Disusun Oleh :
Anisa
Anna Shintya
Bahrum Syah Alif
Raihan Muhamad Azra
KELAS 1 B
FAKULTAS TARBIYAH
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas yang diberikan dosen, Bpk. Drs. H. Djedjen Zainuddin, M.Pd pada mata kuliah
Fiqih Ibadah. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang Adzan, Iqomah , Dzikir dan Do’a bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna baik
dari segi penulisan, ejaan, bahasa ataupun dari segi yang lain sebagainya. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................................. 1
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................2
BAB I :PENDAHULUAN.......................................................................................................... 3
Latar Belakang.................................................................................................................................. 3
BAB II :PEMBAHASAN.......................................................................................................... 4
2.3 Tatswib........................................................................................................................................6
Kesimpulan..................................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................. 14
2
BAB I : PENDAHULUAN
Latar Belakang
Di dalam Islam, shalat merupakan ibadah yang penting dan telah di tetapkan
waktu pelaksanaannya. Dan untuk mengetahui waktu shalat, Allah telah
menyariatkan adzan sebagai tanda masuk waktu shalat, berikut tata cara adzan dan
hukum islam berkenaan dengan adzan tersebut yang semua ini sangat penting untuk
diketahui oleh kaum muslimin. Berkut di jelaskan dalam firman Allah dalam Al
Qur’an, Surah An-Nisa ayat 103
ayat ini menjelaskan telah ditetapkannya sholat dengan waktu tertentu, yang
tiap-tiap shalat memiliki waktu awal dan akhirnya dan tidak boleh mendahulukannya
atau mengakhirkannya. Karena Allah mewajibkan hamba-hamba-Nya shalat dan
menentukan waktu-waktunya, maka tidak boleh seorangpun menjalankannya diluar
waktu yang telah ditentukan kecuali sebab halangan syar’i seperti, tertidur, begadang,
atau yang lainnya.
Kemudian melantunkan istighfar selepas shalat adalah rutinitas orang-orang
shalih,dan Allah pun menyuruh kita sebagai hamba-Nya dan ummat Nabi
Muhammad SAW untuk berdizikir selepas mendirikan shalat.
3
BAB II : PEMBAHASAN
Kata Adzan berasal dari bahasa Arab yang bermakna pemberitahuan, Adapun
menurut syariat, adzan adalah beribadah kepada Allah dengan pemberitahuan
masuknya waktu shalat dengan dzikir tertentu. orang yang mengumandangkan adzan
disebut Muadzin.
Adapun iqamah, menurut kaidah bahasa Arab berasal dari kata aqama yang
maknanya, menjadikannya lurus atau menegakkan. Sedangkan menurut istilah syariat,
iqamah ialah, ibadah kepada Allah untuk menegakkan shalat dengan dzikir tertentu.1
Secara umum, iqamat diberikan lebih cepat dan dengan cara yang lebih monoton,
dibandingkan dengan azan, karena ditujukan untuk mereka yang sudah di masjid
bukan pengingat bagi mereka di luar untuk pergi ke masjid.
Perbedaan Adzan dan Iqomah
Dari pengertian adzan dan iqamah di atas, maka dapat diketahui perbedaan antara
adzan dan iqamah ialah:
Adzan untuk memberitahukan masuknya waktu shalat agar bersiap-siap
menunaikannya, dan iqamah untuk masuk dan memulai shalat.
Lafadz (dzikir) yang dikumandangkan, dan masing-masing (antara adzan dan
iqamah) juga berbeda.
Dalam Kitab Hasyiyah Al-Bajury hal. 161, Haramain, disebutkan ada 10
tempat/waktu yang disunnahkan untuk melakukan azan.
1. Sebelum shalat fardhu
2. Pada telinga orang yang sedang gundah
3. Pada teling orang yang sedang marah
4. pada telinga orang yang memiliki sifat tercela
5. ketika terjadi kebakaran
6. pada telinga orang yang masru’ (kesurupan)
7. pada telinga bayi yang baru lahir, dan ini juga merujuk kepada orang yang
akan disemayamkan
8. saat melakukan perjalanan
9. saat perang berkecamuk
10. saat jin berubah wujud
1
Ibid, hlm. 2/36
4
2.2 Sejarah disyari’atkannya Adzan
Abu Daud mengisahkan bahwa Abdullah bin Zaid berkata sebagai berikut:
"Ketika cara memanggil kaum muslimin untuk salat dimusyawarahkan, suatu malam
dalam tidurku aku bermimpi. Aku melihat ada seseorang sedang menenteng sebuah
lonceng. Aku dekati orang itu dan bertanya kepadanya, "apakah ia bermaksud akan
menjual lonceng itu? Jika memang begitu, aku memintanya untuk menjual kepadaku
saja". Orang tersebut justru bertanya," Untuk apa?" Aku menjawabnya, "Bahwa
dengan membunyikan lonceng itu, kami dapat memanggil kaum muslim untuk
menunaikan salat". Orang itu berkata lagi, "Maukah kamu kuajari cara yang lebih
baik? dan aku menjawab, "ya" dan dia berkata lagi dengan suara yang amat lantang:
5
dengan benar, sungguh aku telah memimpikan apa yang dimimpikannya." Kemudian
Rasulullah bersabda: "Maka bagi Allah-lah segala puji."2
Kejadian dalam hadits tersebut terjadi di Madinah pada tahun pertama Hijriah atau
622 M.3
2.3 Tatswib
䀔 XU䀔
⩦ Ϫ˴ϟ˶ ⩦ Ϫ䀔 ˴ϟU˶ R䀔m Ϫ˴ϟ Ϫ˴ϟU˶ Ϫ䀔 ˴ϟU˶ R䀔m Ϫ˴ϟ Ϫ˴ϟU˶ ϛ˴ 䀔Γ˴ϟU˶ Ϫ˴ϼ Roϟ R䀔˴ϟ
Ϫ˴ϟ˶ ⩦
䀔 XU䀔
⩦ Ϫ˴ϟ˶ ⩦ Ϫ䀔 ˴ϟU˶ R䀔m Ϫ˴ϟ Ϫ˴ϟU˶ Ϫ䀔 ˴ϟU˶ R䀔m Ϫ˴ϟ Ϫ˴ϟU˶
Ϫ˴ϟ˶ ⩦
[HR Abu Dawud, no. 501; An Nasa-i, 2/7-8 dan Ahmad 3/408; dan dishahihkan al
Albani di dalam Takhrij al Misykah, no. 645]
Berdasarkan hadits ini, mayoritas ulama menghukumi At Tatswib sebagai sunnah
pada adzan Subuh.4
1. Muslim
2. Pria
3. Berakal sehat
4. Memiliki suara yang lantang dan merdu5
5. Diutamakan orang dewasa, namun jika terpaksa anak kecil tidak mengapa;
6. Memiliki sifat amanah6
7. Tidak menerima upah azan7
2
Hadis riwayat Abu Dawud (499), at-Tirmidzi (189) secara ringkas tanpa cerita Abdullah bin Zaid
tentang mimpinya, al-Bukhari dalam Khalq Af'al al-Ibad, ad-Darimi (1187), Ibnu Majah (706)
3
Saiyid Sabiq. 1974 Fikih Sunnah 1, Bandung: PT Alma'arif. h. 197.
4
al Majmu’ (3/92) dan al Mughni (1/407).
5 (HR. Tirmidzi (174) dan Ibnu Majah (698) dari Abdullah bin Zaid) (HR. Bukhari (574) dari Abu
Said Al Khudri)
6
“Imam adalah penanggung jawab sedangkan muadzin adalah orang yang bisa dipercaya…” (HR.
Ahmad (6872), dll dari Abu Hurairah)
7
“Jadikan muadzin yang tidak mengambil upah dalam adzannya.” (HR. Abu Dawud (447) dari
Utsman bin Abil Ash)
6
2.5 Syarat Adzan
Seperti yang sudah disinggung bahwa adab mendengarkan Adzan ialah dengan
menjawab atau mengikuti perkataan Muadzin, kecuali pada bagian tertentu dari
seruan Adzan yakni.
Namun ketika pada bagian, Hayya’ Alash Sholaah dan Hayya’ Alal
Falaah maka dijawab dengan La Haula Wa La Quwwata Illa Billah.
8
“Berdirilah wahai Bilal kemudian serukanlah adzan untuk salat.” (HR. Tirmidzi (175) dari Abdullah
bin Zaid)
9
Dari Abu Juhaifah ia berkata, “Aku melihat Bilal adzan dan aku ikuti bibirnya ke arah sini dan ke
arah situ dan jari tangannya berada di dalam kedua lubang telinganya.” (HR. Bukhari (598), Muslim
(777) dari Abu Juhaifah)
7
Dan diriwayatkan juga dari Anas bin Malik ra., Rasulullah SAW . bersabda , “ Doa
diantara adzan dan iqamat adalah doa yang tidak akan tertolak.”10
Doa Setelah Adzan :
Artinya : “Ya Allah, Tuhan pemilik panggilan yang sempurna (adzan) ini dan
shalat (wajib) yang didirikan. Berilah al-wasilah (derajat di surga), dan al-fadhilah
(keutamaan) kepada nabi Muhammad. Dan bangkitkanlah beliau sehingga bisa
menempati kedudukan terpuji yang Engkau janjikan.” (HR. Bukhari, Abu dawud,
Tarmidzi, Nasa’i dan Ibnu Majah).
Doa Setelah Iqomah :
Dzikir menurut berasal dari bahasa arab, yakni sebuah aktivitas ibadah dalam
umat Muslim untuk mengingat Allah. Di antaranya dengan menyebut dan memuji
nama Allah, dan zikir adalah satu kewajiban yang tercantum dalam al-Qur'an.
10
(HR. Abu Daud Tirmidzi, Ibnu Hibban dan Ibnu Khuzaimah salam shahihnya ).
8
Dzikir merupakan perkara ibadah, maka dari itu dzikir harus mengikuti aturan
Islam. Ada dzikir – dzikir yang sifatnya mutlak, jadi boleh dibaca kapan saja, dimana
saja, dan dalam jumlah berapa saja karena memang tidak perlu dihitung. Kalau
seseorang membuat sendiri aturan – aturan dzikir yang tidak diterangkan oleh Islam,
maka berarti dia telah membuat jalan yang baru yang tertolak. Karena sesungguhnya
jalan – jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah itu telah diterangkan oleh
Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam. karena Agama Islam ini telah sempurna.
Kita harus mencukupkan dengan jalan yang telah diterangkan oleh Rasulullah SAW.
Tetapi ada juga dzikir – dzikir yang terkait dengan tempat, misal bacaan –
bacaan dzikir ketika mengelilingi (thawaf) di Ka’bah. Ada juga dzikir yang terkait
dengan waktu, misal bacaan dzikir turun hujan. Juga ada dzikir yang terkait dengan
bilangan, misal membaca tasbih, tahmid, dan takbir dengan jumlah tertentu (33 kali)
setelah shalat wajib. Tentu tidak boleh ditambah – tambah kecuali ada dalil yang
menerangkannya. Berikut salah satu dzikir
Salat sunnah
Istighfar 3 kali: Astaghfirullah, astaghfirullah, astaghfirullah,
Allahumma antas salaam wa minkas salaam tabaarokta yaa dzal jalaal wal
ikroom.11
Salat wajib (fardhu)
Istighfar 3 kali: Astaghfirullah, astaghfirullah, astaghfirullah,
Laa ilaha illallah wahdahu laa syarika lah, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa
‘ala kulli syai-in qadiir. Allahumma laa maani’a lima a’thaita wa laa mu’thiya
limaa mana’ta wa laa yanfau dzal jaddi minkal jaddu.12
Tasbih 33 kali Subhanallah ( Ro ˴ ),
Tahmid 33 kali Alhamdulillah ( R U˶),
Takbir 33 kali Allahu-akbar (Ϫ˴ϟ˶ ),
Laa ilaha illallahu wahdahu laa syarikalahu lahul mulku walalhul hamdu
wahuwa ‘ala kulli syai-in qodiir.13,14
Membaca ayat Kursy;15
11
(HR. Muslim no. 591 (135), Nasai 1337 dan 3/68-69, Ahmad 5/275, 279, Abu Daud no. 1513, Ibnu
Khuzaimah no. 737, ad-Darimi 1/311 dan Ibnu Majah no. 928).
12
(Sahih; H.R. Bukhari, no. 6862; Muslim, no. 593; An-Nasa’i, no. 1341).
13
(HR. Muslim no. 597).
14
(HR. Bukhari no. 843 dan HR. Muslim no. 595).
15
(Sahih; H.R. Ath-Thabrani dalam Al-Mu’jamul Kabir, no. 7532, Al-Jami’ush Shaghir wa
Ziyadatuhu, no. 11410).
9
Membaca surah Al-Mu’awwidzat, yaitu Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas.16
Salat Maghrib dan Subuh
Laa ilaha illallah wahdahu laa syarika lah. Lahul mulku wa lahul hamdu yuhyi
wa yumiit wa huwa ‘ala kulli syai-in qodiir.17
Salat Subuh
Allahumma inni as-aluka ‘ilman naafi’a, wa rizqon thoyyiba, wa ‘amalan
mutaqobbala.18
Keutamaan Dzikir :
1. Membuat hati kuat, menghasilkan keyakinan/ keteguhan hati19
2. Allah Ta’ala Akan Mengingat Kita20, Memberi Ampunan dan Pahala21
3. Sebagai pencegah tipu daya setan22
Dan masih banyak lagi keutamaan Dzikir kepada Allah SWT. yang memiliki
keberkahan-keberkahan yang melimpah, baik di dunia maupun di akhirat.
sebagaimana yang telah kita ketahui bersama bahwa orang yang mendirikan
shalat, dia akan mendapatkan pahala atas shalatnya. Demikian pula orang yang
berdoa kepada Allah Ta’ala. Setiap kali seseorang mengangkat kedua tangannya ke
langit sambil mengatakan,”Wahai Rabb-ku, Wahai Rabb-ku” dan
bersungguh-sungguh dalam doanya, maka Allah Ta’ala akan memberikan pahala atas
doanya tersebut, baik doanya tersebut dikabulkan atau ditunda pengabulannya oleh
Allah Ta’ala. Hal ini karena doa termasuk ibadah, sebagaimana shalat.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
16
(Sahih; H.R. Abu Daud, no. 1523; Shahih Sunan Abi Daud, no. 1348).
17
HR. Ahmad 4/227, 5/420 dan at-Timirdzi no. 3474.
18
HR. Ibnu Majah (no. 925), Shahih Ibnu Majah (1/152, no. 753)
19
(QS. Al-Anfal : 45)
20
(QS. Al-Baqarah : 152).
21
(QS. Al-Ahzab : 35)
22
(QS. Al-A’raf : 201)
23
Lihat Fiqhu Ad-Du’a hal. 11, karya Syaikh Musthafa Al ’Adawi hafidzahullah.
10
Berikut pengertian do’a menurut beberapa tokoh :
Imam at-Thaibi
Yang dimaksud berdoa menurut beliau adalah memperlihatkan sikap berserah diri
dan membutuhkan Allah SWT, karena tidak dianjurkan ibadah melainkan untuk
berserah diri dan tunduk kepada Pencipta serta merasa butuh kepada Allah. Jadi doa
adalah sebuah permohonan kepada Allah dan bentuk rasa membutuhkan-Nya.
Quraish Shihab
Doa ialah suatu permohonan hamba kepada Tuhan-Nya agar memperoleh anugerah
pemeliharaan dan pertolongan, baik buat si pemohon maupun pihak lain yang harus
lahir dari lubuk hati yang terdalam disertai dengan ketundukan dan pengagungan
kepada-Nya.
4. Enggan dan lalai dari berdo’a kepada Allah tanda kelemahan pada dirinya.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Manusia yang paling lemah adalah orang yang paling lemah dalam berdo’a dan
manusia yang paling kikir adalah orang yang kikir dalam mengucapkan salam.” (Ibnu
11
Hibban, lihat Ash Shahihah no. 154)
Artinya : “Ya Allah, milikmulah segala puji, Engkaulah penegak langit dan bumi serta
apa-apa yang ada di dalamnya, milik-Mu lah segala puji, milik-Mu lah kerajaan langit dan
bumi dan apa-apa yang ada di dalamnya, milik-Mu lah segala puji, Engkaulah cahaya langit
dan bumi dan apa-apa yang ada di dalamnya, milik-Mu lah segala puji, Engkaulah
penguasa langit dan bumi , milik-Mu lah segala puji, Engkaulah yang benar dan janjimu
adalah benar, pertemuan dengan-Mu adalah benar, perkataanmu benar, surga-Mu itu benar
ada, neraka itu benar ada, para nabi itu benar, Nabi Muhammad Saw itu benar, dan kiamat
itu benar ada. Ya Allah hanya kepada-Mu lah aku berserah diri, hanya kepada-Mu lah aku
beriman, hanya kepada-Mu lah aku bertawakkal, hanya kepada-Mu lah aku kembali, hanya
dengan-mu lah aku menghadapi musuh, dan hanya kepada-Mu lah aku berhukum. Maka
ampunilah aku atas segala dosa yang telah aku lakukan dan yang mungkin akan aku lakukan,
dosa yang aku lakukan sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan. Engkaulah yang Maha
terdahulu dan Engkaulah yang Maha terakhir. Tiada Tuhan selain Engkau dan tiada daya
upaya dan kekuatan kecuali dengan (pertolongan) Allah.”
2. Doa Qunut
Artinya : “Ya Allah, berilah aku petunjuk sebagai mana orang-orang yang telah Engkau beri
petunjuk, maafkanlah aku sebagaimana orang-orang yang telah Engkau maafkan, tolonglah
aku sebagaimana orang-orang yang telah Engkau tolong, berkatilah aku dalam semua
pemberian-Mu, dan peliharalah daku berkat karunia-Mu dari keburukan qada-Mu. Karena
sesungguhnya Engkaulah Yang memberi keputusan dan tiada seorangpun yang menetapkan
keputusan terhadap-Mu, dan sesungguhnya tidak akan terhina orang yang Engkau musuhi.
Maha suci Engkau wahai Tuhan kami lagi Maha tinggi, bagiMu-lah segala puji atas semua
keputusan-Mu. aku memohon ampun dan bertaubat kepada-Mu, dan segala salawat dan
12
salam terlimpahkan kepada junjungan kami Nabi Muhammad dan juga segenap keluarga
dan para sahabatnya.”
Artinya : “Tuhanku, sungguh waktu dhuha adalah milik-Mu. Yang ada hanya keagungan-Mu.
Tiada lagi selain keindahan-Mu. Hanya ada kekuatan-Mu. Yang ada hanya kuasa-Mu. Tidak
ada yang lain kecuali lindungan-Mu. Tuhanku, kalau rezekiku di langit, turunkanlah. Kalau
berada di bumi, keluarkanlah. Kalau sulit, mudahkanlah. Kalau haram, gantilah jadi yang
suci. Bila jauh, dekatkanlah dengan hakikat dhuha, keagungan, kekuatan, kekuasaan-Mu.
Tuhanku, berikanlah aku apa yang Kau anugerahkan kepada hamba-hamba-Mu yang
saleh.”
Artinya: “Maha Suci Dzat yang tidak mungkin tidur dan lupa.”
Artinya : “Wajahku bersujud kepada Dzat yang menciptakannya, yang membentuknya, dan
yang memberi pendengaran dan penglihatan, Maha berkah Allah sebaik-baiknya pencipta”
Artinya : “Ya Tuhanku, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah
Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku dan untuk mengerjakan amal
shalih yang Engkau ridhai dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan
hamba-hamba-Mu yang shalih.”
13
BAB III: PENUTUP
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Azan
https://almanhaj.or.id/3080-adzan-dan-iqamah-1.
http://makhluqbumi.blogspot.com
https://wisatanabawi.com
14
15