“Ilmu Nahwu”
Dosen Pengampu:
M. Nasirudin, M.Pd.I
Disusun Oleh :
1. Juni Hariyanto
2. Rois Dwi Rahayu
3. Sri Sulastri
4. Robiatun Ni’amah
JURUSAN TARBIYAH
0
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya , karena bisa menyelesaikan makalah Ilmu Nahwu dengan baik
dan sesuai dan selesai dengan tepat waktu. Ucapan terima kasih kepada dosen
pembimbng yang membimbing mata kuliah Ilmu Nahwu Makalah Ilmu
Nahwu disusun dalam rangka menunjang serta meningkatkan proses belajar
mengajar, sehingga diharapkan mencapai hasil yang maksimal. Demikian
makalah Ilmu Nahwu disusun dengan sebaik mungkin. Semoga bermanfaat
untuk kita semua. Mohon maaf apabila terdapat kesalahan dan kekurangan
dalam penyusunan makalah ini, untuk itu Kami mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dalam upaya meningkatkan mutu makalah Kami.
Penulis
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap Muslim menyadari bahwa Bahasa Arab adalah bahasa Al-Qur’an. Setiap orang
yang akan mempelajari Al-Qur’an dengan baik dan benar, tiada lain harus menggali dari
sumber asalnya, yakni Al-Qur’an. Sedangkan untuk mempelajari Al-Qur’an yang dituliskan
dalam bahasa arab tentu membutuhkan cara atau metode untuk memahami kajian bahara
arab. Salah satu caranya adalah melalui pendalaman Ilmu nahwu. Oleh karena itu, ada yang
berpendapat bahwa menurut kaidah hukum Islam, mempelajari ilmu wahyu hukumnya wajib
bagi siapapun yang ingin mendalami Al-Qur’an.
Seperti halnya bahasa-bahasa yang lain, Bahasa Arab juga mempunyai kaidah-kaidah
tersendiri dalam mengungkapkan atau menuliskan sesuatu hal, baik berupa komunikasi atau
penulisan. Pada jaman Jahiliyyah, kebiasaan orang-orang Arab ketika mereka berucap atau
berkomunikasi dengan orang lain, mereka melakukannya dengan tabiat masing-masing, dan
lafazh-lafazh yang muncul terbentuk dari peraturan yang telah ditetapkan mereka, di mana
para junior belajar kepada senior, anak- anak belajar bahasa dari orang tuanya dan seterusnya.
B. Rumusan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
Secara Bahasa
Lafadz َُحو
ْ النsecara bahasa memiliki enam makna yaitu :1[1]
1. Bermakna ْ أل َق
ُصد (menyengaja)
Yang paling banyak pendapat tentang arti Nahwu dari enam makna di atas adalah
makna yang pertama.
Secara Istilah
Nahwu menurut istilah diucapkan pada dua hal :
3
1. Diucapkan untuk istilah fan ilmu nahwu yang mencakup ilmu nahwu shorof atau juga
disebut ilmu bahasa arab, yang definisinya adalah :
ْ ُال َك ِل َمات
ُُِال َع َر ِبيَ ُِةُ َحا َل ْ بُي ْع َرفُ ِب َهاُا َ ْح َكام ْ ُمنُ َكالَ ِم
ِ ُال َع َر َ َِع ْل ٌمُ ِباص ْو ِلُم ْست َ ْمب
ِ طة
َ اِ ْف َر ِده
َاُو َحا َلُت َ ْر ِكبِ َها
Ilmu tentang Qoidah-qoidah (pokok-pokok) yang diambil dari kalam arab, untuk mengetahui
hukum (Hukumnya Kalimat) kalimat arab yang tidak disusun (seperti I’lal, idghom,
membuang dan mengganti huruf) dan keadaan kalimat ketika ditarkib (seperti I’rob dan
mabni).2[2]
2. Istilah nahwu untuk fan ilmu yang menjadi perbandingan dari ilmu shorof, yang
definisinya adalah :
Dari dua definisi diatas, yang dikehendaki adalah definisi yang pertama, karena
nahwu tidak hanya menjelaskan keadaan akhirnya kalimah dari segi I’rob dan mabninya
tetapi menjelaskan keadaan kalimat ketika tidak ditarkib, yang berupa I’lal, idhom,
pembuangan dan pergantian huruf, dan lain-lain.
Nahwu merupakan salah satu dari dua belas cabang ilmu Lughot Al-arobiyyah4[4]
menduduki posisi penting. Oleh karena itu, nahwu lebih layak untuk dipelajari mendahului
pengkayaan kosakata dan ilmu-ilmu lughot yang lain. Sebab, nahwu merupakan instrument
yang amat fital dalam memahami Kalam Allah, Kalam Rasul serta menjaga dari kesalahan
terucap.5[5]
4
Oleh karena itu, sebagai disiplin ilmu yang dianggap penting, nahwu bukan sekedar
untuk pemanis kata, akan tetapi sebagai timbangan dan ukuran kalimat yang benar serta bias
menghindar kan pemahaman yang salah atas suatu wicara.6[6]
Oleh karena itu,menurut kaidah hukum islam, mengerti akan ilmu Nahwu bagi
mereka yang ingin memahami Al-Qur’an, hukumnya fardu ‘ain.
5
pada saat yang lain mereka harus menggunakan bahasa fasih, mereka pun sanggup
melakukannya secara sempurna. Al-Qur’an dan sabda Nabi juga disampaikan dalam bahasa
Arab yang fasih.
Setelah penyebaran Islam berhasil menyebar ke berbagai negeri ajam (non Arab),
bangsa Arab mau tidak mau harus berinteraksi dengan bangsa-bangsa yang tidak berbahasa
Arab tersebut. Akibat interaksi yang berlangsung secara intens dan dalam waktu lama, bahasa
Arab mulai terpengaruh oleh bahasa-bahasa lain. Orang-orang non Arab berusaha untuk
berbicara dalam bahasa Arab namun mereka melakukan banyak kekeliruan. Orang Arab
sendiri sedemikian toleran atas berbagai kekeliruan berbahasa Arab, baik yang dilakukan oleh
orang non Arab maupun oleh orang Arab yang baru belajar berbahasa. Saat itu, kesalahan
bukan hanya dilakukan oleh orang awam namun juga oleh orang-orang terpelajar dan para
sastrawan. Dikisahkan, bahkan Al-Hajjaj, seorang yang sangat mahir berbahasa, juga sempat
melakukan kesalahan. Banyaknya kesalahan, terutama dalam mengucapkan ayat-ayat Al-
Qur’an, telah mendorong sebagian orang yang mahir berbahasa untuk menyusun kaidah-
kaidah bahasa, yang pada kemudian hari dikenal sebagi Ilmu Nahwu.
bisa dipakai sebagai sarana untuk mengungkap keajaiban bahasa Al-Qur’an (ُ اعجاز
)القرآن.
6
4. Perkembangan Ilmu Nahwu dari masa ke masa
Perkembangan ilmu nahwu dapat diruntut menjadi tiga periode:
a. Periode Perintisan dan Penumbuhan (Periode Bashrah)
Perkembangan pada periode ini berpusat di Bashrah, dimulai sejak zaman Abul Aswad
sampai munculnya Al-Khalil bin Ahmad, yakni sampai akhir abad kesatu Hijriyah. Periode
ini masih bisa dibedakan atas dua sub periode, yaitu masa kepeloporan dan masa
pengembangan. Masa kepeloporan tidak sampai memasuki masa Daulah Abbasiyah. Ciri-
cirinya ialah belum munculnya metode qiyas (analogi), belum munculnya perbedaan
pendapat, dan masih minimnya usaha kodifikasi.
Adapun ciri-ciri masa pengembangan ialah makin banyaknya pakar, pembahasan tema-
temanya semakin luas, mulai munculnya perbedaan pendapat, mulai dipakainya argumen
dalam menjelaskan kaidah dan hukum bahasa, dan mulai dipakainya metode analogi.
7
kira-kira pertengahan abad keempat Hijriyah. Para ahli nahwu yang hidup sampai masa ini
disebut sebagai ahli nahwu klasik.
Setelah tiga periode diatas, ilmu nahwu juga berkembang di Andalusia (Spanyol), lalu
di Mesir, dan akhirnya di Syam. Demikian seterusnya sampai ke zaman kita saat ini.
Adapun ilmu nahwu, kata kuncinya ialah kalimat ()الجملة. Ia secara khusus berbicara
tentang jabatan tiap bagian kalimat dan secara umum berbicara tentang aturan mengenai
hubungan antarbagian tersebut. Demikianlah, ilmu nahwu telah digunakan untuk
menganalisis secara sintaktik bagian-bagian sebuah kalimat serta hubungan antar bagian-
bagian tersebut dalam apa yang dalam tradisi klasik kita sebut sebagai hubungan penyandaran
()االسناد. Jadi ilmu nahwu tidaklah hanya berbicar tentang harakat di akhir kata serta
i’rabnya, namun ia juga mengatur tentang bagaimana cara yang baik dalam menyusun dan
merangkai kalimat.
8
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Ilmu nahwu adalah salah satu dari kaidah-kaidah Bahasa Arab uuntuk mengetahui
bentuk kata dan keadaan-keadaannya ketika masih satu kata (Mufrod) atau ketika sudah
tersusun (Murokkab)
Ada beberapa manfa’at dari mempelajari dan menguasai Ilmu Nahwu, diantaranya :
Bisa berbahasa Arab, bisa memahami kitab-kitab bahasa Arab, Bisa mengoreksi bacaan atau
pembicaraan bahasa Arab, dan yang terpenting ialah bisa memahami Syari’at Islam yang
terkandung dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah
Perkembangan Ilmu Nahwu dari masa ke masa dibagi menjadi 3 periode penting yaitu
: Periode Perintisan dan Penumbuhan (Periode Bashrah), Periode Ekstensifikasi (Periode
Bashrah-Kufah), serta Periode Penyempurnaan dan Tarjih (Periode Baghdad)
Secara garis besar, dalam Ilmu Nahwu objek bahasannya tertuju pada kosa kata Arab
baik dalam bentuk kata tunggal (mufrod) atau tersusun (murokkab), kalimah-kalimah Bahasa
Arabpun dibagi menjadi 3 kategori yaitu : Isim, Fi’il dan Harf serta masih banyak lagi
pembagian istilah-istilah lainnya dalam cakupan Ilmu Nahwu.
A. Saran
Penulis menyadari akan kekurangan bahan dari materi makalah ini jadi penulis
berharap apabila terdapat kekurangan atau isi dari makalah ini maka saran-saran kritik
dari pembaca adalah penutup dari semua kekurangan kami dan menjadikan semua itu
guna menjadi bahan acuan untuk memotivasi dan menyempurnakan makalah kami.
9
DAFTAR PUSTAKA
Hudlori Hasyiyah 1
http://islammakalah.blogspot.co.id/p/blog-page.html
http://hamizanabqari.blogspot.co.id/2014/10/sejarah-perkembangan-ilmu-nahwu.html
http://rumahbahsaarabrubah.blogspot.co.id/2013/02/manfaat-fungsi-ilmu-nahu.html
http://hendraislami.blogspot.co.id/2009/04/mengenal-ilmu-nahwu_07.html
7[1]
Hasyiyah Hudlori 1, Hal.10
8[2]
Ibid
9[3]
Taqrirot Al Fiyyah, Hal.02
10
10[4]
Muhammad bin ‘Ali As Shobban, Hasyi’ah As-Shobban (Haromain), 1;16
11[5]
Ibnu Wahid Alfat, Reaktualisasi Fan Nahwu, genesa product, Hal.19
11