Session
Stroke Hemoragik
Oleh:
Pembimbing :
2018
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pendahuluan
(Cerebro Vascular Disease / CVD) atau yang lebih di kenal dengan stroke
adalah
gangguan fungsi saraf otak yang timbul secara mendadak (beberapa detik
atau
secara cepat / beberapa jam) dengan gejala atau tanda sesuai dengan
daerah yang
2
4. Completed Stroke
Terdiri dari:
embolus.
1. Stroke iskemik atau stroke non hemoragik, berupa TIA, trombosis dan
emboli.
1. Yang tidak dapat di ubah, seperti; usia, jenis kelamin, ras, riwayat
fibrilasi atrium.
a. Hipertensi
darah otak pecah maka terjadi perdarahan dan jika menyempit akan
menyebabkan
b. Diabetes mellitus
darah otak yang berukuran besar. Hal ini jelas akan mengganggu aliran
darah otak
c. Penyakit Jantung
gumpalan darah atau sel-sel jaringan yang mati ke dalam aliran darah yang
disebut emboli.
d. Hiperkolesterolemia
Tingginya kadar kolesterol LDL dengan rendahnya HDL dapat
e. Merokok
penyakit darah.
Insiden PSA di negara maju sebesar 10-15 kasus setiap 100.000 penduduk.
62%
timbul pertama kali pada usia 40-60 tahun, kejadian mati mendadak karena
PSA
sebesar 2% dari seluruh kasus, sebagian besar (9%) terjadi pada umur
dibawah 45
tahun. Pada AVM (Atrio Vena Malformasi) laki-laki lebih banyak dari
perempuan.
a. Definisi
kedalam ruang subarknoid baik dari tempat lain (PSA sekunder) atau sumber
b. Klasifikasi
1. PSA spontan primer, yakni PSA yang bukan akibat trauma atau
perdarahan intraserebral.
c. Etiologi
Perdarahan subaraknoid terjadi
karena:
3. Hemangioma pecah
d. Patofisiologi
(lokus minoris resaistensiae) , yang karena beban tekanan darah tinggi dapat
7
e. Tanda dan gejala klinik
Sebelum muncul tanda dan gejala klinis yang mendadak dan hebat
sebenarnya sudah ada berbagai tanda peringatan yang pada umumnya tidak
merawatnya
Peringkat klinis
Tingkat I : Asimtomatik
kranialis
Tingkat III : Somnolen dan defisit ringan
gangguan vegetatif
E. Komplikasi
- Hidrosefalus
- Vasospasme
- Edem serebri
f.Penatalaksanaan
a. Terapi Umum
dan elektrolit
b. Terapi Khusus
- Analgetik
- Anti hipertensi
- Anti fibrinolitik
g. Pemeriksaan penunjang
1. Darah,urin,feses rutin
2. Profil lipid
3. LP
5. MRI
6. Angiorafi
h. Prognosis
Bergantung kepada:
10
(PIS) meliputi 10% dari seluruh kasus gangguan peredaran darah otak
(GPDO),
terjadi di hemisfer serebri (80%) dan batang otak serta serebelum (20%).
Sebuah
perdarahan 26% terdiri dari lobus 10%, ganglionik 9%, serebelar 1%, brain
stem
sehingga terjadi penekanan pada struktur otak dan pembuluh darah otak
secara
menyeluruh yang pada akhirnya akan terjadi kematian sel saraf sehingga
timbul
interval 40-75 tahun/ jenis kelamin. Insiden pada laki-laki sama dengan pada
b. Etiologi
11
2. Perdarahan intraserebral
sekunder
anti koagulan.
c. Patofisiologi
12
Kedua hal ini dapat melemahkan muskularis arteriol. Hipertensi yang terus
herniasi atau pecahnya tunika intima yang kemudian menjadi aneurisma atau
sampai 6 jam dan jika volumenya besar akan merusak struktur anatomi otak
dan
splitting” tanpa merusaknya. Pada keadaan ini absorpsi darah akan diikuti
oleh
destruksi massa otak, peninggian TIK, dan yang lebih berat dapat
menyebabkan
lebih tertekan lagi. Jumlah darah yang keluar menentukan prognosis. Apabila
volume darah lebih dari 60cc, maka risiko kematian sebesar 93% pada
perdarahan
13
d. Gejala Klinik
hemiplegi, koma.
4. Defisit hemisensorik
e. Pemeriksaan Rutin
• Elektrokardiografi
g. Pemeriksaan Penunjang
• Rontgen thorak
• CT-Scan / MRI
• Ekokardiografi
h. Penatalaksanaan
1. Terapi umum : 6B
14
a. Breathing
b. Brain
c. Bladder
d. Bowel
e. Burn
2. Terapi khusus.
a. Anti edem.
Manitol 20% bolus 1 gr/ kg berat badan dalam 20-30 menit, dilanjutkan
tidak diberikan secara rutin, bila ada indikasi harus diikuti dengan
pengamatan
yang cepat.
b. Obat homeostasis:
c. Anti hipertensi:
Bila tekanan darah systole > 230 mmHg atau tekanan darah diastolik >
140 mmHg diberikan : Nikardipin 5-15 mg/ jam infus kontiniu atau Diltiazem
5-
40 mg/kg BB/menit infus kontinyu. Bila tekanan sistolik 180-230 mmHg atau
tekanan sistolik 105-140 mmHg, atau tekanan darah arterial rata-rata 130
mmHg
menit sampai maksimum 300 mg atau berikan dosis awal bolus diikuti oleh
Labetalol drip 2-8 mg /menit atau Nikardipin 5- 15 mg/ jam infuse kontinyu
15
sistolik <180 mmHg atau tekanan diastole < 105 mmHg, tangguhkan
pemberian
16
BAB 2
LAPORAN KASUS
2. 1 Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Umur : 63 tahun
hari, pasien tampak banyak tidur tapi masih menyahut dan membuka
mata saat
dipanggil pasien.
- Lemah ke empat anggota gerak disadari oleh keluarga sejak 3 jam sebelum
- Riwayat stroke 1x, dirawat di RSUD selama 1 minggu, lemah anggota gerak
sebelah kiri, kondisi terakhir berjalan dengan menyeret kaki kiri, kontrol
tidak
teratur
- Hipertensi sejak 10 tahun yang lalu, Tekanan darah sistolik tertinggi adalah
Status Internus
18
Paru :
Jantung :
Abdomen :
Perkusi : timpani
Korpus vertebrae
19
Status Neurologikus
GCS : E3, M5, V4 = 12
• Brudzinsky I : (-)
• Brudzinsky II : (-)
+/+
N. I (Olfaktorius) :
N. II (Optikus) :
20
N. III (Okulomotorius)
Kanan Kiri
Pupil
• Bentuk (+)
(+)
• Refleks cahaya
(+)
• Refleks akomodasi (+)
• Refleks konvergensi (+)
Bulat (+)
(+)
(+) N. IV (Trochlearis)
N. VI (Abdusen)
Kanan Kiri
21
N. VII (Fasialis)
Kanan Kiri
datar)
22
N. VIII (Vestibularis)
Kanan Kiri
- Memanjang - Vertikal
- Memendek - Siklikal
Tidak dilakukan idak ada tidak ada
Nistagmus
N. IX (Glossopharyngeus)
Kanan Kiri
N. X (Vagus)
Kanan Kiri
23
N. XI (Asesorius)
Kanan Kiri
Menoleh ke kanan Sulit dinilai Sulit dinilai
Menoleh ke kiri Sulit dinilai Sulit dinilai
Mengangkat bahu kanan Sulit dinilai Sulit dinilai
Mengangkat bahu kiri Sulit dinilai Sulit dinilai
N. XII (Hipoglosus)
Kedudukan lidah didalam
Sulit dinilai
Kedudukan lidah dijulurkan
Sulit dinilai
Tremor Sulit dinilai Sulit dinilai Fasikulasi Sulit dinilai Sulit dinilai Atrofi Sulit dinilai Sulit
dinilai Pemeriksaan Koordinasi dan Keseimbangan : Keseimbangan Tidak dilakukan
Romberg test Tidak dilakukan Romberg test dipertajam Tidak dilakukan Stepping gait
Tidak dilakukan Tandem gait Tidak dilakukan Koordinasi Jari-jari Tidak dilakukan
Hidung-jari Tidak dilakukan Pronasi-supinasi Tidak dilakukan Tes tumit lutut Tidak
dilakukan Rebound phenomen Tidak dilakukan
4. Pemeriksaan Fungsi Motorik : A. Badan Respirasi Spontan Spontan
Duduk - - B. Berdiri dan
berjalan
Gerakan spontan Tidak bisa dinilai Tidak bisa dinilai
Tremor (-) (-) Atetosis (-) (-) Mioklonik (-) (-) Khorea (-) (-)
24
Ekstremitas Superior Inferior
Kanan Kiri Kanan Kiri Gerakan Aktif Aktif (-) (-) Kekuatan 222 444 222 444 Trofi Eutrofi
Eutrofi Hipotrofi Eutrofi Tonus Hipertonus Hipertonus Hipertonus Hipertonus
5. Pemeriksaan Sensibilitas: Sensibilitas Taktil Sulit dinilai Sensibilitas nyeri Sulit dinilai
Sensibilitas termis Sulit dinilai Sensibilitas sendi dan posisi Sulit dinilai Sensibilitas
Getar Sulit dinilai Sensibilitas Kortikal Sulit dinilai Stereognosis Sulit dinilai Pengenalan
2 tiitik Sulit dinilai Pengenalan rabaan Sulit dinilai
• Tanda Laseque :
• Tanda Kontra Laseque
• Tanda Patrick dan Kontra Patrick
Sulit dinilai
6. Sistem refleks 1.Fisiologis Kanan Kiri Kanan Kiri Kornea (+) (+) Biseps (+++) (++)
Laring Tidak di
nilai
Tidak di nilai
APR (+++) (++)
Masseter (+) (+) KPR (+++) (++) Dinding Perut
• Atas
• Tengah
• Bawah
(+) (+) (+)
(+) (+) (+)
Bulbokavernosus Cremaster Sfingter
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
2. Patologis Lengan (-) (-) Tungkai Hoffman- Tromner
(-) (-) Babinski (+) (-)
Chaddoks (-) (-) Openheim (-) (-) Gordon (-) (-) Schaefer (-) (-) Klonus paha (-) (-)
Klonus kaki (-) (-)
25
7. Fungsi otonom
- Hematokrit : 38 %
- Trombosit : 334.000/ μl
Kesan: Leukositosis
Kimia klinik
• Ca : 9,2 mg/dl
• Na : 142 Mmol/L
• K : 4,0 Mmol/L
26
Pemeriksaan Radiologi:
Rontgen Thorax
Brain CT Scan
27
2.6 Terapi
Khusus :
- Ranitidine 2 x 50 mg
- Ceftriaxon 1 x 2 gr IV
- Asetazolamid 4 x 250 mg
2.7 Prognosis
• Quo ad vitam : dubia
28
Follow Up
RR : 18 X/I • O2 4 L/menit
SN : • Diet MC RG II 1700
kkal (via NGT)
• Asam tranexamat 6 x 1
gr
• Ranitidin 2 x 50 mg
• Ceftriaxon 2 x 1 gr
• Asetazolamid 4 x 250
mg
• KSR 2 x 600 mg
• Amlodipin 1 x 10 mg
• Candesartan 1 x 16 mg
• Levofloxasin 1 x 750
mg 29
BAB 3
DISKUSI
tiba saat pasien tidur, pasien tampak banyak tidur tapi masih menyahut dan
membuka mata saat dipanggil keluarga, riwayat sakit kepala sebelum
keluhan ada,
dan mulut mencong ke arah kanan. Ini menunjukkan parese N VII tipe sentral
lebih berat dibandingkan dengan anggota gerak sinistra. Tidak ada tanda
rangsang
mada dipenuhi 2 dari kriteria yaitu penurunan kesadaran dan refleks babinski
positif. Berdasarkan skor sisiraj didapatkan skor 2,5 memenuhi kriteria untuk
stroke hemoragik.
Terdapat riwayat stroke 1 x satu tahun yang lalu, lemah anggota gerak
kiri,
kondisi terakhir berjalan dengan menyeret kaki kiri, kontrol tidak teratur.
Terdapat
riwayat hipertensi sejak 10 tahun yang lalu dengan tekanan diastolik tertinggi
adalah 160 mmHg, kontrol tidak teratur. Faktor risiko pada pasien ini adalah
30
darah, tekanan darah pasien adalah 190/100 dengan MAP 130 memenuhi
kriteria
untuk koreksi tekanan darah dengan target tekanan darah diturunkan 20%
dalam
sebagai tatalaksana
bronkpneumonia.
.
31
DAFTAR PUSTAKA
4. Harsono. Tumor otak. Dalam: buku ajar neurologi klinis. Gajah Mada