PENDAHULUAN
Tetanus
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1.
2.1.2.
bawahnya.3
Etiologi
Luka dapat disebabkan oleh berbagai hal yaitu: (1). Trauma
mekanis yang disebabkan karena tergesek, terpotong, terpukul, tertusuk,
terbentur dan terjepit, (2). Trauma elektris, dengan penyebab cedera karena
listrik dan petir, (3). Truma termis, disebabkan oleh panas dan dingin, (4).
Trauma klinis, disebabkan oleh zat kimia yang bersifat asam dan basa,
2.1.3.
gigi penggigit.3
Tanda-tanda Luka
Tanda-tanda luka terbagi atas:
a. Tanda-tanda Umum
Syok terjadi akibat kegagalan sirkulasi perifer, dengan tanda-tanda
sebagai berikut: (1). Tekanan darah turun hingga tidak teratur, (2). Nadi
kecil hingga tidak teraba, (3). Keringat dingin dan lemah, (4).
Kesadaran menurun hingga tak sadar. Syok dapat disebakan rasa nyeri
dan perdarahan.3
Sindroma Remuk terjadi akibat banyaknya darah yang hancur,
misalnya otot-otot pada daerah luka, hingga mioglobin ikut hancurdan
menumpuk diginjal yang mengakibatkan kelainan yang disebut lower
nephron nephrosis. Tanda-tandanya yaitu urin bewarna merah, oliguria
hingga anuria, ureum darah meningkat.3
b. Tanda-tanda Lokal
Rasa nyeri disebekan oleh lesi sistem saraf. Pada luka-luka besar
sering tidak terasa nyeri karena gangguan sensibilitas akibat syok
setempat (lokal) pada jaringan tersebut.3
Perdarahan, banyaknya perdarahan tergantung atas vaskularisasi
daerah luka dan banyaknya pembuluh darah yang terpotong/rusak.
Perdarahan terhenti bila terjadi retraksi/kontraksi pembuluh darah dan
telah terbentuk cincin trombosis. Pada vulnus contussum, perdarahan
berhenti karena terbentuknya hematom yang menekan pembulh darah
dan cincin trombosis. Jenis perdarahan ada tiga, yaitu: (1) Perdarahan
parenkimatosa, yaitu peradahan yang berasal dari kapiler, tidak
berbahaya, kecuali bila terjadi pada organ-oegan visera, misalnya
limpa, yang harus menjalani splenoktomi (pengangkatan limpa), (2)
perdarahan venosa yaitu peradarahan yang berasal dari vena, tidak
begitu berbahaya kecuali pada daerah yang mengandung banyak
varises, (3) Perdarahan arterial, yaitu peradarahan yang berasal dari
arteri, sifat perdarahannya memancar dan seirama dengan denyut nadi
penderita. Bila tidak cepat diatasi, ia dapat menyebabkan syok hingga
kematian.3
2.1.5.
Penatalaksanaan Luka
Pengobatan luka terdiri dari :
a. Pengobatan umum
Dalam melakukan pengobatan umum yang terlebih dahulu
dilakukan adalah mengatasi syok dan mengatasi perdarahan.
Mengatasi syok primer dengan memberikan suntikan morfin, petidin
atau narkotika analgetik lainnya untuk mengatasi nyeri. Mengatasi
syok sekunder dengan memberikan terapi cairan. Infuus segera dengan
NaCl 0,9% atau Ringer Laktat. Bila perdarahannya banyak, lakukan
transfusi darah dan bila transfusi belum mungkin dilakukan untuk
sementara berikan ekspander plasma, misalnya Dextran L. Mengatasi
perdarahan dilakunan dengan tranfusi secepatnya dan bantuan obatobat hemostatika seperti Karbazokram (Adona
, Anaroxyl),
Transamin, dsb.3
b. Pengobatan lokal
Dilakukan P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan). Mulamula tutup luka dengan pembalut steril (dressing). Jangan menaruh
antiseptik, salep, obat tepung, pada luka karena akan memperbesar
kemungkinan kontaminasi dan kerusakan jaringan oleh bahan-bahan
kimia. Perdarahan diatasi dengan pembalut tekan, bila luka terdapat
pada ekstremitas maka ekstremitas dielevasi (ditinggikan). Perdarahan
arteri diatasi dengan:
Kompresi dengan jari, bila peradarahn tidak berhenti, tekan arteri
bagian proksimal dengan jari (bila perlu jari dimasukkan ke dalam
luka). Untuk arteri karotis dilakukan penekanan ke arah kolumna
vertebra,
arteri
subklavia
dilakukan
penekanan
pada
fosa
diathermi/koagulasi
(menggunakan
alat
khusus).
Prinsip
Penyembuhan Luka
Penyembuhan luka dapat dibagi menjadi tiga fase, yaitu fase inflamasi,
proliferasi dan remodelling.2
1. Fase inflamasi
vaskular
sel
radang,
meningkat
disertai
sehingga
vasodilatasi
terjadi
eksudasi,
setempat
yang
Pada fase fibroplasia ini luka dipenuhi sel radang, fibroblast, dan
kolagen serta pembentukan pembuluh darah baru (angiogenesis),
membentuk jaringan berwarna kemerahan dan permukaan berbenjol
halus yang disebut jaringan granulasi. Proses migrasi hanya terjadi ke
arah yang lebih rendah dan datar. Proses ini baru berhenti setelah epitel
saling menyentuh dan menutup seluruh permukaan luka. Dengan
tertutupnya ppermukaan luka, proses fibroplasia dengan pembentukan
jaringan granulasi juga akan berhenti dan mulailah proses pematangan
dalam fase remodelling
3. Fase remodelling
Pada fase ini terjadi proses pematangan yang terdiri dari atas
penyerapan kembali jaringan yang berlebih, pengerutan, yang sesuai
dengan gaya gravitasi dan akhirnya penyerupaan ulang jaringan baru.
Fase ini dapat berlangsung berbulan-bulan dan dinyatakan berakhir
kalau semua tanda radang sudah lenyap. Tubuh berusaha menormalkan
kembali semua yang abnormal karena proses penyembuhan. Udem dan
sel radang diserap, sel muda menjadi matang, kapiler baru menutup
dan diserap kembali, kolagen yang berlebih diserap dan sisanya
mengerut sesuai dengan besarnya regangan. Selama proses ini
berlangsung, dihasilkan jaringan parut yang pucat, tipis dan lentur
serta muah digerakkan dari dasar. Terlihat pengkerutan maksimal pada
luka. Hal ini tercapai kira-kira 3-6 bulan setelah penyembuhan, namun
perupaan luka tulang (patah tulang) memerlukan waktu satu tahun atau
lebih untuk membentuk jaringan yang normal.
Menurut cara penyembuhannya dapat dibagi atas:3
a. Penyembuhan Primer (Sanatio per Primum Intentionum/ Primary
Healing)
Luka-luka yang bersih sembuh dengan cara ini, misalnya luka
operasi, luka kecil yang bersih. Penyembuhannya tanpa komplikasi,
penyembuhan dengan cara ini berjalan cepat dan hasilnya secara
kosmetik baik.
Fase-fase penyembuhan luka: (1) Fase perlekatan Luka, terjadi
karena adannya fibrinogen dan limfosit, dan terjadi dalam waktu 24
jam pertama. (2) Fase Aseptik Peradangan, terjadi kalor, dolor, rubor,
8
tumor dan functio laesa, pembuluh darah melebar dan leukosit serum
melebar sehingga terjadi edema. Terjadi setelah 24 jam. (3) Fase
pembersihan (initial phase), karena edema, lekosit banyak keluar untuk
memfagositisis atau membersihkan jaringan yang telah mati. (4) Fase
proliferasi pada hari ke tiga, fibroblas dan kapiler menutup luka
bersama jaringan kolagen dan makrofag. Semua ini membentuk
jaringan granulasi. Terjadi penutupan luka, kemudian terjadi
epitelisasi. Pada hari keteujuh penyembuhan telah bagus. Berdasarkan
hal ini pada luka bersih, (kecuali pada daerah yang banyak bergerak)
jahitan dibuka minimal pada hari ke 7.
b. Penyembuhan Sekunder (Sanatio per Primum Intentionum/
Secondary Healing)
Penyembuhan pada luka terbuka adalah melalui jaringan granulasi
sel epitel yang bermigrasi. Luka-luka yang lebar dan terinfeksi, luka
yang tak dijahit, luka bakar sembuh dengan cara ini. Setelah luka
sembuh akan timbul jaringan parut.
c. Penyembuhan Tersier (Sanatio per Primum Intentionum/Tertiary
Healing)
Disebut pula delayed primary clousure. Terjadi pada luka yang
dibiarkan terbuka karena adanya kontaminasi, kemudian setelah tidak
ada tanda-tanda infeksi dan granulasi telah baik, baru dilakukan jahitan
sekunder (secondary suture), yang dilakukan setelah hari keempat, bila
tanda-tanda infeksi telah menghilang.
2.2. TETANUS
2.2.1. Defenisi
Penyakit infeksi akut yang menunjukkan diri dengan gangguan
neuromuskular akut berupa trismus, kekauan dan kejang otot akibat
eksotosin spesifik kuman anaerob Clostridium tetani.2
Jenis luka yang mengandung tetanus adalah luka-luka seperti
vulnus laceratum (luka robek), vulnus punctum (luka tusuk), combustio
(luka bakar), fraktur terbuka, otitis media, luka terkontaminasi dan luka
tali pusat. Masa inkubasi penyakit ini adalah 1-54 hari, rata-rata 8 hari.3
2.2.2. Etiologi
10
rangsangan
miokardium.
Pada
otot
karena
spasme
yang
akan
mulai
mengalami
kejang
umum
yang
spontan.
11
dengan gejala awal distorsi wajah dan punggung serta kekauan dari otot
leher.4
Komplikasi yang lain berupa laserasi akibat kejang, dekubitus
karena penderita berbaring dalam satu posisi saja, panas yang tinggi
karena infeksi sekunder atau toksin yang menyebar luas dan menganggu
pusat pengatur suhu. Penyebab kematian penderita tetanus akibat
komplikasi yaitu bronkopneumonia, cardiac arrest, septikemia dan
pneumotoraks.4
2.2.4. Manifestasi Klinis
Masa inkubasi 5-14 hari, tetapi bisa lebih pendek (1 hari atau lebih
lama 3 hari atau beberapa minggu). Makin pendek masa inkubasi makin
buruk prognosisnya. Terdapat hubungan antara jarak tempat invasi
Clostridium tetani dengan susunan saraf pusat dan interval antara luka dan
permulaan penyakit, dimana makin jauh tempat invasi maka masa inkubasi
makin panjang.2,5
Manifestasi klinis tetanus terdiri atas 4 macam yaitu:
1) Tetanus lokal
Tetanus lokal merupakan bentuk penyakit tetanus yang ringan
dengan angka kematiansekitar 1%.Gejalanya meliputi kekakuan dan
spasme yang menetap disertai rasa sakit pada otot disekitar atau
proksimal luka.Tetanus lokal dapat berkembang menjadi tetanus
umum.1,2
2) Tetanus sefal
Bentuk tetanus lokal yang mengenai wajah dengan masa inkubasi
1-2 hari, yang disebabkan oleh luka pada daerah kepala atau otitis
media kronis.Gejalanya berupa trismus, disfagia, rhesus sardonikus
(senyum seseorang yang sedang menderita) disfungsi nervus
kranial.Tetanus sefal jarang terjadi, dapat berkembang menjadi tetanus
umum dan prognosisnya biasanya buruk.1,5
3) Tetanus umum
Bentuk tetanus yang paling sering ditemukan. Gejala klinis dapat
berupa berupa trismus, iritable, kekakuan leher, susah menelan,
kekakuan dada dan perut (opistotonus), fleksi-abduksi lengan serta
ekstensi tungkai, rasa sakit dan kecemasan yang hebat serta kejang
12
umum yang dapat terjadi dengan rangsangan ringan seperti sinar, suara
dan sentuhan dengan kesadaran yang tetap baik.1,2,5
4) Tetanus neonatorum
Tetanus yang terjadi pada bayi baru lahir, disebabkan adanya
infeksi talipusat,umumnya karena tehnik pemotongan tali pusat yang
aseptik dan ibu yangtidakmendapat imunisasi yang adekuat.Gejala
yang sering timbul adalah ketidakmampuan untuk menetek,kelemahan,
irritable diikuti oleh kekakuan dan spasme. Posisi tubuh klasik:
trismus, kekakuan pada otot punggung menyebabkan opisthotonus
yang berat dengan lordosis lumbal. Bayi mempertahankan ekstremitas
atas fleksi pada siku dengan tangan mendekap dada, pergelangan
tangan fleksi, jari mengepal, ekstremitas bawah hiperekstensi dengan
dorsofleksi pada pergelangan dan fleksi jari-jari kaki.Kematian
biasanya disebabkan henti nafas,hipoksia, pneumonia,kolaps sirkulasi
dan kegagalan jantung paru.1,5
Tabel 1. Sistem skoring tetanus menurut Ablett
Grade I (ringan)
Grade II (sedang)
Grade III A
(berat)
Grade III B
(sangat berat)
Gambaran diferensial
Demam, trismus ridak ada, penurunan kesadaran, cairan
serebrospinal abnormal.
Trismus tidak ada, paralisis tipe flasid, cairan
serebrospinal abnormal.
13
Lesi orofaring
Peritonitis
KELAINAN METABOLIK
Tetani
Keracunan striknin
Reaksi fenotiazin
PENYAKIT SISTEM SARAF PUSAT
Status epileptikus
Perdarahan atau tumor (SOL)
KELAINAN PSIKIATRIK
Histeria
KELAINAN MUSKULOSKELETAL
Trauma
2.2.6. Pengobatan
Prinsip pengobatan tetanus terdiri dari tiga upaya, yaitu mengatasi
akibat eksotosin yang sudah terikat pada susunan saraf pusat, menetralisasi
toksin yang masih beredar di dalam darah dan menghilangkan kuman
penyebab. Pada penatalaksanaan penyakit tetanus perlu ditenrukan terlebih
dahulu derajat keparahan penyakit.2
Lokasi Infeksi
Imunisasi
Faktor
memperberat
yang
< 48 jam
Nilai
5
2-5 hari
6-10 hari
11-14 hari
>14 hari
Internal/umbilical
1
5
Leher,kepala,dinding tubuh
Ekstremitas proksimal
Ekstremitas distal
Tidak diketahui
Tidak ada
1
10
Proteksi lengkap
Penyakit trauma yang membahayakan jiwa
0
10
14
A.S.A derajat
*sistem penilaian untuk menilai risiko penyulit. (American Society of Anesthesiologist)
a. Penatalaksanaan Umum
Tujuan
terapi
ini
berupa
mengeliminasi
kuman
tetani,
16
4) Tetanus toksoid
Pemberian Tetanus Toksoid (TT) yang pertama,dilakukan
bersamaan dengan pemberian antitoksin tetapi pada sisi yang berbeda
dengan alat suntik yang berbeda. Pemberian dilakukan secara I.M.
Penderita yang sembuh dari tetanus tidak memiliki imunitas terhadap
infeksi tetanus ulangan karena jumlah tetanospasmin yang dibutuhkan
untuk menyebabkan tetanus tidak cukup untuk menstimulasi sistem
imunitas tubuh. Pasien yang sembuh dari tetanus harus memulai atau
melengkapi imunisasi aktif dengan tetanus toksoid selama proses
penyembuhan. Pemberian TT harus dilanjutkan sampai imunisasi dasar
terhadap tetanus selesai.4,6
5) Antikonvulsan
Tabel 3. Jenis antikonvulsan
_________________________________________________________________
Jenis Obat
Dosis
Efek Samping
_________________________________________________________________
Diazepam
Stupor, Koma
Tidak Ada
Hipotensi
Depressi pernafasan
_________________________________________________________________
17
18
Skor 1
Skor 0
Masa inkubasi
Periode onset
< 7 hari
< 2 hari
Umbilikus, luka bakar, uterus,
fraktur terbuka, luka operasi,
injeksi intramuskular
Ada
> 38.4oC
Dewasa > 120 kali/menit
Neonatus > 150 kali/menit
Tempat masuk
Spasme
Demam
Takikardia
Skor 0-1
Skor 2-3
Skor 4
Skor 5-6
19
BAB III
KESIMPULAN
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Ismanoe G. Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 3. Blai Penerbit FK UI. Jakarta: 2006.
Hal 1799-1807.
2. Sjamsuhidajat R, De Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah edisi 3. Jakarta: EGC;
2010.
3. Karakata S. Bedah Minor. Jakarta: Hipokrates; 1996.
4. Akbar
A.
Tetanus.
2012.
Diunduh
dari
URL:htpp://www.scribd.com/doc/47396123/Referat-Tetanus.
5. Mardjono, mahar. Neurologi Klinis Dasar. Dian Rakyat, Jakarta:2004.
6. CDC.
2008.
Tetanus.
http://www.cdc.gov/vaccines/pubs/pinkbook/downloads/tetanus
21