rizkifm97@gmail.com
Universitas Jambi
ABSTRACT
Background: Myopia is a refractive disorder in the eye caused by the focal point of the light
produced by the lens in front of the retina, causing the view to become unclear. One factor
that might be the cause of myopia is the Body Mass Index. Objective: To find out the
relationship of BMI to the incidence of myopia in 7th grade students of SMPN 7 Jambi City.
Method: This research is an analytic study of the correlation with cross-sectional approach.
The data obtained was formed into categorical types and then analyzed by Somers'd
correlation test. The sampling technique used was consecutive sampling method. Samples
were taken from primary data by examining refraction, weight, and height directly in July-
August 2018. Results: A total of 66 samples from 334 people examined, found the highest
BMI in the Normal category (56.1%) and in the highest Myopia in the Light category (right:
89.4%; left: 86.4%; combined: 91.7%) . Statistical results show that there is no significant
relationship between BMI and myopia. In the right eye r = -0.020 and P = 0.721; in the left eye
r = -0.054 and P = 0.364; in both eyes r = -0.142 and P = 0.519.
ABSTRAK
Latar Belakang: Miopia merupakan kelainan refraksi pada mata yang disebabkan karena titik
fokus cahaya yang dihasilkan lensa berada didepan dari retina sehingga menyebabkan
pandangan menjadi tidak jelas. Salah satu faktor yang kemungkinan menjadi penyebab
miopia yaitu Indeks Massa Tubuh. Tujuan: Mengetahui hubungan IMT terhadap insiden
miopia pada pelajar kelas 7 SMPN 7 Kota Jambi. Metodologi: Penelitian ini merupakan studi
analitik korelasi dengan pendekatan cross-sectional. Data yang diperoleh dibentuk kedalam
jenis kategorik kemudian dianalisis dengan uji korelasi Somers’d. Teknik pengambilan sampel
menggunakan metode consecutive sampling. Sampel diambil dari data primer dengan
pemeriksaan refraksi, berat badan, dan tinggi badan secara langsung pada Juli-Agustus 2018.
Hasil: Sebanyak 66 sampel dari 334 orang yang diperiksa, didapatkan IMT tertinggi pada
kategori Normal (56,1%) dan pada Miopia tertinggi pada kategori Ringan (kanan: 89,4%; kiri:
86,4%; gabungan: 91,7%). Hasil statistik menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan yang
bermakna antara IMT dengan Miopia. Pada mata kanan r = -0,020 dan P = 0,721; pada mata
kiri r = -0,054 dan P = 0,364; pada gabungan kedua mata r = -0,142 dan P = 0,519.
PEMBAHASAN
pada kejadian miopia tinggi penurunan IMT
Angka kejadian yang didapatkan sempat mengalami penurunan prevalensi
pada penelitian ini baik pada mata kanan miopia namun kembali meningkat secara
ataupun kiri menunjukan bahwa siswa signifikan pada IMT 18,5-22,99 kg/m2.
yang masuk kategori normal lebih banyak Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa
mengalami miopia dibanding kategori IMT lebih berkaitan erat terhadap
kurus, gemuk, ataupun obesitas. Terjadi emetropisasi dibandingkan faktor panjang
peningkatan angka kejadian miopia yang aksial pada miopia.(15) Hal tersebut
sangat signifikan dari kategori kurus dikarenakan keterbatasan ruang orbital,
menuju normal. Kemudian menurun pada sehingga mata orang obesitas dapat
kategori gemuk dan kembali meningkat tumbuh tidak sebaik orang yang lebih
pada kategori obesitas. kurus.(16) Subjek penelitian yang tinggi dan
Perolehan data tersebut berbeda kurus cenderung memperoleh miopia tinggi
dengan penelitian yang dilakukan oleh Lee dikarenakan panjangnya panjang aksial
dkk. dalam jurnal Scientific Reports tahun mata.(15)
2017. Penelitian tersebut merupakan studi Hasil analisis bivariat pada
epidemiologi faktor risiko yang penelitian ini menunjukan bahwa kekuatan
berhubungan dengan miopia pada pria korelasi antar variabel sangat lemah
usia dewasa muda di Korea. Hasil dengan nilai korelasi mata kanan yaitu -
penelitian tersebut menjelaskan bahwa 0,020 dan mata kiri -0,054. Tidak terdapat
penurunan IMT berhubungan terhadap hubungan yang bermakna antara IMT dan
peningkatan prevalensi miopia dan miopia kejadian miopia dikarenakan secara
tinggi. Pada kejadian miopia semakin statistik nilai P mata kanan (0,721) dan kiri
menurun IMT maka prevalensi miopia (0,364) lebih dari 0,05. Arah korelasi yang
semakin meningkat secara bertahap, dan didapatkan yaitu negatif yang berarti
semakin menurun derajat IMT maka dilakukan di beberapa sekolah. Rancangan
derajat miopia semakin meningkat. penelitian tersebut yaitu observasional
jenis kohort prospektif dengan melakukan
Peneliti tidak mendapatkan
pemeriksaan follow up selama 6 bulan,
penelitian yang serupa dengan penelitian
berbeda dengan penelitian ini.(17)
ini dari segi metode penelitian, khususnya
menentukan IMT menurut usia (IMT/U) Penelitian yang dilakukan oleh Su-
yang hanya dilakukan pada usia kurang kyung Jung dkk. memiliki hasil yang sama
dari 18 tahun. Akan tetapi terdapat dengan penelitian ini yaitu tidak terdapat
beberapa penelitian yang sama mencari hubungan yang bermakna antara IMT
hubungan antara IMT dengan miopia dengan miopia. Perbedaan dengan
menggunakan metode yang berbeda penelitian ini yaitu subjek penelitian berusia
dengan penelitian ini. Beberapa penelitian 19 tahun dengan jumlah 23.616 orang
tersebut menyatakan bahwa tidak terdapat yang hanya terdiri dari pria. Pada
hubungan yang bermakna antara IMT pemeriksaan refraksi, penelitian tersebut
(12,13,17)
dengan miopia. Akan tetapi terdapat tidak membedakan antara mata kanan dan
penelitian yang mengatakan bahwa IMT kiri. Uji yang digunakan untuk mengolah
dengan miopia memiliki hubungan yang data yaitu uji regresi logistik dengan hasil p
bermakna.(14) = 0,323 yang berarti tidak terdapat
hubungan yang bermakna antara IMT
Penelitian yang dilakukan oleh
dengan miopia.(13)
Rizkika memiliki hasil yang sama dengan
penelitian ini. Kesamaan hasil penelitian Penelitian yang dilakukan oleh
tersebut yaitu dari kemaknaan hubungan, Jacobsen dkk. menyimpulkan hasil yang
derajat korelasi, dan arah korelasi. sama dengan penelitian ini yaitu tidak
Kemaknaan hubungan dalam penelitian terdapat hubungan yang bermakna antara
tersebut menyatakan bahwa tidak terdapat IMT terhadap miopia. Perbedaan dengan
hubungan yang bermakna antara IMT penelitian ini yaitu menggunakan 4.681
dengan miopia. Kemudian hasil korelasi orang yang hanya terdiri dari pria berusia
penelitian tersebut yaitu sangat lemah minimal 18 tahun. Penelitian tersebut tidak
dengan nilai korelasi mata kanan dan kiri membedakan antara mata kanan dan kiri
yaitu 0,002 dan 0,065. Arah korelasi yang pada saat pemeriksaan refraksi. Uji yang
didapatkan yaitu negatif yang berarti digunakan untuk mengolah data yaitu uji-T
semakin tinggi IMT maka semakin rendah dengan nilai p = 0,618 yang berarti tidak
derajat miopia. Penelitian tersebut sama- terdapat hubungan yang bermakna antara
sama menggunakan subjek siswa sekolah IMT dengan miopia.(12)
menengah pertama akan tetapi lokasi
penelitian tersebut di Yogyakarta dan
Berbeda dengan penelitian yang dengan panjang aksial mata. Penelitian
dilakukan oleh Martga dkk. dalam Jurnal tersebut dilakukan pada 122 murid sekolah
Kesehatan Andalas memiliki kesimpulan dasar yang berusia 8 sampai 9 tahun. Uji
bahwa terdapat hubungan bermakna yang digunakan pada penelitian tersebut
antara IMT dengan kejadian miopia. yaitu regresi logistik multipel. Hasil yang
Desain penelitian tersebut yaitu case- didapatkan yaitu kekuatan korelasi lemah
control dengan jumlah sampel 140 siswa dengan nilai r = 0,23 dengan arah korelasi
sekolah menengah atas kota Padang yang positif dan nilai p = 0,011. Arah korelasi
terbagi menjadi 70 kasus dan 70 kontrol. positif pada penelitian tersebut bermakna
Uji statistik yang digunakan yaitu chi- bahwa semakin meningkat nilai IMT maka
square dengan nilai p = 0,014. Pada akan semakin meningkat panjang aksial
penelitian tersebut menyatakan bahwa IMT mata. Akan tetapi perhitungan IMT pada
normal merupakan variabel dominan yang penelitian ini tidak disertakan dengan
mempengaruhi insiden miopia dan memiliki perhitungan usia subjek penelitian.(18)
risiko 2,815 kali lebih tinggi menderita
Berbeda dengan penelitian yang
miopia dibanding IMT lainnya.(14)
dilakukan oleh Gunes dkk. Penelitian
Miopia dibagi menjadi miopia tersebut dilakukan pada usia dewasa yang
refraktif dan miopia aksial. Miopia refraktif terbagi menjadi 34 orang obesitas dan 34
merupakan miopia yang disebabkan oleh orang sehat. Uji yang digunakan untuk
lensa mata yang terlalu cembung, mengolah data yaitu Spearman. Secara
sedangkan miopia aksial merupakan statistik penelitian tersebut mengatakan
miopia yang disebabkan oleh bahwa panjang aksial mata memiliki
pemanjangan sumbu antero-posterior korelasi yang sangat lemah terhadap IMT
mata.(3) Peneliti menduga bahwa miopia dengan arah korelasi negatif (r = -0,139)
yang berhubungan langsung dengan IMT dan tidak terdapat hubungan yang
yaitu miopia aksial, didukung dengan bermakna antara panjang aksial mata
penelitian Lee dkk. yang menyatakan dengan IMT (p = 0,260).(16)
bahwa pria yang tinggi dan ramping dapat
IMT dipengaruhi oleh tinggi badan
cenderung mengalami miopia tinggi
dan berat badan. Buffa dkk. mengatakan
dikarenakan pemanjangan panjang aksial
bahwa berat badan dapat dipengaruhi oleh
mata. Akan tetapi subjek penelitian
massa lemak dan massa bukan lemak.(19)
tersebut tidak berusia sekolah menengah
Peneliti menduga bahwa massa lemak
pertama.(15)
tubuh merupakan faktor yang berhubungan
Penelitian yang dilakukan oleh langsung dengan miopia. Apabila kadar
Terasaki dkk. menjelaskan bahwa terdapat lemak tubuh sedikit maka akan
hubungan yang signifikan antara IMT menyebabkan kadar lemak orbital menjadi
sedikit dan menyebabkan ruang orbital terdapat 2 siswa (3%) dikategorikan kurus,
menjadi lebih luas dan mengakibatkan 37 siswa (56,1%) dikategorikan normal, 11
pemanjangan aksial mata dan titik fokus siswa (16,7%) dikategorikan gemuk, dan
yang dihasilkan lensa berada di depan 16 siswa (24,2%) dikategorikan obesitas.
retina atau disebut miopia. Semakin Tidak terdapat siswa yang termasuk
meningkat kadar lemak tubuh seseorang kedalam kategori sangat kurus.
akan berakibat pada semakin
Secara statistik tidak terdapat
meningkatnya kadar lemak orbital. Hal
hubungan yang bermakna antara IMT
tersebut akan menyebabkan ruang orbital
dengan kejadian miopia pada siswa SMPN
semakin menyempit dan menyebabkan
7 Kota Jambi.
panjang aksial mata akan berkurang dan
akan mengakibatkan titik fokus yang
dihasilkan lensa mata berada di belakang DAFTAR RUJUKAN
retina atau disebut hipermetropia. Akan
1. WHO. Visual Impairment and Blindness.
tetapi peneliti tidak mendapatkan penelitian
World Heal Organ. 2013;
yang mendukung dugaan tersebut yang
menjelaskan hubungan antara massa 2. Suhardjo, Hartono. Ilmu Kesehatan Mata.
lemak tubuh dan massa lemak orbital yang Yogyakarta: Bagian Ilmu Penyakit Mata
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah
akan mempengaruhi panjang aksial mata.
Mada; 2007. 169–176 p.
Sehingga hubungan antara IMT dan miopia
masih belum dapat dijelaskan secara pasti, 3. Ilyas S, Yulianti S. Ilmu Penyakit Mata
khususnya hubungan antara massa lemak Edisi Kelima. 5th ed. Jakarta: badan