Disusun oleh:
Salim AL-Katiri
030.15.157
Pembimbing:
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit
Dalam RSUD Budhi Asih periode 25 Maret – 31 Mei 2019
Disusun oleh:
Salim AL-Katiri
03.015.157
Telah diterima dan disetujui oleh dr. Afifah Is, Sp.PD selaku pembimbing Kepaniteraan Klinik
Ilmu Penyakit Dalam RSUD Budhi Asih
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena berkat ridha-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini yang berjudul “Suspect
Urosepsis, Syok Sepsis, Anemia, AKI dd acute on CKD, Retensio Urin ec Suspect
BPH” dengan sebaik-baiknya. Laporan kasus ini dibuat untuk memenuhi tugas
Kepaniteraan Klinik Stase Ilmu Penyakit Dalam di RSUD Budhi Asih periode 25
Maret – 31 Mei 2019. Dalam menyelesaikan laporan kasus, penulis mendapatkan
bantuan dan bimbingan, untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
Salim AL-Katiri
030.15.157
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............ ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................. 1
2.2 Anamnesis............................................................................................................. 3
2.10Prognosis.....................................................................................................14
3.1 Definisi.............................................................................................................. 21
3.2 Epidemiologi...................................................................................................... 21
3.3 Etiologi....................................................................................................... 22
ii
3.4 Patofisiologi .................. 23
3.5 Diagnosis........................................................................................................... 24
3.7 Prognosis......................................................................................................34
BAB IV PEMBAHASAN.......................................................................................... 35
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Menurut definisi terbaru, sepsis ditandai dengan dugaan atau bukti adanya
infeksi ditambah tanda-tanda klinis dan temuan laboratorium yang menunjukkan
adanya disfungsi organ (berdasarkan skor SOFA/Sequential Organ Failure
Assessment) oleh karena adanya respon imun terhadap infeksi tersebut. Jantung,
hati, paru-paru dan ginjal adalah organ yang sering terkena selama proses ini. AKI
sebagai salah satu komplikasi sepsis yang paling sering, dianggap sebagai
masalah yang penting dalam praktek klinis dan terutama pada pasien rawat inap
yang dirawat di ICU, oleh karena angka mortalitas yang tetap tinggi secara
signifikan.
1
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 IDENTITAS
Nama : Tn. B
No. RM : 01001236
Agama : Islam
2
2.2 ANAMNESIS
Riwayat Penyakit Sesak nafas sejak ± 3 hari SMRS, sesak nafas dirasakan
Sekarang semakin memberat, keluhan muncul saat pasien berkerja
maupun saat istirahat. Keluhan batuk, pilek, berkeringat
malam, suara bunyi ngik, nyeri dada disangkal oleh pasien.
Keluhan sesak nafas disertai dengan demam sejak ± 3 hari
SMRS, demam dirasakan sepanjang hari tinggi terus
menerus tanpa periode naik turun. Pasien juga merasakan
lemas dan mudah merasa lelah sejak 2 hari SMRS. Demam
disertai menggigil terutama pada malam hari. Keluhan
seperti muncul ruam pada kulit, mimisan, gusi berdarah,
nyeri kepala, penurunan nafsu makan, mual, muntah
disangkal oleh pasien. Sejak 2 tahun SMRS, pasien
mengatakan sulit BAK, pancaran kurang jauh, menetes,
pasien juga merasa bila kencing kurang lampias, mengedan,
dan apabila ingin BAK tidak bisa ditahan. Pasien juga
mengatakan nyeri saat BAK dan terasa seperti terbakar.1
minggu SMRS pasien merasakan tidak bisa BAK, keluhan
disertai dengan perut dirasakan semakin membesar dan
terasa nyeri pada perut bagian bawah. BAK berpasir (-),
berdarah (-), nanah (-), nyeri pada pinggang (-).
Riwayat Penyakit Riwayat operasi nefrolitiasis ± 3 tahun yang lalu, alergi
Dahulu obat/makanan (-), HT(-), Asma (-), Penyakit jantung (-).
Riwayat Berobat puskesmas, diberi obat penurun panas dan
Pengobatan penghilang rasa nyeri namun keluhan tidak berkurang.
Riwayat Merokok selama 8 tahun, 1 bungkus/hari. Sudah berhenti
Kebiasaan sejak tahun 2003 sampai dengan sekarang.
3
Kebiasaan minum jamu pegal linu 1 bulan sekali.
Kebiasaan meminum alkohol disangkal.
4
Auskultasi: suara nafas vesikuler +/+, ronkhi -/- mengi -/-
Jantung:
Inspeksi: pulsasi ictus cordis tidak tampak
Palpasi: thrill (-), ictus cordis tidak teraba
Perkusi: batas paru hepar dan batas paru lambung dalam batas
normal
Auskultasi: bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen Inspeksi: ikterik (-), hiperemis (-), spider nevi (-), bucit (+)
benjolan (-), jejas (-)
Auskultasi: bising usus (+), arterial bruit (-)
Palpasi: Defans muscular (-) nyeri tekan epigastrium (-), nyeri
tekan (+) di region suprapubik, teraba perbesaran di regio
suprapubic, undulasi (-), murphy sign (-), hepatomegali (-),
splenomegali (-)
Perkusi: timpani pada semua regio, shifting dullness (-)
Ekstremitas Ekstremitas Atas:
Simetris kanan dan kiri, deformitas -/-, CRT < 2 detik, akral
hangat +/+, edema -/-, clubbing finger (-), flapping tremor (-/-),
ptekie (-), kuku putih (-/-), papul (-) vesikel (-)
Ekstremitas Bawah:
Simetris kanan dan kiri, deformitas -/-, CRT <2 detik,akral hangat
(+/+), edema (-/-), ptekie (-), jejas (-/-), papul (-) vesikel (-)
Genital Sirkumsisi (+), Ulkus (-), rash (-), secret (-), massa (-)
5
MCV 20.3* fL 80-100
MCH 35.8 Pg 26-34
MCHC 14.8* g/dL 32-36
ANALISA GAS DARAH
pH 7,48* 7,35-7,45
pCO2 16* mmHg 35-45
pO2 172* mmHg 80-100
Bikarbonat (HCO3) 12* mmol/L 21-28
Total CO2 13* mmol/L 23-27
Saturasi O2 98 % 95-100
Kelebihan basa (BE) -9,2 mEq/L -2,5-2,5
(4 Juli 2019) URINE LENGKAP
Hasil Satuan Nilai Normal
Warna Kuning Kuning
Kejernihan Keruh* Jernih
Glukosa Negatif Negatif
Bilirubin 15.1 g/dL 13.2-17.3
Keton Negatif Negatif
pH 5,5 4,6-8
Berat jenis 1,010 1,005-1,030
Albumin urine 1+* Negatif
Urobilinogen 0,2 E.U./dL 0,1-1
Nitrit Negatif Negatif
Darah 2+* Negatif
Esterase lekosit 3+* Negatif
Sedimen Urine
Leukosit Banyak* /LPB <5
Eritrosit 15-20* /LPB <2
Epitel Positif /LPB Positif
Silinder Negatif /LPK Negatif
Kristal Negatif Negatif
Bakteri Negatif Negatif
Jamur Negatif /LPB Negatif
6
METABOLISME KARBOHIDRAT
Glukosa Darah Cito 70 mg/dL 70-110
GINJAL
ELEKTROLIT
7
- Kontrol
- Pasien
Masa Tromboplastin
(APPT)
Kontrol 33,5
Pasien 108,9 Detik 20-40
ANALISA GAS DARAH
pH 7,42 7,35-7,45
pCO2 37 mmHg 35-45
pO2 118 mmHg 80-100
HATI
ELEKTROLIT
Natrium (Na) 141 mmol/L 135-155
8
Kalium (K) 4,0 mmol/L 3,6-5,5
Klorida (Cl) 108 mmol/L 98-100
IMUNOSEROLOGI
Anti HIV
Sceening/Rapid test Non Reaktif Non Reaktif
Hepatitis
HbsAG Kualitatif Non Reaktif Non Reaktif
Hepatitis A Profile
Anti HAV IgM 0,01 <0,4 Negatif
>0,5 Positif
Hepatitis C
Anti HCV Non Reaktif Non Reaktif
2.5 PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
- Cefoperazone 1 gr 2 x 1 (IV)
- Ketorolac 1 x 30 mg (k/p)
9
- Avodart 1 x 0,5 mg (PO)
- PRC 500 cc
- NRM 6 L/m
Tindakan:
2.6 RINGKASAN
10
2.7. DAFTAR MASALAH
11
(Sepsis e.c. Infeksi Demam sejak 3 hari SMRS, demam terus
Saluran Kemih) menerus sepanjang hari. Nyeri saat
berkemih, terasa seperti terbakar.
+ Syok sepsis
- Kriteria SIRS 2 dari 4 :
12
BAK 1 minggu)
- Pemeriksaan fisik
13
1. Urosepsis Urinalisis - IVFD Nacl 0,9 % 300 - Observasi - Asupan Gizi
(Sepsis e.c. Kultur Urin cc 10 tpm keluhan utama cukup
Infeksi Saluran Darah Rutin -Cefoperazone 1 gr 2 x 1 - Observasi - Tirah baring
Kemih) USG Abdomen (IV) tanda-tanda
+ Syok sepsis - Paracetamol 3 x 500 mg vital
(PO) - Urinalisis
- NRM 6 L/m - Kultur Urin
14
terasa nyeri, nyeri pinggang (-), mual (-), muntah (-), Demam (-)
O KU : TSS Hasil Lab: (4 juli 2019)
Kesadaran : CM Leukosit 38.6 ribu, trombosit 121
TD : 140/80 mmHg ribu, Hb 7,3, Ht 20,
HR : 68x/menit Ureum 187, kreatinin 5.00,
RR : 21x/menit Na 134, K 4,4, HCO3 12, Po2
T: 36,9°C 122,pCo2 16
Sp02 : 98% Urinalisa: keruh, albumin urine
1+,nitrit 2+, darah 3+, lekosit
Status generalis: Conjungtiva anemis+/+, banyak/LPB.
Abdomen: nyeri tekan (+) di region
suprapubik, teraba perbesaran di regio
suprapubik (-)
A 1. Suspek Urosepsis + syoksepsis
2. Anemia
3. AKI dd acute on CKD
4. Rentensio urine ec Suspek BPH
P - Cefoperazone 1 gr 3 x 1 (IV)
- Paracetamol 3 x 500 mg (PO) (K/P)
- Ketorolac 1 x 30 mg (k/p)
- Harnal 0,4 mg 1 x 1 (PO)
- Avodart 1 x 0,5 mg (PO)
- DC
15
Hari ke-2 di RS (6 Juli 2019)
S Sesak nafas berkurang, pusing berdenyut, nyeri dikemaluan karena selang
kencing. Nyeri perut bawah (+).lemas (-), Demam (-), mual (-), muntah (-)
O KU : TSS Hasil Lab:
Kesadaran : CM Leukosit 60,3 ribu
TD : 110/65 mmHg Hb 8,7 g/dL
HR : 75x/menit Ht 23%
RR : 22x/menit Trombosit 123 ribu
T: 36.5°C MCV 60,1
Sp02 : 98% MCH 22,5
MCHC 37,5
Status generalis: CA -/- SI -/- Ureum 211 mg/dL
Abdomen: nyeri tekan (+) di region Kreatinin 1.70 mg/dL
suprapubik, teraba perbesaran di regio
suprapubik (-)
A 1. Suspek Urosepsis + syoksepsis
2. Anemia
3. AKI dd acute on CKD
4. Rentensio urine ec Suspek BPH
P - Cefoperazone 1 gr 2 x 1 (IV)
- Paracetamol 3 x 500 mg (PO) (K/P)
- Ketorolac 1 x 30 mg (k/p)
- Harnal 0,4 mg 1 x 1 (PO)
- Avodart 1 x 0,5 mg (PO)
- DC
16
Hari ke-3 di RS (8 Juli 2019)
S Sesak nafas (-), demam (-), nyeri pada perut bagian bawah (-), gatal diseluruh
badan, BAB hitam, cair 3 kali per hari.
O KU : TSS Hasil Lab: (7 juli 2019)
Kesadaran : CM Leukosit 21,6 ribu
TD : 137/80 mmHg Eritrosit 3,3
HR : 90x/menit Hb 8,1
RR : 20x/menit Ht 25%
T: 36.5°C Trombosit 120
Sp02 : 98% MCV 63,4
MCH 23,3
Status generalis: CA -/- SI -/- MCHC 36,7
ABD: Nt(-), BU (+) Ureum 211
Kreatinin 1,7
A 1. Sepsis + ISK
2. Anemia
3. AKI dd acute on CKD
4. Vesicolithiasis
P - Cefoperazone 1 gr 3 x 1 (IV)
- Ketorolac 1 x 30 mg (k/p)
- Harnal 0,4 mg 1 x 1 (PO)
- Avodart 1 x 0,5 mg (PO)
- Sucralfat 3x1
- Bicnat 3x1
- DC
17
Hari ke-4 di RS (9 Juli 2019)
S Sesak nafas (-), demam (-), nyeri pada perut bagian bawah (-), batuk berdahak,
badan terasa sakit.
O KU : TSS Hasil Lab:
Kesadaran : CM Leukosit 23,4 ribu
TD : 95/50 mmHg Eritrosit 2,1
HR : 85x/menit Hb 5
RR : 20x/menit Ht 14%
T: 36.5°C MCV 64,5
Sp02 : 98% MCH 23,7
MCHC 36,8
Status generalis: CA +/+ SI -/- Ureum 121
ABD: Nt(-), BU (+) Kreatinin 1,15
Urinalisa: keruh, nitrit +, darah
1+, esterase lekosit +2, leukosit
banyak
A 1. Sepsis + ISK
2. Anemia
3. AKI dd acute on CKD
4. Vesicolithiasis
P - Cefoperazone 1 gr 3 x 1 (IV)
- Ketorolac 1 x 30 mg (k/p)
- Harnal 0,4 mg 1 x 1 (PO)
- Avodart 1 x 0,5 mg (PO)
- Sucralfat 3x1
- DC
18
O KU : TSS Hasil Lab: (9 juli 2019)
Kesadaran : CM Leukosit 17,1 ribu
TD : 105/65 mmHg Eritrosit 2,8
HR : 80x/menit Hb 7,1
RR : 20x/menit Ht 20%
T: 36.6°C MCV 70,2
Sp02 : 99% MCH 25,2
19
Hari ke-6 di RS (11 Juli2019)
S Keluhan -
O KU : TSS Hasil Lab:
Kesadaran : CM Leukosit 9 ribu
TD : 110/70 mmHg Hb 10,7
HR : 80x/menit Ht 29%
RR : 20x/menit MCV 74
T: 36.7°C MCH 36,5
Sp02 : 99% Ur: 52
Cr: 1,06
Status generalis: CA -/- SI -/-
ABD: Nt(-), BU (+)
A 1. Sepsis
2. Anemia
3. AKI dd acute on CKD
4. Vesicolithiasis
P - Inj. Cefoperazone 1 gr 3 x 1 (IV)
- Inj. Ketorolac 1 x 30 mg (k/p)
- Sucralfat 3x1
- Omeprazole 2x40 Mg (IV)
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
20
3.1. Definisi
Urosepsis adalah reaksi sistemik dari tubuh untuk infeksi bakteri pada
organ urogenital. Septik syok didefinisikan sebagai keadaan sepsis dimana
abnormalitas sirkulasi dan selular/ metabolik yang terjadi dapat menyebabkan
kematian secara signifikan. Istilah Sepsis menurut konsensus terbaru adalah
keadaan disfungsi organ yang mengancam jiwa yang disebabkan karena
disregulasi respon tubuh terhadap infeksi. Disfungsi organ didiagnosis apabila
peningkatan skor Sequential Organ Failure Assessment (SOFA) ≥ 2.3
3.2. Epidemiologi
21
usia, kondisi ini menunjukkan bahwa jumlah kasus akan meningkat di masa
mendatang.2
Sepsis berat adalah pemicu terjadinya 50% kasus acute kidney injury
(AKI) pada pasien kritis. Beberapa laporan dunia menunjukkan insiden AKI yang
bervariasi antara 0,5-0,9% pada komunitas, 0,718% pada pasien yang dirawat di
rumah sakit, 20% pada pasien yang dirawat di ICU, dengan angka kematian yang
dilaporkan berkisar 25-80%. Oleh karena itu sepsis dan AKI akan sering
diobservasi pada pasien dengan penyakit kritis di ICU. Selain itu, sepsis dan AKI
secara sinergis meningkatkan mortalitas pada pasien ICU.2
Meskipun pada pasien dengan infeksi yang tidak terlalu parah, insiden
AKI tetap terjadi sebanyak 16%-25%. AKI akibat sepsis memiliki hubungan
dengan angka mortalitas 50%-60% tergantung tingkat keparahannya. AKI akibat
sepsis ditandai dengan penurunan kemampuan filtrasi dan eliminasi hasil
metabolisme nitrogen yang terjadi secara progresif, biasanya terjadi selama
beberapa jam sampai beberapa hari setelah onset sepsis.2,3
3.3. Etiologi
- E. coli (52%)
- Proteus spp.
- Enterobacter spp.
- Klebsiella spp.
- P. aeruginosa
- Bakteri Gram positif, seperti enterococci (5%).
Pasien dengan risiko sepsis lebih mungkin muncul bakteremia sebagai
komplikasi dari infeksi saluran kemih. Obstructive Uropathy merupakan
penyebab 78% kasus urosepsis. Dalam satu penelitian yang melibatkan 205 kasus
urosepsis, 43% kasus disebabkan urolithiasis, 25% oleh adenoma prostat, 18%
oleh kanker urologi, dan 14% oleh kasus urologi lain.4
22
3.4. Patofisiologi
Oleh karena ginjal menerima sebagian besar curah jantung dan menyaring
volume plasma dalam jumlah banyak setiap jam, sehingga tubulus pada pasien
sepsis terpapar dengan DAMPs, PAMPs, ROS dan RNS secara terus menerus.
Kondisi ini mengancam kerusakan nefron atau stres pada tingkat seluler.
Mekanisme sitoprotektif meliputi kemampuan untuk mengurangi kebutuhan
energi dan pengunaannya, membatasi pembentukan ROS, menghilangkan organel
disfungsional, dan mengatur kematian sel. Sel tubulus yang mengalami stress
dapat menghentikan siklus sel/cell-cycle arrest, yang dapat menghentikan
pembelahan sel normal dan menghemat energi sampai stimulus yang merugikan
berkurang.2
23
Gambar 1. Respon Ginjal Terhadap Sepsis.2
3.5. Diagnosis
Diagnosis cepat penting untuk memulai terapi awal untuk mencapai tujuan
kriteria penentu diagnosa sepsis. Harus dicari juga gejala dan tanda-tanda yang
mengarah pada penyebab infeksi: nyeri punggung yang bisa menyebar atau tidak,
nyeri kostovertebral, disuria, nyeri saat kencing, retensi urin, dan penyakit
24
Pada pemeriksaan fisik, Denyut jantung, tekanan darah , laju pernapasan ,
urin , dan kesadaran adalah parameter penting untuk menilai prognosis dan untuk
tidak rata menunjukkan abses prostat) dan palpasi testis (kelembutan, kehangatan,
fibrinogen, CRP , tes hati, kreatinin dan ureum, analisa gas darah. Procalcitonin
bisa diperiksa sebagai penanda untuk sepsis. Tergantung tempat infeksi : kultur
urin, nanah dari abses, dahak , tinja, cairan luka, cairan serebrospinal bisa
rontgen dada. Tergantung pada situasi klinis pencitraan lebih lanjut seperti CCT
pneumonia, atelektasis, dan efusi. Tergantung pada situasi klinis, USG ginjal dapat
dapat digunakan untuk menetapkan ada atau tidak adanya batu ureter. 4,7
25
Tabel 1. Kriteria untuk SIRS, Sepsis, Sepsis Berat, Syok septik berdasarkan
Konsensus Konfrensi ACCP/SCCM 1991.3
26
Tabel 2. Skor SOFA.3
Penggunaan skor SOFA dalam uji klinis sudah umum dilakukan dan
merupakan komponen rutin pengumpulan data untuk uji klinis di unit perawatan
intensif (ICU). Namun, kompleksitas metode, kurangnya data yang diperlukan
untuk banyak pasien, dan kekhawatiran bahwa hal itu dapat mengakibatkan
identifikasi terlambat relatif terhadap metode lain meningkatkan kemungkinan
bahwa penggunaannya sesuai dengan metode Sepsis-3 mungkin terbukti tidak
praktis dalam praktek klinis. Menyadari keterbatasan praktis ini, task force
SCCM/ESICM 2016 menggambarkan metode yang disederhanakan yang disebut
27
"quickSOFA" untuk memfasilitasi identifikasi yang lebih mudah dari pasien yang
berpotensi berisiko meninggal akibat sepsis.8
Selain dengan menggunakan skor SOFA, pasien dengan curiga adanya infeksi
yang diprediksi menjalani perawatan di ICU dalam jangka waktu lama atau
diprediksi meninggal di rumah sakit dapat secara cepat diidentifikasi dengan
quick SOFA (qSOFA), yang terdiri dari tiga komponen yang masing-masing
dialokasikan satu poin. Skor qSOFA ≥2 poin menunjukkan disfungsi organ.3
28
Gambar 2. Definisi AKI dengan kriteria RIFLE8
29
Tabel 5. Definisi kriteria KDIGO dan klasifikasi AKI.8
3.6. Penatalaksanaan
30
dukungan hemodinamik, pemberian antibiotik awal, kontrol sumber infeksi,
diagnosis (kultur dan pemeriksaan radiologi), tata laksana suportif (ventilasi,
dialisis, transfusi) dan pencegahan infeksi.4,8
31
Gambar 3. Terapi antibiotik sesuai dengan penyebab yang mendasarinya.7
32
-
Jika mungkin, diidentifikasi jenis bakteri yang menginfeksi sebelum
g/hari, atau ceftriaxone, 2×2 g pada hari ke 1, kemudian 1×2 g/ hari, ditambah
jam dan kemudian diubah menjadi obat oral. Membuat penyesuaian yang
33
tepat ketika hasil sensitivitas yang tersedia dari kultur urin (yang mungkin
3.7. Prognosis
34
BAB IV
PEMBAHASAN
35
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan serta hasil dari
pemeriksaan penunjang, dapat dilihat bahwa pasien ini mendapatkan tanda dan
gejala dari Urosepsis dan Syok sepsis. Urosepsis adalah sepsis yang berasal dari
infeksi saluran urinaria. Sepsis sendiri adalah SIRS ditambah sumber infeksi yang
diketahui. Pada kasus ini bisa dilihat pasien mengalami infeksi saluran kemih.
Diagnosa ini bisa dilihat dari adanya nyeri saat BAK dan seperti rasa terbakar,
nyeri suprapubic, peningkatan frekuensi. Keluhan utama sesak nafas
kemungkinan bisa dikarenakan alkalosis respiratorik, dapat dilihat dari hasil
pemeriksaan penunjan analisa gas darah pH 7,48 (meningkat), pCO2 16 (turun),
pO2 172 (meningkat), Bikarbonat (HCO3) 12 (turun), Total CO2 13 (turun).
Untuk menegakkan diagnose ISK, perlu dilakukan kultur urin. Pasien dikatakan
ISK jika terdapat bakteriuri dengan jumlah >105/ml urin.4,5
36
adalah bateri Enterobacter dengan bakteri tersering adalah : E. coli (52%);
Proteus spp.; Enterobacter spp.; Klebsiella spp.; P. Aeruginosa. Faktor risiko
yang terdapat pada kasus ini adalah usia lanjut, adanya obstruksi saluran kemih
berupa BPH pada pemeriksaan USG, dan infeksi nosokomial karena pemasangan
kateter.4
37
poten seperti IL-1β dan IL-18, dan dapat memicu kematian sel terprogram oleh
inflamasi yang akan membuat rupturnya membran plasma, yang dinamakan
pyroptosis.8
38
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
39
40
41
1