Ultrasonografi mempunyai beberapa keunggulan diantaranya tidak invasif, murah, aman diulang
untuk evaluasi rutin, dan akurat untuk menilai perubahan patologis pada pasien sirosis hepatis. telah
diketahui mempunyai hubungan yang signifikan dengan derajat fibrosis pada biopsi. Sistem skor ini
tepat memprediksi sirosis dengan sensitivitas 100%. Penelitian lain melaporkan bahwa beberapa
parameter ultrasonografi lain (asites, nodul, trombosis vena porta) berhubungan dengan beratnya
sirosis. Tujuan penelitian ini adalah mencari hubungan antara skor ultrasonografi Nishiura dan
parameter ultrasonografi lain (asites, nodul, dan trombus vena porta) dengan klasifikasi Child-Pugh,
dalam menentukan derajat sirosis hepatis. Penelitian ini merupakan studi deskriptif analitik dengan
metode cross sectional. Tigapuluh tujuh pasien sirosis hepatis diikutkan dalam penelitian, dipilih
dengan cara consequtive sampling. Sampel diklasifikasikan menjadi Child A, B, dan C berdasarkan
klasifikasi Child-Pugh. Kriteria eksklusi meliputi pasien sirosis hepatis dengan penyakit lain
diantaranya penyakit ginjal kronis, gagal jantung, malignansi, dissiminated tuberculosis, dan penyakit
lain yang memberikan gambaran patologi difus pada ultrasonografi. Ultrasonografi menggunakan alat
GE Logic S6, dengan probe berfrekuensi 3,5 MHz dan 12 MHz. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sampel sirosis hepatis terbanyak laki-laki (70,3 %) pada dekade ke-5 dan 6 (64,8 %), keluhan
terbanyak hematemesis melena (29,7%) dan asites (27%), 86,5% sampel fibrosis berat (skor
ultrasonografi Nishiura ≥6), dan terbanyak (40,5%) mempunyai klasifikasi Child B. Skor total dari
ultrasonografi berdasar Nishiura tidak berhubungan signifikan dengan klasifikasi Child-Pugh (p =
0.167), namun parameter bentuk sudut dan ekho parenkim hepar berhubungan signifikan (p = 0,044
dan 0,035). Asites merupakan parameter terkuat yang menentukan klasifikasi Child-Pugh dibanding
parameter Child-Pugh yang lain (p = 0,000, Spearman`s rho 0,808). Asites baik sedikit atau banyak
dan nodul lebih dari 2 cm dapat digunakan untuk memperkirakan Child B, sedangkan trombus vena
porta (obstruksi parsial maupun total) untuk memperkirakan Child C. Skor asites, nodul, dan trombus
vena porta berhubungan signifikan dengan beratnya derajat sirosis hepatis (p = 0,000, Spearman`s rho
= 0,731). Tidak ada hubungan signifikan antara trombus vena porta dengan skor INR/status
hiperkoagulopati (p = 0,469).
Ultrasonografi sebagai salah satu modalitas radiologi yang non-invasif telah banyak digunakan
selama beberapa dekade dalam evaluasi penyakit hati kronik. Ultrasonografi tidak mahal, akses
tersedia sampai ke tingkat pelayanan perifer dan sangat dapat diterima oleh pasien. Kemajuan
ultrasonografi saat ini telah meningkatkan akurasi diagnostik untuk penilaian fibrosis hepatitis kronik.
Sirosis hati ditegakkan dari biopsi hati atau pencitraan serta laboratorium. Skor Child Pugh dinilai
melalui parameter klinis mengenai asites dan ensefalopati serta laboratorik kadar bilirubin serum,
albumin, dan prothrombin time (PT).
Beberapa penelitian mengenai validitas dari skor ultrasonografi dalam mengevaluasi penyakit hati
kronik dikembangkan. Kombinasi multiparameter ultrasonografi menunjukkan sensitivitas dan
spesifisitas yang tinggi dibandingkan hanya satu parameter pada evaluasi progresivitas liver fibrosis
Colli dkk tahun 2003 melakukan analisis 300 kasus fibrosis berat dan sirosis pada hepatitis C kronik
menunjukkan bahwa nodularitas permukaan hati sebagai prediktor fibrosis berat mempunyai
sensitivitas 53% dan 91% spesifisitas. Nilai prediksi positif 0.77 dan nilai prediksi negative 0.78.
positif dan negatif ratio 0.58 dan 0.5. (Colli dkk, 2003)
Nishiura dkk tahun 2005 dan Nafees tahun 2011 melakukan penelitian mengevaluasi akurasi derajat
fibrosis berdasarkan tiga parameter ultrasonografi dibandingkan dengan hasil biopsi. Ultrasonografi
mempunyai beberapa keunggulan diantaranya tidak invasif, murah, aman diulang untuk evaluasi
rutin, dan akurat untuk menilai perubahan patologis pada pasien sirosis hepatis. Skor ultrasonografi
dari parameter bentuk sudut, permukaan hepar, dan ekho parenkim hepar, dengan mengkombinasikan
probe frekuensi rendah dan tinggi yang ditemukan oleh Nishiura
Sistem skor ini tepat memprediksi sirosis dengan sensitivitas 100%. (Nishiura dkk, 2005)
Gambar 11. Skor ultrasonografi untuk permukaan hati, (a) Licin dengan probe frekuensi tinggi, (b)
irreguler dengan probe frekuensi tinggi, (c) irreguler dengan probe frekuensi rendah dan (d) sangat
irreguler dengan probe frekuensi rendah. (Nishiura dkk, 2005)
Gambar 10. Skor ultrasonografi dengan parameter tip hati. (a) Tajam dengan probe frekuensi rendah,
(b) Mild blunted dengn probe frekuensi tinggi, dan (c) Bulat, dengan probe frekuensi rendah.
(Nishiura dkk, 2005)
Score 0 Score 1 Score 2 Score 3 Edge sharp mildly blunted edge blunted edge Surface smooth mildly
irregular irregular highly irreguler
Nagaraja B S1, Madhumathi R2, Sanjeet S B3, Umesh K J4, Nandish Kumar S5. ALBI and Child-
Pugh score in predicting mortality in chronic liver disease patients secondary to alcohol - A
retrospective comparative study. 2019. Asian Journal of Medical Sciences | Sep-Oct 2019 | Vol 10 |
Issue 5
Skor pugh anak dan skor MELD telah dipelajari secara luas untuk kemampuan prognostik mereka dan
telah terbukti berkinerja baik untuk memprediksi kematian pasien sirosis.
Skor AUC dari Child Pugh untuk memprediksi kematian di rumah sakit adalah 0,549 (interval
kepercayaan 95%: 0,490-0,606) (Gambar 2). Nilai cut-off terbaik dari skor Child-Pugh adalah 10,
dengan sensitivitas 76,27%, spesifisitas 34,58%, PLR 1,165 dan NLR 0,686.
Gee Young Geong 1,*, Sun Hyung Kang 2 and Chang Min Lee 3. An updated review on the
epidemiology, pathophysiology, etiology, and diagnosis of liver cirrhosis. 2019.
EPIDEMIOLOGI
Sirosis hepatis penyebab kematian ke-14 paling umum pada orang dewasa di seluruh dunia, keempat
di Eropa dan kesembilan di Amerika Serikat. Sirosis hepatis menyebabkan 1,3 juta kematian pertahun
di dunia.
Menurut data dari World Health Organization (WHO) pada tahun 2018, sirosis hepatis adalah
penyebab kematian kesembilan di negara-negara berpenghasilan rendah. Tingginya angka kematian
dikarenakan meremehkan sirosis hepatis, karena bersifat simptomatik dan tidak terdiagnosis pada
tahap awal, dan biasanya berlanjut ke tahap dekompensasi.
Rafikah Rauf1, Bachtiar Murtala1, Frans Liyadi1, Nikmatia Latief1, Luthfi Parewangi2, Idham Jaya
Ganda3. KORELASI FIBROSIS HATI BERDASARKAN ULTRASONOGRAFI DUPLEKS
DAN SERUM MARKER KING’S SCORE PADA PASIEN HEPATITIS VIRUS KRONIK. Jurnal
Radiologi Indonesia Volume 1 Nomor 2, September 2015.
Hasil penelitian ini menunjukkan korelasi signifikan dengan nilai sangat kuat berdasarkan morfologi
ultrasonografi dupleks adalah permukaan hati (r=0,92, p=0,000) dan sudut hati (r=0,827, p=0,000).
Berdasarkan parameter vaskuler korelasi signifikan dengan nilai korelasi kuat adalah indeks fibrosis
(r= 0,726, p=0,000) dan kecepatan vena porta ( r= -0,60, p=0,001). Ekhoparenkim hati (r= 0,572,
p=0,000), diameter vena hepatika (r=0,472, p=0,000) dan spektral vena hatika (r=0,567, p=0,000)
mempunyai korelasi bermakna dengan nilai korelasi sedang. Ukuran hati dan diameter vena porta
tidak mempunyai korelasi bermakna dengan serum marker King’s score.
Penelitian ini dilakukan di Bagian Radiologi RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar pada bulan
Mei sampai dengan September 2014. Sampel yang diambil sebanyak 82 orang terdiri atas 57 laki-laki
dan 25 perempuan dengan usia 20 sampai 70 tahun. Penelitian ini menggunakan rancangan cross-
sectional study. Pertama dilakukan pemeriksaan transabdominal ultrasonogarfi dupleks baik
parameter morfologi maupun vaskuler hati kemudian dilakukan penentuan stadium derajat fibrosis
berdasarkan serum marker King’s score. Data dianalisis dengan analisis statistik melalui uji korelasi
gamma, coefficient contingent dan Spearman.
Skor ultrasonografi dari parameter bentuk sudut, permukaan hepar, dan ekho parenkim hepar, dengan
mengkombinasikan probe frekuensi rendah dan tinggi yang ditemukan oleh Nishiura, telah diketahui
mempunyai hubungan yang signifikan dengan derajat fibrosis pada biopsi. Sistem skor ini tepat
memprediksi sirosis dengan sensitivitas 100%.
ISNA SUDIRMAN. Kesesuaian Gambaran Ultrasonografi Transbadominal Duplex Hepar dan Lien
serta Transient Elastography (Fibroscan) Dalam Menilai Fibrosis Hati pada Pasien Hepatitis Virus
Kronik. (dibimbing oleh Bachtiar Murtala dan Sri Asriyani)
Tip hati adalah batas inferior hati pada sudut lobus kiri yang tajam pada regio epigastrik dalam satuan
derjat
evaluasi fibrosis hati berdasarkan ultrasonografi morfologi tip (Tip hati adalah batas inferior
hati pada sudut lobus kiri yang tajam pada regio epigastrik dalam satuan derajat), permukaan
dan ekhoparenkim hati
Latar Belakang: Sirosis hati merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi,
terutama di negara-negara yang cukup maju. Sirosis merupakan penyebab kematian nomor empat
belas di dunia. Sedangkan prevalensi sirosis hati di Indonesia masih belum diketahui secara pasti.
Berdasarkan profil kesehatan DIY tahun 2008, sirosis hati berada pada urutan kesembilan penyebab
kematian tertinggi di provinsi DIY dengan prevalensi 1,87% . Biopsi merupakan baku emas dalam
menegakkan diagnosis sirosis. Tetapi biopsi bersifat infasif dan terkadang tidak mewakili dari
keseluruhan parenkim hati. Pemeriksaan biopsi juga tidak diperlukan jika dari pemeriksaan klinis,
laboratorium dan radiologi sudah mengarah pada sirosis. Pemeriksaan USG color doppler hepatic
artery resistive index ( HARI ) dan skor MELD memegang peranan penting dalam membantu
menegakkan diagnosis sirosis dan dapat membantu dalam menentukan prognosis pada pasien dengan
sirosis. Tujuan :Mengetahui korelasi antara Skor MELD terhadap peningkatan HARI pada pasien
sirosis hati. Bahan dan Cara : Penelitian ini termasuk jenis penelitian uji korelasi yang menggunakan
variabel keluaran data numerik dengan rancang penelitian cross sectional. Pengambilan sampel
dilakukan secara retrospektif di Instalasi Radiologi RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta. Subyek penelitian
adalah citra hasil USG dari pasien yang dikirim ke bagian Radiologi RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta
dengan diagnosis klinis sirosis, yang mempunyai data USG color doppler HARI dan mempunyai data
Skor MELD pada bulan Mei 2016-Mei 2017. Besar sampel penelitian berjumlah 30 sampel dengan 16
orang laki-laki dan 14 orang perempuan, dengan usia rata-rata 53,13 +- 14,163 tahunDilakukan
analisis deskriptif karakteristik subjekdan uji Spearman Correlation Coefficient untuk mengetahui
korelasi antara Skor MELD dengan HARI. Uji dihitung dengan menggunakan software SPSS 20.
Hasil : Penyebab terbanyak sirosis hati adalah hepatitis ( 63,34% ). Asites terjadi pada 53,3%, dan
hipertensi portal terjadi pada 50% kasus sirosis.Tidak terdapat perbedaan nilai rata-rata HARI pasien
sirosis hati dengan atau tanpa asites dan dengan atau tanpa hipertensi porta. Pada uji korelasi
Spearman antara Skor MELD terhadap peningkatan HARI pada pasien sirosis hati, didapatkan nilai
p>0,05. Kesimpulan: Tidak terdapat korelasi bermakna antara Skor MELD terhadap peningkatan
HARI pada pasien sirosis hati
Latar belakang: Data menunjukkan kadar cystatin C (CysC) dan indeks resistif arteri hepatik (DAY)
berhubungan dengan perkembangan penyakit hati kronis. Kami bertujuan untuk mengevaluasi
signifikansi klinis dari parameter ini dalam penilaian fibrosis pada pasien dengan sirosis hati.
Metode: Penelitian cross-sectional termasuk 63 pasien dengan sirosis hati. Kelompok kontrol yang
terdiri dari 30 orang sehat usia dan jenis kelamin yang cocok. Hasil: Kami mengonfirmasi nilai CysC
yang lebih tinggi di
pasien dengan sirosis dibandingkan dengan kelompok kontrol (p = 0,036). Nilai rata-rata DAY dalam
ujian
kelompok meningkat (0,72,0,06) dan ada perbedaan yang signifikan secara statistik dibandingkan
dengan kontrol (0,66; 0,03) (p <0,001). Kami menemukan korelasi yang signifikan secara statistik
antara HARI dan CysC pada kelompok studi. Menganalisis kemungkinan membedakan subyek sehat
dari pasien
dengan fibrosis, kami telah menemukan bahwa area di bawah kurva jauh lebih besar dalam indeks
DAY daripada CysC. Perbandingan CysC di antara Anak - tahap Pugh dan korelasi dengan model
untuk hati stadium akhir
skor penyakit (MELD) menunjukkan hasil yang signifikan secara statistik.
Kesimpulan: Kami mengkonfirmasi DAY adalah parameter yang lebih akurat daripada CysC dalam
membedakan subyek sehat dari pasien dengan fibrosis,
sementara CysC bisa menjadi indikator yang lebih baik untuk stadium sirosis hati.
Peningkatan indeks pulsatilitas (> 0,5) dapat terjadi dengan tekanan atrium kanan tinggi, yang
dapat dilihat dengan gagal jantung kanan dan regurgitasi trikuspid. Dasar shunting arterio-portal
adalah distorsi struktural yang dapat dilihat pada pasien dengan sirosis dalam kombinasi dengan aliran
vena portal terbalik dan peningkatan resistensi venular hepatik.
27. Kemal Fariz Kalista1, Cosmas Rinaldi Adithya Lesmana1, Andri Sanityoso
Sulaiman1, Rino Alvani Gani1, Irsan Hasan. Profil Klinis Pasien Sirosis Hati dengan
Varises Esofagus yang Menjalani Ligasi Varises Esofagus di Rumah Sakit Dr. Cipto
Mangunkusumo. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia | Vol. 6, No. 1 | Maret 2019.36-41.
28. Kelly, E.M.M.; Feldstein, V.A.; Parks, M.; Hudock, R.; Etheridge, D.; Peters, M.G.
An Assessment of the Clinical Accuracy of Ultrasound in Diagnosing Cirrhosis in the
Absence of Portal Hypertension. Gastroenterology & hepatology 2018, 14, 367-373.
29. Procopet, B.; Berzigotti, A. Diagnosis of cirrhosis and portal hypertension: imaging,
non-invasive markers of fibrosis and liver biopsy. Gastroenterology report 2017, 5,
79-89, doi:10.1093/gastro/gox012.
Sirosis hepatis merupakan salah satu dari penyebab kematian ketiga terbanyak penderita yang
berusia berkisar 45-46 tahun setelah penyakit kardiovaskular dan kanker. Sirosis hepatis
menduduki peringkat ketujuh penyebab kematian di dunia. Insiden sirosis hepatis di Amerika
diperkirakan 0,27 % yaitu 633.423 orang. Menurut laporan rumah sakit umum pemerintah di
Indonesia tahun 2013, rata-rata prevalensi sirosis hepatis adalah 3,5% dari seluruh pasien
yang dirawat di bangsal Penyakit Dalam. Penyebab utama sirosis hepatis adalah hepatitis B
(HBV) atau hepatitis C (HCV) di Asia Tenggara. Angka kejadian sirosis hepatis di Indonesia
Angela Lovena1,
akibat hepatitis B berkisar antara 21,2-46,9% dan hepatitis C berkisar 38,7-73,9%.
Saptino Miro2, Efrida. Karakteristik Pasien Sirosis Hepatis di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Andalas. 2017; 6(1):6-11..
Sirosis hepatis merupakan stadium lanjut dari penyakit hati kronis. Penyakit ini
ditandai dengan adanya adanya fibrosis dan nodul. Pengerasan hati yang akan menyebabkan
penurunan fungsi hati, perubahan bentuk hati, serta terjadinya penekanan pada pembuluh
darah sehingga mengganggu aliran darah vena porta yang akhirnya dapat menyebabkan
hipertensi portal. Fibrosis hati progresif menyebabkan beberapa perubahan hemodinamik
regional seperti obstruksi aliran keluar vena hepatik, perubahan resistensi arteri hepatik dan
hipertensi portal dengan peningkatan resistensi sinusoidal. Perubahan hemodinamik ini
Anish Subedee, Benu Lohani, Shashi Sharma.
memengaruhi derajat hipertensi portal dan disfungsi hati.
CORRELATION OF PORTAL VEIN PULSATILITY PATTERN AND SEVERITY OF LIVER DISEASE IN PATIENTS WITH CIRRHOSIS AND PORTAL
Diagnosis dini sirosis hati sangat penting untuk mencegah komplikasi termasuk
ensefalopati hati, perdarahan varises dan trombosis vena porta. Evaluasi pasien dengan
dugaan sirosis harus dilakukan secara bertahap, dimulai dengan anamnesis riwayat klinis
terperinci di mana faktor-faktor risiko diidentifikasi, pemeriksaan fisik dan melakukan
pemeriksaan penunjang berupa pencitraan, laboratorium, dan / atau studi histopatologis yang
Pooya Iranpour1, Chandana
memungkinkan untuk mengkonfirmasi diagnosis dan menetapkan etiologi.
Lall1, Roozbeh Houshyar1, Mohammad Helmy1, Albert Yang1, Joon-Il Choi2, Garrett Ward1, Scott C Goodwin. Altered Doppler flow patterns in cirrhosis
Gee Young Geong 1,*, Sun Hyung Kang 2 and Chang Min Lee 3. An updated review on the epidemiology, pathophysiology, etiology, and diagnosis of
ULTRASONOGRAFI DUPLEKS DAN SERUM MARKER KING’S SCORE PADA PASIEN HEPATITIS VIRUS KRONIK
Pulsatil indeks vena portal digambarkan sebagai parameter ultrasonik dupleks yang
dapat menunjukkan bentuk gelombang vena porta, di mana nilai normal Pulsatility Indeks
vena portal adalah berkisar antara 0,2 -0,5. Apabila nilai lebih dari 0,5 menandakan pulsatif
berat atau tinggi, menggambarkan adanya gangguan aliran sistolik, kelainan jantung (gagal
jantung kanan). Sedangkan pulsatility indeks yang kurang dari 0,2 menunjukkan adanya
penyakit hati kronis. Anish Subedee, Benu Lohani, Shashi Sharma. CORRELATION OF PORTAL VEIN PULSATILITY PATTERN AND
SEVERITY OF LIVER DISEASE IN PATIENTS WITH CIRRHOSIS AND PORTAL HYPERTENSION. Journal of Nobel Medical College. 2016 Vol. 2, No.1
Issue.
Dalam mengukur derajat kerusakan hati pada pasien dengan sirosis banyak penelitian
yang menggunakan Child-Pugh score, selain itu dapat pula digunakan sebagai parameter
prognostik. Skor CP berkisar antara 5-15 tergantung dari keberadaan dan keparahan asites
dan ensefalopati hepatis, pemanjangan waktu prothrombin, kadar bilirubin dan albumin
serum. Berdasarkan pada skor CP, pasien diklasifikasikan menjadi tiga kelas (Child kelas A,
B, dan C dengan skor CP masing masing 5-6, 7-9, dan 10-15). Nagaraja B S1, Madhumathi R2, Sanjeet S B3,
Umesh K J4, Nandish Kumar S5. ALBI and Child-Pugh score in predicting mortality in chronic liver disease patients secondary to alcohol - A retrospective
comparative study. 2019. Asian Journal of Medical Sciences | Sep-Oct 2019 | Vol 10 | Issue 5. Yuni Aflah Lubis,1* Zulfikar Lubis,1 Ilhamd. Analisis kadar
fetuin-A pada pasien dengan sirosis hati di RSUP Haji Adam Malik, Medan, Indonesia. Intisari Sains Medis 2019; 10(2): 384-387.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Gopalakrishnan dkk, pada tahun 2019
didapatkan hasil bahwa, sebanyak 81% pasien dalam kelompok praklinis memiliki
echogenisitas parenkim ginjal normal. Sebanyak 31% dan 70% pasien dalam subkelompok
nefropati dan gagal ginjal jelas mengalami perubahan hiperogenogenisitas (grade II) pada
parenkim ginjal. Nilai indeks resistif menunjukkan korelasi positif antara kadar kreatinin
serum (r=0.47; p<0.001) dengan echogenicity pada ginjal dengan nilai r = 0.47 dan nilai
p<0.001.10
Pada penelitian yang dilakukan oleh Vedaraju KS dkk, pada tahun 2019 didapatkan
hasil bahwa pada pasien dengan diabetes mellitus, rerata RI secara signifikan lebih tinggi
pada pasien dengan albuminuria, dibandingkan dengan pasien tanpa albuminuria. RI
memiliki hubungan yang signifikan dengan durasi penyakit (P <0,01), eGFR (P <0,01), dan
kreatinin serum (P <0,01).1
Penelitian ini dilakukan karena tidak adanya penelitian di Indonesia mengenai
hubungan skor nishiura, skor child-pugh dengan resistance/pulsatil indeks vena porta pada
pasien sirosis hepatis. Oleh karena itu, peneliti bermaksud mengetahui lebih jelas mengenai
hubungan skor nishiura, skor child-pugh dengan resistance/pulsatil indeks vena porta pada
pasien sirosis hepatis.