Anda di halaman 1dari 30

Case Report Session

Meningioma
Perseptor : dr. Rolland, Sp. BS(K)

Radita Haura
Sanjeev
Identitas pasien
• Nama : Ny. YY
• Usia : 43 tahun
• Jenis kelamin : perempuan
• Alamat : Cibodas, Bandung
• Pekerjaan : Ibu rumah tangga
• Tanggal masuk RS : 20 September 2017
• Tanggal pemeriksaan : 28 September 2017
Anamnesis
KU: Nyeri kepala
± 2 bulan sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluhkan sakit kepala hilang timbul
yang semakin memburuk dan tidak berkurang dengan meminum obat anti nyeri. Nyeri ini
tidak terlalu berkurang saat pasien beristirahat. Keluhan pasien juga disertai dengan
gangguan penglihatan pada mata kiri. Sebelumnya, pasien memang memiliki kelainan
refraksi myopia pada kedua mata dan menggunakan kacamata. Keluhan hilang kesadaran (-
), demam (-), trauma (-), mual muntah (-), kejang-kejang (-). Karena keluhan ini, pasien
dibawa ke Rumah Sakit Cicendo, dilakukan pemeriksaan CT Scan di Rumah Sakit Salamun,
dan dirujuk ke Departemen Bedah Saraf RSHS.
Riwayat gangguan penciuman (-), perubahan sikap (-), muka asimetris (-), gangguan
pendengaran (-), gangguan saat menelan (-), gangguan bicara (-), benjolan di bagian tubuh
lain (-). Riwayat penggunaan obat hormonal (+) selama 20 tahun.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum:
T: 120/80 mmHg
N: 84 x/m
R : 18 x/m
S: 36.6 ° C

Status lokalis:
Pada mata kanan: protrusi (-), mata merah (-), mata berkabut (-)
Refleks cahaya OD +/+ OS +/+
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Neurologis:
GCS 15, kaku kuduk (-)
Pupil: bulat, isokor, Ø RLO 3 mm/3 mm
Visus: OD: 3/60, OS: 1/60
Funduskopi: OD: batas papil jelas, OS: batas papil jelas
Pergerakan bola mata: baik ke segala arah
Saraf kranial lain: hypesthesia CN V1 kanan
Motorik: Tidak ada paresis
Sensorik: Dalam batas normal
Reflek fisiologis: +/+
Reflek patologis: Babinsky -/-
Laboratorium
Lab 04-09-2017 Laboratorium 04-09-2017
PT/aPTT/INR 10,4/29,1/0,95 AGD
Hemoglobin 14,0 Laktat
pH 7,396
Hematokrit 41,4
PCO2 34,4
Leukosit 10.880 PO2 110,0
Trombosit 482.000 HCO3 21,3
Na / K 136/4,1 BE -2,2
OT/PT 36/38
Saturasi O2 99,2
Ur/Cr 49,0/0,74
TCO2 22,4
Albumin/Prot Total 3,0/7,4
GDS 99
Foto Polos Dada
RSHS, 04-09-2017
CT scan dengan kontras 14 Juni 2017
CT Scan dengan kontras 14 Juni 2017
• Masa isohiperdens di sphenoorbita
kanan yang meningkat dengan
pemberian kontras
• Hiperostosis (+)
• Tidak ada pergeseran midline
Diagnosis
Supratentorial SOL at Left Parietooccipital due to Suspect Falx Meningioma

DD/:
Due to Susp. Convexity Meningioma
Due to Susp. Tentorial Meningioma
Tatalaksana
• Rencana DSA dan Embolisasi
• Rencana Kraniektomi untuk pengambilan tumor
Pembahasan
Mengapa pasien ini di diagnosis falx
meningioma?
• KU : nyeri kepala hilang timbul
C:-
I : tidak ada tanda2 infeksi
N : tumor pada area intraorbital
T : tidak ada riwayat trauma
A:?
• Pasien wanita, usia >45 tahun  tinggi insidensi meningioma
• Gangguan pengelihatan progresif pada mata kiri : double vision jadi tidak bisa
melihat  gangguan saraf optik
• tidak ada keluhan benjolan pada area lain  tumor primer
Pemeriksaan fisik
• Funduscopy : RO papil atrophy  optic neuropathy
• Reflex physiologis (+/+) reflex patologis (-/-)  tidak ada infiltrasi jaringan parenkim
otak, bukan tumor intra aksial

CT scan
• Isohiperdens yang homogen pada penyuntikan kontras
• Ada hiperostosis
Meningioma
• meningioma adalah tumor ekstra aksial yang berasal dari arachnoid cap cell,
umumnya bersifat jinak dengan pertumbuhan tumor yang lambat.
• Pada kasus meningioma intracranial, 85% terdapat pada supratentorial, 15% lainnya
bisa terdapt pada base dari fossae anterior dan medial.
Definisi Meningioma
a) Meningioma Konveksitas: Meningioma pada semua daerah di konveksitas, paling sering pada
daerah sutura coronaria dan dekat parasagital
b) Meningioma Spheno-Orbita: Meningioma yang tumbuh dari dura di sphenoid wing dan bisa
meluas ke sinus cavernosus, Fissura Orbitalis Superior, atap orbita, dan konveksitas.
c) Meningioma Supra Sella dan Anterior Skull Base: 1. Meningioma Olfactory Groove: Meningioma
yang tumbuh dari daerah sutura frontosphenoid sampai dengan crista gali dan lamina
cribriformis 2. Meningioma Tuberculum Sellae: Meningioma yang tumbuh dari daerah limbus
sphenoidale, sulcus chiasmatikus dan diaphragma
d) Meningioma Parasagital: Meningioma yang tumbuh di sudut parasagital tanpa adanya jaringan
otak yang membatasi tumor dan Sinus Sagitalis Superior
e) Meningioma Falx: Meningioma yang tumbuh dari falx cerebri, terlingkupi penuh dengan jaringan
otak
f) Meningioma Clinoid: Meningioma yang tumbuh dari area processus anterior clinoid
g) Meningioma Cavernous: Meningioma yang tumbuh dari sinus cavernosus dan bisa meluas ke
meckel’s cave, anterior,medial dan infra temporal fossa
h) Meningioma Cerebello-Pontine Angle: Meningioma yang tumbuh dari permukaan posterior
tulang temporal, di sebelah lateral dari nervus trigeminus
i) Meningioma Foramen Magnum: Meningioma yang tumbuh terbatas di foramen magnum,
atau sekunder dari perkembangan meningioma di regio lain
j) Meningioma Petroclival: Meningioma yang tumbuh dari permukaan posterior tulang
temporal, di sebelah medial dari nervus trigeminus
k) Meningioma Tentorial: Meningioma yang tumbuh dari tentorium dan bagian posterior
Panduan Nasional Praktek Klinis - Ilmu Bedah Saraf 2016 2 dari falx cerebri
l) Meningioma Spinal: Meningioma yang berlokasi dibawah vertebra C2
m) Meningioma Ventrikel Lateral: Meningioma yang tumbuh dari choroid plexus
n) Meningioma Ventrikel 3: Meningioma yang tumbuh dari arachnoid cap cells di atap dari
ventrikel 3
o) Meningioma Ventrikel 4: Meningioma yang tumbuh dari choroid plexus dan tela choroidea,
paling banyak di daerah midline dalam ventrikel
p) Meningioma Optic Nerve Sheath: Meningioma yang berlokasi di orbita atau kanalis optikus
atau ekstensi dari intrakranial meningioma
Epidemiologi

• Insidensi meningioma terjadi kira-kira 20% dari total neoplasma intracranial primer.
• Insidensi lebih banyak terjadi pada perempuan dibandingkan pada laki-laki dengan
range rasio 1.4 hingga 2.8 dibanding 1.
• insidensi meningioma meningkat sekitar 3.5 kali lebih tinggi pada orang dengan usia
>70 tahun.
• Namun, pertumbuhan tumor tampak lebih rendah pada orang tua.
• 5-40% meningioma dapat ditemukan multiple terutama pada kasus yang berkaitan
dengan neurofibromatosis tipe 2 (NF2)
• patofisiologi
• Tumor otak menyebabkan gangguan neurologis yang progresif.
• Tumor otak merupakan penyebab gangguan focal dan peningkatan tekanan
intracranial (TIK)
• Gangguan focal terjadi ketika terdapat penekanan pada jaringan otak oleh tumor
serta infiltrasi tumor ke parenkim otak yang dapat manyebabkan kerukakan jaringan
neuronal.
• Penekanan pada jaringan otak sekitar menyebabkan gangguan suplai darah 
dimanifestasikan dengan kehilangan fungsi akut dengan gejala yang serupa dengan
gangguan cerebrovascular primer.
• Infiltrasi parenkim otak oleh tumor dan gangguan suplai darah dapat mengubah
sensitivitas neuron di otak  seizure
Lokasi Gejala Khusus
Konveksitas
a. Frontal Gangguan Afektif
b. Parietal Kejang, gangguan motorik dan sensorik,
hemiparesis, dan hemiestesia
c. Temporal Gangguan bicara, gangguan memori
Tentorial Peningkatan TIK, kejang, gangguan lapang pandang
Diagnosis
• Anamnesis
• Gejala dan tanda umum :
a. Asimtomatis (terutama meningioma di daerah midline, silent area, tumbuh lambat
dan tumor dengan ukuran kecil, diameter <3 cm).
b. Gejala atau tanda akibat peningkatan tekanan intrakranial: nyeri kepala, mual
muntah, kejang, penurunan visus sampai kebutaan. Keluhan bersifat intermiten
dan progresif.
c. Gejala dan tanda akibat kompresi atau destruksi struktur otak, berupa defisit
neurologis: kelemahan ekstremitas, kelumpuhan saraf kranial, penurunan
penglihatan, gangguan afektif dan perubahan perilaku serta penurunan
kesadaran (bradipsike, depresi, letargi, apatis, confusion, koma) dan kejang. Gejala
menyerupai “TIA” atau stroke
d. false localizing sign: penekanan saraf kranialis, saraf kranialis ke 6.
Diagnosis
Pemeriksaan fisik
1. Tanda vital: Tensi,nadi,respiratory rate dan temperatur
2. Status neurologis :
Kuantitas dan kualitas kesadaran, saraf kranial, status motorik dan sensorik serta
autonomik.
3.Pemeriksaan pupil, tajam pengliatan dan lapang pandang.
4.Pemeriksaan lokalis pada kepala dan wajah
Pemeriksaan fisik bertujuan terutama untuk mengetahui lokasi tumor.
Diagnosis
• Imaging
• CT scan dengan kontras : iso/hiperdens, dapat menunjukkan destruksi tulang pada tipe
atipikal, dan menunjukkan hiperostosis pada meningioma jinak
• MRI : resolusi jaringan lebih tinggi, menggambarkan peritumor edema, kompresi saraf
kranial, kompresi otak dan pembuluh darah otak
• Angiografi: menggambarkan keterlibatan pembuluh darah dan kepentingan embolisasi
bila dibutuhkan
• Berdasarkan klasifikasi histopatologi, meningioma berdasarkan WHO dibagi menjadi:

Grade Jenis
WHO Grade 1 Meningothelial, Fibrous (Fibroblastic),
Transitional (mixed), Psammomatous,
Angiomatous, Microcystic, Secretory,
Lymphoplasmacyte-rich metaplastic
WHO Grade 2 Chordoid, Clear cell (intrakanial), atipikal
WHO Grade 3 Papillary, Rhabdoid, Anaplastik
Tatalaksana
• Medikamentosa : kortikosteroid, anti kejang, anti nyeri
• Pembedahan: reseksi tumor
• Radioterapi
• Edukasi
Prognosis
• 5 years survival pasien dengan meningioma adalah : 91,3%
• Luasnya tumor yang di eksisi adalah faktor yang utama dalam menentukan rekurensi
dari meningioma.
• Rata- rata rekurensi dalam 5 tahun setelah reseksi partial adalah 37% - 85%.
• Overall recurrence rate selama 20 tahun adalah 19% dan dalam laporan lain adalah
50%.
Referensi
1. PNPK meningioma Perhimpunan Spesialis Bedah Saraf Indonesia
2. Almefty’s meningiomas – Franco de Monte
3. Tumors of the brain and spine – Franco de Monte
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai