Anda di halaman 1dari 26

BPSD

(Behavior and psychological


symptoms of dementia )

Vicklen S. Pesiwarissa

PEMBIMBING:
dr. Sherly Yakobus, Sp.KJ
Pendahuluan

 Lanjut usia ( LANSIA ) ≥ 65 thn 


WHO
 Proporsi
lansia di dunia meningkat,
sedangkan usia muda menurun
 Jumlah lansia ♀ >♂
…Pendahuluan

 Singapore : 7% (2000) , 19% (2030)


 Indonesia : populasi lansia 7,4% (2000)
11,34% (2020)
 Lansia :1. Economists : a burden
2. Politicians : a vote
3. Medical Doctors : a case
4. Nurse : a patient
Demensia

 Merupakan penyakit yang sangat ditakuti pada


lansia
 Macam-macam demensia :
 Demensia Alzheimar (>50%)
 Demensia Vaskular ( 20%)
 Demensia Vaskuler dan Alzheimer ( 20%)
 Demensia penyakit Picks dll. ( 5%)
Demensia

 Demensia Alzheimer merupakan penyakit


degeneratif otak yang tersering
ditemukan dan paling ditakuti
 Penyebab kematian ke-4 setelah : kanker,
penyakit jantung, dan stroke
Definisi Demensia
1. Suryo dr.Sp.KJ = kepikunan patologik yang disebabkan oleh
kerusakan sel-sel otak.

2. PPDGJ III = sind. penyakit otak , kronik atau progresif , terdapat


ggn fs luhur : daya ingat ,daya orientasi , daya pemahaman,
berhitung , kemampuan belajar , berbahasa & daya kemampuan
menilai . Kesadaran tdk berkabut, disertai hendaya fs kognitif &
ada kalanya diawali oleh kemerosotan dlm pengendalian
emosi,perilaku sosial atau motivasi

3. DSM IV : sind. Klinik yg ditandai dgn terjadinya defisit kognisi


multipel meliputi daya ingat dan paling sedikit satu dari kognisi
lain afasia , apraksia, agnosia atau ggn fungsi eksekutif yg cukup
berat sehingga mengganggu fs okupasi , sosial dan harus
memperlihatkan penurunan fungsi dibandingkan sebelumnya.
Diagnosis DEMENSIA (PPDGJ III )

 Penurunan kemampuan daya ingat dan


daya pikir
 Pemahaman informasi baru terganggu
 Tidak ada gangguan kesadaran
 Menganggu kegiatan sehari2 (ADL)
 Gejala tersebut sudah nyata minimal 6
bulan
Kriteria D/ Demensia Alzheimer :
( PPDGJ III )
1. Terdapat gejala demensia seperti tersebut diatas
2. Awitan ( Onset ) yang tersembunyi dengan
deteriorisasi lambat. Awitan ( onset ) sulit ditemukan
saatnya namun orang lain bisa menyadari adanya
kelainan. Dalam perjalanan peny dapat ditemukan
suatu taraf yang stabil.
3. Tdk ada bukti klinis atau temuan dari penyelidikan
khusus yg menyatakan bahwa kondisi mental itu
dapat disebabkan o/ peny otak atau sistemik lain yg
dpt menimbulkan demensia.
4. Tdk adanya serangan apopleptik mendadak atau
gejala neurologis kerusakan otak fokal
Faktor risiko
 Umur
 Riwayat penyakit dlm keluarga : meningkat
3,5x
 Apolipoprotein E, mutasi amyloid precursor
gene pd kromosom 21, presenilin genes
pada kromosom 1 dan 14, apolipoprotein E
4 dan 2 pada kromosom 19
 Sindrom Down, pada usia sebelum 40 thn
mengalami demensia alzheimer
Possible risk factor
 Trauma kepala, meningkat 80 % ,
terutama yang sdh terdapat apolipoprotein
E 4
 Riwayat depresi
BPSD

 Behavior and Psychological Symptoms of Dementia


adalah berbagai bentuk perubahan perilaku dan
psikologik yang sering ditemukan pada penderita
Demensia
 Penyebab dari perubahan perilaku & psikologik pada
demensia bersifat multifaktorial/biopsikososial
 Perubahan perilaku dan psikologik sangat
mengganggu kehidupan pasien dan keluarganya/
caregiver
Manifestasi klinis

 Problem perilaku :
 Perilaku agresif, yaitu penderita menjadi galak,
kasar, tidak jarang menyerang secara fisik
 Gelisah mondar-mandir
 Sering berteriak-teriak tengah malam
 Wandering : penderita suka keluyuran tanpa
tujuan, hilang dari rumah, tersesat
 Senang menimbun barang
 Ngomong kotor = “menyumpah”
 Kehilangan sopan santun sering dalam bentuk
perilaku seksual yang tak senonoh
Manifestasi klinis
 Kecenderungan untuk mengulang-ulang
pertanyaan
 Seringkali penderita seperti tidak mau ditinggal
sendirian, mengikuti kemanapun orang pergi
 Penderita menjadi impulsif, tidak bisa
mengontrol perilakunya, kekanak-kanakan
 Intrusiveness : banyak permintaan, tidak sabar,
melengket terus-menerus pada caregiver-nya
 Negativistik : perilaku menolak melakukan
sesuatu, tidak kooperatif, dan menolak
perawatan
Manifestasi klinis
 Problem psikologik :
 Halusinasi, sering kali berupa halusinasi
penglihatan, seperti melihat anak-anak kecil
memasuki kamarnya, seseorang duduk di
ranjangnya, dsb
 Anxietas, penderita selalu ketakutan akan ditinggal
oleh keluarganya
 Depresi, merupakan problem psikologik yang
sering dijumpai pada pasien demensia. Penderita
menarik diri, menolak makan, menangis, merasa
terbuang, putus asa, dan keinginan bunuh diri
Manifestasi klinis
 Misidentifikasi, penderita salah mengenali
orang, atau bahkan tidak mengenal bayangan
dirinya di cermin
 Waham, seringkali berupa kecemburuan yang
tidak masuk akal, kecurigaan yang berlebihan,
ketakutan bahwa dirinya akan dicelakakan, dsb
 Gangguan tidur, sering menyulitkan karena
penderita bangun tengah malam kemudian
jalan-jalan, atau berteriak-teriak
 Mengganggu : delusi, halusinasi, depresi,
ansietas
 Merepotkan : agresivitas fisik, wandering dan
kegelisahan
 Stres pada keluarga : misidentifikasi, agitasi,
perilaku yang tidak sesuai budaya atau
disinhibisi seksual, melangkah bolak-balik dan
menjerit2
 Membuat kesal : menangis, mengutuk, tidak
ada kemauan dan pertanyaan yang berulang-
ulang
Etiologi BPSD
Biological :
Psychological: Neurotransmitter change
Response to stres (Ach, dopamin, NE,
Serotonin)
Circadian rhythm
disturbances
neuropathology
BPSD

Social aspects: Genetic


Environmental changes,
Caregiver factor
Yang dapat mencetuskan BPSD
 Sikap pengasuh rawat :
 Cara berkomunikasi
 Sering mengkritik
 Memaksa untuk melakukan sesuatu
 Terlalu cerewet
 Kurang memperhatikan

 Suasana lingkungan : gaduh, ramai


BPSD
1. Perlu adanya strategi penanganan yang tepat agar gangguan
perilaku pada demensia seperti agitasi, wandering, depresi, delusi
paranoid, apatis, halusinasi, dan agresivitas (verbal/fisik) dapat
diatasi.

2. Strategi tatalaksana meliputi program aktivitas dan pemberian


obat bila perlu. Program aktivitas meliputi stimulasi kognitif,
mental, dan afektif yang dikemas dalam bentuk yang sesuai untuk
pasien tersebut.
Penatalaksanaan Farmakologik
 Pemberian obat-obat psikofarmaka hanya
diberikan untuk kondisi problem perilaku &
psikologik yang berat atau sangat
menggangu, seperti perilaku sangat agresif-
impulsif, gejala psikosis seperti waham dan
halusinasi, atau suatu kondisi depresi berat.
Obat-obat yang diberikan disesuaikan
dengan target gejala; Antipsikotik,
antidepresan, atau mood stabilizier, dll
Penatalaksanaan Nonfarmakologik

 Modifikasi lingkungan
 Tata ruang sederhana, segala sesuatu mudah
dijangkau, ada bel pengaman, dsb
 Suasana tempat tinggal disesuaikan dengan
disabilitas kognitif pasien
 Warna dinding lembut, sinar secukupnya,
hindarkan cermin, barang pecah belah, dsb
Penatalaksanaan nonfarmakologik

 Intervensi keluarga
 Penjelasan tentang penyakit yang diderita pasien,
serta berbagai konsekuensi yang akan dihadapi
oleh keluarga
 Merencanakan tatalaksana yang akan dilakukan
terhadap pasien (termasuk perlindungan hukum,
pengampuan, dsb)
 Mengajarkan keluarga cara-cara menghadapi
perilaku pasien
 Mengikutkan keluarga dalam program grup
suportif/ caregiver support group
Penatalaksanaan nonfarmakologik

 Terapi perilaku terhadap pasien


 Susun kegiatan harian untuk pasien
 Lakukan latihan orientasi secara berkala
 Latihan ADL
 Akomodasi perasaan pasien
 Hindarkan sikap bermusuhan, menentang, atau
provokasi lain
 Berikan pujian untuk setiap perilaku positif
 Berikan tugas-tugas sederhana yang
menyenangkan
Penatalaksanaan nonfarmakologik

 Mengajarkan pasien untuk mengendalikan


perilaku agresif-impulsif dengan model
pendekatan “token ekonomi”
 Sediakan waktu untuk mengajak pasien
bercerita tentang kehidupan lalunya
 Musik yang lembut membantu mereduksi
kecemasan dan kegelisahan pasien
 Senam atau olah raga untuk merawat
kemampuan koordinasi dan mereduksi
ketegangan
Penutup
 Perubahan perilaku dan psikologik pada pasien
demensia merupakan problem yang paling sering
akan dihadapi oleh keluarga atau caregiver
 Penatalaksanaan problem perilaku pada pasien
demensia memerlukan keterlibatan keluarga dari
sejak awal terapi
 Terapi perilaku yang diterapkan bagi pasien
sebaiknya bersifat sederhana dan menyenangkan
 Selain pasien juga keluarga dan caregiver
membutuhkan dukungan psikologis
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai