TONSILITIS MEMBRANOSA
Oleh:
Muhamad Riduan
Pembimbing:
dr. NUNUN CHATRA KRISTINAE, Sp.THT – KL
Streptococus
TONSIL INFEKSI TONSILITIS atau
Staphylococus
Tonsilitis
membranosa
TINJAUAN PUSTAKA
3
Embriologi Tonsil
Tonsil
palatina
Tonsil
faringeal Tonsil
(adenoid lingual
)
Cincin
Waldeye
r
a. Tonsila Palatina
Tonsil terletak di lateral
orofaring dan dibatasi oleh:
Lateral m. konstriktor
faring superior
Anteriorm. palatoglosus
Posteriorm.
palatofaringeus
SuperiorPalatum mole
Inferior Tonsil lingual
6
Vaskularisasi Persarafan
7
b. Tonsil Faringeal (Adenoid)
• Adenoid tidak
memiliki kriptus.
• Adenoid terletak di
dinding belakang
nasofaring,
terutama
ditemukan pada
dinding atas dan
posterior
8
Tonsila lingualis
9
Fisiologi Tonsil
menangkap dan
mengumpulkan
bahan asing
dengan efektif
produksi antibody
dan sensitisasi sel
limfosit T dengan
antigen spesifik
10
TONSILITIS MEMBRANOSA
Tonsilitis difteri,
Tonsilitis septik,
Angina Plaut Vincent,
Penyakit kelainan darah seperti
leukemia akut
dan infeksi mono-nukleosis,
Tonsilitis Virus akut.
11
1. TONSILITIS DIFTERI
14
Oksigen Tatalaksana
Trakeostomi dan
tonsilektomi
dipertimbangkan
b. Antiinflamasi
Dexamethasone 0,08 – 0,3 mg/kgBB
dengan dosis maksimum 10 mg.
a. Anti Difteri Serum
(ADS) c. Antibiotik
dosis 40.000 unit atau Penisilin Prokain dengan dosis
20.000 – 100.000 unit 50.000 unit/kgBB SD IM 7 hari
tergantung usia dan Eritromisin 25-50 mg/kgBB bagi 3
keparahan dosis selama 14 hari.
Patofisiologi SBHGA
reaksi radang
17
Tatalaksana a. Kortikosteroid
Non-Medikamentosa Dexamethasone 0,6 mg/kgBB
Menjaga patensi dengan dosis maksimum 10
jalan napas mg.
Menjaga hidrasi dan
asupan nutrisi yang b. Antibiotik
adekuat antibiotik lini I
Kontrol demam dan ampicillin dan amoxicilin
nyeri selama 10 hari
c. Antipiretik Paracetamol
500 mg atau Ibuprofen 200-
400 mg.
d. Tonsilektomi
18
3. ANGINA PLAUT VINCENT
(Stomatitis Ulsero Membranosa)
sphirochaeta
higiene mulut yang kurang
50%
13%
fusibacteria defisiensi vitamin C 19
Manifestasi Klinis
Demam sampai
39˚C,
nyeri kepala,
badan lemah,
gangguan
pencernaan,
nyeri dimulut,
hipersalivasi,
gigi dan gusi Mukosa mulut dan faring hiperemis,
mudah berdarah tampak membran putih keabuan diatas tonsil,
uvula, dinding faring, gusi serta prosesus
alveolaris,
mulut berbau (foetor ex ore)
kelenjar submandibula membesar
20
1. Antibiotik spectrum luas,
Tatalaksana seperti golongan
cephalosporin : Cefixime
50-100 mg/hari.
Non-Medikamentosa
2. Antiinflamasi nonsteroid
Perbaiki hygiene
sekaligus antipiretik :
mulut
Ibuprofen 200-400
mg/hari.
3. Vitamin C dan vitamin B
kompleks
4. Tonsilektomi
21
4. Penyakit Kelainan Darah
Infeksi
Manifestasi Klinis
Pembesaran
tonsil dengan
dilapisi
membran,
petekie dalam
rongga mulut, aspirasi sumsum tulang dan pemeriksaan dara
perdarahan gusi perifer
Ulserasi gingiva
Demam ringan
23
Tatalaksana
24
B. INFEKSI
MONONUKLEOSIS
25
Manifestasi Klinis
demam,
nyeri
tenggorokan,
edema periorbital
(Hoagland’s sign),
petechiae pada
palatum,
tonsillitis erythematous
atau exudative
pembesaran kelenjar
limfe leher, ketiak, dan
regioinguinal serta
hepatosplenomegaly Sel limfosit atipical
26
Tatalaksana
27
KESIMPULAN
Tonsilitis membranosa adalah radang
akut tonsil disertai pembentukan
membran maupun mukosa atau menegakkan diagnosis dengan
pseudomembran melakukan pemeriksaan
langsung melalui kultur kuman
yang diambil dari membran
Penyakit yang termasuk dalam golongan
tersebut.
tonsillitis membranosa adalah Tonsilitis
difteri, Tonsilitis septik, Angina Plaut Terapi diberikan antiinflamasi,
Vincent, Penyakit kelainan darah antibiotik spectrum luas, serta
seperti leukemia akut dan infeksi mono- terapi simptomatik dan
nukleosis, serta Tonsilitis Virus akut dilakukan evaluasi respon
28
terapi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Soedarmo, Sumarmo S. Garna H, Hadinegoro SRS, Satari HI. Difteri. Buku ajar infeksi & pediatri tropis. 2nd ed. Jakarta : Badan Penerbit IDAI ; 2010. h. 312-20.
2. American Journal of Medicine. Acute Exudative Tonsilitis. 2017. http://amjmed.org/acuteexudativetonsillitis/ diakses pada 18 Juli 2019
3. Adams, G.L. Penyakit-penyakit Nasofaring dan Orofaring. Dalam: BOIES Buku Ajar Penyakit THT (Fundamental of Otolaryngology). Edisi Keenam. Penerbit EGC: Jakarta. 1997.
4. Soepardi E.A., et al. (eds). Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher. Edisi Keenam. Balai Penerbit FKUI: Jakarta. 2007.
5. Beth, A & Choby, Md. 2009. Diagnosis and therapy of Streptococcal Pharyngitis. American Family Physician. Volume 79. Number 5. http://www.aafp.org/afp/2009/0301/p383.pdf .Diakses pada 19 Juli 2019.
6. Shah U. Tonsillitis and Peritonsillar Abscess. 2018. https://emedicine. medscape.com/article/871977-overview#a5 .Diakses 23 Juli 2019
8. Murphy J. R., & Baron S 1996. Corynebacterium Diphtheriae Medical Microbiology. 4th edition. Galveston (TX): University of Texas Medical Branch,
9. Atout RN, Todescan S. Managing patients with necrotizing ulcerative gingivitis. J Can Dent Assoc. 2013;79:d46.
10. Herrera D, Alonso B, de Arriba L, Santa Cruz I, Serrano C, Sanz M. Acute periodontal lesions. Periodontol 2000. 2014;65:149–77.
11. Franch AM, Esteve CG, Perez, GS. Oral manifestations and dental management of patient with leukocyte alterations. J Clin Exp Dent. 2011; 3(1):e53-59.
12. Demirer S, Ozdemir H, Sencan M, Marakoglu I. Gingival Hyperplasia as an Early Diagnostic Oral Manifestation in Acute Monocytic Leukemia: A Case Report. Eur J Dent. 2007 Apr; (2):111–114.
13. Paul Lennon,Michael Crotty, John E Fenton. Infectious mononucleosis : BMJ 2015;350:h1825.
14. Baron S.Medical Microbiology. 4th edition. Chapter 67 : Adenoviruses. Galveston (TX): University of Texas Medical Branch at Galveston; 1996.
15. Badan POM Indonesia. Informatorium Obat Nasional Indonesia cetakan tahun 2017. Jakarta: Sagung Seto. 2017.
29
Terima kasih
30