Anda di halaman 1dari 3

Pasien Tn.

Ch, 61 tahun, datang diantar oleh keluarga ke Instalasi Gawat Darurat


(IGD) Rumah Sakit Budhi Asih dengan keluhan Sesak nafas dirasakan sejak ± 1 minggu
smrs, sesak bertambah berat sejak ± 11 jam smrs. Sesak yang dirasakan seperti memenuhi
seluruh bagian dada. Sesak terus menerus, disertai bunyi ngik, yang bertambah bila pasien
beraktifitas, namun tidak dipengaruhi oleh perubahan posisi pasien. Sesak nafas berkurang
saat pasien minum obat. Namun 11 jam smrs keluhan tidak membaik setelah penggunaan
obat. Sesak nafas dirasakan sampai mengganggu aktivitas pasien seperti berkumpul dengan
warga (yasinan). Pasien mengatakan batuk sejak ± 4 bulan smrs, dan semakin memberat
dalam ± 2 minggu terakhir, tidak ada yang meringankan maupun memperberat keluhan.
Batuk disertai dahak berwarna putih, kental. Awalnya dahak dapat dikeluarkan, namun sejak
3 hari ini dahak sulit untuk dikeluarkan. Batuk disertai keluar darah disangkal oleh pasien.
Keluhan demam, penurunan BB, keringat pada malam haru, nyeri dada disangkal oleh pasien.
Pada tahun 2005 pasien didiagnosa TB paru dan menjalani pengobatan TB selama 1 tahun,
pasien dinyatakam sembuh. Ps menggunakan obat artovent inhaler dan seretide inhaler,
setiap kali sesak nafas. Sejak usia 13 tahun, satu hari satu bungkus, dalam 1 tahun ini pasien
berhenti merokok.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan: Kesadaran: compos mentis, Kesan sakit: tampak
sakit sedang. Tekanan darah: 146/97 mmHg, Nadi: 100 x/menit, Pernapasan: 24 x/menit,
Suhu: 36,2 C, SpO2: 94%. Pada pemeriksaan thorax: paru pada Inspeksi: Pergerakan dinding
dada simetris, pemakaian otot bantu pernafasan (-), retraksi intercostal(-), sela iga melebar
(+). Palpasi: gerak dinding simetris, vocalfremitus normal di kedua hemithoraks. Perkusi:
Hipersonor dikedua lapang paru. Auskultasi: suara nafas vesikuler +/+, ronkhi -/+ wheezing
+/+ dikedua lapang paru. pada pemeriksaan penunjang: laboratorium DBN, hasil
pemeriksaan foto thorax didapatkan kesan emfisematous. Dan hasil pemeriksaan TCM pasien
(+) TB.

Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang didapatkan
pada pasien diatas, pasien terdiagnosis dengan Asma Eksaserbasi Akut, TB Paru Relaps, HT
Stg I.

TB Paru Relaps (kambuh) Adalah penderita tuberkulosis yang sebelumnya pernah


mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap,
kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif atau biakan
positif. Bila hanya menunjukkan perubahan pada gambaran radiologik sehingga dicurigai lesi
aktif kembali, harus dipikirkan beberapa kemungkinan : Infeksi sekunder, infeksi jamur, TB
paru kambuh (relaps). Pada tahun 2005 pasien didiagnosa TB paru dan menjalani pengobatan
TB selama 1 tahun, pasien dinyatakam sembuh. Saat pasien berobat kembali dengan keluhan
sesak nafas didapatkan hasil pemeriksaan TCM pada pasien positif TB.

Faktor Tuberkulosis Paru Relapse dikarenakan adanya kuman endogen. Penderita


tuberkulosis yang sembuh dapat kambuh lagi karena adanya kuman endogen. Peradangan
tuberkulosis paru post primer yaitu basil dalam proses lama yang telah tenang oleh suatu
keadaan menjadi aktif atau adanya infeksi baru dari luar (eksogen).

1. Status gizi. Kecukupan gizi dapat berpengaruh terhadap ketahanan fisik seseorang
untuk dapat tumbuh kembang secara sehat dan tidak mudah terinfeksi oleh
berbagai penyakit termasuk tuberkulosis.

2. Penyakit lain yang memudahkan infeksi. Mereka tidak menjadi sakit karena daya
tahan tubuh mereka baik bila daya dahan tubuh menurun karena penyakit lain
seperti AIDS, Diabetes Mellitus dan beberapa penyakit lainya maka penyakit
tuberkulosis akan muncul. Kecepatan tuberculosis paru akan lebih cepat
menginfeksi atau akan memungkinkan timbulnya kembali penyakit tuberkulosis
yang sudah sembuh.

3. Paparan ulang. Kepadatan penghuni atau perumahan yang terlalu padat akan
memudahkan penularan penyakit tuberkulosis terhadap orang lain mengingat
penularan tuberkulosis yang dapat melalui percikan dahak. Semakin padat
penghuni rumah atau semakin sering terpapar maka akan semakin besar
kemungkinan terkena penyakit tuberkulosis.

4. Riwayat minum obat. Riwayat minum obat adalah tindakan yang dilakukan oleh
responden dalam pengobatan dilihat dari pernah tidaknya penderita minum obat,
meminum obat sesuai dosis yang dianjurkan selama pengobatan. Pengobatan
tuberkulosis dibagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan
(4-6 bulan). Pengobatan tahap intensif (awal) penderita mendapat obat (RHZES)
setiap hari dan diawasi secara langsung untuk mencegah terjdinya kekebalan
terhadap rifampisin. Bila saat tahap intensif tersebut diberikan secara tepat
penderita menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu. Pengobatan tahap
lanjut diberikan jangka waktu pengobatan lebih lama dan jenis obat yang sedikit
dibandingkan tahap awal (RHZ) bertujuan untuk membunuh kuman yang kurang
aktif.

Pada pasien diduga faktor risikonya berasal dari paparan ulang dari tetangga pasien
yang dalam pengobatan TB. Dan didaerah rumah pasien termasuk kedalam daerah yang padat
penduduk. Karena kepadatan penghuni atau perumahan yang terlalu padat akan memudahkan
penularan penyakit tuberkulosis terhadap orang lain mengingat penularan tuberkulosis yang
dapat melalui percikan dahak. Semakin padat penghuni rumah atau semakin sering terpapar
maka akan semakin besar kemungkinan terkena penyakit tuberkulosis.

Diagnosis tuberkulosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinik, pemeriksaan


fisik/jasmani, pemeriksaan bakteriologik, radiologik dan pemeriksaan penunjang lainnya.
Gejala klinik tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala respiratorik (atau
gejala organ yang terlibat) dan gejala sistemik. Gejala respiratorik : batuk ≥ 3 minggu, batuk
darah, sesak napas, nyeri dada. Gejala respiratorik ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada
gejala sampai gejala yang cukup berat tergantung dari luas lesi. Batuk yang pertama terjadi
karena iritasi bronkus, dan selanjutnya batuk diperlukan untuk membuang dahak ke luar.
Gejala sistemik: Demam, malaise, keringat malam, anoreksia, berat badan menurun.
Pemeriksaan Fisik pada kasus tuberkulosis paru, kelainan yang didapat tergantung luas
kelainan struktur paru. Kelainan paru pada umumnya terletak di daerah lobus superior
terutama daerah apex dan segmen posterior, serta daerah apex lobus inferior. Pada
pemeriksaan fisik dapat ditemukan antara lain suara napas bronkial, amforik, suara napas
melemah, ronki basah, tanda-tanda penarikan paru, diafragma & mediastinum. Pada pasien
didapatkan ronki basah kasar pada pemeriksaan thorax.

Pada TB paru kasus kambuh minimal menggunakan 4 macam OAT pada fase intensif
selama 3 bulan (bila ada hasil uji resistensi dapat diberikan obat sesuai hasil uji resistensi).
Lama pengobatan fase lanjutan 6 bulan atau lebih lama dari pengobatan sebelumnya,
sehingga paduan obat yang diberikan: 3 RHZE / 6 RH. Bila tidak ada / tidak dilakukan uji
resistensi, maka alternatif diberikan paduan obat : 2 RHZES/1 RHZE/5 R3H3E3 (Program
P2TB)

Anda mungkin juga menyukai