Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 2

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ENCEPHALITIS

Dosen Pembimbing:
Dwi Adji Norontoko, S.Kep.Ns.,M.Kep.

Disusun Oleh:
1. Chintia Indriyani Safitri (P27820119012) Tingkat 3 Reguler A
2. Dian Alimah Husna (P27820119062) Tingkat 3 Reguler B

PRODI DIII KEPERAWATAN KAMPUS SOETOMO


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
2021/2022
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah pada mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah 2 dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Klien Encephalitis”
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-
besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya
kepada dosen mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah 2 yang telah membimbing
kami dalam menulis makalah ini. Demikian, semoga makalah ini dapat
bermanfaat. Terima kasih.

Surabaya, 02 Oktober 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................ ii
DAFTAR ISI............................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 2
1.3 Tujuan.................................................................................................... 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
A. Laporan Pendahuluan Encephalitis......................................................... 3
2.1 Definisi.......................................................................................... 3
2.2 Etiologi.......................................................................................... 3
2.3 Klasifikasi..................................................................................... 4
2.4 Patofisiologi.................................................................................. 4
2.5 Manifestasi Klinis......................................................................... 4
2.6 Pathway......................................................................................... 5
2.7 faktor Resiko................................................................................. 5
2.8 Pemeriksaan Diagnosis................................................................. 6
2.9 Penatalaksanaan............................................................................ 6
2.9 Komplikasi.................................................................................... 7
B. Teori Asuhan Keperawatan pada Klien Encephalitis........................... 7
1. Pengkajian....................................................................................... 7
2. Diagnosa Keperawatan................................................................... 12
3. Intervensi Keperawatan................................................................... 12
4. Implementasi................................................................................... 14
5. Evaluasi........................................................................................... 14
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.......................................................................................... 15
3.2 Saran ................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 16

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ensefalitis adalah suatu peradangan yang menyerang otak (radang otak)
disebabkan oleh virus, bakteri, jamur dan parasit. Ensefalitis paling sering
disebabkan oleh infeksi virus. Paparan virus dapat terjadi melalui percikan
saluran napas, kontaminasi makanan dan minuman, gigitan nyamuk, kutu, dan
serangga lainnya serta kontak kulit. Ensefalitis adalah penyakit dengan onset
akut, gejala dapat berkembang dengan cepat dan anak-anak yang sebelumnya
sehat menjadi lemah. Selain itu, dokter bahkan mengalami kesulitan untuk
mengetahui penyebab, terapi yang tepat dan prognosis. Penyebab Ensefalitis
terbanyak di Indonesia yaitu virus Japanese Ensefalitis
Virus Japanese Ensefalitis pertama kali dikenal pada tahun 1871 di
Jepang. Diketahui menginfeksi sekitar 6000 orang pada tahun 1924, kemudian
terjadi KLB besar pada tahun 1935 hampir setiap tahun terjadi KLB dari tahun
1946-1950.Virus Japanese Ensefalitis pertama di isolasi pada tahun 1934 dari
jaringan otak penderita Ensefalitis yang meninggal. Penyakit ini endemik di
daerah Asia, mulai dari Jepang, Filipina, Taiwan, Korea, China, Indo-China,
Thailand, Malaysia, sampai ke Indonesia serta India. Diperkirakan ada 35.000
kasus Japanese Ensefalitis di Asia setiap tahun. Angka kematian berkisar 20-
30%.
Di Indonesia, kasus Japanese Ensefalitis pertama kali dilaporkan pada
tahun 1960 dan pertama diisolasi dari nyamuk pada tahun 1972, didaerah
Bekasi. Survai di rumah sakit Sanglah Bali pada tahun 1990-1992 atas 47
kasus Ensefalitis menemukan 19 kasus serologi positif terhadap Japanese
Ensefalitis. Penelitian yang dilakukan oleh Liu et al. 2009 menyebutkan
bahwa identifikasi kasus Ensefalitis dirumah sakit di Bali antara tahun 2001-
2004 menemukan 163 kasus encephalitis dan 94 diantaranya secara serologis
mengarah pada kasus Japanese Ensefalitis.
Di Indonesia, Meningitis/Ensefalitis merupakan penyebab kematian pada
semua umur dengan urutan ke-17 dengan persentase 0,8% setelah malaria.
Meningitis/Ensefalitis merupakan penyakit menular pada semua umur dengan

1
persentase 3,2%. Sedangkan proporsi Meningitis/Ensefalitis merupakan
penyebab kematian bayi pada umur 29 hari-11 bulan dengan urutan ketiga
yaitu dengan persentase 9,3% setelah diare 31,4% dan pneumoni 23,8%.
Proporsi Meningitis/Ensefalitis penyebab kematian pada umur 1-4 tahun yaitu
8,8% dan merupakan urutan ke-4 setelah Necroticans Entero Colitis (NEC)
yaitu 10,7%.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana laporan pendahuluan dari penyakit encephalitis?
2. Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan pada klien yang mengalami
encephalitis?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui laporan pendahuluan dari penyakit encephalitis.
2. Untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan pada klien yang
mengalami encephalitis.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Laporan Pendahuluan Encephalitis


2.1 Definisi
Encephalitis adalah peradangan pada parenkim otak akibat infeksi dari
bakteri atau virus. Encephalitis bakteri biasanya akibat fraktur tulang dari
tengkorak kepala yang masuk kedalam atau alat-alat penetrasi yang
tekontaminasi. Encephalitis virus umumnnya akibat dari dari gigitan serangga
yang terinfeksi atau akibat dari infeksi virus. Pengonytrolan lingkungan dan
imunisasi profiklasis dapat menurunkan angka kejadian
encephalitis (Widagdo, Suharyanto, & Aryani, 2013).
Encephalitis adalah radang jaringan otak, paling sering disebabkan oleh
virus, walaupun dapat juga karena bakteri, jamur, atau protozoa. (Digiulio,
2014). Jadi, Encephalitis merupakan peradangan pada parenkim otak akibat
infeksi dari bakteri atau virus. Umumnnya akibat dari dari gigitan serangga
yang terinfeksi atau akibat dari infeksi virus.
2.2 Etiologi
1. Mikroorganisme yang menyebabkan ensefalitis antara lain :
bakteri, protozoa, cacing, jamur, spirokaeta, dan virus. Macam-macam
encephalitis virus menurut Robin dalam Nurarif,2015 antara lain :
a. Infeksi virus yang bersifat endemic, dibagi menjadi dua yaitu
1) Golongan enterovirus : poliomyelitis, virus coxsakle, virus
OCHO.
2) Golongan virus ARBO : Western equire encephalitis, St.louis
encephalitis, Wastern equire enchepalitis, Japanese B.
encephalitis, Murray valley encephalitis.
b. Infeksi virus yang bersifat sporadic : rabies, herpes simplek,
herpes zoster, limfogranuloma, mumps, limphotic, chorlomeningitis.

3
c. Encephalitis pasca infeksio, pasca morbili, pasca varisela, pasca rubella,
pasca vaksinia, pasca mononucleosis, infeksious dan jenis yang
mengikuti infeksi traktus respiratorius yang tidak spesifik
2.3 Klasifikasi
Klasifikasi menurut (Soedarno dkk, 2008) adalah :
1. Encephalitis fatal yang biasanya didahului oleh viremia dan
perkembangbiakan virus ekstraneural yang hebat.
2. Encephalitis subklinis yang biasanya didahului viremia ringan, infeksi
otak lambat dan kerusakan otak ringan.
3. Encephalitis dengan infeksi asimptomatik yang ditandai dengan hampir
tidak adanya viremia dan terbatasnya replikasi ekstraneural.
4. Enchepalitis dengan infeksi presisten, yang dikenal dengan Japanese B
Enchepalitis
2.4 Patofisiologis
Arbovirus dipindahkan manusia melalui gigitan dari binatang atau
insekta yang terinfeksi. Pembawa spesifik dapat di identifikasi untuk berbagai
macam tipe enceohalitis. Infeltrasi virus terjadi pada daerah perivaskuler dari
otak. Leukosit dan sel-sel leukosit mengalami proferasi yang luas sehingga
penampilannya seperti abses. Virus yang berada pada manusia seperti measles
dan herpes simplek dipindahkan secara sistematik ke susunan saraf pusat.
Beberapa virus diperkirakan memiliki daerah spesifik pada otak, contoh virus
equine berkumpul di cerblum dan batang otak, infeksi st. Louis berkumpul
pada talamus dan otak tengah. Yang lain seperti rabies dan rocky mountain
mempunyai sifat infiltrasi yang difus pada parenkim otak (Widagdo,
Suharyanto, & Aryani, 2013)
2.5 Manifestasi Klinis
1. Demam karena infeksi
2. Mual dan muntah karena naiknya tekanan intracranial
3. Leher kaku karena iritasi meningitis
4. Mengantuk, lesu, atau pingsan karena naiknya tekanan intracranial
5. Perubahan status mental-iritasi, kebingungan, disorientasi, lepribadian
berubah

4
6. Sakit kepala karena naiknya tekanan intracranial
7. Berkurangnya aktivitas karena iritasi jaringan otak

2.6 Pathway

2.7 Faktor Resiko


1. Keabnormalan masa protrombin dan atau masa tromboplastin parsial
2. Penurunan kinerja ventrikel kiri
3. Aterosklerosis aorta
4. Diseksi arteri
5. Fibrilasi atrium
6. Tumor otak
7. Stenosis karotis
8. Miksoma atrium

5
9. Aneurisma serebri
10. Koagulopati (mis anemia sel sabit )
11. Dilatasi kardiomiopati
12. Cedera kepala
13. Hipertensi
14. Neoplasma otak
2.8 Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan cairan serebrospinal, warna dan jenis terdapat
pleocytosis berkisar antara 50-200 sel dengan dominasi sel limfosit.
Protein agak meningkat sedangkan glucose dalam batas normal.
2. Pemeriksaan EEG, memperlihatkan proses inflamasi yang difuse
“bilateral” dengan aktivitas rendah.
3. Photo thorax
4. Darah tepi : leukosit meningkat
5. CT Scan untuk melihat keadaan otak
6. Pemeriksaan virus
2.9 Penatalaksanaan
1. Isolasi, bertujuan mengurangi stimulus/rangsangan dari luar dan
sebagai tindakan pencegahan.
2. Terapi antibiotic sesuai hasil kultur
3. Bila encephalitis disebabkan oleh virus (HSV), agen antiviral
acyclovir secara signifikan dapat menurunkan mortalitas dan
mordibitas HSV encephalitis. Acyclovir diberikan secara IV dengan
dosis 30 mg/kgBB per hari dan dilanjutkan selama 10-14 hari untuk
mencegah kekambuhan.
4. Mempertahankan hidrasi, monitor balance cairan, jenis dan jumlah
cairan yang diberikan tergantung pada kondisi pasien.
5. Mengontrol kejang dengan obat anti konvulsif diberikan segera untuk
menghilangkan kejang. Obat yang diberikan adalah valium dan
atau luminal. Dosis valium 0,3-0,5 mg/kgBB. Bila dalam waktu 15 menit
belum teratasi, diulang dengan dosis yang sama. Jika sudah diberikan 2

6
kali namun masih kejang, berikan valium drip dengan dosis 5 mg/kgBB/24
jam.
6. Mempertahankan ventilasi, bebaskan jalan nafas, dan berikan O2
sesuai kebutuhan.
7. Penatalaksanaan shock septic
8. Untuk mengatasi hiperperiksia, kompres hangat atau diberikan anti
piretik seperti asetosal atau paracetamol.
2.10 Komplikasi
Retardasi mental, iritabel, gngguan motorik, epilepsi, emosi tidak stabil
sulit tidur, halusinasi, enuresis, anak menjadi perusak dan melakukan tindakan
soasial lainnya (Ridha, 2014).
Enciphalitis dapat terjadi akibat komplikasi penyakit pada masa kanak-
kanak seperti campak, gondong atau cacar air. Vaksin yang efektif tersedia
untuk beberapa patogen virus yang menyebabkan encephalitis (seperti virus
rabies dan virus encephalitis jepang), tetapi vaksin tersebut tidak rutin
diberikan, vaksin tersebut direkomendasikan untuk individu beresiko tinggi.
Sebagai contoh, vaksin rabies – panjanan dapat diberikan oleh anak yang
digigit oleh binatang yang diduga gila. Selain itu individu yang melakukan
perjalan endemik encephalitis jepang, seperti india dan cina, serta berencana
tinggal lama atau melakukan aktivitas diluar ruangan ekstrim harus dapat
vaksin yang tepat (Kyle & Carman, 2012).

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan pada Klien Encephalitis


1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, alamat, dan diagnosa
medis. Encefalitis menyerang semua umur, namun infeksi simtomatis
paling sering terjadi pada anak-anak berusia 2 tahun hingga 10 tahun dan
pada kelompok gariatri (usia lebih dari 60 tahun) (Rampengan, 2016).
b. Keluhan utama
Klien dengan encephalitis mengalami demam, gejala menyertai flu,
perubahan tingkat kesadaran, dan aktifitas kejang (Kyle & Carman, 2012.

7
c. Riwayat penyakit sekarang
Faktor riwayat penyakit yang sangat penting diketahui karena untuk
mengetahui jenis kuman penyebab. Disini harus ditanya dengan jelas
tentang gejala yang timbul seperti kapan mulai serangan, sembuh atau
bertambah buruk. Pada pengkajian klien encefalitis biasanya didapatkan
keluhan yang berhubungan dengan akibat dari infeksi dan peningkatan
TIK. Keluhan gejala awal yang sering adalah sakit kepala dan demam.
Sakit kepala disebabkan encefalitis yang berat dan sebagi akibat iritasi
selaput otak. Demam umumnya ada dan tetap tinggi selama perjalanan
penyakit (Muttaqin, 2011).
d. Riwayat penyakit dahulu
Pada kasus encephalitis, pasien biasanya akan mempunyai gejala di
sebabkan virus sebelum penyakit yang sekarang. Virus memasuki sistem
syaraf pusat via aliran darah dan melalui reproduksi. Terjadi radang
diarea, menyebabkab kerusakan pada neuron (Digiulio, 2014).
e. Riwayat penyakit keluarga
Pada pasien encefalitis tidak ada riwayat penyakit keluarga, namun
pengkajian pada anak mungkin didapatkan riwayat menderita penyakit
yang disebabkan oleh virus influenza, varicella, adenovirus,kokssakie,
atau parainfluenza, infeksi bakteri, parasit satu sel, cacing fungus,
riketsia (Muttaqin, 2011).
f. Pola kebiasaan sehari-hari
1) Pola nutrisi dan metabolisme
Pada pasien dengan enchepalitis biasanya ditandai dengan adanya
mual, muntah, kepala pusing, kelelahan, Nafsu makan menurun
(anoreksia) nyeri tenggorokan dan Berat badan menurun.
2) Pola eliminasi
Kebiasaan Defekasi sehari-hari, Biasanya pada klien Ensefalitis
karena klien tidak dapat melakukan mobilisasi maka dapat terjadi
obstivasi. Kebiasaan BAK sehari-hari, Biasanya pada klien
Ensefalitis kebiasaan miksi normal frekuensi normal. Jika kebutuhan

8
cairan terpenuhi. Jika terjadi gangguan kebutuhan cairan maka
produksi urine akan menurun ,konsentrasi urine pekat
3) Pola aktivitas dan latihan
Klien pada penyakit enchepalitis membutuhkan orang lain untuk
melakukan kegiatan bahkan meskipun yang ringan.
4) Pola tidur dan istirahat
Kualitas dan kuantitas akan berkurang oleh karena demam, sakit
kepala dan lain-lain, yang sehubungan dengan penyakit ensefalitis.
5) Personal Hygiene
Dapat ditemukan berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas
perawatan diri dan dapat menimbulkan ketergantungan.
g. Pemeriksaan fisik
1) Kesadaran
Perubahan tingkat kesedaran, aphasia, hemiparesis, ataksia,
nystagmus, paralisis kuler, kelemahan pada wajah (Widagdo,
Suharyanto, & Aryani, 2013)
2) Tanda-tanda Vital
Pemeriksaan dimulai dengan pemeriksaan tanda-tanda vital. Pada
klien encefalitis biasanya di dapatkan peningkatan suhu tubuh lebih
dari normal 39-40 derajad celsius. Penurunan denyut nadi terjadi
berhubungan dengan tanda-tanda peningkatan TIK. Apabila disertai
peningkatan frekuensi pernafasan sering berhubungan dengan
peningkatan laju metabolisme umum dan adanya infeksi sistem
pernafasan sebelum mengalami encefalitis. TD biasanya normal atau
meningkat berhubungan dengan tanda tanda peningkan
TIK (Muttaqin, 2011)
3) Sistem pernafasan
Biasanya terdapat batuk, produksi sputum, sesak nafas, penggunaan
otot bantu nafas, dan peningkatan frekuensi penapasan yang sering
didapatkan pada klien encefalitis yang disertai adanya gangguan
sistem pernafasan. Palpasi biasanya taktil premitus seimbang kanan
dan kiri. Auskultasi bunyi napas tambahan seperti ronkhi pada klien

9
dengan encefalitis berhubungan akumulasi sekret dari penurunan
kesadaran (Muttaqin, 2011)
4) System kardiovaskuler
Pengkajian pada sistem kardiovaskuler didapatkan renjatan (syok)
hipovolemik yang sering terjadi pada klien encefalitis. (Muttaqin,
2011)
5) System persyarafan
Menurut Muttaqin (2011) pemeriksaan syaraf kranial pada klien
dengan encephalitis antara lain:
a) Syaraf I fungsi penciuman biasanya tidak ada kelainan pada
klien encefalitis.
b) Syaraf II tes ketajaman penglihatan pada kondisi normal.
Pemeriksaan papiledema mungkin didapatkan pada
encefalitis superatif disertai abses serebri dan efusi subdural
yang menyebabkan terjadinya peningkatan TI
c) Syaraf III,IV,dan VI Pemeriksaan fungsi reaksi pupil pada
klien encefalitis yang tidak disertai penurunan kesadaran
biasanya tanda kelainan. Pada tahap lanjut encefalitis yang
menggangu kesadaran, tanda-tanda perubahan dari fungsi dan
reaksi pupil akan di dapatkan, dengan alasan yang tidak
diketahui, klien encefalitis mengeluh mengalami fotofobia
atau sensitif berlebihan pada cahaya.
d) Syaraf V pada klien encefalitis di dapatkan paralisis pada otot
sehingga menggangu proses mengunyah
e) Syaraf VII persepsi pengcapan dalam batas normal, wajah
asimetris karena adanya paralisis unilateral
f) Syaraf VIII tidak di temukannya tuli konduktif dan tuli
perseps
g) Syaraf IX dan X kemampuan menelan kurang baik sehingga
menggangu pemenuhan nutrisi via oral

10
h) Syaraf XI tidak ada atrofi otot sternokloidormastoideus dan
trapezius. Adanya usaha dari klien untuk melakukan fleksi
leher dan kaku kuduk.
i) Syaraf ke XII lidah simetris, tidak ada defiasi pada satu sisi
dan tidak ada fasikulasi. Indra pengecap normal
6) Sistem pencernaan
Mual sampai muntah dihubungkan dengan peningkatan produksi
asam lambung. Pemenuhan nutrisi pada klien encefalitis menurun
karena anoreksia dan adanya kejang (Muttaqin, 2011)
7) Sistem muskuloskletal
Penurunan kekuatan otot dan penurunan tingkat kesadaran
menurunkan mobilitas klien secara umum. Dalam pemenuhan
kebutuhan sehari-hari klien lebih banyak dibantu oleh orang
lain (Muttaqin, 2011)
8) Sistem integument
Perlu dilakukan pencegahan terjadinya dekubitus untuk pasien yang
dirawat dalam jangka panjang maupun pada pasien sembuh dengan
defisit neurologis (Rampengan, 2016)
9) Sistem endokrin
Tidak ada gangguan pada sistem endokrin, indra pengencap
normal (Muttaqin, 2011)
10) Sistem reproduksi
Ensefalitis berat yang luas sering terjadi pada neonatus yang lahir
pervaginam dari wanita dengan infeksi genital VHS primer
aktif (Kumar, Abbas, & Aster, 2015)
11) Sistem penginderaan
Fungsi penciuman biasanya tidak ada kelainan pada klien encefalitis.
lidah simetris, tidak ada defiasi pada satu sisi dan tidak ada
fasikulasi. Indra pengecap normal (Muttaqin, 2011)
12) Sistem imun
Encefalitis dapat terjadi akibat komplikasi penyakit pada masa
kanak-kanak seperti campak, gondong atau cacar air. Maka

11
pentingnya memperbarui status imunisasi anak seperti vaksin rabies
pasca-pajanan anak yang digigit oleh binatang yang diduga
gila (Kyle & Carman, 2012)
h. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Nurarif & Kusuma, 2016):
1) Pemeriksaan cairan serebraspinal
Warna dan jernih terdapat pleocytosis berkisar antara 50-200 sel
dengan dominasi sel limfosit. Protein agak meningkat sedangkan
glucose dalam batas normal.
2) Pemeriksaan EEG
Memperlihatkan proses inflamasi yang di fuse “bilateral” dengan
activitas rendah
3) Thorax photo
Adanya infeksi pada sistem pernafasan sebelum mengalami
encefalitis (Muttaqin, 2011, hal. 181)
4) Darah tepi : leukosit meningkat
5) CT scan untuk melihat kedaan otak
6) Pemeriksan virus

2. Diagnosis Keperawatan
a. Hipertermia berhubungan dengan infeksi ditandai dengan suhu tubuh
diatas normal, kejang, takikardi (D.0130)
b. Risiko perfusi serebral tidak efektif ditandai dengan hipertensi (D.0017)
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen ditandai dengan mengeluh lelah, merasa
lemah (D.0056)
d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan
tidak mampu mandi/mengenakan pakaian/makan/ketoilet/berhias secara
mandiri (D.0109)
e. Risiko jatuh ditandai dengan penurunan tingkat kesadaran (D.0143)

3. Intervensi Keperawatan

12
Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
Keperawatan kriteria hasil keperawatan
Hipertermia Setelah Manajemen 1) Untuk
berhubungan dilakukan Hipertermia mengetahui
dengan infeksi asuhan (1.15506) perkembangan
ditandai keperawatan 1) Monitor suhu suhu tubuh
dengan suhu …x24 jam tubuh klien
tubuh diatas diharapkan 2) Monitor 2) Untuk
normal, Termoregulasi haluaran urine mengetahui
kejang, membaik dengan 3) Berikan cairan haluaran urine
takikardi kriteria hasil: oral klien
(D.0130) 1) Suhu tubuh 4) Lakukan 3) Agar
membaik pendinginan kebutuhan
2) Kejang eksternal cairan klien
menurun 5) Kolaborasi terpenuhi
3) Takikardi pemeberian 4) Memicu
menurun cairan dan vasodilatasi
elektrolit pembuluh darah
intravena besar sehingga
suhu perifer
menjadi dingin
5) Mencegah
kekurangan
cairan karena
suhu tubuh yang
tinggi
Risiko perfusi Setelah Manajemen 1) Untuk
serebral tidak dilakukan peningkatan mengetahui
efektif asuhan tekanan tanda/gejala
ditandai keperawatan intrakranial yang dialami
dengan …x24 jam (1.06194) klien
embolisme diharapkan 1) Monitor 2) Untuk
(D.0017) Perfusi serebral tanda/gejala mengetahui

13
meningkat peningkatan TIK status
dengan kriteria 2) Monitor status pernafasan
hasil: pernafasan klien
1) Tingkat 3) Cegah 3) Agar tidak
kesadaran terjadinya kejang memperparah
meningkat 4) Pertahankan keadaan klien
2) Sakit kepala suhu tubuh 4) Untuk
menurun normal mencegah
3) Gelisah terjadinya
menurun kejang
4) Demam
menurun
5)

4. Implementasi
Implementasi yaitu pelaksanaan dari rencana asuhan keperawatan
yang telah disusun selama fase perencanaan. Pada saat penerapan asuhan
keperawatan, perawat terus menilai, mengkaji pasien dan responnya terhadap
asuhan keperawatan. Hal ini dikarenakan perubahan kondisi, masalah dan
respon pasien. Sehingga perlu penataan ulan prioritas. Maka keberhasilan
pelaksanaan asuhan keperawatan berdasarkan keterampilan kognitif,
interpersonal, dan teknik. (Ballsy C.A. Pangkey., dkk. 2021)
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan, di mana
pada dokumentasi ini akan membandingkan secara sistematis dan terencana
tentang Kesehatan pada pasien. Adapun tujuan dilakukannya evaluasi
keperawatan yaitu untuk menentukan kemajuan atau kurangnya kemajuan
pasien ke arah pencapaian kriteria hasil, untuk menentukan efektivitas asuhan
keperatan dalam membantu pasien dalam mencapai kriteria hasil, dan untuk
menentukan kualitas keseluruhan asuhan yang diberikan (Ballsy C.A.
Pangkey., dkk. 2021)

14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Encephalitis adalah peradangan pada parenkim otak akibat infeksi dari
bakteri atau virus. Encephalitis bakteri biasanya akibat fraktur tulang dari
tengkorak kepala yang masuk kedalam atau alat-alat penetrasi yang
tekontaminasi. Encephalitis virus umumnnya akibat dari dari gigitan serangga
yang terinfeksi atau akibat dari infeksi virus. Pengonytrolan lingkungan dan
imunisasi profiklasis dapat menurunkan angka kejadian
encephalitis (Widagdo, Suharyanto, & Aryani, 2013).
Mikroorganisme yang menyebabkan ensefalitis antara lain :
bakteri, protozoa, cacing, jamur, spirokaeta, dan virus. Tanda dan gejala
dari penyakit ini antara lain: demam karena infeksi, mual dan muntah karena
naiknya tekanan intracranial, leher kaku karena iritasi meningitis, mengantuk,
lesu, atau pingsan karena naiknya tekanan intracranial, perubahan status
mental-iritasi, kebingungan, disorientasi, lepribadian berubah, sakit kepala
karena naiknya tekanan intracranial, berkurangnya aktivitas karena iritasi
jaringan otak.
Komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit encephalitis adalah retardasi
mental, iritabel, gngguan motorik, epilepsi, emosi tidak stabil sulit tidur,
halusinasi, enuresis, anak menjadi perusak dan melakukan tindakan soasial
lainnya (Ridha, 2014). Pemeriksaan penunjang antara lain pemeriksaan

15
cairan serebrospinal, pemeriksaan EEG, photothorax, darah tepi, CT Scan
untuk melihat keadaan otak, pemeriksaan virus.

3.2 Saran
Sehat merupakan sebuah keadaan yang sangat berharga, sebab
dengan fisik yang sehat seseorang mampu menjalankan aktifitas sehari
hari tanpa mengalami hambatan. Maka menjaga kesehatan seluruh organ
yang berada dalam tubuh sangatlah penting karena berpengaruh terhadap
kelangsungan hidup dan aktifitas seseorang.

DAFTAR PUSTAKA

Digiulio, M. (2014). Keperawatan medical bedah. jogjakarta: Rapha Plubishing.

Kumar, V., Abbas, A., & Aster, J. (2015). Buku ajar Patologi Robbins. Singapore:
Elsevier.

Kyle, T., & Carman, S. (2012). Keperawatan Pediatri. Jakarta: EGC.

Muttaqin, A. (2011). Asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem


persyarafan. Jakarta: Salemba Medika.

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2016). Asuhan keperawatan praktis. Jogjakarta:


Mediaction.Ridha, N. (2014). Buku ajar keperawatan anak. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar

Rampengan, N. (2016). Jurnal Biomedik (JBM). Manado: Fakultas Kedokteran


Universitas Sam Ratulangi.

Ridha, N. (2014). Buku ajar keperawatan anak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Widagdo, W., Suharyanto, T., & Aryani, r. (2013). Asuhan Keperawatan


Persyarafan. Jakarta: TIM.

16
17

Anda mungkin juga menyukai