Anda di halaman 1dari 33

CASE REPORT ILMU KESEHATAN ANAK

DIARE AKUT DEHIDRASI RINGAN SEDANG ET


CAUSA VIRUS

Pembimbing :

dr. Albert Daniel S., Sp.A.

Disusun oleh:

Mutiara Nindya Sari

1765050230

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

PERIODE 22 JULI – 28 SEPTEMBER 2019

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA

JAKARTA

2019
BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Sampai saat ini penyakit diare masih menjadi salah satu masalah kesehatan dunia
khususnya di negara-negara berkembang atau berpenghasilan rendah dan menengah (LMICs) yang
secara ekonomi memikul beban tertinggi kematian balita, dengan hampir empat perlima dari
1
seluruh kematian balita terjadi di Afrika Sub-Sahara dan Asia Selatan. Diare juga menempati
posisi kedua sebagai penyebab kematian utama pada anak dibawah lima tahun, dan menjadi
penyebab terjadinya 525.000 kematian pada anak tiap tahunnya.2 Pada tahun 2013, dari 6,3 juta
anak di seluruh dunia yang meninggal sebelum mereka mencapai umur 5 tahun, sekitar
setengahnya (3,2 juta) meninggal akibat penyakit menular, dengan diare yang menewaskan lebih
dari 500.000 anak.3 Di Indonesia sendiri, pada tahun 2018 prevalensi diare pada Balita mengalami
penurunan dibandingkan pada tahun 2013 yaitu dari 18.5% menjadi 12.3%. 4,5
Diare sendiri didefinisikan sebagai fenomena Buang Air besar dari tiga dengan
konsistensi lunak atau cair dalam sehari (atau lebih sering daripada normalnya). Sementara diare
akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali perhari dengan atau tanpa lender
dan berlangsng kurang dari satu minggu. Diare dapat berlangsung beberapa hari, dan dapat
menyebabkan tubuh kehilangan air dan garam yang diperlukan untuk bertahan hidup. Dahulu,
fenomena dehidrasi kronis dan kehilangan cairan menjadi penyebab terjadinya kematian pada
kasus Diare. Sedangkan, akhir-akhir ini penyebab lain seperti sepsis akibat infeksi bakteri
cenderung menjadi penyebab peningkatan angka kematian padaanak terkait dengan diare. 2
Sebagian besar kasus diare disebebakan akibat makanan dan sumber air yang
terkontaminasi. Sebanyak 780 juta individu di dunia tidak memiliki akses air minum yang layak
dan 2,5 miliar individu tidak memiliki sanitasi yang baik. Fenomena ini terjadi cukup luas terutama
di Negara Berkembang dan berpenghasilan rendah. Di Negara-negara tersebut, anak-anak di
2
bawah tiga tahun mengalami rata-rata 3 episode diare setiap tahunnya. Diare juga erat
hubungannya dengan kejadia kurang gizi. Setiap episode diare dapat menyebabkan kekurangan
gizi oleh karena adanya anoreksia dan berkurang nya kemampuan menyerap sari makanan,
sehingga apabila episodenya berkepanjangan akan berdampak terhadap pertumbuhan dan
kesehatan anak.. 5
Oleh karena itu, perlu dilakukan penegakan diagnosis secara cepat dan tepat, agar
penanganan diare dapat diatas dengan baik dan mencegah terjadinya dehidrasi pada anak. Selain
itu, perlu dilakukan edukasi yang baik kepada orangtua dan masyarakat sekitar untuk mencegah
transmisi penyakit diare dengan menjaga personal hygine dan masih banyak lagi.
II. Tujuan
Penulisan laporan kasus ini ditujukan sebagai salah satu pra-syarat untuk mengikuti Ujian
Long Case pada kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak dan dapat menjadi referensi dan tinjauan
pustaka terkait dengan Diare Akut dan Dehidrasi.
BAB II
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama lengkap : An. Drgantara Aprilio
Tanggal lahir : 3/4/2018
Umur : 1 tahun 3 bulan
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Kristen
Pendidikan : belum sekolah
Alamat : jln. Haji Baping RT 02 / RW 09 , Kelurahan Ciracas, kota Jakarta Timur.

Orang Tua/Wali
Ayah
Nama lengkap : Tn. K S
Tangal lahir : 19 Februari 1986
Suku : Batak
Agama : kristen
Pendidikan : SMA
Alamat : jln. Haji Baping RT 02 / RW 09 , Kelurahan Ciracas, kota Jakarta Timur
Pekerjaan : TNI
Penghasilan : setara UMR PNS Jakarta

Ibu
Nama lengkap : Ny. PS
Tangal lahir : 7 Februari 1999
Suku : Batak
Agama : Kristen
Pendidikan : S-1
Alamat : jln. Haji Baping RT 02 / RW 09 , Kelurahan Ciracas, kota Jakarta Timur
Pekerjaan : karyawan swasta
Penghasilan : setara UMR jakarta
Hubungan dengan orang tua : Anak kandung
Riwayat Kehamilan
Perawatan antenatal : Trimester I 1 kali/bulan di Rumah sakit
Trimester II 1 kali/bulan di Rumah sakit
Trimester III 2 kali/bulan di Rumah sakit
Penyakit Kehamilan : Disangkal oleh ibu pasien

Riwayat Kelahiran
Tempat lahir : Rumah Sakit
Penolong persalinan : Dokter
Cara persalinan : Tindakan
Penyulit : Hemoroid grade III
Masa gestasi : Cukup bulan

Keadaan Bayi
Bayi laki-laki dengan BBL 3300 gram, PBL 52 cm, LK orang tua tidak ingat, saat lahir bayi
langsung menangis, tidak ikterik, tidak sianosis. Ibu pasien tidak mengetahui nilai APGAR
pasien. Bayi tidak memiliki kelainan bawaan.

Riwayat Tumbuh Kembang


Gigi pertama : 5 bulan
Psikomotor
- Tengkurap : 4 bulan
- Duduk : 6 bulan
- Berdiri : 13 bulan
- Berjalan : 14 bulan
- Berbicara : belum dapat berbicara dengan jelas
- Menulis : belum bisa
- Membaca : belum bisa
Kesan : Tidak terdapat gangguan perkembangan, tahapan perkembangan sesuai usia menurut
Milestone.
Vaksin Dasar (umur) Ulangan
BCG 1 bulan (skar +)
DPT/DT 2,3,4 bulan
POLIO 0,2,3,4 bulan
CAMPAK 9 bulan
HEPATITIS B 0,2,3,4 bulan

Riwayat Imunisasi
Kesan : Riwayat imunisasi dasar lengkap menurut IDAI 2017

Riwayat Makanan
Usia Jenis Makanan

0-2 bulan ASI eksklusif tiap 2 jam selama ± 10-15 menit, hisapan
kuat bergantian di payudara kiri dan kanan

2-6 bulan Susu formula setiap 6 jam 2 x 2 botol (240cc)

6 bulan -sekarang - Pagi : bubur dengan potongan ayam/ikan + sayur +


susu
- Siang : bubur dengan potongan ayam/ikan + sayur
ditambah potongan daging/ayam/ikan
- Malam : Susu formula 3-4 botol (240cc)

Kesan : kualitas dan kuantitas makan tidak cukup sesuai dengan tahapan usia menurut Depkes
Riwayat Penyakit yang pernah diderita
Penyakit Umur

Kejang demam -
Otitis -
Radang Paru -
Kecelakaan -
Diare -
Parotitis -
Operasi -
Kejang demam -
Otitis -
Radang Paru -
Kecelakaan -
Diare -
Parotitis -
Operasi -

Riwayat Keluarga
No. Tanggal Jenis Hidup Lahir Abortus Mati Keterangan
lahir Kelamin Mati (sebab) Kesehatan
1. 25 Perempuan ✓ - - - Sakit
April
2017
2. 3 maret Laki-laki ✓ - - - Sehat
2018 (pasien)

Data Keluarga
Keterangan Ayah Ibu
Perkawinan ke 1 1
Umur saat menikah 28 tahun 28 tahun
Keadaan Kesehatan Sehat Sehat
Data Perumahan
Kepemilikan rumah : Pribadi
Keadaan rumah : Ukuran 4 m x 6 m, Rumah petakan
Dinding terbuat dari batu bata
Atap terbuat dari genteng
Ventilasi baik (2 jendela, 1 pintu, ventilasi kamar mandi baik)
Jarak septic tank ke sumber ar bersih ± 8 meter
Keadaan lingkungan : Berupa perumahan padat penduduk
Ada tempat pembuangan sampah

Riwayat Penyakit
Keluhan Utama : BAB cair
Keluhan Tambahan : Muntah dan demam
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien dating ke IGD RSU UKI dengan keluhan muntah muntah sejak kemarin malam.
Muntah sudah 8 kali, berisi air dan makanan, tidak disertai darah atau warna kemerahan. Terakhir
muntah. Pasien terakhir muntah pukul 17.00 (2 jam smrs). Pasien juga mengeluhkan BAB cair
sejak kemarin malam. Pasien sudah BAB cair sebanyak 6 kali dengan warna kuning, tidak disertai
lender maupun darah. BAB disertai dengan ampas, sekali BAB banyaknya sekitar ½ gelas aqua.
Pasien terakhir BAB pukul 18.00 (1 jam sebelum masuk rumah sakit). pasien juga mengalami
demam kurang lebih 6 jam smrs, namun suhu belum diukur. Pasien sudah sempat berobat ke klinik
dan diberikan obat paracetamol, Zink, domperidone dan kaolin pectin namun keluhan tidak
membaik. Sebelumnya pasien tidak ada memakan makanan yang merangsang. Pasien belum
pernah mengalami sakit seperti ini sebelumnya. Keluarga pasien ada yang mengaami sakit yang
sama dengan pasien yaitu kaka pasien mengalami keluhan yang sama kurang lebih 5 hari yang lalu
dan sudah sembuh. Sehari-harinya pasien jarang minum air putih, sekali minum hanya sedikit,
namun menurut ibu pasien, anaknya menjadi rewel sejak munculnya keluhan. Tiap malamnya
pasien banyak minum susu, pasien masih mau makan . Ibu pasien mengatakan bahwa belakangan
ini ibu pasien tidak mengganti susu untuk anaknya. Pasien memiliki riwayat imunisasi yang
lengkap hingga saat ini. Keluhan batuk, pilek dan sakit telinga disangkal oleh pasien

Riwayat Penyaki Dahulu


Pasien belum pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya
Pasien belum pernah dirawat di RS sebelumnya
Riwayat kejang demam disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga


Kaka pasien mengaami keluhan yang sama dengan pasien kurang lebih 5 hari yang lalu dan sudah
sembuh.

Pemeriksaan Fisik
(Masuk RS tanggal 26 Juli 2019)
Tanggal : 7 Maret 2019 Jam : 19.30

Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang (komposmentis, rewel)

Tanda Vital
 Tekanan darah : 110/70 mmHg
 Frekuensi Nadi : 140 kali permenit (reguler, kuat angkat, isi cukup)
 Frekuensi Nafas : 38 kali permenit
 Suhu : 38.3o C

Data Antropometri
Berat Badan : 13.5 kg Tinggi Badan : 87 cm Lingkar lengan atas : 14.5 cm
Menurut kurva WHO :
BB/U : berada diantara +3 SD dan +2 SD, kesan : berat badan lebih
TB/U : berada diantara >+3 SD, kesan : Tinggi
BB/TB : berada diantara +2 SD dan -2 SD, kesan : normal
BMI/U : berada diantara +2 SD dan -2 SD, kesan : gizi baik

Pemeriksaan Sistem

Kepala
- Bentuk : Normocephali,, ubun-ubun besar merata sedikit cekung
- Rambut : Warna hitam, tumbuh merata, tidak mudah dicabut
- Mata : Mata cekung (-/-), anemis (-/-), ikterik (-/-), air mata (+/+)
- Telinga : Liang telinga lapang kanan dan kiri, Sekret (-/-)
- Hidung : Cavum nasi lapang, septum deviasi (-), sekret (-/-)
Mulut
- Bibir : Sianosis (-), mukosa kering (+)
- Gigi : Lengkap, gigi berlubang (-)
- Lidah : Terletak di tengah, geographic tounge (-)
- Tonsil : T1– T1, hiperemis (-/-), tidak ada detritus, tidak ada pseudomembran
- Faring : Arcus faring simetris, hiperemis (-)
Thoraks
- Dinding thoraks : Diameter laterolateral > anteroposterior
- Paru
o Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris, retraksi sela iga (-)
o Palpasi : Vokal fremitus simetris kanan dan kiri, krepitasi subkutis (-)
o Perkusi : Sonor / sonor pada kanan dan kiri, peranjakan paru hepar 2 jari
o Auskultasi : Bunyi nafas dasar vesikuler, ronkhi (-), wheezing (-)
- Jantung
o Inspeksi : Ictus cordis terlihat
o Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS 5 linea midclavicula sinistra
o Perkusi : sonor-redup ( batas paru-jantung), nyeri ketok (-)
o Auskultasi : Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
- Inspeksi : Perut tampak mendatar
- Perkusi : Timpani, nyeri ketok sulit dinilai
- Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba membesar, turgor kulit
baik.
- Auskultasi : Bising usus (+), 10 kali/menit
Anus dan rektum : Eritema natum (+)
Anggota gerak
- Atas : Akral hangat, CRT < 2”, edema -/-
- Bawah : Akral hangat, CRT < 2”, edema -/-
Tulang belakang : Lordosis (-), kifosis (-), skoliosis (-)
Kulit : Warna sawo matang, ikterik (-), sianosis (-)
Kelenjar getah bening : Tidak teraba membesar pada regio retroauricular, preauricular,
submandibula, coli anterior, coli posterior, axilla dan inguinal.
Nervus Kranialis
- I : tidak dilakukan
- II : berkedip terhadap cahaya terang, adanya red reflex (simetris)
- III, IV, VI : gerak bola mata selaras, dolls eye manuever (+), refleks menghisap
- V : tidak dilakukan pemeriksaan
- VII : Sulkus nasolabialis simetris saat menangis
- VIII : Merespon terhadap suara keras
- IX, X : Respon menghisap (+), respons menelan (+)
- XI : Gerakan leher simetris, control kepala baik
- XII : Lidah saat menghisap baik

Pemeriksaan Reflex
- Refleks fisiologis : Biceps (++/++), Triceps (++/++), KPR (++/++), APR (++/++)
- Refleks patologis : Babinski (-/-), Chaddock (-/-), Oppenheim (-/-), Gordon (-/-), Schaffer (-/-),
Rosolimo (-/-), Mendel (-/-), Hoffman-Tromner (-/-)
-

Laboratorium (07/05/19)
Darah Tepi
Laju Endap Darah 12 mm/jam (<20)
Hemoglobin 13 g/dL (11.5-13.0
Leukosit 9 ribu/µL
Eritrosit 4.8 juta/µL
Hematokrit 37.1 %
Trombosit 332 ribu/µL
Hitung Jenis Leukosit Basofil 0%
Eosinofil 1%
Neutrofil batang 2 %
Neutrofil segmen 64%
Limfosit 22%
Monosit 11%

Diagnosis Kerja
Diare akut dehidrasi ringan sedang e.c Virus

Diagnosis Banding
Demam typhoid
Intoleransi laktosa

Terapi
Rawat inap :
Diet : Bubur (Lunak) + sayur + lauk
IVFD : RL 500 cc dalam 4 jam, dilanjutkan KAEN 3A 12 tpm (makro)
MM :
 Acran 2 x 12 mg (IV)
 Ondancentrone 2 x 2 mg (IV)
 Ceftriaxone 2x500mg (IV)
 Zink kid 2x15cc (po)
 Nymico drops 3x1cc (po)
 Sanmol sirup 3x15cc (po)

Pemeriksaan anjuran
Pemeriksaan feses lengkap

Prognosis
Ad vitam : Dubia ad bonam
Ad sanationam : Dubia ad bonam
Ad functionam : Dubia ad bonam
Tanggal 27/ 07/ 2019 PH : 1 PP : 2
S O A P
Demam (+)  Keadaan umum: Tampak Diare akut tanpa Diet :lunak
Sakit Sedang IVFD : KAEN 3A 12
Mual (+)
 Kesadaran: Composmentis dehidrasi e.c tpm (makro).
Muntah (+)  Vital sign: Mm/
Tekanan darah: 110/70 mmhg
bakteri  Acran 2x12mg
BAB cair 2x (+)
Frekuensi nadi: 142 x /menit (iv)
Ampas (-), lendir  Ceftriaxone
(isi cukup, kuat angkat,
2x500mg (iv)
(-),darah (-), bau reguler)  Ondancentrone
biasa,warna Frekuensi nafas: 33x /menit 2x2mg (iv)
Suhu: 38.9 oC (aksilla)  Zink kid 2x15 ml
kuning, sebanyak
 Kepala: Normocephali (po)
½ aqua gelas,  Mata: CA (-/-), SI (-/-) mata  Sanmol 3x1 cth
cekung (+/+), air mata (+/+) (po)
muntah 3 kali
berkurang  Nymico drops
sejak jam 05.00 isi  Mulut: mukosa bibir kering 3x1 cc (po)
 Hidung: Sekret (-/-) 
air dan makanan
 Faring: Hiperemis (-)
sebanyak ½ aqua
 Leher: KGB tidak teraba
gelas. membesar
 Thorax:
Nafsu makan
I : pergerakan dinding dada
berkurang hanya simetris, retraksi (-)
2-3 sendok makan P : vokal fremitus simetris
P : sonor/sonor
Minum 300
A: BND vesikuler, ronki -/-,
ml/hari. Anak wheezing -/-
masih rewel.  Abdomen:
I: perut tampak datar
A: BU (+) 9x/ menit
P: Timpani, NK (-)
P: Supel, NT (-)
 Anus: eritema natum (+)
 Ekstremitas: akral hangat,
CRT < 2”, edema (-) turgor
kembali cepat.
Tanggal 28/ 07/ 2019 PH : 2 PP : 3
S O A P
Demam (-)  Keadaan umum: Tampak Sakit Sedang Diare akut Diet :lunak
Mual (-)  Kesadaran: Composmentis IVFD : KAEN 3A 12
 Vital sign: dengan tpm (makro).
Muntah (-) Tekanan darah: 100/70 mmhg Mm/
dehidrasi  Acran 2x12mg
BAB cair 1x (+) Frekuensi nadi: 112 x /menit (isi cukup, kuat
(iv)
Ampas (-), lendir
angkat, reguler) derajat  Ceftriaxone
Frekuensi nafas: 26x /menit 2x500mg (iv) hari
(-),darah (-), bau Suhu: 37.3 oC (aksilla)
ringan
ke-3
biasa,warna  Kepala: Normocephali sedang e.c  Ondancentrone
 Mata: CA (-/-), SI (-/-) mata cekung (-/-), air 2x2mg (iv)
kuning, sebanyak
mata (+/+) Virus  Zink kid 2x15 ml
½ aqua gelas,  Mulut: mukosa bibir lembab (po)
 Hidung: Sekret (-/-)  Sanmol 3x1 cth
Nafsu makan
 Faring: Hiperemis (-) (po)
masih membaik,  Leher: KGB tidak teraba membesar  Nymico drops 3x1
 Thorax: cc (po)
hampir ½ porsi.
I : pergerakan dinding dada simetris, retraksi (-) 
Minum 600
P : vokal fremitus simetris
ml/hari. Anak P : sonor/sonor
masih rewel. A: BND vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-
 Abdomen:
I: perut tampak datar
A: BU (+) 7x/ menit
P: Timpani, NK (-)
P: Supel, NT (-)
 Anus: eritema natum (+)
 Ekstremitas: akral hangat, CRT < 2”, edema (-)
turgor kembali cepat.

Pemeriksaan Feses lengkap 27/08/2019

Warna Hijau kekuningan


Konsistensi lembek
Lendir negatif
Darah negatif
Amoeba negatif
Kista negatif
Leukosit 1-2/LPB
Eritrosit negatif
Cacing negatif
Telur cacing negatif
Amylum negatif
Lemak negatif
Sisa sayuran negatif
Serabut otot negatif

Tanggal 29/ 07/ 2019 PH : 3 PP : 4


S O A P
Demam (-) lepas  Keadaan umum: Tampak Sakit Sedang Diare akut Diet :lunak
demam 2 hari  Kesadaran: Composmentis IVFD : KAEN 3A 12
 Vital sign: dengan tpm (makro).
Mual (-) Tekanan darah: 10/70 mmhg Mm/
dehidrasi  Acran 2x12mg
Muntah (-) Frekuensi nadi: 106 x /menit (isi cukup, kuat
(iv)
BAB cair kemarin
angkat, reguler) derajat  Ceftriaxone
Frekuensi nafas: 25x /menit 2x500mg (iv) hari
6x (+), pagi ini 1x Suhu: 36.0 oC (aksilla)
ringan
ke-3
Ampas (-), lendir  Kepala: Normocephali sedang e.c  Ondancentrone
 Mata: CA (-/-), SI (-/-) mata cekung (-/-), air 2x2mg (iv)
(-),darah (-), bau
mata (+/+) Virus  Zink kid 2x15 ml
biasa,warna  Mulut: mukosa bibir lembab (po)
 Hidung: Sekret (-/-)  Sanmol 3x1 cth
kuning, sebanyak
 Faring: Hiperemis (-) (po)
½ aqua gelas,  Leher: KGB tidak teraba membesar  Nymico drops 3x1
 Thorax: cc (po)
Nafsu makan
I : pergerakan dinding dada simetris, retraksi (-) Rencana rawat jalan :
masih membaik, Obat pulang :
P : vokal fremitus simetris
- Zink kid 2x15
hampir ½ porsi. P : sonor/sonor ml (po)
Minum 600 A: BND vesikuler, ronki -/-, wheezing -/- - Sanmol 3x15
 Abdomen: cc (po)
ml/hari. Anak
I: perut tampak datar - Cefixime
masih rewel. A: BU (+) 6x/ menit 2x100mg (po)
P: Timpani, NK (-)
P: Supel, NT (-)
 Anus: eritema natum (+)
 Ekstremitas: akral hangat, CRT < 2”, edema (-)
turgor kembali cepat.
BAB III

Analisa Kasus Pada kasus ini diagnosis diare akut dengan dehidrasi ringan sedang ditegakkan
berdasarkan:

A. Anamnesis
BAB cair lebih dari 3 kali sehari, tidak ada lendir dan darah. Jumlah setiap kali BAB
sekitar setengah gelas aqua. BAB berwarna kuning kehijauan tanpa berbau busuk. Pasien
terlihat rewel, menangis kuat, dan bergerak aktif. Pasien masih mau minum air putih serta ASI
walau berkurang.

B. Pemeriksaan Fisik
1. Kesadaran: sakit sedang, kompos mentis, rewel.
2. Tanda vital penderita didapatkan nadi 120 kali permenit, reguler, isi dan tegangan kurang;
frekuensi pernafasan 30 kali permenit; suhu tubuh pada saat itu adalah 38,3 °C.
UUB cekung (+), mata cekung (+/+), air mata sedikit berkurang, bising usus (+) meningkat,
turgor kulit tidak melambat, CRT <2 detik.

C. Pemeriksaan Penunjang
Darah Tepi
Hematokrit 37,1%
Trombosit 332 ribu/µL
Hitung Jenis Leukosit Limfosit 22%
Monosit 11%
Berdasarkan kriteria diagnosis dari buku ajar gastroentero-hepatologi IDAI keluaran
tahun 2012, pasien dapat didiagnosis dengan diare akut dengan dehidrasi ringan sedang
berdasarkan penemuan klinis sebagai berikut :
1. BAB cair 3 kali per hari, lendir (-), darah (-) sejak 1 hari MRS
2. Anak rewel dan tampak kehausan
3. Air mata sedikit berkurang (-/-)
4. Mata cekung (+/+)
Pada pasien ini dapatkan 2 gejala mayor dan lebih dari 2 gejala minor. Dengan demikian
dapat di tegakkan diagnosis diare akut dengan dehidrasi ringan sedang.
Tatalaksana lintas diare, terdiri dari
1. Cairan
Pada pasien dengan diare akut dehidrasi ringan sedang, diberikan cairan rehidrasi
menggunakan oralit terlebih dahulu selama 3 jam awal.
Oralit yang diberikan = 75 ml x Berat Badan anak
Pada pasien diberikan 75 ml x 13.5 kg = 1012.5 ml. Setelah pemberian oralit tersebut
di pantau selama 3 sampai 4 jam, jika pasien sudah tidak menunjukan gejala dehidrasi lagi
dapat diberikan tatalaksana dehidrasi terapi A pada pasien. Pada perawatan pasien ini di
bangsal, diberikan terapi cairan menggunakan RL 16 tpm, sebanyak 1175cc/24 jam.
2. Seng (Zinc)
Seng digunakan untuk menurunkan frekuensi BAB dan volum tinja. Diberikaan zinc
1x20mg selama 10 hari untuk reepitelisasi mukosa usus. Zink bekerja pada tight junction
level untuk mencegah meningkatnya permeabilitas usus, mencegah pelepasan histamin oleh
sel mast dan respon kontraksi serta sekretori terhadap histamin dan serotonin pada usus dan
mencegah peningkatan permeabilitas endotel yang diprakarsai TNFα yang juga merangsang
permeabilitas usus.
Zink menstabilkan struktur membran dan memodifikasi fungsi membran dengan cara
berinteraksi dengan oksigen, nitrogen dan ligan sulfur makromolekul hidrofilik serta
aktivitas antioksidan. Zink melindungi membran dari efek agen infeksius dan dari
peroksidase lemak.
3. Nutrisi
Pasien diberikan makanan dengan konsistensi lunak agar mudah dicerna. Makanan dengan
menu yang sama saat anak sehat tetap diberikan, dengan porsi sedikit-sedikit tapi sering. Makanan
yang diberikan kepada pasien harus sesuai dengan perhitungan kebutuhan dasar pasien seperti
berikut
- BBI x RDA  13.5 x 102 = 1377 kkal. Karbohidrat, 1224 kkal, lemak 306 kkal
- Protein BBI x 1,2 gr  13.5 x 1,23gr = 16.6 gr

Tujuan dari pemberian nutrisi ini adalah untuk mengurangi dari kerja usus yang terluka
akibat infeksi bakteri dan selain itu mengurangi kemungkinan terjadinya malnutrisi yang
disebabkan diare terus-menerus
4. Medikamentosa
Penggunaan antibiotik dan antifungi pada pasien kurang tepat. Karena menurut
assessment yang ditegakkan dari Anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorium
menunjukkan diare disebabkan karena infeksi virus, sehingga tidak diperlukan obat obatan
tersebut. Pada pasien ini tidak ditemukan adanya lendir maupun darah pada tinjanya
sehingga dapat menyingkirkan diagnosis banding diare yang disebabkan oleh amoeba dan
basiler.

5. Edukasi
Edukasi pada orang tua pasien ini antara lain:
a. Edukasi keluarga tentang penyakit dan cara penyebarannya
b. Edukasi ibu tentang cara pemberian nutrisi
c. Menjaga kebersihan diri dan lingkungan
BAB IV
Tinjauan Pustaka
II.1 Definisi
Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali perhari,
disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lender dan darah yang
1
berlangsung kurang dari satu minggu. Sedangkan menurut WHO, Diare didefinisikan
sebagai buang air besar dengan frekuensi tiga kali atau lebih dengan konsistensi tinja yang
lunak atau cair. Sering buang air besar tanpa perubahan kosnsitensi tinja ataupun buang air
besar dengan konsistensi lunak atau lembek pada anak bayi yang mengkonsumsi ASI
2
bukan lah sebuah fenomena Diare. Atau dapat dikatan bahwa bayi yang mngkonsumsi
ASI sering frekuensi buang air besarnya lebih dari 3-4 kali per hari, tidak dapat dikatakan
sebagai suatu diare. Selama berat badan bayi tetap meningkat, hal ini masih bersifat
fisiologis atau normal dan tidak dapat dikategorikan sebagai diare tetapi merupakan
intoleransi laktosa sementara akibat belum sempurnanya perkembangan saluran cerna. 1
II.2 Epidemiologi
Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara
berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitas-nya yang masih tinggi.
Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen Kesehatan dari tahun
2000 s/d 2010 terlihat kecenderungan insidens naik. Pada tahun 2000 IR penyakit Diare
301/ 1000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374 /1000 penduduk, tahun 2006 naik
menjadi 423 /1000 penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk. Kejadian Luar
Biasa (KLB) diare juga masih sering terjadi. Pada tahun 2008 terjadi KLB di 69
Kecamatan dengan jumlah kasus 8133 orang, kematian 239 orang. Tahun 2009 terjadi KLB
di 24 Kecamatan dengan jumlah kasus 5.756 orang, dengan kematian 100 orang, sedangkan
tahun 2010 terjadi KLB diare di 33 kecamatan dengan jumlah penderita 4204 dengan
kematian 73 orang. 3 Berdasarkan hasil Riskesdas terbaru pad athun 2018, didapatkan
angka prevalensi Diare pada anak memang menurun dibandingkan pada tahun 2013 yaitu
sebesar dari 18.5% menjadi 12.3%. walalupun cenderung menurun, angka ini masih
4,5
cenderung tinggi sehingga harus menjadi fokus perhatian. Berdasarkan Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), Studi Mortalitas dan Riset Kesehatan Dasar dari tahun
ke tahun diketahui bahwa diare masih menjadi penyebab utama kematian balita di
Indonesia. Penyebab utama kematian akibat diare adalah tata laksana yang tidak tepat baik
di rumah maupun di sarana kesehatan. Untuk menurunkan kematian karena diare perlu tata
laksana yang cepat dan tepat. 3
II.3 Klasifikasi Diare
Sampai saat ini, klasifikasi diare dibagi berdasarkan Etiologi, mekanisme dan lama
terjadinya diare.
A. Berdasarkan durasi lama nya diare 1
- Diare Akut : Diare yang berlangsung dalam jangka waktu kurang dari 14 hari atau 2
minggu.
- Diare Kronik : Diare yang berlangsung dalam jangka waktu lebih dari 14 hari atau 2
minggu dan disebabkan karna etiologi non-Infeksi.
- Diare Persisten : Diare yang berangsung dalam janga waktu lebih dari 14 hari atau 2
minggu dan disebabkan oleh karna etiologi Infeksi.
B. Berdasarkan Etiologi 6
- Diare karna Infeksi : Inflammatory & Non-Inflammatory
- Diare Non-Infeksi : Kesulitan makan, Defek anatomis (malrotasi, penyakit Hircsprung,
Short Bowel Syndrome, Atrofi mikrovili, Striktur), malabsorpsi, Endokrinopati,
keracunan makanan, neoplasma, dan lain lain.
C. Berdasarkan Mekanisme 1
- Diare osmotik
- Diare sekretorik
- Diare dengan gangguan peristaltic
- Diare inflamasi
- Diare terkait imunologi
D. Berdasarkan Klinis 2,8
- Diare berair akut : BAB dengan konsistensi cair berlangsung beberapa jam atau
beberapa hari, termasuk kolera.
- Diare berdarah akut/Diare infasive : juga disebut disentri. Ini biasanya merupakan hasil
dari peradangan eksudatif dari usus kecil distal dan mukosa kolon sebagai respons
terhadap invasi bakteri.
- Diare persisten: BAB dengan konsistensi lunak, berair, atau berdarah selama lebih dari
14 hari.
II. 4. Etiologi
A. Infeksi
Diare akut dapat disebabkan baik karena infeksi ataupun non infeksi. Infeksi dapat
disebabkan oleh banyak mikroorganisme seperti Bakteri, virus dan jamur.Terdapat dua tipe
dasar dari diare akut oleh karena infeksi yaitu Non-Inflammatory dan Inflammatory. Diare
pada tipe non-Inflammatory terjadi akibat produksi enteroksin oleh bakteri, destruksi
permukaan vili usus oleh virus, perlekatan oleh parasite dan perlekatan dan/atau traslokasi
dari bakteri. Sedangkan pada diare inflammatory terjadi akibat bakteri yang melakukan
invasi pada usus secara langsung atau memproduksi sitotoksin. 6
Berikut adalah beberapa penyebab diare akut pada manusia, yaitu : 8
Bakteri
1. Aeromonas 8. salmonella
2. Bacillus cereus 9. shigella
3. Campylobacter jejuni 10. Staphylococcus aureus
4. Clostridium perfringens 11. Vibrio cholera
5. Escherichia coli 12. vibrio parahaemolyticus
6. Clostridium difficile 13. Yersinia enterocolitica
7. Plesiomonas Shigeloides

Virus
1. Astrovirus 5. Rotavirus
2. Calcivirus (Norovirus, Sapovirus) 6. Norwalk virus
3. Enteric adenovirus 7. Herpes simpleks virus
4. Coronavirus 8. Cytomegalovirus

Parasit
1. Balantidium coli 5. Giardia lamblia
2. Blatocystis homonis 6. Isospora belli
3. Cryptosporum parvum 7. Strongiloides stercoralis
4. Entamoeba hystolitica 8. Tricuris triciura

Patogen penyebab diare akut pada anak yang paling sering ditemukan di Negara
berkembang adalah Rotavirus, Escheria coli enterotoksigenik, Shigella, Campylobacter
jejuni dan Cryptosporidium.
Pada infeksi virus, terjadi kerusakan fungsi absorpsi akibat infeksi virus terhadap
lapisan epithelium di usus halus dan menyerang villi di usus halus. Kemudian sel-sel epitel
usus halus yang rusak akan digantikan oleh enterosit yang baru, belum matang, berbentuk
kuboid sehingga fungsinya belum baik. Ini akan menyebabkan makanan dan cairan tidak
dapat terserap atau tercerna sehingga meningkatkan tekanan koloid osmotic usus dan
terjadi hiperperistaltik usus sehingga cairan beserta makan yang tidak terserap tersebut
terdorong keluar usus melalui anus dengan gambaran diare osmotik akibat penyerapan air
dan nutrient yang tidak sempurna. Selain itu fungsi enterosit villus yaitu sebagai
kotransporter glukosa dan asam amino sekaligus pensekresi (secretor) air dan elektrolit
terganggu sehingga menyebabkan ketidakseimbangan rasio penyerapan cairan usus
terhadap sekresi dan malabsorpsi karbohidrat kompleks, terutama laktosa.
Sementara pada diare yang diakibatkan oleh bakteri terjadi melalui salah satu
mekanisme yang berhubungan dengan pengaturan transport ion dalam sel-sel usus c-AMP,
c-GMP dan Ca dependen. Patogenesis terjadinya diare yang disebabkan oleh salmonella,
shigella, Ecoli agak berbeda dengan pathogenesis oleh virus, tetapi prinsipnya hamper
sama. Bedanya bakteri ini dapat menembus atau melakukan invasi sel mukosa usus halus
sehingga dapat menyebabkan reaksi sistemik. Bahkan toksin shigella juga dapat masuk ke
serabut saraf otak dan menimbulkan kejang. Diare oleh karena kedua bakteri tersebut dapat
menyebabkan adanya darah dalam tinja dan disebut dengan sebutan disentri.
B. Non-Infeksi
Diare tidak hanya disebabkan karena infeksi Bakteri, virus ataupun parasit, namun
dapat juga disebabkan karena etiologi non-Infeksi seperti : 8
- Kesulitan makan
- Defek anatomis : Malrotasi, penyakit Hircsprung, Short Bowel Syndrome, Atrofi
mikrovili, Striktur.
- Malabsorpsi : Defisiensi disakaridase, malabsorpsi glukosa-galaktosa, Cystic fibrosis,
cholestasis, penyakit celiac.
- Endokrinopati : Thyrotoksitosis, Penyakit Addison, sindroma adrenogenital.
- Keracunan makanan : logam berat dan mushrooms
- Neoplasma : Neuroblastoma, Phocochromocytoma, sindroma zollinger Ellison
- Lain lain : Infeksi non gastrointestinal, alergi susu sapi, penyakit chrohn, defisiensi
imun, colitis ulserosa, gangguan motilitas usus, pellagra.
II.5 Manifestasi klinis
Manifestasi yang timbul akibat infeksi usus dapat timbul sebagai gejala gastrointestinal
maupun ekstraintestinal. Gejala gastrointestinal dapat muncul sebagai diare, kram perut
dan muntah. Sedangkan manisfestasi sistemik bervariasi tergantung pada penyebabnya. 6
Selain itu, pasien juga dapat menunjuka manifestas sebagai gambaran dehidrasi akibat
kehilangan air dan eletrolit melalui tinja ataupun muntah yang dapat juga muncul pada
pasien diare. Dehidrasi merupakan keadaan yang paling berbahaya karena nantinya dapat
menyebabkan kejadian hypovolemia, kolaps kardiovaskuler dan kematian apabila tida
ditangan dengan cepat dan tepat. Dehidrasi dapat dikelompokkan menurut derajat
dehidrasinya yaitu, diaretanpa dehidrasi, dengan dehidrasi derajat ringan-sedang ataupun
derajat berat. 6
Infeksi ekstraintestinal juga dapat berkaitan dengan bakteri enterik pathogen antara lain
Vulvovaginitis, infeksi saluran kemih, endocarditis, Osteomielitis, meningitis, pneumonia,
hepatitis, peritonitis dan septik thrombophlebitis. Gejala neurologic akibat infeksi usus
dapat berupa Paresthesia hipotonia dan kelemahan otot (disebabkan karena C. Botulinum).
6
Manifestasi immune mediated ekstraintestinal biasanya terjadi setelah diarenya sembuh,
contoh nya adalah sebagai berikut. Demam atau panas dapat terjadi akibat proses
peradangan atau akibat dehidrasi yang terjadi. 6

Selain diare, manifestasi lain yang sering muncul adalah mual dan muntah. Muntah
mungin disebabkan oleh karena organisme yang menginfeksi saluran cerna bagian atas
seperti enteric virus, bakteri yang memproduksi enterotoksin, Giardia dan Crptosporidium.
Selain pada Inflammatory diare, diare juga sering muncul pada non-inflammatory diare
dimana biasanya pasien tidak panas atau hanya subfebris, nyeri perut periumbilikal tidak
hebat, watery diarea yang menunjukkan bahwa saluran cerna bagian atas yang terkena. 6
II. 6. Diagnosis
A. Anamesis
Pada anamnesis, hal-hal yang perlu di tanyakan adalah :
- Lama diare berlangsung, frekuensi diare sehari, warna dan konsentrasi tinja, lender
dan/atau darah dalam tinja.
- Muntah, rasa haus, rewel, anak lemah, kesadaran menurun, buang air kecil terakhir,
demam, sesak, kejang, kembung.
- Jumlah cairan yang masuk selama diare
- Jenis makanan dan minuman yang diminum selamma diare, mengonsumsi makanan
yang tidak biasa
- Penderita diare disekitarnya dan sumber air minum

B. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik yang harus diperiksa meliputi : 10
- Keadaan umum, kesadaran dan tanda tanda vital.
- Tanda utama : keadaan umum gelisah/cengeng atau lemah/letargi/koma, rasa haus,
turgor kulit abdomen menurun.
- Tanda tambahan : ubun-ubun besar cekung, kelopak mata cekung, air mata tidak ada,
mukosa bibir, mulut dan lidah kering.
- Berat badan
- Tanda gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit, seperti napas cepat dan dalam
(asidosis metabolic), kembung (hypokalemia), kejang (hipo atau hypernatremia)
- Penilaian derajat dehidrasi dilakukan sesuai dengan kriteria berikut :
o Tanpa dehidrasi (kehilangan cairan <5% berat badan)
 Tidak ditemukan tanda utama dan tambahan
 Keadaan umum baik, sadar.
 Ubun-ubun besar tidak cekung, mata tidak cekung, air mata masih ada,
mukosa mulut bibir dan lidah masih basah.
 Turgor abdomen baik, bising usus normal
 Akral hangat
 Dehidrasi ringan sedang/tidak berat (kehilangan cairan 5-10% berat badan)
 Apabila ditemukan 2 tanda utama ditambah 2 atau lebih tanda
tambahan.
 Keadaan umum gelisah atau cengeng
 Ubun ubun besar cekung, mata sedikit cekung, air mata kurang, mukosa
bibir mulut dan lidah sedikit kering
 Turgor kulit kurang, akral hangat
 Dehidrasi berat (Kehilangan cairan >10% berat badan)
 Apabila didapatkan 2 tanda utama ditambah 2 atau lebih tanda tambahan
 Keadaan umum lemah, letargi atau koma
 Ubun ubun sangat cekung, mata sangat cekung, air mata tidak ada,
mukosa mulut bibir dan lidah sangat kering
 Turgor sangat kurang dan akral dingin.
Berikut adalah table untuk penentuan derajat dehidrasi menurut WHO : 6

Berikut adalah table Penentuan derajat dehidrasi menurut Maurice king dengan system
skoring : 6

C. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Laboratorium lengkap pada diare akut umumnya tidak diperluka, hanya pada
keadaan tertentu mungkin diperlukan misalnya penyebab dasar nya tidak diketahui atau ada
sebab-sebab lain selain diare akut atau pada penderita dengan dehidrasi berat. Pemeriksaan
yang dapat dilakukan adalah Pemriksaan darah lengkap, kultur urine dan tinja pada sepsis
atau infeksi saluran kemih. 6
A. Hal yang dinilai pada pemeriksaan tinja adalah : 10
- Makroskopis : konsistensi, warna, lender, darah, bau.
- Mikroskopis : leukosit, eritrosit, parasite, bakteri
- Kimia : pH, Clinitest, Elektrolit (Na, K, HCO3)
- Biakan uji sensitivitas tidak dilakukan pada diare akut
Berikut adalah tes hasil temuan pada tes laboratorium tinja yang dilakukan untuk
mendeteksi enteropatogen, antara lain : 8

B. Analisa gas darah dan elektrolit bila secara klinis disurigai adanya gangguan
keseimbangan asam basa dan elektrolut. 10
C. Pemeriksaan urin meliputi urin lengkap, kultur dan test kepekaan terhadap
antibiotika. 8

II. 9. Tatalaksana
Penatalaksanaan diare dilakukan berdasarkan panduan tatalaksana pengobatan
diare pada balita yang didukung oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia, dimana pedoman
ini merujuk pada panduan WHO. Pada pedoman ini dinyatakan, bahwa rehidrasi bukan
satu-satunya strategi dalam penatalaksaan diare, diberlakukan prinsip Lima pilar diare
yaitu :
1. Rehidrasi dengan menggunakan oralit baru 6
Pemberian oralit bertujuan untuk mencegah dan mengatasi dehidrasi yang terjadi
pada anak. Oralit yang direkomendasikan adalah oralit baru, karena pada oralit
baru, osmolaritas lebih rendah akibat kada glukosa yang lebih rendah dibandingkan
yang lama. Ini diyakini lebih efektif sebagai tatalaksana dehidrasi pada anak yang
terjadi akhir-akhir ini dimana tingkat sanitasi sudah lebih baik dan penyebab nya
lebih banyak disebabkan oleh karena infeksi virus sehingga tidak membutuhkan
elektrolit yang banyak seperti yang terkandung pada oralit lama.
Cara pemberian oralit formula baru :
- Beri ibu 2 bungkus oralit formula baru
- Larutkan 1 bungkus oralit formula baru kedalam 1 liter air matang untuk
persidaan 24 jam.
- Berikan larutan oralit pada anak setiap kali buang air besar, dengan ketentuan
sebagai berikut:
Untuk anak < 2 tahun : berikan 50-100 cc tiap kali BAB
Anak berumur 2 tahuh atau ebih: berikan 100-200 cc tiap kali BAB
2. Pemberian Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut 6
Zinc memiliki fungsi imun dan memperbaikin struktur dan fungsi saluran cerna dan
dapat meningkatkan absropsi air dan elektrolit oleh usus halus, meningkatkan
respon imun yang mempercepat pembersihan pathogen dari usus. Pemebrian zink
dapat menurunkan frekuensi dan volume buang air besar sehingga dapat
menurunkan risiko terjadinya rehidrasi pada anak.
Dosis zink untuk anak-anak :
Anak dibawah umur 6 bulan : 10 mg atau ½ tablet per harinya
Anak diatas umur 6 bulan : 20 mg atau 1 tablet per harinya.
3. ASI dan makanan tetap diteruskan 6
Pemberian m=nutrisi baik melalui ASI ataupun makanan dilanjutkan sesuai dengan
usia anak pada waktu sehat sebelum sakit untuk mencegah kehilangan berat badan
serta sebagai pengganti nutrisi yang hilang.
4. Pemberian Antibiotik seletif 6
Antibiotik hanya diberikan apabila terdapat indikasi pemberian karena akan
mengganggu keseimbangan flora usus dan Clostridium difficile yang akan tumbuh
dan menyebabkan diare sulit disembuhkan. Indikasi pemberian diare adalah
disentri (diare berdarah) atau kolera.

5. Nasihat atau edukasi kepada orang tua. 10


Orangtua diminta untuk membawa kembali anaknya ke pusat pelayanan kesehatan
bila ditemukan hal sebagai berikut: demam, tinja berdarah, makan atau minum
sedikit, sangat haus, diare makin sering atau belum membaik dalam 3 hari.
Orangtua dan pengasuh diajarkan oralit secara benar. Selain itu diedukasi juga
mengenai langkah promotif/preventif yaitu, ASI tetap diberikan, kebersihan
individu, cuci tangan sebelum makan atau sebelum menyiapkan makanan anak,
kebersihan lingkungan, buang air besar di jamban, tidak membuang tinja anak dari
pampers langsung ke tempat sampah umum, imunisasi campak, memberikan
makanan penyapih yang benar, penyediaan air minu yang bersih, selalu memasak
makanan anak dengan prosedur yang baik.
Selanjutnya, tatalaksana diare akut pada anak dipilih sesuai dengan derajat
dehidrasi yang terjadi. Dimana apabila anak memenuhi syarat diaret tanpa
dehidrasi, dipilih tatalaksana dengan strategi A, untuk diare dengan derajat ringan
sedang menggunakan strategi B, dan untuk diare dengan derajat berat dilakukan
tatalaksana dengan strategi C.
Daftar Pustaka
1. Thiam S, et al. Prevalence of Diarrhea and risk factors among children under five years old in
Mbour, Senegal: a cross-sectional study. InfectiousDiseaseOfPoverty. 6 Juli 2017.
2. World Health Organization. Diarrhoeal Disease. 2 Mei 2017. Diakses dari
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/diarrhoeal-disease pada tanggal 3 Juli
2019.
3. World Health Organization. Children : reducing mortality. 19 September 2018. Diakses dari
https://www.who.int/en/news-room/fact-sheets/detail/children-reducing-mortality . Pada
tanggal 3 Juli 2019.
4. Kemenkes RI. Riset Kesehatan Dasar, RISKESDAS. Jakarta:Balitbang Kemenkes RI. 2013
5. Kemenkes RI. Riset Kesehatan Dasar, RISKESDAS. Jakarta:Balitbang Kemenkes RI. 2018
6. Subagyo, B & Nurtjahjo NB. Buku Ajar Gastroenterolgi-Hepatology : Diare akut. Edisi pertama.
Jakarta : 2010
7. KEMENKES RI. Situasi diare. PUSDATIN.2011
8. Nelson
9. Harris, JB & Pietroni, M. Approach to the child with acute diarrhea in resource-limited
countries. UpToDate. 24 September 2018
10. RISKESDAS. Buku panduan pelayanan medis. 2011
11. Buku pedoman tatalaksana WHO
12. KEMENKES RI. Buku saku lintas diare. 2011
13. KEMENKES RI. Buku sosialisasi diare. 2011

Anda mungkin juga menyukai