Kejang neonatus: kejang yang terjadi pada 28 hari pertama kehidupan pada bayi
cukup bulan atau 44 minggu masa konsepsi (usia kronologis + usia gestasi pada saat
lahir) pada bayi prematur
PATOFISIOLOGI
Depolarisasi : masuknya ion natrium ke dalam sel
Repolarisasi : keluarnya ion kalium ke eskstrasel
Fungsi neuron : jaga keseimbangan depolarisasi dan repolarisasi
Depolarisasi presinap di terminal akson melepaskan neurotransmitter berikatan
reseptor postsinaps hasilkan potensial aksi (dapat bersifat eksitasi atau inhibisi);
Fungsi otak normal sangat bergantung dari keseimbangan antara eksitasi dan
inhibisi; keseimbangan ini membutuhkan energi yang berasal dari ATP yang
menggerakkan pompa Na-K (ion K keluar, ion Na masuk)
Beberapa teori depolarisasi berlebihan (kejang) pada neonatus:
1. Pompa Na-K tidak berfungsi kurang energi hipoksik iskemik dan
hipoglikemia
2. Neurotransmiter eksitasi (glutamat) berlebihan hipoksik iskemik dan
hipoglikemia
3. Defisiensi neurotransmiter inhibisi (asam gama-aminobutirat, GABA)
menurunnya aktivitas enzim glutamic acid decarboxylase pada defisiensi
piridoksin
4. Permeabilitas membran sel terganggu Na banyak ke intrasel, ditemukan pada
hipokalsemia dan hipomagnesemia
Kejang neonatus berbeda dari kejang pada bayi di atas 1 bulan, anak, dan dewasa
Kejang neonatus kurang terorganisasi, hampir tidak pernah bersifat kejang umum
tonik klonik
Manifestasi kejang pada neonatus prematur berbeda dari neonatus cukup bulan
Kejang pada prematur lebih tidak terorganisasi, terkait dengan perkembangan
neuroanatomi dan neurofisiologi masa perinatal
Organisasi korteks serebri dan proses mielinisasi belum sempurna (imaturitas anatomi)
kejang tidak dapat menyebar ke bagian otak lain tidak terjadi kejang umum
Daerah subkorteks berkembang dulu dari pada korteks. Subkorteks sudah terhubung
dgn batang otak manifestasi kejang gerakan oral-bukal-lingual (menghisap,
mengecap, mengunyah, drooling, gerakan bola mata dan apnu, gerakan mengayuh
sepeda)
Pemeriksaan penunjang:
1. Darah lengkap, gula darah, elektrolit
2. Analisis cairan serebrospinal
3. EEG/aEEG, CFM (cerebral function monitoring)
4. Pencitraan : USG/CT scan/MRI kepala
5. Kultur darah/CSS : infeksi HSV ?
Penyebab struktural
Penyebab infeksi
Klinisi sering memulai antikonvulsan tanpa melihat gambaran EEG; tentukan lebih
dahulu :
Epileptik (tidak diprovokasi oleh stimulus, tidak berhenti dengan tahanan)
Non epileptik (sebaliknya)
Rekomendasi obat antikonvulsan:
1. Kejang bersifat lama (>3 menit)
2. Berulang
3. Mengganggu ventilasi dan tekanan darah
Sedapat mungkin diazepam tidak digunakan karena:
1. Masa kerja yang singkat
2. Kombinasi diazepam dengan fenobarbital meningkatkan risiko gagal napas dan
kardiovaskular
3. Kisaran dosis sangat sempit
4. Pelarut diazepam mengandung natrium benzoat yang mengganggu kompleks
bilirubin-albumin
Lama pemberian obat antikonvulsan ditentukan oleh :
1. Pemeriksaan neurologi
2. Penyebab kejang
3. Gambaran EEG
Bila perlu obat antikonvulsan dapat diberikan sampai usia 3-6 bulan
KESIMPULAN
Kejang neonatus sulit dikenali
Kejang/Bukan ?
Riwayat kehamilan, persalinan faktor risiko
Tipe kejang, awitan
Evaluasi dioagnostik etiologi ?
Obat antikonsulsan
EEG penting untuk diagnosis, menilai respons terapi, lama terapi dan prognosis
TERIMA KASIH