Anda di halaman 1dari 40

Rapidly Progressive

Glomerulonephritis (RPGN)
Pembimbing:
dr. Maria Riastuti I, Sp. PD-KGH

Disusun oleh:
Jane Chaterine Anggrawan - 2014.061.096
Jane Nathania Yusuf - 2014.061.097
Kristian Dernitra - 2014.061.098

Bab I: Pendahuluan

Latar Belakang
Sekumpulan penyakit ginjal mengancam nyawa
Kasus emergensi prognosis buruk tatalaksana yang tepat
Penurunan fungsi ginjal secara akut dan cepat
Etiologi:
Primer glomerulonefritis dengan antibodi yang menyerang
membrana basalis glomerulus (GBM), immune-complex
induced glomerulonefritis, glomerulonefritis yang berasosiasi
dengan anti-neutrophil cytoplasmic antibody (ANCA)
Sekunder glomerulonefritis membranoproloferatif, nefropati
IgA, glomerulonefritis paska infeksi, dan systemic lupus
erythematous (SLE)

Rumusan Masalah
Bagaimana anatomi dan fisiologi dari ginjal?
Apa itu RPGN?
Bagaimana klasifikasi dari RPGN?
Apa saja penyebab dari RPGN?
Apa saja etiologi, faktor risiko, patofisiologi, manifestasi klinis,
diagnosis, tatalaksana, serta prognosis dari masing-masing
penyebab RPGN?

Tujuan dan Manfaat


Tujuan
Umum Mengetahui dan mengerti tentang anatomi dan
fisiologi ginjal, serta RPGN
Khusus Mengetahui anatomi dan fisiologi ginjal; definisi dan
klasifikasi RPGN; etiologi, faktor risiko, patofisiologi,
manifestasi klinis, diagnosis, tatalaksana, serta prognosis dari
masing-masing penyebab RPGN
Manfaat: Sebagai referensi dan informasi mengenai RPGN
sehingga dapat menambah wawasan penulis dan pembaca
tentang RPGN.

Bab II: Tinjauan


Pustaka

Ginjal: Anatomi

Ginjal: Fisiologi
Fungsi dari nefron terbagi
menjadi tiga komponen yaitu
vaskular, tubular, dan
kombinasi
Proses ginjal terbagi menjadi
filtrasi glomerulus,
reabsorbsi tubular, dan
sekresi tubular

Klasifikasi
RPGN: Definisi
dan
Klasifikasi
Primer
Definisi sindroma
yang memiliki gejala
klinis hematuria,
proteinuria, anemia,
GGA yang
memburuk secara
cepat, & penemuan
lesi crescentic
secara mikroskopik;
ditandai oleh
penurunan fungsi
ginjal (GFR)
sebanyak 50%

Tipe I: glomerulonefritis dengan antibodi


yang menyerang GBM
Tipe II: immune-complex induced
glomerulonefritis
Tipe III: glomerulonefritis yang berasosiasi
dengan ANCA
Sekunder: glomerulonefritis
membranoproloferatif, nefropati IgA,
glomerulonefritis paska infeksi, dan
systemic lupus erythematous (SLE) yang
juga ditemukan RPGN tipe II

RPGN: Lupus
Nefritis (LN)

LN: Epidemiologi
Prevalensi dari SLE di Amerika Serikat sejumlah 20 sampai 150
dari 100.000 penduduk wanita pada populasi umum.
Di Indonesia (2002) pada RSCM Jakarta, didapatkan 1,4% kasus
SLE dari total kunjungan pasien dipoliklinik Reumatologi
Penyakit Dalam. RS Hasan Sadikin Bandung terdapat 291 pasien
SLE atau 10,5% dari total pasien yang berobat ke poliklinik
reumatologi selama tahun 2010.

LN: Etiologi dan Patofisiologi


SLE adalah penyakit autoimun multisistem yang dapat bersifat
eksaserbasi dan remisi. Penyakit ini menyerang berbagai
macam organ seperti kulit, ginjal, muskuloskeletal, saraf,
kardiovaskular, serta rongga mulut.
50-70% pasien SLE memiliki keterlibatan pada ginjal dan
merupakan penyebab utama tingginya morbiditas dan
mortalitas pada populasi ini.

Klasifikasi
Lupus
Nefritis
(WHO)

Penangan
an
Penanganan Lupus
Nefritis disesuaikan
dengan klasifikasi
dan derajat dari
penyakit.

Penangan
an
Penanganan Lupus
Nefritis disesuaikan
dengan klasifikasi
dan derajat dari
penyakit.

Membranous LN

RPGN: GNAPS
GNAPS GLOMERULONEPHRITIS PASCA STREPTOKOKUS

GNAPS: Definisi, Etiologi, dan


Epidemiologi
Definisi & Etiologi peradangan glomerulus yang secara
histopatologi menunjukkan proliferasi dan inflamasi glomerulus
yang didahului oleh infeksi group A -hemolytic streptococci
(GABHS), ditandai dengan gejala nefritik :
hematuria, edema, hipertensi, oligouria yang terjadi secara akut.
Epidemiologi
Glomerulonephritis akut (GNA) yang banyak dijumpai pada anak
(terutama 6 7 tahun)
Penelitian di Indonesia 2,5 15 tahun dengan rata-rata 8,46
tahun dan rasio laki-laki : perempuan = 1,34 : 1.

GNAPS: Patofisiologi
Host yang
terpapar
membentuk ab
terhadap antigen

Membran
basalis
glomerolus
menjadi rusak

Terbentuk
kompleks Ag-Ab
dalam aliran
darah dan
terkumpul dalam
glomerolus

Inflamasi pada
glomerolus dan
aktifkan sitem
komplemen

Mengakibatkan jejas renal, dipicu oleh :


Aktivitas plasminogen --> plasmin oleh
streptokinase
Deposisi kompleks ag-ab
Ab antistreptokokus berikatan dg molekul
tiruan yang menyerupai ag streptokokus

GNAPS: Manifestasi Klinis


Anamnesis
Riwayat infeksi streptokokus sebelumnya spt faringitis, tonsilitis,
pioderma
Periode laten : 1-2 minggu post infeksi tenggorok / 3-6 minggu
post infeksi kulit
Urin berwarna gelap
Edema periorbital
Gejala nonspesifik spt malaise, lemah, anoreksia.

Pemeriksaan Fisik

Gross hematuria
Edema (60-80% kasus)
Hipertensi (60-80% kasus) dan biasanya pada orang lebih tua
oligouria (10-50% kasus)

GNAPS: Pemeriksaan Penunjang


Laboratorium:
Biakan tenggorok & kulit
hasil (-) apabila telah
diberikan antimikroba
Uji serologis spt antistreptozim,
ASTO
Peningkatan BUN & kreantinin
bersifat sementara
Urinalisis : hematuria &
proteinuria
Radiologi:
USG ginjal : ukuran ginjal yang
normal

Biopsi Ginjal
Indikasi relatif :
Tidak ada periode laten dianara infeksi streptokokus
dan GNA
Anuria
Perubahan fungsi ginjal yang cepat
Kadar komplemen serum yang normal
Tidak ada peningkatan antibodi antistreptokokus
Terdapat manifestasi penyakit sistemik di ekstrarenal
GFR yang tidak mengalami perbaikan atau menetap
dalam 2 minggu
Hipertensi yang menetap selama 2 minggu
Indikasi absolut :
GFR yang tidak kembali normal dalam 4 minggu
Hipokomplemenemia menetap dalam 6 minggu
Hematuria mikroskopik menetap dalam 18 bulan
Proteinuria menetap dalam 6 bulan

GNAPS: Tatalaksana
Hospitalisasi pada anak dengan hipertensi yang
signifikan atau kombinasi oliguria, edema menyeluruh, dan
peningkatan serum kreatinin
Bed rest selama 3 4 minggu
Penisilin pada fase akut (diberikan selama 10 hari) dengan
dosis : <12 th : 25 50 mg/kgbb/hari ; >12 th : 250 500
mg/kgbb/hari
Diet rendah protein (1 g/kgbb/hari) dan rendah garam (1
g/hari)
Pada hipertensi berat labetalol (0,5 2 mg/kg secara
iv), diazoksid (1-3 mg/kg secara iv), dan nitroprusid (0,5 2

GNAPS: Prognosis
Sebagian besar pasien akan sembuh, tetapi 5% di antaranya
memburuk dengan cepat dengan pembentukan kresen pada
epitel glomerulus.
Diuresis normal kembali pada hari ke 7-10 setelah awal
penyakit, dengan menghilangnya senbab dan secara bertahap
tekanan darah menjadi normal kembali.
Fungsi ginjal membaik dalam 1 minggu dan menjadi normal
dalam waktu 3-4 minggu.
Komplemen serum menjadi normal dalam waktu 6-8 minggu.

RPGN: MPGN
MPGN: GLOMERULONEPHRITIS MEMBRANOPROLIFERATIF

MPGN: Definisi & Epidemiologi


Di Amerika Serikat :
MPGN tipe I lebih banyak terjadi pada wanita dibandingkan
pria
Distribusi seks hampIr sama pada MPGN tipe II.
Bentuk-bentuk idiopatik dari MPGN lebih sering terjadi pada
anak-anak dan dewasa muda (6 30 tahun).
Merupakan penyebab yang jarang dari nefritis kronik yang
terjadi scr primer pada anak dan dewasa muda

MPGN: Etiologi
Immune
complexmediated
conditions

Idiopatik
Penyakit
autoimun
seperti SLE,
RA, Sjorgen
syndrome
Infeksi kronik
virus (Hep. B
dan Hep. C),
bakteri
(endokarditis)
, protozoa
(malaria)

Chronic and
recovered
thrombotic
microangiopathies

Fase
penyembuh
an dari
sindroma
uremia
hemolitik

Paraprotein
deposition
diseases

Malignant
neoplasms

Limfoma,
leukemia
dan
karsinoma

MPGN: Patofisiologi
Hipokomplemenemia pada MPGN
Tingkat C3 rendah dari peningkatan katabolisme dan penurunan
sintesis C3

MPGN tipe I

Kompleks imun beredar memicu aktivasi komplemen dan


pelepasan sitokin & kemokin masuknya sel inflamasi dan
menyebabkan proliferasi sel endotel dan mesangial

MPGN tipe II
Patogenesis tidak diketahui (idiopatik)

MPGN: Manifestasi Klinis


Dapat hadir dalam 1 dari 5 cara yaitu :
Proteinuria dan hematuria yang asimptomatik
Sindrom nefrotik (42-67%) : edema periorbita atau edema
anasarka
Sindrom akut nefritik (16-30%) : oligouria
Episode berulang dari gross hematuria (10-20%)
Azotemia
Kelelahan
Hipertensi (80% dari pasien pada presentasi awal) biasanya ringan

MPGN: Pemeriksaan Penunjang


Urinalisis dan
Fungsi Ginjal
Profil
komplemen
Biopsi ginjal dan
gambaran
histologis

Hematuria, proteinuria
Peningkatan serum kreatinin dan BUN ; penurunan
GFR

Level C3 yang rendah

= diagnosis definitif
Glomeruli umumnya membesar dan hiperseluler,
dengan peningkatan selularitas mesangial dan
matriks.

MPGN: Tatalaksana
Terapi khusus harus disediakan untuk pasien dengan MPGN yang
memiliki satu atau lebih dari indikasi berikut:
Proteinuria melebihi 3 g / hari
Penyakit interstitial atau glomerular aktif (crescent) pada biopsy
Gangguan fungsi ginjal
Penurunan progresif fungsi ginjal
Diet dan aktivitas
Batasi natrium (3-4 gram/hari), asupan protein (1 g/kgbb/hari)
Tidak ada pembatasan aktivitas kecuali jika pasien hipertensi
berat

RPGN: IgA
Nephropathy

IgA Nefropati: Definisi &


Epidemiologi
IgA nefropati dahulu disebut sebagai Berger Disease merupakan
penyakit pada glomerulus yang dikarakteristikan oleh adanya
hematuria yang episodik disebabkan karena dekomposisi IgA pada
mesangium glomerulus.
Di Amerika sekitar 75% anak dan dewasa muda terdiagnosa penyakit
ini dengan adanya hematuria yang makroskopis bersamaan dengan
adanya infeksi gastrointestinal dan atau infeksi saluran pernafasan
atas.
Di Jakarta pada tahun 2000 ditemukan terdapat 97 kasus yang
terbiopsi sebagai IgA nefropati menurut gambaran histopatologi
dengan bentuk terbanyak adalah Diffuse Sclerosing IgA nefropati
sebesar 35%.

IgA Nefropati: Patogenesis


IgA Nefropati adalah bentuk glomerulonefritis yang disebabkan
karena adanya peningkatan nilai dari kompleks imun IgA secara
difus pada mesangial.
Patogenesis penyakit ini belum sepenuhnya dimengerti, namun
karakteristik dari penyakit ini adalah ditemukannya penumpukan
dari IgA dan C3 pada imunofloresens mikroskopi di glomerulus.
Pada beberapa kasus IgA nefropati memiliki hubungan gejala
gangguan pada saluran pernafasan dan pencernaan, hal ini
merupakan dasar kecurigaan bahwa IgA nefropati adalah penyakit
yang muncul berawal dari aktivasi oleh sistem imun pada mukosa
pasien.

IgA Nefropati: Patogenesis


Peran dari sistem komplemen dalam patogenesis dari IgA nefropati masih
kontroversial, karena antibodi IgA tidak dapat mengaktivasi komplemen
melalui jalur klasik proses inflamasi.
Peningkatan nilai IgA darah pada setengah atau lebih pasien dengan IgA
nefropati tidaklah berhubungan dengan pathogenesis penyakitnya.

IgA Nefropati: Manifestasi Klinis


ISPA

Proteinuria

Oedema

Hematuria

Peningkatan
Ureum
Kreatinin

IgA Nefropati: Prognosis


Progresivitas penyakit dapat dikatakan lambat dengan jumlah
dari pasien yang progresif dan mengalami kegagalan fungsi
ginjal hanya sekitar 25-30%.

IgA Nefropati: Tatalaksana


Tidak ada kesepakatan khusus untuk penanganan IgA nefropati.
angiotensin converting enzyme (ACE) inhibitor dapat
digunakan pada pasien yang mengalami proteinuria atau
penurunan fungsi ginjal.
Tonsilektomi, kortikosteroid, dan penggunaan minyak ikan
cukup dianjurkan pada beberapa penelitian pada pasien
dengan IgA nefropati.

Bab III: Kesimpulan & Saran


RPGN emergensi medis dan secara etiologi terbagi menjadi
primer (glomerulonefritis dengan antibodi yang menyerang GBM,
immune-complex induced glomerulonefritis, glomerulonefritis yang
berasosiasi dengan ANCA) dan sekunder (MPGN, IgA nephropathy,
GNAPS, dan lupus nephritis).
Prognosis buruk perlu kesadaran untuk segera
menangani/merujuk
Diharapkan referat ini dapat membantu tenaga medis untuk dapat
lebih mengerti mengenai RPGN dengan lebih tepat dan dapat
memberi pengetahuan kepada masyarakat untuk dapat mencegah
dan mengurangi terjadinya komplikasi sampai kematian.

Anda mungkin juga menyukai