Anda di halaman 1dari 18

“PEMERIKSAAN PROTEIN NON SPESIFIK 1 DENGUE MENGGUNAKAN RAPID

DIAGNOSTIC TEST”

oleh :
Arfa’at Nur Wahid (PO714203201006)

Dosen Pengampuh :
Yaumil Fachni Tandjungbulu, S.ST., M.Kes

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR


JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
PRODI SARJANA TERAPAN

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah Subhanahu wa ta’ala (SWT) atas berkat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum individu yang berjudul
“Pemeriksaan Protein Non Structural 1 (NS1) Dengue menggunakan Rapid Diagnostic Test
(RDT)”. Salawat dan salam selalu kita curahkan kepada baginda Muhammad Shallallahu
‘Alaihi Wasallam (SAW), yang telah diutus ke permukaan bumi ini untuk menuntun manusia
dari lembah kebiadaban menuju ke puncak peradaban. Laporan ini disusun untuk memenuhi
tugas mata kuliah Imunoserologi II.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Allah SWT,
2. Dosen mata kuliah praktikum Imunoserologi II Ibu Yaumil Fachni Tandjungbulu, S.ST.,
M.Kes,
3. Kedua orang tua saya dan
4. Diri saya sendiri yang telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan laporan
praktikum ini.
Penulis menyadari bahwa laporan praktikum ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang sifatnya membangun begitu diharapkan oleh penyusun demi
kesempurnaan dalam penulisan laporan berikutnya.
Akhir kata, penyusun berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Makassar, 18 Maret 2022

(Arfa’at Nur Wahid)

iii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL……………………………………………………………………....
KATA PENGANTAR............................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................................iii

BAB I : PENDAHULUAN.....................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................................1
B. Manfaat Praktikum .............................................................................................................2
BAB II : TINJAUAN PRAKTIKUM...................................................................................3
A. Hari/Tanggal Praktikum......................................................................................................3
B. Tujuan Praktikum................................................................................................................3
C. Prinsip Pemeriksaan.............................................................................................................3
D. Dasar Teori..........................................................................................................................4
E. Alat dan Bahan.....................................................................................................................8
F. Prosedur Kerja......................................................................................................................8
G. Interpretasi Hasil.................................................................................................................9
H. Kelebihan dan Kekurangan Metode....................................................................................9
BAB III : KETERBATASAN PRAKTIKUM.....................................................................10
A. Ruangan...............................................................................................................................10
B. Alat dan Bahan....................................................................................................................10
C. Alat Pelindung Diri..............................................................................................................10
BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................................11
A. Kesimpulan..........................................................................................................................11
B. Saran....................................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................12
LAMPIRAN............................................................................................................................14

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Siklus Virus Dengue pada Manusia dan Nyamuk.........................................4


Gambar 2.2 Struktur Virus Dengue...................................................................................5
Gambar 2.3 Bagian-Bagian Strip.......................................................................................8
Gambar 2.4 Dokumentasi Hasil Pemeriksaan...................................................................9

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Imunokromatografi atau yang dikenal dengan sebutan uji strip pertama kali
dikembangkan pada akhir tahun 1960-an terutama untuk mendeteksi protein serum.
Dalam dekade terakhir imunokromatografi banyak digunakan untuk diagnosis berbagai
penyakit menular. Sekarang ini imunokromatografi yang menggunakan prinsip sistem
aliran lateral cukup populer karena memiliki banyak keunggulan dibandingkan
immunoassay yang lain. Imunokromatografi membutuhkan waktu analisis yang lebih
singkat dibandingkan dengan Enzym Linked Immunoassay (ELISA), dapat dilakukan
dengan mudah, dan dapat menganalisis analit tunggal baik di laboratorium klinik
maupun di rumah. Selain itu, imunokromatografi menyediakan cara interpretasi hasil dan
kontrol kualitas yang mudah. Imunokromatografi ada yang berbentuk kaset atau strip.
Imunokromatografi dapat menghasilkan produk akhir berwarna yang diinterpretasikan
sebagai hasil positif atau negatif.[1]
Demam dengue (DD) dan demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit menular
yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui nyamuk Aedes aegypti dan
Aedes albopictus. Penyakit ini ditandai dengan demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi,
yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diatesis hemoragik. [2]
Penyakit DBD merupakan salah satu masalah kesehatan yang paling umum terjadi di
masyarakat yang menyebabkan berbagai masalah kesehatan. Penyakit ini disebabkan
oleh gigitan nyamuk Aedes aegypti yang menularkan virus dengue. Kejadian ini dapat
muncul setiap tahun dan dapat menyerang seluruh kelompok umur. Hal ini terjadi karena
kurangnya partisipasi masyarakat untuk pemberantasan sarang nyamuk. Banyaknya
kasus demam berdarah di lingkungan masyarakat dikarenakan tindakan pencegahan
DBD terkait dengan Pmeberantasan Sarang Nyamuk (PSN) belum optimal. Oleh sebab
itu pemberian pendidikan kesehatan terkait PSN perlu disosialisasikan kepada
masyarakat agar mengurangi terjadinya penyakit demam berdarah. Kementerian
Kesehatan Republik Indoneisa mencatat pada tahun 2016, terdapat 201.885 penderita
DBD di seluruh wilayah Indonesia dimana sebanyak 1.585 penderita meninggal dunia
akibat serangan virus dengue yang berpindah ke dalam tubuh manusia melalui gigitan
nyamuk Aedes aegypti.[3]

1
Diagnosis laboratorium infeksi dengue dapat ditegakkan dengan mendeteksi virus
spesifik, sekuens genom, antibodi dan antigen virus. Virus dengue mempunyai dua
macam protein yaitu protein struktural (E, M dan C) dan protein nonstruktural (NS1,
NS2A, NS2B, NS3, NS4A, NS4B, NS5). Saat ini telah ada pemeriksaan terhadap antigen
non struktural 1 (NS1) yang dapat mendeteksi atau mendiagnosis infeksi virus dengue
lebih awal, bahkan pada hari pertama onset demam karena protein NS1 bersirkulasi
dalam konsentrasi tinggi dalam darah pasien selama awal fase akut.[2]
Non struktural 1 adalah glikoprotein yang berlimpah diproduksi oleh virus saat tahap
awal infeksi yang ditemukan dalam sel-sel yang terinfeksi pada membran sel dan
disekresi ke dalam ruang ekstraselular. Adanya pemeriksaan NS1 sangat bermanfaat
karena dapat dilakukan terapi suportif dan pemantauan pasien dengan segera sehingga
dapat mengurangi risiko komplikasi maupun 2 kematian. Pemeriksaan NS1 memiliki
nilai diagnostik dengan sensitivitas yang baik pada fase akut penyakit yaitu sebesar
73,53% dengan spesifisitas 100%, hasil tersebut lebih baik dibandingkan dengan nilai
diagnostik hitung trombosit, leukosit dan antibodi IgM anti dengue Berdasarkan
penjelasan diatas maka dilakukan pemeriksaan rapid test NS1 dengan metode
imunokromatografi, kelebihan dan kekurangannya, serta factor yang mempengaruhi
pemeriksaan.[2]
B. Manfaat Praktikum
1. Mengetahui gambaran umum mengenai protein NS1 dengue.
2. Mengetahui cara pemeriksaan NS1 dengue menggunakan metode
imunokromatografi.
3. Mengetahui cara menginterpretasikan hasil pemeriksaan NS1 dengue dengan
menggunakan strip.

2
BAB II
TINJAUAN PRAKTIKUM

A. Hari/Tanggal Praktikum
Praktikum dilakukan pada Rabu, 2 Februari 2022.
B. Tujuan Praktikum
Untuk mendeteksi adanya protein NS1 virus dengue yang terdapat pada sampel yang
diperiksa.
C. Prinsip Pemeriksaan
Ketika suatu sampel serum yang mengandung antigen virus dengue diteteskan ke
perangkat uji, spesimen diserap kedalam perangkat melalui sample pad menuju bantalan
konjugat antibodi monoklonal positif NS1 Dengue yang terdapat pada bantalan konjugat
akan mengikat antigen yang terdapat pada sampel serum. Ikatan antobodi dan antigen
yang terdapat pada bantalan konjugat akan mengalir ke area tes (T) dan terjadi ikatan
sandwich antibodi-antigen-antibodi gold partikel. Ketika terjadi ikatan colloid gold akan
terurai sehingga memberikan warna pada garis tes (T). Kemudian sampel akan terus
mengalir melewati area kontrol (C) yang terdapat antibodi poliklonal yang dapat
mengikat semua jenis protein sehingga membentuk warna pada area kontrol (C).
Hasil pemeriksaan dinyatakan invalid apabila tidak terbentuk garis warna pada daerah
kontrol. Visualisasi yang ditunjukkan pada kontrol menegaskan volume sampel yang
cukup, membran penyerap (wick) yang memadai, bagusnya kualitas koloid emas dan
teknik prosedur yang benar. Volume sampel yang digunakan memengaruhi hasil
pemeriksaan, apakah volume sampel cukup atau tidak (biasanya sampel digunakan ± 1
tetes atau 40-50 µl). Kemudian membran penyerap yang memadai juga sangat penting
karena alat imunokromatografi memiliki prinsip lateral flow. Jadi, apabila membran
penyerap tidak memadai maka sampel tidak diserap dengan baik sehingga tidak melewati
daerah tes dan kontrol. Selain itu, hasil invalid (tidak terbentuk garis warna pada kontrol)
juga dapat dijadikan acuan apakah koloid emas masih bekerja dengan baik atau tidak
sehingga kita dapat mengantisipasi terjadinya negatif palsu pada strip uji tersebut. [1, 4]
D. Dasar Teori
Penyakit DBD adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue yang tergolong
Arthropod-Borne Virus, genus Flavivirus dan famili Flaviviridae. DBD ditularkan
melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes, terutama Aedes aegypti atau Aedes albopictus.
[5]
Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita DBD tertinggi setiap tahunnya.

3
Indonesia pernah menjadi negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara pada
tahun 2009.[6] Seiring dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk, jumlah
penderita dan luas penyebarannya semakin bertambah. DBD merupakan penyakit
menular yang disebabkan oleh virus dari golongan Arbovirus group A dan B yang berasal
dari gigitan vector.[7] DBD merupakan penyakit infeksi yang disebabkan dan ditularkan
melalui nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang ditemukan didaerah tropis dan
subtropis diantaranya di Indonesia hingga bagian utara Australia. [6] Penyakit ini tidak
hanya sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) tetapi juga menimbulkan dampak
buruk sosial dan ekonomi. Kerugian sosial yang terjadi antara lain karena menimbulkan
kepanikan dalam keluarga, kematian anggota keluarga, dan berkurangnya usia harapan
penduduk.[8]

Gambar 2.1 Siklus virus dengue pada manusia dan nyamuk


(Sumber : Maria, G Guzman, dkk, 2016)
Seekor nyamuk aegypti dapat terinfeksi dengan menggigit seseorang yang sedang
dalam fase viremia infeksi. Selama fase ekstrinsik dari siklus, virus dengue pertama kali
menginfeksi sel usus tengah nyamuk dan jaringan lain sebelum menyebar ke kelenjar
ludah. Nyamuk yang terinfeksi kemudian dapat menularkan virus dengue ke beberapa
manusia saat ia makan atau mencoba memberi makan. Setelah terinfeksi, dibutuhkan
rata-rata 4-7 hari untuk timbulnya gejala dan bagi seseorang untuk menjadi mampu
menularkan virus dengue ke nyamuk baru. Baik individu yang bergejala maupun tanpa
[9]
gejala dapat menularkan virus dengue untuk nyamuk. Virus dengue yang masuk ke
dalam tubuh manusia akan menginfeksi endotel. Sistem imun tubuh berperang melawan

4
virus dengue dengan berbagai cara, yaitu aktivasi sistem komplemen, sel NK dan sistem
imun humoral.[10]

Gambar 2.2 Struktur virus dengue


(Sumber: Girish Khera, Scientific Animations, 2016)
Demam dengue merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus
dengue (DENV). Virus dengue dapat ditransmisikan melalui gigitan nyamuk Aedes
aegypti, Aedes albopictus dan Aedes polynesiensis sebagai vektor. DENV tergolong ke
dalam genus Flavivirus, famili Flaviviridae dan terbagi atas empat serotipe yaitu DENV-
1, DENV-2, DENV3 dan DENV-4.[11] Virus dengue tersusun dari tiga gen protein
struktural berupa nukleokapsid atau protein inti (C), membrane associated protein (M),
protein envelop (E) dan tujuh protein non struktural (NS) yaitu protein NS1, NS2A,
NS2B, NS3, NS4A, NS4B, NS5. Dari kedua protein tersebut yang mempunyai sifat
antigenik adalah protein E, protein Pr M dan protein NS1.[12]
Non struktural 1 merupakan glikoprotein yang dihasilkan oleh semua jenis flavivirus
dengan berat molekul 46-50 kD, glikoprotein ini berperan dalam replikasi dan viabilitas
virus, namun aktivitas biologinya belum diketahui secara pasti. NS1 diproduksi dalam
dua bentuk, yaitu membrane assocoated (mNS1) dan secreted form (sNS1). Awalnya NS1
ditranslokasikan ke retikulum endoplasma melalui sekuens sinyal hidrofobik yang dikode
di bagian C terminal E dan segera didimerisasi dalam organel-organel intrasel,
selanjutnya ditransfer ke membran sitoplasma. Kemudian, NS1 akan dilepaskan dalam
bentuk hexameric solubilized (sNS1) yang merupakan gabungan dari tiga sub unit
dimerik yang dihubungkan secara kovalen. NS1 berkaitan dengan organel-organel intrasel
atau ditransfer melalui jalur sekresi ke membran sitoplasma selama proses infeksi. Bentuk
yang larut hanya dapat dilepaskan dari sel mamalia yang terinfeksi virus. NS1 sendiri
bukan merupakan bagian dari struktur virus tetapi diekspresikan pada permukaan sel yang

5
terinfeksi dan memiliki determinan-determinan dan spesifik grup dan tipe. NS1 yang
dihasilkan flavivirus dikenal sebagai imunogen yang penting dan berperan dalam proteksi
terhadap penyakit.[13]
Virus dengue memiliki tiga jenis antigen yang menunjukkan reaksi spesifik terhadap
antibodi yang sesuai yaitu :
1. Antigen yang dijumpai pada semua virus dalam genus Flavivirus dan terdapat di
dalam kapsid.
2. Antigen yang khas untuk virus Dengue saja dan terdapat pada semua tipe, 1 sampai 4,
di dalam selubung.
3. Antigen yang spesifik untuk virus Dengue tipe tertentu saja, terdapat di dalam
selubung.[14]
Kumarasamy pada tahun 2007, meneliti sensitivitas dan spesifisitas antigen NS1 pada
554 donor sehat dan 297 pasien terinfeksi virus dengue, diperoleh hasil sensitivitas
antigen NS1 sebesar 91,0% dan spesifisitasnya 100% dengan perbedaan yang tidak
bermakna antar serotipe DENV.[15]
Hubungan sensitivitas pemeriksaan antigen (Ag) NS1 dengan onset demam telah
banyak diteliti sebelumnya, salah satunya adalah penelitian yang dilakukan 5 oleh Ahmed
dan Shoba (2014) yang memperoleh hasil bahwa sensitivitas pemeriksaan Ag NS1 tidak
begitu tinggi pada hari pertama demam, yaitu sebesar 50%. Sensitivitas tertinggi
diperoleh pada hari kedua demam, yaitu sebesar 100%. selanjutnya, sensitivitas menurun
yaitu sebesar 71,4% pada hari ketiga demam dan 75% pada hari keempat demam.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Megariani dkk (2014) membandingkan hasil
pemeriksaan Ag NS1 pada fase akut dan konvalesen, didapatkan Ag NS1 positif
sebanyak 71,42 % pada fase akut, sedangkan pada fase konvaselen Ag NS1 positif hanya
sebanyak 6,38%. Sensitivitas pemeriksaan Ag NS1 yang tinggi pada fase awal demam
karena protein NS1 bersirkulasi dalam konsentrasi tinggi dalam darah pasien selama awal
fase akut.[16, 17]
Penelitian terbaru menyebutkan bahwa titer Ag NS1 terdeteksi tinggi serum pasien
selama pada fase akut infeksi. Antigen ini dapat dideteksi baik pada infeksi primer
maupun infeksi sekunder, titer antigen pada infeksi primer lebih tinggi dibanding infeksi
sekunder. Ag NS1 dapat dideteksi dalam darah mulai dari hari pertama hingga 9 setelah
onset demam.[18]
Pengembangan teknik pemeriksaan dalam bidang imunoserologi adalah
imunokromatografi, yang berasal dari kata “imunologi” dan “kromatografi”. Imunologi

6
adalah cabang ilmu kesehatan yang mencakup studi tentang semua aspek dari sistem
kekebalan tubuh terutama dalam pemeriksan adalah mengidentifikasi antigen atau
antibodi. Sedangkan kromatografi adalah teknik dalam memisahkan molekul berdasarkan
perbedaan berat pola pergerakan antara fase gerak dan fase diam untuk memisahkan
komponen (berupa molekul) yang berada pada larutan. Molekul yang terlarut dalam fase
gerak, akan melewati membran nitroselulosa/kolom sebagai fase diam. Sehingga
imunokromatografi adalah teknik untuk memisahkan dan mengidentifikasi antigen atau
antibodi yang terlarut dalam sampel.[19]
Metode ini biasanya dipakai untuk mengukur susbtrat yang besar dan memiliki lebih
dari satu epitop. Bila sampel ditambahkan pada bantalan sampel, maka sampel tersebut
secara cepat akan membasahi dan melewati bantalan konjugat serta melarutkan konjugat.
Pada saat tersebut terjadi reaksi antara antigen dengan antibodi konjugat. Selanjutnya
kompleks antigen-antibodi tersebut akan bergerak mengikuti aliran dari sampel sepanjang
strip membran, sampai mencapai daerah tes. Pada daerah ini, kompleks antigen-antibodi
akan terikat dengan antibodi penangkap dan akan membentuk garis berwarna. Kompleks
antigen-antibodi yang berlebih dan tidak terikat pada daerah tes akan terus bergerak
sampai mencapai daerah kontrol. Pada daerah ini kompleks antigen-antibodi atau antibodi
konjugat akan terikat dengan antibodi poliklonal dan membentuk garis berwarna.[1]
Adapun bagian-bagian dari strip uji, sebagai berikut :
a. Sample drop section (bantalan sampel), yaitu sebagai tempat meneteskan sampel dan
pengencer sampel yang biasanya tersusun dari membran fiber glass sehingga sampel
mudah menyerap dan mengalir.
b. Conjugate pad (bantalan konjugat), yaitu tempat diendapkannya antigen HIV yang
terkonjugasi dengan koloid emas sebagai mikropartikel berwarna dan biasanya
daerah ini tersusun dari membran nitroselulosa.
c. Detection line (garis tes/garis deteksi), yaitu tempat ditanamnya antigen HIV yang
akan menangkap konjugat (kompleks antibodi-antigen). Antigen HIV di garis tes ini
tidak dapat mengalir menuju daerah penyerap karena telah dieratkan, sehingga ketika
menangkap kompleks antibodi-antigen akan membentuk ikatan sandwich antigen-
antibodi-antigen yang menetap dan membentuk garis warna di daerah tes.
d. Control line (garis kontrol), yaitu tempat ditanamnya antibodi poliklonal yang dapat
menangkap atau berikatan dengan protein. Apakah protein yang terdapat pada
sampel ataupun epitop pada antigen. Ikatan yang terbentuk tidak akan mengalir

7
menuju bantalan penyerap karena antibodi poliklonal pada daerah ini telah
direkatkan. Sehingga pada daerah kontrol akan selalu terbentuk garis warna.
e. Absorber/wick, yaitu bagian strip yang letaknya di bagian ujung dan berfungsi untuk
menyerap sampel yang mengalir pada strip uji. [1]

Gambar 2.3 Bagian-bagian Strip


(Sumber : K. M. Koczula, A. Gallotta, 2016)
Strip imunokromatografi sangat cocok digunakan untuk mendeteksi target berupa
makromolekul seperti protein dan memiliki beberapa epitope. [19] Reaksi antigen dengan
antibodi merupakan reaksi yang tidak kasat mata, oleh karena itu sangat penting
dilakukan pelabelan menggunakan senyawa pada reaksi tersebut. Senyawa label
merupakan senyawa yang dikonjugasikan pada antigen/antibodi yang berupa enzim,
senyawa berfluoresensi, senyawa luminescence, partikel, radioaktif dan sebagainya.
Konjugasi antara senyawa label dengan antigen/antibodi akan memberikan visualisasi
terjadinya reaksi antigen dengan antibodi. Salah satu yang umum digunakan sebagai
label pada strip imunokromatografi adalah koloid emas.[20]
E. Alat dan Bahan
1. Kit RDT NS1 Dengue merek Onsite produksi CTK Biotech, Poway, California,
Amerika Serikat.
2. Mikropipet 50 µl
3. Yellow tip
4. Pengatur waktu (timer)
5. Sampel (serum)
6. Tempat sampah infeksius
F. Prosedur Kerja
1. Dibuka kantong test dan kit dikeluarkan, diletakkan ditempat bersih dan datar.
2. Diteteskan sampel serum pasien sebanyak 150 µl menggunakan mikropipet kedalam
sumur sampel (well).

8
3. Hasil dinterpretasikan setelah 15 menit.
4. Jangan melakukan pembacaan hasil setelah 30 menit (melewati 30 menit).
Catatan :
Jangan baca hasil setelah lebih dari 30 menit karena dapat memberikan hasil palsu.
Hal itu dikarenakan koloid emas yang dapat mengendap pada daerah uji di strip. Ketika
koloid emas mengendap, maka dapat terbentuk sebagai garis warna sehingga
memberikan hasil palsu. Sampel yang seharusnya menunjukkan hasil negatif, tetapi
karena hasil dibaca lebih 30 menit sehingga tampak garis warna dari endapan koloid
emas.
G. Interpretasi Hasil Praktikum
 Negatif : hanya terbentuk garis pada area garis kontrol
 Positif : terbentuk garis pada area garis tes (T) dan garis kontrol (C)
 Invalid : tidak terbentuk garis pada garis kontrol (C).

Gambar 2.4 Dokumentasi Hasil Pemeriksaan


(Sumber : Data Primer, 2022)
Keterangan : negatif (hanya terbentuk 1 garis pada garis kontrol).
H. Kelebihan dan Kekurangan Metode
1. Kelebihan : angka sensitivitas dan spesifisitasnya tinggi.
2. Kekurangan : tes demam berdarah NS1 hanya direkomendasikan pada pasien yang
baru mengalami gejala demam dengue atau pada hari pertama 7 hingga hari ketujuh
gejala muncul. Setelah hari ketujuh, pemeriksaan ini tidak lagi direkomendasikan.

9
BAB III
KETERBATASAN PRAKTIKUM

A. Ruangan
Pada saat melakukan praktikum, ruangan yang digunakan kurang besar/luas. Sehingga
menyebabkan beberapa kelompok ada yang berkerumun (tidak berjarak).
B. Alat dan Bahan
Dari segi alat bahan, sudah cukup memadai. Namun pada praktikum pemeriksaan
RDT NS1 Dengue tidak terdapat diluen yang seharusnya digunakan untuk pemeriksaan
dengan sampel darah/whole blood sehingga sampel yang digunakan adalah serum.
C. Alat Pelindung Diri
Karena keterbatasan penyediaan Alat Pelindung Diri (APD) dari kampus, beberapa
APD disediakan oleh mahasiswa itu sendiri. Seperti penutup kepala/head cap, pelindung
wajah/face shield, sarung tangan medis/handscoon dan sandal laboratorium. Dikarenakan
sandal laboratorium yang tidak tersedia, sehingga mahasiswa menggantinya dengan
sepatu yang digunakan ke kampus sehari-hari.

10
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Demam dengue (DD) dan demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit menular
yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui nyamuk Aedes aegypti dan
Aedes albopictus. Virus dengue mempunyai dua macam protein yaitu protein struktural
(E, M dan C) dan protein nonstruktural (NS1, NS2A, NS2B, NS3, NS4A, NS4B, NS5).
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, kit uji yang digunakan hanya menunjukkan
satu garis warna ungu kemerahan pada daerah kontrol saja. Hal ini menandakan bahwa
tidak terdapat antigen dengue pada sampel serum yang diuji.
B. Saran
1. Pada pembelajaran praktikum, mungkin ada baiknya jika kita bisa menggunakan alat
dan reagen yang masih baik (belum kadaluwarsa). Namun, pada saat melakukan
pemeriksaan kepada sampel pasien maka harus menggunakan alat dan reagen yang
masih baik untuk digunakan (belum kadaluwarsa).
2. Gunakanlah APD ketika melakukan pemeriksaan.
3. Jangan menggunakan komponen kit yang berasal dari lot yang berbeda-beda
(digunakan untuk lotnya masing-masing).
4. Pada proses pembelajaran, ada baiknya meggunakan KIT yang lengkap sehingga
praktikum bisa dilakukan dengan baik.

11
DAFTAR PUSTAKA

[1] Naully, P G, Khairinisa, G. Panduan Analisis Laboratorium Imunoserologi untuk D3


Teknologi Laboratorium Medis [internet]. Cimahi : Stikes Jenderal Achmad Yani;
2018 [5 Februari 2022]. 12. file:///C:/Users/ASUS/Downloads/Panduan-Analisis-
Laboratorium-Imunoserologi-untuk-D3-Teknologi-Laboratorium-Medis.pdf
[2] Prayoga M.J.Hubungan Hasil Pemeriksaan Antigen Non Struktural 1 (Ns1) Terhadap
Gejala, Tanda Klinis dan Jumlah Trombosit Pada Pasien Suspek Infeksi
Dengue.Lampung: Universitas Lampung 2017
[3] Kemenkes RI. (2017). Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian Demam Berdarah Dengue
Di Indonesia. Jakarta.
[4] Gunarti, G., Jiwintarum, Y., Dramawan, A., & Dewi, L. B. K. GOLD
IMMUNOCHROMATOGRAPHIC ASSAY (GICA) SEBAGAI IMUNOSENSOR
MENDETEKSI ANTIBODI Bacillus Anthracis PENYEBAB PENYAKIT
ZOONOSIS. Jurnal Kesehatan Prima; 2018. 9(1), 1419-1435.
[5] Qinlong, Jing., Ming Wang. Dengue Epidemiology. Global health Journal [Internet];
2019. 3(2): 37–45. Dikutip dari: https://doi.org/10.1016/j.glohj.2019.06.002
[6] Kementerian Kesehatan RI. Situasi Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Infodatin
[internet]. 2018. 1. Dikutip dari: https://pusdatin.kemkes.go.id
[7] Suwanmanee, S. et al. 2018. Monitoring arbovirus in Thailand: Surveillance of dengue,
chikungunya and zika virus, with a focus on coinfections. Acta Tropica. Elsevier;
2018. 188: 244–250.
[8] Djawa, Y. D., Hariyanto, T. and Ardiyani, V. M. Pengaruh Pemberian Penyuluhan
Terhadap Kemampuan Keluarga Dalam Mendeteksi Demam Berdarah Dengue (DBD)
Pada Anak. Nursing News; 2017. 2(2): 595–606.
[9] Maria, G. G., Duane, J.G., Alienys, I., Eric, M., Scott, B. H. Dengue Infection. 2016. Vol
2 : 5. Doi : 10.1038/nrdp.2016.55
[10] Avirutnan P, Fuchs A, Hauhart RE, Somnuke P, Youn S, Diamond MS, et al..
Antagonism of the complement component C4 by flavivirus nonstructural protein
NS1. The Journal of Experimental Medicine. 2010; 207 (4): 793–806.
[11] Guzman MG, Harris E, Dengue. The Lancet. 2015; 385(9966): 453–65.
[12] Wowor MF. Deteksi dini demam berdarah dengue dengan pemeriksaan antigen NS1.
Journal biomedik. 2011; 3(1): 1-9.

12
[13] Alcon S, Talamin A, Debruyne M, Falconar A, Deubel V, & Flamand M. Enzyme-
linked immunosorbent assay specific to dengue virus type 1 nonstructural protein NS1
reveals circulation of the antigen in the blood during acute phase of diseasein patient
experiencing primary or secondary infection. Am J. Trop. Med. Hyg. 2010; 83(3):
690–95.
[14] Agung Dwi M., Agung Wiradewi L., I Wayan Putu SY. Gambaran Pemeriksaan
Serologi IgM-IgG Anti dengue Pasien Terinfeksi Virus Dengue Di Rumah Sakit
Surya Husada Denpasar Bali. E-Jurnal Medika; 2017. 6(1):2.
[15] Kumarasamy V, Chua SK, Hasan Z, Wahab AHA, Chem YK, Mohamad M. Evaluating
the sensitivity of commercial dengue NS1 antigencaptured ELISA for early diagnosis
of acute dengue virus infection. Singapore Med J. 2007; 48(1): 669-73.
[16] Ahmed NH & Shobha B. Comparison of NS1 antigen detection ELISA real time RT-
PCR and virus isolation for rapid diagnosis of dengue infection in acute phase. J.
Vector Borne. Dis. 2014; 51(1): 194-9.
[17] Megariani, Mariko R, Alkamar A, & Putra AE. Uji diagnostik pemeriksaan antigen
nonstruktural 1 untuk deteksi dini infeksi virus dengue pada anak. Sari Pediatrik.
2014; 16(2): 121-7.
[18] Anand AM, Sistla S, Dhodapkar R, Hamide A, Biswal N, Srinivasan B. Evaluation of
NS1 antigen detection for early diagnosis of dengue in a 11 tertiary hospital in
Southern India. Journal of clinical and diagnostic research : JCDR. 2016; 10(4): 1–4.
[19] Wang C, Peng J, Liu DF, Xing KY, Zhang GG, Huang Z, Cheng S, Zhu FF, Duan ML,
Zhang KY, Yuan MF, Lai WH. Lateral flow immunoassay integrated with
competitive and sandwich models for the detection of aflatoxin M1 and Escherichia
coli O157:H7 in milk. Journal of Dairy Science; 2018. 101: 8767–8777.
[20] Damayanti, R., & Indrawati, A. Preparasi Strip Imunokromatografi Koloid Emas untuk
Deteksi Cepat Aeromonas hydrophila. Acta VETERINARIA Indonesiana; 2020. 8(3),
31-39.

13
Lampiran 1 : Biodata Diri

BIODATA DIRI

Nama Lengkap : Arfa’at Nur Wahid


Nama Pangggilan : Fa’at
Tempat, Tanggal Lahir : Baraka, 9 Mei 2002
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Alamat : Jl. Pramuka, Kel. Baraka, Kec. Baraka,
Kab. Enrekang, Sulawesi Selatan
Golongan Darah : AB
Status : Mahasiswa
Nama Instansi : Poltekkes Kemenkes Makassar
Prodi/Jurusan : Sarjana Terapan/Teknologi Laboratorium Medis
Hobi : Jalan-jalan
Alamat E-mail : arfaatnurwahid@gmail.com
Media Sosial :

+62 813 5491 8625

@arfaat_nurwahid

14

Anda mungkin juga menyukai