PENDEKATAN KLINIS
PERDARAHAN SALURAN
CERNA BAGIAN ATAS oleh:
Anissa Sekar Ayu Prameswari Sukamto
(1965050007)
Pembimbing:
dr. Kurniyanto, Sp.PD
• Hematemesis adalah muntah darah kehitaman yang merupakan indikasi adanya perdarahan saluran
cerna bagian atas atau proksimal dari ligamentum Treitz Perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA),
terutama duodenum dapat pula bermanifestasi dalam bentuk keluarnya darah segar per anum bila
perdarahannya banyak.
• Melena (feses berwarna hitam) berasal dari SCBA, walaupun perdarahan di usus halus dan bagian
proksimal kolon dapat juga bermanifestasi melena.
Epidemiologi Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas
• Insidens perdarahan SCBA bervariasi mulai dari 48-160 kasus per 100.000 populasi, insidens tertinggi
pada laki-laki dan lanjut usia lebih dari 60% perdarahan SCBA disebabkan oleh perdarahan ulkus
peptikum, perdarahan varises esofagus hanya sekitar 6%.
• Etiologi lain adalah malformasi arteriovenosa, Mallory-Weiss tear, gastritis, dan duodenitis. Di
Indonesia, sekitar 70% penyebab SCBA adalah ruptur varises esofagus.
• Namun, dengan perbaikan manajemen penyakit hepar kronik dan peningkatan populasi lanjut usia,
proporsi perdarahan ulkus peptikum diperkirakan bertambah.
• Data studi retrospektif di RS Cipto Mangunkusumo tahun 2001-2005 dari 4154 pasien yang menjalani
endoskopi, diketahui bahwa 807 (19,4%) pasien mengalami perdarahan SCBA. Penyebab perdarahan
SCBA antara lain: 380 pasien (33,4%) ruptur varises esofagus, 225 pasien (26,9%) perdarahan ulkus
peptikum, dan 219 pasien (26,2%) gastritis erosif.
Etiologi Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas
Patofisiologi Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas
Patofisiologi Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas
Diagnosis Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas
Anamnesis
• jumlah perdarahan (banyak sedikitnya)
• warna muntah
• feses apakah kemerahan atau kehitaman
Pemeriksaan penunjang
• Pemeriksaan laboratorium: pemeriksaan darah lengkap, elektrolit, fungsi hati, masa pembekuan darah, petanda
virus hepatitis, juga ureum dan kreatinin,
• Pemeriksaan radiologis: oesophagus maag duodenum (OMD) jika ada indikasi, juga endoskopi saluran cerna.
Diagnosis Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas
Etiologi Tersering Anamnesis Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjang
Ulkus duodenum Hematemesis-melena nyeri epigastrium berkaitan Nyeri tekan epigastrium Gastroduodenoskopi tampak ulkus
dengan makanan, sekitar 3 jam setelah makan (ulkus
duodenum klasik membaik oleh makanan, sedangkan
ulkus gaster diperburuk oleh itu), perut kembung dan
begah, mual dan muntah berlebihan, kehilangan
nafsu makan, dan penurunan berat badan, adanya
riwayat penggunaan NSAID jangka panjang.
Ruptur Varises Esofagus Hematemesis, melena, nyeri epigastrium seperti Asites, edema perifer, penurunan Darah: anemia, leukopenia,
terbakar, adanya riwayat hepatitis, serta riwayat tekanan darah, anemia, spider naevi, trombositopenia, SGOT/SGPT
peminum alkohol berat. palmar eritem meningkat, hipoalbumin, PTT
memanjang , petanda serologi virus
hepatitis.
Endoskopi OMD, endoskopi saluran
cerna atas.
Gastritis Erosif Hematemesis, melena, riwayat perokok, pecandu Nyeri tekan epigastrium ringan Gastroduodenoskopi tampak mukosa
alkohol, riwayat minum obat NSAID jangka panjang sembab, merah, mudah berdarah atau
terdapat perdarahan spontan, erosi
mukosa yang bervariasi.
Tatalaksana: Stabilisasi Hemodinamik
1. Jaga patensi jalan napas
2. Suplementasi oksigen
3. Akses intravena 2 jalur dengan jarum besar, pemberian cairan Normal Saline (NS) atau Ringer Laktat (RL)
4. Evaluasi laboratorium: waktu koagulasi, Hb, Ht, serum elektrolit, rasio BUN : serum kreatinin
5. Pertimbangkan transfusi Packed Red Cell (PRC) apabila kehilangan darah sirkulasi >30% atau Ht<18% (atau
menurun >6%) sampai target Ht 20-25% pada dewasa muda atau 30% pada dewasa tua. Batas transfusi darah
adalah jika Hb ≤7,0 g/dL.
6. Pertimbangkan transfusi Fresh Frozen Plasma (FFP) atau trombosit apabila INR >1,5 atau trombositopeni.
7. Pertimbangkan perawatan di Intensive Care Unit (ICU) apabila:
○ Pasien dengan penyakit komorbid serius, yang membutuh kan transfusi darah multipel, atau dengan
akut abdomen.
Tatalaksana Farmakologis dan Non-
•
Farmakologis
Tatalaksana non-farmakologis: pemasangan balon tamponade pada perdarahan varises esofagus
• Tatalaksana farmakologis:
1. Transfusi darah PRC (sesuai perdarahan yang terjadi dan Hb). Pada kasus varises transfusi sampai dengan Hb 10
gr/dL, pada kasus non varises transfusi sampai dengan Hb 12gr/dL. Bila perdarahan berat (25-30%), boleh
dipertimbangkan transfusi whole blood.
2. Sementara menunggu darah dapat diberikan pengganti plasma (misalnya dekstran/hemacel) atau NaCl 0,9% atau RL
3. Untuk penyebab non varises:
4. Proton pump inhibitor (PPI) dalam bentuk bolus maupun drip tergantung kondisi pasien, jika tidak ada dapat
diberikan Antagonis H2 reseptor.
5. Sitoprotektor: Sukralfat 3-4 x 1 gram atau Teprenon 3 x 1 tab atau Rebamipide 3 x 100 mg.
6. Injeksi vitamin K 3 x 1 ampul, untuk pasien dengan penyakit hati kronis atau sirosis hepatis.
Tatalaksana untuk Penyebab Varises
1. Somatostatin bolus 250 ug + drip 250 mcg/jam intravena atau okreotide (sandostatin) 0,1 mg/2 jam.
Pemberian diberikan sampai perdarahan berhenti atau bila mampu diteruskan 2 hari setelah
skleroterapi/ligasi varises esofagus.
2. Vasopressin: sediaan vasopressin 50 unit diencerkan dalam 100 ml dekstrosa 5%, diberikan 0,5 - 1
mg/menit IV selama 20 - 60 menit dan dapat diulang tiap 3-6 jam; atau setelah pemberian pertama
dilanjutkan per infus 0,1 - 0,5 U/menit. Pemberian vasopressin disarankan bersamaan dengan preparat
nitrat, misalnya nitrogliserin IV dengan dosis awal 40 mcg/menit. Hal ini untuk mencegah insufisiensi
aorta mendadak.
3. Propanolol, dimulai dosis 2 x 10 mg dosis dapat ditingkatkan hingga tekanan diastolik turun 20 mmHg
atau denyut nadi turun 20% (setelah keadaan stabil, hematemesis melena (-)).
Tatalaksana untuk Penyebab Varises
4. Isosorbid dinitrat/mononitrat 2 x 1 tablet/hari hingga keadaan umum stabil.
5. Metoklorpramid 3 x 10 mg/hari
○ Pada pasien dengan ruptur varises/penyakit hati kronik/sirosis hati dapat ditambahkan:
• Terapi angiografi perlu dipertimbangkan bila perdarahan tetap berlangsung dan belum bisa
ditentukan asal perdarahan.
• Pada varises dapat dipertimbangkan TIPS (Transjugular Intrahepatic Portosystemic Shunt).
• Pada keadaan sumber perdarahan yang tidak jelas dapat dilakukan tindakan arteriografi.
Prosedur bedah dilakukan sebagai tindakan emergensi atau elektif.
Komplikasi Perdarahan Saluran Cerna Bagian
•
Atas
syok hipovolemik
• pneumonia aspirasi,
• gagal ginjal akut
• sindrom hepatorenal
• koma hepatikum
• anemia karena perdarahan
Prognosis Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas
• Pada umumnya penderita dengan perdarahan SCBA yang disebabkan ruptur varises esofagus mempunyai
faal hati yang buruk/terganggu sehingga setiap perdarahan baik besar maupun kecil mengakibatkan
kegagalan hati yang berat.
• Banyak faktor yang mempengaruhi prognosis penderita seperti faktor umur, kadar Hb, tekanan darah
selama perawatan, dan lain-lain.
• Mengingat tingginya angka kematian dan sukarnya dalam menanggulangi perdarahan saluran makan
bagian atas maka perlu dipertimbangkan tindakan yang bersifat preventif terutama untuk mencegah
terjadinya pecahnya varises pada pasien.
BAB III:
Penutup
Kesimpulan
• Perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) adalah kehilangan darah dalam lumen saluran cerna dimana saja, mulai
dari esofagus sampai dengan duodenum di daerah ligamentum Treitz.
• Penyebab perdarahan SCBA antara lain: 380 pasien (33,4%) ruptur varises esofagus, 225 pasien (26,9%) perdarahan
ulkus peptikum, dan 219 pasien (26,2%) gastritis erosif.
• Manifestasi klinik yang sering terjadi adalah adanya hematemesis (muntah darah segar dan atau disertai hematin/
hitam) yang kemudian dilanjutkan dengan timbulnya melena.
• Hal ini terutama pada kasus dengan sumber perdarahan di esofagus dan gaster.
• Diagnosis perdarahan SCBA dibuat berdasarkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, inspeksi dengan pemasangan
nasogastric tube (NGT), pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan endoskopi.
• Penilaian status hemodinamik dan resusitasi dilakukan paling awal.
• Resusitasi meliputi pemberian cairan intravena, pemberian oksigen, koreksi koagulopati, dan transfuse darah bila
dibutuhkan.
• Pemakaian selang nasogastrik untuk diagnosis, prognosis, visualisasi, atau terapi tidak direkomendasikan.
• Selang nasogastric dapat dipasang untuk menilai perdarahan yang sedang berlangsung pada hemodinamik tidak stabil;
tujuan pemasangan adalah untuk mencegah aspirasi, dekompresi lambung, dan evaluasi perdarahan.
TERIMA
KASIH