SKRIPSI
1561050190
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA
2018
i
PENYAKIT-PENYAKIT YANG DITEMUKAN PADA PASIEN DISPEPSIA
YANG TELAH MENJALANI PEMERIKSAAN ENDOSKOPI
DI RSUD PROF. DR. W. Z. JOHANNES KUPANG PERIODE
JANUARI-NOVEMBER 2015
SKRIPSI
PENELITIAN
1561050190
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA
2018
i
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memampukan penulis dalam menyelesaikan seluruh rangkaian penyusunan skripsi
yang berjudul “Penyakit-Penyakit Yang Ditemukan Pada Pasien Dispepsia Yang
Telah Melakukan Pemeriksaan Endoskopi di RSUD Prof. W. Z. Johannes Kupang
Periode Januari-November 2015” sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
Sarjana Kedokteran pada Program Pendidikan Dokter Umum Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Indonesia.
1. Dr. dr. Robert Hotman Sirait, Sp. An selaku Dekan Fakultas Universitas Kriten
Indonesia beserta jajarannya, yang telah bersedia memberikann fasilitas serta
dukungan, sehingga penulisan skripsi ini dapat berjalan dengan lancer
2. Prof Dra. Rondang Soegianto, M Sc, Ph D. selaku Ketua Tim Skripsi Fakultas
Kedoteran Universitas Kristen Indonesia
3. dr. Jannes Fritz Tan, Sp M, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
mencurahkan perhatian, waktu, tenaga dan dorongan semangat kepada penulis
sehingga dapat diselesaikannya skripsi ini dengan baik.
4. dr. Dame Joyce Pohan, M.Biomed selaku dosen penguji skripsi yang dengan
tulus hati selalu meluangkan waktu untuk penulis dan membimbing saya
memperbaiki skripsi dengan benar.
5. Dr. Adolfina R. Amohorseja, MS. Selaku dosen statistik yang telah
meluangkan waktu, tenaga, dan membantu penulis.
6. Teristimewa penulis ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada orang
tua saya: Bapak dr. Alexander Michael Joseph Saudale, SpPD, FINASIM, KGEH
dan Mama dr. Maria Magdalena Kristi Daradjati Saudale, SpA yang
v
dengan tulus selalu memberikan dukungan kepada penulis dalam membuat
skripsi ini.
7. Kepada kakak-kakak dan adik-adik saya, Maria C. A. I. W. Saudale, Glenn G.
A. J. I. Saudale, Sarah G. N. W. E. Saudale, dan Alexander M. J. W. I. Saudale
yang memberikan semangat kepada penulis.
8. Semua pihak yang telah mengambil partisipasi dalam pembuatan skripsi ini.
Akhir kata, semoga skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahhuan.Semoga Tuhan Yesus Yang Maha Esa menerima seluruh amal dan niat
baik kita selama ini sehingga rahmat Tuhan selalu menyertai kita. Amin
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN......................................................................................ii
PERNYATAAN ORISINALITAS...............................................................................iii
KATA PENGANTAR.....................................................................................................v
DAFTAR ISI......................................................................................................................vii
DAFTAR TABEL.............................................................................................................xi
ABSTRAK.........................................................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
vii
BAB II KAJIAN PUSTAKA.....................................................................................5
II.4 Patofisiologi...............................................................................................................8
II.6.1.1 Etiologi 12
viii
II.6.5 Karsinoma Esofagus..............................................................................15
II.6.6 Gastritis.....................................................................................................16
II.6.6.1 Etiologi 16
II.6.7.1 Etiologi 18
II.7 Endoskopi...................................................................................................................21
II.7.1 Tujuan........................................................................................................22
II.7.2 Indikasi......................................................................................................22
ix
III.3.2 Sampel Penelitian.................................................................................26
IV. 2 Pembahasan.............................................................................................................33
V.1 Kesimpulan.................................................................................................................36
V.2 Saran.............................................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................38
BIODATA MAHASISWA...........................................................................................40
LAMPIRAN.....................................................................................................................41
x
DAFTAR TABEL
xi
ABSTRAK
Dispepsia adalah satu penyakit tidak menular yang mempunyai angka kejadian
tinggi di dunia. Definisi dispepsia adalah kumpulan gejala saluran pencernaan atas
meliputi rasa nyeri atau tidak nyaman di area gastro-duodenum (epigastrium), rasa
terbakar, penuh, cepat kenyang, mual atau muntah. Salah satu alat diagnostik untuk
dispepsia adalah endoskopi. Mengetahui penyakit-penyakit yang ditemukan pada pasien
dispepsia setelah menjalani pemeriksaan endoskopi, adalah tujuan dari penelitian ini.
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif retrospektif. Subjek penelitian terdiri
dari 58 orang pasien dispepsia yang dilakukan pemeriksaan endoskopi di RSUD Prof. Dr.
W. Z. Johannes Kupang dari Januari hingga November 2018. Proporsi tertinggi pasien
dispepsia adalah Gastritis erosif (55,42%), jenis kelamin pria (51,72%), usia 51-60 tahun
(29,31%) dan suku Timor (27,58%)
Kata Kunci : dispepsia, endoskopi, jenis penyakit
ABSTRACT
Dyspepsia is a non-contagious disease that has a high incidence in the world.
Definition of dyspepsia is a collection of symptoms of the upper digestive tract
including pain or discomfort in the area of the gastro-duodenum (epigastrium),
burning, fullness, rapid satiety, nausea or vomiting. Knowing the diseases found in
dyspepsia patients after undergoing endoscopic examination, is the purpose of this
study. The metode of this study is retrospective descriptive. The subject of the study
consisted of 58 people with dyspepsia who performed endoscopic examination at the
RSUD Prof. Dr. WZ Johannes Kupang from January to November 2018. The highest
proportion of dyspepsia patients is Gastritis erosiva (55.42 %), male sex (51.72%),
age 51-60 years (29.31%) and Timorese tribe (27.58%)
Keywords : dyspepsia, endoscopy and type of disease
xii
1
BAB I
PENDAHULUAN
Dispepsia adalah penyakit tidak menular yang mempunyai angka kejadian tinggi
1
di dunia. Kata ‘dispepsia’ berawal dari bahasa Yunani, yaitu ‘dys’ (poor) dan ‘pepse’
2
(digestion) dengan arti gangguan percernaan. Dispepsia diklasifikasikan maenjadi
3
dua, yaitu organik (struktural) dan fungsional (non-organik). Dispepsia organik
memiliki penyebab yang mendasari, seperti penyakit ulkus peptikum (Peptic Ulcer
nyaman perut bagian atas yang kronis atau berulang, tidak memiliki abnormalitas
3
pada pemeriksaan fisik dan endoskopi. Setiap tahun gangguan ini dialami 25%
3
populasi dunia. Hampir 30% kasus yang ada pada praktek umum dan 60% pada
1
praktek gastroenterologi adalah dispepsia. Prevalensi dispepsia fungsional di Inggris
mencapai 23,8%, sedangkan di Amerika Serikat 15%. Dari data pustaka Negara Barat
didapatkan angka prevalensinya berkisar 7-41%, tapi hanya 10-20% yang mencari
1
peningkatan dari 3,9% di tahun 1996 menjadi 16,7% di tahun 2006. Data Profil
ke-10 untuk kategori penyakit terbanyak pasien rawat inap di rumah sakit tahun 2006
1
2
4
34.029 orang.
Penderita dispepsia terjadi pada berbagai rentang umur, jenis kelamin dan
penelitian lain mendapatkan prevalensi terbanyak pada kisaran umur 26-35 tahun
1
menunjukkan perbedaan yang signifikan antara pria dan wanita.
1
Mandailing 4,5%. Di Provinsi NTT pada tahun 2014, dispepsia menempati
5
urutan ketiga penyakit terbanyak setelah malaria dan ISPA.
seperti radiologi, pencitraan abdomen, dan salah satu yang terpenting adalah
6
pemeriksaan endoskopi.
dan terapi, juga dapat digunakan untuk biopsi seperti mendeteksi dan menilai
tingkat inflamasi pada gaster, atrofi, metaplasia usus, serta displasia, dan dapat
7
jenis penyakit yang ditemukan.
3
Esofagitis erosif ditemukan pada endoskopi dalam 5% hingga 15% dari kasus. Ulkus
8
peptikum ditemukan pada sekitar 5% hingga 15% pasien dengan dispepsia.
2015. Selain karena hal di atas, penderita dapat mengalami masalah kesehatan yang
9
masalah biaya kesehatan dan kehilangan waktu kerja.
Penyakit-penyakit apa saja yang ditemukan pada pasien dispepsia yang telah
tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kata ‘dispepsia’ berawal dari bahasa Yunani, yaitu ‘dys’ (poor) dan ‘pepse’
3
(digestion) yang berarti gangguan percernaan. British Society of
3
pencernaan atas. Definisi dispepsia adalah kumpulan gejala saluran pencernaan
3
(epigastrium/uluhati), rasa terbakar, penuh, cepat kenyang, mual atau muntah.
didefinisikan sebagai sindrom yang mencakup satu atau lebih dari gejala-gejala
berikut: perasaan perut penuh setelah makan, cepat kenyang, atau rasa terbakar di
ulu hati, yang berlangsung sedikitnya dalam 3 bulan terakhir, dengan awal mula
4
gejala sedikitnya timbul 6 bulan sebelum diagnosis. Keluhan tersebut dapat
secara bergantian dirasakan pasien atau bervariasi baik dari segi jenis keluhan
2
maupun kualitasnya.
II.2 Klasifikasi
Pada pasien dengan dispepsia organik atau struktural, ada tiga penyebab
5
6
disease (GERD) adalah 25% pada dispepsia. Esofagitis erosif ditemukan pada
endoskopi dalam 5% hingga 15% dari kasus. Ulkus peptikum ditemukan pada
atau esofagus ditemukan dalam kurang dari 2% dari semua pasien yang
9,10
dirujuk ke endoskopi untuk mengevaluasi dispepsia.
1,11
Tabel II.1 Etiologi dispepsia
kemungkinan adalah adanya tumpang tindih penyakit pada fungsi motor dan
9
hipersensitivitas visceral, terjadi pada satu dari tiga pasien.
sebagai rasa sakit atau ketidaknyamanan di perut bagian atas tanpa adanya
penyakit organik. Namun Rome II tidak menyertakan nyeri dada dan irritable
bowel syndrome (IBS). Gejala ada setidaknya selama 12 minggu, tidak perlu
dispepsia fungsional menjadi empat gejala spesifik yang bermula dari region
gastroduodenal : rasa penuh setelah makan (begah), rasa cepat kenyang, rasa
nyeri pada epigastrik, rasa terbakar di epigastrik. Gejala lain juga mungkin
9
muncul seperti kembung, mual, muntah, sendawa, dan nyeri dada.
2
prevalensi H. pylori tinggi.
8
terjadinya dispepsia fungsional. Saat ini ada lima teori utama yang
9
dipertimbangkan sebagai penjelasan untuk gejala dispepsia funsgional.
untuk seluruh gejala dispepsia fungsional, dari rasa sakit epigastrium, cepat
hadir pada 25-40% pasien dengan dispepsia fungsional dan itu terkait dengan
9
kenyang, mual dan muntah.
terhadap ukuran dan waktu saat makan, hal ini memungkinkan terjadi peningkatan
9
akomodasi berupa nyeri saat menelan atau perasaan cepat penuh.
9
rasa penuh atau ras kenyang.
9
9
adalah hipersensitivitas terhadap paparan asam lambung.
9
berlanjut menjadi hipersensitif viseral dan perubahan sekresi asam.
Keluhan utama sebagai kunci untuk mendiagnosis dispepsia adalah adanya nyeri
dan atau rasa tidak nyaman pada perut bagian atas. Untuk menegakkan diagnosis
dispepsia perlu dilakukan pemeriksaan teliti mulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik,
satu yang penting adalah pemeriksaan endoskopi. Anamnesis dan pemeriksaan fisik
pada pasien dispepsia yang belum diinvestigasi terutama harus ditujukan untuk
idealnya harus benar-benar dipastikan tidak ada kelainan yang bersifat organik.
9
peptik dengan komplikasinya, GERD, atau keganasan.
9
Tabel II.2 Gejala Alarm dan Tanda
yaitu: (a) dispepsia mirip ulkus (ulcer-like dyspepsia) bila gejala yang dominant
dyspepsia) bila gejala dominant adalah kembung, mual, cepat kenyang; dan (c)
11
dyspepsia non-spesific yaitu bila gejalanya tidak sesuai dengan (a) maupun
9
(b). Sedangkan, Kriteria Rome III membagi dispepsia fungsional menjadi 2
9
dan dibawah ini merupakan kumpulan kriteria dari dua subgroup tersebut.
a. Nyeri atau rasa terbakar pada epigastrium dengan waktu kejadian paling
b. Nyeri intermiten
c. Nyeri tidak menyebar atau berpusat pada daerah abdominal lain atau dada
sfingter Oddi
ditandai dengan “rasa nyeri terbakar retrosternal” (heart burn), dengan atau
12
striktur dan pada beberapa kasus terjadi perubahan metaplastik mukosa yang
13,14
refluks kandungan lambung ke dalam esofagus.
II.6.1.1 Etiologi
kecuali pada saat aliran antegrad yang terjadi pada saat menelan, atau
aliran retrogad yang terjadi pada saat sendawa atau muntah. Aliran
balik dari gaster ke esophagus melalui LES hanya terjadi apabila tonus
13,14
langsung mempengaruhi sel-sel epitel.
mekanisme: 1). Refluks spontan pada saat relaksasi LES yang tidak
13,14
setelah menelan, 3). meningkatnhya tekanan intra abdomen.
13
Gejala klinik yang khas dari GERD adalah nyeri/rasa tidak enak
Disamping itu dapat terasa asam atau pahit, malahan terkadang makanan
kadang timbul rasa tidak enak retrosternal yang mirip dengan keluhan
13,14
pada serangan angina pektoris.
saling berhubungan
lumen
13,14
berkurangnya kekenyalan dinding esofagus.
14
13,14
odinofagia yaitu rasa sakit sesaat setelah menelan makanan yang padat.
Peptik striktur atau stenosis merupakan proses akhir dari suatu tukak
seperti cincin atau berbentuk tubuler sepanjang bagian distal dari esofagus.
13,14
penyebabnya dari suatu keganasan oleh karena sering sukar dibedakan.
metaplastik atau kerusakan epitel skuamosa esofagus dan diganti oleh epitel
Pada epitel Barret akibat refluks yang lama terjadi terjadi bentuk reaksi
dan susunan jaringan yang berbeda dimana bagian distal dari mukosa Barrett
15
mengandung sel tipe lambung dengan sel parietal dan sel cif, sedangkan
basah kemerahan dalam bentuk radang ringan atau esofagitis ringan, dalam
endoskopi secara teratur bila perlu dilakukan biopsi karena epitel ini diduga
13,14
sebagai kelainan premaligna.
lainnya yaitu sekitar 2% dari semua tumor ganas. Biasanya tumor ini
Pada fase dini biasanya belum ada keluhan. Disfagia, rasa makanan
paling utama dan banyak ditemukan, pada lebih dari 90% penderita.
Tampak regurgitasi atau muntah lebih menonjol bila keadaan lebih lanjut.
Suara parau dapat terjadi bila pita suara terjadi paralisis karena kompresi saraf
13,14
limfadenopati atau hepatomegali.
II.6.6 Gastritis
proses peradangan pada lambung, yang berlangsung secara akut atau kronis.
sebagai manifestasi gejalanya adalah antara lain nyeri epigastrium, mual dan
muntah. Gastritis dibagi atas dua yaitu gastritis dengan erosi dan tanpa
13,14
erosi.
II.6.6.1 Etiologi
menjadi kronik.
17
13,14
Helicobacter pylori (H. Pylori).
endoskopik tampak sebagai erosi dan tukak multiple antrum atau lesi
13,14
hemoragik.
Tukak gaster jinak adalah gambaran bulat atau semi bulat/oval, ukuran
tukak gaster lebih banyak daripada tukak duodeni. Pada usia lanjut pemakaian
kejadian tukak gaster juga meningkat. Tukak gaster lebih besar daripada tukak
sehingga dapat terjadi perforasi. Klinis, suatu tukak adalah hilangnya epitel
superfisial atau lapisan lebih dalam dengan diameter >5mm yang dapat
13,14
diamati secara endoskopis atau radiologis.
II.6.7.1 Etiologi
13,14
pertahanan.
Dispepsia akibat tukak biasanya memiliki keluhan seperti nyeri ulu hati,
biasa muncul sesaat setelah makan, rasa sakit tukak gaster umumnya
terletak sebelah kiri dan rasa sakit tukak duodeni sebelah kanan dari garis
tengah perut. Rasa sakit bermula pada satu titik lalu akhirnya difus
19
terbakar, nyeri rasa lapar, rasa sakit yang mengganggu dan tidak
yang spesifik pada 75% adalah nyeri timbul dini hari, antara tengah
malam dan jam 3 dini hari yang dapat membangunkan pasien. Nyeri
13,14
diwaspadai sebagai perdarahan tukak.
teratur, mukosa licin dan normal disertai lipatan yang teratur keluar
suatu tukak adalah hilangnya epitel superfisial atau lapisan lebih dalam
13,14
dengan diameter >5mm.
13
kanker lambung. Sebagian kecil merupakan limfoma dan leiomeisarkoma.
adalah bentuk karsinoma lambung yang masih terbatas pada mukosa atas
diartikan penyakitnya masih dapat disembuhkan dan tidak ada sangkut pautnya
13
dengan ukuran besar/kecilnya atau lama beradanya kelainan tersebut.
perasaan nyeri atau kurang enak yang tidak menentu sifatnya seperti mual
nyeri perut dan penurunan berat badan. Tumor di kardia memberi keluhan
13,14
jalan keluar lambung.
eksudat.
12
II.7 Endoskopi
duodenoskopi yang lebih dikenal dengan nama gastroskopi adalah suatu alat yang
digunakan untuk memeriksa organ di dalam badan secara visual dengan cara
mengintip melalui alat tersebut, untuk melihat mukosa esofagus, lambung dan
dijadikan sebagai sarana diagnostic saja, namun juga sarana untuk terapi.
22
II.7.1 Tujuan
II.7.2 Indikasi
yang didapatkan.
didapatkan kelainan.
i. Tatalaksana akalasia
vascular.
oklusi koroner yang akut, payah jantung berat, keadaan koma, penderita
dengan gejala-gejala emfisema dan penyakit paru obstruktif paru yang berat.
Pada keadaan ini pemeriksaan endoskopi harus ditunda dulu sampai keadaan
13,14
penyakitnya membaik.
24
Refluks
Gastroenteroesofagus
Dispepsia Organik
Striktur Esofagus
Dispepsia
Dispepsia
Epitel Barret
Fungsional
Karsinoma Esofagus
Gastritis
Karsinoma Lambung
25
Dispepsia
Diinvestigasi
dengan Endoskopi
BAB III
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah penelitian deskriptif
retrospektif, untuk mengetahui jenis penyakit yang ditemukan melalui endoskopi pada
pasien dipspesia. Data yang digunakan merupakan data sekunder yang diambil dari
rekam medis pasien dispepsia yang menjalani pemeriksaan endoskopi di RSUD Prof. Dr.
III.3.1Populasi Penelitian
Populasi yang diambil dari penelitian ini adalah data rekam medis
26
27
fungsional
ini, yaitu :
a. Jenis Penyakit
b. Jenis Kelamin
c. Usia
d. Suku
b. Usia adalah masa hidup pasien yang dihitung sejak ia lahir sampai dengan
bentuk tahun. Dikategorikan atas usia dibawah 20 tahun, 21-30 tahun, 31-
40 tahun, 41-50 tahun, 51-60 tahun, 61-70 tahun, 71-80 tahun, 81-90 tahun
c. Jenis kelamin adalah tanda fisik yang teridentifikasi pada pasien dan
d. Suku adalah asal daerah pasien yang dimilki dan diwariskan sejak pasien
a. Alat :
b. Bahan :
Rekam Medik
29
Pembahasan
Hasil Data
30
BAB IV
menggambarkan jenis penyakit, jenis kelamin usia dan suku. Pegolahan data
Tabel IV.1
Diagnosis N %
Ca Gaster 11 13,25
Ca Esofagus 6 07,22
Berdasarkan tabel di atas, sebagian besar pasien memiliki jenis penyakit gastritis,
30
31
Tabel IV.2
Karateristik N %
Subjek
Jenis Kelamin
Pria 30 51,72
Wanita 28 48,27
Berdasarkan tabel di atas, sebagian besar pasien berjenis kelamin Pria, yaitu sebanyak
30 pria(51,72%).
Tabel IV.3
Karakteristik Subjek N %
Usia
≤20 2 03,44
21-30 6 10,34
31-40 3 05,17
41-50 16 27,58
51-60 17 29,31
61-70 7 12,06
71-80 5 08,62
81-90 1 01,72
>91 1 01,72
32
atas, sebagian besar pasien berusia di antara 51-60 tahun, yaitu sebanyak 17
pasien(29,31%).
Tabel IV.4
Karateristik N %
Subjek
Suku
Jawa 2 03,44
Timor 16 27,58
Rote 10 17,24
Sabu 12 20,68
Batak 1 01,72
Tionghoa 1 01,72
Padang 1 01,72
Bali 1 01,72
Bugis 2 03,44
Alor 5 08,62
Flores 7 12,06
atas, sebagian besar pasien bersuku timor, yaitu sebanyak 16 pasien (27,58%).
33
IV.2 Pembahasan
Sampel yang digunakan adalah data sekunder berupa rekam medik pasien
dispepsia yang telah menjalani pemeriksaan endoskopi. Data yang diambil adalah
jenis penyakit, jenis kelamin, usia dan suku pasien. Data yang didapat 58 pasien yang
adalah gastritis erosif pada 46 pasien (55,42%). Kemudian diikuti oleh Barret’s
Berdasarkan hasil terbanyak jenis penyakit yang ditemukan, gastritis dengan erosi
umumnya disebabkan oleh OAINS terutama pada pasien usia >40 dan hasil juga sesuai
dengan hasil usia pasien terbanyak yang ditemukan yaitu di atas 40 tahun yaitu di rentang
15,16
usia 51-60 tahun. Hasil yang mirip ditemukan pada penelitian oleh Citra Yuriana
Putri dkk di RSUP Dr. M. Djamil Padang didapatkan bahwa hasil endoskopi pasien
dispepsia yang paling banyak adalah gastritis (61,11%), 33 orang mengalami gastritis dari
15,16
58 pasien yang menjalani pemeriksaan endoskopi. Penelitian oleh Giovanni A.
Kaminang, dkk di di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado mendapatkan hasil gastritis
kronik sebanyak 23 pasien (38%) dari 59 pasien lebih banyak daripada diagnosis
17
penyakit lainnya. Hasil ini menunjukkan kesamaan dengan penelitian lain di beberapa
ditemukan pada pasien dispepsia yang telah menjalani pemeriksaan endoskopi. Selain
itu pasien-pasien dispepsia ada yang memiliki lebih dari satu jenis penyakit.
28 pasien (48,27%) dengan perbandingan pria dan wanita yaitu 1,875 : 1,75, dimana
Hasil yang tidak signifikan ini juga ditemukan pada penelitian Citra Yuriana Putri, dkk
15
yaitu 26 pria (48,15%) dan 28 wanita (51,85%). Selain itu penelitian oleh Giovanni A.
Kaminang, dkk juga menemukan hasil yang tidak signifikan yaitu 30 Pria (51%) dan
15
Karena itu, pemeriksaan endoskopi dianjurkan pada pasien pria usia lanjut. Selain
itu, angka gastritis kronik akibat Helicobacter pylori maupun tanpa bakteri pada usia
tua lebih banyak terjadi dibandingkan dengan usia muda. Seiring dengan
pertambahan usia, mukosa gaster menipis sehingga lebih rentan terhadap infeksi
17
bakteri Helicobacter pylori dan gangguan pada gaster.
pasien (29,31%) lalu diikuti oleh usia 41-50 tahun pada 16 pasien (27,58%). Sedangkan
pasien usia 81-90 tahun dan >91 tahun dengan jumlah paling sedikit yaitu 1 pasien
(01,72%). Hasil temuan terbanyak pada usia di atas >40 tahun menunjukkan tingginya
15
faktor agresif dan rendahnya faktor defensif. Faktor agresif pada kelompok usia >40
tahun yaitu riwayat konsumsi obat-obatan seperti OAINS, sedangkan faktor defensif
35
15
bikarbonat mukosa lambung. Penelitian oleh Giovanni A. Kaminang, dkk
menemukan hasil yang mirip, yaitu penderita usia 50-59 tahun sebanyak 18 pasien
17
(30%) lebih banyak daripada kategori usia yang lain.
Lalu berdasarkan suku pasien terbanyak ditemukan pada suku timor dengan
jumlah 16 pasien (27,58%) dan suku pasien tersedikit ditemukan pada suku batak,
tionghoa, padang dan bali yaitu masing-masing berjumlah 1 pasien (01,72%). Hal ini
terjadi karena memang Kota Kupang didominasi oleh masyarakat bersuku Timor
BAB V
V.1 Kesimpulan
pasien dispepsia yang telah menjalani pemeriksaan endoskopi di RSUD Prof. Dr. W.
(55,42%).
V.2 Saran
36
37
DAFTAR PUSTAKA
7. McQuaid KR. Dyspepsia & non ulcer dyspepsia. In: Fl^idman SC, McQuaid KR,
Grendell JH, editors. Current diagnosis & treatment in gastroenterology. Second
ed. Boston: McGraw-Hill Companies; 2003.p.342- 54.
8. TalleyNJ, Stanghellini V, Heading RC, Koch KL, Malagelada JR, Tytgat GNJ.
Functional gas-troduodenal disorders. Gut 1999;45(Suppl11): 1137-1142.
10. Otero W, Zuleta MG, Otero L. Update on approaches to patients with dyspepsia
and functional dyspepsia. Rev Col Gastroenterol. 2014;29(2):129-34. 3.
13. Setiati S, Alni I, Sudoyo AW, et al. Ilmu Penyakit Dalam. 6threv. Jakarta Pusat :
Interna Publishing, Juli 2014: p.1748-1805.
39
14. Tjokoprawiro A, Setiawan PB, Effendi C, et al. Buku ajar ilmu penyakit dalam.
nd
2 .ed. Surabaya: Airlangga University Press, 2015:p.205-07.
15. Putri CY, Arnelis, Asterina. Gambaran klinis dan endoskopi saluran cerna bagian
atas pasien dispepsia di bagian RSUP Dr. M. Djamil Padang. J Kesehatan Andalas.
2016;5(2):343-47.
16. Simadibrata MK. Pemeriksaan Endoskopi Saluran Cerna. Dalam: Sudoyo AW,
Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editor (penyunting). Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam. Edisi Ke-5. Jakarta: Internal Publishing; 2009. hlm 467-73.
17. Kaminang GA, J B, Polii WEBI. Profil endoskopi gastrointestinal di RSUP Prof.
Dr. R. D. Kandou Manado periode Januari 2016 – Agustus 2016. 2016 Des;4(2)
40
BIODATA MAHASISWA
Riwayat Pendidikan :
Lampiran 1
42
Lampiran 2
43
Lampiran 3
5 November 2018