Oleh :
Aulia Hanum
Pembimbing :
dr. Indrastuti Normahayu, Sp.Rad(K)
Daftar Isi...............................................................................................................1
Daftar Gambar......................................................................................................3
BAB I.................................................................................................................... 4
Pendahuluan........................................................................................................ 4
BAB II................................................................................................................... 6
Presentasi Kasus..................................................................................................6
2.1 Anamnesis..............................................................................................6
2.2 Pemeriksaan Fisik..................................................................................6
2.3 Pemeriksaan Tambahan.........................................................................7
BAB III................................................................................................................ 10
Diskusi................................................................................................................ 10
3.1 Epidemiologi.........................................................................................10
3.2 Etiologi....................................................................................................10
3.3 Patofisiologi..............................................................................................11
3.4 Gambaran Klinis.......................................................................................11
3.4.1 Manifestasi kulit..................................................................................12
3.4.2 Manifestasi neurologis.......................................................................13
3.4.3 Manifestasi Oftalmik...........................................................................15
3.5 Pencitraan pada SWS...............................................................................17
3.5.1 Radiografi Kepala...............................................................................18
3.5.2 Angiography........................................................................................18
3.5.3 CT Scan..............................................................................................19
3.5.4 MRI.....................................................................................................20
3.5.5 SPECT and PET Scanning.................................................................24
3.5.6 PET scanning.....................................................................................25
3.5.7 Transcranial Doppler Ultrasonography...............................................26
3.5.8 Xenon Inhalation.................................................................................28
3.5.9 Modalitas Imaging Multiple.................................................................28
3.5.10 Electroencephalography...................................................................29
3.5.11 Temuan Histologis............................................................................29
3.6 Treatment and Management.....................................................................30
Bab IV................................................................................................................. 31
1
Kesimpulan......................................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................32
2
Daftar Gambar
3
BAB I
Pendahuluan
Lebih dari satu abad sejak Schirmer pertama kali menjelaskan hubungan
antara angioma pada wajah dan buphthalmos pada tahun 1860. William Allen
yang sekarang dikenal sebagai Sturge Weber Syndrome (SWS). Pada 1879 ia
melaporkan seorang gadis berusia 6,5 tahun dengan fokal twitching pada sisi kiri
tubuhnya, kemudian pada usia 6 bulan twitching menyebar ke sisi lain disertai
kehilangan kesadaran. Pasien juga memiliki tanda lahir pada lesi di sisi kanan
wajahnya yang berbatas tegas pada garis tengah. Pasien tersebut juga memiliki
sklera, retina dan koroid yang dipengaruhi oleh malformasi vaskular pada sisi
kanan. Selain itu dia pasien juga memiliki lesi kulit pada mata kiri, region frontal
kiri dan regio temporal kiri. Dia menyebut lesi kulit yang khas ini sebagai ‘Port-
wine stain’ dan menyatakan bahwa defisit neurologis disebabkan oleh lesi pada
permukaan ipsilateral otak pada parenkim otak itu sendiri. Spekulasi ini dipegang
dengan sikap skeptis sampai bukti patologis diberikan oleh Siegfried Kalischer
pada tahun 1901. Pada 1922, Parkes Weber menjelaskan fitur radiologis
4
telangiektasis sisi kiri, buphthalmos kiri, dan hemiparesis kanan menunjuk
adanya lesi pada sisi kiri otak. Temuan X-ray dalam kasus ini membuktikan
keberadaan lesi yang lebih atau kurang kalsifikasi dan tampak lesi yang
diciptakan pada tahun 1935 oleh Profesor Hilding Bergstrand yang bertujuan
beraneka ragam, mulai dengan adanya keterlibatan otak saja (pada sekitar 10%
dari kasus), keterlibatan mata saja, keterlibatan mata dan kulit atau keterlibatan
mata dan otak, sampai adanya tanda lahir yang terkait dengan keterlibatan otak
maupun kulit3.
SWS merupakan kasus yang jarang terjadi dan menyerang baik laki-laki
ada data berbasis populasi yang baik, prevalensi Sindrom Sturge Weber,
diperkirakan berkisar antara satu dalam 20.000 hingga 50.000 pada kelahiran
hidup. Terjadinya facial port wine stain terjadi dalam 3 kasus per 1000 kelahiran
hidup, Dan dari angka tersebut, hanya sekitar 10-20% di antaranya juga disertai
5
BAB II
Presentasi Kasus
2.1 Anamnesis
Pasien anak usia 2 tahun datang ke UGD RS Saiful Anwar Malang dan
dirujuk oleh RS Aminah Blitar dengan diagnose kejang demam kompleks dan
suspek Sturge Weber Syndrome. Pasien kejang sejak 1 jam sebelum masuk
setengah badan kanan. Kejang terjadi sebanyak empat kali dan masing-masing
menit. Kejang berlangsung dari tangan dan kaki kanan, dan diantara kejang,
pasien tidak sadar. Tidak ada keluhan penyerta seperti demam, diare, batuk,
maupun pilek. Pada riwayat penyakit dahulu, pasien sering mengalami kejang
sejak usia 6 bulan. Tidak ada riwayat patologis pada Ibu saat kehamilan. Riwayat
kelahiran pasien ini cukup bulan , spontan bracht di bidan dan langsung
menangis.
6
+ +
+ +
+ +
Ronchi -
-
-
Wheezing -
-
-
Abdomen:
Flat +
Soefl +
Bowel sounds +
Ekstremitas :
Akral Hangat
CRT < 2 second
Saat pasien datang didapatkan GCS 335 post pemberian obat anti kejang
dari RS sebelumnya. Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya tanda lahir
berupa bercak makula pada pelipis dan mata kiri yang berwarna kemerah-
merahan.
7
2.3.1 EEG
8
2.3.3 Foto Polos Thorax
9
BAB III
Diskusi
3.1 Epidemiologi
Menurut National Organization of Rare Disorders, Sindrom Sturge-Weber
(SWS) terjadi di salah satu dari setiap 20.000 hingga 50.000 kelahiran hidup.
Pewarisan bersifat sporadis, dan tidak ada perbedaan regional dalam insiden
yang telah diidentifikasi.
3.2 Etiologi
Etiologi SWS kemungkinan besar terkait dengan mosaik somatik. Huq et al
melaporkan bukti mosaik somatik pada 4 pasien dengan SWS. Sampel jaringan
melalui biopsi kulit dari noda port-wine pada 2 pasien, dan LA dari
hemisferektomi pada 2 pasien lainnya. Inversi lengan kromosom 4q dan trisomi
10 terlihat pada satu pasien masing-masing. Shirley et al mengidentifikasi
aktivasi somatik c.548G yang merupakan sebuah mutasi pada GNAQ (pada
kromosom 9q21) pada sampel jaringan yang terpengaruh, pada 23 dari 26
peserta penelitian dengan SWS.
Pembuluh kortikal yang rusak pada SWS telah dilaporkan hanya dipersarafi
oleh serabut saraf simpatis noradrenergik, dan peningkatan ekspresi endotelin-1
juga telah terlihat pada pembuluh intrakranial yang cacat. Temuan ini dapat
menunjukkan peningkatan vasokonstriksi pada pembuluh darah abnormal ini,
karena endotelin-1 adalah peptida yang berhubungan dengan vasokonstriksi.
Fibronektin adalah molekul penting dalam mengatur angiogenesis,
pemeliharaan penghalang darah-otak, dan struktur dan fungsi pembuluh darah,
serta respon jaringan otak terhadap kejang. Comi et al melaporkan bahwa, pada
pasien dengan SWS, penurunan ekspresi fibronektin tercatat pada pembuluh
darah leptomeningeal, sementara peningkatan ekspresi tercatat pada pembuluh
parenkim. Lingkar pembuluh darah leptomeningeal menurun, sementara
kepadatan pembuluh darah meningkat pada SWS. Secara keseluruhan, dalam
SWS, mutasi somatik yang mengaktifkan gen GNAQ (p.Arg183Gln), terlihat pada
sebagian besar kasus pada kromosom 9 (pada 9q21.2), tampaknya
menyebabkan perubahan dalam pengaturan struktur dan fungsi. pembuluh
darah, persarafan pembuluh darah, dan ekspresi matriks ekstraseluler dan
molekul vasoaktif7.
10
11
3.3 Patofisiologi
SWS disebabkan oleh sisa pembuluh darah embrional dan efek sekundernya
pada jaringan otak sekitarnya. Pleksus vaskuler berkembang di sekitar bagian
cephalic dari neural tube, di bawah ektoderm yang kelak menjadi kulit wajah.
Biasanya, pleksus vaskular ini terbentuk pada minggu keenam dan mengalami
regresi sekitar minggu kesembilan kehamilan. Kegagalan hasil regresi normal ini
di sisa jaringan pembuluh darah, yang membentuk angiomata dari
leptomeninges, wajah, dan mata ipsilateral. Hasil disfungsi neurologis dari efek
sekunder pada jaringan otak di sekitarnya, meliputi hal-hal berikut :
Hypoxia
Ischemia
Venous occlusion
Thrombosis
Infark
Vasomotor phenomenon
12
Visual loss
Hemianopsia
Insidensi manifestasi klinis utama dari SWS tercantum pada table berikut ini :
Clinical Manifestation Incidence Rate
Risk of SWS with facial PWS 8%
SWS without facial nevus 13%
Bilateral cerebral involvement 15%
Seizures 72-93%
Hemiparesis 25-56%
Hemianopia 44%
Headaches 44-62%
Developmental delay and mental retardation 50-75%
Glaucoma 30-71%
Choroidal hemangioma 40%
Ciri khas dari SWS adalah dilatasi vena kulit wajah, juga disebut sebagai
nevus flammeus atau port-wine stain (PWS), yang hadir pada sebanyak 96%
pasien dan terlihat saat lahir. Dilatasi vena wajah muncul sebagai 1 atau
beberapa bercak merah kusam dari garis luar yang tidak teratur yang terletak di
sepanjang, tetapi tidak terbatas pada, distribusi 1 atau lebih divisi dari saraf
trigeminal. SWS merupakan sekelompok gangguan yang secara kolektif dikenal
sebagai phakomatoses (penyakit "mother-spot").
13
3.4.1. 1 Port-wine stain
Port-wine stain atau nevus pada wajah adalah lesi makula kongenital
yang dapat menjadi progresif; awalnya berwarna merah muda awalnya dan
kemudian berkembang menjadi lesi nodular merah atau ungu. Hal ini ditemuakan
dikulit wajah dan biasanya terkait dengan lesi di pembuluh koroid mata atau
pembuluh leptomeningeal otak. PWS mungkin sulit untuk divisualisasikan pada
pasien dengan pigmentasi kulit gelap. Tidak semua orang dengan PWS memiliki
SWS.
Insiden keseluruhan SWS telah dilaporkan adalah 8-33% pada individu
dengan PWS. Beberapa penelitian telah mengevaluasi hal ini secara khusus.
Sebuah studi oleh Enjolras et al menunjukkan bahwa pada pasien dengan PWS,
SWS hanya terjadi ketika nevus melibatkan distribusi V1 (oftalmik) dari saraf
trigeminal. Dalam tinjauan retrospektif mereka, para peneliti mempelajari data
dari 106 pasien dengan PWS wajah, 12 di antaranya memiliki SWS dan 4 di
antaranya memiliki glaukoma tanpa lesi pada pial. Tidak ada pasien yang
memiliki keterlibatan V2 (maxillary) dan / atau V3 (mandibular) area tanpa
keterlibatan V1 pada pasieen dengan SWS. Pasien yang dianggap berisiko tinggi
untuk SWS adalah mereka yang dengan keterlibatan di seluruh area V1. Pasien
dengan hanya sebagian keterlibatan V1 berisiko rendah. Dalam sebuah
penelitian terhadap 121 pasien dengan nevi wajah yang mempengaruhi kulit
dalam distribusi saraf trigeminal, Bioxeda et al menyimpulkan bahwa hanya
orang-orang dengan keterlibatan V1 yang berisiko untuk epilepsi atau glaukoma.
[34] Sebuah PWS extrafacial lebih umum ketika terdapat keterlibatan V3. Lesinya
unilateral pada 86% pasien, dan bilateral pada 14%. Dalam penelitian serupa,
tetapi lebih besar, Tallman dkk menemukan bahwa hanya pasien dengan PWS
yang melibatkan distribusi cabang V1 dan V2 dari saraf trigeminal memiliki CNS
atau keterlibatan mata. Secara keseluruhan, pada pasien dengan keterlibatan
trigeminal, hanya 8% yang memiliki CNS dan keterlibatan mata; 24% dari mereka
dengan lesi bilateral memiliki keterlibatan mata atau CNS, dibandingkan dengan
hanya 6% pasien dengan lesi unilateral. Para penulis merekomendasikan
skrining untuk glaukoma dan keterlibatan CNS ketika PWS melibatkan kelopak
mata, dengan lesi V1, V2, dan V3 unilateral, atau dengan lesi bilateral. PWS
ekstroprafial mungkin berhubungan dengan abnormalitas intrakranial; misalnya,
dalam sindrom Klippel-Trenaunay-Weber, neuroimaging dapat menunjukkan
14
temuan yang mirip dengan SWS, dan PWS serviks telah dikaitkan dengan
kalsifikasi oksipital.
3.4.2.1 Kejang
15
3.4.2.2 Developmental delay
Pada pasien yang memiliki usia lanjut dari onset kejang memiliki insiden
keterlambatan perkembangan yang lebih rendah dan lebih sedikit kebutuhan
pendidikan khusus. Terjadinya kejang sebelum usia dua tahun mungkin
menunjukkan kemungkinan lebih besar dari epilepsi refrakter dan
keterbelakangan mental. Pasien dengan kejang refrakter lebih mungkin
mengalami retardasi mental, karena orang-orang tersebut memiliki keterlibatan
otak yang lebih luas. Pasien dengan onset kejang belakangan memiliki insiden
keterlambatan perkembangan yang lebih rendah dan kebutuhan pendidikan
khusus yang lebih sedikit5.
Episode transien disebut sebagai episode mirip stroke6. Ini terjadi pada 14
(70%) dari 20 pasien yang dijelaskan oleh Maria et al. Garcia dkk melaporkan
episode trombotik rekuren9. Stroke juga bisa terjadi. Insiden defisit neurologis
lebih tinggi pada orang dewasa; Sujansky dan Conradi melaporkan kejadian di
34 (65%) dari 52 pasien, hasil yang menunjukkan sifat progresif dari SWS.
3.4.2.4 Hemiparesis
3.4.2.5 Hemianopsia
16
3.4.2.6 Sakit kepala
Sakit kepala terjadi akibat penyakit vaskular, hal ini memiliki gejala sakit
kepala migrain6 dan dianggap sebagai "migrain simptomatik." Dalam studi
tersebut oleh Sturge-Weber, Foundation, sakit kepala terjadi pada 132 (77%) dari
171 pasien dari segala usia dan pada 28 (62%) dari 45 orang dewasa.
17
Gambar 4 Seorang anak dengan sindrom Sturge-Weber yang terutama mempengaruhi distribusi
saraf kranial V2-3, dengan keterlibatan ringan dari saraf kranial V1. Glaukoma sekunder terbukti.
Melanositosis okular yang melibatkan sklera kedua mata merupakan temuan terkait.
18
seizures)
Contrast enhancement
MRI Gadolinium enhancement of leptomeningeal
angiomas (LAs)
Enlarged choroid plexus
Sinovenous occlusion
Cortical atrophy
Accelerated myelination
SPECT scanning Hyperperfusion, early
Hypoperfusion, late
PET scanning Hypometabolism
Electroencephalography Reduced background activity
(EEG) Polymorphic delta activity
Epileptiform features
Tabel 1. Ringkasan temuan dalam Sindrom Sturge Weber
19
Gambar 5 Foto polos skull lateral menunjukkan pola kalsifikasi gyriform korteks (tanda panah) di
daerah oksipital
3.5.2 Angiography
20
3.5.3 CT Scan
21
3.5.4 MRI
Gambar 6 Gambaran CT scan potongan axial menunjukkan kalsifikasi subkortikal yang memiliki
karakteristik ‘tram-track’-like pada lobus frontal kiri, parietal dan oksipital dengan atrofi korteks
serebral yang melibatkan lobus frontal kiri9
22
Gambar 7.Pencitraan MRI axiial T1-weighted mendemonstrasikan hemiatrofi serebri kiri yang
terkait dengan angiomatosis leptomeningeal.
23
Gambar 8. MRI axial T2-weighted echo fast field echo sequence yang menunjukkan kalsifikasi
subkortikal dengan karakteristik 'trem-track like appearance' yang melibatkan region frontal dan
parietal kiri.9
Gambar 9. (A) MRI axial T1-weighted (T1W) spin-echo and (B) coronal T2W fluid-attenuated
inversion recovery sequences menunjukkan adanya atrofi pada korteks cerebri dominan pada
lobus frontal kiri9.
24
Gambar 10 (A) MRI axial T1-weighted (T1W) spin-echo, (B) MRI axial T2W fluid-attenuated
inversion recovery (FLAIR) and (C) coronal T2W FLAIR sequences menunjukkan pleksus
choroid kiri yang prominen.9
Gambar 11. Brain CT dan MRI (A) Brain CT menunjukkan kalsifikasi ireguler pada lobus
temporal kanan. (B) Postgadolinium T1-weighted coronal MRI menunjukkan penyangatan
leptomeningeal pada hemisfer kanan dengan pembesaran plexus choroid. (C) Magnetic
resonance venography menunjukkan pengurangan vena kortikal superfisial kanan dengan vena
kolateral profundus yang prominen10
25
maupun angiografi. MRI dengan gadolinium juga dapat menggambarkan luasnya
leptomeningeal angioma. Fischbein melaporkan bahwa penyangatan gadolinium
mungkin tidak terlihat dalam setiap kasus. Hu et al melaporkan bahwa MR
susceptibility-weighted imaging (SWI) dapat melengkapi gadolinium-enhanced,
T1-weighted MRI dalam karakteristik kelainan pada SWS17.
26
Temuan MRI yang lainnya termasuk percepatan mielinasi di sekitar LA;
pleksus choroid yang besar, ukuran pleksus choroid yang berkorelasi dengan
perluasan LA; dan oklusi sinovenosa yang progresif pada MR venografi. Benedikt
et al melaporkan angiomatosis pial dengan atrofi kortikal disekitarnya yang
ditemukan dari MRI pada 4 pasien yang di antaranya memiliki pemeriksaan MRI
atau CT scan tanpa kontras yang normal atau hanya menunjukkan temuan
nonspesifik.
Juhasz dkk melaporkan bahwa volume white matter hemisfer otak
ipsilateral terhadap angioma adalah prediktor independen dari IQ, dan bahwa
hilangnya volume white matter tersebut dapat memberi peran penting dalam
penurunan kognitif pada anak-anak dengan SWS19.
Bernal dan Altman melaporkan pola aktivasi abnormal di daerah oksipital
pada MRI fungsional pada pasien dengan SWS.
Lin dkk melaporkan temuan pada MRI perfusi yang kompatibel dengan
gangguan drainase vena dalam kasus awal SWS dengan onset kejang yang
baru.
27
Gambar 12. Single-photon emission computed tomographic scan pada Sturge-Weber syndrome
28
Gambar 13. Co‐registered susceptibility weighted imaging (SWI) and 2‐deoxy‐2[18F]fluoro‐D‐
glucose positron emission tomography (FDG‐PET) pada pasien anak dengan Sturge–Weber
syndrome disertai keterlibatan hemisfer kiri. Native SWI menunjukkan area dengan kalsifikasi
pada occipital kiri dan kortex temporal posterior. Hypometabolism pada PET meluas ke aras
kortex temporal sisi anterior3.
29
Gambar 15. Circumscribed hemangioma.
Gambar 16. B-scan dari hemangioma choroidal menunjukkan reflektivitas internal medium
hingga tinggi. Ini menunjukkan circumscribed choroidal hemangioma. Pasien tersebut tidak
didiagnosis dengan Sturge-Weber Syndrome.
30
Jordan dkk melaporkan penggunaan ultrasonografi Doppler transkranial
pada 8 anak dengan SWS. Penurunan kecepatan aliran darah arteri dan
peningkatan pulsasi ditemukan di arteri serebral medial dan arteri cerebral
posterior, menunjukkan resistansi yang tinggi. Hasil ini mungkin mencerminkan
stasis vena yang tinggi, berpotensi berkontribusi terhadap hipoperfusi kronis.
Riela dkk mempelajari teknik inhalasi xenon-133 (133 Xe) pada 4 pasien
dengan SWS dan menunjukkan penurunan perfusi regional di daerah LA,
dengan gangguan reaktivitas vasomotor yang didokumentasikan pada 2 pasien.
Penurunan aliran sangat prominen pada 2 pasien yang usianya lebih muda
dengan status neurologis yang normal, hal tersebut menunjukkan bahwa
kelainan aliran darah sebenarnya dapat mendahului gejala neurologis dan oleh
karena itu dapat menyebabkan atau setidaknya berkontribusi pada adanya
deteriorasi.
31
FDG di talamus. Asimetri berat dari metabolisme glukosa dan difusinya
merupakan prediktor kuat untuk IQ yang rendah.
3.5.10 Electroencephalography
32
3.5.11 Temuan Histologis
33
Pengobatan glaukoma pada SWS biasanya gagal dengan waktu,
sehingga sebagian besar dokter mata menganggap terapi bedah sebagai
pengobatan utama untuk glaukoma terkait SWS25.
34
Bab IV
Kesimpulan
Temuan klinis yang paling menonjol dari SWS adalah unilateral facial
port-wine stain yang didapatkan penderita sejak lahir. Seperti pada kasus ini,
pasien memiliki tanda lahir pada wajah sisi kiri dan baru mengalami keluhan
kejang pada usia 6 bulan. Facial port wine stain dapat mencerminkan sisi dari
keterlibatan intrakranial yang dapat menyebabkan kejang.
Berbagai modalitas imaging dan pemeriksaan penunjang lain sangat
diperlukan untuk mengetahui perluasan maksimal dari penyakit pada pasien
dengan SWS. Angiomatosis leptomeningeal dianggap sebagai kelainan
intrakranial primer, kemudian kelainan patologis lain seperti atrofi otak dan
kalsifikasi kortikal merupakan yang proses selanjutnya yang harus di oleh
seorang radiologis.
35
Daftar Pustaka
6. Lo W, Marchuk DA, Ball KL, et al. Updates and future horizons on the
understanding, diagnosis, and treatment of Sturge-Weber syndrome brain
involvement. Dev Med Child Neurol. 2012;54(3):214-223.
doi:10.1111/j.1469-8749.2011.04169.x
7. Shirley MD, Tang H, Gallione CJ, et al. Sturge–Weber Syndrome and Port-
Wine Stains Caused by Somatic Mutation in GNAQ. N Engl J Med.
2013;368(21):1971-1979. doi:10.1056/NEJMoa1213507
36
with Ruthenium-106 plaque radiotherapy. Graefe’s Arch Clin Exp
Ophthalmol. 2015;253(11):2015-2019. doi:10.1007/s00417-015-3061-8
21. Jordan LC, Wityk RJ, Dowling MM, DeJong RM, Comi AM. Transcranial
doppler ultrasound in children with Sturge-Weber Syndrome. J Child
Neurol. 2008;23(2):137-143. doi:10.1177/0883073807307079
22. Lance EI, Sreenivasan AK, Zabel TA, Kossoff EH, Comi AM. Aspirin use in
sturge-weber syndrome: Side effects and clinical outcomes. J Child
Neurol. 2013;28(2):213-218. doi:10.1177/0883073812463607
23. AOA. Care of the Adult Patient with Cataract. Optom Clin Pract Guidel.
2010:1-43. doi:10.14423/SMJ.0000000000000193
37
38