HUMBANG HASUNDUTAN
TAHUN 2022
OLEH:
NIM : 2114021
T.A 2020/2022
KATA PENGANTAR
Dengan rahmat Tuhan yang Maha Esa yang maha pengasih lagi maha penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadiratnya, yang telah melimpahkan rahmat kepada
kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
Adapun makalah asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit leptospirosis ini telah
kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga
dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan
banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan
makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik
dari segi penyusun bahasa maupun segi lainnya . oleh karena itu dengan lapang dada dan
tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi para pembaca yang ingin memberi
saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah
Akhir kata penyusun mengharapkan semoga dari makalah asuhan keperawatan pada pasien
dengan leptospirosis ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan
inspirasi terhadap pembaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN LEPTOSPIROSIS.........................................................................................2
A. Pengertian..................................................................................................................................2
B. Etiologi......................................................................................................................................2
C. Distribusi Penyakit.....................................................................................................................3
D. Cara Penularan...........................................................................................................................3
E. Manifestasi Klinis......................................................................................................................4
F. Patofisiologi...............................................................................................................................5
G. Komplikasi................................................................................................................................8
H. Pemeriksaan Penunjang.............................................................................................................8
I. Diagnosis Banding.....................................................................................................................9
J. Penatalaksanaan.........................................................................................................................9
K. Prognosis...................................................................................................................................9
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN...............................................................................................10
A. Pengkajian...............................................................................................................................10
B. Diagnosa Keperawatan............................................................................................................11
C. Rencana Keperawatan..............................................................................................................11
BAB IV PENUTUP.............................................................................................................................15
A. Kesimpulan..............................................................................................................................15
B. Saran........................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Leptospirosis merupakan penyakit demam akut dengan manisfestasi klinis bervariasi,
disebabkan oleh leptosspira. Leptospirosis masih merupakan masalah kesehatan global
terutama di negara tropis, termasuk indonesia. Leptospirosis termasuk emerging infectious
disease, dan akhir-akhir ini sering terjadi outbreaks di Nicaraguan, Brazil, India, negara-
negara Asia Tenggara, juga Amerika. Dinegara maju seperti amerika pun masih juga
dilaporkan adanya penyakit ini,yaitu 100-200 kasus setiap tahunnya dan 50% kasus berasal
dari Hawai. Masalah yang berkembang sehubungan dengan penyakit ini adalah diagnosisnya
sering terlambat serta progresivitas penyakit yang sebelumnya diketahui.
Beberapa faktor yang ikut menentukan progresivitas leptospirosis. Faktor eksternal antara
lain virulensi leptospira,dan faktor internal adalah sistem imun individu serta
lipopolisakarida, glikoprotein, lipoprotein, peptidoglikan, heart shock proteins, dan flagellin.
Gen hemosilin SphH dari L. Interorgans strain HY-1, juga ikut berperan dalam pengendalian
progresivitas leptospirosis. Leptospira yang mengalami lisis akibat aktivitas imunoglobin
maupun komplemen dapat menginduksi sekresi enzim,toksin dan sitokin (IL-1,II-6,IL-
8,TNFα) yang kemudian ikut menentukan derajat beratnya manisfestasi klinis (sachro,2002).
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari leptospirosis?
2. Sebutkan etiologi dari leptospirosis?
3. Sebutkan pathogenesis dan patologi leptospirosis?
4. Bagaimana pemeriksaan penunjang leptospirosis?
5. Bagaimana prognosis, pencegahan serta pengobatan dari leptospirosis?
6. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan leptospirosis?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Dengan dibuatnya makalah ini, mahasiswa diharapkan mampu
memahami penyakit pada pasien dengan Leptospirosis.
2. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang penyakit leptospirosis
2. Mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi leptospirosis.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan lesptospirosis.
1
BAB II
PEMBAHASAN LEPTOSPIROSIS
A. Pengertian
- Leptospirosis adalah suatu penyakit zoonosis yang di sebabkan oleh
mikroorganisme, yaitu lestospira tanpa memandang bentuk spesifik serotipnya,
penyakit ini dapat terjangkit pada laki-laki atau perempuan semua umur. Banyak
ditemukan didaerah tropis, dan biasanya penyakit ini juga dikenal dengan
berbagai nama seperti mudfever, slimefever, Swampfever, autumnal fever,
filedfever, Infectiousjaundle, cane cutre fever dan lain-lain (Mansjoer dkk,2007).
- Leptospirosis adalah penyakit hewan yang dapat menjangkiti manusia, termasuk
penyakit zoonosis yang paling sering di dunia. Leptospirosis juga dikenal dengan
nama flood fever atau demam banjir karena memang muncul karena banjir. Di
beberapa negara leptospirosis dikenal dengan nama demam icterohemorrhagic,
demam lumpur, penyakit Stuttgart, penyakit Weil, demam canicola, penyakit
swineherd, demam rawa atau demam lumpur (Judarwanto, 2009)
- Menurut NSW Multicultural Health Communication Service (2003), Leptospirosis
adalah penyakit manusia dan hewan dari kuman dan disebabkan kuman
Leptospira yang ditemukan dalam air seni dan sel-sel hewan yang terkena.
B. Etiologi
Leptospirosis disebabkan bakteri pathogen berbentuk spiral genus Leptospira
family leptospiraceae dan ordo spirochaetales. Spiroseta berbentuk bergulung-gulung tipis,
motil, obligat, dan berkembang pelan anaerob. Genus Leptospira terdiri dari 2 spesies yaitu L
interrogans yang pathogen dan L biflexa bersifat saprofitik (Judarwanto, 2009).
1. Patogen L Interrogans
2
yang paling berisiko adalah kambing dan sapi. Resevoar utamanya di seluruh
dunia adalah binatang pengerat dan tikus.
C. Distribusi Penyakit
Leptospirosis terjadi di seluruh dunia, baik didaerah maupun perkotaan,
didaerah tropis maupun subtropis. Penyakit ini terutama beresiko terhadap orang yang
bekerja di luar ruangan bersama hewan, misalnya peternak, petani, penjahit, dokter
hewan, dan personel militer. Selainitu, Leptospirosis juga beresiko terhadap individu
yang terpapar air yang terkontaminasi .Di daerah endemis,puncak kejadian
Leptospirosis terutama terjadi pada saat musim hujan dan banjir.
D. Cara Penularan
E. Manifestasi Klinis
Pada Manusia
4
penyakit leptospira terdiri dari 2 fase, yaitu fase septisemia dan fase imun. Pada
periode peralihan fase selama 1-3 hari kondisi penderita membaik (Judarwanto,
2009).
1. Fase awal dikenal sebagai fase septisemik atau fase leptospiremik karena bakteri
dapat diisolasi dari darah, cairan serebrospinal dan sebagian besar jaringan
tubuh. Fase awal sekitar 4-7 hari, ditandai gejala nonspesifik seperti flu dengan
beberapa variasinya. Manifestasi klinisnya demam, menggigil, lemah dan nyeri
terutama tulang rusuk, punggung dan perut. Gejala lain adalah sakit
tenggorokan, batuk, nyeri dada, muntah darah, ruam, nyeri kepala frontal,
fotofobia, gangguan mental, dan meningitis. Pemeriksaan fisik sering
mendapatkan demam sekitar 400C disertai takikardi. Subconjunctival suffusion,
injeksi faring, splenomegali, hepatomegali, ikterus ringan,mild
jaundice, kelemahan otot, limfadenopati dan manifestasi kulit berbentuk
makular, makulopapular, eritematus, urticari, atau rash juga didapatkan pada
fase awal penyakit.
2. Fase kedua sering disebut fase imun atau leptospirurik karena sirkulasi antibody
dapat dideteksi dengan isolasi kuman dari urine, mungkin tidak dapat
didapatkan lagi dari darah atau cairan serebrospinalis. Fase ini terjadi pada 0-30
hari akibat respon pertahanan tubuh terhadap infeksi. Gejala tergantung organ
tubuh yang terganggu seperti selaput otak, hati, mata atau ginjal. Gejala
nonspesifik seperti demam dan nyeri otot mungkin lebih ringan dibandingkan
fase awal selama 3 hari sampai beberapa minggu. Sekitar 77% penderita
mengalami nyeri kepala terus menerus yang tidak responsif dengan analgesik.
Gejala ini sering dikaitkan dengan gejala awal meningitis selain delirium. Pada
fase yang lebih berat didapatkan gangguan mental berkepanjangan termasuk
depresi, kecemasan, psikosis dan demensia.
F. Patofisiologi
Kuman leptospira masuk ke dalam tubuh penjamu melalui luka iris/luka abrasi
pada kulit, konjungtiva atau mukosa utuh yang melapisi mulut, faring, osofagus,
bronkus, alveolus dan dapat masuk melalui inhalasi droplet infeksius dan minum air
yang terkontaminasi. Meski jarang ditemukan, leptospirosis pernah dilaporkan
penetrasi kuman leptospira melalui kulit utuh yang lama terendam air, saat banjir.
Infeksi melalui selaput lendir lambung jarang terjadi, karena ada asam lambung yang
mematikan kuman leptospira. Kuman leptospira yang tidak virulen gagal
bermultiplikasi dan dimusnahkan oleh sistem kekebalan dari aliran darah setelah 1
atau 2 hari infeksi. Organisme virulen mengalami mengalami multiplikasi di darah
dan jaringan, dan kuman leptospira dapat diisolasi dari darah dan cairan serebrospinal
pada hari ke 4 sampai 10 perjalanan penyakit.
5
paling penting adalah perlekatannya pada permukaan sel dan toksisitas selluler.
Lipopolysaccharide (LPS) pada kuman leptospira mempunyai aktivitas endotoksin yang
berbeda dengan endotoksin bakteri gram negatif, dan aktivitas lainnya yaitu stimulasi
perlekatan netrofil pada sel endotel dan trombosit, sehingga terjadi agregasi trombosit
disertai trombositopenia. Kuman leptospira mempunyai fosfolipase yaitu hemolisin yang
mengakibatkan lisisnya eritrosit dan membran sel lain yang mengandung fosfolipid.
Pada leptospirosis berat, vaskulitis akan menghambat sirkulasi mikro dan meningkatkan
permeabilitas kapiler, sehingga menyebabkan kebocoran cairan dan hipovolemia. Ikterik
disebabkan oleh kerusakan sel-sel hati yang ringan, pelepasan bilirubin darah dari
jaringan yang mengalami hemolisis intravaskular, kolestasis intrahepatik sampai
berkurangnya sekresi bilirubin.
6
Pathways
7
G. Komplikasi
Pada leptospira, komplikasi yang sering terjadi adalah iridosiklitis, gagal ginjal,
miokarditis, meningitis aseptik dan hepatitis. Perdarahan masif jarang ditemui dan
bila terjadi selalu menyebabkan kematian.
H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium digunakan untuk konfirmasi diagnosis dan mengetahui
gangguan organ tubuh dan komplikasi yang terjadi.
- Urine yang paling baik diperiksa karena kuman leptospira terdapat dalam urine
sejak awal penyakit dan akan menetap hingga minggu ke tiga. Cairan tubuh
lainnya yang mengandung leptospira adalah darah, cerebrospinal fluid (CSF)
tetapi rentang peluang untuk isolasi kuman sangat pendek Isolasi kuman
leptospira dari jaringan lunak atau cairan tubuh penderita adalah standar kriteria
baku. Jaringan hati, otot, kulit dan mata adalah sumber identifikasi kuman tetapi
isolasi leptospira lebih sulit dan membutuhkan beberapa bulan.
- Spesimen serum akut dan serum konvalesen dapat digunakan untuk konfirmasi
diagnosis tetapi lambat karena serum akut diambil 1-2 minggu setelah timbul
gejala awal dan serum konvalesen diambil 2 minggu setelah itu. Antibodi
antileptospira diperiksa menggunakan microscopic agglutination test (MAT).
- Titer MAT tunggal 1:800 pada sera atau identifikasi spiroseta pada mikroskopi
lapang gelap dikaitkan dengan manifestasi klinis yang khas akan cukup bermakna.
- Pemeriksaan complete blood count (CBC) sangat penting. Penurunan hemoglobin
dapat terjadi pada perdarahan paru dan gastrointestinal. Hitung trombosit untuk
mengetahui komponen DIC. Blood urea nitrogen dan kreatinin serum dapat
meningkat pada anuri atau oliguri tubulointerstitial nefritis pada penyakit Weil.
- Peningkatan bilirubin serum dapat terjadi pada obstruksi kapiler di hati.
Peningkatan transaminase jarang dan kurang bermakna, biasanya <200 U/L.
Waktu koagulasi akan meningkat pada disfungsi hati atau DIC. Serum creatine
kinase (MM fraction) sering meningkat pada gangguan muskular.
- Analisis CSF bermanfaat hanya untuk eksklusi meningitis bakteri. Leptospires
dapat diisolasi secara rutin dari CSF, tetapi penemuan ini tidak mengubah
tatalaksana penyakit.
- Pemeriksaan pencitraan foto polos paru dapat menunjukkan air space bilateral.
Juga dapat menunjukkan kardiomegali dan edema paru pada miokarditis.
Perdarahan alveolar dan patchy multiple infiltrate dapat ditemukan. Ultrasonografi
traktus bilier dapat menunjukkan kolesistitis akalkulus.
- Perwarnaan silver staining dan immuno fluorescene dapat mengidentifikasi
leptospira di hati, limpa, ginjal, CNS dan otot. Selama fase akut pemeriksaan
histology menunjukkan organisma tanpa banyak infiltrate inflamasi.
8
I. Diagnosis Banding
1. Dengue Fever
2. Hantavirus Cardiopulmonary Syndrome
3. Hepatitis
4. Malaria
5. Meningitis
6. Mononucleosis, influenza
7. Enteric fever
8. Rickettsial disease
9. Encephalitis
10. Primary HIV infection
J. Penatalaksanaan
Obat antibiotika yang biasa diberikan adalah penisillin, strptomisin, tetrasiklin,
kloramfenikol, eritromisin dan siproflokasasin. Obat pilihan utama adalah penicillin G
1,5 juta unit setiap 6 jam selama 5-7 hari. Dalam 4-6 jam setelah pemeberian penicilin
G terlihat reaksi Jarisch Hecheimmer yang menunjukkan adanya aktivitas
antileptospira> obat ini efektif pada pemberian 1-3 hari namun kurang bermanfaat
bila diberikan setelah fase imun dan tidak efektif jika terdapat ikterus, gagal ginjal dan
meningitis. Tindakan suporatif diberikan sesuai denan keparahan penyakit dan
komplikasi yang timbul.
K. Prognosis
Tergantung keadaan umum klien, umur, virulensi leptospira, dan ada tidaknya
kekebalan yang didapat. Kematian juga biasanya terjadi akibat sekunder dari faktor
pemberat seperti gagal ginjal atau perdarahan dan terlambatnya klien mendapat
pengobatan.
9
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas
Keadaan umum klien seperti umur dan imunisasi., laki dan perempuan tingkat
kejadiannya sama.
2. Keluhan utama
Timbul gejala demam yang disertai sakit kepala, mialgia dan nyeri tekan (frontal)
mata merah, fotofobia, keluahan gastrointestinal. Demam disertai mual, muntah,
diare, batuk, sakit dada, hemoptosis, penurunan kesadaran dan injeksi konjunctiva.
Demam ini berlangsung 1-3 hari.
3. Riwayat keperawatan
a. Imunisasi, riwayat imunisasi perlu untuk peningkatan daya tahan tubuh
b. Riwayat penyakit, influenza, hapatitis, bruselosis, pneuma atipik, DBD,
penyakit susunan saraf akut, fever of unknown origin.
c. Riwayat pekerjaan klien apakah termasuk kelompok orang resiko tinggi seperti
bepergian di hutan belantara, rawa, sungai atau petani.
d. Pemeriksaan dan observasi
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum, penurunan kesadaran, lemah, aktvivitas menurun
Review of sistem :
1) Sistem pernafasan
Epitaksis, penumonitis hemoragik di paru, batuk, sakit dada
2) Sistem cardiovaskuler
Perdarahan, anemia, demam, bradikardia.
3) Sistem persyrafan
Penuruanan kesadaran, sakit kepala terutama dibagian frontal, mata
merah. fotofobia, injeksi konjunctiva, iridosiklitis
4) Sistem perkemihan
Oligoria, azometmia,perdarahan adernal
5) Sistem pencernaan
Hepatomegali, splenomegali, hemoptosis, melenana
6) Sistem muskoloskletal
Kulit dengan ruam berbentuk makular/ makulopapular/ urtikaria yang
teresebar pada badan. Pretibial.
10
Laboratorium
1) Leukositosis normal, sedikit menurun,
2) Neurtrofilia dan laju endap darah (LED) yang meninggiu
3) Proteinuria, leukositoria
4) Sedimen sel torak
5) BUN, ureum dan kreatinin meningkat
6) SGOT meninggi tetapi tidak melebihi 5 x normal
7) Bilirubin meninggi samapai 40 %
8) Trombositopenia
9) Hiporptrombinemia
10) Leukosit dalam cairan serebrospinal 10-100/mm3
11) Glukosa dalam CSS Normal atau menurun
B. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan metabolisme tubuh, proses penyakit
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen biologis (proses penyakit)
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan untuk
mengabsorbsi zat-zat bergizi karena faktor bilogis, proses penyakit.
C. Rencana Keperawatan
N Diagnosa Tujuan dan Criteria Hasil
Intervensi (NIC)
o Keperawatan (NOC)
11
Temperature regulation
§ Monitor suhu minimal tiap 2 jam
§ Rencanakan monitoring suhu
secara kontinyu
§ Monitor TD, nadi, dan RR
§ Monitor warna dan suhu kulit
§ Monitor tanda-tanda hipertermi
dan hipotermi
§ Tingkatkan intake cairan dan
nutrisi
§ Selimuti pasien untuk mencegah
hilangnya kehangatan tubuh
§ Ajarkan pada pasien cara
mencegah keletihan akibat panas
§ Diskusikan tentang pentingnya
pengaturan suhu dan
kemungkinan efek negatif dari
kedinginan
§ Beritahukan tentang indikasi
terjadinya keletihan dan
penanganan emergency yang
diperlukan
§ Ajarkan indikasi dari hipotermi
dan penanganan yang diperlukan
§ Berikan anti piretik jika perlu
12
ruangan, pencahayaan dan
kebisingan
§ Kurangi faktor presipitasi nyeri
§ Pilih dan lakukan penanganan
nyeri (farmakologi, non
farmakologi dan inter personal)
§ Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
§ Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
§ Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
§ Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
§ Tingkatkan istirahat
§ Kolaborasikan dengan dokter jika
ada keluhan dan tindakan nyeri
tidak berhasil
§ Monitor penerimaan pasien
tentang manajemen nyeri
Analgesic Administration
§ Tentukan lokasi, karakteristik,
kualitas, dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat
§ Cek instruksi dokter tentang jenis
obat, dosis, dan frekuensi
§ Cek riwayat alergi
§ Pilih analgesik yang diperlukan
atau kombinasi dari analgesik
ketika pemberian lebih dari satu
§ Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya
nyeri
§ Tentukan analgesik pilihan, rute
pemberian, dan dosis optimal
§ Pilih rute pemberian secara IV, IM
untuk pengobatan nyeri secara
teratur
§ Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik
pertama kali
§ Berikan analgesik tepat waktu
terutama saat nyeri hebat
§ Evaluasi efektivitas analgesik,
tanda dan gejala (efek samping)
13
3 Ketidakseimbangan NOC : NIC :
nutrisi kurang dari v Nutritional Status : food Nutrition Management
kebutuhan tubuh b.d and Fluid Intake § Kaji adanya alergi makanan
ketidakmampuan v Nutritional Status : § Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
untuk mengabsorbsi nutrient Intake menentukan jumlah kalori dan
zat-zat bergizi karenav Weight control nutrisi yang dibutuhkan pasien.
faktor bilogis, proses Kriteria Hasil : § Anjurkan pasien untuk
penyakit. v Adanya peningkatan berat meningkatkan intake Fe
badan sesuai dengan § Anjurkan pasien untuk
tujuan meningkatkan protein dan
v Berat badan ideal sesuai vitamin C
dengan tinggi badan § Berikan substansi gula
v Mampumengidentifikasi § Yakinkan diet yang dimakan
kebutuhan nutrisi mengandung tinggi serat untuk
v Tidak ada tanda tanda mencegah konstipasi
malnutrisi § Berikan makanan yang terpilih
v Menunjukkan peningkatan ( sudah dikonsultasikan dengan
fungsi pengecapan dari ahli gizi)
menelan § Ajarkan pasien bagaimana
v Tidak terjadi penurunan membuat catatan makanan
berat badan yang berarti harian.
§ Monitor jumlah nutrisi dan
kandungan kalori
§ Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
§ Kaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan
Nutrition Monitoring
§ BB pasien dalam batas normal
§ Monitor adanya penurunan berat
badan
§ Monitor tipe dan jumlah aktivitas
yang biasa dilakukan
§ Monitor interaksi anak atau
orangtua selama makan
§ Monitor lingkungan selama
makan
§ Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak selama jam makan
§ Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
§ Monitor turgor kulit
§ Monitor kekeringan, rambut
kusam, dan mudah patah
§ Monitor mual dan muntah
§ Monitor kadar albumin, total
protein, Hb, dan kadar Ht
§ Monitor makanan kesukaan
§ Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
14
§ Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva
§ Monitor kalori dan intake nuntrisi
§ Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan
cavitas oral.
§ Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Leptospirosis adalah penyakit infeksi akut yang dapat menyerang manusia
maupun hewan yang disebabkan kuman leptospira pathogen dan digolongkan
sebagi zoonosis yaitu penyakit hewan yang bisa menjangkiti manusia.
Hewan yang paling banyak mengandung bakteri leptospira ini (resevoir) adalah
hewan pengerat dan tikus
Penyakit leptospirosis mungkin banyak terdapat di Indonesia terutama di musim
penghujan.
Penularan dari hewan ke manusia dapat terjadi secara langsung ataupun tidak
langsung, sedangkan penularan dari manusia ke manusia sangat jarang.
Pengobatan dengan antibiotik merupakan pilihan terbaik pada fase awal ataupun
fase lanjut (fase imunitas).
Selain pengobatan antibiotik, perawatan pasien tidak kalah pentingnya untuk
menurunkan angka kematian.
Angka kematian pada pasien leptospirosis menjadi tinggi terutama pada usia
lanjut, pasien dengan ikterus yang parah, gagal ginjal akut, gagal pernafasan akut.
B. Saran
Pada orang berisiko tinggi terutama yang bepergian ke daerah berawa-rawa
15
Para klinisi diharapkan memberikan perhatian pada leptospirosis ini terutama di
daerah-daerah yang sering mengalami banjir.
Penerangan tentang penyakit leptospirosis sehingga masyarakat dapat segera
menghubungi sarana kesehatan
16
DAFTAR PUSTAKA
http://lpkeperawatan.blogspot.co.id/2013/11/laporan-pendahuluan-
leptospirosis.html#.VfVq6tKsVAE
https://id.wikipedia.org/wiki/Leptospirosis