Anda di halaman 1dari 6

Perbedaan ATM (Acute Transverse Myelitis) dan GBS (Guillain-Barre’ Syndrom)

Kriteria ATM GBS


Definisi Acute Transverse Myelitis merupakan kelainan GBS (Guillain-Barre’ Syndrom) adalah penyakit akut,
neurologi dikarenakan peradangan sepanjang autoimun, poliradikulopati pada sistem saraf perifer yang
medulla spinalis baik satu segmen dari medulla dipicu oleh infeksi akut sebelumnya. Dengan
spinalis yang menimbulkan gejala klinik berupa karakteristik berupa kelemahan yang selalu diawali pada
kelemahan atau gangguan motorik, gangguan tungkai bawah yang dalam waktu singkat akan menyebar
sensoris, dan disfungsi autonom. keatas hingga mencapai wajah dan otot bulbar yang
menyebabkan gangguan respirasi. Gangguan sensoris
berupa gangguan proprioseptif dan arefleksia. Pada
kasus yang berat, terjadi gangguan fungsi otonom secara
umum.
Etiologi Penyebab pasti tidak diketahui Penyebab pasti tidak diketahui
Gejala Klinis Kelemahan, gangguan sensoris, dan disfungsi Kelemahan yang selalu diawali pada tungkai bawah
autonomy. yang dalam waktu singkat akan menyebar keatas hingga
1) Gejala terjadi bisa terjadi secara progresif mencapai wajah dan oto bulbar yang menyebabkan
dalam 2 hari dan mengalami perbaikan gangguan respirasi (paralisis otot yang berkembang
setelah 6 hari. pada beberapa kasus bisa secara ascending), arefleksia dan tidak demam.
terjadi paralisis secara total/parsial dan Gangguan sensoris berupa gangguan proprioseptif dan
kehilangan sensoris pada tingkat bawah dari arefleksia. Pada kasus yang berat, terjadi gangguan
lesi. fungsi otonom secara umum.
2) Jika lesi terjadi pada daerah servikal akan
mengakibatkan paralisis respiratorik
(segmen C3,4,5 sampai diafragma).
3) Gejala klinik lain berupa nyeri tulang
belakang, retensi urin, dan kelemahan.
Kelemahan yang terjadi biasanya pada
daerah tungkai dan bersifat asimetris.
4) Refleks tendon bisa meningkat atau
menurun. Gangguan fungsi autonomy bisa
terjadi inkontinensia urin dan konstipasi.
Laboratorium Pada CSF terjadi pleositosis dan peningkatan Pada pemeriksaan cairan serebrospinal paling khas
kadar IgG dalam darah ditemukan adanya kenaikan kadar protein (1-1,5 g/dl)
tanpa diikuti kenaikan jumlah sel. Keadaan ini oleh
Guillain, 1961, disebut sebagai disosiasi sitoalbumin.
Disosiasi sitoalbuminik, yakni meningkatnya jumlah
protein tanpa disertai adanya pleositosis
Pencitraan (MRI) Pada pemeriksaan MRI dijumpai lesi hiperintens Pada pemeriksaan MRI dijumpai MRI lumbosacral akan
diffuse sepanjang spinal cord memperlihatkan penebalan pada radiks kauda equina
dengan peningkatan pada gadolinium. Adanya penebalan
radiks kauda equina mengindikasikan kerusakan pada
barier darah- saraf.

EMG (elektromiografi) dan NCV (Nerve conduction


velocity)

Perbedaan ATM (Acute Transverse Myelitis), ADEM (Acute Disseminated Encephalomyelitis), dan MS (Multiple Sclerosis)
Kriteria ATM ADEM MS
Definisi Acute Transverse Myelitis Acute disseminated Multipel sklerosis (MS) adalah suatu
merupakan kelainan neurologi encephalomyelitis (ADEM) adalah penyakit neurodegeneratif akibat
dikarenakan peradangan sepanjang penyakit demielinasi inflamasi proses demielinisasi kronik pada
medulla spinalis baik satu segmen idiopatik pada SSP yang dimediasi sistem saraf pusat yang disebabkan
dari medulla spinalis yang sistem imun dan terutama mengenai oleh peradangan autoimun. Multipel
menimbulkan gejala klinik berupa substansia alba pada otak dan sklerosis merupakan suatu penyakit
kelemahan atau gangguan motorik, medula spinalis peradangan idiopatik yang ditandai
gangguan sensoris, dan disfungsi
dengan adanya demielinisasi dan
autonom.
degenerasi pada sistem saraf pusat.
Penyakit ini menyerang jaringan
myelin otak dan medula spinalis yang
menyebabkan kerusakan myelin dan
akson. Kerusakan tersebut
selanjutnya menyebabkan terjadinya
gangguan transmisi konduksi sistem
saraf

Etiologi Penyebab pasti tidak diketahui Patogenesis ADEM dianggap berupa Penyebab pasti terjadinya penyakit
inflamasi dan demielinasi multifokal MS masih belum diketahui, namun
yang tersebar dan yang terkait sejumlah faktor diduga memiliki
dengan mekanisme autoimun di SSP peranan penting. Faktor autoimun,
genetik dan lingkungan merupakan
sejumlah faktor penting terjadinya
kondisi MS
Gejala Klinis Kelemahan, gangguan sensoris, Manifestasi neurologis dijumpai gejala klinis; gejala tersebut
dan disfungsi autonomy. mulai 3 hari hingga 4 minggu setelah meliputi : defisit sensorik, neuritis
5) Gejala terjadi bisa terjadi kejadian pencetus, yang dapat optikum, defisit motorik, gangguan
secara progresif dalam 2 hari dijumpai pada tiga perempat pasien. gait (pola berjalan) dan juga rasa
dan mengalami perbaikan Awalnya pasien mengeluhkan gejala
non spesifik seperti nyeri kepala, pegal. Kepustakaan lainnya secara
setelah 6 hari. pada beberapa lebih sederhana menyatakan MS
demam, mialgia dan malaise. Hal ini
kasus bisa terjadi paralisis pada populasi anak memiliki tiga
kemudian diikuti dengan manifestasi
secara total/parsial dan gejala pokok yang meliputi gangguan
neurologis dengan onset yang cepat,
kehilangan sensoris pada mencakup ensefalopati akut bersama penglihatan, defisit neurologis dan
tingkat bawah dari lesi. dengan triad defisit neurologis fokal gangguan mental.
6) Jika lesi terjadi pada daerah (hemiparesis, quadriparesis), ataksia,
servikal akan mengakibatkan dan perubahan status mental Gejala pada mata merupakan gejala
paralisis respiratorik (segmen (mengantuk, sopor atau koma). awal pada MS berupa penurunan
C3,4,5 sampai diafragma). Gejala dan tanda lainnya mencakup visus yang dapat sembuh sempurna,
7) Gejala klinik lain berupa nyeri keterlibatan saraf kranial,
kemudian dapat kambuh dengan
tulang belakang, retensi urin, meningismus, konvulsi, migren,
proses yang semakin progresif dan
dan kelemahan. Kelemahan mielopati, neuritis optik, afasia,
gerakan involunter dan parestesi. dapat berakhir menjadi buta; gejala
yang terjadi biasanya pada lain pada mata berupa diplopia dan
daerah tungkai dan bersifat Ensefalopati kini ditekankan sebagai
tanda kunci yang membedakan buta sebagian. Pemeriksaan pada
asimetris. mata menunjukkan adanya paresis
ADEM dan MS.
Refleks tendon bisa meningkat atau gaze, skotoma, nistagmus dan pada
menurun. Gangguan fungsi
Pada adem gangguan autonomy tidak pemeriksaan fundus papila nervus
autonomy bisa terjadi inkontinensia
terganggu. optikus ditemukan gambaran papil
urin dan konstipasi.
pucat. Defisit neurologis dapat
berupa kelumpuhan bulbar dan
anggota gerak, ataksia, gangguan
sensoris, adanya refleks patologis
dan spastisitas. Hal ini disebabkan
karena terdapatnya lesi di daerah
substansia alba pada serebrum,
serebelum, batang otak dan medulla
spinalis. Gangguan mental pada
pasien anak yang menderita MS
berupa disorientasi, euphoria dan
emosi yang tidak stabil. Semua gejala
tersebut dapat mengalami remisi;
dimana remisi tersebut bisa bersifat
sempurna tanpa meninggalkan gejala
sisa, kemudian terjadi kekambuhan
yang memberikan gejala yang lebih
berat

Laboratorium Pada CSF terjadi pleositosis dan Analisa CSS pada ADEM biasanya Pemeriksaan penunjang lain yang
peningkatan kadar IgG dalam darah normal, namun dapat menunjukkan dapat dilakukan adalah pungsi
pleositosis sedang, jarang melebihi lumbal untuk memeriksa cairan
100 sel/mm , glukosa dalam batas serebrospinal. Analisis cairan
normal, dan protein sedikit serebrospinal pasien multiple
meningkat. Analisa CSS pada MS
sclerosis dapat ditemukan cincin
jarang menunjukkan pleositosis.
oligoklonal yang tidak ditemukan
pada kondisi normal

Pencitraan Pada pemeriksaan MRI dijumpai Diagnosis ADEM ditegakkan Multipel sklerosis menyebabkan
(MRI) lesi hiperintens diffuse sepanjang berdasarkan temuan MRI berupa ditemukannya gambaran lesi
spinal cord demielinasi substansia alba yang multiple pada MRI sistem saraf
multifokal pusat.

lesi silent di 2 dari 4 regio khas MS


Lesi demielinisasi tampak hipointens yang disertai paling tidak satu lesi
pada T1 dan hiperintens pada T2 dan yang menyangat dan ataupun tidak
FLAIR. Lesi biasanya asimetris dan menyangat setelah pemberian
bervariasi dalam ukuran dan jumlah. kontras gadolinium; region khas MS
Tidak adanya keterlibatan meliputi periventrikuler,
periventrikular adalah salah satu
jukstakortikal, infratentorial dan
gambaran kunci yang membantu
membedakan ADEM dari MS. medulla spinalis.8 Pemeriksaan MRI
Beberapa penulis menyatakan bahwa konvensional memperlihatkan
lesi ADEM tidak berbatas tegas perubahan kadar air pada jaringan
seperti halnya lesi MS. Beberapa dan dinamika eksitasi proton;
gambaran ADEM yang tidak biasa sehingga pencitraan ini
pada MS adalah lesi bilateral memungkinkan visualisasi edema,
simetris, tidak terkenanya substansia inflamasi, demieliniasi dan kerusakan
alba periventrikel dan keterlibatan akson akibat dari MS. Teknik MRI
substansia grisea
konvensional ini meliputi T2-
weighted image, fast fluid-
attenuated inversion recovery (FLAIR)
dan T1-weighted image dengan atau
tanpa kontras gadolinium (Gd). Lesi
MS terlihat hiperintens pada
gambaran T2-weight image,
hipointens pada gambaran T1-
weighted image dan gambaran fokus
Gd pada pasca pemberian kontras

Anda mungkin juga menyukai