Oleh:
Pembimbing:
Nilai :
PIMPINAN SIDANG
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini
dengan judul ’Henoch Schonlein Purpura ’.
Penulisan laporan kasus ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan
Kepaniteraan Klinik Program Pendidikan Profesi Dokter di Departemen Ilmu
Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik isi maupun susunan bahasanya, untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sebagai masukan dalam penulisan
laporan kasus selanjutnya. Semoga makalah laporan kasus ini bermanfaat, akhir
kata penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
1.2 TUJUAN
1.3 MANFAAT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
2.2 EPIDEMIOLOGI
Penyakit ini terutama terdapat pada anak umur 2 – 15 tahun (usia anak sekolah)
dengan puncaknya pada umur 4 – 7 tahun. Terdapat lebih banyak pada anak laki –
lakidibanding anak perempuan (1,5 : 1). Insiden HSP pertahun mencapai 10-20 per
100.000. HSP dapat mengenai semua usia, tetapi 50% kasus terjadi pada usia
kurang dari 5 tahun dan 75% kasus terjadi pada usia kurang dari 10 tahun.3,4
2.3 ETIOLOGI
2.4 PATOFISIOLOGI
Dari biopsi lesi pada kulit atau ginjal, diketahui adanya deposit kompleks imun
yang mengandung IgA. Diketahui pula adanya aktivasi komplemen jalur alternatif.
Deposit kompleks imun dan aktivasi komplemen mengakibatkan aktivasi mediator
inflamasi termasuk prostaglandin vaskular seperti prostasiklin, sehingga terjadi
inflamasi pada pembuluh darah kecil di kulit, ginjal, sendi dan abdomen dan terjadi
purpura di kulit, nefritis, artritis dan perdarahan gastrointestinalis.
Gejala klinis mula – mula berupa ruam makula eritomatosa pada kulit
ekstremitas bawah yang simetris yang berlanjut menjadi palpable purpura tanpa
adanya trombositopenia. Ruam awalnya terbatas pada kulit maleolus tapi biasanya
kemudian akan meluas ke permukaan dorsal kaki, bokong dan lengan bagian luar.
Dalam 12–24 jam makula akan berubah menjadi lesi purpura yang berwarna merah
gelap dan memiliki diameter 0,5 – 2 cm. Lesi dapat menyatu menjadi plak yang
lebih besar yang menyerupai echimosis yang kemudian dapat mengalami ulserasi.
Purpura terutama terdapat pada kulit yang sering terkena tekanan ( pressure
bearing surfaces). Kelainan kulit ini ditemukan pada 100% kasus dan merupakan
50% keluhan penderita pada waktu berobat. Kelainan kulit dapat pula ditemukan
pada wajah dan tubuh.Kelainan pada kulit dapat disertai rasa gatal. Pada bentuk
yang tidak klasik, kelainan kulit yang ada dapat berupa vesikel hingga menyerupai
eritema multiform. Kelainan akut pada kulit ini dapat berlangsung beberapa minggu
dan menghilang, tetapi dapat pula rekuren. Gejala prodromal dapat terdiri dari
demam dengan suhu tidak lebih dari 38°C, nyeri kepala dananoreksia.
Pada anak berumur kurang dari 2 tahun, gambaran klinis disa didominasi oleh
edema kulit kepala, periorbital, tangan dan kaki. Gambaran ini disebut AHEI
(Acute Hemorrhagic Edema of Infancy).
Selain itu dapat juga ditemukan kelainan ginjal, meliputi hematuria, proteinuria
(<2g/d), sindrom nefrotik (proteinuria >40mg/m2/jam) atau nefritis. Penyakit pada
ginjal juga biasanya muncul 1 bulan setelah onset ruam kulit. Adanya kelainan kulit
yang persisten sampai 2 – 3 bulan, biasanya berhubungan dengan nefropati atau
penyakit ginjalyang berat. Resiko nefritis meningkat pada usia di atas 7 tahun, lesi
purpura persisten, keluhan abdomen yang berat dan penurunan aktivitas faktor XIII.
Pada pasien HSP dapat timbul adanya oedem. Oedem ini tidak bergantung
pada derajat proteinuria namun lebih pada derajat vaskulitis yang terjadi.6
2.6 DIAGNOSIS
2.8 PENATALAKSANAAN
Untuk keluhan artritis ringan dan demam dapat digunakan OAINS seperti
ibuprofen. Dosis ibuprofen yang dapat diberikan adalah 10mg/kgBB/6 jam.
Edema dapat diatasi dengan elevasi tungkai. Selama ada keluhan muntah dan
nyeri perut, diet diberikan dalam bentuk makanan lunak. Penggunaan asam asetil
salisilat harus dihindarkan, karena dapat menyebabkan gangguan fungsi trombosit
yaitu petekie dan perdarahan saluran cerna. Bila ada gejala abdomen akut,
dilakukan operasi. Bila terdapat kelainan ginjal progresif dapat diberi kortikosteroid
yang dikombinasi dengan imunosupresan. Metilprednisolon IV dapat mencegah
perburukan penyakit ginjal bila diberikan secara dini. Dosis yang dapat digunakan
adalah metilprednisolon 250 – 750mg/hr IV selama 3 – 7 hari dikombinasi dengan
siklofosfamid 100 – 200 mg/hr untuk fase akut HSP yang berat. Dilanjutkan dengan
pemberian kortikosteroid (prednison 100 – 200 mg oral) selang sehari dan
siklofosfamid 100 – 200 mg/hr selama 30 – 75 hari sebelum akhirnya siklofosfamid
dihentikan langsung dan tappering-off steroid hingga 6 bulan.
2.9 PROGNOSIS
Pada umumnya prognosis adalah baik, dapat sembuh secara spontan dalam
beberapa hari atau minggu (biasanya dalam 4 minggu setelah onset). Rekurensi
dapat terjadi pada 50% kasus. Pada beberapa kasus terjadi nefritis kronik, bahkan
sampai menderita gagal ginjal. Bila manifestasi awalnya berupa kelainan ginjal
yang berat, maka perlu dilakukan pemantauan fungsi ginjal setiap 6 bulan hingga 2
tahun pasca sakit. Penyulit yang dapat terjadi antara lain perdarahan saluran cerna,
obstruksi,intususepsi, perforasi, gagal ginjal akut dan gangguan neurologi. Penyulit
pada saluran cerna, ginjal dan neurologi pada fase akut dapat menimbulkan
kematian, walaupun hal ini jarang terjadi. Prognosis buruk ditandai dengan
penyakit ginjal dalam 3 minggu setelah onset,eksaserbasi yang dikaitkan dengan
nefropati, penurunan aktivitas faktor XIII, hipertensi,adanya gagal ginjal dan pada
biopsi ginjal ditemukan badan kresens pada glomeruli, infiltrasi makrofag dan
penyakit tubulointerstisial.9,10
BAB III
ANAMNESIS PRIBADI
Umur : 15 tahun
Suku : Karo
Alamat : Binjai
ANAMNESIS PENYAKIT
Telaah :
Pasien datang ke IGD RSUP Haji Adam Malik, Medan, pada tanggal 16
September 2019 dengan keluhan nyeri perut. Keluhan nyeri perut mulai dirasakan
sejak 2 hari SMRS. Keluhan nyeri perut ini sudah sering dirasakan pasien sejak
kurang lebih 1 minggu ini dan hilang timbul. Namun nyeri perut dirasakan terus
menerus sepanjang hari sejak kebelakangan ini dan dirasakan pada seluruh perut.
Nyeri perut tidak membaik dengan istirahat. Mual muntah tidak dijumpai.
Demam dijumpai dan konsumsi obat penurun panas dijumpai. Riwayat demam
tidak dijumpai. Riwayat keluhan sama seperti ini di keluarga tidak dijumpai.
Riwayat transfusi darah tidak dijumpai. Riwayat alergi tidak dijumpai. Riwayat
penyakit lain tidak dijumpai. Bercak-bercak darah dijumpai saat BAB. BAK dalam
batas normal.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU :
RIWAYAT OBAT :
Prednisone
RIWAYAT KELUARGA :
Orang tua pasien mengatakan tidak ada keluarga yang memiliki keluhan yang
sama serta tidak ada anggota keluarga yang memiliki penyakit kuning, jantung, hati,
diabetes maupun penyakit sistemik lain.
RIWAYAT KELAHIRAN :
Pasien merupaka anak kedua yang dilahirkan dengan cukup bulan dan secara
normal.Berat badadan waktu lahir 3000 gram dan panjang badana adalah 48cm.
RIWAYAT KEHAMILAN :
Pasien dilahirkan secara normal tanpa komplikasi. Pasien dillahirkan dengan
sehat dan cukup bulan (9 bulan). Pasien merupakan anak kedua. Ibu waktu hamil
dalam keadaan sehat. Ibu pasien tidak memiliki riwayat minum, merokok atau
suntikan narkoba. Ibu pasien tidak mempunyai riwayat penyakit seperti Hipertensi,
DM , demam tinggi atau infeksi apapun selama kehamilan. Ibu pasien tidak
mengkonsumsi obat-obatan maupun jamu-jamuan selama kehamilan. Tidak
ditemukan riwayat kejang dan alergi pada ibu pasien.
RIWAYAT IMUNISASI :
Pasien mendapat imunisasi lengkap.
PEMERIKSAAN FISIK
Status Lokalisata
Kepala
Mata : konjungtiva palpebra inferior pucat (-/-), sklera ikterik (-/-),
pupil isokor, diameter 3 mm, refleks cahaya (+), mata cekung (-)
Telinga : dalam batas normal
Hidung : dalam batas normal
Mulut : dalam batas normal
Leher
Dada
Inspeksi : simetris fusiformis, tanpa retraksi. Ptechie (-)
Abdomen
Ekstremitas
Akral hangat, CRT < 2 detik, tekanan nadi cukup, turgor kembali cepat, ptechie (+)
, dijumpai bercak-bercak merah kehitaman pada kedua-dua tungkai bawah.
Genitalia
tidak dilakukan pemeriksaan
PEMERIKSAAN PENUNJANG
DIAGNOSIS BANDING
DIAGNOSIS KERJA
Henoch Schonlein Purpura (HSP)
PENATALAKSANAAN
• IVFD NaCl 0,9% 20 gtt/i
• Inj. Ranitidin 50 mg/12 jam
• Inj Methyl Prednisolon 25 mg/8 jam
• Inj Ampicilin 1 mg/ 8 jam
• Tab Paracetomol 3 x 500 mg / 6 jam P.O (bila perlu)
RENCANA PENJAJAKAN
• Pemeriksaan fungsi Ginjal
• Urinalisa
BAB IV
FOLLOW UP
BAB V
DISKUSI KASUS
TEORI PASIEN
Definisi :
Tidak ada pengobatan definitif pada Inj Methyl Prednisolon 25 mg/8 jam
penderita HSP. Pengobatan adalah Inj Ampicilin 1 mg/ 8 jam
suportif dan simtomatis, meliputi
Tab Paracetomol 3 x 500 mg / 6 jam
pemeliharaan hidrasi, nutrisi,
keseimbangan elektrolit dan mengatasi P.O (bila perlu)
nyeri dengan analgesik.
Untuk keluhan artritis ringan dan
demam dapat digunakan OAINS.
Metilprednisolon IV dapat mencegah
perburukan penyakit ginjal bila
diberikan secara dini. Dosis yang dapat
digunakan adalah metilprednisolon
250 – 750mg/hr IV selama 3 – 7 hari.
Antibiotik jika terjadi infeksi dengan
tanda peningkatan leukosit.
BAB VI
KESIMPULAN
Pasien laki-laki, berusia 15 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan nyeri
abdomen dan purpura pada kedua–dua ekstremitas bawah. Setelah dilakukan
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, pasien kemudian di
diagnosis dengan Henoch Schonlein Purpura. Pasien dirawat tirah baring di ruangan
rawat inap RSUP HAM Medan, kemudian ditatalaksana dengan IVFD NaCl 0,9 %
20 gtt/I, Inj Ranitidin 50 mg/12 jam, Inj Methyl Prednisolon 25 mg/ 8 jam, Inj
Ampicilin 1 mg/ 8 jam, tab Paracetamol 3 x 500 mg/ 6 jam P.O (bila perlu). Setelah
keluhan pasien ditangani, pasien dianjurkan untuk berawat jalan ke poli anak RSUP
HAM, Medan.
DAFTAR PUSTAKA