Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

ADZAN, IQOMAH, DAN SHALAT FARDHU

Diajukan guna memenuhi tugas kelompok mata kuliah Pembelajaran Fikih di MI

Dosen Pengampu : Abdul Aziz Muslim, S.T, M.Pd

Disusun oleh :

Hani Maryam Gunawan 32022.1.0004

Fakultas Tarbiyah

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

INSTITUT MADANI NUSANTARA

Jl. Lio Balandongan sirnagalih No. 7 Kel. Cikondang Kec. Citamiang Kota. Sukabumi
Telp/Fax (0266) 225465
2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakaatuh,

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayat, dan
inayat-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah ini dengan judul
“Adzan, iqomah, dan shalat fardhu”.

Tak lupa shalawat serta salam senantiasa selalu kami haturkan kepada junjungan baginda
nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari jaman jahiliyyah hingga jaman yang penuh
dengan perubahan seperti sekarang ini.

Makalah ilmiah ini dipersiapkan dan disusun guna untuk memenuhi tugas perkuliahan untuk
mata kuliah Pembelajaran Fikih di MI yang diampu oleh dosen Abdul Aziz Muslim, S.T, M.Pd
serta untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan. Serta makalah ilmiah ini telah kami susun
dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan
pada makalah ilmiah yang kami buat ini baik segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Namun,
besar harapan kami semoga makalah ilmiah ini bisa bermanfaat. Oleh karena itu saran dan kritik
dari berbagai pihak sangat kami harapkan untuk penunjang dalam pembuatan makalah kami
berikutnya.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakaatuh.

Sukabumi, 03 November 2023

Penulis
i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................................1
A. Latar Belakang ..................................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................................................2
A. Adzan ................................................................................................................................................2
B. Iqomah...............................................................................................................................................5
C. Shalat Fardhu.....................................................................................................................................6
BAB III PENUTUP.......................................................................................................................................10
A. Kesimpulan........................................................................................................................................10
B. Saran .................................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai umat muslim pasti kata “adzan, iqomah, dan shalat fardhu” sudah tidak asing lagi
bukan?. Setiap datang waktu shalat adzan pasti dikumandangkan oleh muadzin dimesjid, setelah itu
iqomah dikumandangkan, dan shalat fardhu didirikan. Perintah pelaksanaanya telah dijelaskan
dalam hadits Bukhari-Muslim dengan arti: “Dari Malik bin al-Huwairits, Sesungguhnya Nabi Saw.
bersabda: “Apabila waktu shalat telah tiba, maka hendaklah salah seorang diantara kamu adzan
untuk (shalat) mu, dan hendaklah yang tertua diantara kamu bertindak sebagai imam bagi kamu”.
(HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim, dalam Nailul Authar juz 2, hal. 37).
Lalu apakah kita sebagai umat islam sudah mengetahui makna adzan, iqomah, dan shalat
fardhu secara jelas?. Dalam makalah kali ini insyaAllah kita akan membahas lebih dalam seputar
adzan, iqomah, dan shalat fardhu untuk lebih rincinya mari mulai ke pembahasan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian adzan?
2. Apa pengertian iqomah?
3. Apa pengertian shalat fardhu?
C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui makna dan hal-hal tentang adzan
2. Untuk mengetahui makna dan hal-hal tentang iqomah
3. Untuk mengetahui makna dan hal-hal tentang shalat fardhu

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Adzan
1. Pengertian Adzan
Secara etimologi adzan berarti menginformasikan semata-mata atau pemberitahuan.
Sedangkan secara terminologi berarti menginformasikan (memberitahukan) tentang masuknya
waktu-waktu shalat fardhu dengan lafal-lafal tertentu. Menurut H. Sulaiman Rasjid yang dimaksud
dengan Adzan ialah “Memberitahukan”. Yang dimaksud di sini ialah memberitahukan bahwa waktu
shalat telah tiba dengan lafal yang di tentukan oleh syara’. Dari beberapa pengertian di atas dapat
disimpulkan adzan yaitu memberitahukan telah datangnya waktu shalat dengan lafal yang telah
ditentukan oleh syara’. Banyak pendapat terhadap lafal adzan, akan tetapi yang banyak digunakan
muslim Indonesia yaitu : 4 takbir, 2 syahadat Lailaha illa Allah, 2 syahadat Rasulullah, 2 hayya ‘ala
as shalat, 2 hayya ‘alal falah, 2 takbir dan 1 kalimat tauhid, seperti berikut:

‫ َأْش َه ُد َأَّن ُمَح َّم ًد ا َرُس وُل‬.‫ َأْش َه ُد َأْن اَل ِإَلَه ِإاَّل الَّلُه َأْش َه ُد َأْن اَل ِإَلَه ِإاَّل الَّلُه‬. ‫الَّلُه َأْك َبُر الَّلُه َأْك َبُر الَّلُه َأْك َبُر الَّلُه َأْك َبُر‬
‫ِة‬ ‫ِة‬
‫ الَّل ُه‬. ‫ َح َّي َعَلى اْلَفاَل ِح َح َّي َعَلى اْلَفاَل ِح‬. ‫ َح َّي َعَلى الَّص اَل َح َّي َعَلى الَّص اَل‬.‫الَّل ِه َأْش َه ُد َأَّن ُمَح َّم ًد ا َرُس وُل الَّل ِه‬

‫ اَل ِإَلَه ِإاَّل الَّلُه‬. ‫َأْك َبُر الَّلُه َأْك َبُر‬


Adzan, selain untuk memberitahukan bahwa waktu shalat telah tiba, dan menyerukan untuk
melakukan shalat berjamaah, juga pada sisi lain untuk mensyiarkan agama Islam di muka umum.
Dalam lafal adzan dan iqomah banyak berisi pengertian yang mengandung maksud penting di
antaranya dari sisi akidah, seperti adanya Allah swt Yang Maha Besar bersifat Esa, tidak ada sekutu
bagi-Nya, menjelaskan bahwa Nabi Muhammad swt adalah rasul Allah swt. Sesudah kita bersaksi
bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah swt dan Muhammad utusan Allah swt, kita lalu diajak pula
meraih kemenangan baik di dunia maupun di akhirat. Lafal adzan dan iqomah akhirnya ditutup
dengan kalimat tauhid.
Adzan juga berfungsi sebagai dakwah dan seruan untuk memenuhi panggilan Hayya ‘alas
shalah, Hayya ‘alal falah (mari menuju shalat, mari menuju kemenangan). Kemudian adzan
merupakan dakwah yang terfokus kepada Islam agama tauhid yang sering kali seruan-seruan ini
memberikan pengaruh terhadap jiwa orang-orang non-muslim sehingga Allah swt melapangkan
dada mereka kepada Islam. Sesungguhnya adzan telah memadukan antara keindahan dan

2
kesehajaan, antara kekuatan dan kepadatan, dan tidak ada seruan serta pemberitahuan berbagai
ibadah dalam agama-agama lain yang sanggup menandinginya.
2. Tata Cara dan Syarat Dalam Mengumandangkan Adzan
Para ulama telah menjelaskan apa saja tata cara dan syarat dalam mengumandangkan adzan.
Menurut para ulama, syarat seseorang menjadi muadzin adalah Muslim, laki-laki, dan mumayyiz
(sudah bisa membedakan baik dan buruk, mencakup usia anak-anak). Sebagian ulama
menambahkan syarat adzan yang lain, yaitu bersikap adil atau amanah secara dzahir. Adapun syarat
sah adzan adalah mengucapkan seluruh lafadz adzan dengan berurutan dan berkesinambungan.
Sunnah-sunnah dalam adzan ialah berdiri, bersuci sebelum adzan, dan menghadap kiblat.
Imam Nawawi dalam Al Minhaj menjelaskan, lafadz adzan itu diucapkan dua kali,
sedangkan iqamat diucapkan satu kali kecuali pada kalimat 'qodqoomatis-sholaah'. Muadzin
disunnahkan melakukan tarji' dalam adzan dan mengucapkan kalimat tatswib pada adzan sholat
Subuh. Tarji' adalah membaca dua kalimat syahadat tanpa mengeraskan suara atau dengan suara
yang rendah, yang masing-masingnya diucapkan dua kali. Letak pengucapannya yaitu di antara
lafadz takbir dan dua kalimat syahadat dalam adzan. Artinya, sebelum mengumandangkan dua kali
"Asyhadu An Laa Ilaaha Illallah" dan dua kali "Asyhadu Anna Muhammadan Rosulullah" dengan
keras sebagaimana pada umumnya. Seorang muadzin terlebih dulu mengucapkan kalimat yang
sama dan dengan jumlah yang sama tersebut, yaitu dua kali "Asyhadu An Laa Ilaaha Illallah" dan
dua kali "Asyhadu Anna Muhammadan Rasulullah", tetapi dengan suara yang rendah. Sedangkan
Tatswib adalah mengumandangkan "Assholaatu khoirum-minan-nawm" dua kali, di dalam adzan
sholat Subuh, yakni setelah mengumandangkan kalimat "Hayya 'Alal Falaah" atau sebelum bacaan
takbir yang di akhir adzan.
Selain itu, seorang muadzin mengumandangkan adzan dengan berdiri dan menghadap kiblat.
Adzan dikumandangkan secara tertib berurutan, dan berkesinambungan. Imam Nawawi juga
menjelaskan soal syarat menjadi muadzin. Syarat menjadi muadzin adalah Muslim, mumayyiz, laki-
laki, dalam keadaan suci dari hadas, dan bacaan adzan sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad
SAW. Adapun sunnah bagi muadzin adalah memiliki suara yang bagus. Dalam hadits riwayat
Abdullah bin Zaid RA, disebutkan tentang Nabi Muhammad SAW yang memilih Bilal untuk
mengumandangkan adzan.

3
‫صلى اهلل عليه وآله‬- ‫فلما أصبحت أتيت رسول اهلل‬.." -‫وفيه‬- :-‫رضي اهلل عنه‬- ‫وعن عبداهلل بن زيد‬

‫ فقم مع بالل فألق عليه ما رأيت فليؤذن به فإنه‬،‫ ((إنها لرؤيا حق إن شاء اهلل‬:‫ فأخبرته بما رأيت فقال‬-‫وسلم‬

((‫أندى صوًتا منك‬


Ketika aku (perawi) bangun di waktu pagi, aku datang kepada Rasulullah SAW dan
memberitahukan kepadanya apa yang aku lihat dalam mimpi. Kemudian beliau bersabda, "Sungguh
itu mimpi yang benar, Insya Allah. Maka berdirilah kamu bersama Bilal, dan sampaikanlah
kepadanya apa yang kamu lihat, dan hendaklah Bilal adzan dengannya karena suaranya lebih bagus
dari kamu." (HR Abu Daud, Ibnu Majah, Tirmidzi)
Imam Nawawi menjelaskan dalam kitab syarah Shahih Muslim yang dimaksud "Karena suaranya
lebih bagus dari kamu" adalah lebih tinggi suaranya dan lebih merdu.
3. Sunnah-sunnah Adzan
Mengutip buku Dahsyatnya Adzan oleh M Syukron Maksum, berikut sejumlah sunnah-
sunnah adzan yang bisa dilakukan:
1) Muadzin Memiliki Suara yang Keras, Bagus dan Nada Tinggi. Sunnah yang pertama
ialah muadzin memiliki suara yang bagus, keras, bernada tinggi serta berada di tempat yang
tinggi namun dekat dengan masjid. Diceritakan oleh Abdullah bin Zaid, Rasulullah
bersabda: "Suruh Bilal adzan, sebab ia yang suaranya paling jauh," Pada era sekarang,
mungkin suara keras bisa disiasati dengan menggunakan speaker sehingga luas jangkauan
adzan yang dikumandangkan. Meski begitu, suara tinggi dan indah tetap diperlukan agar
adzan lebih khidmat.
2) Muadzin Berwudhu dan Dalam Keadaan Suci. Adzan merupakan salah satu elemen
ibadah yang erat hubungannya dengan shalat. Karenanya, disyariatkan muadzin sudah
berwudhu dan dalam keadaan suci. Dalam hadits Ibnu Abbas, Rasulullah SAW bersabda:
"Sesungguhnya adzan berhubungan (bersambung) dengan shalat, maka janganlah adzan
seseorang di antara kalian kecuali dalam keadaan berwudhu,"
3) Muadzin Meletakkan Dua Jarinya ke Dalam Dua Telinga. Sunnah meletakkan dua jari
ke dalam dua telinga agar muadzin dapat mengeraskan suaranya. Selain itu, melakukan hal
tersebut dapat membuat suara muadzin menjadi lebih nyaring dan bagus. Saad, seorang
muadzin Nabi SAW meriwayatkan bahwa sesungguhnya Rasulullah pernah memerintahkan

4
Bilal untuk meletakkan dua jarinya ke dalam dua telinganya seraya bersabda, "Hal itu
mengeraskan suaramu," (HR Ibnu Majah)
4) Muadzin Berdiri di Dinding atau Menara. Berdiri di dinding atau menara bagi muadzin
dimaksudkan agar terdengar oleh orang banyak. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abi
Qatadah, Nabi SAW bersabda kepada Bilal: "Berdirilah, lalu adzanlah!" (HR Muttafaq
Alaih)
5) Memberi Jeda pada Iqomahnya Setelah Adzan. Sunnah lainnya ialah memberi jeda pada
iqamahnya, kira-kira hingga para jamaah hadir. Ini sesuai dengan sabda Rasulullah yang
berbunyi, "Hai Bilal, jadikan antara adzan dan iqamahnya jeda yang memungkinkan
seseorang menyelesaikan makannya dan memenuhi hajatnya," (HR Ahmad)
B. Iqomah
1. Pengertian Iqomah
iqamah, menurut kaidah bahasa Arab berasal dari kata “aqama” yang maknanya,
menjadikannya lurus atau menegakkan. Sedangkan menurut istilah syariat, iqamah ialah ibadah
kepada Allah untuk menegakkan shalat dengan dzikir tertentu. Menurut jumhur ulama lafal iqomah
sebagai berikut:

‫الَّل ُه َأْك َبُر الَّل ُه َأْك َبُر َأْش َه ُد َأْن اَل ِإَل َه ِإاَّل الَّل ُه َأْش َه ُد َأَّن ُمَح َّم ًد ا َرُس وُل الَّل ِه َح َّي َعَلى الَّص اَل ِة َح َّي َعَلى اْلَفاَل ِح َق ْد‬

‫َقاَم ْت الَّص اَل ُة َقْد َقاَم ْت الَّص اَل ُة الَّلُه َأْك َبُر الَّلُه َأْك َبُر اَل ِإَلَه ِإاَّل الَّلُه‬
Sekitar 10-15 menit setelah adzan, muazin akan mengumandangkan Iqomah atau iqamat (
‫ )إقامة‬sebagai pertanda bahwa shalat segera dimulai. Saat iqomah berkumandang, jamaah harus
merapikan saf sebelum memulai shalatnya. Iqomah dibacakan dengan cepat, berbeda dengan adzan
yang dibaca lebih panjang. Susunan kalimat iqomah hanya diucapkan sekali dengan tambahan lafal
“qad qaamatish shalaah”.
2. Tata Cara Iqomah
Adapun beberapa kriteria iqomah dengan baik.
1) Suci dari hadas kecil maupun besar
2) Berdiri menghadap kiblat
3) Memasukkan kedua anak jari ke kedua lubang telinga
4) Bacaan iqomah dipercepat
5) Menoleh ke kanan dengan kepala, leher, dan dada ketika mengucapkan “Hayya ‘alash-
shalah”, dan menoleh ke kiri ketika mengucapkan “Hayya ‘alal falah”
5
6) Ada jeda waktu antara adzan dan iqomah untuk shalat sunnah dan menunggu jamaah
lainnya
7) Tidak berbicara hingga iqomah
8) Perempuan hanya diperbolehkan adzan dan iqomah ketika seluruh jamaah dan imam adalah
perempuan. Namun, tidak boleh menggunakan pengeras suara yang bisa terdengar oleh laki-
laki di luar jamaah.
3. Sunnah-sunnah Iqomah
Di anjurkan untuk memperhatikan sunnah-sunnah berikut ini ketika adzan dan iqomah agar
mendapatkan kesempurnaan pahala, insya Allah, yaitu:
1) Menghadap ke kiblat ketika adzan dan iqomah
2) Dalam keadaan berdiri
3) Ketika adzan dalam keadaan suci, adapun ketika iqomah maka bersuci adalah suatu hal yang
di prioritaskan untuk kesahihannya kecuali jika ia melakukan iqomah hanya untuk
mengharapkan pahala iqomah (kemudian setelah itu ia berwudhu untuk ikut shalat secara
berjamaah)
4) Ketika sedang adzan atau iqomah jangan di selingi dengan berbicara, terlebih khusus antara
iqomah dan shalat
5) Tenang ketika sedang iqomah
6) iqomah dengan suara yang lebih rendah
7) Memisahkan antara adzan dan iqomah.
C. Shalat Fardhu
1. Pengertian Shalat Fardhu
Arti shalat menurut bahasa adalah "Doa". Sedangkan menuru syara' (agama) adalah "Ibadah
yang tersusun dari perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan di akhiri dengan salam
serta memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan". Setiap muslim diwajibkan mengerjakan shalat
fardhu/wajib lima kali sehari-semalam, yaitu shalat Magrib, Isya, Subuh, duhur dan Asar
sebagaimana firman Allah Swt:

‫َفَأِقيُم وا الَّص اَل َة ِإَّن الَّص اَل َة َك اَنْت َعَلى اْلُم ْؤ ِم ِنيَن ِكَتاًبا َمْو ُقوًتا‬
Artinya: "...maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah
kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang- orang yang beriman." (An-Nisa: 103)

‫َو َأِقِم الَّص اَل َة ِإَّن الَّص اَل َة َتْنَه ى َعِن اْلَف ْح َش اِء َو اْلُم ْنَك ِر‬

6
Artinya: "dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji
dan mungkar." (Al-Ankabut: 45). Dalam mengerjakan salat fardhu/wajib, disunahkan dikerjakan
secara berjamaah di Masjid, Musalla ataupun dirumah dan pahalanya 27 derajat.
2. Syarat Wajib Shalat
1) Islam
2) Baligh
3) Berakal
4) Bersih dari haid dan nifas.
3. Syarat Sah Shalat
1) Beragama Islam
2) Sudah baligh dan berakal
3) Telah sampai dakwah Rasulullah
4) Suci dari hadas besar maupun kecil
5) Suci seluruh anggota badan, pakaian, dan tempat
6) Menutup aurat, untuk laki-laki auratnya antara pusat dan lutut, sedangkan wanita seluruh
anggota badannya kecuali muka dan dua belah telapak tangan
7) Telah masuk waktu yang ditentukan untuk masing-masing shalat
8) Menghadap kiblat (arah adanya Ka'bah)
9) Mengetahui mana yang rukun dan mana yang sunnah.
4. Rukun Shalat
1) Niat
2) Takbiratul Ihram
3) Berdiri bagi yang kuasa, boleh sambil duduk atau berbaring bagi yang sedang sakit
4) Membaca surat Al Fatihah pada tiap-tiap raka'at
5) Ruku' dengan tuma'ninah
6) Itidal dengan tuma'ninah
7) Sujud dua kali dengan tuma'ninah
8) Duduk di antara dua sujud dengan tuma'ninah
9) Duduk tasyahud akhir dengan tuma'ninah
10) Membaca tasyahud akhir
11) Membaca shalawat atas Nabi Muhammad saw
12) Membaca salam (pertama ke kanan)

7
13) Tertib (berturutan mengerjakan rukun-rukun tersebut).
5. Sunnah Dalam Shalat
Ketika mengerjakan shalat ada dua jenis sunah yang dikerjakan, yaitu sunah Ab'ad dan
sunah Hai'at. Sunah Ab'ad sunah Ab'adi adalah sunah yang lebih penting, sehingga jika
mengerjakan harus diganti dengan sujud Sahwi, diantaranya:
1) Membaca tasyahud awal setelah sujud kedua
2) Membaca shalawat pada tasyahud awal
3) Membaca shalawat atas keluarga Nabi saw pada tasyahud akhir
4) Membaca qunut pada shalat subuh, dan shalat witir dalan pertengahan bulan Ramadan,
hingga akhir bulan Ramadan.
Sunah Haiat, sunah Halat adalah sunah yang tidak harus diganti dengan sujud Sahwi,
diantaranya:
1) Mengangkat kedua belah tangan ketika takbiratul ihram, ketika akan ruku dan ketika berdiri
dari ruku
2) Meletakkan telapak tangan yang kanan di atas pergelangan kiri ketika bersedekap
3) Membaca doa iftitah sehabis takbiratul ihram
4) Membaca ta'awuz (a'uzu billaahi minasy syaitaanirrajiim) sebelum membaca Basmalah
5) Membaca amin sesudah membaca Al-Fatihah
6) Membaca surat Al-Quran pada rakaat pertama dan kedua sehabis membaca Al-Fatihah
7) Mengeraskan bacaan Al-Fatihah dan surah pada rakaat pertama dan kedua pada shalat
magrib, isya' dan subuh selain makmum
8) Membaca takbir ketika gerakan turun dan bangkit Membaca “sami'allaahu liman hamidah”
ketika bangkit dari ruku
9) Membaca “rabbana lakal hamdu....” ketika itidal
10) Meletakkan telapak tangan diatas paha waktu duduk bertasyahud awal dan akhir, dengan
membentangkan yang kiri dan menggenggamkan yang kanan kecuali jari telunjuk
11) Duduk iftirasy (bersimpuh) dalam semua duduk shalat
12) Duduk tawarruk (bersimpuh) pada waktu duduk tasyahud akhir
13) Membaca salam yang kedua
14) Memalingkan muka ke kanan waktu membaca salam pertama dan ke kiri waktu membaca
salam kedua.

8
6. Hal-hal Yajng Membatalkan Shalat
Shalat yang dikerjakan tidak sah atau batal apabila dengan sengaja terdapat hal seperti
dibawah ini:
1) Berhadas
2) Terkena najis yang tidak dimaafkan
3) Berkata-kata walaupun dengan satu huruf yang ada artinya
4) Terbuka auratnya
5) Mengubah niat, misalnya ingin memutuskan shalat
6) Makan atau minum meskipun sedikit
7) Bergerak berturut-turut tiga kali seperti melangkah atau berjalan
8) Membekalangi kiblat
9) Menambah rukun yang berupa perbuatan, seperti ruku' dan sujud
10) Tertawa terbahak-bahak
11) Mendahului imam dua rukun
12) Murtad (keluar dari Islam).

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adzan yaitu memberitahukan telah datangnya waktu shalat dengan lafal yang telah
ditentukan oleh syara’. Iqomah ialah ibadah kepada Allah untuk menegakkan shalat dengan
dzikir tertentu. Adapun Shalat Fardhu adalah shalat wajib yang harus dilakukan oleh setiap
muslim.
Dalam adzan, iqomah, dan shalat fardhu terdapat cara melakukannya dan sunnah-sunnah
yang sebaiknya dilakukan. Karena apabila kita melakukan ketiga hal tersebut sesuai dengan
yang telah di syariatkan dan melakukan sunnah-sunnahnya maka hal itu akan menjadi tambahan
amal kebaikan kita, insyaAllah.
B. Saran
Sebagai muslim hendaknya kita mengetahui setiap rinci tentang islam terutama yang
menyangkut ibadah. Semoga dengan adanya pembahasan kali ini dapat menambah wawasan
rekan-rekan semua. Dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan, maka
saran dari segala pihak sangat diharapkan guna menunjang pembuatan makalah selanjutnya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Masykuri. 2006. Kupas Tuntas Salat, Tata Cara dan Hikmahnya. Jakarta: Erlangga.
Ani Nursalikah. 2023. Tata Cara Adzan dan Syarat Menjadi Muadzin. Republika Online Mobile.
https://islamdigest.republika.co.id/berita/s0v1vp366/tata-cara-adzan-dan-syarat-menjadi-
muadzin
Firmansyah. 2016. Tuntunan Salat Wajib dan Sunah. Bandung: MAP PLUS.

Muchlishon. 2019. Sejarah Awal Munculnya Adzan. https://islam.nu.or.id/sirah-nabawiyah/sejarah-


awal-munculnya-adzan-IuXAC

Rizki, Anisa. 2023. Sunnah-sunnah yang Dapat Dilakukan Muadzin Saat Mengumandangkan
Adzan. detikHikmah. https://www.detik.com/hikmah/khazanah/d-6847757/sunnah-sunnah-
yang-dapat-dilakukan-muadzin-saat-mengumandangkan-adzan/amp
Syaiful Bahri, Mokh. 2006. Kupas Tuntas Salat, Tata Cara dan Hikmahnya. Jakarta: Erlangga.

11

Anda mungkin juga menyukai