disebabkan oleh perdaharahan dari jaringan otak itu sendiri.Stroke terjadi apabila jaringan
otak kekurangan oksigen kerana adanya gangguan pada suplai darah3.ICH paling senang
terjadi disebabkan oleh Hipertensi,arterivenous Malformasi (AVM)4, atau trauma kepala.
Pengobatan harus di fokuskan pada penghentian pendarahan ,membersihkan hematom dan
menurunkan tekanan pada otak
ETIOLOGI3
II.5. KLASIFIKASI
1
STROKE DIKLASIFIKASIKAN SEBAGAI BERIKUT10 :
1.Bedasarkan kelainan patologis
a) Stroke hemoragik
- Perdarahan intra serebral
- Perdarahn ekstra serebral (Subarachnoid)
b) Stroke non-hemoragik (stroke iskemik,infrak otak,penyumbatan
- Stroke akibat thrombosis serebri
- Emboli serebri
- Hipoperfusi sitemik
. Berdasarkan waktu terjadinya
a) Transient Ischemic Attack (TIA)
b) Reversible Ischemic Neurologic Deficit (RIND)
c) Stroke in evolution (SIE)/ Progressing stroke
d) Completed stroke
a) Sistem karotis
-motorik: himeparese kontralateral, disartria
-sensorik : Hemihipestesi kontralateral, parestesia
-Gangguan visual : Hemianopsia homonym kontralateral,amaurosis fugaks
-gangguan fungsi luhur : afasia,agnosia
b) Sistem vertebrobasiler
-motorik : hemiparese alternans, disartria
-sensorik : hemihipestesi alternans,parestesia
-Gangguan lain : gangguan keseimbangan, vertigo, diplopia
PATOFISIOLOGI
DIAGNOSA
Faktor Resiko (Perdarahan Intracerebral Spontan11)
Sering Jarang
Hipertensi Trombosis vena cerebral
Umur Infeksi (aneurisme mikotik,vaskulitis)
Ras Neoplasma
Pengunaan alcohol yang berlebihan Malformasi vascular
Pengunaan Tembakau Apolipoprotein E
Pengunaan obat antikoagulan/ penyakit
koagulopati
kokain
Tabel 1 : Faktor risiko ICH11
Evaluasi
Riwayat
Semua percaya Pasien dengan ICH mempunyai gejala yang berat mirip acute
ischemic stroke (AIS) dan perdarahan subarachnoid (SAH), beberapa penelitian
menunjukkan kebanyakan dari pasien memiliki gejala yang progresif dari mula. Penyelidikan
konsisten dari tahun 1990s, dimana menunjukkan perdarahan bertambah kira kira 40% dari
3
pasien dalam masa 3 jam dari onset.Permulaan gejala ICH termasuk bekurangnya kesadaran
(medekati 50%), sakit kepala (40%), muntah (40-50%) dan hipertensi (80-90%).Pasien ICH
di rekomendasi pemeriksaan neuroimaging untuk membezakan iskemik atau stroke
perdarahan11.
Gejala Klinis10
a) Onset perdarahan bersifat mendadak,terutama sewaktu melakukan aktivitas dan dapat
didahului oleh gejala prodromal berupa peningkatan tekanan darah yaitu nyeri
kepala,mual muntah,gangguan memori,bingung,perdarahan retina dan epistaksis.
b) Penurunan kesadarn yang berat sampai koma disertai hemiplegia/hemiparase dan
dapat disertai kejang fokal/umum
c) Tanda-tanda penekanan batang otak,gejala pupil unilateral,reflex pergerakan bola
mata menghialang dan deserebrasi
d) Dapat dijumpai tanda-tanda tekanan tinggi intracranial (TTIK), misalnya papilledema
dan perdarahan subhialoid.
Mendiagnosa dengan Cepat ICH sangat penting . Perkembangan klinis yang cepatselama
beberapa jam pertama dengan cepat dapat menyebabkan kerusakan neurologis dan
ketidakstabilan kardio - paru .Presentasi klasik dalam ICH adalah timbulnya progresif defisit
neurologis fokal selama menit ke jam dengan disertai sakit kepala, mual , muntah, penurunan
tingkat kesadaran dan peningkatan tekanan darah.Relatif ,pada stroke iskemik dan perdarahan
subarachnoid , ada biasanya lebih mendadak fokus deficits.Gejala sakit kepala dan muntah
juga diamati lebih sering pada stroke iskemik dibandingkan dengan ICH. Gejala ICHbiasanya
karena peningkatan ICP . Hal ini sering dibuktikanmelalui kehadiran triad Cushing –
hipertensi , bradikardia dan respirasi tidak teratur - dipicu oleh Cushing refleks.
Dysautonomia juga sering terjadi di ICH ,termasuk juga hiperventilasi , takipnea , bradikardia
, demam , hipertensi dan hyperglycemia12.
Pemeriksaan Fisis
Pada pemeriksaan fisis dicari ada tidaknya tanda-tandanya trauma, yang bisa
menyebabkan terjadinya ICH dan tanda-tanda cedera. Spesifik neurologi defisit berkolerasi
dengan lokasi ICH dan defisit mirip pada AIS berhubung juga dengan distribusi vaskular11.
Laboratorium
Pemeriksaan Laboratorium harus dilakukan termasuk pemeriksaam darah lengkap,
parameter koagulasi ( fibrinogen,PT,PTT,INR), serum elektrolit,pemeriksaan fungsi hepar.
Pemeriksaan lab tambahan dan diagnostik ( foto rontgen thorax dan EKG)11.
Neuroimaging
4
Gambar 4 :CT-scan adalah X-ray non-invasif untuk melihat struktur anatomi dalam otak
untuk melihat apakah ada darah di otak. Sebuah teknologi baru yang disebut CT angiography
melibatkan injeksi kontras ke dalam aliran darah untuk melihat arteri otak3.
II.8. Penanganan
Step 1
Pasien harus dirawat dan distabilisasi menurut ATLS
Pasien dengan GCS dibawah 9 dilakukan pemasangan ETT
Step 2
Riwayat Penyakit- Pertanyaan sebaiknya mencakup riwayat
trauma, riwayat hipertensi, riwayat stroke sebelumnya,
diabetes, merokok, alcohol, riwayat pengobatan (khususnya
kokain, warfarin, aspirin, antikoagulan yang lain), penyakit
hematologi, penyakit hati, neoplasma, dan infeksi, atau AVM
7
Step 3
Penilaian gejala dengan menggunakan skala ROSIER (skor >
0,90 % berpotensi untuk stroke) untuk diagnose, dan ICH
(skor yang lebih besar, hasil yang lebih jelek) dan skor FUNC
(skor yang lebih besar,berpeluang mempengaruhi kualitas
hidup) untuk prognosis.
Step 4
Tes laboratorium dilakukan untuk pemeriksaan penunjang,
menilai faktor resiko ICH dan penyebab lain yang dapat
menyebabkan ICH, pemeriksaannya meliputi darah rutin,
elektrolit, INR, PT, tes kehamilan, tes toksikologi, matrix
metalloproteinase, foto thorax dan ECG.
Step 5
Pemeriksaan Radiologi- CT-scan dan MRI merupakan pilihan
pertama untuk pemeriksaan radiologi. Dengan menggunakan
CTA “spot sign” dapat diindikasi dimana merupakan faktor
risiko terhadap perluasan hematom dan sebagai peringatan
terhadap prognosis yang jelek jika tidak segera ditangani.
Step 6
Terapi 2
Terapi potensial untuk ICH: menghentikan atau
memperlambat perdarahan dini pada awal kejadian
setelah onset (farmakoterapi, pembedahan, coiling
endovaskular)
Penatalaksanaan terhadap gejala,tanda,dan komplikasi
seperti peningkatan intra cranial,penurunan perfusi otak,
Tabeldan
3:terapi
Flowchart
suportifuntuk
untuk pendekatan
pasien denganstroke,
traumakhususnya
kepala perdarahan intraserebral (ICH),
dalamberat.
pengaturan perawatan akut dimulai dengan riwayat, pemeriksaan laboratorium,
pencitraan diagnostic dan pengobatan akut12.
Komponen Poin
Volume ICH (m3)
<30 4
30-60 2
>60 0
Umur (thn)
<70 2
70-79 1
>80 0
Lokasi ICH
Lobus 2
Perdarahan yang lebih dalam 1
Infra tentorial 0
Skor GCS
≥9 2
8
≤8 0
Gangguan kognitif pre-ICH
Ada 1
Tidak ada 0
Tabel 4 :The FUNC (Functional outcome risk stratification)skor menilai pasien untuk risiko
gangguan fungsional pada 90 hari pasca-stroke. Skor berkisar 0-11 berdasarkan pada volume
ICH, usia, lokasi ICH, skor GCS, dan pra-ICH gangguan kognitif. Sebuah skor yang lebih
besar dikaitkan dengan kesempatan lebih besar untuk kemandirian fungsional, yang
didefinisikan sebagai GCS > 4, pada 90 hari12.
Komponen Poin
Kelemahan wajah asimetris 1
Kelemahan lengan asimetris 1
Gangguan bicara 1
Gangguan lapangan pandang 1
Kejang -1
Hilang kesadaran -1
Tabel 5 : Rosier Skala adalah alat penilaian stroke yang cepatyang menggunakan tanda-tanda
klinis untuk membantu menyingkirkan mimik stroke. Itu berkisar skala dari -2 ke +5 poin,
dengan skor pasien lebih besar dari 0 menjadi cenderung memiliki stroke.12
Penanganan
1. Non operatif
2. Operatif
Non Operatif
10
Tabel 6 : Indikasi operasi pada pasien ICH15
Kandidat nonbedah
1. Pasien dengan perdarahan yang kecil (<10cm3) atau dengan defisit neurologis minimal
(tingkat bukti II melalui V, rekomendasi kelas B)
2. Pasien dengan GCS ≤ 4 (tingkat bukti II melalui V , rekomendasi kelas B). Bagaimanapun,
pasien dengan GCS yang mempunyai perdarahan cerebelar dengan depresi batang otak
masih bisa menjadi kandidat untuk pembedahan dengan situasi klinis tertentu.
Kandidat bedah
1. Pasien dengan perdarahan cerebelar > 3 cm dengan defisit neurologis yang memburuk
atau terdapat kompresi batang otak dan hidrosefalus dari obstruksi ventrikel harus
dilakukan operasi untuk mengangkat bekuan darah sesegara mungkin (tingkat bukti II
melalui V, rekomendasi kelas C).
2. ICH terkait dengan lesi struktural seperti aneurisma, malformasi arterivena, atau angioma
kavernosa bisa di angkat jika pasien memiliki keluaran yang baik dan akses yang mudah
untuk dilakukan pembedahan pada lesi vaskular, (tingkat bukti II melalui V, rekomendasi
kelas C)
3. Pasien muda dengan perdarahan sedang atau besar yang memiliki keadaan klinis yang
buruk (tingkat bukti II melalui V, rekomendasi kelas B)
11
PIVH
Mayoritas pasien mengalami nyeri kepala akut dan penurunan kesadaran yang
berkembang cepat sampai keadaan koma. Pada pemeriksaaan biasanya di dapati hipertensi
kronik. Gejala dan tanda tergantung lokasi perdarahan. Herniasi uncal dengan hiiangnya
fungsi batang otakdapat terjadi. Pasien yang selamat secara bertahap mengalami pemulihan
kesadaran dlam beberapa hari. Pasien dengan perdarahan pada lobus temporal atau lobus
frontal dapat mengalami seizure tiba-tiba yang dapat diikuti kelumpuhan kontralateral 4,5
Gejala klinis Sindrom klinis PIVH menurut Caplan menyerupai gejala SAH yang
merupakan manifestasi dari gangguan pembuluh darah otak (GDPO), pada pasien ini
didapatkan gejala klinis berupa Sakit kepala mendadakMuntah dan Penurunan kesadaran.6
Penurunan kesadaran Secara fisiologik kesadaran memerlukan interaksi yang terus-
menerus dan efektif antara hemisfer otak dan formasio retikularis di batang otak. Kesadaran
dapat digambarkan sebagai kondisi awas-waspada dalam kesiagaan yang terus menerus
terhadap keadaan lingkungan atau rentetan pikiran kita. Hal ini berarti bahwa seseorang
menyadari seluruh asupan dari panca indera dan mampu bereaksi secara optimal terhadap
seluruh rangsangan baik dari luar maupun dari dalam tubuh. Orang normal dengan tingkat
kesadaran yang normal mempunyai respon penuh terhadap pikiran atau persepsi yang
tercermin pada perilaku dan bicaranya serta sadar akan diri dan lingkungannya. Dalam
keseharian, status kesadaran normal bisa mengalami fluktuasi dari kesadaran penuh (tajam)
atau konsentrasi penuh yang ditandai dengan pembatasan area atensi menjadi berkurangnya
konsentrasi dan perhatian, tetapi pada individu normal dapat segera mengantisipasi untuk
kemudian bisa kembali pada kondisi kesadaran penuh lagi. Mekanisme ini hasil dari interaksi
yang sangat kompleks antara bagian formasio retikularis dengan korteks serebri dan batang
otak serta semua rangsang sensorik.7,8
Bagian rostral substansia retikularis disebut sebagai pusat penggugah atau
arousalcentre yang merupakan pusat aktivitasmenghilangkan sinkronisasi (desinkronisasi),
maka keadaan tidur di ubah menjadi keadaan awas waspada. Bila pusat tidur tidak diaktifkan
maka pembebasan dari inhibisi mesensefalik dan nuklei retikularis pons bagian atas membuat
area ini menjadi aktif secara spontan. Keadaan ini sebaliknya akan merangsang korteks
serebri dan sistem saraf tepi, yang keduanya kemudian mengirimkan banyak sinyal umpan
balik positif kembali ke nuklei retikularis yang sama agar sistem ini tetap aktif.8
12
Begitu timbul keadaan siaga, maka ada kecenderungan secara alami untuk
mempertahankan kondisi ini, sebagai akibat dari seluruh ativitas umpan balik positif
tersebut.Masukan impuls yang menuju sistem saraf pusat yang berperan pada mekanisme
kesadaran pada prinsipnya ada dua macam, yaitu input yang spesifik dan non spesifik. Input
spesifik merupakan impuls aferen khas yang meliputi impuls protopatik, propioseptif dan
panca-indera. Penghantaran impuls ini dari titik reseptor pada tubuh melalui jaras
spinotalamik, lemniskus medialis, jaras genikulo-kalkarina dan sebagainya menuju ke suatu
titik di korteks perseptif primer.6.7.8
Setelah impuls aferen spesifik ini sampai di korteks akan menghasilkan kesadaran
yang sifatnya spesifik yaitu perasaan nyeri di kaki atau tempat lainnya, penglihatan,
penghiduan atau juga pendengaran tertentu. Sebagian impuls aferen spesifik ini melalui
cabang kolateralnya akan menjadi impuls non spesifik karena penyalurannya melalui lintasan
aferen non spesifik yang terdiri dari neuron-neuron di substansia retikularis medulla spinalis
dan batang otak menuju ke inti intralaminaris thalamus (dan disebut neuron penggalak
kewaspadaan) berlangsung secara multisinaptik, unilateral dan lateral dan menggalakkan inti
tersebut untuk memancarkan impuls yang menggiatkan seluruh korteks secara difus dan
bilateral yang dikenal sebagai diffuse ascendingreticular system dan neuron di seluruh
korteksserebri yang digalakkan oleh impuls aferen non spesifik tersebut dinamakan neuron
pengemban kewaspadaan.6.7.8
Lintasan aferen non spesifik ini menghantarkan setiap impuls dari titik manapun pada
tubuh ke titik-titik pada seluruh sisi korteks serebri. Jadi pada kenyataannya, pusat-pusat
bagian bawah otaklah yaitu substansia retikularis yang mengandung lintasan non spesifik
difus, yang menimbulkan “kesadaran” dalam korteks serebri.9
Derajat kesadaran itu sendiri ditentukan oleh banyak neuron penggerak atau neuron
pengemban kewaspadaan yang aktif. Unsur fungsional utama neuron-neuron ialah
kemampuan untuk dapat digalakkan sehingga menimbulkan potensial aksi. Untuk itu juga
didukung oleh proses-proses yang memelihara kehidupan neuron-neuron serta unsur-unsur
selular otak melalui proses biokimiawi, karena tergantung pada jumlah neuron-neuron
tersebut yang aktif, derajat kesadaran bisa tinggi atau rendah. Adanya gangguan baik pada
neuron-neuron pengemban kewaspadaan ataupun penggerak kewaspadaan akan
menimbulkan gangguan kesadaran.9,10
Penurunan dapat terjadi sebagai akibat dari dua kelompok masalah besar, yaitu (a) lesi
di batang otak bagian atas dan bagian bawah diensefalon serta (b) gangguan metabolik atau
submikroskopis yang mengakibatkan supresi aktivitas neuronal. Dari studi kasus-kasus koma
yang kemudian meninggal dapat dibuat kesimpulan bahwa ada tiga tipe lesi yang masing-
masing merusak fungsi ARAS baik secara langsung maupun tidak langsung:11,12
Lesi anatomik
o Jarang terjadi
o Lesi destruktif terletak di talamus atau midbrain dimana neuron-neuron ARAS
terlibat langsung.
Cidera korteks dan subkorteks bilateral yang luas, meliputi kontusio serebri, difuse
axonal injury, infark atauperdarahan otak bilateral, meningitis, ensefalitis, hipoksia
atau iskemia yang bias terjadi pada kasus henti jantung.
o Koma terjadi sebagai akibat
terputusnya impuls-impuls talamokortikal atau akibat destruksi neuron-neuron
korteks.
13
o Pada kasus prolonged coma, dijumpai perubahan patologik yang terkait lesi
seluruh bagian sistim saraf korteks dan diensefalon.
Berdasar anatomi-patofisiologi koma dibagi dalam:
o Koma kortikal-bihemisferik, yaitu koma yang terjadi oleh sebab neuron
pengemban kewaspadaansama sekali tidak berfungsi.
o Komadiensefalik,yaitusupratentorial, infratentorial, kombinasi supratentorial
dan infratentorial; dalam hal ini neuron penggalak kewaspadaantidak berdaya
untuk mengaktifkan neuron pengemban kewaspadaan.
Masalah yang paling sulit dalam membicarakan kesadaran adalah bahwa sampai saat
ini mekanisme neuronal belum diketahui secara pasti, di mana kerusakan sebagian besar
korteks serebri menyebabkan penurunan derajat kesadaran terhadap sekelilingnya. Derajat
yang paling rendah adalah koma dan akan terjadi jika korteks serebri bilateral tidak lagi
menerima impuls aferen nonspesifik. Dalam eksperimen jika dilakukan dekortikasi atau
perusakan inti intralaminar talamik atau jika substansia grisea di sekitar akuaduktus sylvii di
rusak akan mengakibatkan penyaluran impuls asenden nonspesifik tersumbat sehingga terjadi
koma. 13
Studi terkini yang dilakukan oleh Parvizi dan Damasio melaporkan bahwa lesi pada
pons juga bisa menyebabkan koma.Koma juga bisa terjadi apabila terjadi gangguan baik pada
neuron penggalak kewaspadaan maupun neuron pengembankewaspadaan yang menyebabkan
neuron-neuron tersebut tidak bisa berfungsi dengan baik dan tidak mampu bereaksi terhadap
pacuan dari luar maupun dari dalam tubuh sendiri. Adanya gangguan fungsi pada neuron
pengemban kewaspadaan, menyebabkan koma kortikal bihemisferik, sedangkan apabila
terjadi gangguan pada neuron penggalak kewaspadaan, menyebabkan koma diensefalik,
supratentorial atau infratentorial.14
Penurunan fungsi fisiologik dengan adanya perubahan-perubahan patologik yang
terjadi pada koma yang berkepanjangan berhubungan erat dengan lesi-lesi sistem neuron
kortikal diensefalik. Jadi prinsipnya semua proses yang menyebabkan destruksi baik
morfologis (perdarahan, metastasis, infiltrasi), biokimia (metabolisme, infeksi) dan kompresi
pada substansia retikularis batang otak paling rostral (nuklei intralaminaris) dan gangguan
difus pada kedua hemisfer serebri menyebabkan gangguan kesadaran hingga koma. Derajat
kesadaran yang menurun secara patologik bisa merupakan keadaan tidur secara berlebihan
(hipersomnia) dan berbagai macam keadaan yang menunjukkan daya bereaksi di bawah
derajat awas-waspada. Keadaan-keadaan tersebut dinamakan letargia, mutismus akinetik,
stupor dan koma.15
Bila tidak terdapat penjalaran impuls saraf yang kontinyu dari batang otak ke
serebrum maka otak menjadi tidak bermanfaat. Hal ini bisa dilihat jika batang otak
mengalami kompresi berat pada sambungan antara mesensefalon dan serebrum akibat tumor
hipofisis biasanya menyebabkan koma yang ireversibel. Saraf kelima adalah nervus tertinggi
yang menjalarkan sejumlah besar sinyal somatosensoris ke otak. Bila seluruh sinyal ini
hilang, maka tingkat aktivitas pada area eksitatorik akan menurun mendadak dan aktivitas
otakpun dengan segera akan sangat menurun, sampai hampir mendekati keadaan koma yang
permanen.15,16
Syok (shock) adalah kondisi medis tubuh yang mengancam jiwa yang diakibatkan oleh
kegagalan sistem sirkulasi darah dalam mempertahankan suplai darah yang memadai.
Berkurangnya suplai darah mengakibatkan berkurangnya suplai oksigen ke jaringan tubuh.
Jika tidak teratasi maka dapat menyebabkan kegagalan fungsi organ penting yang dapat
mengakibatkan kematian.17
14
Berkurangnya darah yang diedarkan dapat terjadi pada perdarahan besar maupun,
hilangnya cairan tubuh akibat diare berat, muntah maupun luka bakar yang luas.Shock bisa
disebabkan oleh bermacam-macam masalah medis dan luka-luka traumatic, tetapi dengan
perkecualian cardiac tamponade dan pneumothorax, akibat dari shock yang paling umum
yang terjadi pada jam pertama setelah luka-luka tersebut adalah haemorrhage (pendarahan).18
Shock didefinasikan sebagai ‘cellular hypoperfusion’ dan menunjukan adanya
ketidakmampuan untuk memelihara keseimbangan antara pengadaan ‘cellular oxygen’ dan
tuntutan ‘oxygen’. Progress Shock mulai dari tahap luka hingga kematian cell, kegagalan
organ, dan pada akhirnya jika tidak diperbaiki, akan mengakibatkan kematian organ tubuh.
Adanya peredaran yang tidak cukup bisa cepat diketahui dengan memasang alat penerima
chemosensitive dan pressure-sensitive pada carotid artery. 17,18
Hal ini, pada gilirannya dapat mengaktivasi mekanisme yang membantu mengimbangi
akibat dari efek negative, termasuk pelepasan catecholamines (norepinephrine dan
epinephrine) dikarenakan oleh hilangnya syaraf sympathetic ganglionic; tachycardia, tekanan
nadi yang menyempit dan hasil batasan disekeliling pembuluh darah (peripheral vascular)
dengan mendistribusi ulang aliran darah pada daerah sekitar cutaneous, splanchnic dan
muscular beds. Dengan demikian, tanda-tanda awal dari shock tidak kentara dan mungkin
yang tertunda hanyalah pemasukkan dari pengisian kapiler, tachycardia yang relatip dan
kegelisahan17,18
Nyeri kepala dan muntah merupakan suatu respon terhadap peningkatan tekanan intra
kranial, Ruang intrakranial adalah suatu ruangan kaku yang terisi penuh sesuai dengan
kapasitasnya dengan unsur yang tidak dapat ditekan: cairan serebrospinal (± 75 ml), dan
darah (± 75 ml), otak (1400 g).19
Nyeri kepala akibat peregangan dura dan pembuluh darah; papiledema akibat tekanan
dan pembengkakan diskus optikus.. Nyeri kepala terutama terjadi pada waktu bangun tidur,
karena selama tidur PCO2 arteri serebral meningkat sehingga mengakibatkan peningkatan
dari serebral blood flow dan dengan demikian mempertinggi lagi tekanan intrakranium. Juga
lonjakan tekanan intrakranium sejenak karena batuk, mengejan atau berbangkis akan
memperberat nyeri kepala. 18.19
Pada anak kurang dari 10-12 tahun, nyeri kepala dapat hilang sementara dan biasanya
nyeri kepala terasa didaerah bifrontal serta jarang didaerah yang sesuai dengan lokasi tumor.
Pada tumor didaerah fossa posterior, nyeri kepala terasa dibagian belakang dan leher.20
Muntah dijumpai pada 1/3 penderita dengan gejala peningkatan Tekanan Intra Cranial
dan biasanya disertai dengan nyeri kepala. Muntah tersebut dapat bersifat proyektil atau tidak
dan sering tidak disertai dengan perasaan mual serta dapat hilang untuk sementara waktu.19
Papil edem juga merupakan salah satu gejala dari tekanan tinggi intrakranial. Udem
papilla nervus optikus merupakan tanda yang paling menyakinkan. Karena tekanan tinggi
intrakranial akan menyebabkan oklusi vena sentralis retina, sehingga terjadilah edem papil.20
Otak terdiri dari batang otak, serebelum, diensefalon, sistim limbik dan
sererum.Peningkatan volume salah satu diantara ketiga unsur utama ini mengakibatkan
desakan pada ruangan yang ditempati oleh unsur lainnya dan menaikan tekanan
intrakranial.21
Manifestasi klinik peningkatan tekanan intrakranial banyak dan bervariasi dan dapat
tidak jelas. Perubahan tingkat kesadaran penderita merupakan indikator yang paling sensitif
dari semua tanda peningkatan tekanan intrakranialTrias klasik21
peningkatan tekanan intrakranial adalah ;
1. Nyeri kepala karena regangan dura dan pembuluh darah
2. Papiledema yang disebabkan oleh tekanan dan pembengkakan diskus optikus.
3. Muntah proyektil
Tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial lainnya;
15
1. Hipertermia
2. Perubahan motorik dan sensorik
3. Perubahan berbicara
4. Kejang
Gambar 3 : Anatomi Sistem Ventrikel otak dan aliran cairan cerebro spinal
Plexus koroid mendapatkan suplai darah dari Arteri Karotis Interna dan Arteri
Vertebralis, pada kedua ventrikel lateral mendapatkan suplai darah dari arteri koroidal
anterior yang merupakan percabangan dari arteri karotis interna via arteri cerebri media, dan
dari arteri koroid posterior cabang dari arteri vertebralis via arteri cerebri posterior, yang juga
ikut mensuplai darah ke ventrikel tiga. Plexus koroida pada ventrikel empat disuplai oleh
arteri cerebelar anterior dan posterior inferior yang merupakan cabang dari arteri basilaris dan
arteri vertebralis. Plexus koroid mendapatkan suplai darah rata – rata 4 ml/menit per gram
dari seluruh jaringan plexus koroid dan kira –kira 10 kali lebih tinggi dari rata – rata suplai
darah ke parenkim otak. 24
Peningkatan tekanan perfusi aliran darah ke plexus koroid akan mempengaruhi proses
sekresi dari cairan serebro spinal (CSS). Cairan serebrospinal (CSS) adalah cairan jernih yang
mengelilingi otak dan korda spinalis. CSS melindungi otak terhadap getaran fisik. Antara
CSS dan jaringan saraf terjadi pertukaran zat-zat gizi dan produk sisa. Walaupun CSS
16
dibentuk dari plasma yang mengalir melalui otak, konsentrasi elektrolit dan glukosanya
berbeda dari plasma.24,25
CSS dibentuk sebagai hasil filtrasi, difusi, dan transport aktif melintasi kapiler-kapiler
khusus kedalam ventrikel (rongga) otak, terutama ventrikel lateralis. Jaringan kapiler yang
berperan dalam pembentukan CSS disebut pleksus koroideus. Setelah berada didalam
ventrikel, CSS mengalir kebatang otak. Melalui lubang-lubang kecil dibatang otak, CSS
beredar kepermukaan otak dan korda spinalis. Dipermukaan otak, CSS masuk ke sistem vena
dan kembali ke jantung. Dengan demikian CSS terus-menerus mengalami resirkulasi melalui
susunan saraf pusat. Apabila saluran CSS diventrikel mengalami sumbatan, maka dapat
terjadi penimbunan cairan. Akibatnya akan terjadi peningkatan tekanan didalam atau
dipermukaan otak.24,25
Sawar darah otak mengacu kepada kemampuan sistem vaskular otak untuk
memanipulasi komposisi cairan interstisium serebrum sehingga berbeda dibandingkan
dengan cairan interstisium dibagian tubuh lainnya. Sawar darah otak terbentuk dari sel-sel
endotel yang saling berkaitan erat dikapiler otak, dan dari sel-sel yang melapisi ventrikel
yang membatasi filtrasi dan difusi. 24,25
Fungsi transfor khusus mengatur cairan apa yang keluar dari sirkulasi umum untuk
membasahi sel-sel otak. Sawar darah otak melindungi sel-sel otak yang halus dari pajanan
bahan-bahan yang pontensial berbahaya. Banyak obat dan zat kimia tidak dapat menembus
sawar darah otak.24,25
Otak menerima aliran darah otak sekitar 15% curah jantung. Tingginya tingkat aliran
darah ini diperlukan untuk memenuhi kebutuhan otak yang terus-menerus akan glukosa dan
oksigen.Otak merupakan jaringan yang paling banyak memakai energi dalam seluruh tubuh
manusia dan terutama berasal dari proses metabolisme oksidasi glukosa.25
Jaringan otak sangat rentan dan kebutuhan oksigen dan glukosa melalui aliran darah
adalah konstan.metabolisme otak merupakan proses tetap dan kontinu, tanpa ada masa
istirahat. Aktivitas otak yang tak pernah berhenti ini berkaitan dengan fungsinya yang kritis
sebagai pusat integrasi dan koordinasi organ-organ sensorik dan system efektor perifer tubuh,
17
dan fungsi sebagai pengatur informasi yang masuk, simpan pengalaman, impuls yang keluar
dan tingkah laku.26
Perdarahan intraserebral primer (perdarahan intraserebral hipertensif) disebabkan oleh
hipertensif kronik yang menyebabkan vaskulopati serebral dengan akibat pecahnya pembuluh
darah otak. Sedangkan perdarahan sekunder (bukan hipertensif) terjadi antara lain akibat
anomali vaskuler kongenital, koagulopati, tumor otak, vaskulopati non hipertensif (amiloid
serebral), vaskulitis, moya-moya, post stroke iskemik, obat anti koagulan (fibrinolitik atau
simpatomimetik). Diperkirakan hampir 50 % penyebab perdarahan intraserebral adalah
hipertensif kronik, 25 % karena anomali kongenital dan sisanya penyebab lain.27
Perdarahan intraventikulerl biasanya timbul karena pecahnya mikroaneurisma (Berry
aneurysm) akibat hipertensi maligna. malformasi pembuluh darah otak yang pecah, atau
penyakit pada dinding pembuluh darah otak primer misalnya Congophilic angiopathy, tetapi
dapat juga akibat hipertensi maligna dengan frekuensi lebih kecil dari pada perdarahan
subkortikal.27
Hipertensi kronik menyebabkan pembuluh arteriola berdiameter 100 – 400
mikrometer mengalami perubahan patologi pada dinding pembuluh darah tersebut berupa
hipohialinosis, nekrosis fibrinoid serta timbulnya aneurisma tipe Bouchard. 27,28
Arteriol-arteriol dari cabang-cabang lentikulostriata, cabang tembus arteriotalamus
(thalamo perforate arteries) dan cabang-cabang paramedian arteria vertebro-basilar
mengalami perubahan-perubahan degeneratif yang sama. Kenaikan tekanan darah yang
mendadak (abrupt) atau kenaikan dalam jumlah yang sangat mencolok dapat menginduksi
pecahnya pembuluh darah terutama pada pagi hari dan sore hari (early afternoon). . 27,28
Jika pembuluh darah tersebut pecah, maka perdarahan dapat berlanjut sampai dengan
6 jam dan jika volumenya besar akan merusak struktur anatomi otak dan menimbulkan gejala
klinik.23,27
Jika perdarahan yang timbul kecil ukurannya, maka massa darah hanya dapat merasuk
dan menyela di antara selaput akson massa putih “dissecan spilitting” tanpa merusaknya.
Pada keadaan ini absorpsi darah akan diikuti oleh pulihnya fungsi-fungsi neurologi.
Sedangkan pada perdarahan yang luas terjadi destruksi massa otak, peninggian tekanan
intrakranial dan yang lebih berat dapat menyebabkan hermiasi otak pada falks serebri atau
lewat foramen magnum.28
Elemen-elemen vasoaktif darah yang keluar serta kaskade iskemik akibat menurunnya
tekanan perfusi, menyebabkan neuron-neuron di daerah yang terkena darah dan sekitarnya
lebih tertekan lagi. Jumlah darah yang keluar menentukan prognosis. Apabila volume darah
lebih dari 60 cc maka resiko kematian sebesar 93 % pada perdarahan dalam dan 71 % pada
perdarahan lobar. Sedangkan bila terjadi perdarahan serebellar dengan volume antara 30 – 60
cc diperkirakan kemungkinan kematian sebesar 75 %, tetapi volume darah 5 cc dan terdapat
di pons sudah berakibat fatal.26
Gejala neurologik timbul karena ekstravasasi darah ke jaringan otak yang
menyebabkan nekrosis. Akhir-akhir ini para ahli bedah otak di Jepang berpendapat bahwa
pada fase awal perdarahan otak ekstravasasi tidak langsung menyebabkan nekrosis. Pada
saat-saat pertama, mungkin darah hanya akan mendesak jaringan otak tanpa merusaknya,
karena saat itu difusi darah ke jaringan belum terjadi. Pada keadaan ini harus
dipertimbangkan tindakan pembedahan untuk mengeluarkan darah agar dapat dicegah gejala
sisa yang lebih parah. Absorpsi darah terjadi dalam waktu 3-4 minggu. Gejala klinik
perdarahan di korteks mirip dengan gejala infark otak, tetapi mungkin lebih gawat apabila
perdarahan sangat luas.26,27,28
18
Perdarahan intraventrikular primer terbatas pada sistem ventrikular, yang timbul dari
sumbernya di intraventrikuler atau suatu lesi yang dekat dengan ventrikel. Misalnya termasuk
trauma intraventrikular, aneurisma, malformasi vaskular, dan tumor, biasanya melibatkan
pleksus koroideus. Sekitar 70% perdarahan intraventrikular adalah sekunder, perdarahan
intraventrikular sekunder mungkintimbul akibat perluasan dari perdarahan intraparenkim atau
subaraknoid yang menuju sistem ventrikel. Faktor resiko untuk perdarahan intraventrikel
termasuk usia tua, volume dasar ICH yang tinggi, nilai mean arterial pressure lebih besar
dari 120 mmHg, dan lokasi perdarahan intraserebral primer.26,27,28
Dalam struktur subkortikal cenderung lebih beresiko untuk terjadinya perdarahan
intraventrikel; lokasi yang sering terjadi termasuk putamen (35% - 50%), lobus (30%),
thalamus (10%-15%), pons (5% - 12%), dan serebellum (5%) 25,27
Sistem ventrikular serebral menyediakan low pressure pathway yang berfungsi untuk
pergerakan cairan serebrospinal. Sistem ini sering rusak akibat darah masuk pada saat
mendekati tekanan sistolik melalui dinding arteri yang rusak, membentuk perdarahan spontan
intraserebral yang dapat merusak jaringan otak. Perdarahan otak dapat timbul akibat defek
pada pembuluh darah, misalnya aneurisma, malformasi arteri - vena atau mikroaneurisma
pembuluh darah kecil, profil koagulasi, atau terjadinya peningkatan tekanan darah yang
menyebabkan timbulnya perdarahan. 27,28
Banyak penyakit yang berbeda, misalnya trauma, tumor, dan peningkatan tekanan
darah dapat menyebabkan penumpukan darah dan memungkinkan timbulnya penyumbatan
atau obstruksi pada ruangan intraventrikular. Perdarahan pada daerah intrakranial dalam yang
dekat dengan ventrikel memudahkan rupturnya intraventrikular secara dini dan merusak
regulasi normal tekanan didalam ruangan kranial, ketika lokasi perdarahan lebih jauh dari
ventrikel memungkinkan terjadinya akumulasi gumpalan darah sebelum tekanan mekanik
dan ukuran perdarahan mengakibatkan terjadinya ruptur yang kemudian menuju ke ventrikel.
Ruptur sering berkaitan dengan timbulnya penurunan kesadaran yang dapat diketahui secara
klinis dan sering berkaitan dengan timbulnya kematian 27
20
Gambar 3 : Biochemical reactions within the cerebral ventricle after administration
of intraventricular tissue plasminogen activator (t-PA, alteplase) in patients with
intraventricular hemorrhage (IVH).
Penelitian Clot Lysis: Evaluating Accelerated Resolution of IVH(CLEAR-IVH)
secara prospektif mengevaluasi keamanan dan dosis terbuka recombinant tissue-type
plasminogen activator (rt-PA) dalam membantu pembukaan sistem ventrikuler terbawah, dan
sekali bekuan darah dihilangkan, proses lisis bekuan darah lebih cepat dibandingkan dengan
kelompok plasebo.30
Pencegahan perdarahan ulang dengan obat antifibrinolitik menurunkan rata-rata
perdarahan ulang, namun gagal untuk memperbaiki keluaran. Risiko perdarahan ulang
menurun secara nyata, tetapi disertai dengan peningkatan yang seimbang dari resiko iskemi
serebri sekunder. Dari sebuah metaanalisis, antifibrinolitik tidak mempunyai bukti terhadap
perbaikan keluaran.30
Perdarahan intraserebral yang menyebar ke intraventrikular merupakan prediktor
independen untuk outcome buruk. Volume IVH kemungkinan penting untuk prediksi
outcome dan penanganan, bagaimanapun, volume IVH sangat sulit diukur secara rutin.
Kebanyakan penelitian menginvestigasi volume IVH dengan menggunakan alat analisa
volumetrik yang canggih dan banyak memakan waktu yang tidak praktis untuk penggunaan
klinis sehari – hari dan para klinisi masih kekurangan metode untuk menghitung volume IVH
yang mudah.30
Beberapa sistem skoring dikembangkan untuk menghitung banyaknya IVH dan juga
menilai keparahan IVH , Untuk menghitung volume IVH dan menilai keparahan IVH dapat
dipergunakan beberapa sistem skoring, yaitu :Volume IVH mempengaruhi morbiditas dan
mortalitas pada 30 hari. Sebuah review tentang 47 pasien dengan ICH oleh Young dkk
mengidentifikasi 20 mlsebagai volume mematikan, lebih dari volume tersebut pasien
mempunyai outcome yang buruk. Sama dengan, perluasan dini IVH memperburuk outcome
klinis dan meningkatnya mortalitas 50 - 75%).Studi lainnya mengidentifikasi 40 ml volume
total sebagai nilai cutoff, diatas nilai tersebut pasien memiliki 41 kali lebih beresiko
mempunyai prognosis yang buruk, dan 50 ml sebagai ambang batas outcome yang buruk,
diatas nilai tersebut dimana 100% pasien akan mempunyai outcome yang tidak baik.31
21
1. Modified Graeb Score (mGS)
Graeb Score digunakan untuk menilai keparahan IVH. Penelitian yangdilakukan oleh
Morgan dkk (2013) bertujuan untuk mengembangkan dan memvalidasi suatu modifikasi dari
Graeb Score yang lama (original Graeb Score atau oGS), yang dikenal dengan Modified
Graeb Score (mGS) untuk mendapatkan penilaian IVH yang cepat. Original Graeb Score
(oGS) dinilai hanya berdasarkan ventrikel ketiga, ventrikel keempat, ventrikel lateralis kiri
dan kanan. Skor maksimum 4 diberikan pada tiap ventrikel lateralis, jika ventrikelnya
dijumpai melebar dan terisi penuh dengan darah dan skor maksimum 2 diberikan untuk
ventrikel ketiga dan keempat jika ventrikel ketiga dan keempat tersebut sama – sama terisi
penuh darah. Maksimal skor yang mungkin adalah 12.
Ventrikel ketiga :
Ventrikel keempat :
Skor 0 = tidak ada darah
Skor 1 = ada darah, ukuran ventrikel normal
Skor 2 = ventrikel terisi darah sampai penuh dan melebar
22
Berat : nilai original Graeb Score (oGS) = 9 - 12 (Avila dkk, 2011)
23
Gambar 7. Komponen ventrikel yang dinilai pada Modified Graeb Score
Dikutip dari : Morgan, T.C., Dawson, J., Spengler, D., Lees, K.R., Aldrich, C., Mishra, N.K.,
et al. 2013. The Modified Graeb Score An Enhanced Tool for Intraventricular Hemorrhage
Measurement and Prediction of Functional Outcome. Stroke. 44: 635-641
Penambahan skor +1 diberikan untuk tiap – tiap kompartemen jika dijumpai melebar
melebihi batas normal anatomi yang diakibatkan karena bekuan darah.Batas antara ventrikel
lateralis, occipital horn, dan temporal horn terdiri dari 3 bidang yang memotong didalam
(dan memproyeksikan keluar dari) trigonum, atau daerah sentral dimana 3 kompartemen
bertemu. Maksimal skor yang mungkin adalah 32, dimana setiap kompartemen terisi penuh
oleh darah dan melebar. Skor 0 diberikan jika tidak ada ditemukan darah pada
intraventrikular 32
24
Tabel 2. Penilaian skor untuk Modified Graeb Score pada tiap – tiap ventrikel
Dikutip dari : Morgan, T.C., Dawson, J., Spengler, D., Lees, K.R., Aldrich, C., Mishra, N.K.,
et al. 2013. The Modified Graeb Score An Enhanced Tool for Intraventricular Hemorrhage
Measurement and Prediction of Functional Outcome. Stroke. 44: 635-641
25
3. LeRoux Score
Penilaian untuk LeRoux Score, yaitu : setiap ventrikel diberikan nilai skor yang
terpisah, dan kemudian ditambahkan jumlah setiap nilai skor tersebut
Skor 0 = tidak ada darah
Skor 1 = sedikit darah
Skor 2 = kurang dari setengah (< 50%) dipenuhi darah
Skor 3 = lebih dari setengah (> 50%) dipenuhi darah
Skor 4 = ventrikel terisi darah sampai penuh dan melebar
Range LeRoux Score = 0 – 16
Secara garis besar terapi konvensional berpusat pada pengelolaan hipertensi dan
tekanan intrakranial sambil mengoreksi koagulopati dan menghindari komplikasi seperti
perdarahan ulang dan hidrosefalus. Terapi bedah saja tidak mengubah riwayat alami penyakit
secara signifikan. Namun, fibrinolisis dalam kombinasi dengan drainase extraventricular
26
menunjukkan janji sebagai teknik untuk mengurangi volume yang menggumpal
intraventrikular dan untuk mengelola komplikasi seiring IVH.33
Resusitasi cairan iv
Elevasi kepala posisi 30 derajat
Mengkoreksi demam dengan antipiretik
Usaha awal untuk focus menangani peningkatan TIK sangat beralasan, karena
peningkatan TIK yang besar berhubungan dengan herniasi dan iscemik
Pada dasarnya terapi umum IVH juga mengacu pada stroke tipe perdarahan yaitu Indikasi
masuk ICU jika volume darah 30 cc, atau terdapat perdarahan intraventrikel dengan
hidrosefalus dan memburuk.
1. TD diturunkan 15-20% bila TDS >180, TDD >120, MAP >130, dan volume darah
bertambah.
2. Bila terdapat gagal jantung, tensi diturunkan dgn labetolol i.v. dosis 10 mg (dlm 2
mnt) sampai 20 mg (dlm 10 mnt) max 300 mg; enelapril i.v. 0,625-1.25 mg per 6 jam;
Captopril 3 kali 6,25-25 mg peroral.
3. Jika TIK meningkat, posisi kepala 300, bisa diberi manitol dan hiperventilasi
(PCO220-35 mmHg).
Bila terdapat kemungkinan peningkatan TIK, dipertimbangkan untuk memonitor TIK dan
reduksi tekanan darah dengan infus intravena intermiten atau kontinyu saat mempertahankan
cerebral perfusion pressure >60 mmHg.
Tatalaksana peningkatan TIK adalah dengan resusitasi cairan intravena, elevasi kepala
pada posisi 30p dan mengoreksi demam dengan antipiretik.11 Usaha awal untuk fokus
menangani peningkatan tekanan intrakranial (TIK) sangat beralasan, karena peningkatan
tekanan intrakranial yang berat berhubungan dengan herniasi dan iskemi.
Rasio mortalitas yang lebih rendah konsisten ditemukan pada kebijakan terapi dengan: (1)
penggunaan keteter intraventrikuler untuk mempertahankan TIK dalam batas normal dan (2)
usaha untuk menghilangkan bekuan darah dengan menyuntikkan trombolitik dosis rendah.
27
Rekomendasi AHA Guideline 2009: 1. Pasien dengan nilai GCS <8, dan dengan bukti klinis
herniasi transtentorial, atau dengan IVH yang nyata atau hidrosefalus dipertimbangkan untuk
monitor dan tatalaksana TIK. Cerebral perfusion pressure (CPP) 50-70 mmHg beralasan
untuk dipertahankan tergantung dari autoregulasi serebri. (IIb; C). (rekomendasi baru). 2.
Drainase ventrikuler sebagai terapi untuk hidrosefalus beralasan pada pasien dengan
penurunan tingkat kesadaran. (IIa; B). (rekomendasi baru).
Pasien dengan ICH, terutama lobar ICH, beresiko untuk kejang; 30-hari risiko pasca-ICH
mereka dikutip pada sekitar 8%. Kejang klinis dan secara electrographic harus ditangani
secara agresif, tetapi obat antiepilepsi (AED) profilaksis yang lebih kontroversial. AED
sering digunakan sebagai profilaksis pada ICH untuk menghindari kejang-terkait neurologis
kerusakan dan perdarahan ulang. Tahun 2007 American Heart Association pedoman untuk
perawatan ICH menyarankan bahwa “singkat” periode AED profilaksis dapat diberikan untuk
mencegah kejang awal lobar ICH. Dengan demikian, AED profilaksis harus dipilih dan
dikelola secara bijaksana untuk pasien pada risiko tertinggi untuk kejang.35
Pertumbuhan hematoma merupakan faktor penentu independen dari kedua mortalitas dan
hasil fungsional setelah ICH . Dalam analisis data sekunder 170 dari 374 pasien (45%)
memiliki ivh pada awal dan 12% (44 dari 374) memiliki peningkatan yang lebih besar dari 2
mL volume ivh antara baseline dan 24 jam CT scan . Membatasi pertumbuhan hematoma
intraventrikular mungkin menjadi target terapi yang penting.
1. Perdarahan serebelar > 3 cm dengan perburukan klinis atau kompresi batang otak dan
hidrosefalus akibat obstruksi ventrikel.
2. Perdarahan intra serebral dgn lesi struktural (aneurisma, MAV atau angioma
kavernosa), jika mempunyai harapan outcome baik dan lesi strukturnya terjangkau /
accessible
3. Pasien usia muda dengan perdarahan lobar sedang s/d besar (≥ 50 cm3 ) yang
memburuk
Rasio mortalitas yang lebih rendah konsisten ditemukan pada kebijakan terapi dengan
penggunaan kateter intreventrikuler untuk mempertahankan TIK dalam batas normal dan
usaha untuk menghilangkan bekuan darah dengan menyuntikan trmbolitik dosis rendah.36
28
Komplikasi dari IVH antara lain:
1. Hidrosefalus.
Hal ini merupakan komplikasi yang sering dan kemungkinan disebabkan karena
obstruksi cairan sirkulasi serebrospinal atau berkurangnya absorpsi meningeal.
Hidrosefalus dapat berkembang pada 50% pasien dan berhubungan dengan keluaran
yang buruk.Hidrosefalus merupakan dilatasi sistem ventrikel, terdapat dua macam
hidrosefalus yaitu noncommunicating dan communicating.Noncommunicating
(obstructive) hydrocephalus, terjadi pada saat aliran LCS dari ventrikel tidak dapat
masuk ke ruang subaraknoid karena terdapat obstruksi pada satu atau kedua foramen
interventrikuler, akuaduktus serebri (tempat obstruksi paling banyak) atau aliran
keluar melalui foramen ventrikel keempat (celah medial dan lateral). Hambatan ini
menyebabkan dilatasi secara cepat satu atau lebih ventrikel.
Communicating hydrocephalus, obstruksi terdapat pada ruang subaraknoid yang
disebabkan karena perdarahan maupun meningitis, menyebabkan hambatan pada
reabsorbsi LCS. Patofisiologi gangguan reasorbsi hidrosefalus komunikan tidak
sepenuhnya dimengerti, namun disfungsi granula Pacchioni araknoid dalam
reabsorbsi LCS karena efek bekuan-bekuan darah pada ventrikel menganggu kerja
aliran fisiologis arachnoid.
Terdapatnya hidrosefalus dievaluasi dengan ventriculocranial ratio, merupakan
rasio dari lebarnya ventrikel di belakang tanduk frontal di antara nukleus kaudatus
yang secara sejajar dengan lebarnya otak pada tingkat yang sama. Batas atas yang
normal adalah 0,155. Rasio ini dikalkulasi pada CT pertama (rasio awal) dan pada
pasien dengan CT follow up.Menurut luasnya darah pada gambaran CT Scan kepala.
2. Perdarahan ulang (rebleeding), dapat terjadi setelah serangan hipertensi.
Tindakan medis untuk mencegah perdarahan ulang setelah SAH dari AHA
Guideline 2009 : 1). Tekanan darah sebaiknya dimonitor dan dikontrol untuk
mengimbangi risiko stroke, hipertensi yang berhubungan dengan perdarahan ulang,
dan mempertahankan CPP (cerebral perfusion pressure) (I, B). 2). Tirah baring saja
tidak cukup untuk mencegah perdarahan ulang setelah SAH. Dapat dipertimbangkan
strategi tatalaksana yang lebih luas, bersamaan dengan pengukuran yang lebih
definitif (IIb, B). 3). Meskipun studi yang lalu menunjukkan keseluruhan efek negatif
dari antifibrinolitik, bukti sekarang menyarankantatalaksana awal dengan pemberian
antifibrinolitik jangka pendek dilanjutkan dengan penghentian antifibrinolitik dan
profilaksis melawan hipovolemi dan vasospasme (IIb, B).
3. Vasospasme.
Beberapa laporan telah menyimpulkan hubungan antara intraventricular
hemorrhage (IVH) dengan kejadian dari vasospasme serebri, yaitu : yaitu: 1).
Disfungsi arteriovena hipotalamik berperan dalam perkembangan vasospasme
intrakranial. 2). Penumpukkan atau jeratan dari bahan spasmogenik akibat gangguan
dari sirkulasi cairan serebrospinal.Rekomendasi tatalaksana vasospasme serebri dari
AHA Guideline pada SAH, yaitu: Nimodipin oral diindikasikan untuk mengurangi
keluaran yang buruk yang berhubungan dengan SAH aneurisma (I, A). Nilai dari
pemberian antagonis kalsium secara oral atau intravena masih belum jelas. Dosis oral
yang dianjurkan adalah 60 mg setiap 6 jam.37
29
Prognosis ad vitam pada pasien ini dubia ad malam, karena kegawatdaruratan pasien
yaitu hidrosefalus komunikan yang meningkatkan TIK dan dapat berakhir dengan herniasi
serebri, sudah ditatalaksana dengan baik sehingga tidak mengancam nyawa lagi. Namun
untuk renal insuffisiensi dan hipertensi maligna pada pasien belum stabil maka hal ini dapat
berulang kembali. 38
Prognosis ad functionam dubia ad bonam, karena tidak terdapat defisit motorik berupa
hemiparesis dekstra yang terjadi pada pasien mengalami perbaikan pada saat pasien pulang.
Sedangkan prognosis ad sanactionam dubia ad malam, karena telah terdapatnya beberapa
faktor risiko untuk stroke berulang berikutnya yang harus dikontrol dengan baik.39
Daftar pustaka
1. Adam PH (2003), Guidelines for The Early Management of Patients with Ischemic
Stroke. Stroke 34, 1056-83.
2. Adnan I. Qureshi, MD (2008),Acute Hypertensive Response in Patients With Stroke
Pathophysiology and Management. Circulation Vol 118, 176-187.
3. AHA/ASA Guideline. Guideline for the early management of adults with ischemic
stroke. Stroke 2007; 38:1655 - 1711.
4. Arthur M. Pancioli, MD and Scott E. Kasner, MD (2006). Hypertention Management
in Acute Neurovascular Emergencies. Emergency Medicine Cardiac Reserarch And
Education Group, Vol 3.
5. Butler AB, Partain RA, Netsky MG, Primary intraventricular hemorrhage: a mild and
remediable form. Neurology: 1972,22: 675.
6. Broderick et al, (2007). Guidelines for the Management of Spontaneous Intracerebral
Hemorrhage in Adults: 2007 Update: A Guideline From the American Heart
Association/ American Stroke Association Stroke Council, High Blood Pressure
Research Council, and the Quality of Care and Outcomes in Research
Interdisciplinary Working Group: The American Academy of Neurology affirms the
value of this guideline as an educational tool for neurologists. Stroke ;38;2001-2023.
7. Baehr M, Frotscher M .Diagnosis Topis Neurologi DUSS , Ed 4 ( 2016 )
8. Broderick J et al. Guideline for the Management of Spontaneous Intracerebral
Hemorrhage in Adults: 2007 Update. Stroke 2007, 38:2001 - 2023
9. Broderick , 2007, Guidelines for the management of spontaneous intracerebral
haemorrhage, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17478736, di akses 10 februari
2017
10. Caplan LR, editor. Brigido, Adrianne. Caplan’s stroke: a clinical approach, 4th ed.
USA: Saunders Elsevier; 2009.p.506-7.
30
11. Darby DG, Donnan GA, Saling MA, Walsh KW, Bladin PF. Primary intraventricular
hemorrhage: clinical and neuropsychological findIngs in a prospective stroke series.
Neurology. 1988;38:68.
12. Fabregas JM, Piles, Guardia, Vilalta Lluis. Spontaneous primary intraventricular
hemorrhage: clinical data, etiology and outcome. J Neurol. 1999.246:287-91.
13. Flint AC, Roebken A, Singh V. Primary intraventricular hemmorhage: yield of
diagnostic angiography and clinical outcome. Neurocritical care. 2008;330-6.
14. Giray S, Sen O, Sarica FB, Tufan K, Karatas M, Goksel BK, et al. Spontaneous
intraventricular hemorrhage in adults: clinical data, etiology and outcome. Turkish
Neurosurgery. 2009;19(4),334-8.
15. Gilroy J (2000), Cerebrovascular Disease. In : Basic Neurology. Third edition. Editor
Gilroy J. The Mc Graw-Hill Companies, pp 225-77.
16. Grehenson, 2011. Pasien Stroke Di Rumah Sakit Kian Meningkat,
http://www.ugm.ac.id. Amir, A, 2010. Diakses tgl 13 Februari 2017
17. Hart RG, Palacio S. Cardioembolic
Stroke.http://www.emedicine.com/neuro/topic45.htm
18. Hallevi H, Albright KC, Aronowski J, Barreto AD, Schild SM, Khaja AM, et al.
Intraventricular hemorrhage: anatomic relationships and clinical implications.
Neuroloogy. 2008;70:848-52.
19. Hameed Bilal, Khealani BA, Mozzafar T, Wasay M. Prognostic indicators in patients
with primary intraventricular haemorrhage. J Pak Med Association. 2005:Aug.55
(83):315-17.
20. Hinson HE, Hanley DF, Ziai, Wendy C. Management of intraventricular hemorrhage.
USA: Current Neurology Neuroscience Rep. Baltimore; 2010.p.73-82.
21. James C. Grotta, Gregory W. Albers, Joseph P. Broderick - 2015 - Cerebrovascular
disease, https://books.google.co.id/books?isbn=0323295444,di akses 10 Februari
2017
22. Kevin N. Sheth and David M. Greer, (200). Intensive Care Management of acute
Ischemic Stroke, In : Acute Ischemic Stroke An Evidence Based Approach. Editors :
David M. Greer. Published by John Wiley & Sons, Inc.,Hoboken, New Jersey, p 163-
198.
31
28. Nasissi, Denise. Hemorrhagic Stroke Emedicine. Medscape, 2010.[diunduh dari:
http://emedicine.medscape.com/article/793821-overview]
29. Perhimpunan Dokter Spesialis Syaraf Indonesia (Perdossi) (2004). Penatalaksanaan
Hipertensi pada stroke Akut. Guideline Stroke. Kelompok Studi Cerebrovaskular ed
3, p 3-13.
30. Price, Sylvia A. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakited.6. EGC,
Jakarta. 2006.
31. Qaisar A. Shah, MD and Adnan I. Qureshi, MD (2006). Acute Hypertension in
Intracerebral Hemorrhage- Pathophysiology ang Management. Stroke ; 38-42.
32. Robert J. Wityk and John J. Lewin III (2006). Blood Pressure Management During
Acute Ischemic Stroke. Expert Opin. Pharmacother. 7(3); 247-258.
33. Thompson G. Robinson and John F. Potter (2004). Blood Pressure in Acute Stroke.
Age and Ageing Vol 33 No. I
34. Ringleb PA et al. Guideline for Management of Ischemic Stroke and Transiengt
Ischemic Attack 2008. The European Stroke Organization (ESO) Executive
Committee and the ESO Writing Committee..
35. Report of the Joint Stroke Guideline Development Committee of the American
Academy of Neurology and the American Stroke Association (a Division of the
American Heart Association). Stroke. 2002;33;1934 - 1942.
32