Visual Pathway
Alur :
Retina – N. Opticus – Chiasma
Opticus – Tractus Opticus –
Corpus Geniculatum Lateral –
Radiatio Opticus – Korteks Visual
pada Lobus Occipital (Area 17)
Gangguan :
1. Lesi pada Nervus opticus : Anopsia
2. Refleks Pupil
Alur :
Cahaya masuk – Retina – N. Opticus
(N.II) – Chiasma Opticus – Tractus
Opticus – Corpus Geniculatum Lateral
– Nucleus Pretectal Pada Coliculus
Superior – Nucleus Edinger Westphal
– N. Oculomotorius (N.III) – M.
Sphincter Pupillae – Diameter Pupil
Mengecil (Miosis)
Ada 2 Jenis Pemeriksaan Refleks
Pupil:
1. Refleks Pupil Langsung : Senter
Mata Kanan lalu menilai
perubahan ukuran pupil pada
mata kanan juga, ataupun
sebaliknya.
2. Refleks Pupil Tidak Langsung :
Senter mata Kanan lalu nilai
perubahan ukuran pupil pada
mata kiri, ataupun sebaliknya.
Klinis
1. Normalnya, ketika dilakukan
pemeriksaan reflex pupil baik yang
langsung maupun tidak langsung
maka ukuran pupil pada kedua mata
akan mengecil (Miosis).
2. Jika pemeriksaan reflek pupil
langsung negative (ukuran pupil
pada mata yang disenter tidak
mengecil) maka letak lesi bisa pada
N. Opticus (N. II) maupun N.Oculomotorius (N.III)
3. Jika pemeriksaan reflex pupil tidak langsung negative (ukuran pupil pada mata yang
disenter mengecil tetapi ukuran pupil pada mata yang lain tidak mengecil) maka letak lesi
pada Nucleus Edinger Westphal
4. N. Facialis (N.VII)
Tempat Keluar : Meatus Acusticus
Internus
Fungsi :
1. Motorik : untuk pergerakan otot
mimic pada wajah (Mm. faciei)
2. Sensoris : untuk pengecapan pada
2/3 anterior lidah.
3. Otonom (parasimpatis) : Sekresi
kelenjar Lacrimalis, Kelenjar
Submandibula, Kelenjar
Sublingual.
Alur :
2 Dari Ganglion
1 N. VII keluar
Setelah keluar, N. VII Geniculatum akan
bersama N. VIII
akan membentuk bercabang 2, yaitu
melalui Meatus
Ganglion Geniculatum cabang yang kedepan
Acusticus Internus
dan kebawah
Sifat :
1. Rectus : Sifatnya menarik bola mata ke arah otot tersebut. Jadi jika terdapat kelemahan
dari sebuah otot rectus maka terjadi deviasi bola mata ke arah otot rectus yang sehat.
2. Obliquus : Sifatnya mendorong bola mata. Jadi jika terdapat kelemahan salah satu otot
obliquus maka akan terjadi deviasi bola mata ke arah otot obliquus yang lemah.
Dalam Keadaan normal, semua otot eksternal bola mata akan bekerja secara bersamaan untuk
menghasilkan gerak bola mata yang diinginkan.
Posisi bola mata yang normal disebut Ortho (dibuktikan dengan pemeriksaan hirscberg test,
didapatkan reflex cahaya jatuh ditengah pupil)
Jika terdapat kelainan pada otot eksternal bola mata, maka pada pemeriksaan hirscberg test
akan didapatkan reflex cahaya yang jatuh di tepi pupil (deviasi 15o), diantara pupil dan limbus
(deviasi 30o), di limbus (deviasi 45o), atapun diluar limbus (deviasi >45o)
Kelainan pada posisi bola mata ini disebut Strabismus/Mata Juling/Crossed eyes.
Terbagi 2 :
o Strabismus Manifes : artinya posisi awal bola mata sudah dalam keadaan juling
sehingga tidak perlu diprovokasi menggunakan tes cover uncover. Penamaannya
sesuai dengan arah deviasi bola mata dan ditambahkan akhiran “tropia”. Contoh : jika
deviasi ke medial : Esotropia, atau jika deviasi ke bawah : Hypotropia
o Strabismus Laten : Artinya posisi awal bola mata masih dalam keadaan normal,
sehingga perlu dilakukan tes provokasi untuk mengetahui ada atau tidaknya deviasi
bola mata dengan menggunakan tes cover uncover tes. Penamaannya sesuai dengan
arah deviasi bola mata dan ditambahkan akhiran “phoria”. Contoh : jika deviasi ke
lateral : Eksophoria, atau jika deviasi ke atas : Hyperphoria
7. Stimulasi Kelenjar Saliva
Ketika kita sedang makan, maka akan terjadi peransangan sekresi saliva untuk membantu proses
pencerneaan. Mekanisme :
Pengecapan dari 2/3 anterior lidah akan dibawa rangsangannya oleh N. VII (N. Facialis) menuju
nucleus Salivatorius Superior, kemudian akan dikirim kembali sinyal parsimpatis melalui N.VII (N.
Facialis) menuju Glandula Sublingua dan Submandibula untuk mensekresikan saliva.
Pengecapan dari 1/3 Posterior lidah akan dibawa rangsangannya oleh N. IX (N.
Glossopharyngeus) menuju Nucleus Salivatorius Inferior, kemudian dikirim kembali sinyal
parsimpatis melalui N. IX (N. Glossopharyngeus) menuju Glandula Parotis untuk mensekresikan
saliva.
Klinis : Jika terdapat gangguan sekresi saliva oleh salah satu glandula saliva, perhatikan Nervus
dan Nucleus yang terkait.
8. Lidah
Terbagi 2 :
2/3 anterior disebut Corpus Lingua
1/3 posterior disebur radix Lingua
Persarafan
Sensoris 2/ 3 anterior :
Untuk pengecapan (Manis, Asin, Asam) dibawa
oleh chorda Tympani (Cabang N.VII)
Untuk Sensoris nyeri, panas, dll dibawa oleh N.
Lingualis (Cabang N.V)
Sensoris 1/3 Posterior :
Untuk Nyeri maupun sensasi pengecapan (rasa
Pahit) dibawa oleh N. Glossopharyngeus (N.IX)
Motoris seluruh lidah oleh N. Hypoglossus (N.XII)
Vascularisasi : A. Lingualis
Klinis :
Jika terdapat gangguan pengecapan (merasakan manis, asin, asam) pada bagian 2/3 anterior
lidah berarti gangguan pada N. Chorda Tympani yang merupakan cabang dari N.Facialis (N.VII)
Jika terdapat gangguan sensoris (tidak bisa merasakan sentuhan, nyeri,dll) pada bagian 2/3
anterior lidah berarti gangguan pada N. Lingualis yang merupakan cabang N. Trigeminus (N.V)
Jika terdapat gangguan pengecapan maupun sensoris pada bagian 1/3 posterior lidah maka
gangguan pada N. Glossopharyngeus (N.IX)
Jika terdapat kelumpuhan pada otot lidah (tidak bisa bergerak) maka gangguan pada N.
Hypoglossus (N.XII)
Otot lidah : terbagi 2, yaitu Otot Intrinsic (yang membentuk lidah, Fx : Merubah bentuk lidah) dan
ekstrinsik (diluar lidah, Fx : merubah posisi lidah)
Otot Intrinsik
M. longitudinalis superior lingua, Fx :
memendekan lingua, melipat apex
lingua
M. Longitudinalis inferior lingua, Fx :
Memendekan lingua, membuka lipatan
lingua
M. Verticalis lingua, Fx : Meratakan
permukaan lingua
M. tranversus lingua, Fx :
Memanjangkan lingua
Otot Ekstrinsik
M. Genioglossus, Fx ; Menjulurkan lidah
keluar (Protrutio)
M. Hyoglossus, Fx : Menurunkan lidah
ke dasar (depresi lingua)
M. Styloglossus, Fx : Mengangkat lidah
(elevasi lingua)
M. Palatoglossus, Fx : mengecilkan
istmus facieum, mengangkat bagian
belakang lidah (elevasi bagian belakang
lidah, depresi palatum)
Klinis :
Semua otot lidah persarafan motoric (untuk bergerak) berasal dari N. Hypoglossus (N.XII), kecuali
M. Palatoglossus yang dipersarafi oleh N. Vagus (N.X)
Perhatikan baik-baik fungsi dan persarafannya, sehingga jika didapatkan gangguan pergerakan
lidah, maka bisa diketahui otot mana yang bermasalah dan nervus apa yang menginervasinya.
Contoh :
Pasien tidak bisa menjulurkan lidah keluar (protrutio lingua) – otot yang bermasalah M.
Genioglossus – inervasi oleh N. Hypoglossus
Pasien tidak bisa elevasi lidah belakang – otot yang bermasalah M. palatoglossus -
inervasi oleh N. Vagus. Begitu seterusnya.
9. Hidung
Sinus Paranasalis
Sinus Maxillaris – muara Meatus nasi medius
Sinus Frontalis – muara Meatus nasi medius
Sinus Ethmoidale Anterior – muara Meatus nasi medius
Sinus Ethmoidale Media – Muara Meatus Nasi Medius
Sinus Ethmoidalis Posterior – Muara Meatus Nasi Superior
Sinus Sphenoidale – muara Recessus Sphenoethmoidale
Ductus Nasolacrimalis – muara Meatus Nasi Inferior
Epistaksis
Anterior : Darah Keluar melalui nares anterior (lubang hidung depan)
Asal perdarahahan : Plexus Kiselbach
Plexus Kiselbach dibentuk oleh :
A. Sphenopalatina
A. Labialis Superior
A. Ethmoidalis Anterior
A. Palatina Major
Posterior : Darah keluar melalui nares posterior (lubang hidung belakang)
Asal Perdarahan : A. Sphenopalatina dan A. Ethmoidalis Posterior
10. Embriologi
Archus Pharyngeal 1 : akan membentuk semua struktur yang dipersarafi oleh N.
trigeminus (N.V) – contoh otot mastikasi ( M. temporalis, M. Masseter, M. Pterygoideus
medial, M. Pterygoideus Lateral
Archus Pharyngeal 2 : Akan membentuk semua struktur yang dipersarafi oleh N. Facialis
(N.VII) – Contoh otot-otot mimic ( M.Faciei)
Diantara masing-masing arcus brachialis terdapat
Sisi dalam (dari endoderm) : sebuah kantong yang disebut Pharyngeal Pouch
Sisi luar (dari ectoderm) : sebuah lipatan yang disebut Pharyngeal Cleft
Pharyngeal Pouch 1 – akan membentuk Tuba Eustachius dan CavumTympani
Pharyngeal Pousch 2 – akan membentuk Tonsila Palatina dan Fossa Tonsillaris
Pharyngeal Cleft 1 – akan membentuk Meatus Acusticus Externus
Gangguan pembentukan Pharyngeal Cleft 1 menyebabkan terjadinya Kista preauriculare,
Fistula preauriculare
Kegagalan Fusi dari Medial Nasal prominence – menyebabkan terjadinya Labioschisis
(Bibir Sumbing)
Kegagalan Fusi dari Maxilla Prominence dan Medial Nasal Prominence - menyebabkan
Labiopalatoschisis
Embriologi Mata
https://web.duke.edu/anatomy/embryology/craniofacial/craniofacial.html#answer