Bayi & anak kecil lebih rentan terhadap penyakit ini karena
respon imunitas mereka belum berkembang dengan baik.
Tanggal Lahir:
16 Maret 2018 (1 tahun 5 bulan)
Keluhan Tambahan
•Batuk, pilek, lemas, demam
Anamnesis
Riwayat Penyakit Sekarang
O Pasien datang ke IGD RSPM bersama kedua
orang tua pasien dengan keluhan sesak nafas
sejak 9 hari lalu. Sesak dirasakan terus
menerus sepanjang hari.
O Psikomotor :
O Tengkurap : 5 bulan
O Duduk :10 bulan
O Berdiri :11 bulan
O Berjalan : 14 bulan
O Berbicara : 12 bulan
O Membaca / menulis : -
BCG 0 bulan
Campak 9 bulan
MMR 15 bulan
Kesan: Imunisasi dasar lengkap sesuai usia
Riwayat Makanan
O 0-6 bulan :
O ASI ekslusif, diberikan setiap kurang lebih 2-3jam sekali, anak
menyusu kuat, bergantian pada payudara kanan dan kiri selama
masing-masing 15 menit tiap kali minum
O 6-12 bulan :
O ASI, diberikan setiap kurang lebih 4-5jam sekali, bergantian pada
payudara kanan dan kiri selama masing-masing 15 menit tiap kali
minum
O bubur saring dengan lauk daging ayam, telur, serta wortel dan
brokoli yang dihaluskan diberikan 3x sehari sebanyak 1 porsi
O pisang 2x sehari
O 12 bulan – 17 bulan :
O ASI, diberikan setiap kurang lebih 4-5jam sekali, bergantian pada
payudara kanan dan kiri selama masing-masing 15 menit tiap kali
minum
O nasi tim dengan ayam dan sayuran diberikan 3x sehari sebanyak 1
porsi
Kesan : kualitas dan kuantitas makan sesuai tahapan usia menurut Depkes
Status Gizi
Tinggi Badan : 74 cm
Berat Badan : 7,6 kg
Follow Up Pasien
O IGD (14 Agustus 2019)
O Bangsal Melati (15-20 Agustus 2019)
IGD - 14 Agustus 2019
O Bronkopneumonia O Bronkiolotis
O Asma
O TB
Rencana Terapi IGD
Terapi IGD:
kaen 1b 760cc/hari
Inhalasi Ventolin 1resp + NS 3cc tiap 8 jam
Terapi Ranap
O Diet : Makanan Lunak
O IVFD :
kaen 1b 760cc/hari
O Mm :
Inhalasi Ventolin 1resp + NS 3cc tiap 8 jam
Paracetamol syr 3x1cth
Ambroxol syr 3x1/2 cth
PH: 1 PP: 10
Tinjauan Pustaka
• Pneumonia adalah proses
infeksi akut yang
mengenai jaringan paru-
paru (alveoli) biasanya
disebabkan oleh
masuknya kuman, yang
ditandai oleh gejala klinis
batuk, demam tinggi dan
disertai adanya napas
cepat ataupun tarikan
dinding dada bagian
bawah ke dalam
Diagram 1, penyebab kematian anak dibawah 5 tahun menurut WHO 2
pneumonia
yang terjadi
pada masa
tingginya bayi
pajanan
BBLR
terhadap
polusi udara
tingginya Faktor
prevalensi resiko tidak
kolonisasi
bakteri
tingginya mendapat
mortalitas imunisasi
patogen di
nasofaring pneumonia
tidak
defisiensi
mendapat
vitamin A
ASI adekuat
malnutrisi
Patofisiologi
3 bentuk transmisi primer, yakni:
1. Aspirasi sekret yang berisi
mikroorganisme patogen yang telah
berkolonisasi pada orofaring.
2. Inhalasi aerosol yang infeksius
3. Penyebaran hematogen dari bagian
ekstrapulmonal.
1. Stadium I (4 – 12 jam
pertama/kongesti)
Mikroorganisme 2. Stadium II (48 jam
Pertahanan tubuh berikutnya) - hepatisasi
tiba di alveoli
lemah, merah
membentuk suatu
mikroorganisme
proses peradangan 3. Stadium III (3 – 8 hari) -
melalui jalan nafas
yang meliputi empat hepatisasi kelabu
sampai ke alveoli
stadium 4. Stadium IV (7 – 11 hari)-
stadium resolusi
Pneumonia Lobaris
Asma - riwayat wheezing berulang, kadang tidak berhubungan dengan batuk dan pilek
- hiperinflasi dinding dada
- ekspirasi memanjang
berespon baik terhadap bronkodilator
Diagnosis
Anamnesis Pemeriksaan Fisik
O Batuk yang awalnya kering, O Gejala distres pernapasan seperti takipnea,
kemudian menjadi produktif retraksi subkostal, batuk, krepitasi, dan
dengan dahak purulent penurunan suara paru
bahkan bisa berdarah O Demam dan sianosis
O Sesak napas O Anak di bawah 5 tahun mungkin tidak
O Demam menunjukkan gejala pneumonia yang klasik.
O Pada anak yang demam dan sakit akut,
O Kesulitan makan/minum
terdapat gejala nyeri yang diproyeksikan ke
O Tampak lemah abdomen. Pada bayi muda, terdapat gejala
O Serangan pertama atau pernapasan tak teratur dan hipopnea.
berulang, untuk O Pada nafas terdapat retraksi otot epigastrik,
membedakan dengan interkostal, suprasternal, dan pernapasan
kondisi imunokompromais, cuping hidung.
kelainan anatomi bronkus, O Pada palpasi ditemukan vokal fremitus yang
atau asma simetris.
O auskultasi ditemukan crackles sedang nyaring.
Pemeriksaan Penunjang
O Pemeriksaan O Pemeriksaan
Radiologi Laboratorium
Tatalaksana
O Rawat Inap
O Rawat Jalan
Diberikan antibiotik tunggal oral Beri ampisilin/amoksisilin (25-50
dengan efektifitas yang mg/kgBB/kali IV atau IM setiap 6 jam),
mencapai 90%. Dosis yang harus dipantau 24 jam selama 72 jam
digunakan adalah Kotrimoksazol pertama.
(4mg TMP/kgBB/kali) 2 kali Bila anak memberikan respons yang
sehari selama 3 hari atau baik maka diberikan selama 5 hari.
Amoksisilin (25mg/kgBB/kali) 2 Selanjutnya terapi dilanjutkan di
kali sehari selama 3 hari. Untuk rumah atau di rumah sakit dengan
pasien HIV diberikan selama 5 amoksisilin oral (15mg/kgBB/kali
hari. diberikan 3 kali sehari) untuk 5 hari
berikutnya.
O Rekomendasi UKK Respirologi
Antibiotik untuk community acquired pneumonia:
2 bulan:
Lini pertama Ampisilin bila dalam 3 hari tidak ada
perbaikan dapat ditambahkan kloramfenikol.
Lini kedua Seftriakson
Infeksi Komplikasi
Sistemik Empiema
Pneumonia
Abses
Paru
Prognosis
O Sembuh total, mortalitas kurang dari 1 %,
mortalitas bisa lebih tinggi didapatkan pada
anak-anak dengan keadaan malnutrisi dan
pada anak yang datang terlambat untuk
pengobatan.
Analisa Kasus
O Pasien datang ke IGD RSPM bersama kedua
orang tua pasien dengan keluhan sesak
nafas sejak 9 hari yang lalu disertai demam,
batuk, suara nafas grok-grok dan pilek.
Sesak dirasakan terus menerus sepanjang
hari. Nafsu makan menurun.
O Pada kasus ini pasien didiagnosa dengan
pneumonia karena pada pasien didapatkan
gambaran klinis pneumonia pada anak yang
bergantung pada berat ringannya infeksi,
tetapi secara umum gejala infeksi umum,
yaitu didapatkan pada pasien anak ini
demam, gelisah, penurunan nafsu makan.
O Gejala gangguan respiratori juga terjadi pada pasien
anak ini, seperti batuk, pilek, sesak napas, takipnea
dan napas cuping hidung. Dan pada pemeriksaan
fisik ditemukan suara ronkhi basah halus.
O Pada pemeriksaan laboratorium tidak terdapat
peningkatan jumlah leukosit. Hitung leukosit dapat
membantu membedakan pneumoni viral dan
bakterial.
O Diagnosis pada kasus ini ditegakan karena adanya
gejala sesak nafas disertai pernafasan cuping hidung
dan tarikan dinding dada, panas badan, ronki basah
halus. Dari kasus ini tidak didapatkan peningkatan
leukosit dan neutrofil yang perdominan sehingga
mengarahkan kecurigaan penyebabnya adalah virus.