TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
yaitu rongga antara lapisan dalam (piamater) dan lapisan tengah (arachnoid matter)
2.1.2 Etiologi
ruptur aneurisma salah satu arteri di dasar otak (70-80%) dan adanya malformasi
Aneurisma ini terjadi pada titik bifurkasio arteri intrakranial dengan wujud
seperti kumpulan buah berry. Lokasi tersering aneurisma sakular adalah arteri
komunikans anterior (40%), bifurkasio arteri serebri media di fisura sylvii (20%),
dinding lateral arteri karotis interna (pada tempat berasalnya arteri oftalmika atau
arteri komunikans posterior 30%), dan basilar tip (10%). Aneurisma dapat
4
menekan nervus okulomotorius, menyebabkan paresis saraf kranial ketiga (pasien
mengalami dipopia)3 .
b. Aneurisma fusiformis
intracranial arteri karotis interna, trunkus utama arteri serebri media, dan arteri
hipertensi. Aneurisma fusiformis yang besar pada arteri basilaris dapat menekan
batang otak. Aliran yang lambat di dalam aneurisma fusiformis dapat mempercepat
c. Aneurisma mikotik
terdiri dari terapi infeksi yang mendasarinya dikarenakan hal ini biasa disebabkan
2012).
jaringan pleksiform abnormal tempat arteri dan vena terhubungkan oleh satu atau
lebih fistula. Pada MAV arteri berhubungan langsung dengan vena tanpa melalui
5
kapiler yang menjadi perantaranya. Pada kejadian ini vena tidak dapat menampung
tekanan darah yang datang langsung dari arteri, akibatnya vena akan merenggang
dan melebar karena langsung menerima aliran darah tambahan yangberasal dari
arteri. Pembuluh darah yang lemah nantinya akan mengalami ruptur dan berdarah
sama halnya seperti yang terjadi pada aneurisma. MAV dikelompokkan menjadi
dua yaitu kongenital dan didapat. MAV yang didapat terjadi akibat trombosis
2.1.3 Epidemiologi
Terdapat variasi jumlah kasus SAH setiap tahun di berbagai belahan dunia.
WHO menemukan variasi insiden tahunan mencapai sepuluh kali lipat di berbagai
negara di Eropa dan Asia, mulai dari 2 per 100.000 populasi di Cina hingga 22,5
didapati angka kejadian SAH berkisar antara 2-16 per 100.000 orang, dengan
faktor resiko dewasa onset usia ≥ 50 tahun, kaum menengah ke bawah dan jenis
kelamin wanita menunjukkan prevalensi yang lebih besar. Jumlah kematian akibat
jumlah keseluruhan insiden bisa saja lebih besar. Meski begitu, studi populasi
2.1.4 Patofisiologi
paling dalam; Media, yang tersusun dari otot polos; dan Adventitia, lapisan terluar
6
yang terdiri dari jaringan konektif. Aneurisma arteri hanya memiliki lapisan intima
dan adventitia dengan elatisitas membran berkurang; lapisan media berakhir pada
pertemuan leher aneurisma dengan pembuluh darah lain (Baehr dan Frotcsher,
tekanan yang melewati dinding aneurisma, sehingga onset ruptur tergantung pada
memiliki 2% resiko mengalami ruptur dan meningkat menjadi 40% bila diameter
beberapa stimulan seperti kokain dan lainnya jelas menginduksi pembentukan dan
ruptur aneurisma lebih cepat dari data yang tersedia. Aneurisma yang tidak
cedera pada jaringan di sekitarnya dan kompensasi pada distal blood supply
(Medscape, 2016).
arteri ke dalam ruang subarakhnoid dan dengan cepat menuju cairan serebrospinal
di antara otak dan sumsum tulang belakang. Darah yang keluar dengan tekanan
intrakranial dan iritasi lapisan meninges. Selain itu, pendarahan tersebut dapat
7
intraserebral, pendarahan intraventrikular, disfungsi sistolik ventrikular kiri,
- Hipertensi
- Konsumsi alkohol
8
9
Gambar 2.1. Skema patofisiologi pendarahan subarakhnoid
digambarkan oleh pasien sebagai ”nyeri kepala yang paling berat dalam
kehidupannya”. Sering disertai mual, muntah, fotofobia, dan gejala neurologis akut
Beberapa tanda dan geala lain yang sering dijumpai pada pasien pendarahan
subarakhnoid:
berlangsung dalam 1 atau 2 detik sampai 1 menit, kurang lebih 25% pasien
10
- gangguan fungsi autonom berupa bradikardia atau takikardia, hipotensi
(Setyopranoto, 2012).
2.1.6 Diagnosis
tanpa kontras. Pemeriksaan fisik cermat pada kasus nyeri kepala sangat penting
atau arteritis temporalis. Kaku kuduk dijumpai pada sekitar 70% kasus.
karotis interna dapat menyebabkan paresis nervus III, yaitu gerak bola mata
kavernosus yang luas dapat menyebabkan paresis pada nervus VI. Pemeriksaan
2012).
setelah serangan, tetapi akan turun 50% pada 1 minggu setelah serangan. Dengan
11
demikian, pemeriksaan CT scan harus dilakukan sesegera mungkin.
biayanya lebih murah, aksesnya lebih mudah, dan interpretasinya lebih mudah
(Setyopranoto, 2012).
bahkan perdarahan kecil kurang dari 0,3 mL akan menyebabkan nilai sekitar
10.000 sel/ mL. Xantokromia adalah warna kuning yang memperlihatkan adanya
sensitivitas dan spesifi sitasnya lebih tinggi. Evaluasi teliti terhadap seluruh
pembuluh darah harus dilakukan karena sekitar 15% pasien memiliki aneurisma
multipel. Foto radiologik yang negatif harus diulang 7-14 hari setelah onset
12
Hunt dan Hess; skala ini mudah dan paling banyak digunakan dalam praktik klinis
Nilai tinggi pada skala Hunt dan Hess merupakan indikasi perburukan luaran.
Skala ini juga mempunyai beberapa keterbatasan, seperti beberapa gambaran klinis
hanya berdasarkan gambaran radiologik. Pasien dengan skor Skala Fisher 3 atau 4
mempunyai risiko luaran klinis yang lebih buruk. Skala ini sangat dipengaruhi oleh
13
Sistem Ogilvy dan Carter menggabungkan data klinis, demografi dan
oleh jumlah skor Sistem Ogilvy dan Carter, yaitu skor 5 mempunyai prognosis
Skor Keterangan
1 Nilai Hunt dan Hess >III
1 Skor skala Fisher >2
1 Ukuran Aneurisma >10 mm
1 Usia pasien >50 tahun
1 Lesi pada sirkulasi posterior berukuran besar (≥25 mm)
Hess dengan skor Skala Fisher; penggabungan ini mempunyai rentang nilai lebih
luas sehingga bisa memengaruhi luaran klinis. Nilai 0 dan 1 mempunyai luaran
baik atau sangat baik pada kurang lebih 95% pasien. Sementara itu, jika nilainya
lebih dari 1, secara signifi kan mempunyai luaran buruk; kematian kurang lebih
10% pada nilai 2, dan 30% pada nilai 3 serta 50% pada nilai 4. Pasien dengan nilai
meliputi darah lengkap, serum kimia, Prothrombin Time (PT) dan Activated
Partial Thromboplastin Time (aPTT), skrining golongan darah dan gas darah
(Medscape, 2016).
14
2.1.7 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan umum
a. Tatalaksana pasien PSA derajat I atau II berdasarkan Hunt & Hess (H&H)
kesadaran).
lebih intensif:
15
2. Tindakan untuk mencegah perdarahan ulang setelah PSA
miokard akut, stroke iskemik, emboli paru, atau trombosis vena dalam.
ulang.
16
f. Penggunaan koil intraluminal dan balon masih dalam uji coba. Penelitian
ditunda. Operasi segera (early dan ultra early) dianjurkan pada pasien
dengan derajat yang lebih baik serta lokasi aneurisma yang tidak rumit.
Untuk keadaan klinis lain, operasi yang segera atau yang ditunda
17
a. Pencegahan dengan nimodipin dimulai dari dosis 1-2 mg/jam IV pada hari
bermakna.
Pencegahan vasospasme
18
II. NaCl 3% intravena 50 ml 3 kali sehari (hati-hati terhadap
Delayed vasospasm
hipertensi pada pasien stroke akut sekitar 73,9%. Sebesar 22,5- 27,6% diantaranya
Preassure in Acute Stroke Collaboration 201; IST: International Stroke Trial 2002.
menunjukkan bahwa tingginya tekanan darah pada level tertentu berkaitan dengan
19
Penurunan tekanan darah yang tinggi pada stroke akut sebagai tindakan
neurologis. Pada sebagian besar pasien, tekanan darah akan turun dengan
tekanan darah yang tinggi pada stroke akut agar dilakukan secara hati-hati dengan
a. apabila TDS >200 mmHg atau Mean Arterial Preassure (MAP) >150
b. Apabila TDS >180 mmHg atau MAP >130 mmHg disertai dengan gejala
c. Apabila TDS >180 mmHg atau MAP >130 mmHg tanpa disertai gejala dan
110 mmHg atau tekanan darah 160/90 mmHg. Pada studi INTERACT
20
d. Pada pasien stroke perdarahan intraserebral dengan TDS 150-220 mmHg,
penurunan tekanan darah dengan cepat hingga TDS 140 mmHg cukup
kontraindikasi mutlak.
perdarahan ulang.
target TDS dalam mencegah resiko terjadinya vasospasme, namun hal ini
21
pasien apabila vasospasme serebral telah terjadi. Pandangan akhir-akhir ini
nimodipin.
(AHA/ASA, Class IIa, Level of evidence B), tetapi target rentang tekanan
lebih rendah dari target di atas pada kondisi tertentu yang mengancam
target organ lainnya, misalnya diseksi aorta, infark miokard akut, edema
tersebut adalah 15-25% pada jam pertama, dan TDS 160/90 mmHg dalam 6
jam pertama.
a. Bila natrium dibawah 120 mEq/L, berikan NaCL 0,9% 2-3 L/hari. Berikan
22
c. Pantau status volume cairan pada pasien PSA dengan kombinasi tekanan
vena sentral, tekanan arteri pulmoner, balans cairan. Terapi untuk kontraksi
Dosis fludrocortisone 0,4 mg/hari secara oral atau 0,4 mg dalam dextrose
a. Prevensi
b. Tatalaksana
Pasien dipuasakan
23
Pasien dengan stress ulcer harus dilakukan penatalaksanaan ABC
Pada perdarahan yang banyak (lebih dari 30% dari volume sirkulasi),
Pasang pipa nasogastrik dan lakukan irigasi dengan air es tiap 6 jam
mengiritasi lambung.
24
a. Pemantauan ketat terhadap penderita dengan risiko edema serebral harus
evidence B).
b. Monitor TIK harus dipasang pada pasien dengan GCS <9 dan penderita
c. Sasaran terapi adalah TIK kurang dari 20 mmHg dan CPP >70 mmHg.
meliputi :
v. Jaga normovolernia
mg/kgBB i.v.
25
vii. Intubasi untuk menjaga normoventilasi (pCO2 35 - 40 mmHg).
operatif.
iskemik serebelar
2011).
26
dan penyebab yang paling sering adalah hidrosefalus. Volume darah pada
perempuan, skor Hunt dan Hess rendah, volume perdarahan subaraknoid cukup
b. Analgesik
Hindari asetosal
27
Petidin IM 50-100 mg atau morfin atau morfin sc atau iv 5-10 mg/4-6
jam
Pada pasien febris atau berisiko terjadi infeksi, harus dilakukan kultur
dan hapusan (trakea, darah dan urin) dan diberikan antibiotik. Jika
28
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
Nama :R
No.RM : 12.58.xx.xx.
Tanggal lahir :
Usia : 50 tahun
Agama :-
Pekerjaan :
Pindahan dari :-
Dr.Soetomo Surabaya
Status : BPJS
29
3.2 Riwayat Penyakit dan Pengobatan
namun jarang kontrol ke dokter dan minum obat. Pasien juga mengeluh sering
Tidak ada
Tidak ada
mg.
3.3 Ringkasan pada waktu pasien masuk RSUD Dr. Soetomo Surabaya
tanggal 12 Mei 2017, kemudian dirujuk ke RSUD Dr. Soetomo Surabaya sekitar
tidak mengalami merot dan pelo (ketidakseimbangan otot pada mulut dan wajah).
30
Pasien dirawat di Instalaasi Rawat Darurat kemudian dipindahkan ke IRNA Medik
3.4 Pemeriksaan
2017, pasien telah menjalani berbagai pemeriksaan yang dapat dilihat sebagai
berikut.
Pemeriksaan fisik pasien dilakukan oleh dokter dan perawat setiap hari.
perkembangan pasien, dan sebagai pedoman dalam penentuan terapi yang akan
dijalani pasien setiap harinya. Hasil pemeriksaan yang dilakukan selama tanggal
praktik klinik untuk monitoring kesesuaian terapi obat, monitoring efek terapetik,
monitoring reaksi obat yang tidak diinginkan, menilai toksisitas obat, dan
laboratorium pasien pada tanggal 12 s/d 18 Mei 2017 ditunjukkan pada Tabel 3.2.
Pada tanggal 12 Mei 2017 dilakukan CT Scan pada pasien dan diperoleh
kesan Saccular Aneurisma di PCOM kanan, dengan ukuran leher (neck) 3,1 mm,
tinggi (height) 2,1 mm; lebar (width) 3,6 mm menghadap ke postero lateral. Kesan
31
lainnya adanya SAH di basal cystema, fissura sylvi kanan kiri, sulcy rego
thoraxdan diperoleh kesan adanya keradangan paru, namun perlu korelasi data
Dr. Soetomo Surabaya pada tanggal 12 - 18 Mei 2017 dapat dilihat pada Tabel 3.3.
Pengkajian terapi obat pasien selama masa perawatan di RSUD Dr. Soetomo
Surabaya pada tanggal 12 - 18 Mei 2017 dapat dilihat pada Tabel 3.4.
perawatan di RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada tanggal 12 - 18 Mei 2017 dapat
Rencana kerja farmasi dan pemantauan selama masa perawatan di RSUD Dr.
Soetomo Surabaya pada tanggal 12 - 18 Mei 2017 dapat dilihat pada Tabel 3.6.
32
3.9 Konseling
RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada tanggal 12 - 18 Mei 2017 dapat dilihat pada
Tabel 3.7.
33
Tabel 3.1 Hasil Pemeriksaan Fisik
34
Tabel 3.2 Hasil pemeriksaan laboratorium
36
Tabel 3.3 Lembar pengobatan
37
Tabel. 3.4 Lembar pengkajian obat
38
Tabel. 3.4 Lembar Pengkajian Obat (lanjutan)
39
Tabel 3.5 Lembar monitoring efek samping obat
Regimen Evaluasi
No Manifestasi ESO Nama Obat Cara Mengatasi ESO
Dosis Tgl Uraian
13 Mei Efek samping tidak terjadi
Edema perifer (2-3 minggu sejak
14 Mei Efek samping tidak terjadi
terapi) Monitor Tekanan darah dan
6x 60 mg 15 Mei Efek samping tidak terjadi
1 Takikardia Nimodipine denyut nadi
po 16 Mei Efek samping tidak terjadi
(Drug Information Handbook Ed.24,
17 Mei Efek samping tidak terjadi
2015)
18 Mei Efek samping tidak terjadi
Agranulositosis 13 Mei Efek samping tidak terjadi
Mulut kering Ganti dengan terapi nyeri lain, 14 Mei Efek samping tidak terjadi
3x1
2 Mual dan muntah Methamizole seperti ketorolac atau 16 Mei Efek samping tidak terjadi
ampul iv
Konstipasi parasetamol 17 Mei Efek samping tidak terjadi
(Formularium RSUD Soetomo, 2013) 18 Mei Efek samping tidak terjadi
Sakit kepala, nyeri perut, mual, 13 Mei Efek samping tidak terjadi
muntah, kembung, konstipasi atau
diare 2x1 14 Mei Efek samping tidak terjadi
3 Omeprazole Beritahu pasien tentang ESO
(Efek samping bersifat ringan dan ampul iv
sementara dan tidak ada hubungan
yang konsisten dengan pengobatan) 15 Mei Efek samping tidak terjadi
Bradikardia (Pemberian iv cepat) 16 Mei Efek samping tidak terjadi
Rasa panas dan terbakar di tempat Monitor tekanan darah, 17 Mei Efek samping tidak terjadi
2x1
4 penyuntikan Ranitidin pemberian secara iv paling
ampul iv
(Drug Information Handbook Ed.24, cepat 5 menit 18 Mei Efek samping tidak terjadi
2015)
40
Tabel 3.6 Form rencana kerja farmasi dan lembar pemantauan
Parameter Tanggal
Tujuan Rekomendasi Hasil Akhir yang Frekuesi
No yang
Farmakoterapi Terapi Diinginkan Pemantauan
Dipakai
12/5 13/5 14/5 15/5 16/5 17/5 18/5
Mengurangi Nyeri Skala Nyeri Skala nyeri 0 Setiap hari 7 6 6 7 6 6 6
1 dan menurunkan Methamziole
demam Suhu 36 -37 ± 2OC Setiap hari 38 38,3 37,9 36 37,6 37,8 36,3
Mengurangi stress Omeprazole Mual dan Mual dan muntah
2 Setiap hari + + + + + + +
uler Ranitidin muntah (-)
Nyeri
Menurunkan Nyeri kepala (-) Setiap hari + + + + + + +
3 Nimodipine Kepala
tekanan intrakranial
GCS 456 Setiap hari 356 356 356 356 456 456
TIK < 20 mmHg
CPP >70 mmHg
Nadi <90x/menit Setiap hari 80 80 80 80 80 60 54
Tekanan
<20/80 mmH Setiap hari 140/80 140/90 130/110 140/80 140/100 160/90 140/90
PZ/NaCL Darah
4 Terapi Cairan
0,9% Kalium (3,5-5,1 mmol/L) Setiap 5-7 hari 3,5
Natrium (136-145 mmol/L) Setiap 5-7 hari 140
Klorida (98-107 mmol/L) Setiap 5-7 hari 96
41
Tabel 3.7 Lembar konseling
Hari dan
No Uraian Rekomendasi dan Saran Evaluasi
Tanggal
Sediaan omeprazole berupa vial berisi 40 mg serbuk
omeprazole. Rekontitusi dengan 5 ml dari 100 m
NaCl 0,9% atau 5%.
Dikocok sampai benar-benar larut, lalu dipindahkan
Penjelasan mengenai rekonstitusi
ke kantung infus semula. Pembelian dilakukan lewat Perawat mengerti
13 Mei 2016 sediaan omeprazole (ada pelarut)
intravena selama 20-30 menit.Sediaan disimppan penjelasan yang diberikan
kepada perawat
dalam ruang dengan suhu 25oC Sediaan stabil dalam
cairan NaCl 0,9% selama 3-11 jam jika terpapar
sinar matahri stabilitas menururn hingga 6 jam
(Handbook of Injectable Drugs Ed.XVII, 2009)
Ampul 2 ml berisi 50 mg diencerkan dengan paling
Penjelasan mengenai pembuatan sedikit 20 ml cairan infus intravena yang kompatibel Perawat mengerti
16 Mei 2016
injeksi ranitidin dan diberikan paling sedikit 5 menit penjelasan yang diberikan
(Handbook of Injectable Drugs Ed.XVII, 2013)
Pemberian methamizole injeksi dapat dilakukan
secara intravena atau intramuskular dengan durasi
pemberian maksimal tiap 8 jam disuntikkan selama
Penjelasan mengenai pemberian Pasien mengerti penjelasan
13 Mei 2016 5 menit (secara perlahan-lahan). Penyimpanan
injeksi metamizole pada perawat yang diberikan
dilakukan pada suhu kamar (di bawah 30oC) dan
terlindung dari cahaya
(Dipiro, 2015)
42
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh terhadap studi kasus di IRNA Medik yang
a. Permasalahan yang terjadi pada pasien selama menjalani perawatan di RSUD Dr.
Soetomo antara lain adalah hasil foto toraks menunjukkan adanya keradangan paru
b. Terdapat penggunaan obat yang tidak rasional untuk diberikan kepada pasien
samping itu pasien mengalami nyeri kepala sedang dengan skala 6-7 namun masih
c. Terdapat beberapa indikasi pada pasien yang perlu diobati, seperti peningkatan
d. Telah dilakukan peran dan fungsi Apoteker dalam memberikan pelayanan farmasi
informasi obat, pemantauan terapi obat dan monitoring efek samping obat.
4.2 Saran
agar komunikasi antara dokter dan apoteker lebih ditingkatkan agar pasien
43
DAFTAR PUSTAKA
44