DISEKSI AORTA
Oleh :
K1B1 21 008
Pembimbing
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2022
HALAMAN PENGESAHAN
Mengetahui :
Pembimbing,
ii
DISEKSI AORTA
A. Latar Belakang
Diseksi aorta tetap menjadi salah satu penyebab nyeri dada yang jarang
namun mengancam jiwa yang datang ke unit gawat darurat. Indeks kecurigaan
yang tinggi diperlukan untuk diagnosis yang cepat dari kasus-kasus yang
datang ke UGD. Gejala dapat bervariasi dengan luas dan perkembangan diseksi
datang dengan MI akut, CVA, atau iskemia organ lainnya. Hipertensi pada
mendasari. Pada pasien berisiko rendah, D dimer dapat menjadi alat skrining
yang berguna. Pada pasien dengan indeks kecurigaan yang tinggi, pilihan
iskemia organ akhir. Pasien yang stabil dapat mengambil manfaat dari CT
Diagnosis mungkin sulit bagi pasien yang hemodinamik tidak stabil di pusat-
unit gawat darurat. Investigasi yang cepat diperlukan untuk secara akurat
1
Diseksi aorta adalah suatu kondisi dimana terbentuk bendungan darah di
tempat yang tidak seharusnya, yaitu di antara lapisan paling dalam dan tengah
ini paling sering dicetuskan oleh robekan pada lapisan paling dalam dinding
aorta atau perdarahan dalam dinding aorta. Diseksi aorta merupakan kondisi
emergensi yang paling umum pada aorta dan sering menyebabkan kematian
pada pasien. Penyebab kematian disebabkan oleh ruptur diseksi aorta pada
sepertiga pasien yang dirawat di rumah sakit. Insidensi diseksi aorta sekitar
2000 kasus baru setiap tahun di Amerika Serikat dan 3000 kasus di Eropa.
Bahaya dari diseksi aorta adalah ketika bendungan darah dalam dinding
melibatkan trauma dada, juga pada pengguna kokain, dan pengangkat beban
berat. 1
B. Definisi
sebagian darah mengalir pada tunika media yang disebabkan oleh perdarahan
2
layer dan false layer menyebabkan sindrom malperfusi dan meningkatkan
risiko aneurisma. 3
terutama intima dan media dengan adventitia. Kerusakan dimulai pada lapisan
lapisan media, membelah kedua lapisan tersebut secara longitudinal dan darah
tersebut membentuk lumen baru ( false lumen) pada dinding aorta. Hal ini
penekanan pada struktur di sekitar ruang palsu tersebut. Robekan awal pada
intima biasa terjadi di daerah aortic root atau isthmus aorta dan dapat
C. Epidemiologi
pasien meninggal sebelum kondisi ini dikenali. Diseksi aorta merupakan salah
diseksi aorta diperkirakan sekitar 3 kasus per 100.000 orang per tahun. Diseksi
aorta asenden terjadi paling sering pada usia 50-60 tahun, sedangkan aorta
desenden paling sering terjadi pada usia 60- 70 tahun. Diseksi aorta setidaknya
terjadi dua kali lebih sering pada laki-laki daripada wanita, meskipun wanita
3
Lebih dari dua per tiga pasien memiliki riwayat hipertensi. Frekuensi
tekanan darah. Jika tidak segera ditangani, rata-rata 50% pasien meninggal
dalam 48 jam.7
D. Etiologi
maupun kelainan didapat. Diseksi aorta lebih umum terjadi pada pasien dengan
stenosis katup bikuspid, serta pada orang- orang dengan riwayat pembedahan
toraks.6
1. Sindrom Marfan
2. Sindrom Ehlers-Danlos
3. Annuloaortic ectasia
4. Riwayat keluarga
6. Sindrom Turner
7. Sindrom Noonan
8. Osteogenesis imperfekta
4
Hipertensi merupakan faktor predisposisi penting pada diseksi aorta.
Pasien dengan diseksi aorta 70% memiliki tekanan darah tinggi. Hipertensi
juga dapat menjadi faktor risiko diseksi aorta, terutama pada pasien dengan
sindrom Marfan. Diperkirakan 50% dari semua kasus diseksi aorta terjadi
pada wanita hamil dengan usia kurang dari 40 tahun. Kebanyakan kasus
terjadi pada trimester ketiga atau pada periode awal postpartum pada
pembuluh darah.6
E. Patomekanisme
Diseksi aorta terjadi ketika lapisan intima robek dan menyebabkan darah
masuk pada lapisan antara intima dan adventitia. Nekrosis kistik medial
apoptosis. Nekrosis pada sel otot polos dan fibrosis pada struktur elastis
kasus diseksi terjadi pada dinding lateral kanan bagian proksimal as!
5
1. Diawali dengan robekan sirkumferensial atau transversal pada tunika intima
integritas normal tunika media dapat menjadi faktor predisposisi diseksi aorta.
degenerasi medial sistik (seperti pada sindrom Marfan dan sindrom Ehler-
Danlos). Selain itu, trauma tumpul dada, katup aorta bikuspid, iatrogenik
kokain juga menjadi faktor predisposisi. Faktor risiko tersering pada pasien
F. Klasifikasi
Dua klasifikasi yang paling umum digunakan ialah sistem klasifikasi Stanford
klasifikasi Stanford jauh lebih sederhana dan hanya berdasarkan ada tidaknya
6
keterlibatan aorta pars descendens terlepas dari primer lokasi robekan tunika
proksimal)
suatu proses diseksi. Klasi0ikasi terkini membagi diseksi aorta kedalam lima
1. Tipe I Diseksi aorta klasik dengan katup pada lapisan intima yang terletak
diseksi aorta.
4. Tipe IV :uptur plak yang diikuti oleh ulserasi aorta dan dikelilingi oleh
7
Diseksi aorta akut tipe B klasifikasi Stanford memiliki tingkat mortalitas yang
lebih rendah dibanding tipe A. pasien dengan diseksi aorta tipe B tanpa
Tanda dan gejala diseksi aorta tergantung pada luasnya diseksi dan kompresi
1. Gejala
8
a. Nyeri dada
Bila nyeri terlokalisasi pada dinding dada anterior, leher, atau rahang,
titik asal diseksi aorta adalah dari aorta asendens, dan bila nyeri
rasa sakit saja dan kebanyakan pada pasien yang lebih tua dalam kasus
b. Sinkop
Sinkop adalah gejala awal yang signifikan dari diseksi aorta terjadi
sekitar 15% dari pasien dengan tipe A dan di 5% dari mereka yang
pembuluh darah supra aorta Biasanya terjadi pada diseksi aorta dengan
2. Tanda
9
a. Hipertensi
Terjadi pada 30% penyakit tipe A dan 70% penyakit tipe B. Separuh
>150mmHg), memuat hal ini sebagai salah satu tanda diagnostik yang
umum. pada saat datang hipertensi dapat berat atau bahkan sangat berat
b. Hipotensi
Terjadi pada diseksi aorta asendens dan mungkin karena ruptur aorta
hemoperitoneum.9
Ini hasil dari penutupan intima atau hematoma yang menghalangi atau
menekan arteri. Hal ini sering terjadi pada diseksi yang melibatkan arkus
aorta dan aorta toraks dan abdomen. Pasien yang mengalami defisit nadi
10
atau defisit neurologis. Pasien tersebut juga memiliki tingkat komplikasi
d. Murmur jantung
aorta dan murmur diastolik awal pada titik ERB (murmur Austin Flint).
Ini terjadi pada sekitar 50-75% dari semua diseksi aorta asendens. 9
Stroke/perubahan kesadaran
H. Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium 8
11
dehidrogenase) dapat meningkat karena hemolisis di lumen palsu. D dimer:
nilai prediksi negatif yang tinggi. Diseksi aorta lebih kecil kemungkinannya
2. Foto Toraks
panah).2
12
Selain itu, dapat juga ditemukan efusi pleura. Kesan foto toraks normal
3. Ekokardiografi
lainnya untuk diagnosis diseksi aorta distal. TTE juga memiliki keterbatasan
diagnosis diseksi aorta akut, dengan sensitivitas 98% dan spesifitas 95%.5
Kelebihan TEE adalah dapat dilakukan secara cepat di IGD saat pasien
dipisahkan oleh intimal flap atau dua lumen dengan opasitas berbeda. CT
scan dengan kontras memiliki akurasi tinggi, dengan sensitivitas 98% dan
spesifisitas 100%, jika tanpa kontras, diseksi aorta dapat tidak terdeteksi.
13
5. Magnetic Resonance Imaging
Kriteria diagnosis MRI sama seperti CT scan. MRI memiliki akurasi sama
waktu lebih lama untuk memperoleh hasil gambar. MRI jarang digunakan
untuk pemeriksaan awal pasien diseksi aorta. MRI dapat digunakan untuk
6. Aortografi
Aortografi memiliki risiko tindakan invasif, dosis kontras tinggi, dan waktu
sensitivitas 90% dan spesifisitas 94%. Aortografi bersifat invasif dan tidak
memberikan gambaran tiga dimensi seperti pada CT scan, MRI, atau TEE.
Dahulu digunakan sebagai gold standard diagnosis, tetapi saat ini sudah
jarang dilakukan karena ada pencitraan lain yang lebih cepat, non-invasif,
I. Penatalaksanaan
dengan diseksi aorta, pada saat diagnosa ditegakkan. Terapi obat-obatan yang
cepat yang diikuti dengan terapi bedah yang tepat berkaitan dengan perbaikan
14
mengalami diseksi aorta harus dievaluasi dan diobati secara emergensi. Tujuan
harus segera mungkin dirawat diruang ICU untuk monitoring ketat tekanan
elektrokardiogram.3,10,11
Terapi Medikamentosa
sampai sesuai respons tekanan darah. Pembrian beta blocker secara rutin
digunakan. Pemberian propanolol intra vena (1-2 mg/ 5 menit, sampai respons
kali permenit. Ketika keadaan stabil tercapai, pasien harus dipersiapkan untuk
kardiovaskular. 3,10,11
Tatalaksana Emergensi
15
denyut jantung dan tekanan darah serta meredakan nyeri. Tujuan primer nya
GCS pasien kurang dari 8 atau tidak stabil secara hemodinamik, maka
mungkin)
Obat nyeri
Sodieum nitropruside
untuk mereduksi MAP sampai dengan 60-70 mmHg. Bika obat-obatan tersebut
dengan tekanan darah dan denyut nadi tercapai. Pada pasien dengan
16
kontraindikasi beta blocker, pemberian nonhidopiridin kalsium channel blocker
Penggunaan beta blocker harus digunakan dengan hati hati pada regurgitasi
Tindakan Operatif
Tujuan dari tindakan operatif ialah mencegah kematian akibat ruptur aorta
dan untuk membentuk kembali aliran darah ke arteri yang tertutup oleh diseksi.
Diseksi aorta tipe A akut dioperasi tanpa penundaan, karena ruptur dapat
intima, dan mengganti segmen aorta yang rentan pecah dengan interposition
17
menggunakan cangkok komposit dilakukan jika katup aorta tidak dapat
diselamatkan. 2,12
katup aorta. 12
Namun terdapat pertimbangan tertentu, termasuk usia tua (usia >85 tahun)
akut tipe A memiliki angka kematian 50% dalam 48 jam pertama jika tidak
dari operasi selama terapi konservati0 sangat jelas dalam Follow up jangka
panjang. 2
18
Berdasarkan bukti itu, semua pasien dengan diseksi aorta tipe A harus
operasi pada diseksi aorta akut adalah untuk mencegah rupture aorta ke
menjadi penanganan diseksi aorta tipe B tanpa komplikasi dan yang dengan
darah sistolik 100 mmHg- 120 mmHg. Pilihan terapi antihipertensi utama
tidak ada kontraindikasi seperti penyakit paru obstruktif dan gagal jantung;
(verapamil, diltiazem). Dari 579 kasus diseksi aorta tipe B, survival rate
meningkat pada yang diterapi awal dengan beta blocker, juga pada
19
penggunaan calcium channel blocker, sedangkan penggunaan ACE Inhibitor
Pasien telah mendapat tiga obat antihipertensi, yaitu valsartan 160 mg,
distal.13
20
apabila TEVAR tidak dapat dikerjakan karena penyulit kelainan berat arteri
iliaka, angulasi tajam lengkung aorta, dan tidak ada akses untuk
Penggantian bagian yang rusak dengan tube graft, ketika tidak ada
Penggantian bagian yang rusak dari aorta dan penggantian katup aorta.
J. Prognosis
Setidaknya 30% pasien meninggal setelah mencapai ruang gawat darurat dan
Pasien yang tidak diobati dengan diseksi tipe A memiliki angka kematian
1-2% per jam karena berhubungan dengan risiko tinggi komplikasi ruptur
stroke. 8
21
darah yang efektif [36]. Namun pada pasien tipe B dengan komplikasi ruptur
kematiannya tinggi.8
korban dan kualitas hidup buruk. kematian tertinggi dari diseksi aorta akut
memiliki prognosis yang lebih baik, tetapi bahkan harapan hidup mereka lebih
Setelah pasien dipulangkan, tindak lanjut medis dengan fokus pada kontrol
tekanan darah yang ketat harus dilakukan secara teratur. Surveilans pencitraan
55% pada pasien yang dirawat. Kematian di rumah sakit tetap tinggi, meskipun
K. Komplikasi
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Nasim, B., Mohammad, A., Zafar, S., Mathew, L., Sajjad, A., Shaikh, A.,
Naroo, G. 2019. Aortic Dissection. IntechOpen. Volume (1): 1-16
2. Chandra H, Ekowati A, Artsini E. 2016. Diseksi Aorta Ascendens Tipe
Stanford A Dengan Hemiparese Kiri. Jurnal Radiologi Indonesia. Volume 2
(1): 22-30
3. Erbel R, Victor A, Catherine B, Et Al. 2014. Guidelines On The Diagnosis
And Treatment Of Aortic Diseases. Document Covering Acute And Chronic
Aortic Diseases Of The Thoracic And Abdominal Aorta Of The Adult 2014.
4. Hiratzka Lf, Bakris Gl, Beckman Ba, Et Al.2010.Guidelines For The
Diagnosis And Management Of Patients With Thoracic Aortic
Disease(Exeecutife Summary. A Report Of The American College Of
Cardiology Foundation/Americanh Heart Association Task Force On Practice
Guidelines 2010: Vol.55 (14-18)
5. Mabun Jmh. 2016. Diseksi Aorta: Kegawatdaruratan Kardiovaskular Cdk-
247/ Vol. 43 (12)
6. Mancini, Mary Et Al. 2011. Aorta Dissection. Diakses Dari
Http://Emedicine.Medscape.Com Pada Tanggal 30 Maret 2012.
7. Wiesenfarth, John M Et Al. 2011. Emergent Management Of Acute Aortic
Dissection. Diakses Dari Http://Www.Medscape.Com Pada Tanggal 30 Maret
2012.
8. Wahyudi, Dendi. Endovascular Stent Graft Pada Diseksi Aorta Tipe B.
Burnal Kardiologi Indonesia. 2007
23
9. Nasim B., Mohammad A., Zafar S., Mathew L., Sajjad A., Shaikh A., Naroo
G. 2019. Aortic Dissection. Doi:
Http://Dx.Doi.Org/10.5772/Intechopen.89210. 2019
10. Hebbali R, Swanevelder J. Diagnosis And Management Of Aortic Dissection.
Continuing Education In Anaesthesia. Critical Care And Pain 2009.Vol 9:14-
18
11. Fritz DA. Current Diagnosis And Treatment On Emergency Medicine, 7th
Ed.United States: Mc Graw Hill; 2011
12. Swanevelder J., Hebballi R. Diagnosis And Management Of Aortic
Dissection Continuing Education In Anaesthesia, Critical Care & Pain J.
Volume 9 (1): 15-20
13. Dewi NLP, Aryasa A, Dharma KS.2019. Diseksi Aorta Akut Stanford Tipe
B Dengan Gejala Akut Abdomen Laporan Kasus. Cdk-273/ Vol. 46 (2): 117-
121.
14. Levy D., Goyal A., Grigorova Y., Farci F., Jacqueline K. 2021 Aortic
Dissection. Statpearls. Ncbi
24