Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN KASUS

Kehamilan dengan Kista ovarium

Disusun oleh:

dr. Hesty Japita. N.

Konsulen Pembimbing:

dr. M. Ichsan, Sp.OG, M. Kes.

Pembimbing:
dr. Susy Andiati
dr. Sahata Parhusip

PROGRAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIA


RSUD AHMAD RIPIN
MUARO JAMBI
2019
BERITA ACARA DISKUSI / PRESENTASI LAPORAN KASUS

Pada hari ini, tanggal Oktober 2019, telah dipresentasikan kasus, oleh:
Nama : dr. Hesty Japita. N.
Judul : Kehamilan dengan Kista Ovarium
Nama Wahan : RSUD Ahmad Ripin
No Nama Peserta Tanda tangan
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya :

Pendamping I Pendamping II

dr. Susy Andriati dr. Sahana Parhusip

Konsulen
Pembimbing

dr. M. Ichsan, Sp.OG, M.Kes

i
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................... i


KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1


BAB II LAPORAN KASUS ........................................................................................... 2
BAB III PEMBAHASAN ............................................................................................... 8
I Definisi................................................................................................................ 8
II Epidemiologi ..................................................................................................... 8
III Etiologi dan Faktor Risiko ............................................................................... 9
IV Patofisiologi ................................................................................................... 11
V Klasifikasi ....................................................................................................... 12
VI Tanda dan Gejala ........................................................................................... 20
VII Pemeriksaan Penunjang ................................................................................ 21
VIII Komplikasi .................................................................................................. 24
IX Kehamilan Terkait dengan Kista Ovarium .................................................... 26
X Penatalaksanaan .............................................................................................. 27
BAB III ANALISA KASUS ......................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 33

ii
DAFTAR GAMBAR

iii
BAB I
PENDAHULUAN

Kista ovarium dalam kehamilan sering ditemukan pada saat ibu hamil
melakukan pemeriksaan USG antenatal rutin. Angka kejadian kista ovarium pada
kehamilan kurang dari 1% (1 banding 1000) dan sebagian besar di antaranya
bersifat jinak, namun dapat pula menjadi ganas. Sebagian besar kista ovarium
yang ditemukan dalam kehamilan adalah kista fungsional ovarium seperti kista
folikel, kista corpus luteal dan kista hemoragik. Massa ovarium jinak lainnya
ditemukan adalah teratoma kistik, adenoma kista serous, kistadenoma
musinosum, kista paraovarian dan endometrioma. Jarang massa ganas yang
ditemukan.1

Kista ovarium sering kali tidak menunjukan gejala. Tapi pasien dapat
memiliki keluhan akut abdomen yakni nyeri perut hebat, distensi, mual dan
muntah yang terjadi karena torsi atau pecahnya kista ovarium. Untuk
diagnosis kista ovarium pada kehamilan, USG cukup akurat untuk deteksi dan
massa, penilaian adneksa dan juga untuk deteksi risiko keganasan. USG harus
dianggap sebagai modalitas pencitraan pertama penyelidikan untuk massa
ovarium pada wanita hamil atau tidak hamil. Karena USG aman dilakukan
pada kehamilan. MRI dapat digunakan secara aman pada kehamilan terutama
di trimester ketiga ketika evaluasi dengan USG sulit.2,3

Penatalaksanaan kista ovarium dalam kehamilan tergantung pada ukuran


kista, hasil pemeriksaan USG dan tanda-tanda dan gejala pasien. Bila ukuran
kista kurang dari 6cm dan tidak ditemukan tanda dan gejala akut abdomen
akibat kista penanganan dengan cara pemantauan ketat dengan rutin
melakukan pemeriksaan USG antenatal care/konservatif. Bila kista besar lebih
dari 10cm biasanya direseksi karena takut komplikasi seperti torsi, pecah dan
meningkatkan kemungkinan keganasan.1,4

1
BAB II
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS

Nama Pasien : Ny. M


Umur : 44 th
Agama : Islam
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Farmasi
Suku : Melayu
Alamat : Jambi, RT 19 Patimura

II. ANAMNESA

Autoanamnesa tanggal 24 September 2019, jam 10.00 WIB di poli kebidanan


RSUD Ahmad Ripin.
a. Keluhan utama
Tidak haid ± 3 bulan.

b. Riwayat penyakit sekarang


Pasien datang dengan keluhan tidak haid sejak ± 3 bulan. Pasien
mengatakan pinggang terasa nyeri sejak 2 bulan. Keluhan mual, muntah, nyeri
perut, mules, keluar darah dari kemaluan/vagina diluar siklus haid, keputihan,
penurunan berat badan dalam satu bulan terakhir disangkal oleh pasien. Pasien
melakukan testpack dan hasilnya positif (garis dua), karena ingin meyakinkan
pasien datang kepoli kebidanan untuk memeriksakan kandungannya. BAB dan
BAK dalam batas normal.

c. Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien pernah mengalami hal yang sama sebelumnya. Pasien didiagnosa
kista ovarium pada saat tahun 2011 (pada saat hamil anak kedua). Setelah

2
melahirkan pasien rutin kontrol, dari hasil USG pasien, dinyatakan bahwa
kista ovarium mengecil, dan sudah tidak tampak pada pemeriksaan USG
selanjutnya. Pasien menyangkal adanya penyakit kencing manis, darah tinggi,
keganasan, penyakit paru, atau penyakit lain. Tidak ada riwayat alergi obat
dan tidak ada riwayat operasi sebelumnya.

d. Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada anggota keluarga yang menghidap penyakit seperti ini. Tidak
ada riwayat keluarga yang mengalami penyakit kencing manis, darah tinggi
dan riwayat alergi dalam keluarga.

e. Riwayat kebiasaan
Pasien menyangkal adanya kebiasaan merokok, minum alkohol, minum
jamu dan konsumsi obat-obatan luar.

f. Riwayat pernikahan
Menikah 1 kali, pada usia 28 tahun, dengan suami berusia 28 tahun, lama
pernikahan 14 tahun, jumlah anak 2 orang hidup.

g. Riwayat Obstetri (G4P2A1 H2)


1. Anak pertama, Abortus, tahun 2005
2. Anak kedua lahir spontan tahun 2007, lahir cukup bulan oleh tenaga
kesehatan dengan jenis kelamin laki-laki, BBL 2.800 gram.
3. Anak ketiga, hidup, lahir spontan tahun 2011, lahir cukup bulan oleh
tenaga kesehatan dengan jenis kelamin perempuan, BBL 3.400 gram.
Kista ovarium.
4. Hamil ini.

h. Riwayat penggunaan kontrasepsi


Pasien tidak menggunakan alat kontasepsi apapun.

i. Riwayat ANC

Pasien baru pertama kali melakukan ANC, dan dilakukan USG, tampak
Gestasional sac, (Gestational Age) 8w0d, dengan usia kehamilan 7-8 minggu,

3
dan tampak kista ovarium dengan ukuran ± 4.49 cm x 3,41 cm. Pasien
mengaku selama telat haid 3 bulan tidak merasa mual muntah, dan tidak
pernah mengalami perdarahan. Pasien hanya merasakan nyeri pada
pinggangnya.
Selama kehamilan anak sebelumnya pasien rutin memeriksakan
kandungannya sebanyak 11 kali di bidan, puskesmas, klinik dokter spesialis
kandungan. Pasien tidak pernah mendapatkan imunisasi TT.

j. Riwayat Menstruasi
Menarche : 12 thn
Siklus haid : tidak teratur, 2 bulan sekali.
Lama haid : kira-kira 7 hari
Volume haid : 3x ganti pembalut/ hari
Nyeri saat haid (dismenorea) : pernah
Hari pertama haid terakhir : 27 Juli 2019
Riwayat Keputihan : ada, pada saat mau menstruasi.

III. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum/ Kesadaran : Baik / CM


Tanda vital Tekanan Darah : 120/85 mmHg
Frekuensi Nadi : 82x/menit
Frekuensi pernapasan : 18x/menit
Suhu : 36.6 ºC
TB : 155 cm
BB : 48 kg
BMI : 21.3 (Normal)

Status Generalis
Kepala : Normochepali, rambut hitam, tidak mudah dicabut

4
Mata : Konjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-
THT : Dalam batas normal
Leher : KGB tidak teraba membesar
Thoraks
Jantung : S1-S2 regular, murmur(-), gallop(-)
Paru : Suara nafas vesikuler, Rhonki-/- , wheezing-/-

Status Obstetrik dan Ginekologis


Inspeksi
Thorax : Hiperpigmentasi papillae dan aerola mammae, papillae mammae
menonjol. Kalenjar Mammae membesar. ASI (-)
Abdomen
Inspeksi : Buncit, tidak tampak striae gravidarum
Palpasi : Supel, tidak teraba massa, nyeri tekan (-).
Tinggi fundus uteri : - (belum teraba)
Kontraksi : -
Perkusi : Shifting dullness –
Auskultasi : Bising usus + normal
Genitalia :
Pemeriksaan Dalam : Tidak Dilakukan
Lepold I: TFU –
Leopold II: -
Leopold III: -
Leopold IV:-

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan USG
Tanggal 19/9/2019
Ovary
L 4,49 cm
H 3,41 cm

5
GS (+) 2,89 CM
GA (Gestational Age) 8w0d
EDD (Estimated Date of Delivery) 30-04-2020
CRL (Crown Rump Length) 1.07
GA 7w2d
EDD (Estimated Date of Delivery) 05-05-2020
Kesimpulan : G4P2A1 H2 Hamil 7-8 minggu dengan kista ovarium
Ukuran kista ± 4.49 cm x 3,41 cm

V. RESUME
Pasien, Ny.M, 44 tahun, datang dengan keluhan tidak haid sejak ± 3 bulan.
Pasien mengatakan pinggang terasa nyeri sejak 2 bulan. Keluhan mual, muntah,
nyeri perut, mules, keluar darah dari kemaluan/vagina diluar siklus haid,
keputihan, penurunan berat badan dalam satu bulan terakhir disangkal oleh pasien.
Pasien melakukan testpack dan hasilnya positif (garis dua), karena ingin
meyakinkan pasien datang kepoli kebidanan untuk memeriksakan kandungannya.
BAB dan BAK dalam batas normal.

Pasien didiagnosa kista ovarium pada saat tahun 2011 (pada saat hamil anak
kedua). Setelah melahirkan pasien rutin kontrol, dari hasil USG pasien,
dinyatakan bahwa kista ovarium mengecil, dan sudah tidak tampak pada
pemeriksaan USG selanjutnya. Dari Pemeriksaan Fisik, keadaan umum: baik,

6
kesadaran: compos mentis, tekanan darah: 120/85, nadi: 85x/menit, pernapasan:
18x/menit. Suhu: 36.6 °C. Status generalis lain dalam batas normal.

Dari status Obstetrik dan Ginekologis, inspeksi ditemukan hiperpigmentasi


papillae dan aerola mammae, papillae mammae menonjol, kalenjar mammae
membesar. ASI (-). Dari abdomen ditemukan tampak buncit (-), massa (-) nyeri
tekan (-), tinggi fundus uteri:- (tidak teraba), kontraksi -. Pemeriksaan dalam tidak
dilakukan.

Dari pemeriksaan USG pada tanggal 19/9/2019 didapatkan kesimpulan pasien


G4P2A1 Hamil 7-8 minggu dengan kista ovarium. Ukuran kista ± 4.49 cm x 3,41
cm.

VI. DIAGNOSA
G4P2A1 H2 Hamil 7-8 minggu dengan Kista ovarium.

VII. PENATALAKSANAAN
- Folamil

VIII. PROGNOSIS
Ad vitam : Dubia ad bonam
Ad Fungsionam : Dubia ad bonam
Ad Sanasionam : Dubia ad bonam

7
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

I. Definisi

Kista ovarium didefinisikan sebagai kantong yang berisi cairan atau


jaringan lain yang sebagai akibat dapat terjadinya pembesaran ovarium yang
bersifat fungsional atau disfungsonal, dapat berupa kistik, padat atau
campuran kistik padat dan dapat bersifat neoplastik maupun non neoplastik.5

Kista fungsional adalah kista ovarium yang sering terjadi pada wanita saat
masa reproduksinya. Terbentuk karena perubahan kadar hormon yang terjadi
selama siklus haid, produksi dan pelepasan sel telur dari ovarium. Dua tipe
kista fungsional yaitu kista folikuler dan kista korpus luteum. Kista
disfungsional yaitu yang luar dari fungsi normal siklus menstruasi misalnya
kista dermoid, endometrioma.1,6

II. Epidemiologi

Kista ovarium dapat terjadi pada semua umur, kista ovarium sering
terjadi pada wanita berusia 20-50 tahun. Prevalensi pasti tidak diketahui
mengingat jumlah data yang dipublikasikan terbatas dan kurangnya program
skrining untuk kanker ovarium yang telah ditetapkan. Kista ovarium
dikelompokan menjadi 2 yaitu kista ovarium non neoplastik biasanya
bersifat jinak dan akan mengecil atau menghilang sendiri setelah 2 sampai
3 bulan, kista neoplastik bersifat ganas umumnya harus dioperasi.
Keganasan kista ovarium sering dijumpai pada usia sebelum menarke dan
kista pada usia diatas 45 tahun.5

Angka kejadian kista ovarium pada kehamilan kurang dari 1% (1 banding


1000 ) dan sebagian besar di antaranya bersifat jinak. Karena wanita hamil

8
sebagian besar masih muda, tumor ganas dan atau kista yang berpotensi ganas
angka kejadiannya rendah secara proporsional jarang terjadi dan bervariasi dari
4 hingga 13 persen. Kista ovarium yang bersifat ganas dalam kehamilan
dilaporkan antara empat dan delapan dalam 100.000 kehamilan. Kista ovarium
raksasa (Giant ovarian cysts) hanya ditemukan pada kurang dari 1% kasus
semua kista ovarium dalam kehamilan. Dari semua tumor ganas pada ovarium,
10% adalah metastasis organ lain, terutama tumor saluran cerna atau payudara.
Kista ovarium dengan diameter lebih kecil dari 6 cm memiliki risiko
keganasan kurang dari 1%. 7

III. Etiologi

Sampai saat ini etiologi dari masih menjadi tanda tanya, namun terdapat
beberapa teori yang membahas tentang etiologi dari kistoma ovarii ini.
Dimana terdapat 3 teori yang dikatakan menjadi etiologi dari kistoma ovarii,
yaitu teori hiperepitelisasi dari sel epethelium ovari, teori hormonal dan teori
genetika.6
Faktor penyebab terjadinya kista antara lain adanya penyumbatan pada
saluran yang berisi cairan karena adanya infeksi bakteri dan virus, adanya zat
dioksin dari asap pabrik dan pembakaran gas bermotor yang dapat
menurunkan daya tahan tubuh manusia, dan kemudian akan membantu
tumbuhnya kista, Faktor makanan ; lemak berlebih atau lemak yang tidak
sehat yang mengakibatkan zat-zat lemak tidak dapat dipecah dalam proses
metabolisme sehingga akan meningkatkan resiko tumbuhnya kista, dan faktor
genetik.2,6,7
Menurut Kurniawati, dkk. (2009) ada beberapa faktor pemicu yang dapat
mungkin terjadi, yaitu:
a. Faktor internal
1) Faktor genetik. Dimana didalam tubuh manusia terdapat gen pemicu
kanker yang disebut gen protoonkogen. Protoonkogen tersebut dapat

9
terjadi akibat dari makanan yang bersifat karsinogen, polusi, dan
paparan radiasi.
2) Gangguan hormon. Individu yang mengalami kelebihan hormon
estrogen atau progesteron akan memicu terjadinya penyakit kista.
3) Riwayat kanker kolon. Individu yang mempunyai riwayat kanker kolon,
dapat berisiko terjadinya penyakir kista. Dimana, kanker tersebut dapat
menyebar secara merata ke bagian alat reproduksi lainnya.
b. Faktor eksternal
1) Kurang olahraga Olahraga sangat penting bagi kesehatan tubuh
manusia. Apabila jarang olahraga maka kadar lemak akan tersimpan di
dalam tubuh dan akan menumpuk di sel-sel jaringan tubuh sehingga
peredaran darah dapat terhambat oleh jaringan lemak yang tidak dapat
berfungsi dengan baik.
2) Merokok dan konsumsi alkohol Merokok dan mengkonsumsi alkohol
merupakan gaya hidup tidak sehat yang dialami oleh setiap manusia.
Gaya hidup yang tidak sehat dengan merokok dan mengkonsumsi
alkohol akan menyebabkan kesehatan tubuh manusia terganggu, terjadi
kanker, peredaran darah tersumbat, kemandulan, cacat janin, dan lain-
lain.
3) Mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak dan serat Mengkonsumsi
makanan yang tinggi lemak dan serat salah satu gaya hidup yang tidak
sehat pula, selain merokok dan konsumsi alkohol, makanan yang tinggi
serat dan lemak dapat menyebabkan penimbunan zat-zat yang
berbahaya untuk tubuh di dalam sel-sel darah tubuh manusia,
terhambatnya saluran pencernaan di dalam peredaran darah atau sel-sel
darah tubuh manusia yang dapat mengakibatkan sistem kerja tidak
dapat berfungsi dengan baik sehingga akan terjadi obesitas, konstipasi,
dan lain-lain.
4) Sosial Ekonomi Rendah Sosial ekonomi yang rendah salah satu faktor
pemicu terjadinya kista, walaupun sosial ekonomi yang tinggi
memungkinkan pula terkena penyakit kista.Namun, baik sosial

10
ekonomi rendah atau tinggi, sebenarnya dapat terjadi risiko terjadinya
kista apabila setiap manusia tidak menjaga pola hidup sehat.

IV.Patofisiologi

Ovulasi terjadi akibat interaksi antara hipotalamus, hipofisis, ovarium,


dan endometrium. Perkembangan dan pematangan folikel ovarium terjadi
akibat rangsangan dari kelenjar hipofisis. Rangsangan yang terus menerus
datang dan ditangkap panca indra dapat diteruskan ke hipofisis anterior
melalui aliran portal hipothalamohipofisial. Setelah sampai di hipofisis
anterior, GnRH akan mengikat sel genadotropin dan merangsang
pengeluaran FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan LH
(LutheinizingHormone), dimana FSH dan LH menghasilkan hormon
estrogen dan progesteron.5,6

Ovarium dapat berfungsi menghasilkan estrogen dan progesteron yang


normal. Hal tersebut tergantung pada sejumlah hormon dan kegagalan
pembentukan salah satu hormon dapat mempengaruhi fungsi ovarium.
Ovarium tidak akan berfungsi dengan secara normal jika tubuh wanita
tidak menghasilkan hormon hipofisis dalam jumlah yang tepat. Fungsi
ovarium yang abnormal dapat menyebabkan penimbunan folikel yang
terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium. Folikel tersebut gagal
mengalami pematangan dan gagal melepaskan sel telur. Dimana,
kegagalan tersebut terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium dan
hal tersebut dapat mengakibatkan terbentuknya kista di dalam ovarium,
serta menyebabkan infertilitas pada seorang wanita.5,6,9

Kista juga dapat terbentuk jika fungsi ovarium yang abnormal


menyebabkan penimbunan folikel yang terbentuk secara tidak sempurna di
dalam ovarium. Folikel tidak mengalami ovulasi karena kadar hormon
FSH rendah dan hormon LH tinggi pada keadaan yang tetap ini
menyebabkan pembentukan andorogen dan estrogen oleh folikel dan

11
kelenjar adrenal yang mengakibatkan folikel anovulasi, folikel tersebut
gagal mengalami pematangan dan gagal melepaskan sel telur, terbentuk
secara tidak sempurna di dalam ovarium karena itu terbentuk kista di
dalam ovarium.

Teori pengelupasan melalui ovulasi yang terus-menerus menyatakan


bahwa risiko kanker ovarium tergantung pada jumlah total siklus ovulasi
dalam kehidupan. Oleh karena itu, faktor-faktor penurun ovulasi diketahui
melindungi terhadap kanker ovarium. Selama ovulasi normal berlangsung,
folikel menjadi matang dan kemudian pecah, melepaskan oosit. Setelah proses
ovulasi, korpus luteum terbentuk dan kemudian terjadi involusi. Ketika folikel
gagal pecah dan terus tumbuh, kista folikel terbentuk. Ketika corpus luteum
gagal menyumbat dan terus tumbuh, kista corpus luteum terjadi. Kedua jenis
kista dianggap fisiologis atau fungsional dan tidak memiliki potensi ganas.10

Kedua jenis kista dapat menjadi kista hemoragik. lapisan granulosa


ovarium tetap avaskular sampai saat ovulasi. Setelah ovulasi terjadi, lapisan
granulosa dengan cepat menjadi vaskularisasi oleh pembuluh berdinding tipis,
yang mudah pecah, sehingga menimbulkan kista hemoragik. Kista dermoid
mengandung jaringan matang ektodermal (misalnya, kulit, rambut),
mesodermal (misalnya, otot, kemih), dan asal endodermal (misalnya
gastrointestinal, paru-paru). Kista dermoid hampir selalu jinak tetapi
berpotensi pecah.10

V. Klasifikasi

Kista ovarium dapat terjadi di bagian korpus luteum dan bersifat non-
neoplastik. Ada pula yang bersifat neoplastik. Oleh karena itu, tumor kista
dari ovarium yang jinak di bagi dalam dua golongan yaitu golongan non-
neoplastik dan neoplastik. Menurut klasifikasi kista ovarium berdasarkan
golongan non neoplatik, kista dapat didapati sebagai:11

12
a. Kista Ovarium Non-neoplastik

1) Kista Folikel

Merupakan struktur normal dan fisiologis yang berasal dari


kegagalan resorbsi cairan folikel yang tidak dapat berkembang
secara sempurna. Kista folikel dapat tumbuh menjadi besar
setiap bulannya sehingga sejumlah folikel tersebut dapat mati
dengan disertai kematian ovum. Kista folikel dapat terjadi pada
wanita muda yang masih menstruasi.

Diameter kista berkisar 2 cm. Kista folikel biasanya tidak


bergejala dan dapat menghilang dalam waktu <60 hari. Jika
muncul gejala, biasanya menyebabkan interval antar menstruasi
yang sangat pendek atau panjang. Cairan dalam kista jernih dan
sering kali mengandung estrogen, oleh sebab itu kista kadang-
kadang dapat menyebabkan gangguan haid. Kista folikel lama
kelamaan mengecil dan dapat menghilang, atau bisa terjadi
ruptur dan kista menghilang.

Pemeriksaan untuk kista <4 cm adalah pemeriksaan


ultrasonografi awal, dan pemeriksaan ulang dalam waktu 4-8
minggu. Sedangkan pada kista <4 cm atau kista menetap dapat
diberikan pemberian kontrasepsi oral selama 48 minggu yang
akan menyebabkan kista menghilang sendiri.

2) Kista Korpus Luteum


Dalam keadaan normal, kerpus luteum (granuilosa lutein) lambat laun
mengecil dan menjadi korpus albikans. Kadang-kadang korpus luteum
mempertahankan diri (korpus luteum persistens), pendarahan yang sering
terjadi didalamnya menyebabkan terjadinya kista, berisi cairan yang
berwarna merah coklat karena darah tua. Dinding kista terdiri atas lapisan
berwarna kuning, terdiri atas sel-sel luteum yang berasal dari sel teka.

13
Kista lutein labih besar daripada kista folikel, cenderung lebih keras dan
padat dalam konsistensi, dan lebih mudah menyebabkan nyeri atau tanda-
tanda iritasi peritoneum.
Kista korpus luteum dapat menimbulkan gangguan haid, berupa
amenorhea diikuti oleh pendarahan tak teratur. Adanya kista dapat
menyebabkan rasa berat perut bagian bawah. Pendarahan yang berulang
dalam kista dapat menyebabkan ruptur. Kista korpus luteum dapat
mengakibatkan ovarium terpuntir dan menimbulkan nyeri yang hebat.
Rasa nyeri di dalam perut yang mendadak dengan adanya amenorhea
sering menimbulkan kesulitan dalam diferential diagnosis dengan
kehamilan ektopik yang terganggu. Penanganan kista korpus luteum
adalah menunggu sampai kista hilang sendiri, biasanya dalam waktu 2
bulan pada wanita tidak hamil dan mengecil perlahan-lahan pada trimester
terakhir pada wanita hamil.

3) Kista Teka Lutein


Ukuran dari kista ini sangat bervariasi. Umumnya kista ini terjadi
bilateral, dan berisi cairan jernih dan didapati berhubungan dengan mola
hidatidosa, atau koriokarsinoma. Pada pemeriksaan mikroskopik terlihat
luteinisasi, akan tetapi seringkali sel-sel menghilang karena atresia.
Tumbuhnya kista ini adalah akibat pengaruh hormon HCG yang berlebihan,
dan dengan hilangnya mola atau koriokarsinoma kista ovarium mengecil
dengan spontan. Tetapi apabila kista ini besar sekali, sudah tentu harus
dilakukan ekstirpasi.

4) Kista Inklusi Germinal


Kista ini terjadi karena invaginasi dan isolasi bagian-bagian kecil dari
epitel germinativum pada permukaan ovarium. Tumor ini lebih banyak
terdapat pada wanita lanjut umurnya dan besarnya jarang melebihi diameter 1
cm. Kista ini biasanya secara kebetulan ditemukan pada pemeriksaan
histologik ovarium yang diangkat waktu operasi. Kista terletak di bawah

14
permukaan ovarium dan berisi cairan jernih dan serous. Kista ini tidak pernah
memberikan gejala-gejala yang berarti.

5) Kista Endometriosis
Kista ini terdapat pada endometriosis yang berlokasi di ovarium yang
disebut sebagai kista endometrial atau kista coklat. Dalam ovarium berukuran
kecil sampai sebesar tinju yang berisi darah sampai coklat. Darah tersebut
dapat keluar sedikit-sedikit karena luka pada dinding kista yang dapat
menyebabkan perlengketan antara permukaan ovarium dengan uterus. Kadang
dapat mengalir dalam jumlah yang banyak ke dalam rongga peritoneum dan
menimbulkan akut abdomen.

6) Kista Stein Leventhal


Kista ini ditandai oleh pembesaran bilateral dari polikistik ovarium,
amenorea atau oligomenorea sekunder. 50% dari penderita gemuk dan
mengalami hirsutisme tanpa maskulinisasi. Sindroma ini terjadi pada wanita
antara usia 15-30 tahun. Ovarium pucat, membesar, polikistik, permukaan
licin, dan kapsulnya menebal. Kelainan ini disebabkan oleh gangguan
keseimbangan hormonal. Umumnya pada wanita tersebut terdapat gangguan
ovulasi oleh karena endometrium hanya dipengaruhi oleh estrogen, hiperplasia
endometrii juga sering ditemukan.

b. Kista Ovarium Neoplastik


1. Kistik
a. Kistoma Ovarii Simpleks
Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya bertangkai,
seringkali bilateral, dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis dan cairan
dalam kista jernih, serous, dan berwarna kuning. Berhubung dengan adanya
tangkai, maka dapat terjadi torsi (putaran tangkai) dengan gejala-gejala
mendadak.

15
b. Kistadenoma Ovarii Musinosum
Asal tumor ini belum diketahui dengan pasti. Tumor ini mungkin muncul
sebagai tumor unilateral kista teratoma atau sebagai metaplasia mucinosum
dari mesothelium. Tumor mucinous yang berasal dari teratoid ditemukan pada
penderia yang muda. Paling sering pada wanita berusia antara 20-50 tahun dan
jarang sekali pada masa prapubertas. Tumor evarium ini terbanyak ditemukan
bersama-sama dengan kistadenoma ovarii serosum. Kedua tumor ini
merupakan kira-kira 60% dari seluruh ovarium, sedang kistadenoma ovaii
musinosum nerupakan 40% dari seluruh kelompok neoplasma ovarium.
Kista ini biasanya mempunyai dinding yang licin, permukaan berbagala
(lobulated) dan umumnya multitokular dan odematosa; lokular yang
mengandung niukosa ini kelihatan biru dari peregangan kapsulnya. Kira-kira
10% dapat mencapai ukuran yang amat besar dan pada tumor ini tidak dapat
ditemukan jaringan yang normal lagi.
Dinding kista agak tebal dan berwarna putih keabuan terutama apabila
terjadi perdarahan atau perubahan degeneratif di dalam kista. Pada permukaan
terdapat cairan lendir yang khas, kental seperti gelatin, melekat dan berwarna
kuning sampai coklat tergantung dari percampurannya dengan darah.
Pemeriksaan mikroskopik : tampak dinding kista dilapisi oleh epital torak
tinggi dan sel-sel goblet yang terisi lendir. Sel-sel epitel yang terdapat dalam
satu lapisan bersifat odernatus dan mempunyai potensi untuk tumbuh seperti
struktur kelenjar, kelenjar-kelenjar menjadi kista-kista baru, yang
menyebabkan kista menjadi multilokuler.
Jika terjadi suatu sobekan pada dinding kista (spontan ataupun pada saat
operasi), maka sel-sel epitel dapat tersebar pada permukaan peritoneum
rongga perut, dan sekresinya menyebabkan pseudomiksoma peritonei. Akibat
pseudorniksoma peritonei timbul penyakit menahun dengan musin terus
bertambah dan menyebabkan banyak perlengketan. Akhirnya penderita
meninggal karena ileus.

16
c. Kistadenoama Ovarii Serosum
Kista ini ditemukan dalam frekwensi yang hampir sama dengan
kistadenoma musinosum dan dijumpai pada golongan umur yang sama. Kista
ini sering ditemukan bilateral (10-20%) daripada kistadenoma musinosum.
Tumor serosa dapat membesar sehingga memenuhi ruang abnomen, tetapi
lebih kecil dibanding dengan ukuran kistadenoma musinosum.
Permukaan tumor biasanya licin, tetapi dapat juga lobulated karena kista
serosumpun dapat berbentuk multikolur, meskipun lazimnya berongga satu.
Warna kista putih keabuan. Ciri khas dari kista ini adalah potensi
pertumbuhan papiler ke dalam rongga kista sebesar 50% dan keluar pada
permukaan kista sebesar 5%. Isi kista cair, kuning dan kadang-kadang coklat
karena bercampur darah. Tidak jarang, kistanya sendiri kecil, tetapi
permukaannya penuh dengan pertumbuhan papiler (solid papiloma)
Tidak ada gejala klasik yang menyertai tumor serosa proliferatrif.
Kebanyakan ditemukan pada pemeriksaan rutin dari pelvis. Kadang-kadang
pasien mengeluh rasa ketidaknyamanan daerah pelvis dan pada pemeriksaan
ditemukan massa abdomen atau pun ascites. Kelainan ekstra abdomen jarang
ditemukan pada keganasan ovarium kecuali pada stadium terminal. Terapi
pada umumnya adalah pengangkatan tumor. Tetapi oleh karena berhubung
dengan besarnya kemungkinan keganasan perlu dilakukan pemeriksaan yang
teliti terhadap tumor yang dikeluarkan.

d. Kista Endometrioid
Kista ini biasanya unilateral dengan permukaan licin; pada dinding dalam
terdapat satu lapisan sel-sel, yang menyerupai lapisan epitel endometrium.
Kista ini yang ditemukan oleh Sartesson pada tahun 1969, tidak ada
hubungannva dengan endometriosis ovarii.

e. Kista Dermoid
Tumor ini merupakan 10% dan seluruh neoplasma ovarium yang kistik,
dan paling sering ditemukan pada wanita yang masih muda. 25% dari semua

17
kista dermoid bilateral, lazimnya dijumpai pada masa reproduksi walaupun
dapat ditemukan pada anak kecil. Tumor ini dapat mencapai ukuran sangat
besar, sehingga beratnya mencapai beberapa kilogram.
Kista ini tidak mempunyai ciri yang khas. Dinding kista kelihatan
putih keabuan dan agak tipis. Konsistensi tumor sebagian kistik kenyal, di
bagian lain padat. Dapat ditemukan kulit, rambut kelenjer sebasea, gigi
(ektodermal), tulang rawan, serat otot jaringan ikat (mesodemal) dan mukosa
traktus gasttrointotinelis, epitel saluran kista terdapat produk kelenjer sebasea
berupa massa lembek seperti lemak, bercampur dengan rambut
Pada kista dermoid dapat terjadi torsio tangkai dengan gejala nyeri
mendadak di perut bagian bawah. Ada kemungkinan terjadinya sobekan
dinding kista dengan akibat pengeluaran isi kista dalam rongga
peritoneum. Perubahan keganasan dari kista sangat jarang, hanya 1,5% dari
semua kista dermoid dan biasanya pada wanita lewat menopause.

Kista Dermoid

2. Solid
Semua tumor ovarium yang padat adalah neoplasma, tetapi tidak berarti
bahwa semuanya neoplasma ganas, meskipun semuanya memunyai potensi
malignan.
a. Fibroma ovarii
Potensi menjadi ganas sangat rendah pada fibroma ovarium, kurang dari
1%. Fibroma ovarii berasal dari elemen fibroblastik stroma ovarium atau sel

18
mesenkim yang multipoten. Tumor ini merupakan 5% dari semua neoplasma
ovarium dan paling sering ditemukan pada penderita menopause. Tumor ini
mencapai diameter 2 sampai 30 cm dan beratnya 20 kg, dengan 90% uniteral.
Permukaan tidak rata, konsistensi keras, warnanya merah jambu keabuan.
Apabila konsistensi sangat padat disebut fibroma durum, dan apabila lunak
disebut fibroma molle. Neoplasma ini terdiri atas jaringan ikat dengan sel-sel
di tengah jaringan kolagen. Apabila terdiri atas kelenjar-kelenjar kistik, maka
disebut kistadenofroma ovarii. Fibroma ovarii yang besar biasanya
mempunyai tangkai dan dapat terjadi torsi. Pada tumor ini sering ditemukan
sindroma Meigs (tumor ovarii, ascites, hidrotoraks).

b. Tumor Brenner
Merupakan suatu neoplasma ovarium yang sangat jarang ditemukan,
biasanya pada wanita dekat atau sesudah menopause. Frekuensinya 0,5% dari
semua tumor ovarium. Besar tumor ini beraneka ragam, dari sangat kecil ke
yang beratnya beberapa kilogram. Lazimnva tumor ini unilateral. Pada
pembelahan berwarna kuning muda seperti fibroma, dengan kista-kista kecil.
Kadang-kadang pada tumor ini temukan sindroma Meigs.
Gambar mikroskopis tumor ini sangat khas, terdiri dari 2 elemen, yakni
sarang-sarang yang terdiri atas epitel epitel, yang dikelilingi jaringan ikat yang
luas dan padat.Tumor Brenner tidak menimbulkan gejala-gejala klinik yang
khas, dan jika masih kecil, biasanya ditemukan secara kebetulan pada
pemeriksaan histopatologik ovarium. Meskipun biasanya jinak, dalam
beberapa kasus tumor ini menunjukkan keganasan pada histopatologi dan
klinisnya.

c. Maskulinovoblastoma (adrenal cell rest tumor)


Tumor ini sangat jarang terjadi. Biasanya unilateral dan besarnya bervariasi
antara 0,5-16 cm. Beberapa dari tumor ini menyebabkan gejala maskulinasi,
terdiri atas hirsutisme, pembesaran klitoris, atrofi memmae, dan perubahan
suara.

19
VI.Tanda dan Gejala

Sebagian besar pasien dengan kista ovarium tidak menunjukkan


gejala, kista ditemukan secara kebetulan saat pemerikssaan dengan
ultrasonografi atau pemeriksaan panggul rutin. Kista ovarium ganas
sering tidak menyebabkan gejala sampai mereka mencapai stadium
lanjut. Nyeri mungkin dapat timbul di perut bagian bawah yang dapat
menimbulakan kecemasan. Torsi (memutar) atau pecah dapat
menyebabkan rasa sakit yang lebih parah. Pecahnya kista ditandai
dengan nyeri panggul yang tiba-tiba, unilateral, dan tajam. Hal ini
berkaitan dengan trauma, olahraga, atau koitus. Selain itu, ruptur kista
dapat menyebabkan tanda-tanda peritoneum, distensi abdomen, dan
perdarahan yang biasanya terjadi tanpa sebab yang jelas.1

Tanda dan gejala lain yang mungkin dapat timbul berupa:1

- Perut membesar
- Pasien mungkin mengalami ketidak nyamanan dengan
hubungan intim
- Gangguan motilitas/gerak usus, atau tekanan dapat
berkembang, yang mengarah pada ke keinginan untuk buang
air besar
- Beberapa pasien mungkin mengalami tenesmus
- Pasien mungkin mengalami perut penuh dan kembung
- Anak kecil mungkin datang dengan dewasa sebelum waktunya
pubertas dan onset awal menarche
- Pasien mungkin mengalami gangguan pencernaan, mulas, atau
rasa kenyang dini
- Ketidakteraturan siklus menstruasi dan perdarahan vagina yang
abnormal dapat terjadi; interval intermenstrual dapat
diperpanjang, diikuti oleh menorrhagia
- Endometrioma berhubungan dengan endometriosis, yang dapat
menyebabkan dismenore atau dispareunia. Kista theca-lutein

20
biasanya bilateral dan karena itu dapat menyebabkan nyeri
panggul bilateral dan tumpul.

Tanda dan gejala kista ovarium dalam kehamilan biasanya terkait


dengan kehamilan kecuali ukurannya sangat besar atau komplikasi
seperti torsi, pecah, perubahan sekunder atau infeksi terjadi pada kista.
Ukuran besar dapat mempengaruhi pertumbuhan janin, presentasi
buruk, persalinan macet, pecahnya kista, di samping salah perhitungan
usia kehamilan dan juga peningkatan morbiditas ibu karena distensi
perut yang berlebihan.2,3

VII. Pemeriksaan Penunjang


- USG
Ultrasonografi adalah alat diagnostik yang paling umum untuk
mengevaluasi nyeri panggul dan perut selama kehamilan
karena aman digunakan. ensitivitas dan spesifisitasnya yang
tinggi untuk mengkarakterisasi morfologi massa panggul
menjadikannya alat yang ideal untuk digunakan sebagai alat
diagnostik pilihan pertama karena morfologi merupakan
penentu paling penting dalam membedakan massa jinak dari
keganasan.1,2,12

21
- MRI
Magnetic resonance imaging (MRI) dapat digunakan dengan
aman selama trimester kedua dan ketiga kehamilan, meskipun
penggunaan bahan kontras berbasis gadolinium (gadolinium-
based contrast) harus dihindari karena berbahaya untuk janin.
MRI sangat berguna dalam membuat gambar 3 dimensi,
membedakan antara karakteristik morfologis yang berbeda
seperti, tulang, jaringan dan otot. Meskipun MRI dapat
memberikan informasi diagnostik yang bagus di luar
kemampuan USG, penggunaan MRI hanya disarankan ketika
diagnosis USG tidak pasti, massa terlalu besar untuk
sepenuhnya dinilai dengan USG atau ketika ada kemungkinan
besar tumor bersifat ganas, dan untuk mengevaluasi
kemungkinan terjadinya penyebaran ekstra ovarium.

22
- Tumor marker
Tumor marker seperti CA125 menunjukkan sedikit
signifikansi klinis pada kehamilan, angka akan meningkat
pada trimester pertama kehamilan dan menurun dengan
bertambahnya usia kehamilan. Penelitian serum CA125 tidak
disarankan pada kehamilan, karena kadar dapat berfluktuasi
secara umum pada kehamilan normal, terutama pada trimester
pertama dan kedua dan dapat dinaikkan dalam banyak kondisi
jinak. Pemeriksaan kadar protein di dalam darah biasanya
dilakukan pada perempuan yang berisiko terjadi proses
keganasan, kadar normal CA-125 (0-35 u/ml).

23
VIII. Komplikasi

Komplikasi dapat terjadi seperti torsio, ruptur, infeksi,


keganasan, impaksi kista di panggul menyebabkan retensi urin, dan
malpresentations janin. Torsi adalah komplikasi yang paling umum
di antara mereka. Risiko torsi ovarium meningkat sebesar 5 kali lipat
selama kehamilan. Hal ini lebih umum selama trimester pertama,
daripada di trimester kedua dan jarang di trimester ketiga. Kista
ovarium yang cukup besar dapat menyebabkan kelainan letak janin
dalam rahim atau dapat menghalangi masuknya kepala janin ke dalam
panggul.12

Komplikasi kista yang berhubungan dengan kehamilan adalah torsi


kista, ruptur, infeksi, keganasan, penularan kista pada panggul yang
menyebabkan retensi urin, persalinan macet dan malpresentasi janin.
Torsi tangkai kista ovarium dapat menyebabkan nekrosis dan infeksi
dengan gejala nyeri perut mendadak. Kista dapat pecah dengan spontan
akibat trauma atau akibat partus spontan karena kista tertekan oleh
kepala janin yang turun. Pada saat masa nifas dapat terjadi pengecilan
rahim sehingga kemungkinan dapat terjadinya putaran tangkai atau kista
mengalami kerusakan saat bayi lahir.1

Torsi lengkap menyebabkan total blokade pasokan vena dan


limfatik yang menyebabkan kongesti vena, perdarahan, dan nekrosis,
kemudian kista menjadi tegang dan dapat pecah. Risiko torsi ovarium
naik 5 kali lipat selama kehamilan.. Insidensi adalah 5 per 10.000
kehamilan. Torsi kista ovarium terjadi terutama pada kelompok usia
reproduksi. Sebagian besar kasus disajikan pada wanita hamil (22,7%)
daripada wanita tidak hamil (6,1% ). 7

24
Komplikasi kista ovarium diantaranya:

- Torsi kista ovarium

Torsi kista ovarium biasanya terjadi saat


hamil/pascapartum. Keluhannya nyeri perut mendadak, mual
dan muntah, torsi menahun tidak dirasakan karena perlahan-
lahan sehingga tidak banyak menimbulkan rasa nyeri abdomen,
timbulnya torsi karena ada tumor dalam perut. Terapi yang
dilakukan adalah tindakan laparotomi.

- Perdarahan

Perdarahan dapat terjadi trauma abdomen, langsung pada


kistanya. Keluhan seperti trauma diikuti rasa nyeri mendadak.
Perdarahan menimbulkan pembesaran kista dan memerlukan
tindakan laparotomi. Tidak ada patokan mengenai ukuran besar
kista yang berpotensi pecah. Ada kista yang berukuran 5 cm
sudah pecah, namun ada pula yang sampai berukuran 20 cm
belum pecah. Pecahnya kista menyebabkan pembuluh darah
robek dan menimbulkan terjadinya perdarahan.

- Infeksi kista ovarium

Infeksi pada kista terjadi akibat infeksi asenden dari serviks,


tuba dan menuju lokus ovulasi, sampai abses. Keluhan infeksi
kista ovarii yaitu badan panas, nyeri pada abdomen, perut terasa
tegang, diperlukan pemeriksaan laparotomi dan laboratorium
untuk mengetahui adanya infeksi pada kista.

- Ruptura kapsul kista

Ruptur kapsul kista terjadi karena akibat dari perdarahan


mendadak, infeksi kista dengan pembentukan abses membesar
ruptura. Diperlukan tindakan laparotomi untuk mengetahui
terjadinya ruptura kapsul kista.

25
- Degenerasi ganas

Degenerasi ganas berlangsung pelan “silent killer”.


Terdiagnosa setelah stadium lanjut, diagnosa dini karsinoma
ovarium menggunakan pemeriksaan tumor marker CA 125
untuk mengetahui terjadinya degenerasi ganas.

IX. Kista Ovarium Terkait Kehamilan

Kista ovarium terkait kehamilan yang paling umum adalah kista


fungsional seperti korpus luteum dan kista theca-lutein. Sebagian besar
kista ini akan sembuh setelah 14-16 minggu pertama kehamilan tetapi ada
beberapa, seperti kista theca lutein, dapat bertahan sampai setelah
melahirkan. Endometrioma dapat mengalami perubahan selama kehamilan
karena tingginya kadar progesteron dalam kehamilan.2

Kista Ovarium dalam kehamilan dapat tumbuh membesar: Karena


pada saat kehamilan terjadi ketidak keseimbangan hormon estrogen dan
progesteron. Selain itu, semakin banyak asupan makanan maka semakin
membesar pula kista ovarium. Jika kista ovarium ukurannya membesar,
maka akan menyebabkan, regangan atau penekanan pada rongga
abdomen, sehingga besar kehamilan dan usia kehamilan bisa berbeda (usia
kehamilan tidak sesuai dengan besar ukuran perut ibu hamil). Tinggi
fundus uteri lebih besar dari usia kehamilan, karena adanya kista ovarium
dalam kehamilan.

Apabila ukuran kista semakin membesar, maka dapat berdampak


terhadap kandungan/janin. Risiko torsi ovarium meningkat sebesar 5
kali lipat selama kehamilan. Hal ini lebih umum selama trimester
pertama, daripada di trimester kedua dan jarang di trimester ketiga.
Kista ovarium yang cukup besar dapat menyebabkan kelainan letak janin
dalam rahim atau dapat menghalangi masuknya kepala janin ke dalam

26
panggul. Pada kehamilan trimester pertama, dapat terjadi abortus, namun
apabila pada trimester pertama tidak terjadi abortus menandakan bahwa
progesteron tinggi. Pada kehamilan trimester kedua dapat terjadi
pertumbuhan janin terganggu. Pada trimester ketiga dapat menyebabkan
janin lahir prematur, terjadi ketuban pecah dini, IUGR/PJT.

X. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan kista ovarium dalam kehamilan tergantung pada ukuran


kista, hasil pemeriksaan USG dan tanda-tanda dan gejala pasien. Bila ukuran
kista kurang dari 6 cm dan tidak ditemukan tanda dan gejala akut abdomen
akibat kista penanganan dengan cara pemantauan ketat dengan rutin
melakukan pemeriksaan USG antenatal care/ konservatif. Karena kebanyakan
kasus dapat sembuh spontan. kista akan sembuh setelah 14-16 minggu pertama
kehamilan tetapi beberapa, seperti theca lutein cysts, dapat bertahan sampai
setelah melahirkan. Apabila ukuran kista <5 cm dan tidak ada tanda gejala akut
abdomen maka dapat dilakukan persalinan normal, dan rutin untuk melakukan
pemeriksaan USG/Follow up untuk melihat, apakah kista masih dengan ukuran
yang sama atau menghilang.4

Bila kista besar lebih dari 10 cm biasanya direseksi karena takut


komplikasi seperti torsi, pecah dan meningkatkan kemungkinan keganasan.
Sekitar 50% dari mereka mungkin memerlukan penatalaksanaan darurat
laparotomi eksplorasi untuk kasus kista ovarium yang pecah, torsi atau infark.
Bila dicurigai keganasan yang tinggi atau jika ada risiko tinggi komplikasi
(ruptur, torsi) maka diindikasikan untuk kanker ovarium stadium awal, stadium I
dan II menurut International Federation of Gynecology and Obstetrics (FIGO),
dilakukan prosedur bedah standar yang terdiri dari: histerektomi, adnexectomy
bilateral, omentectomy, sitologi, biopsi dan limfadenektomi. Untuk stadium lanjut
I dan penyakit stadium II apa pun, kemoterapi adjuvant standar (carboplatin-
paclitaxel) dapat dipertimbangkan. Apabila pasien masih muda maka dilakukan

27
kistektomi. Persalinan dapat dilakukan secara SC (apabila ada indikasi) dan
dilakukan pengangkatan kista. 1,3,4

Massa adneksa asimptomatik yang muncul sebagai kista sederhana


berukuran lima sentimeter atau lebih kecil atau kista dengan gambaran jinak yang
tegas seperti yang disebutkan di atas sangat mungkin untuk sembuh dengan
sendirinya dan tidak diperlukan tindak lanjut atau perawatan lebih lanjut selama
kehamilan. Dokter perlu membuat keputusan yang hati-hati kapan harus
beroperasi karena keduanya terlalu dini (risiko keguguran dan kehilangan fungsi
luteal sebelum bulan keempat kehamilan) dan terlambat (komplikasi seperti torsi,
pecah atau berdarah, perkembangan dalam kasus keganasan, prematur persalinan)
dapat memengaruhi pasien dan janin.4

Laparotomi garis tengah dengan manipulasi uterus minimal (laparotomy


with minimal uterine manipulation) lebih disukai jika dilakukan pendekatan
terbuka. Laparoskopi aman dan layak jika pedoman spesifik diikuti. Semen mana
laparoskopi harus dijadwalkan secara optimal antara 16 dan 20 minggu
kehamilan, berdasarkan waktu yang diizinkan untuk resolusi spontan, visifikasi
massa yang dioptimalkan berbeda dengan rahim yang membesar, dan penurunan
rasio persalinan prematur. Intervensi bedah (laparotomi atau laparoskopi)
biasanya diindikasikan dalam kasus persistensi massa, pembesaran, ruptur, puntir,
perdarahan, atau kecurigaan tinggi terhadap keganasan. Terdapat gejala akut,
massa harus ditangani dengan pembedahan. Keuntungan laparoskopi
dibandingkan laparotomi adalah pengurangan rawat inap di rumah sakit,
permintaan narkotika, nyeri pasca operasi, dan manipulasi dan iritasi rahim. Ini
juga memungkinkan untuk ambulasi pasca operasi sebelumnya, sehingga
mengurangi risiko kejadian tromboemboli.1

Beberapa penulis menganjurkan intervensi bedah pada trimester kedua.


Namun, yang lain percaya bahwa pengamatan cukup karena sebagian besar lesi
akan sembuh secara spontan selama atau setelah kehamilan. Massa yang
ditemukan pada trimester pertama pada pasien tanpa gejala harus dievaluasi
dengan USG mencari fitur keganasan. Jika ada kecurigaan keganasan, intervensi

28
bedah harus dilakukan, sebaiknya pada trimester kedua (16-20 minggu) untuk
menghindari risiko keguguran jika dilakukan lebih awal, atau kelahiran prematur
jika dilakukan kemudian.13

Terapi Hormonal, Pengobatan dengan pemberian pil KB (gabungan estrogen-


progresteron) boleh ditambahkan obat anti androgen progesteron cyproteron asetat
yang akan mengurangi ukuran besar kista. Untuk kemandulan dan tidak terjadinya
ovulasi, diberikan klomiphen sitrat. Juga bisa dilakukan pengobatan fisik pada
ovarium, misalnya melakukan diatermi dengan sinar laser. Dengan pemberian
hormon progesteron dapat mengurangi terjadinya keguguran.
Beberapa studi telah menyarankan intervensi bedah untuk masalah
keganasan, torsi tumor. Tumor pecah, atau terhambatnya persalinan. Kista
berdiameter kurang dari 6 sentimeter dan tampak jinak pada USG umumnya
dirawat secara konservatif karena mereka dapat mengalami resolusi spontan. Kista
Corpus luteal mengalami kemunduran setelah 12 hingga 16 minggu. Kista
berukuran lebih dari 10 sentimeter biasanya direseksi karena peningkatan risiko

29
keganasan, pecah atau puntir. Manajemen kista antara 5 hingga 10 sentimeter
kontroversial. Jika kista mengandung septa, nodul, ekskresi papiler, atau
komponen padat maka reseksi dianjurkan. Mereka yang memiliki penampilan
kistik sederhana dapat dikelola dengan pengawasan ultrasonografi serial. Namun
mereka mungkin memerlukan laparotomi eksplorasi darurat untuk ruptur, torsi
atau infark pada sebanyak 50% kasus.6

30
BAB IV
ANALISA KASUS

Pasien, Ny.M, 44 tahun, datang dengan keluhan telat haid sejak ± 3 bulan.
Pasien mengatakan pinggang terasa nyeri sejak 2 bulan. Keluhan mual, muntah,
nyeri perut, mules, keluar darah dari kemaluan/vagina diluar siklus haid,
keputihan, penurunan berat badan dalam satu bulan terakhir disangkal oleh pasien.
Pasien melakukan testpack dan hasilnya positif (garis dua), karena ingin
meyakinkan pasien datang kepoli kebidanan untuk memeriksakan kandungannya.
Hasil USG, pasien dikatakan positif hamil dan terdapat kista ovarium. BAB dan
BAK dalam batas normal.
Kista ovarium dalam kehamilan sering ditemukan pada saat ibu hamil
pada saat melakukan pemeriksaan USG antenatal rutin. Karena, kista ovarium
dalam kehamilan sering tidak meimbulkan gejala. Tapi kadang-kadang pasien
dapat memiliki keluhan akut abdomen yakni nyeri perut hebat, distensi, mual
dan muntah yang terjadi karena torsi atau pecahnya kista ovarium.
Pasien didiagnosa kista ovarium pada saat tahun 2011 (pada saat hamil anak
kedua). Setelah melahirkan pasien rutin kontrol, dari hasil USG pasien,
dinyatakan bahwa kista ovarium mengecil, dan sudah tidak tampak pada
pemeriksaan USG selanjutnya.
Dari Pemeriksaan Fisik, keadaan umum: baik, kesadaran: compos mentis,
tekanan darah: 120/85, nadi: 85x/menit, pernapasan: 18x/menit. Suhu: 36.6 °C.
Status generalis lain dalam batas normal. Dari status Obstetrik dan Ginekologis,
inspeksi ditemukan hiperpigmentasi papillae dan aerola mammae, papillae
mammae menonjol, kalenjar mammae membesar. ASI (-). Dari abdomen
ditemukan tampak buncit (-), massa (-) nyeri tekan (-), tinggi fundus uteri:- (tidak
teraba), kontraksi -. Pemeriksaan dalam tidak dilakukan.
Dari pemeriksaan USG pada tanggal 19/9/2019 didapatkan kesimpulan pasien
G4P2A1 Hamil 7-8 minggu dengan kista ovarium. Ukuran kista ± 4.49 cm x 3,41
cm. Penatalaksanaan pasien secara konservatif.

31
Penatalaksanaan kista ovarium dalam kehamilan tergantung pada ukuran kista,
hasil pemeriksaan USG dan tanda-tanda dan gejala pasien. Bila ukuran kista
kurang dari 6 cm dan tidak ditemukan tanda dan gejala akut abdomen akibat
kista penanganan dengan cara pemantauan ketat dengan rutin melakukan
pemeriksaan USG antenatal care/ konservatif. Karena kebanyakan kasus dapat
sembuh spontan. kista akan sembuh setelah 14-16 minggu pertama kehamilan
tetapi beberapa, seperti theca lutein cysts, dapat bertahan sampai setelah
melahirkan.

32
DAFTAR PUSTAKA

1. Al Zahidy ZA. Causes and Management of Ovarian Cysts. The Egyptian


Journal of Hospital Medicine. 2018;70(10):1818-22.
2. Haan, Verheecke, Amant. Management of Ovarian Cysts and Cancer in
Pregnancy. Facts Views Vis Obgyn, 2015, 7 (1): 25-31.
3. Kolluru V, Gurumurthy R, Vellanki V, Gururaj D. Torsion of ovarian cyst
during pregnancy: a case report. Cases Journal 2009,2:9405.
4. Hota BM, Rukmini R, Basavaih RG. Giant Ovarian Cyst In Term
Pregnancy - A rare case report. Bali Medical Journal (Bali Med J)
2015;4(1): 5-7
5. Apriani S, Hiswani, Rasmaliah. Karakteristik Penderita Kista Ovarium
Pada Wanita Sebelum Menopause Yang Dirawat Inap Di RS. Haji
Medan Tahun 2014-2015.
6. Brosens I, Gordts S , Puttemans P , Benagiano G. Pathophysiology
Proposed as the Basis For Modern Management of the Ovarian
Endometrioma. Reproductive BioMedicine Online. 2014;28:232– 38.
7. Jain A, Daver R. Successful Outcome of Pregnancy after Cystectomy for
Twisted Ovarian Cyst : A Case Report. Global Journal of Medical
Research: E Gynecology and Obstetrics. 2017;17(2):1-4.
8. T.B. Hatler, S.H. Hayes, L.F. Laranja da Fonseca, and W.J. Silvia2.
Relationship Between Endogenous Progesterone and Follicular Dynamics
in Lactating Dairy Cows with Ovarian Follicular Cysts. Biology Of
Reproduction. 2003;69:218–223.
9. Han KH. Kim MK, Kim HS, Chung HH, Song YS. Protective Effect of
Progesterone During Pregnancy Against Ovarian Canc. J Cancer Prev
2013;18:113-122.
10. Ross E, Fortin C. Ovarian Cysts.
http://www.clevelandclinicmeded.com/medicalpubs/diseasemanagement/
womens-health/ovarian-cysts. 2016

33
11. Minelli L. Ovarian Cyst. European Journal of Obstetrics & Gynecology
and Reproductive Biology 65 (1996).81-89.
12. Dhitayoni IA, Budiana NG. Profil Pasien Kanker Ovarium Di Rumah
Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar – Bali Periode Juli 2013 – Juni
2014. E-Jurnal Medika.2017; 6(3):1-9.
13. AM, Al-Shaar IA, Zaza KJ, Al-Shaar HA, Salloum MN. Adnexal masses
in pregnancy: An updated review. Avicenna J Med. 2017 Oct-Dec; 7(4):
153–157.

34

Anda mungkin juga menyukai