Pembimbing
dr. Agus Kristiyanto
Disusun oleh :
Nia Amalia Ulfah J510170023
Nissa Abiyya Ihwanah J510170085
M. Iqbal Elfandiary J5101700..
M. Irwanto J510170048
KEPANITERAAN KLINIK
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PUSKESMAS GROGOL
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017
Halaman Pengesahan
LAPORAN KEPANITERAAN IKM
DETEKSI DINI PENYEBARAN HIV-AIDS DENGAN
SKRINING VCT DI WILAYAH PUSKESMAS GROGOL
SUKOHARJO
Diajukan Oleh :
Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Pembimbing Ilmu Kesehatan Masyarakat
Program Pendidikan Profesi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Surakarta
Pada hari, .......................................................................................
Pembimbing
Nama : dr. Agus Kristiyanto (.................................)
Penguji
Nama : dr. M. Shoim Dasuki, M.Kes (.................................)
Penguji
Nama : Bejo Raharjo, SKM, M.Kes (.................................)
ii
Daftar Isi
Daftar isi
Halaman Judul.......................................................................................................... i
Halaman Pengesahan .............................................................................................. ii
Daftar Isi................................................................................................................. iii
BAB I ...................................................................................................................... 2
PENDAHULUAN .................................................................................................. 2
A. Latar Belakang ............................................................................................. 2
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 3
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 3
BAB II ..................................................................................................................... 5
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 5
A. Human Immunodeficiency Virus (HIV) ....................................................... 5
B. Definisi Konseling dalam Voluntary Counseling and Testing (VCT) ....... 13
BAB III ................................................................................................................. 22
METODE PENERAPAN KEGIATAN ................................................................ 22
A. Metode Penerapan Kegiatan ...................................................................... 22
B. Analisis Data .............................................................................................. 22
BAB IV ................................................................................................................. 23
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 23
A. HASIL KEGIATAN SKRINING VCT ..................................................... 23
BAB V................................................................................................................... 45
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 45
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 46
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
HIV atau Human Immuno-deficiency Virus merupakan suatu virus yang
menyerang sistem kekebalan atau imun tubuh manusia dan melemahkan
kemampuan tubuh untuk melawan penyakit yang datang sehingga penderitanya
mudah untuk diserang berbagai penyakit. Tertularnya seseorang dengan HIV
ini dapat menyebabkan orang tersebut menderita AIDS atau Acquired Immuno
Deficiency Syndrome. AIDS adalah sekumpulan gejala yang muncul akibat dari
penurunan sistem kekebalan tubuh yang didapat, disebabkan oleh infeksi
Human Immunodeficiency Virus (Murtiastutik, 2008).
Virus HIV pertama kali ditemukan oleh seorang ilmuwan berkebangsaan
Perancis (Institute Pasteur, Paris) bernama Montagnier, yang mengisolasi virus
dari seorang penderita limfadenopati, sehingga saat itu dinamakan
Lymphadenopathy Associated Virus (LAV) (Purwaningsih, 2013). Virus HIV
termasuk dalam golongan retrovirus, yaitu virus yang memasukkan materi
genetiknya ke dalam sel tuan rumah ketika melakukan infeksi dengan cara
yang berbeda (retro), yaitu dari RNA menjadi DNA, yang kemudian menyatu
dalam DNA sel host yang kemudin membentuk pro-virus kemudian melakukan
replikasi (Murtiastutik, 2008).
HIV dapat menyebar baik melalui hubungan sesama jenis (homoseksual)
atau berbeda jenis (heteroseksual) ketika pasangannya telah terinfeksi HIV.
Selama melakukan hubungan seks, kerusakan lapisan organ seksual bisa
menularkan HIV dari pasangan yang terinfeksi dengan pertukaran cairan tubuh,
selain melakukan hubungan seksual dengan vaginal yang berisiko, ada perilaku
seksual berisiko lainnya utuk tertular HIV, misalnya hubungan seks melalui
anal maupun oral (Lenny, 2015)
Menurut Komisi penanggulangan AIDS Nasional mengemukakan bahwa
sebagian besar penderita HIV/AIDS di Indonesia ditemukan di antara pekerja
seks komersial yang jumlahnya diperkirakan berkisar 190.000-270.000 orang.
Depkes RI menegaskan bahwa tingginya angka berganti-ganti pasangan pada
2
wanita pekerja seks komersial merupakan penyebab menyebarnya penyakit
menular seksual yang salah satunya yaitu HIV/AIDS (Depkes RI, 2003).
Menurut World Health Orgnanization (WHO) dalam Laporan Kemajuan
2011, pada akhir Tahun 2010, diperkirakan 34 juta orang (31.600.000-
35.200.000) hidup dengan HIV di seluruh dunia, termasuk 3,4 juta anak-anak
(<15 tahun). Ada 2,7 juta (2.400.000- 2.900.000) baru terinfeksi HIV pada
tahun 2010, termasuk 390.000 anak di antaranya <15 tahun (Sianturi, 2012).
Data yang diambil dari Puskesmas Kecamatan Grogol menunjukan
penderita HIV di wilayah Kecamatan Grogol yang terdeteksi melalui skrining
VCT dari bulan Januari hingga Oktober 2017 terdiri dari 36 orang. Sehingga
perlu adanya kegiatan yang dapat mencegah bertambahnya jumlah penderita
HIV. Puskesmas Grogol menggunakan skrining VCT dalam mendeteksi secara
dini penyebaran HIV-AIDS di wilayah kecamatan Grogol.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang dibahas dalam
penelitian ini adalah: pencapaian dari deteksi dini penyebaran HIV-AIDS
dengan skrining VCT di wilayah Puskesmas Grogol Sukoharjo.
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pencapaian deteksi dini penyebaran HIV-AIDS
dengan skrining VCT di wilayah Puskesmas Grogol Sukoharjo
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Masyarakat
Dapat memahami dan mengerti pentingnya deteksi dini terhadap penyakit
HIV-AIDS dan menghilangkan stigma negatif masyarakat terhadap
penderita.
2. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam merancang dan
melaksanakan penelitian ilmiah dalam bidang kesehatan masyarakat.
3. Bagi Peneliti Lain
Dapat dimanfaatkan sebagai bahan kajian lebih lanjut di masa yang akan
datang.
3
4. Bagi Puskesmas
Dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam penyelesaian masalah
deteksi penyebaran HIV-AIDS di wilayah Puskesmas Grogol Sukoharjo.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definsi HIV
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sejenis virus yang
menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan dapat menimbulkan
AIDS. HIV menyerang salah satu jenis dari sel-sel darah putih yang
bertugas menangkal infeksi. Sel darah putih tersebut terutama limfosit
yang memiliki CD4 sebagai sebuah marker atau penanda yang berada di
permukaan sel limfosit. Karena berkurangnya nilai CD4 dalam tubuh
manusia menunjukkan berkurangnya sel-sel darah putih atau limfosit yang
seharusnya berperan dalam mengatasi infeksi yang masuk ke tubuh
manusia. Pada orang dengan sistem kekebalan yang baik, nilai CD4
berkisar antara 1400-1500. Sedangkan pada orang dengan sistem
kekebalan yang terganggu (misal pada orang yang terinfeksi HIV) nilai
CD4 semakin lama akan semakin menurun (bahkan pada beberapa kasus
bisa sampai nol) (DEPKES RI, 2013).
Virus HIV diklasifikasikan ke dalam golongan lentivirus atau
retroviridae. Virus ini secara material genetik adalah virus RNA yang
tergantung pada enzim reverse transcriptase untuk dapat menginfeksi sel
mamalia, termasuk manusia, dan menimbulkan kelainan patologi secara
lambat. Virus ini terdiri dari 2 grup, yaitu HIV-1 dan HIV-2. Masing-
masing grup mempunyai lagi berbagai subtipe, dan masing-masing subtipe
secara evolusi yang cepat mengalami mutasi. Diantara kedua grup
tersebut, yang paling banyak menimbulkan kelainan dan lebih ganas di
seluruh dunia adalah grup HIV-1 (Umar dan Zain, 2014).
2. Definisi AIDS
AIDS adalah singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome,
yang berarti kumpulan gejala atau sindroma akibat menurunnya kekebalan
tubuh yang disebabkan infeksi virus HIV. Tubuh manusia mempunyai
5
6
6) Limfadenopati generalisata
7) Retinitis virus Sitomegalo
Menurut Mayo Foundation for Medical Education and Research
(MFMER) (2013), gejala klinis dari HIV/AIDS dibagi atas beberapa fase:
a. Fase awal
Pada awal infeksi, mungkin tidak akan ditemukan gejala dan tanda-
tanda infeksi. Tapi kadang-kadang ditemukan gejala mirip flu seperti
demam, sakit kepala, sakit tenggorokan, ruam dan pembengkakan
kelenjar getah bening. Walaupun tidak mempunyai gejala infeksi,
penderita HIV/AIDS dapat menularkan virus kepada orang lain.
b. Fase lanjut
Penderita akan tetap bebas dari gejala infeksi selama 8 atau 9 tahun
atau lebih. Tetapi seiring dengan perkembangan virus dan
penghancuran sel imun tubuh, penderita HIV/AIDS akan mulai
memperlihatkan gejala yang kronis seperti pembesaran kelenjar getah
bening (sering merupakan gejala yang khas), diare, berat badan
menurun, demam, batuk dan pernafasan pendek.
c. Fase akhir
Selama fase akhir dari HIV, yang terjadi sekitar 10 tahun atau lebih
setelah terinfeksi, gejala yang lebih berat mulai timbul dan infeksi
tersebut akan berakhir pada penyakit yang disebut AIDS.
6. Pengobatan Pemberian anti retroviral (ARV)
Infeksi penyakit oportunistik lain yang berat dapat disembuhkan.
Penekanan terhadap replikasi virus menyebabkan penurunan produksi
sitokin dan protein virus yang dapat menstimulasi pertumbuhan. Obat
ARV terdiri dari beberapa golongan seperti nucleoside reverse
transkriptase inhibitor, nucleotide reverse transcriptase inhibitor, non
nucleotide reverse transcriptase inhibitor dan inhibitor protease. Obat-obat
ini hanya berperan dalam menghambat replikasi virus tetapi tidak bisa
menghilangkan virus yang telah berkembang. Vaksin terhadap HIV dapat
diberikan pada individu yang tidak terinfeksi untuk mencegah baik infeksi
maupun penyakit. Dipertimbangkan pula kemungkinan pemberian vaksin
11
1. Definisi
Konseling dalam VCT adalah kegiatan konseling yang
menyediakan dukungan psikologis, informasi dan pengetahuan
HIV/AIDS, mencegah penularan HIV, mempromosikan perubahan
perilaku yang bertanggungjawab, pengobatan antiretroviral (ARV) dan
memastikan pemecahan berbagai masalah terkait dengan HIV/AIDS
yang bertujuan untuk perubahan perilaku ke arah perilaku lebih sehat
dan lebih aman (DEPKES RI, 2016).
Prinsip Layanan Voluntary Counseling and Testing (VCT) VCT
merupakan salah satu strategi kesehatan masyarakat dan sebagai pintu
masuk ke seluruh layanan kesehatan HIV/AIDS berkelanjutan yang
berdasarkan prinsip:
a. Sukarela dalam melaksanakan testing HIV Pemeriksaan HIV hanya
dilaksanakan atas dasar kerelaan klien tanpa paksaan dan tanpa
tekanan. Keputusan untuk melakukan pemeriksaan terletak ditangan
klien. Testing dalam VCT bersifat sukarela sehingga tidak
direkomendasikan untuk testing wajib pada pasangan yang akan
menikah, pekerja seksual,Injecting Drug User (IDU), rekrutmen
pegawai/tenaga kerja Indonesia dan asuransi kesehatan.
b. Saling mempercayai dan terjaminnya konfidensialitas. Layanan
harus bersifat profesional, menghargai hak dan martabat semua
klien. Semua informasi yang disampaikan klien harus dijaga
kerahasiaannya oleh konselor dan petugas kesehatan, tidak
diperkenankan didiskusikan diluar konteks kunjungan klien. Semua
informasi tertulis harus disimpan dalam tempat yang tidak dapat
dijangkau oleh mereka yang tidak berhak. Untuk penanganan kasus
klien selanjutnya dengan seijin klien maka informasi kasus dari diri
klien dapat diketahui.
c. Mempertahankan hubungan relasi konselor dan klien yang efektif
Konselor mendukung klien untuk kembali mengambil hasil testing
dan mengikuti pertemuan konseling pasca testing untuk mengurangi
prilaku beresiko. Dalam VCT dibicarakan juga respon dan perasaan
15
a. Pre-test counseling
Pre-test counseling adalah diskusi antara klien dan konselor yang
bertujuan untuk menyiapkan klien untuk testing, memberikan
pengetahuan pada klien tentang HIV/AIDS. Isi diskusi yang
disampaikan adalah klarifikasi pengetahuan klien tentang HIV/AIDS,
menyampaikan prosedur tes dan pengelolaan diri setelah menerima
hasil tes, menyiapkan klien menghadapi hari depan, membantu klien
memutuskan akan tes atau tidak, mempersiapkan informed consent
dan konseling seks yang aman.
Pada beberapa setting (misalnya penyuluhan kesehatan secara
umum) Konselor memberikan penyuluhan informasi umum tentang
HIV/AIDS, VCT dan Mother to child transmission (MTCT) Di
masyarakat Klien menerima informasi dan memutuskan untuk pergi
ke klinik VCT Di klinik VCT Klien diberi informasi mengenai
prosedur termasuk pilihan untuk menunggu selama 2 jam dan
menerima hasil tes pada hari yang sama Klien diajak berdiskusi
mengenai keyakinan menjalani tes Klien menerima informasi tentang
HIV/AIDS Adanya biaya yang dikeluarkan Klien terdaftar tanpa
nama/rahasia.
Jika klien banyak, konselor melakukan pre tes secara
berkelompok bagi yang membutuhkan VCT. Syarat untuk pre-tes
kelompok:
1) Pernyataan kesediaan untuk menjalani tes kelompok.
2) Kerahasiaan terjaga.
3) Tidak lebih dari 6 orang per kelompok.
4) Bila mungkin, anggota kelompok pada usia dan jenis kelamin yang
sama.
5) Diberikan informasi pre-tes yang sama seperti konseling pada
individu.
6) Melengkapi data VCT pada setiap anggota kelompok.
7) Mendapatkan inform consent jika klien memutuskan untuk
melakukan tes HIV.
17
22
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
23
24
Masalah
Kesehatan 4 3 3 10
lingkungan
Diare 4 4 4 12
TB 4 5 4 13
Penemuan pasien 5 5 4 14
baru HIV
1 Januari 111 5
2 Februari 26 1
3 Maret 75 7
25
4 April 92 4
5 Mei 112 4
6 Juni 21 4
7 Juli 109 6
8 Agustus 109 2
9 September 65 3
720 36 5%
Dari tabel diatas disebutkan bahwa angka capaian VCT untuk tahun
2017 yaitu sebanyak 5%, dimana untuk suspek yang didapatkan dari mulai
bulan januari 2017 hingga september 2017 yaitu sebanyak 720 suspek dan
dari 720 suspek tersebut yang ditemukan HIV (+) sebanyak 36 orang.
Tabel 4. Jumlah Penemuan Kasus HIV di Puskesmas Grogol pada Januari 2017
sampai September 2017
No Bulan TIPK HIV + Presentase
1 Januari 86 0
2 Februari 123 0
3 Maret 146 0
4 April 92 0
5 Mei 111 0
6 Juni 138 0
26
7 Juli 98 1
8 Agustus 146 0
9 September 62 0
1.002 1 0,1%
Dari tabel diatas disebutkan bahwa angka capaian TIPK untuk tahun
2017 yaitu sebanyak 0,1 %, dimana untuk suspek yang didapatkan dari
mulai bulan januari 2017 hingga september 2017 yaitu sebanyak 1002
suspek dan dari 1002 suspek tersebut yang ditemukan HIV (+) hanya 1
orang.
27
Tabel 5. Jumlah Penemuan Kasus HIV di Puskesmas Grogol pada Januari 2016
sampai September 2016
No Bulan VCT HIV + Presentase
1 Januari 58 2
2 Februari 65 3
3 Maret 23 0
4 April 39 1
5 Mei 19 0
6 Juni 78 2
7 Juli 55 0
8 Agustus 45 0
9 September 86 2
468 10 2,15%
Dari tabel diatas disebutkan bahwa angka capaian VCT untuk tahun
2016 yaitu sebanyak 2,15%, dimana untuk suspek yang didapatkan dari
mulai bulan januari 2016 hingga September 2016 yaitu sebanyak 468
suspek dan dari 468 suspek tersebut yang ditemukan HIV (+) sebanyak 10
orang.
Tabel 6. Jumlah Penemuan Kasus HIV di Puskesmas Grogol pada Januari 2017
sampai September 2017
No Bulan TIPK HIV + Presentase
28
1 Januari 68 0
2 Februari 89 1
3 Maret 75 0
4 April 73 0
5 Mei 34 0
6 Juni 98 0
7 Juli 84 0
8 Agustus 45 0
9 September 89 0
655 1 0,16%
Dari tabel diatas disebutkan bahwa angka capaian TIPK untuk tahun 2016
yaitu sebanyak 0,16 %, dimana untuk suspek yang didapatkan dari mulai bulan
januari 2016 hingga September 2016 yaitu sebanyak 655 suspek dan dari 655
suspek tersebut yang ditemukan HIV (+) hanya 1 orang.
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa perkembangan angka
kejadian HIV dari Januari 2016 – September 2016 dan dari bulan Januari
2017 - September 2017 di puskemas Grogol berubah-ubah tiap bulannya.
Dan mengalami peningkatan di tahun berikutnya, Pada tahun 2016
penemuan pasien HIV (+) sebanyak 11 orang dan pada tahun 2017
sesebanyak 37. Hal tersebut menunjukkan kejadian HIV (+) di Grogol
mengalami peningkatan.
Tabel 6 : pencapaian penemuan Kasus HIV (+) dipuskesmas Grogol dari tahun
2016 hingga 2017
29
Bagan
Diagram Fish Bone Peranan skrining VCT dalam mendeteksi secara dini penyebaran HIV-AIDS di wilayah Puskesmas Grogol
Sukoharjo.
MANUSIA METODE
memerlukan masyarakat
DANA LINGKUNGAN
SARANA
42
Keterangan :
a. Manusia
1) Petugas kewalahan dalam melaksanakan skrining VCT
2) Waktu kegiatan terbatas
3) Kurangnya tenaga medis
b. Metode
1) Kegiatan yang jarang terlaksana
2) Kegiatan terlaksana hanya apabila ada undangan dari komunitas tertentu
c. Sarana
1) Kurangnya media promosi seperti leaflet, pamflet, dll
2) Pengadaan media promosi tidak terlaksana karena kurang dana
d. Dana
1) Kurangnya dana untuk kegiatan skrining VCT
2) Anggaran dana banyak dialihkan untuk program lain yang dianggap lebih
memerlukan
e. Lingkungan
1) Stigma buruk masyarakat terhadap penderita
2) Kurangnya penyuluhan terhadap masyarakat
A. Kesimpulan
1. Pencapaian program HIV/AIDS belum mencapai target yaitu sebesar 3,17%
pada tahun 2016.
2. Jumlah Penemuan kasus HIV dari kegiatan skrining VCT pada Januari 2017
sampai dengan September 2017 yaitu sebanyak 5%, suspek yang didapatkan
sebanyak 720 orang dan ditemukan HIV (+) sebanyak 36 orang.
3. Prioritas masalah terkait angka HIV AIDS di puskesmas grogol adalah
tingkat kesadaran masyarakat yang rendah mengenai HIV-AIDS, belum
optimalnya penyuluhan yang diberikan pada masyarakat dari sejak dini, dan
kurangnya komunikasi dan kerjasama masyarakat untuk menanggulangi.
4. Alternatif pemecahan masalah pengendalian penyakit HIV AIDS di
Puskesmas Grogol dapat dilaksanakan dengan :
a. Penyuluhan tentang HIV
b. Melakukan pemeriksaan VCT pada orang-orang yang berisiko terinfeksi
HIV.
B. Saran
1. Meningkatkan pengetahuan petugas dan masyarakat tentang HIV dengan
penyuluhan.
2. Menggerakan pengobatan ARV sejak dini pada HIV (+) agar menekan
perkembangan virus agar terhindar dari infeksi oportunitis.
3. Kerjasama yang kokoh antar lintas program antara Puskesmas, serta warga
masyarakat untuk mewujudkan tercapainya keberhasilan penurunan dan
pengendalian angka HIV.
45
DAFTAR PUSTAKA
Brooks, Geo. F., Butel, Janet S., dan Morse, Stephen A., 2005. AIDS dan
Lentivirus. Dalam: Sjabana, Dripa, ed. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta:
Salemba Medika; 292-300.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008. HIV/AIDS Ancaman Serius
Bagi Indonesia. Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jendral Departemen
Kesehatan.Diperolehdari:http://www.depkes.go.id/index.php?option=news
&task=viewarticle&sid=32 43&Itemid=2. Diunduh tanggal 20 Oktober
2017.
Depkes RI. 2006. Pedoman Pelayanan konseling dan testing HIV/AIDS secara
sukarela (Voluntary Counseling and Testing). Depkes RI. Jakarta.
http://www.aids ina.org/files/publikasi/panduanvct.pdf. Diunduh tanggal
19 Oktober 2017.
Djoerban, Zubairi dan Djauzi, Samsuridjal, 2006. HIV/AIDS di Indonesia.
Dalam: Sudoyo, Aru. W, dkk., ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Ed.IV
jilid II. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI;
1803-1807.
Fauci, Anthony S., dan Lane, H. Clifford, 2005. Human Immunodeficiency
Virus Disease: AIDS and Related Disorders. In: Kasper, Dennis S., ed.
Harrison’s Principles of Internal Medicin 16th edition. United States of
America: Mc Graw Hill;1076, 2372-2390.
Mayo Foundation for Medical Education and Research, 2008. HIV/AIDS.
Diperoleh dari: http://www.mayoclinic.com/health/hiv-
aids/DS00005/symptoms.htm. Diunduh tanggal 22 Oktober 2017.
Muninjaya, A.A. Gde, 1999. Tiga Cara Untuk Pencegahan AIDS. Dalam: AIDS
di Indonesia: Masalah dan Kebijakan Penanggulangannya. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 29-32.
Haruddin,dkk. 2007. Studi Pelaksanaan HIV Voluntary Counseling And Testing
(VCT) Di RSUP DR. Sarjito Yogyakarta. http//irc.kmpk.ugm.ac.id.
46
KPA Nasional. 2007. Strategi nasional penanggulangan HIV dan AIDS Tahun
2007-2010. The national hiv&aids strategy 2007-2010(Indonesia).pdf
Yayasan Spiritia, 2008. Strategi Nasonal Penanggulangan HIV/AIDS. Diperoleh
dari: http://spiritia.or.id/art/pdf/a1056.pdfhtm. Diunduh tanggal 19
Oktober 2017.
Kelompok Kerja HIV-AIDS, 2005. Remaja Dinilai Rentan Tertular HIV.
Jakarta: Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso. Diperoleh
dari: http://www.aids-rpiss.com. Diunduh tanggal 20 Oktober 2017
Yatim, Danny Irawan, 2006. Dialog Seputar AIDS. Jakarta: PT Gramedia
Widiasarana Indonesia;
Zein, Umar, dkk., 2006. 100 Pertanyaan Seputar HIV/AIDS Yang Perlu Anda
Ketahui. Medan: USU press; 1-44.
47