Laporan Kasus
Stroke ec Wallenberg Syndrome
Disusun oleh:
Alamul Huda, S.Ked
NIM. FAA 113 044
Pembimbing:
dr. Hygea Talita Patrisia Toemon, Sp.S
1
2
LAPORAN KASUS
3
Identitas Pasien
◦ Nama : Ny. S
◦ Umur : 41 Tahun
◦ Jenis Kelamin : Perempuan
◦ Alamat : Jl. Usman Harun, Kotim
◦ Agama : Islam
◦ Status Pernikahan : Menikah
◦ Pekerjaan : IRT
4
ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Tersedak
5
........LANJUTAN
Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang dengan keluhan tiba-tiba tersedak dan muntah sejak 8 hari SMRS
(16/08/2019). Selain itu pasien juga mengeluh rasa baal pada sisi wajah bagian kanan sejak 3
hari SMRS. Selain itu juga pasien tiba-tiba merasa pusing berputar sejak 2 hari SMRS,
lamanya + 2 jam terus menerus dan kemudian mereda, seperti badan bergoyang terhadap
ruangan sekitar. Pusing berputar muncul spontan, tidak diperberat dengan gerakan kepala /
perubahan posisi badan, dan lebih ringan bila memejamkan mata. Pasien juga mengeluh
cegukan sejak 1 hari SMRS. Keluhan disertai dengan nafsu makan berkurang (-), telinga
berdenging (-), penurunan daya pendengaran (-).
Kemudian pasien merasakan bicara menjadi pelo, dan suara menjadi sengau. Pasien menjadi
tersedak bila minum dan makan. Besok paginya os dibawa ke RSUD Murjani Sampit, lalu
rawat inap. Pasien hanya diterapi menelan. Karena tidak ada perbaikan, pasien dirujuk ke
RSDS Palangka Raya. Keluhan disertai Bicara sengau (+), pusing berputar (+), tidak ada
lemah anggota gerak, pingsan (-), sakit kepala (-), kejang (-), mulut merot ke kanan (sudah
lama). BAB dan BAK dalam batas normal. 6
........LANJUTAN
Riwayat penyakit dahulu
7
Riwayat Penyakit Sebelumnya
Demam (-)
Riw. DM (-)
Riwayat Pekerjaan dan Sosio Ekonomi
◦ Riwayat kecanduan alkohol dan obat-obatan terlarang
disangkal.
◦ Pasien lahir secara persalinan normal, cukup bulan,
perkembangan pada masa anak-anak baik.
9
PEMERIKSAAN FISIK
Saat masuk IGD (16/07/2019)
◦ Keadaan umum : Tampak Sakit Sedang
◦ Kesadaran : GCS 15 (E4 M6 V5)
◦ Tekanan darah : 110/80 mmHg
◦ Nadi : 93x/menit, reguler, kuat angkat, isi cukup
◦ Napas : 21x/menit
◦ Suhu : 36,5 oC
10
........LANJUTAN
11
........LANJUTAN
Paru
◦Inspeksi : simetris, bentuk normal
◦Palpasi : Vocal fremitus di kedua lapang paru sama,
◦Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
◦Auskultasi : Vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Jantung
◦Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
◦Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V, 2 cm medial dari linea midklavikularis
sinistra
◦Perkusi : batas jantung kanan pada ICS V linea parasternal dextra, batas
jantung kiri pada ICSV 2 jari lateral llinea midklavikula sinistra,
◦Auskultasi : BJ 1 BJ 2 reguler, murmur (-), gallop (-)
12
........LANJUTAN
Pemeriksaan abdomen
◦ Inspeksi : Datar
◦ Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba membesar, nyeri tekan (-)
◦ Perkusi : Timpani di seluruh lapang abdomen
◦ Auskultasi : BU (+) normal
Pemeriksaan Ekstremitas
◦ Edema -/-
◦ Sianosis -/-
◦ Capillary Refill Time <2 dtk
13
Status Neurologik
A. Kesan Umum :
Kesadaran
Kualitatif: Composmentis
Kuantitatif : G C S : E4—V5—
M6
Pembicaraan
Disartri : (-)
Monoton : (-)
Scanning : (-)
Afasia Motorik : (-)
Afasia Sensorik : (-)
Afasia Amnestik : (-)
14
Rangsangan Selaput Otak
Kaku Kuduk : (-)
Laseque Test : (-)
Kernig Test : (-)
Brudzinski Tanda Leher : (-)
Brudzinski Tungkai Kontra lateral : (-)
Brudzinski Tanda Pipi : (-)
Brudzinski Tanda simpisis pubis : (-)
Saraf Otak
Nervus I KANAN KIRI
Anosmia (-) (-)
Hiposmia (-) (-)
Parosmia (-) (-)
Halusinasi (-) (-)
Nervus II KANAN KIRI
Visus 6/60 6/60
Yojana penglihatan (+) dbn (+) dbn
Melihat warna (+) (+)
Funduskopi Tidak dievaluasi 15
Nervus III , IV , VI KANAN KIRI
Kedudukan bola mata : Tengah Tengah
Pergerakan bola mata :
Ke nasal (+) (+)
Ke temporal atas (+) (+)
Ke bawah (+) (+)
Ke atas (+) (+)
Ke temporal bawah (+) (+)
Celah mata (ptosis) (-) (-)
Pupil
Bentuk Bulat Bulat
Lebar 3mm 3mm
Letak Sentral Sentral
Perbedaan lebar Isokor Isokor
RCL miosis miosis
RCTL miosis miosis
Refleks akomodasi (+) (+)
Refleks konvergensi (+) (+)
16
Nervus V KANAN KIRI
Otot masseter (+) simetris (+) simetris
Otot temporal (+) simetris (+) simetris
Otot pterygoideus int/ext (+) simetris (+) simetris
Refleks kornea langsung
Tidak di Evaluasi
Refleks kornea konsensuil
17
Nervus VIII KANAN KIRI
Vestibular
Vertigo (+) (-)
Nistagmus ke (-) (-)
Tinnitus aureum (-) (-)
Cochlear
Weber dbn dbn
Rinne dbn dbn
Schwabach dbn dbn
Tuli konduktif (-) (-)
Tuli perseptif (-) (-)
Nervus IX , X
Bagian Motorik
Suara biasa / parau / tak bersuara : Parau
Menelan : (-)
Kedudukan arcus pharynx : simetris
Kedudukan uvula : Tengah
Pergerakan arcus pharynx / uvula : Terangkat +/+
Detak jantung : Normal reguler
Bising usus : Normal
Bagian sensorik
Refleks muntah (pharynx) : (-) 18
Refleks pallatum molle : tde
NERVUS XI KANAN KIRI
Mengangkat bahu (+) (+)
Memalingkan kepala (+) (+)
NERVUS XII KANAN KIRI
Kedudukan lidah
Waktu istirahat ke Tengah Tengah
Waktu gerak ke Tengah Tengah
Atrofi (-) (-)
Fasikulasi / tremor (-) (-)
Kekuatan lidah menekan (-) asimetris (+) simetris
19
Extremitas KANAN KIRI
A. Superior
Inspeksi
Atrofi otot (-) (-)
Pseudohypertrofi (-) (-)
Palpasi
Nyeri (-) (-)
kontraktur (-) (-)
konsistensi padat kenyal padat kenyal
Perkusi
normal normal normal
reaksi myotonik (-) (-)
Lengan KANAN KIRI
M. Deltoid (abduksi lengan atas): 5 5
M. biceps (flexi lengan bawah): 5 5
M. Triceps (ekstensi lengan bawah): 5 5
Flexi sendi pergelangan tangan: 5 5
Ekstensi pergelangan tangan: 5 5
Membuka jari – jari tangan: 5 5
Menutup jari – jari tangan: 5 5 20
Tonus otot KANAN KIRI
Tonus Otot Lengan Normal Normal
Hypotoni (-) (-)
Spastik (-) (-)
Rigid (-) (-)
Rebound Phenomen (-) (-)
Refleks fisiologis
BPR (+2) (+2)
TPR (+2) (+2)
Refleks Patologis
Hoffman (-) (-)
Tromner (-) (-)
21
SENSIBILITAS KANAN KIRI
Eksteroseptik
Rasa nyeri superficial Berkurang normal
Rasa suhu tde tde
Rasa raba ringan Berkurang normal
Proprioseptik
Rasa getar tde tde
Rasa tekan normal normal
Rasa nyeri tekan normal normal
Rasa gerak dan posisi normal normal
Enteroseptik
Refered pain (-) (-)
Rasa kombinasi
Stereognosis normal normal
Barognosis normal normal
Grapestesia normal normal
Sensory extinction normal normal
Loss of body image tde tde
Two point tactile discrimination turun turun
22
Inferior KANAN KIRI
Inspeksi
Atrofi otot (-) (-)
Pseudohypertrofi (-) (-)
Palpasi
Nyeri (-) (-)
Kontraktur (-) (-)
Konsistensi padat kenyal padat kenyal
Perkusi
Normal normal normal
Reaksi myotonik (-) (-)
Tungkai KANAN KIRI
Flexi artic coxae (tungkai atas): 5 5
Extensi artic coxae (tungkai atas): 5 5
Flexi sendi lutut (tungkai bawah): 5 5
Extensi sendi lutut (tungkai bawah): 5 5
Flexi plantar kaki: 5 5
Ekxtensi dorsal kaki: 5 5
Gerakan jari-jari: 5 5
23
Tonus otot tungkai KANAN KIRI
Hypotoni (-) (-)
Spastik (-) (-)
Rigid (-) (-)
Rebound Phenomenon (-) (-)
Refleks fisiologis
KPR (+2) (+2)
APR (+2) (+2)
Refleks patologis
Babinski (-) (-) Chaddok
(-) (-)
Oppenheim (-) (-)
Gordon (-) (-)
Gonda (-) (-)
Schaffer (-) (-)
Rossolimo (-) (-)
Mendel-Bechterew (-) (-)
Stransky (-) (-)
24
SENSIBILITAS KANAN KIRI
Eksteroseptik
Rasa nyeri superficial berkurang normal
Rasa suhu tde tde
Rasa raba ringan berkurang normal
Proprioseptik
Rasa getar tde tde
Rasa tekan normal normal
Rasa nyeri tekan normal normal
Rasa gerak dan posisi normal normal
Enteroseptik
Refered pain (-) (-)
Rasa kombinasi
Stereognosis normal normal
Barognosis normal normal
Grapestesia normal normal
Sensory extinction normal normal
Loss of body image tde tde
Two point tactile discrimination normal normal
25
Badan
Inspeksi : Normal
Palpasi
Otot perut : Dalam Batas Normal
Otot pinggang : Dalam Batas Normal Motorik
Kedudukan diafragma: - gerak: simetris Gerak Cervical vertebrae
- istirahat: simetris Fleksi : Normal
Perkusi Ekstensi : Normal
thorax : sonor / sonor Rotasi : Normal
Abdomen: Timpani / timpani Lateral deviation : Normal
Auskultasi Gerakan dari tubuh
thorax : vesikuker / vesikuler Membungkuk : tde
Abdomen: Bising usus (+) Ekstensi : tde
Lateral deviation : tde
Refleks-refleks
Refleks dinding abdomen : Normal
Refleks interscapula : Normal
Refleks gluteal : Normal
26
Kolumna Vertebralis
Kelainan lokal
Skoliosis : (-)
Kifose : (-)
Kifoskoliosis : (-)
Gibbus : (-)
Nyeri tekan/ketok lokal : (-) Respon terhadap perkusi
Nyeri tekan sumbu : (-) Normal : Tidak dievaluasi
Nyeri tarik sumbu : (-) Reaksi myotonik : Tidak
Besar otot dievaluasi
Atrofi : (-)
Pseudohipertrofi: (-) Palpasi otot
Nyeri : Tidak dievaluasi
Kontraktur : Tidak dievaluasi
Konsistensi : Tidak dievaluasi
27
Gerakan-gerakan involunter
Gait dan keseimbangan
Tremor
Koordinasi
Waktu istirahat : (-)
Jari tangan-jari tangan : tidak terganggu
Waktu gerak : (-)
Jari tangan-hidung : tidak terganggu
Chorea : (-)
Ibu jari kaki-tangan : tidak terganggu
Athetose : (-)
Tumit-lutut : tidak terganggu
Myokloni : (-)
Pronasi-supinasi : tidak terganggu
Ballismus : (-)
Tapping dgn jari-jari tangan: tidak terganggu
Torsion spasme : (-)
Tapping dgn jari-jari kaki : tidak
Fasikulasi : (-)
terganggu
Myokymia : (-)
28
DIAGNOSIS
Klinis
• Stroke
Topis
• Parase N.IX, N.X, N.XII
Etiologi
• Wallenberg Syndrome
29
P eme r i k sa an L ab o r at o ri u m( 1 6 / 0 7 / 2 0 1 9 )
31
PEMBAHASAN
32
DEFINISI
Sindroma Wallenberg
atau memiliki nama
lain Sindroma medula
lateral atau Sindroma
arteri cerebelar
posterior inferior
(PICA syndrome)
merupakan suatu
penyakit dimana
pasien memiliki
gejala neurologis
yang disebabkan
karena adanya cedera
pada bagian lateral
medula di otak yang
mengakibatkan
iskemia dan nekrosis.
Sering pula disebut
disebabkan oleh
stroke pada batang
otak.
33
ETIOLOGI
DEFINITIF POSSIBLE
36
GEJALA KLINIS
Gejala klinis Struktur yang berperan
Ipsilateral
1. Nyeri, baal, kelainan sensasi pada setengah Traktus descenden dan nukleus nervus 5
wajah
2. Ataxia ekstrmitas dan jatuh pada sisi sakit Belum pasti restiform body, cerebellar
hemisphere, serat olivocerebellar dan traktus
spinocerebellar
2. Brain
Udem otak dan kejang-kejang harus dicegah dan diatasi.
3. Blood
Tekanan Darah dijaga agar tetap cukup tinggi untuk mengalirkan darah ke otak. Kadar Hb dan glukosa
harus dijaga cukup baik untuk metabolisme otak. Keseimbangan elektrolit harus dijaga.
4. Bowel
Defekasi dan nutrisi harus diperhatikan.
5. Bladder
Miksi dan balance cairan harus diperhatikan. 39
PENATALAKSANAAN LANJUTAN
40
PENATALAKSANAAN MEDIKA MENTOSA
1. Pemberian obat-obatan yang dapat memperbaiki aliran darah ke otak seperti recombinant tissue
activator plasminogen (rt-PA) tetapi hal ini bermanfaat apabila diberikan kurang dari 3 jam setelah
terjadi serangan. Fungsinya ialah untuk rekanalisasi arteri yang mengalamai oklusi. Dosis secara
intravena adalah 0,9 mg/kgBB maksimal 90 mg dengan 10 % secara bolus dalam 1 menit dan sisanya
infus drip selama 1 jam.
2. Nimodipin, dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas terutama bila diberikan dalam 12 jam
pertama.
3. Pemberian antikoagulan tidak dilakukan sampai ada hasil pemeriksaan imaging yang memastikan
bahwa tidak ada pendarahan intracranial primer. Contoh obat antikoagulan adalah heparin
4. Pemberian antiplatelet aggregasi seperti aspirin, clopidogrel, dipiridamol.
5. Pemakaian vasodilator seperti pentoksifilin tidak dianjurkan dalam terapi stroke iskemik akut.
6. Pemberian obat-obatan neuroprotektan (citicolin).
7. Pengobatan terhadap faktor-faktor resiko seperti hipertensi (menurunkan tekanan darah harus secara
bertahap), hiperglikemi atau hipoglikemi.
41
KESIMPULAN
• Telah dilaporkan seorang wanita, Ny. S berusia
41 tahun dengan keluhan utama tersedak dan
muntah sejak 8 hari SMRS. Berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang, pasien ini didiagnosis dengan stroke
ec wallenberg syndrome.
• Penatalaksanaan pada pasien ini dapat diberikan
terapi medikamentosa dan nonmedikamentosa.
• Progosis pada pasien ini dubia ad bonam.
42
DAFTAR PUSTAKA
1. Parathan KK, Kannan R, Chitrambalam P, Senthil K. A rare variant of wallenberg ‘s syndrome: opalski syndrome. J of Clin and Diag
Research. 2014. 8(7):5-6.
2. Tyagi AK, Ashish A, Lepcha A, Balraj A. Subjective visual vertical and horizontal abnormalities in a patient with lateral medullary
syndrome - a case report. Iranian J of Otorhinolaryngology. 2015. 27(1):75-80.
3. Kato S, Takikawa M, Ishihara S, Yokoyama A, Kato M. 2014. Pathologic reappraisal of Wallenberg’s syndrome: a pathologic and
analysis of literature. Yonago Acta Med. 2014. 57:1-14.
4. Saha R, Alam S, Hossain MA. Lateral medullary syndrome (wallenberg’s syndrome) - a case report. Faridpur Med Coll J. 2010. 5(1):35-
6.
5. Ueda M, Nishiyama Y, Abe A, Katayama Y. Hemorrhagic Wallenberg’s syndrome. Intern Med. 2013. 52(1):2383-4.
6. Zhang HL, Wu J, Liu P, Lei J, Liu J. Wallenberg’s syndrome caused by hemorrhage in medulla oblongata: a case report. Journal Health.
2010. 2(10):1218-
20.
7. Hyena E, Yoon TS, Han SJ. Improvement of quiet standing balance in patients with Wallenberg’s syndrome after rehabilitation. Ann
Rehabil Med 2011; 35(1): 791-7
8. Louisa DW, Dholakia N, Raymonda MJ. Wallenberg’s syndrome with associated motor weakness in a two-week-postpartum female. Case
rep neurol. 2015. 7(1):186–90.
9. Mekkaouil A, Irhoudane H, Ibrahimi A, Yousfi A. Dysphagia caused by a lateral medullary infarction syndrome (Wallenberg’s
syndrome). Pan African Med J. 2012. 12(1):92-3.
10. Kim SI, Swanson TA, Hussain NN. Underground Clinical Vignettes. Edisi ke-4. Philadelhia: Lippincott Williams & Wilkins.
2007.hlm.136-7.
11. Foley J dan Goldent C dalam Noogle CA, Dean RS, Horton AM. The Encyclopedia: Neuropsychological Disorder. Newyork: Springer.
2012.hlm.751-2.
43
12. Balami JSM, Chen RL, Buchan AM. Stroke syndromes and clinical management. Q J Med. 2013. 106(1):607–15.
TERIMA KASIH
44