DIARE AKUT
Diare merupakan perubahan konsistensi feses menjadi lebih lunak atau encer dengan
peningkatan intensitas defekasi melebihi batas normal (3x/24jam). Berdasarkan lamanya
keluhan, diare dapat dikelompokan menjadi diare akut (< 2 minggu); diare persisten (2 4
minggu); dan diare kronis (> 4 minggu). Diare dapat disebabkan baik oleh infeksi maupun non
infeksi.
Infeksi Non infeksi
Bakteri E. coli, shigella, salmonella, vibrio, Alergi protein susu
Campylobacter, dll Intoleransi karbohidrat
Virus Rotavirus, Norwalk virus, adenovirus Malabsorpsi
Parasit E. histolytica, G. lamblia, Keracunan makanan, zat kimia beracun
Cryptosporidium parvum Toksin mikroorganisme: Clostridium perfingens, S. aureus
Salah satu efek dari diare adalah gangguan elektrolit akibat feses cair yang keluar
mengandung sejumlah elektrolit seperti sodium, klorida, dan bikarbonat sehingga muncul
manifestasi seperti dehidrasi, asidosis, dan gangguan keseimbangan elektrolit. Pada saat
menerima pasien anak dengan diare akut, perlu ditanyakan riwayat pemberian makan anak.
Anamnesis dilakukan untuk menilai diare terlebih dahulu [frekuensi, lama diare (hari), adanya
darah / lendir, disertai muntah / tidak]. Tanyakan juga gejala lain seperti panas badan, batuk
pilek, serta tindakan pertolongan yang telah dilakukan. Pada pemeriksaan fisik, pertama pastikan
tanda-tanda dehidrasi pada anak [anak rewel, penurunan kesadaran, mata cukung, turgor turun,
tes minum], periksa juga tanda-tanda gizi buruk, dan perut kembung.
Diagnosa Kondisi
Diare cair akut Diare akut tidak disertai darah
Kolera Diare air cucian beras yang sering, banyak, dan cepet menimbulkan dehidrasi
Diare dengan dehidrasi berat selama terjadi KLB kolera
Diare dengan hasil kultur tinja (+) v. Cholerar
Disentri Diare berdarah
Diare dengan gizi buruk Diare jenis apapun disertai dengan tanda hizi buruh.
Invaginasi Dominan darah dan lendir dalam feses
Massa intra abdominal liar
Tanginsa keras dan kepucatan
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan feses rutin, pemeriksaan
darah rutin, elektolit, dan analisis gas darah. Berdasarkan mekanismenya, diare dapat dibagi
menjadi 3 macam yaitu diare sekretorik, invasif, dan osmotik.
Tatalaksana pasien dengan diare akut dilakukan secara komprehensif mulai dari
penangnana etiologi, penangnana, gejala, hingga penangnanan komplikasi. tatalaksana terdiri
atas:
Rehidrasi cairan oral maupun iv
Zinc 10 14 hari berturut turut untuk mengembalikan fungsi usus
Bayi < 6 bulan 10 mg/hari anak usia 6 bulan 20mg/hari
Antibiotik selektif
DEHIDRASI
Semua anak dengan diare harus diperiksa apakah menderita dehdrasi serta dilakukan
penilaian derajat dehidrasi.
Derajat Tanda dan gejala Tindakan
Dehidrasi berat Terdapat 2 atau lebih tanda Lakukan rencana terapi C
Letargis / tidak sadar
Mata cekung
Tidak bisa minum atau
malas minum
Turgor di kulit perut
kembali lambat
Dehidrasi ringan Terdapat 2 atau lebih tanda Lakukan rencana terapi B
sedang Rewel dan gelisah Setelah rehidrasi, nasehati ibu untuk penangnanan di
Mata cekung rumah serta waktunya kembali
Minum lahap Kunjungan ulang dalam 5 hari bila tidak membalik
Cubitan di kulit perut
kembali lambat
Tanpa dehidrasi Tidak terdapat gejala yang Lakukan rencana terapi A
cukup Nasihati ibu kapan harus kembali
Kunjungan ulang dalam 5 hari bila tidak membaik
Pada anak dengan dehidrasi ringan-sedang, harus diberikan larutan oralit dalam waktu 3
jam pertama saat anak dalam pemantauan dokter kemudian dilanjutkan dengan pemberian di
rumah. Oralit diberkan berdasarkan berat badan maupu usia. Jika anak muntah, tunggu 10 menit
kemudian beri kembali dengan lambat. Jika kelopak mata bengkak, hentikan oralit dan beri
minum air matang / ASI. Setelah 3 jam pertama, nilai kebali status dehidrasi anak, apakah lanjut
dengan terapi A, B, atau C. Jika anak muntah profus, cairan dapat diberikan infus 70ml/kgBB RL,
habis dalam 5 jam (< 12 bulan) atau habis 2,5 jam (hingga usia 5 thn).
HEMATO-ONCOLOGI
DAN IMUNOLOGI
ANEMIA PADA ANAK
Anema adalah kondisi kurangnya kadar Hb
dalam darah. Untuk mengklasifikasikan anemia,
dilakukan berdasarkan bentukan dan fungsinya. Untuk
mengelompokan anemia berdasarka bentuk dilakukan
dengan menilai ukuran RBC [MCV] dan bentukan
mikroskopiknya sehingga dikelompokan menjadi
ANEMIA DEFISIENSI BESI adalah jenis anemia yang paling sering ditemukan pada anak,
khusunya di daerah yang bermasalah gizi. Pada neonatus, sebagian besar besi terdapat didalam
hemoglobin yang bersirkulasi dan pada saat jumlah Hb ini menurut pada bulan 2 3, besi ini
direcycle dan mampu mencukupi pembentukan darah hingga usia 9 bulan. Untuk memenuhi
kebutuhan selanjutnya, dibutuhkan suplementasi besi dari makanan. Pada bayi, biasanya anemia
terjadi di usia 9 24 bulan sehingga pada usia ini kebutuhan nutrisi bayi perlu diperhatikan lebih.
Selain karena nutrisi, ADB dapat disebabkan oleh kehilangan darah, terutama pada anak usia
lebih dewasa, biasanya akibat perdarahan GI seperti peptic ulcer, meckel diverticulum, polip,
hemangioma, dan IBD. Selain itu, infeksi cacing juga menyebabkan ADB.
Manifestasi klinis yang muncul biasanya tidak terlalu jelas (asimtomatik) dan butuh pemeriksaan
laboratorium pada usia 12 bulan untuk mengetahuinya. Pucat adalah gejala utama anemia dan
hanya muncul jika Hb turun dibawah 7 8 g/dL. Pada anema ringan dan sedang (Hb 6 10mg/dL),
mekanisme kompensasi masih baik sehingga gejala yang muncul hampir tidak ada. Ketika Hb <
5mg/dL, batulah muncul gejala anak menjadi rewel dll. Pada kondisi jangka panjang, ADB
menyebabkan anak mengalami pagofagia yaitu keinginan untuk makan es, pica dan plumbism.
Tatalaksana yang dianjurkan saat ini adalah pemberian tranfusi darah untuk
mengembalikan hemoglobin dan hematokrit ke normal. Selain itu dapat dilakukan iron chelation
therapy dikombinasikan dengan hipertranfusi (tranfusi Ht 35ml/dL). Terapi terakhir adalah
dengan transplantasi sumsum tulang.
Dosisnya bergantung kepada volume toleransi setiap bayi namun berkisar 10 20ml/kgBB.
Diperkirakan tranfusi 15ml/kg RBC dapat meningkatkan Hb hingga 2gr/dL
Sedangkan pada pediatrik, tranfusi diberikan jika:
1) Terjadi perdarahan akut > 15% total volume darah
2) Hemoglobin < 7g/dL dengan gejala anemia
3) Hb < 13gr/dL dengan extracorporeal membrane oxygenation
4) Kondisi spesial seperti thalassemia mayor, Diamond Blackfan syndrome, dll
Dosis pemberian pada anak sekitar 10 15ml/kgBB anak.
Terapi anafilaksis harus dilakukan sesegera mungkin karena bersifat emergency dengan
intramuskular / intravenous epinephrine, IM/ IV H1 dan H2 antihistamin antagonis, oksigen, IV
fluid, dan kortikosteroid. Epinefrin diberikan IM pada paha lateral 0.01mg/kgBB maksimal 0.5mg
dengan pengenceran 1:1000. Untuk anak 12 thn, direkomendasikan dosis maksimal.
Diagnosis SLE ditegakan berdasarkan gambaran klinis dan laboratorium. Ditemukan 4 dari
11 gejala sesuai ACR 1997 menegakan diagnosis SLE, atau berdasarkan SLICC minimal 4 gejala
yang terdiri minimal 1 kriteria klinis dan 1 kriteria imunologis.
Berdasarkan manifestasi, SLE dikelompokan menjadi 3 yaitu derajar ringan (tidak ada gejala
klinis yang mengancam nyawa dimana fungsi sistem organ dalam normal C/ SLE artritis); derajat
sedang (ditemukan lupus nefritis, trombositopenia, dan serositis mayor; dan derajat berat /
mengancam nyawa.
KARDIOLOGI
DEMAM REMATIK AKUT
Demam rematik adalah penyakit peradangan yang disebabkan sebagai kompikasi infeksi
saluran napas (faring) yang berulang dan tidak ditangani. Infeksi ini diketahui disebabkan oleh
Group A Stretococcus (GAS). Demam rematik umum terjadi pada anak usia 5 15 tahun walaupun
dapat terjadi pada anak lebih muda atau orang dewasa sekalipun.
Seluruh pasien dengan demam rematik memberikan hasil (+) pada pemeriksaan serologis
terhadap GAS. Titer antibodi biasanya lebih tinggi pada pasien demam rematik dibandingkan
dengan pasien faringitis tanpa demam rematik.
Paling tidak ada 2 teori yang menggambarkan patogenesis demam rematik yaitu teori
sitotoksik dan teori imun. Teori sitotoksik menyatakan bahwa infeksi GAS mampu menghasilkan
berbagai enzim yang bersifat racun bagi manusia, salah satunya adalah streptolisin O yang
menyerang jaringan jantung. Teori imunologi menyatakan bahwa pada saat terjadi infeksi GAS,
antigen bakteri dapat menyerupai antigen tubuh sehingga menyebabkan reaksi silang. Antigen
ini diantaranya adalah protein M, membran protoplas dan dinding sel dengan jaringan jantung,
otak, dan sendi.
PENYAKIT KAWASASI
Penyakit kawasaki, atau yang dulu dikenak sebagai
mucocutaneous lymph node syndroma atau infantile poliarteritis
nodosa adalah penyakit febrile akut pada anak. KD sendiri adalah
salah satu jenis vaskulitis dengan daerah predileksi di daerah
arteri koroner. Seringnya menyerang anak berusia < 5 tahun.
Diagnosis KD ditegakan dengan 4 tanda (+) dari 5 gejala
yang biasa terjadi yaitu:
Kelainan pada ektremitas: eritema telapak tangan
dan kaki, edema pada tangan dan kaki. Biasanya
diikuti dengan deskuamasiyang dimulai dari daerah
periungual jari yang meluar ke telapak tangan dan
kaki. Sekitar 1 2 bln sesudah demam timbul lekukan
tranversal pada kuki disebut Beaus line
Ruam polimorfik yang muncul dalam 5 hari setelah
onset demam dan menghilang setelah 1 minggu.
Bentuk paling sederhanannya adalah erupsi
makulopapular difus yang menyebar ke seluruh
tubuh dan engenai area perianal disertai
pengeluasan dini.
Injeksi konjuntiva bulba bulateral tanpa eksudat
Perubaan mulut dan mukosa orofaring
o Bibir kemerahan dan bengkak yang
mengering disertai pecah secara vertikal
dan berdarah
o Lidah stroberi dengan penonjolan dan kemerahan papila lidah (mirip demam
skarlet)
o Eritema difus dari mukosa orofaring tanpa ulserasi dan eksudat
Limfadenopati servikal biasanya unilateral dan terdapat di daerah servikal anterior.
Hipotiroid dapat disebabkan oleh gangguan sintesis hormon tiroid atau gangguan pada
respon jaringan terhadap hormon tiroid. sintesis hormon tiroid diatur oleh TRH yang dihasilkan
oleh hipotalamus akan merangsang hipofisis anteror mengeluarkan tyrotropin (TSH) yang
merangsang kelenjar tiroid nantinya. Kelenjar tiroid mensintesis hormon tiroid (T3 dan T4) yang
merangsang metabolisme jaringan yang meliputi konsumsi oksigen, produksi panas tubuh, fungsi
saraf, metabolisme protein, dll.
Gejala klinis yang muncul biasanya Riwayat ikterus lebih dari 3 hari.
ditemukan riwayat atau gejala pada Miksedema.
neonatus dan bayi berupa: Makroglosi
Fontanella mayor yang lebar dan Riwayat BAB pertama > 20 jam
fontanella posterior yang terbuka. setelah lahir dan sembelit (< 1
Suhu rektal < 35,5C dalam 0-45 jam kali/hari) Kulit kering, dingin, dan
pasca lahir. motling (berbercak-bercak).
Berat badan lahir > 3500 gram; masa Letargi.
kehamilan > 40 minggu. Sukar minum.
Suara besar dan parau. Bradikardia (< 100/menit)
Hernia umbilikalis.
Masalah Makan 1
Konstipasi 1
Hipoaktif 1
Hipotoni 1
Diagnosis dan pengobatan dini penting untuk Hernia umbilikailis 1
mencegah mental dann kelainan permanen lain pada Lidah membesar 1
penderita. Perkembangan biasanya terlambat. Bayi
Skin mottling 1
hipotiroid tampak lesu dan lamban dalam belajar duduk
Kulit kering 1.5
dan sendiri. Suaranya serak dan bayi ini tidak belajar
berbicara. Tingkat retardasi fisik dan mental meningkat Fontanella posterior terbuka (>3cm) 1.5
TUBERKULOSIS ANAK
Tuberkulosis anak adalah infeksi TB
pada anak < 15 tahun. Diagnosis TB pada
anak sulit sehingga sering terjadi
misdiagnosis baik over mauapun under
diagnosis. Pada anak, batuk bukan
meruapakan gejala utama dan tentunya
pengambilan sampel dahak angat sulit.
Kompleks imun atau anti Glomerular Basement Membrane (GBM) antibodi yang
mengendap/berlokasi pada glomeruli akan mengaktivasi komplemen jalur klasik atau alternatif
dari sistem koagulasi dan mengakibatkan peradangan glomeruli, menyebabkan terjadinya :
1. Hematuria, Proteinuria, dan Silinderuria (terutama silinder eritrosit)
2. Penurunan aliran darah ginjal sehingga menyebabkan Laju Filtrasi Ginjal (LFG) juga
menurun. Hal ini berakibat terjadinya oligouria dan terjadi retensi air dan garam akibat
kerusakan ginjal. Hal ini akan menyebabkan terjadinya edema, hipervolemia, kongesti
vaskular (hipertensi, edema paru dengan gejala sesak nafas, rhonkhi, kardiomegali),
azotemia, hiperkreatinemia, asidemia, hiperkalemia, hipokalsemia, dan hiperfosfatemia
semakin nyata, bila LFG sangat menurun.
3. Hipoperfusi yang menyebabkan aktivasi sistem renin-angiotensin. Angiotensin 2 yang
bersifat vasokonstriktor perifer akan meningkat jumlahnya dan menyebabkan perfusi ginjal
semakin menurun. Selain itu, LFG juga makin menurun disamping timbulnya hipertensi.
Angiotensin 2 yang meningkat ini akan merangsang kortek adrenal untuk melepaskan
aldosteron yang menyebabkan retensi air dan garam ginjal dan akhirnya terjadi
hipervolemia dan hipertensi.
NEUROLOGI
CEREBRAL PALSY
Palsi serebral adalah gangguan fungsi motorik non progressive yang terjadi pada usia dini
dan menghambat perkembangan otak normal dengan menunjukan kelainan posisi dan gerakan
disertai gangguan neurologis berupa gangguan korteks serebri, basal ganglia, dan serebelum.
Gangguan neurologis yang biasanya terjadi adalah perubahan tonus otot (spastis), gerakan
involunter, ataksia, atau kombinasi.
Palsi serebri dapat disebabkan oleh faktor genetik atau faktor lainnya (multi faktor) dan
berasal dari periode prenatal, perinatal, dan postnatal.
Prenatal Perinatal Postnatal
- Infeksi kongenital - Anoksia/hipoksia - Trauma kepala
intrauterin : TORCH, sifilis, Biasanya disebabkan karena bayi yang - Infeksi : meningitis, abses
herpes prematur. otak, ensefalitis
- Radiasi, bahan-bahan toksik - Perdarahan otak - Lesi serebrovaskular :
atau teratogenik - Prematuritas stroke, perdarahan
- Asfiksia intrauterin Pada bayi kecil untuk masa kehamilan intrakranial
(abrupsio plasenta, plasenta merupakan faktor resiko untuk terjadinya - Ensefalopati yang
previa, anoksia maternal, anoksia dan perdarahan ventrikuler. Insidensi didapat : metabolik
kelainan umbilikus, CP antara 20-25% pada bayi dengan berat (Reyes syndrome,
perdarahan plasenta, ibu badan kurang dari 2500gr baik prematur keracunan timah hitam,
hipertensi, dan lain-lain) ataupun kecil untuk masa kehamilan hipoksia-iskemia
- Toksemia gravidarum - Gangguan metabolik : hipoglikemi, (misalnya tenggelam).
- DIC oleh karena kematian Hiperbilirubinemia - Racun : logam berat, CO
pranatal pada salah satu - Infeksi : meningitis
bayi kembar - Trauma kepala
- Herediter : abnormalitas
kromosom, riwayat palsi
serebral dalam keluarga.
Lesi otak amat berkaitan dengan CP dimana esi ini muncul pada regio yang sensitif terhadap
gangguan pada aliran darah sehingga digolongkan dalam hipoksik iskemik encepalopati (HIE).
Manifestasi yang muncul pada anak dengan CP berkitan dengan 3 masalah motorik yaitu kelainan
primer, sekinder dan tertier. Kelainan primer berhibungan dengan tonus otot, keseimbangan,
kekuatan, semua berhubungan dengan lesi syaraf pusat. Kelainan sekunder berkitan dengan
kontraktur dan deformitas akibat kelainan primer. Kelainan tertier adalah mekanisme adaptasi
dan coping mechanism yang dibentuk oleh anak akibat kelainan primer dan sekunder.
Berdasarkan manifestasi, CP dapat diklasifikasikan menjadi 4 janis yaitu spastik, diskinetik,
hipotonik / ataxik, dan campuran.
Spastik CP peningkatan resisten fisologikal otot pada pergerakan pasif
Spastik hemiplegia ditandai dengan berkurangnya gerakan spontan pada daerah yang
terkena, biasanya pada tangan. Belajar jalan biasanya terlambat hingga umur 18 24 bulan dan
postur terlihat berbeda. Spastisitas terlihat pada anggota gerak yang terkena, terutama tumit,
menyebabkan equinovarus pada kaki, terlihat anak berjalan menjinjit karena peningkatan tonus.
Klonus pada tumit dan tanda Babinski mungkin muncul, reflek tendon meningkat, dan terjadi
perlemaan pada anggota gerak.
Spastik diplegia adalah spastisitas bilateral, biasanya pada kaki, terutama terlihat pada
saat anak belajar merondang. Anak terlihat menggunakan tangan untuk bergerak dengan kaki
digeser (commando crawl). Jika spastisitas parah, terasa pada saat menggunakan diaper akan
terjadi kesulitam karena adduksi berlebih dari paha. Pemeriksaan menunjukan spastis pada kaki
dengan reflek yang menurun, klonus pada tumit, dan tanda babinski bilateral. Jika anak
dibaringkan pada bahu akan terlihat postur menyilang seperti gunting (scissoring posture).
Belajar jalan akan terlambat dan seperti menjinjit.
Spastic quadriplegia adalah kondisi paling parah dari CP karena keterlibatan seluruh
anggota gerak dan biasanya disertai dengan kejang dan retardasi mental. Biasanya pasien sulit
menelan akibat supranuklear bulbar palsi, menyebabkan pneumonia aspirasi. Pemeriksaan
neurologis menunjukan peningkatan tonus dan spastisitas ekstremitas, penurunan gerak spontan,
penurunan reflek, dan respon plantar extensor. Konraktur fleksi pada lutut dan siku biasa muncul
pada anak yang lebih besar. Pasain dengan quadriplegia spastik biasanya juga athetosis dan
diklasifikasin sebagai CP gabungan.
Athetoid CP / extrapiramidal sangat jarang terjadi jika dibandingkan dengan tipe spastik.
Biasanya anak yang terkena akan sulit mengontrol leher dan kepala serta sulit makan dan minum,
lidah menjurut dan mengeces. Pada saat bicara menjadi rero dan sulit mengatur suara.
Selain itu, berdasarkan derajatnya, CP diklasifikasin menjadi lesi minimal, ringan, sedang, dan
berat
KEJANG DEMAM
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
(rektal >38oC) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Kejang demam terjadi pada
anak berumur 6 bulan 5 tahun. Bayi berumurm < 1 tahun dan kejang disertai demam, tidak
termasuk dalam kejang damam. Selain itu anak yang pernah kejang tanpa demam, kemudian
kejang disertai demam, tidak termausk dalam kejang demam. Pada anak dilur range umur 6
bulan tahun, pikirkan kemungkinan lain seperti infeksi SSP atau epilepsi.
Berdasarkan manifestasinya, kejang demam dapat dikelompokan mejadi kejang demam
sederhana (simple febrile seizure) dan kejang demam kompleks (complekx febrile seizure).
Terapi antibiotik setelah hasil biakan di dapat; antibiotik dapat dipertahankan atau diubah sesuai
dengan respon klinis terhadap terapi inisial dan atau hasil uji kepekaan.
Terapi suportif dilakukan dengan monitoring tanda vital dan antikonvulsan bila di dapat kejang:
fenobarbital 7 mg/kgBB sebagai dosis inisial, dilanjutkan dengan fenitoin 5 mg/kgBB/hr dalam 2
dosis i.v. Pemasukan cairan, kalori dan protein diberikan sesuai kebutuhan penderita. Monitoring
kadar elektrolit dan evaluasi pemeriksaan neurologis dan perhatikan kebersihan miksi dan
defekasi
INFEKSI
DIAGNOSIS ANAK DENGAN DEMAM
Diagnosis demam pada anak dilakukan berdasarkan hasil temuan anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang. Berdasarkan anamnesis, perlu ditentukan lama dan sifat
demam, adanya ruam kemerahan pada kulit, adanya kaku kuduk atau nyeri leher, adanya nyeri
kepala hebat, adanya nyeri saat BAK atau gangguan berkembih, adanya nyeri telinga, serta
daerah tempat tinggal pasien, khusunya 2 minggu terakhir. Pada pemeriksaan fisik, perlu dicari
adanya tanda lokal demam dari tiap-tiap penyakit seperti tipe ruam kulit, adanya kecurigaan
infeksi teling, infeksi saluran kemih, dll. Pemeriksaan penunjang lebih terarak ke pemeriksaan
darah tepi, apus darah tep, analisis urin, foto dada, atau bahkan pungsi lumbal.
Berdasarkan pemeriksaan tersebut, demam pada anak dapat dibedakan menjadi 4 kategori
utama yaitu demam karena infeksi tanpa atau disertai tanda lokal, demam dengan ruam, dan
demam lebih dari 7 hari.
a. Tanpa tanda lokal
Diagnosis demam Didasarkan pada
Infeksi virus dengue: DF, DHF, Demam atau riwayat demam mendadak tingi selama 2 7 hari
DSS Manifestasi perdarahan (sekurang kurangnya uji bendung posiif)
Pembesaran hati
Tanda gangguan sirkulasi
Peningkatan nilai Ht, thrombositopenia, dan leukopenia
Ada riwayat keluarga atau tetangga sekitar menderita atau tersangka
DBD
Malaria Demam tinggi khas bersifat intermiten
Demem terus menerus
Menggigil, nyeri kepala, berkeringat dan nyeri otot
Anemia, hepatomegali dan splenomegali
Hasil apus darah positif plasmodium
Petechiae Hemorrhagic fever, CMV, EBV, VZV Sepsis (N.men, S.pneu,Hib) Rickettsia
enterovirus Rat bite fever
8) Hand foot mounth dsease adalah demam akibat infeksi virus coxackie tipe 16 dan enterovius
71. Demam biasanya disertai dengan faringitis dan hipersalivasi. Infeksi ini sembuh dengan
sendirinya sehingga hanya perlu terapi simptomatis.
9) Kawasaki adalah penyakit autoimun ditandai dengan
adanya demam > 5 hari dengan 4 dari 5 kriteria
a) Polimorphous rash
b) Bilateral conjuctival injection
c) Perubahan warna mukosa (injection membran
mucosa, eritema dan fissuring tongue, atau
strawberry tongue)
d) Acute non purulent cervical limfadenopati
e) Adanya perubahan lain (eriema di telapak, indurasi
edema, deskuamasi ujung jari)
Skrining perkembangan dapat dilakukan satu atau dua tahap. Skrining dua tahap terdiri
dari: preskrining (menggunakan kuesioner yang diisi oleh orang tua), skrining (dilakukan bila
hasil preskrining meragukan atau abnormal).
KPSP (kuesioner praskrining perkembangan) digunakan untuk mengetahui perkembangan
anak normal / menyimpang. Biasanya dilakukan pada usia < 6 thn dengan jadwal 3 bulan sampai
usia 24 bln, setiap 6 bulan hingga usia 72 bulan. KPSP ini terdiri atas 10 pertanyaan yang tinggal
diisi ya atau tidak oleh orang tua pasien kemudian dihitung jumlah ya. Jika 9 10 artinya
sesuai, jika 7 8 meragukan dan jika < 7 artinya menyimpang.
PEDS / parent evaluation of developmental status, merupakan kuesioner yang dapat
diselesaikan dalam 5 menit untuk membantu menggali keluhan perkembangan anak. Dianjurkan
uji ini dilakukan setiap tahun.
Campak Virus campak yang dilemahkan 0.5ml diberikan SC Biasanya muncul Demam tinggi
(tipe Edmonston B). saat imunisasi ulang Terapi
Demam > 39.5oC imunosupresan
muncul hari ke 5 6 alergi
pasca imunisasi
Ruam ada hari 7 10
HiB Dibuat dari membran protein luar
N. Meningitidis
Vaksin KIPI Waktu
BCG BCG-itis 4 6 minggu
DTP, DT, TT Syok anafilaktik 4 jam
Neuritis brakalis 2 28 hari
Komplikasi akut termasuk kecacatan dan kematian
DPwT Syok anafilaktik 4 - 72 jam
Ensefalopati
Komplikasi akut termasuk kecacatan dan kematian
Campak Syok anafilaktik 4 jam
Ensefalopati 5 15 hari
Trombositopenia 6 bulan
Klinis campakk pada resipien imunokompromais
Komplikasi akut termasuk kecacatan dan kematian
OPV Polio paralisis 30 hari
Polio paralisis pada pasien imunokompromais 6 bulan
Komplikasi akut termasuk kecacatan dan kematian
Hepatitis B Syok anafilaktik 4 jam
Komplikasi akut termasuk kecacatan dan kematian Tidak tercatat
Seperti diterangkan pada pendahuluan PAT dilakukan tanpa memegang anak (observasi).
Dengan melihat dan mendengar, pemeriksa dapat mendapatkan kesan akan kegawatan anak.
Tentu saja karakteristik tumbuh kembang anak seperti dibahas di atas harus dikuasi. Tiga
komponen PAT adalah:
Tahap selanjutnya (segilima ABCDE) dilakukan dengan pemeriksaan fisik pada anak.
Komponen pemeriksaan:
Pulseoxymetry merupakan alat sederhana untuk menilai kinerja napas. Pembacaan di atas saturasi
94% secara kasar dapat menunjukkan kecukupan oksigenasi. Pembacaan di bawah 90% pada
anak dengan oksigen 100% dapat menunjukkan bahwa anak memerlukan ventilator. Interpretasi
pulseoxymetry harus dilakukan bersama dengan penilaian upaya napas, frekuensi napas dan
penampilan anak. Anak dengan gangguan napas kadang-kadang masih dapat mempertahankan
kadar oksigen darah dengan work of breathing yang meningkat. Sementara anak dengan kelainan
jantung bawaan biru dapat menunjukkan saaturasi yang rendah tanpa distress napas.
3) Circulation (sirkulasi)
Penilaian sirkulasi dilakukan dengan Umur Sebaran normal ( denyut/menit)
menghitung denyut jantung, perfusi organ dan < 3 bulan 85 200
tekanan darah. Takikardi dapat merupakan tanda 3 bulan 2 tahun 100 190
2 10 tahun 60 140
awal hipoksia atau perfusi yang buruk. Namun
dapat juga terjadi pada demam, nyeri, ketakutan, dn emosi yang meningkat. Bradikardi dapat
memerikan indikasi hipoksia atau iskemia. Perfusi organ dapat dinilai dengan menilai denyut
nadi perifer, capillary refill time dan tingkat kesadaran. Produksi urine juga merupakan indikator
yang baik, namun biasanya kurang diperhatikan orang tua. Perhatikan kualitas nadi. Bila nadi
brakial kuat, biasanya anak tidak mengalami hipotensi. Bila denyut nadi perifer tidak teraba,
cobalah meraba di femoral atau karotis. Tidak adanya denyut nadi sentral merupakan indikasi
untuk segera dilakukan tindakan pijat jantung. Capillary refill time normal kurang dari 2-3 detik.
Namun demikian capillary refill time dipengaruhi juga oleh faktor lingkungan, misalnya suhu
udara yang dingin. Tekanan darah dipengaruhi ukuran manset. Lebar manset yang benar adalah
duapertiga panjang lengan atas. Pemeriksaan tekanan darah membutuhkan kooperasi anak.
Tekanan darah tinggi pada anak yang tidak berkooperasi baik mungkin dapat menyesatkan.
Namun tekanan darah rendah menandakan syok. Formula tekanan darah sistolik terendah:
Tekanan Sistolik minimal= 70 + 2 x umur (dalam tahun)
Skala lain yang banyak digunakan untuk menilai fungsi korteks adalah skala koma Glasgow.
Penggunaan skala koma Glasgow (GCS) untuk pasien gawat di lapangan seringkali di anggap
tidak praktis dan kontroversial. Untuk mengevaluasi fungsi batang otak dilakukan pemeriksaan
pola napas sentral, postur tubuh (dekortikasi/deserebrasi/flacid), pupil dan reaksinya terhadap
cahaya serta evaluasi syaraf kranial lain. Refleks pupil dapat menjadi tidak normal akibat hipoksia,
obat-obatan, kejang atau herniasi batang otak. Penilaian lebih lanjut dilakukan atas gerakan
motorik. Perhatikan gerakan-gerakan asimetrik, kejang, posture atau flasiditas. Pemeriksaan
neurologis lebih lengkap dilakukan pada tahap pemeriksaan tambahan.
Respon Anak Bayi Nilai
Respon membuka mata Spontan Spontan 4
Terhadap bicara Terhadap bicara/panggilan 3
Terhadap nyeri Terhadap nyeri 2
Tidak ada respon Tidak ada respon 1
5) Exposure (paparan)
Pada pemeriksaan, selalu lepaskan pakaian anak unuk memastikan lesi, dan tanda tanda
yang ada pada tubuh pasien. Tahap ini dilakukan untuk melengkapi penilaian hal lain yang dapat
langsung terlihat, contoh: ruam akibat morbili, hematoma akibat trauma dsb. Ketika melakukan
pemeriksaan jagalah agar anak (terutama bayi) tidak kedinginan. Yang wajib dilihat adalah ruam
kulit, luka bakar, memar kebiruan, perdarahan, ekskoriasi, dan temperatur tubuh
Assessment sekunder
Signs and Kesulitan bernafas (batuk, nafas cepat, meningkatknya upaya nafas, gagal nafas, pola nafas
Symptoms abnormal, nyeri dada saat inspirasi dalam)
Penurunan kesadaran
Agitasi, ansietas
Demam
Tidak mampu minum
Diare, muntah
Perdarahan
Kelemahan
Lama timbul gejala
Allergies Obat-obatan, makanan dll
Medications Obat-obatan
Dosis obat dan pengobatan yang terakhir
Past medical Riwayat kesehatan
history Masalah medis yang signifikan (asma, penyakit paru kronis, penyakit jantung bawaan,
aritmia, kejang, abnormalitas saluran nafas kongenital, cedera otak, tumor otak, diabetes,
hidrosefalus, penyakit neuromuskular)
Riwayat diperasi
Status imunisasi
Last meal Waktu dan makanan atau minuman terakhir
termasuk ASI atau PASI pada bayi
Events Peristiwa yang menyebabkan sakit atau trauma (onset tiba-tiba atau berangsur-angsur)
Tempat yang berbahaya
Pengobatan sebelumnya
Perkiraan waktu kedatangan (bila kejadian diluar rumah sakit)
GAGAL NAPAS
Gagal napas didefinisikan sebagai ketidakmampuan sistem pernapasan untuk mengalirkan
oksigen yangadekuat dan atau membuang CO2, menyebabkan morbiditas dan mortalitas pada
anak dengan penyakit kritis. Gagal napas akut adalah suatu keadaan klinis kegagagaln ventilasi
di paru-paru yang ditandai dengan gagalnya pengeluaran CO 2 dan oksigenasi darah. Gagal
napas ini dapat disebabkan oleh oksigenasi yang tidak adekuat (hipoxemia) atau ventilasi yang
tidak adekuan (hiperkapnia) atau bahkan keduanya. Gagal napas hipoxemia disebabkan oleh 3
situasi yaitu V/Q mismatch, diffusion defects, dan intrapulmonary shunt. Gagal napas
hiperkapnia disebabkan oleh gangguan ventilasi alveolus, disfungsi CNS, atau kelainan
neuromuskular.
Estimated Energy Requirements (EER) kebutuhan kalori anak sehat bergizi baik
Usia EER (Kkal/hari) PA
0 3 bln (89 x BB) + 75
4 6 bln (89 x BB) 44
7 12 bln (89 x BB) 78
13 36 bln (89 x BB) 80 Laki - Perempuan
Laki
3 8 thn L 108.5 61.9 x usia + PA x {26.7 x BB + 903 x TB} Ringan 1.00 1.00
(sedentary)
P 155.3 30.8 x usia + PA x {10.0 x BB + 934 x TB} Rendah 1.13 1.16
9 18 thn L 113.5 61.9 x usia + PA x {26.7 x BB + 903 x TB} Aktif 1.26 1.31
P 160.3 30.8 x usia + PA x {10.0 x BB + 934 x TB} Sangat aktif 1.42 1.56
Kebutuhan protein pada anak gizi baik:
Usia Kebutuhan
Bayi 1.5 g/kgBB/hari
1 3 thn 1.1 g/kgBB/hari
4 13 thn 0.95 g/kgBB/hari
14 18 thn 0.85 g/kgBB/hari
Dewasa 0.8 g/kgBB/hari
Pada anak dengan gangguan pertumbuhan, EER dihitung menggunakan EER berdasarkan
TB ideal sesuai umur (height age). Kemudian dihitung berdasarkan rumus:
( )
( )=
( )
( )=
Yang dimaksud dengan height age ini adalah tinggi badan yang berada di dalam median kurva
tinggi berdasarkan umur pasie.
Pada anak dengan penyakit akut, otomatik akan membutuhkan energi lebih karena adanya
proses peradangan. Selain itu, perhitungan kebutuhan energi akan berubah karena penurunan
aktivitas anak. Kebutuhan kalori anak akan meningkat 10% setiap kenaikan suhu 1 oC. Selain itu
Jika anak tampak keslitan bernapas (distres napas), lakukan penilaian dengan skor Downe
Terkadang bayi mengalami craniotabes (efek bola pingpong lunak pada tulang perietal).
Hal ini terjadi pada bayi serotinus atau dismatur.
II. Muka: Penampilan muka secara umum harus dilihat dalam kaitanya dengan gambaran
dismorfik sepeti: lipatan epikantus, mata yang berjauhan, dan telinga letak rendah.
A. Mata:
a. Reflek labirin / reflek leher: mata tiba-tiba terbuka saat bayi ditegakkan atau
dimiringkan perlahan ke depan dan belakang
b. Perhatikan adanya perdarahan sklera, ikterus, eksudat konjungtiva, warna iris, dan
ukuran pupil
c. Ukuran normal kornea nenonatus < 10.5 mm pada diameter horizontal
B. Telinga
a. Skin tag preaurikuler unilateral atau bilateral sering terjadi
b. Cek adanya daun telinga atau tidak
c. Membran timpani dapat dlihat dengan otoskop
C. Hidung: cek adanya septum atau tidak.
D. Mulut:
a. Periksa apakah adanya makroglosis
b. Lihat erupsi gigi. Jika ada pertumbuhan gigi prekok pada tempat gigi seri bawah,
biasanya akan tanggal sendiri (sindroma Elisvan Creveld/sindroma Hallermann-Strief
c. Inspeksi palatum mole dan palatum durum
d. Jika memungkinkan periksa tenggorokan anak untuk melihat kemungkinan belahan
palatum posterior
Pola tonus 0 1 2 3 4
Tonus fleksor I Fleksi lengan Fleksi lengan Felski tangan > Felksi lengan >
Perbandingan kurang = fleksi tungkai, berbeda 1 tungkai berbeda > 1
tarikan tangan dan dibandingkan tungkai kolom kolom
tungkai tungkai
Tonus flekto II Lengan & Lengan fleksi kuat, Lengan fleksi kuat,
Postur tubuh dalam tungkai fleksi tungkai ekstensi kuat tungkai ekstensi kuat
posisi terlentang (intermiten) (kontinu)
Tonus ekstensor Nilai tarikan Tarikan Tarikan tungkai > sudut Tarikan tungkai >
tungkai tungkai < sudut tungkai = popliteal beda 1 kolom sudut popliteal beda >
Bandingkan nilai popliteal sudut 1 kolom
sudut poplitea popliteal
dengan tarikan
tungkai
Kesimpulan: [term infant / pre term infant] [SGA / AGA / LGA] [letak lahir] [cara persalinan]