Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH

HERPES SIMPLEX, HERPES ZOSTER,


TINEA VERSICOLOR

SISTEM INTEGUMEN
Dosen Pembimbing: Nafolion Nur Rahmat, S.Kep., Ns

Di Susun Oleh
Kelompok 2:
1. Elok Susilowati 5. Rista Septia Wati Ningsih
2. Firmansyah Wahid A. 6. Mu’alfah Wulandari
3. Kamelia Firdausi 7. Siti Hofi Datur Rofiah
4. Lailatul Sya’diah 8. Syaiful Islam
PRODI S-1 KEPERAWATAN

STIKES HASHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG

PAJARAKAN – PROBOLINGGO

TAHUN AJARAN 2015


i
HALAMAN PENGESAHAN

MAKALAH

HERPES SIMPLEX, HERPES ZOSTER, TINEA VERSICOLOR

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Ajar


Sistem Integumen

Mengetahui,

Dosen Mata Ajar

Nafolion Nur Rahmat, S.Kep.Ns

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas segala
limpah rahmat dan hidayahnya. Sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini,
dan sholawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada proklamator sedunia,
pejuang tangguh yang tak gentar menghadapi segala rintangan demi umat manusia, yakni
Nabi Muhammad SAW.

Adapun maksud penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas di STIKES Hafshawaty,
kami susun dalam bentuk kajian ilmiah dengan judul “HERPES SIMPLEX, HERPES
ZOSTER, TINEA VERSICOLOR PADA SISTEM INTEGUMEN” dan dengan selesainya
penyusunan makalah ini, kami juga tidak lupa menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. KH. Moh. Hasan Mutawakkil Alallah, SH.MM sebagai pengasuh pondok pesantren
Zainul Hasan Genggong
2. Ns. Iin Aini Isnawaty, S.Kep.,M.Kes. sebagai ketua STIKES Hafshawaty Zainul
Hasan Genggong
3. Achmad Kusyairi, S.Kep.,Ns., M.Kep. sebagai Ketua Prodi S1 Keperawatan
4. Nafolion Nur Rahmat, S.Kep.,Ns Sebagai dosen mata ajar Sistem Integumen

Pada akhirnya atas penulisan materi ini kami menyadari bahwa sepenuhnya belum
sempurna.Oleh karena itu, kami dengan rendah hati mengharap kritik dan saran dari pihak
dosen dan para audien untuk perbaikan dan penyempurnaan pada materi makalah ini.

Probolinggo, September 2015

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

Halaman Sampul ............................................................................................ i


Lembar Pengesahan ....................................................................................... ii
Kata Pengantar ............................................................................................... iii
Daftar Isi......................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang.................................................................................................. 1
Rumusan Masalah ............................................................................................ 3
Tujuan ............................................................................................................... 3
Manfaat ............................................................................................................. 3

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

HERPES SIMPLEX

2.1 Definisi .................................................................................................................. 4


2.1 Etiologi ....................................................................................................... 4
2.3 Manifestasi Klinis ...................................................................................... 5
2.4 Masalah Yang Lazim muncul .................................................................... 5
2.5 Discharge Planning .................................................................................... 6
2.6 Patofisiologi ............................................................................................... 6
2.7 Pathway ..................................................................................................... 7
2.8 Pengobatan ................................................................................................ 8
2.9 Gambar ...................................................................................................... 9

HERPES ZOSTER
2.10 Definisi .................................................................................................... 9
2.11 Etiologi .................................................................................................... 9
2.12 Patofisiologi ............................................................................................. 10
2.13 Pathway ................................................................................................... 11
2.14 Gambaran klinis........................................................................................ 11

iv
2.15 Pengobatan .............................................................................................. 14
2.16 Gambar ..................................................................................................... 14

TINEA VERSIKOLOR/PITIRIASIS VERSIKOLOR


2.17 Definisi .................................................................................................... 15
2.18 Etiologi ..................................................................................................... 15
2.19 Patofisiologi ............................................................................................. 15
2.20 Gambaran Klinis ....................................................................................... 16
2.21 Pengobatan ............................................................................................... 16
2.22 Gambar ..................................................................................................... 17

BAB III
Asuhan Keperawatan ..................................................................................... 14

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan ................................................................................................. 30

4.2 Saran ........................................................................................................... 30

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 31

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

HSV adalah penyakit yang sangat umum. Di AS, kurang lebih 20% orang di
atas usia 12 tahun terinfeksi HSV, dan diperkirakan ada satu juta infeksi baru setiap
tahun. Prevalensi dan kejadian di Indonesia belum diketahui.Angka prevalensi infeksi
HSV sudah meningkat secara bermakna selama dasawarsa terakhir.Sekitar 80% orang
dengan HIV juga terinfeksi herpes kelamin.

Herpes simpleks berkenaan dengan sekelompok virus yang menulari


manusia.Serupa dengan herpes zoster, herpes simpleks menyebabkan luka-luka yang
sangat sakit pada kulit.Gejala pertama biasanya gatal-gatal dan kesemutan/perasaan
geli, diikuti dengan benjolan yang membuka dan menjadi sangat sakit.Infeksi ini dapat
menjadi dorman (tidak aktif) selama beberapa waktu, kemudian tiba-tiba menjadi aktif
kembali tanpa alasan jelas.

Herpes sebenarnya hanyalah suatu penyakit bersifat gangguan temporer


(sementara) dan umumnya dapat dicegah oleh setiap orang.Sebagai salah satu penyakit
kelamin penularan herpes melalui oral dan kelamin.virus herpes terdiri dari 2 jenis
yakni herpes simpleks tipe 1 dan herpes simplek tipe 2. Herpes simplek tipe 1,
umumnya menginfeksi didalam dan disekitar mulut, sedangkan herpes simplek tipe 2,
biasanya pada genital (alat kelamin), hingga disebut pula herpes genitalis.

Herpes zoster telah dikenal sejak zaman Yunani kuno. Herpes zoster
disebabkan oleh virus yang sama dengan varisela, yaitu virus varisela zoster.1,2
Herpes zoster ditandai dengan adanya nyeri hebat unilateral serta timbulnya lesi
vesikuler yang terbatas pada dermatom yang dipersarafi serabut saraf spinal maupun
ganglion serabut saraf sensorik dan nervus kranialis.3,4
Selama terjadi varisela, virus varisela zoster berpindah tempat dari lesi kulit dan
permukaan mukosa ke ujung saraf sensorik dan ditransportasikan secara sentripetal
melalui serabut saraf sensoris ke ganglion sensoris. Pada ganglion terjadi infeksi laten,

1
virus tersebut tidak lagi menular dan tidak bermultiplikasi, tetapi tetap mempunyai
kemampuan untuk berubah menjadi infeksius.

Herpes zoster pada umumnya terjadi pada dermatom sesuai dengan lokasi
ruam varisela yang terpadat. Aktivasi virus varisela zoster laten diduga karena keadaan
tertentu yang berhubungan dengan imunosupresi, dan imunitas selular merupakan
faktor penting untuk pertahanan pejamu terhadap infeksi endogen. Pengobatan herpes
zoster mempunyai 3 tujuan utama yaitu: mengatasi inveksi virus akut, mengatasi nyeri
akut ynag ditimbulkan oleh virus herpes zoster dan mencegah timbulnya neuralgia
paska herpetik.

Mikosis adalah penyakit yang disebabkan oleh jamur. Penyakit jamur atau
mikosis yang mempunyai insidensicukup tinggiialah mikosis superfisialis. Penyakit
yang termasuk mikosis superfisialis adalah dermatofitosis dan nondermatofitosis, yang
terdiri atasberbagai penyakit diantaranya Pityriasis versicolor (PV), yang lebih
dikenal sebagai penyakit panu (Budimulja, 2002). Penyakit ini dikenal untuk pertama
kali sebagai penyakit jamur pada tahun 1846 oleh Eichsted. Robin pada tahun 1853
memberi jamur penyebab penyakit ini dengan nama Microsporum furfur dan
kemudian pada tahun 1889 oleh Baillon iberi nama Malassezia furfur. (Partogi, 2008).

Sebagian besar kasus Pityriasis versicolor terjadi karena keadaan yang


mempengaruhi keseimbangan antara hospes dengan jamur tersebut diduga adanya
faktor lingkungan diantaranya kelembaban kulit. Pityrosporum orbiculare.Infeksi ini
bersifat menahun, ringan dan biasanya tanpa peradangan (Madani A, 2000).Penyakit
ini sering dilihat pada remaja, walaupun anakanak dan orang dewasa tua tidak luput
dari infeksi.Menurut BURKE (1961) ada beberapa faktor yang mempengaruhi infeksi,
yaitu faktor herediter, penderita yang sakit kronik atau yang mendapat pengobatan
steroid dan malnutrisi. (Budimulja, 2002)

Pityriasis versicolor dapat menyerang masyarakat kita tanpa memandang


golongan umur tertentu. Dari segi usia yakni usia 1640 tahun. Kemungkinan karena
segmen usia tersebut lebih banyak mengalami faktor predisposisi atau pencetus
misalnya pekerjaan basah, trauma, banyak keringat, selain pajanan terhadap jamur
lebih lama. Tidak ada perbedaan antara pria dan wanita.

1.2 Rumusan Masalah


2
1.2.1 Bagaimana konsep medis pada herpes simplex, herpes zoster dan pityriasis
versikolor?
1.2.2 Bagaimana asuhan keperawatan pada herpes simplex, herpes zoster dan pityriasis
versikolor?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui tentang konsep medis dan asuhan keperawatan pada herpes
simplex, herpes zoster dan pityriasis versikolor

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Agar pembaca lebih memahamikonsep medis pada herpes simplex, herpes zoster
dan pityriasis versikolor
2. Agar pembaca lebih memahami tentang asuhan keperawatan pada herpes
simplex, herpes zoster dan pityriasis versikolor
1.4 Manfaat
1.1.1 Bagi Institusi Pendidikan
a. Terciptanya mahasiswa yang paham tentangkonsep medis dan asuhan
keperawatan pada herpes simplex, herpes zoster dan pityriasis versikolor
1.1.2 Bagi Mahasiswa
a. Untuk menambah wawasan pembaca tentang konsep medis dan asuhan
keperawatan pada herpes simplex, herpes zoster dan pityriasis versikolor
b. Untuk lebih mendalamin tentang konsep medis dan asuhan keperawatan
pada herpes simplex, herpes zoster dan pityriasis versikolor

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

HERPES SIMPLEX

2.1 Definisi
Herpes simplex adalah infeksi akut oleh virus herpes simplex (virus herpes hominis)
tipe I atau tipe II yang ditandai dengan adanya vesikel berkelompok diatas kulit yang
eritematosa di daerah kukokutan.Virus herpes simplex tipe I yang masuk melalui oral dan
virus herpes simplex tipe II yang masuk melalui genital.
Virus herpes pada manusia meliputi:
1. Virus herpes Hominis (herpes simplex)
2. Virus sitomegalo (cytomegalovirus) menyebabkan hepatitis, pneumonia dan infeksi
kongenital yang serius.
3. Virus varicella zoster menyebabkan chicken pox (varicella dan herpes zoster)
4. Epsten-barr dikenal menyebabakan mononucleosis infeksiosa, tetapi virus ini uga
terkibat pada kanker tetentu pada manusia.
Virus ini selain menyebabkan infeksi yang aktif, dapat juga menetap hidup dalam sel
pejamu, menghasilkan infeksi laten yang pada suatu saat dapat mengalami reaktifitas.
(sumarmo, 2002).

2.2 Etiologi
VHS ( virus herpes simpleks) tipe I dan II merupakan virus DNA. Pembagian tipe I dan
tipe II berdasarkan karakteristik pertumbuhan pada media kultur, antigenic marker, dan
lokasi klinis ( tempat prodileksi) ( djuanda adhi, 2010).
Transmisi virus herpes pada manusia
Virus Transmisi Portal of entry Target sel awal
HCV I Kontak langsung Mukosa, kulit Epitel
HCV II Kontak langsung Mukosa, kulit Epitel
VCV Inhalasi kontak Sal nafas, mukosa Epitel
langsung
CMV Saliva, darah? Urin? Aliran darah, Neotrofil, monosit
mukosa

4
EBV Semen Mukosa, aliran Limfosit B, kelenjar
darah ludah

Keterangan : HCV I : herpes simplex virus I


: HCV II : herpes simplex virus II
: VCV : varicella zoster virus
: CMV : cyto megalo virus
: EBV : epsteir - barr virus

2.3 Manivestasi Klinis


1. Infeksi primer
a. Tipe I : di daerah pinggang ke atas, terutama daerah mulut dan hidung
b. Tipe II : di daerah pinggang ke bawah, terutama di daerah genital.
c. Infeksi primer berlagsung tiga minggu
d. Menular melalui kontak kulit
e. Demam, malaise, anoreksia
f. Pembengkakan kelenjar getah bening regional
2. Fase laten
Fase ini tidak ditemukan gejala klinis, tetapi VHS dapat ditemukan dalam keadaan
tidak aktif pada ganglion dorsalis.
3. Infeksi rekurens
a. Trauma fisik (demam, infeksi, kurang tidur, berhubungan seksual)
b. Trauma psikis (gangguan emosional, menstruasi)
c. Berlangsung 7 sampai 10 hari
d. Rasa panas, gatal dan nyeri
e. Dapat timbul pada tempat yang sama (Djuanda Adhi, 2010)

2.4 Masalah Yang Lazim Muncul


1. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi jaringan
2. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan, sekunder akibat
penyakit herpes simplex
3. Resiko infeksi berhubungan dengan pemajanan melalui kontak (kontak langsung,
tidak langsung, kontak droplet)

5
4. Ansietas
5. Hipertermi
6. Resiko mata kering
7. Kerusakan integritas kulit

2.5 Discharge Planning


1. Jalani pola hidup yang bersih dan higienis
2. Jaga agar lesi tetap lembab. Tidak kering
3. Berikan kompres es atau hangat pada lepuhan-lepuhan yang timbul untuk mengurangi
rasa nyeri
4. Hindari penularan melalui ciuman, penggunaan handuk atau pisau cukur bersama
5. Hindari memencet atau memecahkan lepuhan karena dapat menyebabkan infeksi
sekunder
6. Jangan menggosok atau menyentuh mata sehabis menyentuh lepuhan karena dapat
menyebabkan penyebaran virus ke kornea yang mengakibatkan kebutaan
7. Cucilah tangan setipa kali sesudah menyentuh herpes
2.6 Patofisologi
Infeksi primer dimulai 2 sampai 20 hari setelah melakukan kontak.Infeksi genetalia
HSV tipe I dan II secara klinis identik.Individu dengan riwayat lesi oral dan antibodi HSV
tipe I cenderung untuk menderita inveksi HSV tipe II yang tidak begitu berat. Infeksi
primer dapat menimbulkan lesi atau gejal yang ringan atau tidak sama sekali. Akan tetapi,
pada wanita, infeksi herpes genetalis primer secara khas ditunjukkan oleh adanya vesikel
multiple pada labia mayora dan minora, menyebar pada perinium dan paha, yang
kemudian berlanjut menjadi tukak yang sangat nyeri.
HSV mempunyai kemampuan untuk reaktivitas melalui beberapa rangsangan(
misalnya: demam, trauma, stres emosional, sinar matahari dan menstruasi). HSV-I dapat
aktif kembali dan lebih sering pada bagian bagian oral daripada genitelia.Sementara itu,
HSV -2 dapat aktif kembali 8-10 kali lebih sering di daerah genitel daripada di daerah
orolabial.Reaktivasi lebih umum dan parah terjadi pada individu dengan kondisi
penurunan fungsi imun.

6
2.7 Pathway

Herpes simpleks virus (HSV) Kontak langsung kedalam


membran mukosa

HSV-1
HERPES(kontak dengan air liur)
ZOSTER
HSV-2 (penularan secara
seksual)

Infeksi primer (2-20


hari)

Lesi berbentuk Rasa gatal dan terbakar


macula/papula

pustula Kerusakan integritas


jaringan

Pecah menjadi ulkus

genital Respon sistemik tubuh


Mata terinfeksi
(konjungtivis)

Opatitis kecil pada kornea


Pria: glands penis, Wanita (vulva,
membentuk gambaran dendrit
batang penis dll klitoris, serviks
dan anus)
ulserasi

Wanita hamil Struktur kulit berubah ulkus


mole Jaringan parut dan kebutaan
Jalan lahir bayi yang nyata
Gangguan citra
tubuh demam Resiko mata
Resiko infeksi kering
hipertermi

nyeri Gangguan pada pola seks ansietas

7
2.8 Pengobatan
Cara menyembuhkan herpes simplex paling murah adalah dengan obat Acyclovir
generik.Pengobatan dapat dilakukan bersama antara Acyclofir cream/oles dan tablet/pil.
Krim digunakan 5 kali sehari dengan selang waktu 4 jam sampai luka kering. Sedangkan
tablet 200 mg diminum setiap 4 jam (5 kali sehari) yang dimulai saat bangun tidur di pagi
hari sampai dengan 10 hari. Jika sakit berlanjut, berarti di indikasi ada gejala / infeksi lain
yang menyertainya.
Di apotek tersedia pula obat herpes simplex non (bukan) generic, seperti merek
Clinovir, Viru-Merz, dan Zovirax. Fungsi dan komposisi-nya sama namun harga lebih
mahal beberapa kali lipat, mungkin bahan yang digunakan lebih cepat diserap oleh tubuh.
Dosis dan aturan pakai kurang lebih sama dengan merk Acyclovir generik. Cara
menggunakan obat paten ini sebaiknya konsultasi-kan terlebih dahulu kepada apoteker,
namun lebih baik dengan resep dokter dengan alasan agar mendapat dosis yang tepat,
mencegah terjadi iritasi pada kulit yang hiper-sensitif, menghindari efek samping terutama
bagi yang mengalami gangguan ginjal dan lambung, dan yang paling penting agar
biaya/uang Anda tidak terbuang percuma
Untuk penyakit herpes simplex yang kambuh lagi / kambuhan (rekurens), upaya
pencegahan dapat dilakukan dengan terapi obat dengan kandungan acyclovir, dapat
berupa tablet 200 mg 4 kali sehari atau 400 mg 2 kali per hari.Dosis dapat diturunkan
menjadi 200 mg 2 atau 3 kali sehari dan interupsi setiap 6-12 bulan.Agar lebih yakin,
sebaiknya mengikuti saran dan hasil evaluasi dokter saja. Karena keluhan pasien terhadap
penyakit ini bisa berbeda sehingga cara dokter mengobati mungkin saja dapat tidak sama
untuk mendapatkan dosis yang tepat.
Sementara, penyakit herpes simplex parah (akut) biasanya perlu tindakan sampai
dengan pengobatan secara intravena (infus) disertai dengan perawatan medis secara
intensif.Oleh karena itu, perlu konsultasi lebih dalam ke dokter spesialis.Selama
perawatan/terapi, usahakan sering makan buah atau makanan yang dapat meningkatkan
daya tahan tubuh dan mengandung zat antivirus, vitamin B complex, vit C, serta selenium.
Contohnya adalah jeruk/lemon, jamur, bawang putih, tiram, semangka, bayam, ubi jalar,
brokoli, strawberry, yogurt, jahe, madu, daging sapi, kentang, sup ayam, serta
minum minuman teh hijau secara rutin setiap hari.
Pencegahan dan penyembuhan dengan cara tradisional ataupun obat herbal juga dapat
diterapkan. Di toko-toko herbal ada yang menawarkan obat herbal alami dan/ perawatan
tradisional ampuh, aman, manjur, tanpa efek samping.Namun harus dilihat terlebih dahulu
8
komposisi, kandungan, dan bahan yang dipakai.Dipasaran tersedia contoh-nya ekstrak
kulit manggis dan daun sirsak, Jelly Gamat, Propolis Melia Nature, dan De Nature.
2.9 Gambar Herpez Simplex

HERPES ZOSTER
2.10 Definisi
Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan infeksi virus varicella-zoster yang
menyerang kulit dan mukosa.Infeksi ini merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah
infeksi primer. Kadang-kadang infeksi primer berlangsung sub klinis. Frekuensi pada pria
dan wanita sama, lebih sering mengenai usia dewasa (Arif Mansjoer, dkk, 2000)
Herpes Zoster adalah radang kulit akut dan setempat, terutama terjadi pada orang tua
yang khas ditandai adanya nyeri radikuler unilateral serta timbulnya lesi vesikuler yang
terbatas pada dermatom yang dipersarafi serabut saraf spinal maupun ganglion serabut
saraf sensorik dari nervus kranialis. Infeksi ini merupakan reaktivasi virus varicella-zoster
dari infeksi endogen yang telah menetap dalam bentuk laten setelah infeksi primer oleh
virus (Marwali Harahap, 2000)
2.11 Etiologi
Herpes zoster disebabkan oleh Varicella-Zoster Virus (VZV). VZV mempunyai
kapsid yang tersusun dari 162 subunit protein dan berbentuk simetri ikosehedral dengan
diameter 100 nm Virion lengkapnya berdiameter 150-200 nm dan hanya Virion yang
berselubung yang bersifat infeksius.

9
Infeksiositas virus ini dengan cepat dapat dihancurka oleh bahan organic, deterjen,
enzim proteolitik, panas, dan lingkunagn Ph yang tinggi.
2.12 Patofisiologi
Sesudah seseorang menderita cacar air, virus varisela-zoester yang diyakini sebagai
penyebab terjadinya penyakit ini hidup secara inaktif (dormant) di dalam sel-sel saraf di
dekat otak dan medula spinalis. Kemudian hari ketika virus yang laten ini mengalami
reaktivasi, virus tersebut berjalan lewat saraf perifer ke kulit. Virus varisela yang dorman
diaktifkan dan timbul cesikel-vesikel meradang unilateral di sepanjang satu
dermatom.Kulit disekitarnya mengalami oedema dan perdarahan.Keadaan ini biasanya di
dahului atau di sertai nyeri hebat dan/rasa terbakar.
Meskipun setiap saraf dapat terkena, tetapi saraf tarokal, lumbal, atau kranialpaling
sering terserang.Herpes zoester dapat berlangsung selama kurang lebih tiga minggu.
Adanya keterlibatan saraf perifer secara lokal memberikan respon nyeri, kerusakan
integritas jaringan terjadi akibat adanya vesikula.Respons sistemikmemberikan
manivestasi peningkatan suhu tubuh, perasaan tidak enak badan, dan gangguan
gastrointestinal.Respons psikologis pada kondisi adanya lesi pada kulit memberikan
respons kecemasan dan gangguan gambaran diri.

10
2.13 Pathway
3
Predisposisi pada klien pernah menderita
cacar air, sistem imun yang lemah dan Reaktivasi virus varisela zoester
yang menderita kelainan malignitas

Vesikular yang tersebar

Respon inflamasi lokal Respon inflamasi sitemik Respon spikologis

Gangguan gastrointestinal, Kondisi kerusakan jaringan


mual, anoraksia kulit
Kerusakan Kerusakan
saraf perifer integritas
jaringan
Ketidakseimbangan nutrisi Gangguan gambaran diri
kurang dari kebutuhan
tubuh
Nyeri

Gangguan istirahat dan


tidur

2.14Gambaran Klinik

Gejala prodromal herpes zoster biasanya berupa rasa sakit dan parestesi pada
dermatom yang terkena.Gejal ini terjadi beberapa hari keluarnya erupsi. Gejala konstitusi,
seperti sakit kepala, malaise, dan demam, terjadi pada 5% penderita (terutama pada anak-
anak) dan timbul 1 sampai 2 hari sebelum terjadi erupsi.
Gambaran yang paling khas pada herpes zoster adalah erupsi yang lokalisata dan
hampir selalu unilateral.Jarang erupsi tersebut melewati garis tengah tubuh.Umumnya
lesi terbatas pada daerah kulit yang dipersarafi oleh salah satu ganglion saraf sensorik.
Erupsi mulai dengan makulo papula eritematus.12 hingga 24 jam kemudian terbentuk
vesikula yang dapat berupa menjadi pustule pada hari ke-3.Seminggun sampai 10 hari
11
kemudian, lesi mengering menjadi krusta.Krusta ini dapat menetap selama 2 sampai 3
minggu.
Keluhan yanhg berat biasanya terjadi pada penderita usia tua. Pada anak-anak (jarang),
hanya timbul keluhan ringan dan erupsinya cepat menyembuh. Rasa sakit segmental pada
penderita lanjut usia dapat menetap, walaupun krustanya sudah menghilang.
Menurut daerah penyerangannya dikenal:
1. Herpes zoster oftalmika : menyerang dahi dan sekitar mata

2. Herpes zoster servikalis : menyerang pundak dan lengan

3. Herpes zoster torakalis : menyerang dada dan perut

4. Herpes zoster lumbalis : menyerang bokong dan paha

12
5. Herpes zoster sakralis : menyerang sekitar anus dan genetalia

6. Herpes zoster optikum : menyerang telinga

Gangguan pada nervus fasialis dan optikus dapat menimbulkan sindrom ramsai-hunt
dengan gejala paralisis otot-otot muka (bell’s palsy), tinitus, vertigo, gangguan
pendengaran, mistagmus, dan namusia. Bentuk-bentuk lain herpes zoster:

1. Herpes zoster hemoragika : vesikula-vesikulanya tampak berwarna merah


kehitaman karena berisi darah
2. Herpes zoster abortivum : penyakit berlangsung ringan dalam waktu yang singkat
dan erupsinya hanya berupa eritema dan papula kecil
3. Herpes zoster geeralisator : kelainan kulit yang unilateral dan segmental disertai
kelainan kulit yang menyebar secara generalisata berupa vesikula dengan
umbilikasi. Kasus ini terutama terjadi pada orang tua atau pada orang yang kondisi
fisiknya sangat lemah misalnya pada penderita limfoma maligna. Daerah yang
paling sering terkena infeksidalah daerah torakal, kemudian daerah mata,
walaupun daerah-daerah lain tidak jarang

13
2.15Pengobatan

a. Terapi sistemik hanya bersifat simtomatik, misalnya pemberian analgetika untuk


mengurangi neuralgia. Dapat pula ditambahkan neuroterapik: vitamin B1, B6, B12.
Antibiotika diberikan bila ada infeksi sekunder.
b. Local: diberi bedak. Lesion kelamin dapat diberikan untuk mengurangi rasa tidak enak
dan mengeringkan lesi vesikuler.
c. IDU 5-40% dalam 100% DMSO (Dimetilsulfoksis) dipakai secara topical.
d. Pemberian secara oral predmison 30 mg per hari atau triamsinolon 48 mg sehari akan
memperpendek masa neoralgis pascaherpatika, terutama pada orang tua dan
seyogyanya sudah diberikan sejak awal timbulnya erupsi.
e. Pengobatan dengan imunomodulator, seperti isoprenasin dan anti virus seperti
interveron dapat pula dipertimbangkan.
f. Asiclovir (zofirax) 5x200 mg sehari selama 5 hari kemungkinan dapat memperpendek
dan memperingan penyakit ini.

2.16 Gambar Herpes Zoster

14
PITIRIASIS VERSIKOLOR (TINEA VERSIKOLOR)

2.17Definisi
Pitiriasis versikolor adalah infeksi jamur superficial pada lapisan tanduk kulit yang
disebabkan oleh malassezia furfur atau Pityrosporum orbiculare.Infeksi ini bersifat
menahun, ringan dan biasanya tanpa peradangan.Pityriasis versikolor mengenai muka,
leher, badan, lengan atas, ketiak, paha, dan lipat paha (Marwali Harahap, 2000).
2.18Etiologi
Penyebab penyakit ini adalah Malassezia furfur, yang dengan pemeriksaan morfologi
dan imunofloresensi indirect ternyata indentik dengan pityrosporum orbiculare.

2.19Patofisiologi
Tinea versicolor disebabkan oleh adanya infeksi dari organisme dimorphic, lipoflik,
dengan genus Malassezia, formalnya dikenal dengan nama Pityrosporum. Delapan
spesies dikategorikan dalam klasifikasi ini, yang dimana Mlassezia globosa dan
Malassezia furfur adalah spesies yang utama ditemukan pada tinea versicolor.Malassezia
sangat sulit dikultur dalam laboratorium dan hanya dapat dikultur di media yang kaya
asam lemak C12-C14.Malassezia normalnya dapat ditemukan di semua kulit binatang,
termasuk manusia.Jamur ini dapat diisolasi pada bayi 18% dan pada orang dewasa 90-
100%.

Organisme ini dapat ditemukan disemua kulit yang sehat sampai dengan penyakit
kulit.Pada pasien dengan penyakit kulit, organisme ini ditemukan dengan dalam bentuk
yeast dan filamen. Faktor yang menyebabkan perubahan dari dulunya saprofita menjadi
parasitik, karena adanya genetis, temperatur hangat, lembap, immunosuppresion,
malnutrisi, dan penyakit cushing. Peptida manusia LL-37 berperan dalam
mempertahankan kulit dari infeksi jamur ini.

Meskipun malassezia termasuk dalam flora normal kulit tetapi bisa ada kemungkinan
menjadi patogen.Organisme ini juga dapat menjadi faktor pendukung penyakitkulit lain
seperti pityrosporum folliculitis, konfluens dan reticulate papilomatosis, seborrheic
dermatitis, dan beberapa bentuk dermatitis atopic.

15
2.20 Gambaran Klinik
Kelainan kulit pityriasis versikolor sangat superficial ; dan tersering ditemukan
dibadan. Lesi kulit berupa bercak putih sampai coklat, merah, dan hitam.Di atas lesi
terdapat sisik halus.
Bentuk lesi tidak teratur, dapat berbatas tegas atau difus.Sering didapatkan lesi bentuk
folikular atau lebih besar, atau bentuk nummular yang meluas membentuk plakat.Kadang-
kadang dijumpai bentuk campuran, yaitu folikular dengan nummular, folikular dengan
plakat ataupun folikular, atau nummular dan plakat.
Pada umumnya, pityriasis versikolor tidak memberikan keluhan pada
penderita.baankarena alasan kosmetik yang disebabkan bercak hipopigmentasi.
Variasi warna lesi pada penyakit ini tergantung pada pigmen normal kulit penderita,
paparan sinar matahari, dan lamanya penyakit.Kadang-kadang warna lesi sulit dilihat,
tetapi skuamanya dapat dilihat dengan pemeriksaan goresan pada permukaan lesi dengan
kuret atau kuku jari tangan (coup d’angle dari Beisner).

2.21Pengobatan
Dalam pengobatan pityriasis versikolor, diperlikan penanganan yang menyeluruh,
tekun, dan konsisten. Bermacam-macam shampoo dapat dipakai (shampoo selenium
sulvida 2,5%), larutan tiosulfas natrikus 25%, propilen glikol 50%, turunan imidasol,
haloprogin, siklopiroksolamin dan natrifin HCl. Cara aplikasi tergantung pada obat dan
bentuk yang dipakai.
Berbagai bentuk shampoo dapat digosokan keseluruh tubuh 1-1,5 jam sebelum mandi
selama 10 hari sampai 2 minggu. Berbagai solusi dioleskan 2x sehari setelah mandi
selama 2 minggu.Bentuk salep maupun krim biasanya kurang serasi, oleh karena
pemakaiannya meliputi seluruh tubuh sehingga mahal harganya.
Ketokonazol 200 mg per hari selama 10 hari dapat dipertimbangkan untuk kasus yang
sulit. Demikian juga itrakonazol 100 mg per hari selama 2 minggu dapat bermanfaat,
namun reaksi obat ini agak terlambat dan penyembuhan justru terjadi 1-2 minggu setelah
obat dihentikan.
Yang menjadi masalah biasanya adalah kekambuhan dan bercak hipopigmentasi pasca
inflamasi.Pityrosporum obikulare merupakan flora normal kulit sehingga sering timbul
infeksi : sedangkan bercak hipopigmentasi pascainflamasi terjadi karena asam azeleat
yang dikeluarkan pityrosporum obikulare menghambat pembentukan melamin.

16
Untuk mencegah timbulnya kekambuhan, perlu diberikan pengobatan pencegahan,
misalnya sekali dalam seminggu, sebulan, dan seterusnya. Warna kulit akan pulih kembali
bila tidak terjadi infeksi. Pajanan terhadap sinar matahari dan kalau perlu obat fototoksik
dapat dipakai dengan hati-hati, misalnya oleum bergamot atau metoksalen untuk
memulihkan wana kulit tersebut.

2.22Gambar Tinea Versikolor/Pityariasis Versikolor

17
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

HERPES ZOSTER

3.1 Pengkajian

Pada bagian ini kita akan belajar tentang hal-hal yang harus diperhatikan pada waktu
pengkajian pada klien dengan herpes zoster. Sebelum melakukan pengkajian lebih lanjut,
perawat perlu mencamtumkan tanggal dan waktu pengkajian.Ini penting untuk
dokumentasi asuhan keperawatan dan sebagai sumber informasi tentang kondisi klien
saat itu.

a. Biodata.
Cantumkan semua identitas klien : umur(penyakit ini sering terjadi pada anak
usia diatas 10 tahun atau kelompok dewasa), jenis kelamin (tidak ada perbedaan
angka kejadian antara laki-laki dan perempuan).
b. Keluhan Utama
Alasan yang sering membawa klien penderita herpes datang berobat kerumah
sakit atau tempat pelayanan kesehatan lain adalah nyeri pada daerah terdapatnya
fesikel berkelompok.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Biasanya, klien mengeluh sudah beberapa hari dengan dan timbul rasa gatal /
nyeri pada dermatom yang terserang, klien juga mengeluh nyeri kepala dan badan
terasa lemah.Pada daerah terserang, mula-mula timbul papula atau plakat
berbentuk urtika, setelah 1-2 hari timbul gerombolan vesikula.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Biasanya, keluarga atau teman dekat ada yang menderita penyakit herpes
zoster, atau klien pernah kontak dengan penderita verisela atau herpes zoster.
e. Riwayat Psikososial
Perlu dikiaji bagaimana konsep diri klien terutama tentang gambaran/citra diri
dan harga diri.Sering kali kita jumpai gangguan konsep diri pada klien.Hal ini
karena herpes zoster merupakan penyakit merusak kulit dan mukosa, terutama
pada kasus herpes zoster berat.Disamping itu, perlu dikaji tingkat kecemesan klien
dan informasi / pengetahuan yang dimiliki tentang penyakit ini.

18
f. Kebutuhan sehari – hari
Dengan adanya rasa nyeri, klien akan mengalami gangguan tidur/ istirahat dan
juga aktivitas. Perlu dikaji juga tentang kebersihan diriklien dan cara perawatan
diri, apakah hal – hal mandi / pakaian bercampur dengan orang lain? Seharusnya,
alat mandi/ handuk dan pakaian tidak bercampur dengan orang lain.
g. Pemeriksaan Fisik
Pada klien dengan herpes zoster jarang, ditemukan gangguan kesadaran,
kecuali jika terjadi komplikasi infeksi lain. Tingkatan nyeri yang dirasakan oleh
klien bersifat individual sehingga perlu dilakukan pemeriksaan tingkat nyeri
dengan menggunakan skala nyeri. Apabila nyeri terasa hebat, tanda-tanda vital
cenderung akan meningkat. Pada inspeksi kulit ditemukan adanya vesikel
berkelompok sesuai dengan alur dermatom (ini tanda yang khas pada herpes
zoster karena virus ini berdiam di ganglion posterior sesuai saraf tepid anganglion
kranialis). Vesikel ini berisi cairan jernih yang kemudian menjadi keruh
(berwarna abu-abu, dapat menjadi pustule dan krusta.Kadang ditemukan vesikel
berisi nanah dan darah yang disebut herpes zoster hemoragik.Apabila yang
terserang adalah ganglion kranialis, dapat ditemukan adanya kelainan motorik
Hiperentesi pada daerah yang terkena member gejala yang khas, misalnya klien
pada wajah karena gangguan pada nervus trigeminus, nervus fasialis, dan oligus.
h. Pemeriksaan Laboratorium
Sitologi (64% zank smear positif), adanya sel raksasa yang multilokuler dan
sel-sel olkantolitik.
i. Penatalaksanaan
Terapi pada kasus herpes zoster bergantung pada tingkat keparahannya.Terapi
sistemik umumnya bersifat simtomatik, untuk nyerinya diberikan anlgesik.Jika
disertai infeksi sekunder, diberikan antibiotic asiklovir.Herpes zoster sangat cocok
dengan obat asiklovir yang diminum. Dengan cepat, obat akan menghentikan
munculnya lepuhan kecil, memperkecil ukurannya, mengurangi rasa gatal dan
membunuh virus yang ada pada cairan lepuhan. Sebaiknya diberikan dalam 24-27
jam setelah terbentuknya lepuhan.Maka cepat diberikan dalam pengawasan
dokter.
Akupuntur terkadang menolong meredakan rasa nyeri yang hebat pada
neuralgia pasca-herpes.Akan tetapi, pengobatan harus dilakukan oleh dokter yang
19
sudah terlatih untuk itu.Lebih cepat perawatan dimulai, makin besar kemungkinan
berhasilnya.
Obat oles. Ini bias menolong kalau nyeri yang timbul ringan atau jika keluar
cairan.

3.2 Diagnosis dan Intervensi Keperawatan

Masalah keperawatan yang mungkin timbul pada klien herpes zoster adalah:

1. kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan lesi dan respon peradangan.
2. Perubahan kenyamanan yang berhubunagn dengan erupsi dermal dan pruritus.
3. Risiko penularan infeksi yang berhubungan dengan sifat menular organism.
4. Resiko interaksi social yang berhubungan dengan ketakutan akan keadaan
memalukan dan reaksi negative dari orang lain.
5. Resiko ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik yang berhubungan
dengan kurang pengetahuan tentang kondisi (penyebab, perjalanan penyakit)
pencegahan, pengobatan, dan perawatan kulit.

Diagnosa 1: kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan lesi dan respon
peradangan.

Hasil yang diharapakn:

1. Lesi mulai putih, integritas jaringan kembali normal, dan area bebas dari infeksi lanjut.
2. Kulit bersih dan area sekitar bebas dari edema

Rencana tindakan:

1. Kaji kembali tentang lesi, bentuk, ukuran, jenis, dan distribusi lesi.
2. Anjurkan klien untuk banyak istirahat
3. Pertahankan integritas jaringan kulit dengan jalan mempertahankan kebersihan dan
kekeringan kulit.
4. Laksanakan perawatan kulit setiap hari .untuk mencegah pecahnya vesikel sehingga
tidak terjadi infeksi sekunder, diberikan bedak salisil 2%. Bila erosive dapat diberikan
kompres terbuka.
5. Pertahankan kebersihan dan kenyamanan tempat tidur.
6. Jika terjadi ulserasi, kolaborasikan dengan tim medis untuk pemberian salep antibiotic.

20
Diagnosa 2: Perubahan kenyamanan yang berhubungan dengan erupsi dermal,
nyeri, dan pruritus.

Hasil yang diharapkan:

1. Klien mengatakan nyeri dan ketidaknyamanan berkurang dalam batas yang dapat
ditoleransi.
2. Menampakkan ketenangan, ekspresi wajah relaks.
3. Kebutuhan istirahat tidur/ istirahat terpenuhi.

Rencana tindakan:

1. Kaji lebih lanjut intensitas nyeri dengan menggunakan skala/ peringkat nyeri.
2. Jelaskan penyebab nyeri dan prunitis.
3. Bantu dan ajarkan penanganan terhadap nyeri, penggunaan teknik imajinasi, teknik
relaksasi dan lainnya.
4. Tingkatkan aktivitas distraksi
5. Jaga kebersihan dan kenyamanan lingkungan sekitar klien.
6. Kolaborasikan dokter untuk pemberian terapi:
a. Analgesic untuk pereda/ penawar rasa sakit.
b. Larutan kalamin untuk mengurangi rasa gatal.
c. Steroid untuk mengurangi serangan neuralgia.

HERPES SIMPLEKS

3.3 Pengkajian

a. Biodata
Dapat terjadi pada semua orang disemua umur, sering terjadi pada remaja dan
dewasa muda.Jenis kelamin, dapat terjadi pada pria dan wanita.Pekerjaan, berisiko
tinggi pada penjajah seks komersial.
b. Keluhan utama
Gejala yang sering menyebabkan penderita datang ketempat pelayanan kesehatan
adalah nyeripada lesi yang timbul.

21
c. Riwayat penyakit sekarang
Kembangkan pola PQRST pada setiap keluhan klien.Pada beberapa kasus, timbul
lesi/ vesikel berkelompok pada penderita yang mengalami demam atau penyakit yang
disertai peningkatan sushu tubuh atau pada penderita yang mengalami trauma fisik
maupun psikis.Penderita merasakan nyeri yang hebat, terutama pada area kulit yang
mengalami peradangan berat dan vesikulasi yang luas.
d. Riwayat penyakit dahulu
Sering diderita kembali oleh klien yang pernah mengalami penyakit herpes
simpleka atau memiliki riwayat penyakt seperti ini.
e. Riwayat penyakit keluarga
Ada anggota keluarga atau teman dekat yang terinfeksi virus ini.
f. Kebutuhan psikososial
Klien dengan penyakit kulit, terutama yang lesinyaa berada pada bagian muka atau
yang dapat dilihat oleh orang, biasanya mengalami gangguan konsep diri.Hal itu
meliputi perubahan citra tubuh, ideal diri, harga diri, penampilan peran, atau identitas
diri. Reaksi yang mungkin timbul adalah:
a. Menolak untuk menyentuh atau melihat salah satu bagian tubuh.
b. Menarik diri dari kontak social.
c. Kemampuan untuk mengurus diri berkurang
g. Kebiasaan sehari-hari
Dengan adanya nyeri, kebiasaan sehari-hari klien juga dapat mengalami
gangguan, terutama untuk istirahat/ tidur dan aktivitas.Terjadi gangguan buang air
besar dan buang air keil pada penderita herpes simpleks genitalis. Penyakit ini sering
diderita oleh klien yang mempunyai kebiasaan menggunakan alat-alat pribadi secara
bersama-sama (handuk, pakaian dalam, dan pakaian renang milik orang lain) atau
klien yang mempunyai kebiasaan melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti
pasangan.
h. Pemeriksan fisik
Keadaan umum klien bergantung pada luas, lokasi timbulna lesi, dan daya tahan
tubuh klien. Pada kondisi awal/ saat proses peradangan, dapat terjadi peningkatan suhu
tubuh atau demam dan perubahan tanda-tanda vital yang lain. Pada pengkajian kulit,
ditemukan adanya vesikel-vesikel berkelompok yang nyeri, edema disekitar lesi, dan
dapat pula timbul ulkus pada infeksi sekunder.Perhatikan mukosa mulut, hidung, dan
penglihatan klien.Pada pemeriksaan genetalia pria, daerah yang perlu diperhatikan
22
adalah bagian glans penis, batang penis, uretra, dan daerah anus.Sedangkan paada
wanita, daerah yang perlu diperhatikan adalah labia mayor dan minor, klitoris, intratus
vaginal, dan serviks.Jika timbul lesi, catat jenis, bentuk, ukuran/ luas, warna, dan
keadaan lesi.Palpasi kelenjar limfe regional, periksa adanya pembesaran; pada
beberapa kasus dapat terjadi pembesaran kelenjar limfe regional.
Untuk mengetahui adanya nyeri, kita dapat mengkaji respon individu terhadap
nyeri akut fisiologis atau melalui respons perilaku.Secara fidiologis, terjadi
diaphoresis, peningkatan denyut jantung, peningkatan pernapasan, dan peningkatan
tekanan darah; pada perilaku, dapat dijumpai menangis, merintih, atau marah.
Lakukan pengukuran nyeri dengan menggunakan skala nyeri 0-10 (0 = tidak ada
nyeri, 10= nyeri paling hebat) untuk orang dewasa. Untuk anak-anak, pilih skala yang
sesuai dengan usia perkembangannya kita dapat menggunakan skala wajah untuk
mengkaji nyeri sesuai usia; libatkan anak dalam pemilihan. Wong dan Baker (1998),
menemukan bahwa pengukuran dari usia 3 tahun sampai dengan remaja adalah dengan
skala wajah.
i. Pemeriksaan fisik
Ditemukan hasil uji Tzank positif.

3.4 Diagnosis dan Intervensi

Kemungkinan masalah keperawatan yang timbul pada klien dengan herpes simpleks
adalah:

1. Nyeri yang berhubungan dengan inflamasi jaringan


2. Gangguan citra tubuh/ gambaran diri yang berhubungan dengan perubahan
penampilan, sekunder akibat penyakit herpes simpleks.
3. Risio penularan infeksi yang berhubungan dengan pemajanan melalui kontak
(langsung, tidak langsung, kontak droplet)

Diagnosa 1: Nyeri akut yang berhubungan dengan inflamasi jaringan

Nyeri akut adalah keadaan ketika individu mengalami dan mengeluhkan


adanya ketidaknyamanan berat atau sensori tak-nyaman, yang berlangsung selama 1
detik sampai kurang 6 bulan.

23
Hasil yang diharapkan:

1. Klien mengungkapkan nyeri berkurang/ hilang


2. Menunjukkan mekanisme koping spesifik untuk nyeri dan metode untuk mengontrol
nyeri secara benar.
3. Klien menyampaian bahwa orang lain memvalidasi adanya nyeri.

Rencana keperawatan:

1. Kaji kembali factor yang menurunkan toleransi nyeri.


2. Kurangi atau hilangkan factor yang meningkatkan pengalaman nyeri
3. Sampaikan pada klien penerimaan perawat tentang responnya terhadap neri; akui
adanya nyeri, dengarkan dan perhatikan klien sangat mengungkapkan nyerinya,
sampaikan bahwa mengkaji nyerinya bertujuan untuk lebih memahaminya.
4. Kaji adanya kesalahan konsep pada keluarga tentang nyeri atau tindakannya.
5. Beri informasi atau penjelasan pada klien dan keluarga tentang penyebab rasa nyeri.
6. Diskusikan dengan klien tentang penggunaan terapi distraksi, relaksasi, imajinasi, dan
ajarkan teknik/ metode yang dipilih.
7. Jaga kebersihan dan kenyamanan lingkungan sekitar klien.
8. Kolaborasikan dengan tim medis untuk pemberian analgesic.
9. Pantau tanda-tanda vital
10. Kaji kembali respons klien terhadap tindakan penurunan rasa sakit/ nyeri.

Diagnosa 2: Gangguan citra tubuh/ gambaran diri yang berhubungan dengan


perubahan penampilan, sekunder akibat penyakit herpes simpleks.

Hasil yang diharapkan:

1. Klien mengatakan dan menunjukkan penerimaan atas penampilannya


2. Menunjukkan keinginan dan kemampuan untuk melakukan perawatan diri
3. Melakukan pola-pola penanggulangan yang baru

Rencana keperawatan:

1. Ciptakan hubungan saling percaya antara klien-perawat

24
2. Dorong klien untuk menyatakan perasaannya, terutama tentang cara ia merasakan,
berpikir, atau memandang dirinya.
3. Jernihkan kesalahan konsepsi individu tentang dirinya, penatalaksanaan atau
perawatan dirinya.
4. Hindari mengkritik
5. Jaga privasi dan lingkungan individu
6. Berikan informasi yang dapat dipercaya dan perjelas informasi yang telah diberikan.
7. Tingkatkan interaksi social.
a. Dorong klien untuk melakukan aktivitas
b. Hindari sikap terlalu melindungi, tetapi terbatas pada permintaan individu
8. Dorong klien dan keluarga untuk menerima keadaan
9. Beri kesempatan klien untuk berbagi pengalaman dengan orang lain
10. Lakukan diskusi tentang pentingnya system daya dukungan bagi mereka
11. Dorong klien untuk berbagi rasa, masalah, kekuatiran, dan persepsinya.

Diagnosa 3: Risiko penularan infeksi yang berhubungan dengan pemajanan melalui


kontak (langsung, tidak langsung, kontak droplet)

Hasil yang diharapkan:

1. Klien menyebut perlunya isolasi sampai ia tidak lagi menularkan infeksi


2. Klien dapat menjelaskan cara penularan penyakit

Rencana keperawatan:

1. Jelaskan tentang penyakit herpes simpleks, penyebab, cara penularan, dan akibat yang
ditimbulkan.
2. Anjurkan klien untuk menghentikan kegiatan hubungan seksual selama sakit dan jika
perlu menggunakan kondom
3. Beri penjelasan tentang pentingnya melakukan kegiatan seksual dengan satu orang
(satu sama lain saling setia) dan pasanagan yang tidak terinfeksi (hubungan seks yang
sehat).
4. Lakukan tindakan pencegahan yang sesuai:
a. Cuci tangan sebelum dan sesudah ke semua klien atau kontak dengan specimen.
b. Gunakan sarung tangan setiap kali melakukan kontak langsung dengan klien.
25
c. Anjrkan klien dan keluarga untuk memisahkan alat-alat mandi klien, dan tidak
menggunakannya bersama (handuk, pakaian, baju dalam, dll)
d. Kurangi transfer pathogen dengan cara mengisolasi klien selama sakit (karena
penyakit ini disebabkan oleh virus yang dapat menular melalui udara).

PITIARIASIS VERSIKOLOR / TINEA VERSIKOLOR

3.5 Pengkajian

a. Identitas Pasien : nama, jenis kelamin, agama, alamat, pendidikan

b. Keluhan Utama: Pasien mengeluh gataL

c. Riwayat Kesehatan

1. Riwayat Penyakit Sekarang :

Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada keluhan utama
dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk menanggulanginya, memiliki riwayat
penyakit alergi atau tidak

2. Riwayat Penyakit Dahulu :

Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit lainnya

3. Riwayat Penyakit Keluarga :

Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit
lainnya.

4. Pola Kebiasaan

Penggunaan handuk bersama atau sendiri, pola aktifitas .

d. Pemeriksaan Fisik

1. Subjektif :Gatal

26
2. Objektif :Terdapat makula di lipat paha, axila ( ketiak ) dan punggung pasien. yang
dapat hipopigmentasi, kecokletan, keabuan atau kehitam-hitaman dalam berbagai
ukuran, dengan skuama halus di atasnya. Makula, berbatas tegas (sharply
marginated), berbentuk bundar atau oval, dan ukurannya bervariasi.

3.6 Diagnosa Keperawatan

1. Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi barier kulit
akibat pitiriasis vesikolor.

2. Perubahan rasa nyaman berhubungan dengan pruritus.

3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pitiriasis vesikolor

3.7 Intervensi Keperawatan

Diagnosa 1: Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan


fungsi barier kulit akibat pitiriasis vesikolor

Intervensi :

1. Kaji keadaan kulit

Rasional : Mengetahui dan mengidetifikasi kerusakan kulit untuk melakukan


intervensi yang tepat.

2. Kaji keadaan umum dan observasi TTV.

Rasional : Mengetahui perubahan status kesehatan pasien.

3. Kaji perubahan warna kulit.

Rasional : Megetahui keefektifan sirkulasi dan mengidentifikasi terjadinya komplikasi.

4. Pertahankan agar daerah yang terinfeksi tetap bersih dan kering.

Rasional : Membantu mempercepat proses penyembuhan.

5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat-obatan.


27
Oleskan salep pada kulit yang telah bersih, setelah mandi atau sebelum tidur,
meskipun lesinya telah hilang.Menghentikan pengobatan dengan salep dapat
menimbulkan kekambuhan.Pasalnya jamur belum terbasmi dengan tuntas.

Bila lesinya minimal atau terbatas, dapat diberikan secara topikal dengan
golongan imidazol, misalnya ketoconazole dalam bentuk krim.Pengobatan harus
dilakukan menyeluruh, tekun, dan konsisten, karena penyakit panu sering kambuh dan
untuk mencegah serangan ulang.

Diagnosa 2: Perubahan rasa nyaman berhubungan dengan pruritus

Intervensi :

1. Jelaskan gejala gatal berhubungan dengan penyebabnya (misal keringnya kulit) dan
prinsip terapinya (misal hidrasi) dan siklus gatal-garuk-gatal-garuk. Rasionalisasi
dengan mengetahui proses fisiologis dan psikologis dan prinsip gatal serta
penangannya akan meningkatkan rasa kooperatif
2. Cuci semua pakaian sebelum digunakan untuk menghilangkan formaldehid dan bahan
kimia lain serta hindari menggunakan pelembut pakaian buatan pabrik. Rasionalisasi
pruritus sering disebabkan oleh dampak iritan atau allergen dari bahan kimia atau
komponen pelembut pakaian.
3. Gunakan deterjen ringan dan bilas pakaian untuk memastikan sudah tidak ada sabun
yang tertinggal. Rasionalisasi bahan yang tertinggal (deterjen) pada pencucian pakaian
dapat menyebabkan iritasi.

Diagnose 3: Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit akibat


pitiriasisvesikolor

Intervensi :

1. Kaji adanya gangguan citra diri (menghindari kontak mata,ucapan merendahkan diri
sendiri.

Rasional: Gangguan citra diri akan menyertai setiap penyakit/keadaan yang tampak
nyata bagi klien, kesan orang terhadap dirinya berpengaruh terhadap konsep
diri.

28
2. Kaji perubahan perilaku pasien seperti menutup diri, malu berhadapan dengan orang
lain.
Rasional :Mengetahui tingkat ketidakpercayaan diri pasien dalam menentukan
intervensi selanjutnya.

3. Bersikap realistis dan positif selama pengobatan, pada penyuluhan pasien.


Rasional: Meningkatkan kepercayaan dan mengadakan hubungan antara perawat
pasien. .
4. Berikan penguatan positif terhadap kemajuan.

Rasional : Kata-kata penguatan dapat mendukung terjadinya perilaku koping positif.

5. Dorong interaksi keluarga.

Rasional : Mempertahankan garis komunikasi dan memberikan dukungan terus-


menerus pada pasien. .

3.8 Evaluasi Keperawatan


a. Gangguan integritas kulit teratasi
b. Gatal hilang/berkurang
c. Komplikasi dan keparahan tidak terjadi
d. pasien percaya diri

29
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Herpes simplex adalah infeksi akut oleh virus herpes simplex (virus herpes hominis)
tipe I atau tipe II yang ditandai dengan adanya vesikel berkelompok diatas kulit yang
eritematosa di daerah kukokutan. Virus herpes simplex tipe I akan masuk melalui oral
dan virus herpes simplex tipe II yang masuk melalui genital. Terdapat beberapa tanda dan
gejala dari herpes simplex ini diantaranya: Infeksi primer,fase laten dan Infeksi rekurens.
Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan infeksi virus varicella-zoster yang
menyerang kulit dan mukosa.Infeksi ini merupakan reaktivasi virus varicella-zoster dari
infeksi endogen yang telah menetap dalam bentuk laten setelah infeksi primer oleh virus.
Gejala prodromal herpes zoster biasanya berupa rasa sakit dan parestesi pada dermatom
yang terkena.Gejala ini terjadi beberapa hari keluarnya erupsi. Gejala konstitusi, seperti
sakit kepala, malaise, dan demam, terjadi pada 5% penderita (terutama pada anak-anak)
dan timbul 1 sampai 2 hari sebelum terjadi erupsi.
Pitiriasis versikolor adalah infeksi jamur superficial pada lapisan tanduk kulit yang
disebabkan oleh malassezia furfur atau Pityrosporum orbiculare.Infeksi ini bersifat
menahun, ringan dan biasanya tanpa peradangan.Lesi kulit berupa bercak putih sampai
coklat, merah, dan hitam.Di atas lesi terdapat sisik halus.

4.2 Saran
5.1.1 Bagi Institusi Pendidikan
Sebaiknya pihak yang bersangkutan memberikan pengarahan yang lebih
mengenai konsep medis dan asuah keperawatan pada herpes simplex, herpes zister,
dan pityriasis versikolor.
5.1.2 Bagi Mahasiswa
Mengenai makalah yang kami buat, bila ada kesalahan maupun
ketidaklengkapan materi mengenai pengkajian pada sitem endokrin, kami mohon
maaf.Kamipun sadar bahwa makalah yang kami buat tidaklah sempurna.Oleh karena itu
kami mengharap kritik dan saran yang membangun.

30
DAFTAR PUSTAKA

Arif,dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran jilid II.Jakarta : Media Aesculapius

Harahap, Marwali. 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta : Hipokrates

Muttaqin, Arif. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen. Jakarta : Salemba

Medika

Nurarif, Amin Huda, Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa

Medis & NANDA NIC-NOC jilid I. Yogyakarta : Mediaction Publishing

Rahariyani, Loetfia Dwi. 2006. Asuhan Keperawatan Klien Sistem Integumen. Jakarta : EGC

31

Anda mungkin juga menyukai