Anda di halaman 1dari 15

REFERAT

PIELONEFRITIS AKUT

Oleh :

Nurul Islami Putri 1102016164

Dokter Pembimbing:

Dr.dr. Wan Nendra K, Sp.A

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

PERIODE 4 JANUARI – 31 JANUARI 2021

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS YARSI

JAKARTA
DAFTAR ISI
I. BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................3

II. BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................4

YIII...................................................................................................................KESIMPULAN
13

YIV..........................................................................................................DAFTAR PUSTAKA
14

2
BAB I
PENDAHULUAN
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah istilah umum yang dipakai untuk menyatakan adanya
invasi mikroorganisme pada saluran kemih. Infeksi ini dapat mengenai laki-laki maupun
perempuan dari semua umur pada anak, remaja, dewasa ataupun umur lanjut. Akan tetapi dari
kedua jenis kelamin, ternyata perempuan lebih sering dibandingkan laki-laki dengan angka
populasi umum 5- 15%. Untuk menyatakan adanya ISK harus ditemukan bakteri di dalam
urin.1 Penyakit infeksi ini merupakan salah satu penyakit infeksi yang sering ditemukan di
praktik umum, walaupun bermacam-macam antibiotika yang sudah tersedia luas di pasaran.
Data penelitian epidemiologi klinik melaporkan hampir 25-35% dari semua pria dewasa
pernah mengalami ISK selama hidupnya.

Infeksi saluran kemih dibedakan atas infeksi saluran kemih atas (seperti pielonefritis atau
abses ginjal), dan infeksi saluran kemih bawah (seperti sistitis atau uretritis). Pielonefritis
akut adalah salah satu penyakit infeksi paling serius untuk anak-anak, hal ini dikarenakan
kekhawatiran resiko tinggi sepsis pada anak difase akut dan potensi resiko jaringan parut
ginjal dengan kemungkinan morbiditas jangka panjang. Penyakit ini paling banyak
disebabkan oleh Escherichia coli, namun bisa juga disebabkan oleh organisme lain seperti
spesies Klebsiella, Enterococcus, Enterobacter, Proteus, dan Pseudomonas ( Morelo W, et al
2016).

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI
Pielonefritis akut adalah infeksi pada saluran kemih bagian atas yang dapat
mencangkup infeksi pada parenkim ginjal, kaliks dan pelvis renalis. Penyakit ini
tersering disebabkan oleh infeksi bakteri E.coli. (marcdante KJ, et al 2014)

2.2 EPIDEMIOLOGI
Infeksi saluran kemih atas merupakan infeksi yang paling umum dimasa kanak-kanak.
Pielonefritis akut sering juga disebut ISK demam akut yang dapat menyebabkan parut
ginjal. PA pada anak-anak bergantung pada usia. Untuk usia 1-2 tahun mayoritas
pasien adalah laki laki dengan prevalensi 70-80%. Setelah berusia diatas dua tahun
didominasi oleh wanita. Sekitar 8% anak perempuan dan 2 % anak laki-laki pernah
mendeita infeksi saluran kemih ketika telah berusia 11 tahun. Saluran uretra yang
pendek merpukan salah satu faktor predisposisi pada anak perempuan. Sedangkan
resiko pada anak laki-laki yang belum disirkumsisi meningkat 5-12 kali lipat daripada
yang telah disirkumsisi.

2.3 ETIOLOGI
Sebagian besar kasus dari pielonefritis akut disebabkan oleh naiknya organisme yang
berasal dari feses melalui uretra dan jaringn periuretra kedalam kandung kemih,
dengan invasi berikutnya keginjal.
Bakteri Escherichia Coli (E.coli) adalah bakteri yang paling sering menginfeksi
dengan prevalensi sekitar 80-90%. Reservior utama E coli adalah usus manusia,

4
kedekatan anatomis dengan lubang uretra meningkatkan resiko kolonisasi saluran
kemih.
10-20 % kasus PA yang tersisa disebabkan oleh berbagai organisme lain seperti
Klebsiella, Enterococus, Enterobacteria, Proteus, dan pseudomonas.
Sebuah laporan baru-baru ini oleh ahli nefrologi pediatrik dari 18 unit di sepuluh
negara Eropa berfokus pada organisme penyebab yang terdeteksi pada 4745 kultur
urin positif antara Juli 2010 dan Juni 2012 baik dari bayi yang dirawat di rumah sakit
maupun yang tidak dirawat di bawah usia 24 bulan. E. coli adalah bakteri yang paling
sering diisolasi dari kultur urin. Namun, di 10/16 rumah sakit dan di 6/15 pengaturan
komunitas, E. coli diisolasi dalam waktu kurang dari 50% dari total kultur urin positif.
Terisolasi lainnya.

2.4 PATOFISIOLOGI

Escherichia coli (E. coli) adalah bakteri yang paling sering menjadi penyebab infeksi
pielonefritis akut. Reservoir utama E. coli adalah usus manusia, dimana kuman ini
merupakan komensal normal. Kedekatan anatomis dengan lubang uretra
meningkatkan risiko kolonisasi saluran kemih. Isolat yang bertanggung jawab atas PA
pada individu tertentu sering kali cocok dengan isolat rektal dari orang yang sama. Di
antara berbagai galur E. coli, uropatogenik E. coli (UPEC) dicirikan baik oleh
mekanisme virulensi tambahan yang memfasilitasi invasi mereka ke saluran kemih
dan ginjal serta ketahanannya terhadap respons imun bawaan. UPEC dilengkapi
dengan fimbriae (atau pili) yang memfasilitasi perlekatan uroepitel, bahkan dengan
aliran urin yang memadai. Kemampuan mereka untuk mengikat jaringan inang sangat
penting untuk kolonisasi saluran kemih, melawan aliran urin. Tipe 1 dan tipe P pili
adalah dua tipe yang paling terkenal. Jenis pili lainnya juga telah dijelaskan. Peralihan
ekspresi berbagai jenis pili tampaknya dipengaruhi oleh lingkungan (proses yang
dikenal sebagai variasi fasa). Proses ini meningkatkan kemungkinan kepatuhan pada
jaringan inang. Karakteristik UPEC lain yang memberikan keuntungan bertahan hidup
adalah antigen kapsul virulen, sistem akuisisi zat besi, dan sekresi toksin. Selain itu,
keberadaan plasmid dapat menyebabkan resistensi antibiotic

UPEC bertindak sebagai patogen intraseluler oportunistik. Setelah UPEC menyerang


uroepitel, pembentukan biofilm intraseluler, yang mengandung ribuan organisme
yang berkembang biak dengan cepat, dapat melindungi diri dari sistem kekebalan

5
tubuh. Dari kandung kemih, bakteri naik ke ginjal, terutama dengan adanya faktor
anatomi seperti VUR atau dilatasi mayor dengan obstruksi. Sang penyelenggara
Respon inflamasi terhadap kolonisasi oleh UPEC ditandai dengan produksi sitokin,
masuknya neutrofil, pengelupasan sel epitel kandung kemih yang terinfeksi, dan
pembentukan spesies nitrogen dan oksigen reaktif. Kondisi inflamasi yang
berkepanjangan dapat menyebabkan jaringan parut, meskipun mekanisme yang
mendasari pastinya masih belum diketahui.

E. coli menyerang uroepithelium, difasilitasi dengan adanya fimbriae.


Lipopolisakarida mengikat CD14 dan aktifkan Reseptor seperti tol (TLR). Akibatnya,
faktor nuklir κ B (NF- κ B) bermigrasi ke dalam inti sel, merangsang transkripsi
inflamasi faktor yang akan memediasi demam, perekrutan neutrofil, dan permeabilitas
vaskular. Mekanisme yang sama juga bisa bertanggung jawab atas jaringan parut
ginjal.

6
2.5 DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDING
Anamnesis
Gejala :

 Onset penyakit akut dan timbulnya tiba-tiba dalam beberapa jam atau hari
 Demam tinggi (38,5 ° C ke atas) disertai menggigil,
 gejala saluran cerna seperti mual, muntah, diare.
 Sering buang air kecil
 Rasa sakit ketika buang air kecil
 Urine terlihat keruh dan berbau tidak enak
 Rasa sakit pada tulang rusuk atau panggul
 Mendadak ingin buang air kecil
 Darah dalam urine (hematuria)
 Gejala neurologis dapat berupa iritabel dan kejang. Nefritis bakterial fokal akut
adalah salah satu bentuk pielonefritis, yang merupakan nefritis bakterial
interstitial yang dulu dikenal sebagai nefropenia lobar.
Pemeriksaan fisik :
nyeri ketok costovertebral angle (+)
takikardi
( Sudung O, et al 2011)

Pemeriksaan penunjang
a. Urinalisis
Urinalisis merupakan pemeriksaan awal yang mengindikasikan adanya ISK
dan dimulainya terapi inisial secara empiris. Gambaran urinalisis yang
mengarah ke ISK yaitu dengan ditemukannya leukosituria (leukosit >5
sel/LPB), uji leukosit esterase posititf, uji nitrit positif, dan silinder leukosit.
b. Kultur urin
Kultur urin merupakan gold standart dalam menegakkan diagnosis. dan
interpretasi hasil biakan sangat penting agar tidak terjadi overdiagnosis atau
underdiagnosis. Interpretasi hasil biakan urin bermakna tergantung pada cara
pengambilan sampel urin dan keadaan klinik pasien. Evaluasi gambaran klinik
sangat penting karena pada ISK, biakan urin dapat negatif jika pasien sudah
mendapat antibiotik atau pada penggunaan cairan antiseptik sebagai pembersih
lokal.Diagnosis ISK ditegakkan jika ditemukan biakan urin dengan hasil

7
jumlah bakteri tunggal (single species) >10.5 cfu/mL urin. Jika jumlah bakteri
antara 10.4-10.5 cfu/mL urin, perlu dilakukan evaluasi karena jumlah ini
mungkin merupakan infeksi atau kontaminasi. Jumlah jumlah bakteri < 10.4
cfu/ mL urin diartikan dengan kontaminasi. Jumlah bakteri <10.5 cfu.mL akan
berarti signifikan jika disertai dengan gejala klinis ISK. Pada pemeriksaan
biakan urin yang diperoleh dengan aspirasi supra pubik, berapa pun jumlah
bakteri yang ditemukan berarti bermakna. Jumlah koloni bakteri dapat menjadi
rendah jika urin sangat encer atau sudah mendapat antibiotik sebelum
pengambilan sampel urin. Literatur lain menyebutkan nilai ambang untuk
diagnosis ISK adalah 1.000cfu/m/l rin jika sampel urin diambil dengan
aspirasi suprapubik; 50.000cfu/mL urin jika sampel urin diambil dengan cara
kateterisasi atau pancar tengah, sedangkan penggunaan urine collector tidak
direkomemdasikan.3 Pada tahun 2011, UKK Nefrologi IDAI membuat
konsensus yang salah satu isinya adalah kriteria bakteriuria bermakna.
Diartikan dengan bakteriuria bermakna jika terdapat berapa pun jumlah
bakteri jika urin diambil dengan aspirasi supra pubik; atau jumlah bakteri
>50.000 cfu/mL jika urin diambil dengan kateterisasi urin; atau jumlah bakteri
>100.000 cfu/ mL jika urin diambil dengan cara pancar tengah atau dengan
urine collector.
c. Pemeriksaan darah
Pada pielonefritis akut terdapat peningkatan leukosit (leukositosis),
peningkatan neutrofil, laju endap darah dan C-reactive protein positif
(>20mg/dL).
d. Imaging
 USG, digunakan untuk menyingkirkan kemungkinan adanya kelainan
anatomi dan juga untuk memberikan informasi mengenai ada tidaknya
jaringan parut ginjal (Marcdante KJ, et al 2014)
 VCUG (volding cystourethrogram), pencitraan untuk mendeteksi
refluks vesikoureteral.
 Pemindai DMSA technetium-99mm, mendeteksi jaringan parut pada
ginjal
 CT-Scan MRI, untuk menilai fungsi dan anatomi traktus urinarius.

8
(White B, 2011)

Diagnosis banding
 Sistitis
 Sindrom nefrotik
 Infeksi saluran kemih bawah

2.6 TATALAKSANA
Farmakologi
Tujuan eradikasi infeksi akut adalah mengatasi keadaan akut, mencegah terjadinya
urosepsis dan kerusakan parenkhim ginjal. Jika seorang anak dicurigai ISK, berikan
antibiotik dengan kemungkinan yang paling sesuai sambal menunggu hasil biakan
urin, dan terapi selanjutnya disesuaikan dengan hasil biakan urin.
Bayi ≥ 3 bulan dengan pielonefritis akut/ISK atas:
• Pertimbangkan untuk dirujuk ke spesialis anak .
• Terapi dengan antibiotik oral 7-10 hari, dengan antibiotik yang resistensinya
masih rendah berdasarkan pola resistensi kuman, seperti sefalosporin atau ko-
amoksiklav.
• Jika antibiotik per oral tidak dapat digunakan, terapi dengan antibiotik
parenteral, seperti sefotaksim atau seftriakson selama 2-4 hari dilanjutkan
dengan antibiotik per oral hingga total lama pemberian 10 hari.

Pengobatan ISK pada neonatus Pada masa neonatus, gejala klinik ISK tidak spesifik
dapat berupa apati, anoreksia, ikterus, gagal tumbuh, muntah, diare, demam,

9
hipotermia, tidak mau minum, oliguria, iritabel, atau distensi abdomen. Kemampuan
neonatus mengatasi infeksi yang belum berkembang menyebabkan mudah terjadi
sepsis atau meningitis, terutama pada neonatus dengan kelainan saluran kemih.
Pengobatan terutama ditujukan untuk mengatasi infeksi bakteri Gram negatif.
Antibiotik harus segera diberikan secara intravena. Kombinasi aminoglikosida dan
ampisilin pada umumnya cukup memadai. Lama pemberian antibiotik pada neonatus
dengan ISK adalah 10-14 hari. Pemberian profilaksis antibiotik segera diberikan
setelah selesai pengobatan fase akut.

Terapi antibiotik parenteral empirik adalah kombinasi ampisilin dan gentamisin yang
dapat mengatasi bakteri Streptococus group B dan Enterococcus, serta bakteri Gram
negatif. Pilihan lain dapat berupa antibiotik tunggal sefotaksim atau kombinasi
sefotaksim dan gentamisin.

Dalam tata laksana bayi usia 0-3 bulan, antibiotik diberikan selama 14 hari, baik
parenteral maupun gabungan parenteral dan oral. Antibiotik parenteral diberikan
sampai bayi mengalami perbaikan secara klinis (biasanya 3-7 hari), dan dapat
dilanjutkan dengan antibiotik oral selama sia waktu hingga total lama pemberian
antibiotik menjadi 14 hari.

Pada bayi usia 1-3 bulan, dapat dipertimbangkan tata laksana rawat jalan pada bayi
dengan keadaan tertentu seperti keadaan umum yang tidak tampak sakit berat, tidak
ada tanda bakteremia atau meningitis, atau yang dapat dipantau dengan baik. Pada
pasien rawat jalan, dapat juga diterapi dengan seftriakson atau gentamisin parenteral
setiap 24 jam. Antibiotik parenteral diteruskan hingga bayi bebas demam selama 24
jam dan sisa hari diteruskan dengan antibiotik oral hingga total lama antibiotik menjdi
14 hari.

Pada usia 3 hingga 24 bulan, sefiksim dapat menjadi pilihan dalam terapi febrile
urinary tract infection dan penelitian menunjukkan efektifitas antibiotik oral dalam
tata laksana febrile urinary tract infection usia 1-24 bulan. Pada penelitian dengan
pemberian sefiksim oral selama 14 hari atau sefotaksim intravena selama 3 hari
dilanjutkan dengan sefiksim oral selama 11 hari, terlihat hasil yang tidak berbeda.
Biakan urin menjadi negatif setelah 24 jam pengobat- an, dan suhu tubuh normal pada
24 jam setelah terapi.

10
Pada anak usia >24 bulan dan remaja, sebagai terapi dapat diberikan sefiksim oral
atau antibiotik short course secara intravena selama 2-4 hari dan diikuti dengan
antibiotik oral. Pada anak, pemberian aminoglikosida intravena dosis tunggal sehari
dilaporkan cukup efektif dan aman seperti pemberian setiap 8 jam. Pasien dengan
pielonefritis akut biasanya diterapi dengan antibiotik selama 10-14 hari.

Pada pielonefritis akut, lama pemberian antibiotik antara 10-14 hari. Pada pielonefritis
(acute lobar nephronia), tata laksana efektif dapat mencegah progresivitas menjadi
abses ginjal. Pemilhan antibiotik

2.7 KOMPLIKASI
 Gagal ginjal akut,
 Sepsis
 Parut ginjal terjadi pada 8-40% pasien setelah mengalami episode pielonefritis
akut

11
 Obstruksi saluran kemih.
 Abses ginjal
 Bakterimia

2.8 PROGNOSIS
Tingkat kekambuhan ISK diperkirakan sekitar 25-40%. Kekambuhan diperkirakan
terjadi dalam kurung waktu 2-3 minggu setelah terapi. Kultur urin ulangan harus
dilakukan 1-2 minggu setelah pemberian terapi untuk menilai sterilisasi urin.
Beberapa pakar merekomendasikan pengulangan kultur urin setelah pielonefritis
berulang yang dilakukan sebulan sekali selama 3 bulan berturut-turut, setelah itu
dilakukan 3 bulan sekali selama 6 bulan, kemudian setahun sekali selama 2-3 tahun.
Refluks tingkat 1 dan 3 memiliki tingkat kesembuhan 13% pertahun pada 5 tahun
pertama. Refluks tingkst 4-5 memiliki tingkat kesembuhan 5% pertahun.

12
BAB III

KESIMPULAN

13
Pielonefritis akut adalah infeksi pada saluran kemih bagian atas yang dapat mencangkup
infeksi pada parenkim ginjal, kaliks dan pelvis renalis. Penyakit ini tersering disebabkan oleh
infeksi bakteri E.coli. Sering merupakan tanda kelainan ginjal dan saluran kemih, dan
potensial menyebabkan parut ginjal yang berlanjut menjadi gagal ginjal terminal. Diagnosis
dini dan terapi adekuat sangat penting dilakukan agar penyakit tidak berlanjut. Deteksi
kelainan saluran kemih, meningkatkan strategi pemanfaatan pemeriksaan pencitraan, dan
penggunaan antibiotik yang tepat akan menurunkan terjadinya parut ginjal dan
komplikasinya. Pengobatan PA bertujuan untuk mencegah terjadinya parut ginjal.
Keberhasilan penanganan yang efektif ialah diagnosis dini dan pengobatan antibiotik yang
adekuat.

DAFTAR PUSTAKA

14
Marcdante KJ, et al 2014. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Esensial Ed VI. Jakarta :
SaundersElsavier

Morello W, et al 2015. Acute Pyelonephritis in Children. Pediatric Nephrology

Pardede SO, 2018. Infeksi pada Ginjal dan Saluran Kemih Anak: Manifestasi Klinis dan
Tata Laksana. Jakarta : SariPerdiatri

Pardede SO, et al 2011. Konsensus Infeksi Saluran Kemih Pada Anak. Jakarta : Badan
Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia

White B, 2011. Diagnosis and Treatment of Urinary Tract Infection in Children. Porland :
American Family Phycisian.

15

Anda mungkin juga menyukai