Puasa dan berbukalah,

sholatlah dan juga tidurlah, karna bagi matamu ada bagian atas hakmu dan bagi dirimu dan

keluargamu dan bagian atas hakmu”. ‘Abdullah bin ‘Amru ra. berkata “Sungguh aku lebih kuat

dari (amal amal) itu” beliau berkata “kalau begitu puasalah dengan puasanya Nabi Daud as”. Dia

bertanya “Bagaimana caranya”. Beliau menjawab “Nabi Daud as, berpuasa sehari dan berbuka

sehari sehingga dia tidak akan kabur ketika berjumpa dengan musuh”. Dia berkata “lalu siapa

teladan bagi diriku dalam masalah puasa sepanjang jaman ini wahai Nabi saw?” ‘Atho’ berkata :

Aku tidak tau bagaimana dia menyebutkan puasa abadi (sepanjang hidup), karna Nabi saw

bersabda “Tidak dianggap puasa bagi siapa yang puasa abadi”. Beliau mengucapkanya dua kali.

(HR.Bukhari : 1841)7

Puasa Daud juga memiliki keutamaan lainya yaitu merupakan salah satu ibadah yang disukai
Allah, dan jika melakukan puasa ini bagaikan berpuasa Setengah Tahun, hal ini sesuai dengan
salah satu hadis Rosululloh yaitu Rasulullah SAW bersabda : Tidak ada puasa yang lebih
afdhol dari puasa Daud. Puasa Daud berarti sudah berpuasa separuh tahun karena sehari
berpuasa dan sehari tidak berpuasa. (HR. Bukhari no. 6277 dan Muslim no. 1159).
Kemudian ketika berpuasa daud merupakan Waktu yang di Ijabah untuk berdoa disertai
dengan memperbanyak dzikir dan doa sepanjang hari supaya Allah segera memberi
kemudahan selain itu juga berdampak baik bagi diri sendiri terlebih untuk masa depan adapun
yang terakhir yaitu Memiliki manfaat bagi kesehatan.8

2. Puasa Ngrowot

Di jawa memiliki tradisi agar tidak terlalu bergantung dengan nasi dengan cara
melakukan puasa ngerowot, puasa ini yaitu tidak memakan sesuatu yang berbagan dasar beras
7
Imam Bukhari , Shohih Bukhari ,Bab Hak keluarga dalam hal puasa, Kitab Shaum, No 1841 dalam
Aplikasi Ensiklopedia Hadis, Versi 5.0.3 )
8
Kurnia Azizah, Tata Cara Puasa Daud Lengkap Beserta Manfaatnya Bagi Kesehatan,
https://m.merdeka.com/trending/tata-cara-puasa-daud-lengkap-beserta-manfaatnya-bagi-kesehatan-kln.html
Diakses pada tanggal 5 April 2021 pukul 00.57
7
selama waktu yang telah ditentukan. Dalam pelaksanaanya seseorang yang melakukan puasa
ini hanya boleh memakan umbi-umbian sayuran, buah-buahan, jagung dll.9 Budaya puasa
Ngerowot pertama kali diajarkan oleh walisongo terkhusus oleh Sunan Kali Jaga, Sunan
Gunung Djati, dan Sunan Giri, oleh sebab itu budaya puasa Ngerowot ini berkaitan dengan
akulturasi Agama Islam karena yang menyampaikan adalah seorang Wali10 Manfaat dari
puasa ngrowot ini sebagai sarana penguat batin dan memiliki simbol keprihatinan.

Ngrowot sendiri berasal dari kata wod/wot yang artinya akar, artinya yaitu sebuah
tindakan memakan makanan jenis krowodan seperti umbi-umbian buah-buahan, dan sayuran.
Jadi ngrowot merupakan upaya untuk menahan diri dari segala macam bahan makanan yang
berbahan dasar beras, dan diganti dalam bentuk jagung, umbi-umbian (wod), terigu dan
sebagainya.11 Antara Ngerowot dan melakukan puasa Ngerowot itu berbeda, jika ngerowot
masih diperbolehkan memakan apa saja kecuali sesuatu makanan yang terbuat dari bahan
beras, kemudian puasa ngerowot merupakan tirakat yang dilakukan dengan jalur berpuasa,
diawali dengan pemberian ijazah dari seorang kiai atau guru dan dilakukan sesuai batas yang
telah ditentukan. Pelaksanaan puasa ngerowot ini mula-mula dilakukan satu minggu karena m
erupakan syarat dari ijazah yang di berikan oleh gurunya dan mampu dipertanggung jawabkan
sanadnya. Pemberian ijazah puasa ngerowot ini dilaksanakan bulan Muharram dan minimal se
seorang yang melaksanakan puasa ngerewot sekitar tiga tahun.12 Dengan disertai
melaksanakan amalan-amalan (seperti membaca Al-Qur’an, sholat tepat waktu, dan dzikir).
Apabila seseorang yang melakukan puasa ngerewot ini melanggar aturannya maka puasanya
dianggap batal dan harus diulangi dari awal lagi.13 Puasa Ngrowot ini dianggap puasa ringan
dibandingkan dengan puasa tirakat lainnya, karena masih diperbolehkan untuk memakan
bahan pangan selain yang berbahan dasar beras.

Seseorang yang melakukan puasa ngerowot memiliki tiga alasan utama yaitu ilmiah, amal
iah dan maliyah. Alasan ilmiah disini memiliki maksud keterkaitan dengan ilmu pengetahuan
yaitu menunjukan bahwa setiap bahan makanan yang tumbuh memiliki kandungan nutrisi yan
9
Bambang Pranomo, Memahami Islam Jawa, Tanggerang: Pustaka Alvabet, 2009, hlm 214.
10
Suryadi dan Mawi Khusni Albar, Budaya Ngerowot dalam Kajian Neurosains di Pondok Pesantren Luqmaniyah
Yogyakarta dalam Jurnal Islam dan Budaya, Volume 1, Nomer 1, Mei 2018, hlm 128
11
Johan Saputra, Ngrowot dan Tazkiyatun Nafs (Studi Manfaat Ngrowot Untuk Pembersihan Jiwa Di Kalangan
Santri Asrama Perguruan Islam(API) Pondok Pesantren Salaf Tegalrejo Magelang Jawa Tengah, Yogyakarta,
UIN Sunan Kalijaga, 2018, hlm. 3
12
Anisaul Mubarokatun Ni’mah, Puasa Ngerowod (Kajian Antropologi Terhadap Praktik Puasa Ngerowot di
Pondok Pesantren Al-Musyaffa Desa Sadipayung Kecamatan Ngampel Kabupaten Kendal) dalam skripsi
Mahasiswa Fakultas Ilmu Ushuludin, Prodi Aqidah dan Filsafat Islam, UIN Walisongo Semarang, 2019, hlm 8
13
Rizqa Ahmadi, Mbrakah in The Pesantren Salaf Tradition: The Dialectics of Local Wisdom and The Sufism
Ethos for the Harmony of Life, Tulungagung, Jurnal Cendekia Vol. 17 No. 1, Januari-Juni 2019, hlm. 126-127
8
g baik. Alasan amaliah ini berkaitan dengan akhlak seseorang karena ketika melakukan puasa
ini untuk menguatkan batin dan dalam prosesnya mengajarkan tentang nilai-nilai sabar, alasan
amaliah dengan puasa ngrowot mampu digunakan untuk menjaga harta yang menentukan kes
etabilan ekonomi seseorang14

Manfaat dari melakukan puasa ngrewot ketika bagi seorang yang sedang menuntut ilmu
Puasa Ngrowot memiliki manfaat membersihkan hati dan pikiran, memudahkan dalam
menerima pelajaran. Selain itu ada manfaat lain dari puasa ngerewot ini yaitu lebih
mensyukuri segala ciptaan Allah Dengan melakukan Puasa Ngrowot tentu saja bisa melihat
apa saja bahan makanan pokok selain nasi yang bisa dikonsumsi. kemudian Untuk
mengendalikan hawa nafsu sehingga memudahkan upaya pendekatan diri kepada Allah SWT.
dan manfaat lainya yaitu Sebagai media pembersihan diri baik batin, dan rohani.

3. Puasa Nahun

puasa sepanjang tahun yang sering disebut dengan puasa naun adalah puasa yang
dilaksanakan setahun penuh tanpa terjeda kecuali hari-hari yang diharamkan untuk berpuasa
seperti hari raya Idul Adha, hari raya Idul Fitri, dan hari Tasyrik. Puasa sunah naun
dilaksanakan dalam kurun waktu minimal satu tahun ataupun lebih dengan kelipatan tahun
ganjil yang disertakan dengan wirid beragam dan shalawat yang telah diterima seseorang yang
sedang menuntut ilmu ketika meminta ijazah puasa naun kepada kiai. Puasa dalail termasuk
kedalam puasa nahun dalam puasa sunah dalailul bisa terbagi menjadi 3 yaitu:

a) Puasa Dalail Khairat

Seseorang yang melakukan puasa ini mengharuskan pelaku puasanya membaca kitab
dalailul khairat setiap harinya secara rutin. Kitab dalailul khairat merupakan kitab yang
berisikan kumpulan shalawat nabi yang tersusun dalam hizib (pembagian) tertentu untuk
dibaca setiap hari.

b) Puasa Dalail Qur’an

Seseorang yang melakukan puasa ini mengharuskan pelaku puasanya untuk


membaca Al-Quran terus menerus, tidak ada wirid lain yang diamalkanya

14
Choiriyah, puasa Ngerowod (Study Kasus di Pesantren Putri Miftahurrosyidin Cekelan Temanggung) dalam skr
ipsi Mahasiswa Fakultas Adab dan Ilmu Budaya, Prodi Sejarah dan Kebudayaan Islam, UIN Sunan Kalijaga Yogya
karta, 2014, h.
9
c) Puasa Dalail Jauzah

Seseorang yang melakukan puasa ini mengharuskan pelaku puasanya untuk


membaca kitab Jauzah setiap harinya secara berkala. Kitab Jauzah merupakan kitab yang
berisikan kumpulan bacaan wirid dibaca setiap hari dan seseorang yang mengamalkanya
memiliki tujuan untuk mahabbah kepada salah satu makhluk Allah.

Keseluruhan puasa ini dilakukan setahun penuh, minimal 3 tahun dan maksimalnya tidak
ada batasan, namun ketika hendak melakukanya harus mendapat ijazah dari seorang guru atau
kiai, manfaat melakukan puasa dalail ini yaitu ketenangan secara emosional, mendapatkan
keberkahan ilmu, pengendalian hawa nafsu, dilancarkan segala urusanya, pendekatan diri
kepada Allah, terhindar dari perbuatan tercela, hidup dalam kederhanaan, dan hemat secara
ekonomi. Hukum puasa nahun diperbolehkan namun jika pelakunya lalai terhadap kewajiban
dan lebih mendahulukan sunah itu juga dilarang15

4. Puasa Mutih

Puasa Mutih adalah puasa yang hanya memakan makanan yang berwarna putih, nasi
putih, air putih (bening), dan lainnya.16 Dinamakan puasa mutih dikarenakan asalnya dari jenis
makanan dan minuman yang putih saat menjalani tirakat. Mutih menggambarkan penyucian
diri, baik jiwa ataupun raga. Oleh sebab itu, puasa mutih di gunakan sebagai cara seseorang
untuk pemutihan atau penyucian jiwa dan raga dari dosa yang pernah dilakukan dengan
menjalankan tirakat tertentu untuk pencapaiannya. Tidak hanya itu saja puasa mutih diartikan
sebagai upaya untuk membuang energi yang tidak baik dan berhubungan juga dengan
kebatinan atau ilmu supranatural.17 Ketika melakukan puasa mutih, tidak boleh memakan
makanan yang pada umumnya, hanya nasi putih dan air putih. Nasi putih dan air putih pun
tidak diperbolehkan menambahi campuran rasa seperti gula, garam atau yang lainnya. Puasa
Mutih dilakukan dengan angka ganjil seperti ketika pertama kali melakukan puasa mutih 1
hari, 3 hari, 5 hari, 7 hari hingga seterusnya.

5. Puasa Bilaruh

15
Ahmad Muntaha dkk, Kajian Pesantren, Tradisi dan Adat Masyarakat Menjawab Vonis Bid’ah, Kediri: Pustaka
Gerbang Lama, 2014, hal 251
16
Dr. H. Miftah Faridl, Puasa: Ibadah Kaya Makna, Depok: Gema Insani, 2007, hlm 21
17
Aulia. Ritual Puasa Orang Jawa, Yogyakarta: Narasi, 2009, hal. 73-74
10
Puasa ngeruh adalah tirakat puasa kejawen yang dalam pelaksaan puasanya tidak jauh
berbeda dengan tirakat puasa bilaruh, yaitu ketika melakukan puasa ngeruh makanan yang
memiliki unsur bernyawa dan sesuatu yang berkaitan dengannya seperti daging, telur, ikan,
dan olahan lainnya harus di tinggalkan.18Puasa bilaruh dilakukan selama tujuh hari ketika di
muali dari hari jum'at ketika mulai pada hari senin maka puasanya selama sebelas hari.

Puasa terdiri dari ruh atau jiwa dan bentuk. Bentuknya yaitu menahan diri dari segala
sesuatu yang menyebabkan batalnya puasa dari munculnya fajar hingga tenggelamnya
matahari disertai dengan niat. Sedangkan ruhnya puasa yaitu menahan diri agar tidak
melakukan perbuatan yang dilarang oleh Allah, serta melaksanakan alamiah wajib dan
memperbanyak mengerjakan amaliah sunnah.19

Dengan ini orang yang melaksanakan puasa tidak hanya menjalani bentuk puasa saja
akan tetapi harus mempunyai ruh dari puasa yang dilaksanakannya. Puasa Bilaruh ketika
dilakukan secara istiqamah dapat menjadikan jiwa seseorang lebih menjaga emosi, ucapan,
sikap, pikiran, perbuatan. Dengan begitu puasa bilaruh dapat menjadikan berkembangnya
kecerdasanemosional dan spiritual yang saling berhubungan.20

5. Mujahadah

Mujahadah akar katanya adalah jihad yang berarti berjuang, berusaha sebaik mungkin.
Kata jihad juga bermakna perang atau berjuang untuk agama. Jihad berasal dari bahasa Arab
Jahada-Yujahidu-Jihaadan, yang artinya mengerahkan segenap kemampuan yang di punyai
dengan tindakan dan ucapan. Secara istilah Mujahadah merupakan suatu bentuk kesungguhan
Salam menjalankan perintah Allah dengan melakukan semua perintahnya dan menjahui
larangannya, secara dhohir maupun batin dengan selalu berusaha menundukan bawa nafsu.

Dalam mujahadah ada bacaan tahlil, wirid, zikir dan doa yang terdapat ayat-ayat sehingga
menjadikan hati tenang, ketika hati tenang akan membuat tingkah laku dalam keseharian
menjadi lebih baik. Ketika melakukan amalan-amalan pun beragam sesuai dengan
kemampuan orang yang bermujahadah, mujahadah itu banyak versinya tidak harus amalan-

18
G. Bayuadhy, Laku dan Tirakat, Yogyakarta: Saufa, 2015.
19
Ubaidurrahman El-Hamdy, Rahasia Kedahsyatan Puasa Senin Kamis, Jakarta: Wahyu
Media, 2010, hlm 180.
20
Rokim Rokim, Peningkatan Kecerdasan Emosional Dan Spiritual Melalui Intensitas Puasa
Senin Kamis, KUTTAB 1, no. 1 (March 31, 2017): 98–112.
11
amalan yang sudah ditentukan akan tetapi perbuatan yang dapat menjauhkan dan menghindar
dari perbuatan yang tidak baik, seperti tidak meninggalkan shalat sunnah Rawatib yaitu
qabliyah dan ba'diyah, melakukan puasa senin dan kamis serta puasa sunah lainnya,
mengamalkan zikir dan wirid secara terus menerus, memperbanyak amal sosial dengan penuh
rasa ikhlas, serta menahan nafsu amarah dan tidak berlebihan dalam urusan cinta kepada
dunia.21

Dengan mujahadah jiwa menjadi suci maka hukumnya fardhu 'ain bagi setiap mukalaf
dan melakukannya pun harus dengan ilmu. 22 Adapun macam-macam mujahadah yaitu antara
lain:

a) Mujahadah Yaumiyah yaitu mujahadah yang dilaksanakan secara berjam'ah dan


dilakukan setiap hari.

b) Mujahadah Usbu'iyyah yaitu mujahadah yang dilaksanakan secara berjama'ah dan


dilakukan seminggu sekali.

c) Mujahadah Syahriyah yaitu mujahadah yang dilaksanakan secara berjama'ah


yandilakukan sebulan sekali.

d) Mujahadah Ru'busanah yaitu mujahadah yang dilaksanakan secara berjama'ah yang


dilakukan tiga bulan sekali.23

Secara umum, ada banyak hal positif yang diperoleh oleh mereka yang bertekun
bermujahadah antara lain:

a. Mendapatkan hidayah menuju sadar kepada Allah

b. Mendapatkan keberuntungan

c. Mendapatkan kesadaran dalam mendekatkan diri kepada Allah.

d. Hati dan pikiran menjadi tentram

e. Mendapatkan keberkahan hidup.24

21
K. Zainuri Ihsan, dan M. Fathurhman, Mujahadah Bacaan dan Amalan Penting Untuk
Mempercepat Terkabulnya Hajat, Yogyakarta: Medpres, 2015, hlm 10-16.
22
Syaikh Abdul Qadir Isa, Hakikat Taswuf, Jakarta: Qisthi Pres, 2011, hlm 72.
23
Abdul Aziz Ajhari, dkk, Jalan Menggapai Ridho Ilahi, Bandung: Bahasa dan Sastra Arab,
tt, hlm 183.
12
K. Zainuri Ihsan, dan M. Fathurhman, Mujahadah Bacaan dan Amalan Penting Untuk
24

Mempercepat Terkabulnya Hajat, Yogyakarta: Medpres, 2015, hlm 29-35.


13
Kesimpulan

Tirakat sangat penting dilakukan bagi seorang pelajar atau seorang guru, karena tirakat
merupakan dukungan agar ilmu lebih bermanfaat dan berkah bagi diri sendiri dan orang lain,
tirakat bagaikan motivasi dalam mencari ilmu, merasakan betapa susahnya dalam pencarian.
Akan tetapi proses tirakat itu membuat ilmu terasa nikmat. Setiap tirakat memiliki cara yang
berbeda untuk melakukanya, akan tetapi memiliki tujuan yang sama yaitu mendekatkan diri
kepada Allah

Dengan tirakat pula seorang yang mencari ilmu mengetahui tidak hanya gemerlapnya dunia
akan tetapi susahnya menahan diri akan indahnhya dunia. Bahkan Nabi Muhammad sendiri yang
mencontohkan kepada umatnya agar tidak lupa sesuatu yang berkaitan langsung dengan Rabb
nya.

14
Daftar Pustaka

Rizqa Ahmadi, Mbrakah in The Pesantren Salaf Tradition: The Dialectics of Local Wisdom and The Sufism
Ethos for the Harmony of Life, Tulungagung, Jurnal Cendekia Vol. 17 No. 1, Januari-Juni 2019, h. 122-125

https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/Tirakat pada tanggal 6 April 2021, pukul 17:31


Ahmad Warson Munawir, Kamus Al-Munawwir Arab Indonesia Terlengkap, Surabaya:Pustaka Progressif, 1997,
hlm 133
A. Mubarok Yasin, Jombang. 2015. Tirakat KH. Hasyim Asy’ari. Majalah Tebuireng

Tim Redaksi Tebuireng, Jombang. 2015.Tirakat, Laku Menahan Hawa Nafsu Untuk Gapai Cahaya Ilmu. Majalah
Tebuireng.
Beni Jo, Puasa Daud: Dalil,Tata Cara, Manfaat,Bacaan Doa Niat dan Artinya diakses dari https://amp-tirto-id.cdn.a
mpproject.org/v/s/amp.tirto.id/puasa-daud-dalil-tata-cara-manfaat-bacaan-doa-niat-dan-artinya pada tanggal 3 A
pril 2021, pukul 22:00
mam Bukhari , Shohih Bukhari ,Bab Hak keluarga dalam hal puasa, Kitab Shaum, No 1841 dalam
Aplikasi Ensiklopedia Hadis, Versi 5.0.3 )
Kurnia Azizah, Tata Cara Puasa Daud Lengkap Beserta Manfaatnya Bagi Kesehatan,
https://m.merdeka.com/trending/tata-cara-puasa-daud-lengkap-beserta-manfaatnya-bagi-kesehatan-kln.html
Diakses pada tanggal 5 April 2021 pukul 00.57
Bambang Pranomo, Memahami Islam Jawa, Tanggerang: Pustaka Alvabet, 2009, hlm 214.
Suryadi dan Mawi Khusni Albar, Budaya Ngerowot dalam Kajian Neurosains di Pondok Pesantren Luqmaniyah
Yogyakarta dalam Jurnal Islam dan Budaya, Volume 1, Nomer 1, Mei 2018, hlm 128
Johan Saputra, Ngrowot dan Tazkiyatun Nafs (Studi Manfaat Ngrowot Untuk Pembersihan Jiwa Di Kalangan
Santri Asrama Perguruan Islam(API) Pondok Pesantren Salaf Tegalrejo Magelang Jawa Tengah, Yogyakarta, UIN
Sunan Kalijaga, 2018, hlm. 3
Anisaul Mubarokatun Ni’mah, Puasa Ngerowod (Kajian Antropologi Terhadap Praktik Puasa Ngerowot di Pondok
Pesantren Al-Musyaffa Desa Sadipayung Kecamatan Ngampel Kabupaten Kendal) dalam skripsi Mahasiswa
Fakultas Ilmu Ushuludin, Prodi Aqidah dan Filsafat Islam, UIN Walisongo Semarang, 2019, hlm 8
Rizqa Ahmadi, Mbrakah in The Pesantren Salaf Tradition: The Dialectics of Local Wisdom and The
Sufism Ethos for the Harmony of Life, Tulungagung, Jurnal Cendekia Vol. 17 No. 1, Januari-Juni 2019, hl
m. 126-127

Choiriyah, puasa Ngerowod (Study Kasus di Pesantren Putri Miftahurrosyidin Cekelan Temanggung) dalam skripsi
Mahasiswa Fakultas Adab dan Ilmu Budaya, Prodi Sejarah dan Kebudayaan Islam, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2
014, h.
Ahmad Muntaha dkk, Kajian Pesantren, Tradisi dan Adat Masyarakat Menjawab Vonis Bid’ah, Kediri: Pustaka
Gerbang Lama, 2014, hal 251
Dr. H. Miftah Faridl, Puasa: Ibadah Kaya Makna, Depok: Gema Insani, 2007, hlm 21
Aulia. Ritual Puasa Orang Jawa, Yogyakarta: Narasi, 2009, hal. 73-74
G. Bayuadhy, Laku dan Tirakat, Yogyakarta: Saufa, 2015.
Ubaidurrahman El-Hamdy, Rahasia Kedahsyatan Puasa Senin Kamis, Jakarta: Wahyu Media,
2010, hlm 180.
Rokim Rokim, Peningkatan Kecerdasan Emosional Dan Spiritual Melalui Intensitas Puasa
Senin Kamis, KUTTAB 1, no. 1 (March 31, 2017): 98–112.

15
K. Zainuri Ihsan, dan M. Fathurhman, Mujahadah Bacaan dan Amalan Penting Untuk
Mempercepat Terkabulnya Hajat, Yogyakarta: Medpres, 2015, hlm 10-16.
Syaikh Abdul Qadir Isa, Hakikat Taswuf, Jakarta: Qisthi Pres, 2011, hlm 72.
Abdul Aziz Ajhari, dkk, Jalan Menggapai Ridho Ilahi, Bandung: Bahasa dan Sastra Arab, tt,
hlm 183.
K. Zainuri Ihsan, dan M. Fathurhman, Mujahadah Bacaan dan Amalan Penting Untuk
Mempercepat Terkabulnya Hajat, Yogyakarta: Medpres, 2015, hlm 29-35.

16

Anda mungkin juga menyukai