Anda di halaman 1dari 4

Hari,Tanggal : Semester :

Mata pelajaran : Kelas :

KEUTAMAAN MEMPELAJARI ILMU NAHWU


Nahwu adalah bapaknya ilmu dan sharaf adalah ibunya ilmu ungkapan ini mungkin
sering kita dengar, Kalau kita teliti lebih dalam lagi mempelajari ilmu nahwu bukan hanya
sekedar mempelajari granmar bahasa arab, karena dengan kita ahli dalam dua ilmu ini maka
anak cucu ilmu akan tunduk kepada kita.

Dan disini kita akan mengutip perkataan ulama tentang Keutamaan mempelajari ilmu nahwu

Perkataan syeikh yahya al imrithy dalam nadzomnya

‫والنحو أولى أوال أن يعلما ~ إذ الكالم دونه لن يفهما‬


"Ilmu Nahwu adalah ilmu yang harus pertama kali dipelajari, karena tanpa nahwu, kita tidak
akan bisa memahami kalam araby"

Perkataan Syekh al-Utsaimin dalam kitab Syarh al-Jurumiyyah، Oleh Syaikh Muhammad
Ibn Sholih al-‘Utsamin

ّ ,‫علم وسيلة‬
‫ فهم‬:‫ الشيء األول‬,‫يتوس ل بها إلى شيئين مهيمين‬ ُ ,‫علم شريف‬ َ ‫ فإن‬.‫إن النحو في أوله صعب و في آخره سهل‬
ٌ ‫علم النحو‬
ِ
ُ َّ َ ُ َّ َ ّ
,‫ إقامة اللسان على اللسان العربي‬:‫ الشيء الثاني‬,‫ فإن فهمهما يتوقف على معرفة النحو‬,‫هللا َعل ْي ِه َو َسل َم‬ ‫صلى‬ ‫كتاب الله و سنة رسوله‬
ّ
.‫الذي نزل به كالم الله عز وجل; لذلك كان فهم النحو أمرا مهما جدا‬

"bahwasanya ilmu nahwu itu pada awalnya sulit, dan akhirnya mudah. Karena ilmu nahwu
adalah ilmu yang mulia, ilmu sarana, yang dengannya bisa mencapai dua hal penting:

Yang pertama: Memahami Kitabullah (al-Quran) dan sunnah Rasul-Nya (Hadist), Maka
memahami keduanya (al-Quran dan sunnah) itu tergantung dari pengetahuannya dengan ilmu
nahwu tersebut.
Yang kedua: memperbaiki lisan dengan bahasa arab yang dengannya turun firman Allah,
oleh karena itu memahami ilmu nahwu merupakan perkara yang sangat penting"
Ilmu Nahwu adalah kunci utama untuk mengetahui ilmu-ilmu keislaman lainya, seperti:
Tafsir – Hadits – Fiqh – Akhlak dan ilmu-ilmu Syari’ah lainya. Jika seseorang ingin menjadi
seorang Faqih (Ahli Fikih) maka jalan utama yang harus ditempuh adalah penguasaan
kepada Ilmu bahasa Arab. Dalam kitab-kitab Ushul fiqh dijelaskan, bahwa Ilmu ushul Fiqh
diambil dari tiga Ilmu utama, yaitu Ilmu Ushuluddin – dan Ilm Fiqh, dan Ilmu Arabiyah
(nahwu). Dan bahasa Arab adalah sumber dari semua ilmu, bahan dikatakan bahwa bahasa
arab adalah tsulutsul ‘ilm (1/3) dari semua ilmu.
Pembahasan utama dalam Ilmu Fiqh adalah: Mantuuq – Mafhuum – Mutlaq –
Muqayyad – ‘aam – Khas – Mujmal – Mubayyan. Kunci utama dalam memahami disiplin
ilmu tersebut adalah Bahasa Arab.
Oleh sebab itu Imam Syafi’i belajar Ilmu Nahwu lebih dari dua puluh tahun. Ketika ia
ditanya kenapa engkau mempelajari Ilmu Nahwu Shorof (bahasa arab) lebih lama daripada
engkau mempelajari ilmu fikih, Imam Syafi’i menjawab: “Asta’inu bihi ‘ala al-Fiqh.” (Ilmu
Nahwu itu saya gunakan untuk memahami Fiqh).
Dalam kesempatan lain Imam Syafi’i mengatakan, “Demi Allah, saya tidak pernah
ditanya tentang permasalah Fikih kecuali saya jawab dengan kaidah nahwu.”
Dalam kesempatan lain Imam Syafi’i mengatakan lagi: “Barang siapa yang mendalami
Nahwu, maka ia akan ditunjukkan kepada semua ilmu (Ilmu Syari’ah)”.
Sekarang Mari kita lihat Ilmu Tafsir, di antara kaidah-kaidah yang harus dikuasai oleh
seorang Mufassir adalah: penguasaan kepada bahasa Arab. Misal, lihat saja kitab al-mabahits
fi ’ulumil qur’an, karangan Manna’ al-Qatthan, ia menyebutkan kaidah-kaidah yang harus
diketahui oleh oleh seorang Mufassir penguasaan kepada Ilmu Nahwu seperti, Ma’rifat dan
nakirah, kegunaan dhamir, mudzkar dan Muannats, dst.
Imam al-Zamakhsyari mengatakan:

‫ إال وافتق[[اره إلى العربي[[ة بيِّن ال‬،‫ وعلمي تفس[[يرها وأخباره[[ا‬،‫العلوم اإلسالمية فقهها وكالمها‬
ِ ‫وذلك أنهم ال يجدون عل ًما من‬
‫يُدفع‬

“Sesungguhnya mereka semua tidak akan memperoleh imu-ilmu keislaman, baik Fiqh,
kalam, tafsir dan hadits, kecuali dengan Bahasa arab.”

Imam al-Mujahid mengatakan :

‫ “ال يحل ألحد يؤمن باهلل واليوم اآلخر أن يتكلم في كتاب هللا إذا لم يكن عالما بلغات العرب‬:‫”قال مجاهد بن جبر‬

Tidak halal bagi seorang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, berbicara tentang agama
Allah kecuali jika mengerti bahasa Arab

Imam al-Syatibi juga mengatakan :


Orang yang berbicara tentang agama syari’at, baik tentang akidah Ushul fiqh dan Furu’nya
harus menguasai dua hal:

Harus mampu berbahasa arab, sebagaimana orang arab berbicara, mengetahui kaidah
bahasanya seperti orang arab menguasainya.
Jika ada sesuatu yang janggal atasnya, maka hendaknya ia menanyakan kepada ahli bahasa
Arab.
Imam al-Razi dalam al-Mahsul-nya tentang syarat seorang Mujtahid :

‫ فال يمكن التوسل إليه إالّ بفهم كالم العرب‬،‫[ معرفة النحو واللغة والتصريف؛ ألن شرعنا عربي‬:‫إن من شروط المجتهد‬

sesungguhnya syarat seorang Mujtahid adalah mengetahui Ilmu Nahwu dan Shorf, karena
sesungguhnya Syari’at kita berbahasa Arab, maka tidak mungkin seseorang memahami
Syari’at kecuali dengan memahami kalam arab (Bahasa Arab)
Sebelum mempelajari ilmu nahwu, wajib mengetahui terlebih dahulu Stadium
General tentang ilmu nahwu tersebut. Dengan mengetahuinya barulah Anda akan mudah
mempelajari ilmu nahwu. “Tak kenal maka tak sayang” kata pepatah. Dengan begitu akan
mendapat banyak manfaat, seperti:

1. Al-Hadd
Bisa mempelajari keadaan/kondisi akhir kalimat bahasa Arab baik berupa mu’rob maupun
mabni. Dengan begitu, akan tahu dimana tempat berhenti (waqaf) ataupun tempat yang
diperbolehkan untuk mengambil nafas saat membaca Al-Qur’an.

2. Maudhu
Manfaat belajar ilmu nahwu berikutnya adalah, untuk mengetaui batasan berupa mempelajari
keadaan-keadaanya (ahwalnya). Sehingga, lebih mudah memahami makna di dalamnya.
Karena setiap bahasa Arab, jika salah sedikit saja dalam pengucapan akan memberikan
makna yang berbeda. Bahkan bisa melenceng jauh.

3. Tsamroh
Hasil yang akan diperoleh ketika Anda berhasil menguasai ilmu nahwu yaitu, akan terbebas
dari kesalahan dalam memahami Al-Qur’an dan Hadits (lebih tepatnya meminimalisir
kesalahan, karena hakikat dari manusia itu sendiri).
4. Fadhol
Lebih unggul dari berbagai ilmu, karena tanpa ilmu nahwu kita tidak dapat mempelajari ilmu
lainnya (dalam hal ini mempelajari ilmu-ilmu bahasa Arab).

5. Nisbat
Berbeda satu dengan yang lain karena mempunyai perbedaan yang mutlak (tabayyun umum
khusus min ithlaq), karena mempunyai batasan-batasan tersendiri dalam pembahasannya.

6. Menyelamatkan dari Kewajiban


Hukum belajar ilmu nahwu adalah fardhu Kifayah atas setiap kampung dan Fardhu atas
orang yang membaca atau mempelajari ilmu tafsir/quran dan hadits. Ketika sudah ada yang
menguasai ilmu nahwu dalam satu wilayah secara matang, maka gugurlah kewajiban orang
lain.

7. Memposisikan Diri
Setelah mengetahui mabadi dari ilmu nahwu tersebut, Anda bisa memposisikan diri dalam
memandang dan mempelajari ilmu tersebut.

Manfaat Lainnya secara Umum Belajar Ilmu Nahwu


Selain 7 manfaat di atas, ada pula manfaat lainnya, seperti:

 Memudahkan kita menentukan harakat bahas Arab khususnya yang tidak berharokat
seperti kitab kuning/gundul.
 Memudahkan kita dalam memahami sebuah kalimat dalam bahasa Arab.
 Memberikan peluang menjadi orang yang memiliki keahlian dalam bahasa Arab.
 Memudahkan Anda mengambil referensi dari kitab gundul salafi kuno.
Itulah beberapa manfaat belajar ilmu nahwu. Ilmu ini merupakan kunci untuk mempelajari
ilmu syariat yang sangat berguna perilhal belajar bahasa Arab.

Anda mungkin juga menyukai