Anda di halaman 1dari 79

Presentasi Kasus

Epilepsi
Disusun oleh : Amelia Andriani – 00000002387

Pembimbing : dr. Syamsinar Hasan,Sp.A


Identitas Pasien

Nama : An. A

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 14 tahun

Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 30 Juni 2004

Agama : Islam

Alamat : Jln. KKO

No. Rekam Medik : 22-94-**

Tanggal masuk RS : 2 November 2018

Tanggal keluar RS : 4 November 2018


Anamnesis

Anamnesis : Autoanamnesis dan alloanamnesis kepada ibu pasien

Keluhan utama : Kejang ± 20 menit SMRS

Keluhan Tambahan : Demam (-) Batuk (-) Pilek (-) Mual (-) Muntah (-)
Diare (-)
Riwayat Penyakit Sekarang
• Kejang sekitar ± 1 menit, 20 menit SMRS.

• Pre iktal: sedang tidur, tiba-tiba terbangun mengeluh kepalanya


sakit

• Kejang: kedua anggota gerak atas tiba-tiba kaku diikuti dengan


gerakan kelojotan seluruh anggota gerak disertai mata mendelik ke
atas, yang berlangsung sekitar 1 menit. Selama kejang, tidak sadar.

• Post iktal: sadar kembali dan mengeluh lemas. Mual (-) muntah (-)

• 1 hari SMRS  kejang sebanyak 1x kejang kelojotan + selama 2


menit
Riwayat Penyakit Sekarang
• Demam (-)

• Tidak berikan obat apa –apa

• Rutin mengonsumsi obat I kalep 2x300 mg dan Elkana 2x5 ml


selama 2 tahun dan tidak pernah mengalami kejang

• Sudah 3 bulan SMRS pasien berhenti dan tidak mengonsumsi I


kalep dan elkana karena pasien sudah bebas kejang
Riwayat Penyakit Dahulu
• Awalnya kejang 2,5 tahun lalu  lalu 6 bulan kemudian pasien
pernah dirawat di RS. Marinir Cilandak karena kejang kurang lebih 5
menit dengan mata mendelik keatas, tangan kaku dan pasien tidak
sadar
• Sebelum kejang pasien merasa nyeri kepala
• Setelah kejang pasien mengeluhkan lemas dan nyeri kepala
• EEG dengan hasil terdapat abnormal terdapat gambaran dasar,
gelombang dengan amplitude sedang, frekuensi 8-12, juga
didapatkan gelombang tajam, ampitudo kecil, freq <12 di parieto
frontal kanan dan interpretasi gelombang tajam di frontal kanan di
diagnose epilepsy.
• Rurin mengonsumsi obat I kalep 2x300 mg dan Elkana 2x5ml
• 1,5 kemudian tahun dilakukan rekam otak (EEG) yang ke 2 dengan
hasil didapatkan irama dasar amplitude sedang, freq 8-13 dengan
interpretasi normal.
• Kecelakaan atau kepala terbentur (-)
• Alergi terhadap obat, makanan (-).
Riwayat Penyakit Keluarga
• Tidak ditemukan riwayat epilepsi baik dari sisi ayah atau ibu

• Belum pernah ada anggota keluarga yang mengalami kejang


sebelumnya
Riwayat Kehamilan
• Selama hamil, ibu pasien rutin kontrol kehamilan ke dokter
kandungan setiap bulan

• Ibu pasien rutin mengkonsumsi vitamin dan suplemen hamil yang


diberikan oleh dokter

• Kondisi ibu dan janin baik, tidak ada kelainan, demam, darah tinggi
atau gula darah tinggi selama masa kehamilan

• Kesan: Riwayat kehamilan normal


Riwayat Persalinan dan Masa Perinatal
• Pasien lahir normal, spontan per vaginam, cukup bulan (38 minggu)

• Berat lahir 3500 gram dan panjang lahir 50 cm.

• Ketika lahir, bayi langsung menangis, merah, dan dilakukan inisiasi


menyusui dini. Bayi sehat, aktif, tidak kuning, dan menyusu baik

• Kesan: Riwayat persalinan dan masa perinatal normal


Riwayat Nutrisi

• Pasien mendapat 3 kali makan besar

• Nafsu makan dan minum pasien baik

• BB pasien 80 kg

• Kesan: Status nutrisi obesitas dengan kuantitas dan kualitas


nutrisi cukup
Riwayat Tumbuh Kembang
Motorik kasar:

• Usia 2-3 bulan sudah mulai angkat kepala

• Usia 4 bulan sudah bisa angkat kepala tegak

• Usia 6 bulan sudah bisa tengkurap

• Usia 8 bulan sudah bisa duduk sendiri

• Usia 9 bulan sudah bisa merangkak

• Usia 10 bulan sudah mulai berdiri dengan bantuan Motorik halus:

• Usia 3 bulan sudah bisa mencoba meraih benda

• Usia 6 bulan sudah bisa mengambil benda

• Usia 9 bulan sudah bisa pinching

• Usia 10 bulan sudah bisa bermain bola dan mengenggam 2


objek di kedua tangan
Riwayat Tumbuh Kembang
Bahasa:
• Usia 2 bulan sudah bisa tertawa
• Usia 5 bulan sudah bisa ‘babbling’
• Usia 6 bulan sudah bisa merespon bila dipanggil nama
• Usia 7 bulan sudah bisa ‘mamama’ dan ‘papapa’
• Usia 10 bulan sudah bisa ‘mama’ dan ‘papa’
• Usia 2 bulan sudah bisa tersenyum spontan dan kontak mata
• Usia 7 bulan sudah bisa memasukkan makanan ke mulut
• Usia 9 bulan sudah bisa melambaikan tangan ‘dada’
• Usia 10 bulan sudah bisa bermain ‘cilukba’
• Senang bertemu dengan teman sebaya dan dapat bermain

• Kesan: Tumbuh kembang baik


Riwayat Imunisasi

• Imunisasi dasar lengkap


Riwayat Sosial Ekonomi dan Lingkungan
• Anak ke-3 dari 3 bersaudara

• Tinggal bersama orang tuanya

• Kondisi rumah dan sekitarnya bersih, sanitasi bersih, dan ventilasi


yang baik, dan lingkungan yang ramah-anak

• Kesan: Status sosial dan ekonomi sedang kondisi lingkungan


baik
Pemeriksaan Fisik
Tanggal pemeriksaan: 3 November 2018 pukul 08:00
Keadaan umum : tampak sakit ringan
Kesadaran : kompos mentis (GCS E4M6V5)

Tanda-tanda Vital
Laju nadi : 77x/menit (regular, isi cukup,
simetris)
Laju nafas : 20x/menit(regular, simetris)
Suhu : 36.4oC
Saturasi oksigen : 98% (tanpa oksigen)
Status Gizi dan Antropometri
BB : 80 kg
TB : 165cm

Kesan : Obesitas dengan perawakan normal


Kepala Bentuk normal, benjolan (-), deformitas (-), ubun-ubun besar tertutup

Kulit dan kuku Warna sawo matang, lesi (-), perdarahan (-), skar BCG di lengan
atas kanan (+), depigmentasi (-)
Rambut Hitam , persebaran merata, alopesia (-), kanitis (-)
Wajah Simetris, pucat (-), iketrus (-), sianosis (-)
Mata Visus : tidak dilakukan
Gerak bola mata : dapat bergerak ke segalah arah
Konjungtiva : anemis (-/-), injeksi konjungtiva (-/-), injeksi siliar (-/-)
Sklera : ikterik (-/-)
Pupil : bulat, isokhor, 3mm/3mm, RCL/RCTL (+/+)
Hidung Deviasi septum (-), cuping hidung (-/-), sekret (-/-), epistaksis (-/-)
Telinga Daun telinga simetris, membran timpani utuh dengan refleks cahaya
normal (+/+), otore (-/-),
Mulut Bentuk simetris, pucat (-), sianosis (-), pernapasan pursed lip (-),
angular keilitis (-), bibir dan mukosa lembam
Gigi Hipertrofi gusi (-), bekas dan pendarahan gusi (-), karies (-)
Lidah Fasikulasi (-), atrofi (-), lidah tifoid (-)
Tenggorokan Deviasi uvula (-), arkus faring simetris (-), pseudomembran(-)
Tonsil T2/T2 hiperemis (-), detritus -/-, faring hiperemis (-)
Leher Perbesaran kelenja limfa (-), Jugular Vein Pressure 5+1 cm, kaku
kuduk (-)
Toraks
Inspeksi Bentuk normal, pektus ekskavatum (-), pektus karinatum (-), barrel
shape (-), luka operasi (-), retraksi (-)
Cor : iktus kordis (-)
Pulmo : ekspansi rongga dada simetris saat statis dan dinamis
Palpasi Cor : iktus kordis tidak teraba
Pulmo : ekspansi rongga dada simetris, taktil fremitus simetris kanan
Perkusi dan kiri
Cor :
batas jantung kanan sela iga ke – 4 linea sternalis dextra
batas jantung kiri sela iga ke – 5 linea anterior aksila sinistra
batas pinggang jantung sela iga ke – 2 linea parasternalis sinistra
Pulmo :
seluruh lapang paru sonor
batas paru-hepar pada sela iga ke – 5 linea mid.klavikula dextra
Auskultasi peranjakkan hati-paru (+) pada sela iga ke – 6 linea mid.klavikula
dextra
Cor : S1 S2 regular, murmur (-), S3 (-), S4 (-)
Pulmo : vesikular (+/+), wheezing (-/-), ronki (-/-), slem (-/-)
Bentuk dada normal, simetris, retraksi
Thorax epigastrium/interkostal/
suprasternal (-), lesi kulit (-), masa (-)
Paru-paru Inspeksi: pergerakan dinding dada simetris dalam keadaan statis
dan dinamis
Palpasi: chest expansion dan taktil fremitus simetris
Perkusi: sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi: vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-), slem (-/-)
Jantung Iktus kordis tidak terlihat/teraba
Bunyi jantung: S1, S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Inspeksi: permukaan perut datar, lesi kulit (-), masa (-)

Abdomen Auskultasi: Bising usus normal


Perkusi: timpani di seluruh lapang abdomen, shifting dullness (-),
nyeri ketok CVA (-/-)
Palpasi: supel, nyeri tekan (-), hepatomegali (-), splenomegali (-),
turgor baik
Punggung Lurus, deformitas (-)
Ekstremitas Akral hangat, Capillary refill time <2 detik, edem (-), lesi kulit (-)
Status Pubertas Pasien sudah pubertas
Status Neurologis
Kesadaran : E4 M6 V5 (compos mentis)
Rangsang meningeal:
Kaku kuduk : -
Laseq : -/-
Kerniq : -/-
Brudzinski I : -
Brudzinski II : -/-
Nervus kranialis:
I : Pemeriksaan tidak dapat dilakukan
II : Pupil bulat isokor, 3mm/3mm, RCL +/+
III, IV, VI : Gerakan bola mata baik ke segala arah
V : Dalam batas normal
VII : Simetris
VIII : Pemeriksaan tidak dapat dilakukan
IX, X : Disfoni (-), disfagia (-), refleks menelan baik
XI : Dalam batas normal
XII : Lidah deviasi (-), fasikulasi (-), tremor (-),
atrofi (-)
Motorik:
Inspeksi : Eutrofi, fasikulasi (-)
Tonus : Normotonus

Kekuatan otot :

Refleks fisiologis : ++/++

Refleks patologis : -/-


Sensorik : Dalam batas normal
Miksi/Defekasi baik, Sekresi keringat
Otonom : baik
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan
Darah Lengkap
- Hemoglobin 13,1 12-16 g/dL
- Hematokrit 39 37-54 %
- Leukosit 6.6 5-10 103/ul
- Trombosit 332 150.000-400.000 103/ul
Gula darah sewaktu 88 <200 mg/dL

Kesan: Hasil pemeriksaan laboratorium darah dalam batas normal


Resume
• Pasien anak perempuan, usia 14 tahun, datang dengan keluhan
kejang tonik klonik tiba-tiba selama 1 menit detik, sekitar 20 menit
SMRS.
• Pre-ictal: sakit kepala
• Kejang: tidak sadar, mata mendelik keatas, badan kelojotan
• Post-ictal: lemas
• 1 hari SMRS kejang juga sebanyak 1x
• Riwayat epilepsi +, rutin mengonsumsi I kalep 2x300 mg dan elkana
2x5 ml selama 2 tahun dan selama 2 tahun tidak pernah mengalami
kejang
• Hasil EEG 2016  gelombang tajam di frontal kanan di diagnose
epilepsy.
• Hasil EEG 2017  normal
• Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang laboratorium darah dalam
batas normal
Diagnosis
• Kejang Epilepsi

• Obesitas

Diagnosis Banding
• Pseudo-seizure

• Kejang non-epileptik
Tatalaksana
Tatalaksana Non-medikamentosa:
• Rawat inap di ruang rawat biasa
• Diet biasa
• Istirahat cukup
• Jaga asupan nutrisi

Tatalaksana Medikamentosa:
• IVFD KAEN 1B 10 tpm
• I kalep syrup 2x8cc
• Elkana Syrup 2x5 ml
• Stesolid sup 10 mg jika kejang

Tatalaksana Monitor:
• Observasi adanya kejang
Prognosis

Ad vitam BONAM

Ad
DUBIA AD MALAM
functionam

Ad
DUBIA AD MALAM
sanationam
Follow up
03 November 2018 S:
08.00 Kejang (-), demam (-),batuk (-), pilek (-), mual (-), muntah (-), makan
Perawatan dan minum baik, BAK dan BAB normal
hari ke-1 O:
Ku/kes: tampak sakit ringan/compos mentis
TTV: Nadi 77 x/menit, RR 20x/menit, suhu 36,4 oC, saturasi 99 %
tanpa O2
Mata: konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, cekung -/-, air mata (+)
Mulut: bibir sianosis (-)
Hidung: simetris, deviasi (-), sekret (-), pernafasan cuping hidung (-)
Thorax: datar, simetris, retraksi (-)
Cor: S1 S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo: vesikuler +/+, ronki -/-, wheezing -/-, slem -/-
Abdomen: datar, supel, bising usus (+) normal
Ekstremitas: akral hangat, CRT < 2 detik
A:
- Epilepsi
- Obesitas
P:
- IVFD KAEN 1B 10 tpm
- I kalep syrup 2x8cc
- Elkana syrup 2x5 ml
- Stesolid sup 10 mg  jika kejang
- Besok ulang DR dan SGOT SGPT
4 Mei 2017 S:
08.00 Kejang (-), demam (-),batuk (-), pilek (-), mual (-), muntah (-), makan
Perawatan dan minum baik, BAK dan BAB normal
hari ke-2 O:
Ku/kes: tampak sakit ringan/compos mentis
TTV: Nadi 78 x/menit, RR 22x/menit, suhu 36,7 oC, saturasi 98 %
tanpa O2
Mata: konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, cekung -/-, air mata (+)
Mulut: bibir sianosis (-)
Hidung: simetris, deviasi (-), sekret (-), pernafasan cuping hidung (-)
Thorax: datar, simetris, retraksi (-)
Cor: S1 S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo: vesikuler +/+, ronki -/-, wheezing -/-, slem -/-
Abdomen: datar, supel, bising usus (+) normal
Ekstremitas: akral hangat, CRT < 2 detik

A:
- Epilepsi
- Obesitas
P:
- Rawat jalan, kontrol 1 minggu lagi
- I kalep syrup 2x8 cc
- Elkana syrup 2x5 ml
- Stesolid supp 10 mg bila kejang
Tinjauan Pustaka
DEFINISI

◎ Kejang/ bangkitan epileptic adalah


manifestasi klinis yang disebabkan oleh
lepasnya muatan listrik secara sinkron dan
berlebihan dari sekelompok neuron di otak
yang bersifat transien.
EPIDEMIOLOGI

World Health Organization


menyebutkan, insidens epilepsi di
negara maju berkisar 50 per 100.000
penduduk, sedangkan di negara
berkembang 100 per 100.000 ribu

Di Indonesia, diperkirakan, jumlah penderita


epilepsi sekitar 1 - 4 juta jiwa

Penderita terbanyak pada golongan umur 1 - 6 tahun


(46,5%), kemudian 6 - 10 tahun (29,1%), 10 - 18
tahun (16,28%) dan 0 - 1 tahun (8,14%).
Infeksi
Hipoksia
Akut
Hipo/hiper glikemia
Elektrolit imbalance

EHI
Remote Trauma kepala
Infeksi SSP
Simptomatik

Kelainan neurologi Tumor otak


Etiologi
progresif Autoimun (vaskulitis)

Idiopatik

Epilepsi
PATOFISIOLOGI

• Dasar serangan epilepsi adalah gangguan


fungsi neuron-neuron otak dan transmisi
pada sinaps
• Ada dua jenis neurotransmitter :
• Eksitasi  memudahkan depolarisasi atau lepas muatan
listrik
(glutamate, aspartate, norepinephrine dan asetilkolin)

• Inhibisi  menimbulkan hiperpolarisasi sehingga sel


neuron lebih stabil dan tidak mudah melepaskan listrik
(GABA dan glisin)
KLASIFIKASI BANGKITAN /
SERANGAN KEJANG pada EPILEPSI
• Epilepsi dilasifikasikan 2  klasifikasi bangkitan/
serangan kejang dan klasifikasi sindrom epilepsi
• Klasifikasi bangkitan / serangan kejang
berdasarkan manifestasi kejang secara klinis dan
EEG
• Klasifikasi sindrom epilepsi adalah klasifikasi
epilepsi mendeskripsi group yang menunjukan
aspek sama dalam berbagai hal, baik manifestasi
klinis,umur, EEG dan prognosis
Klasifikasi ILAE 1981 – Bangkitan atau
serangan kejang
KELAINAN MENYERUPAI EPILEPSI

◎ Ada beberapa macam kelainan yang sering


disalah-diagnosis sebagai epilepsi
◎ Diantaranya adalah :
○ Sinkop 44%
○ Psikiatrik 20%
○ Breath-holding spell 11%
○ Migren 6%
○ Night terrors 6%
○ Tic
○ Hiperepleksia
○ Refleks gastroesofagus
○ Sisanya bermacam-macam kelainan
Sinkop
• Sering terjadi salah diagnosis dengan epilepsi atonik
• Sinkop biasanya dipresipitasi oleh situasi berdiri, rasa sakit
atau takut
• Sering didahului oleh rasa mual, pandangan berkunang,
pendengaran menjadi jauh, pucat serta berkeringat
Breath Holding Spells
• Biasanya didahului dengan anak menangis  diikuti fase
menahan nafas  Lalu anak tampak sianosis dan gerakan
kaku dari seluruh ekstremitas.

• Serangan berhenti ketika anak kembali menangis


Tic
• Merupakan gerakan involunter berupa kedipan mata, satu
sisi wajah berkedut, kepala/bahu bergerak-gerak, sering
dicetuskan oleh rasa cemas.

• Saat serangan anak tetap sadar dan terkadang bisa


menahan gerakan tersebut.
• Hiperepleksia  Gerakan pada ekstremitas seperti kejang
klonik, yang dipresipitasi dengan mengetuk dahi/ hidung
dengan jari tangan

• Refluks gastroesofagus/ sindrom Sandifer  Dapat


dipikirkan pada bayi dengan serangan
memeluk/kaget/spasme. Pemeriksaan EEG normal

• Migren  Dapat salah diagnosis sebagai epilepsi karena


manifestasi epilepsi lobus oksipital yang mirip, yaitu adanya
aura penglihatan dan pendengaran
SINDROMA EPILEPSI pada BAYI dan ANAK

◎ Sindroma epilepsi adalah epilepsi ditandai adanya


sekumpulan gejala dan tanda klinis yang terjadi
bersama-sama, meliputi jenis serangan, etiologi,
anatomi, faktor pencetus, umur onset, berat
penyakit, kronisitas dan kadang-kadang yang
prognosis.
KLASIFIKASI ILAE 1989 – Sindroma Epilepsi
Berkaitan dengan letak fokus
◎ Idiopatik (primer)
○ Epilepsi anak benigna dengan gelombang paku di
sentrotemporal (Rolandik benigna)
○ Epilepsi pada anak dengan paroksismal oksipital
○ Primary reading epilepsy“.
◎ Simptomatik (sekunder)
○ Lobus temporalis
○ Lobus frontalis
○ Lobus parietalis
○ Lobus oksipitalis
○ Kronik progesif parsialis kontinua
◎ Kriptogenik
Umum ◎ Kriptogenik atau
◎ Idiopatik (primer) simptomatik.
○ Kejang neonatus familial ○ Sindroma West (Spasmus
benigna infantil dan hipsaritmia).
○ Kejang neonatus benigna ○ Sindroma Lennox Gastaut.
○ Kejang epilepsi mioklonik ○ Epilepsi mioklonik astatik
pada bayi ○ Epilepsi absans mioklonik
○ Epilepsi absans pada anak ◎ Simptomatik
○ Epilepsi absans pada ○ Etiologi non spesifik
remaja ○ Ensefalopati mioklonik
○ Epilepsi dengan serangan neonatal
tonik klonik pada saat ○ Sindrom Ohtahara
terjaga. ○ Etiologi / sindrom spesifik.
○ Epilepsi tonik klonik ○ Malformasi serebral.
dengan serangan acak. ○ Gangguan Metabolisme.
Epilepsi Infantil Familial Benigna

• Diturunkan secara dominan autosomal


• Kejang tanpa demam dimulai pada usia 6 bulan dan
sudah menghilang pada usia 2 tahun
• Kejang fokal tonik atau klonik, sering didahului apnea
• Perkembangan psikomotor normal
• EEG interiktal dapat normal

44
Epilepsi absans pada anak (childhood absence epilepsy)

• Usia awitan 4 – 10 tahun, rata-rata 6 tahun


• 20% memiliki riwayat kejang demam
• Serangan (bengong) dengan durasi yang singkat, dimulai
dan berakhir secara mendadak, frekuensi sangat sering
• Mudah diprovokasi dengan hiperventilasi
• Status neurologis dan perkembangan umumnya normal
• EEG iktal berupa gelombang paku-ombak 3 spd teratur dan
simetris bilateral. Terkadang dapat terlihat gelombang paku-
ombak majemuk dengan perlambatan gelombang irama
dasar. EEG interiktal umumnya normal.

45
Juvenile Absence Epilepsy

• Usia awitan 9 – 13 tahun


• Serangan absans memiliki frekuensi lebih jarang
dibandingkan pada childhood absence epilepsy, namun
durasi serangan lebih panjang
• Dapat disertai kejang tonik-klonik umum terutama pada pagi
hari, serta kejang mioklonik.
• EEG menunjukkan gelombang paku-ombak atau paku
majemuk-ombak (polyspike-wave) umum dengan frekuensi
3-4 spd
• Gelombang irama dasar normal namun terkadang dapat
diselingi gelombang paku atau paku majemuk
• Sebagian besar pasien dapat bebas kejang, namun
sebagian lain membutuhkan pengobatan seumur hidup
46
Benign Epilepsy with Centotemporal Spikes (BECTS); Epilepsi
Rolandik

• Kejang diawali paresthesia mukosa mulut dan hipersalivasi


diikuti kontraksi wajah, lidah, dan otot-otot faring sehingga
terjadi disartria, disfagia, dan keluarnya air liur. Selanjutnya
terjadi kejang klonik pada lengan (jarang pada kaki), dan
akhirnya kejang seluruh tubuh.
• EEG interiktal menunjukkan gelombang paku di sentral dan
mid-temporal. Gelombang irama dasar pada umumnya
normal
• Perkembangan umumnya normal
• Remisi dalam 2-4 tahun setelah diagnosis dan sebelum usia
16 tahun

47
Sindrom Panayiotopoulos

• Usia 1 – 14tahun, rata-rata 5 tahun


• Gejala autonomi berupa muntah peri-iktal, pucat, miosis,
inkontinensia, batuk, hipersalivasi
• Dapat didahului aura visual
• Kejang biasanya malam hari dan berlangsung > 5menit
• EEG interiktal menunjukkan gelombang paku oksipital
(75%), aktivitas epileptic meningkat dalam keadaan tidur,
gelombang irama dasar biasanya normal.

48
Epilepsi umum dengan kejang demam plus (Generalized epilepsy
with febrile seizures plus, GEFS+)

• Diturunkan secara dominan autosomal


• Kejang umum disertai demam, diawali dengan kejang
demam pada usia <6 tahun yang menetap hingga usia
>6tahun
• Umumnya menghilang pada usia remaja namun dapat
berlanjut hingga dewasa

49
Sindrom Janz (Juvenile myoclonic epilepsy)

• Satu atau lebih dari bentuk kejang berikut: myoclonic jerks,


kejang umum tonik-klonik, dan kejang absans
• Serangan biasanya terjadi pada pagi hari saat bangun tidur.
• Pada EEG ditemukan bilateral polyspike-and-slow-wave 4-6
spd terutama di daerah frontal dengan gelombang irama
dasar yang normal

50
Sindrom West

• Spasme infantile
• Keterlambatan atau terhentinya perkembangan psikomotor
• Hipsaritmia pada EEG

51
Sindrom Dravet

• Awitan kejang dalam tahun pertama


• Kejang tonik umum atau hemiklonik
• Perkembangan dan fungsi kognitif normal sebelum awitan
kejang
• Kemunduran atau terhentinya perkembangan psikomotor
setelah awitan kejang
• EEG mula-mula normal, namun kemmudian menunjukkan
perlambatan irama dasar dan gelombang paku majemuk
yang bersifat fokal, multifocal, atau umum
Sindrom Landau-Kleffner (acquired epileptic aphasia)

• Perkembangan normal sampai usia 3-6 tahun kemudian


timbul gangguan fungsi bicara baik ekspresif maupun
reseptif
• 75% mengalami kejang, namun jarang yang berat
• EEG menunjukkan gelombang paku dan gelombang tajam
sentrotempotal bilateral yang menyebar menjadi umum
• Seringkali ditemukan electrical status epilepticus during
sleep
Sindrom Lennox-Gastaut

• Sindrom epilepsy berat dengan prognosis buruk


• Lebih dari satu tipe kejang, terbanyak tonik dan atonik, dapat
juga absans atipik, tonik-klonik, dan mioklonik
• Lebih dari 25% pasien mempunyai riwayat spasme infantil
• Sering disertai disabilitas intelektual dan kelainan neurologis
lainnya
• EEG interiktal menunjukkan slow spike wave kurang dari
2,5Hz yang umum.
DIAGNOSIS
ILAE OFFICIAL
REPORT

Epilepsy is a disease of the brain defined by any of the following conditions

1. A least two unprovoked (or reflex) seizures occurring >24 h apart

2. One unprovoked (or reflex) seizure and a probability of further seizures similar to
the general recurrence risk (at least 60%) after two unprovoked seizures, occurring
over the next 10 years

3. Diagnosis of an epilepsy syndrome

Epilepsy is considered to be resolved for individuals who had an age-dependent epilepsy syndrome but are now past
the applicable age or those who have remained seizure-free for the last 10 years, with no seizure medicines for the last
5 years.
55
EPILEPSI

Minimal 2 kejang tanpa 1 kejang tanpa provokasi


provokasi atau refleks Sindrom
dengan kemungkinan
dengan jarak antara kejang Epilepsi
berulang
>24 jam

◎ Adanya 2 bangkitan kejang berulang tanpa provokasi dengan


selang waktu sekitar 6 bulan
◎ Kejang tanpa provokasi adalah kejang yang tidak dicetuskan
oleh demam, gangguan elektrolit atau metabolic akut,
trauma, atau kelainan intrakranial akut
◎ Demam, gangguan eletroktrolit, glukosa, infeks, trauma tidak
ditemukan
Keadaan Kejang Menyerupai kejang
Onset Tiba-tiba Mungkin gradual
Lama serangan Detik/menit Beberapa menit
Kesadaran Sering terganggu Jarang terganggu
ANALISA KASUS Sianosis Sering Jarang
Gerakan ekstremitas Sinkron Asinkron
Stereotipik serangan Selalu Jarang
Lidah tergigit atau luka lain Sering Sangat jarang
Gerakan abnormal bola mata Selalu Jarang
Fleksi pasif ekstremitas Gerakan tetap ada Gerakan hilang
Dapat diprovokasi Jarang Hampir selalu
Tahanan terhadap gerakan pasif Jarang Selalu
Pasca serangan bingung Hampir selalu Tidak pernah
Iktal EEG abnormal Selalu Hampir tidak pernah
Pasca iktal EEG abnormal Selalu Jarang
Anamnesis
• Pertama harus ditentukan apakah serangan yang terjadi benar
merupakan serangan kejang atau bukan
• Bentukan kejang?  gerakan kelojotan simetris seluruh badan
(Generalize tonik klonik)
• Pada keadaan apa bangkitan muncul? Kegiatan saat kejang muncul?
 sedang tidur
• Aura?  sakit kepala
• Jumlah kejang? Durasi kejang?  1x , sekitar 1 menit, selama
kejang tidak sadar, gerakan bola mata mendelik keatas
• Post-iktal? Tertidur? Pingsan? Bingung?  lemas
• Adanya gangguan kesadaran? Adakah gangguan fungsi
otonom
• Apakah bentuk bangkitan selalu sama
• Riwayat penyakit dahulu seperti trauma kepala, infeksi SSP,
perdarahan intrakranial, penyakit lain yang disertai
penurunan kesadaran.
• Riwayat perkembangan anak
• Riwayat epilepsy dalam keluarga
Pemeriksaan Fisik
• Pemeriksaan fisik umum dan status neurologis
• Cari petunjuk yang mengarah ke sindroma
tertentu:
• Kelainan neurokutan seperti adenoma sebaseum di
wajah (tuberosklerosis),
• Hemangioma di wajah (sindrom sturge weber),
• Neurofibromatosis,
• Dismorfik wajah, palsi serebral atau tanda lain yang
mendasari etiologi epilepsy.
PEMERIKSAAN PENUNJANG pada
EPILEPSI

◎ Urin  fenilketonuria atau histidinuria


◎ Darah  anemia sickle cell, polisitemia dan
leukemia, glukosa elektrolit dan ureum
◎ CSF  meningitis, zat anti morbili
(Subacute Sclerosing Panenephalitis )
◎ EEG
◎ Pencitraan: foto polos kepala, angiogafi
serebral, CT scan, MRI dan PET
ELEKTOENSEFALOGRAFI (EEG)

• Merupakan pemeriksaan penunjang standard yang harus


dilakukan pada setiap kejadian kejang
• Membantu meneggakan diagnosis epilepsi
• Rekam EEG dilakukan selama 30 menit  rekaman tidur
dan bangun tanpa obat premedikasi
• Pemeriksaan EEG biasanya dilakukan setelah bangkitan ke-
2
• Peran EEG:
• Membantu menunjukkan tipe kejang
• Menunjukkan lokalisasi fokus kejang
• Menentukan sindroma epilepsi
• Pemantauan keberhasilan terapi
• Membantu menentukan apakah terapi OAE dapat dihentikan
ELEKTOENSEFALOGRAFI (EEG)

• Aktivasi tidur  epilepsi psikomotor (epilepsi lobus


temporalis)
• Aktivasi hiperventilasi  epilepsi absence (petit mal)
• Stimulasi fotik  epilepsi centrencephalic

• Rekaman EEG dikatakan abnormal:


• Asimetri irama dan voltase gelombang pada daerah yang sama di kedua hemisfer otak
• Irama gelombang tidur teratur
• Irama gelombang lebih lamat dibanding seharusnya misalnya gelombang delta
• Adanya gelombang yang biasanya tidak terdapat pada anak normal, misalnya gelombang
tajam, paku, paku-ombak, paku majemuk dan gelombang lambat yang timbul secara
paroksismal

EEG dengan hasil terdapat abnormal terdapat gambaran dasar,


gelombang dengan amplitude sedang, frekuensi 8-12 spd , juga
didapatkan gelombang tajam, ampitudo kecil, freq <12 spd di
parieto frontal kanan dan interpretasi gelombang tajam di frontal
kanan
ELEKTOENSEFALOGRAFI (EEG)

• Spasme infantil  Hipsaritmia


• Epilepsi petit mal  gelombang paku-ombak 3 siklus per
detik (spd)
• Epilepsi mioklonik  paku/ tajam/ lambat dan paku majemuk
yang timbul secara serempak
Pencitraan
• Peran pencitraan. Untuk mendeteksi lesi otak yang dapat
menjadi faktor penyebab epilepsi atau kelainan
neurodevelopmental

• MRI merupakan pilihan untuk mendeteksi kelainan

• Indikasi:
• Epilepsi fokal berdasarkan gambaran klinis atau EEG
• Pemeriksaan neurologis yang abnormal
• Anak berusia < 2 tahun
• Anak dengan gejala khas sindrom epilepsi simptomatik
• Epilepsi Intraktabel
• Status Epileptikus
PENGOBATAN EPILEPSI
◎ Dalam menentukan obatnya jika harus mendiagnosis jenis
serangannya
◎ Tujuan terpenting dalam pengobatan OAE 
mempertahankan kadar obat dalam therapeutic range tanpa
menimbulkan gejala toksis
PENGOBATAN EPILEPSI
Pengaruh umur, penyakit, keadaan dan interaksi obat
○ Neonatus  obat kurang terikat pada protein plasma dan
metabolisme lebih cepat pada anak  dosis per kg BB
lebih tinggi dibandingkan dewasa dan pemberian OAE
harus lebih sering
○ Penyakit hati  gangguan kinetika metabolisme obat dan
ikatan protein plasma berkurang  dosis OAE (fenitoin,
asam valproat dan benzodizepin) dosis dikurangi
○ Ginjal  retensi obat dan metabolit
PENGOBATAN EPILEPSI
Pengaruh umur, penyakit, keadaan dan interaksi obat
○ 3 jenis interaksi obat:
1. Induksi enzim yang meninggikan metabolisme dan
menurunkan kadar plasma  Fenitoin, fenobarbital,
primidone dan karbamazepin obat penginduksi enzim
kuat yang menurunkan kadar palsma (valproat dan
benzodiazepin)
2. Inhibisi enzim dapat mengurangi metabolisme dan
meningkatkan kadar plasma
3. Obat yang mendorong obat lain dari ikatan proteinnnya
(fenitoin oleh valproat  therapeutic range fenitoin harus
diturunkan bila dikombinasi dengan valproat)
PENGOBATAN EPILEPSI
Prinsip Pengobatan Epilepsi
1. Diagnosis pasti  baru diberikan setelah serangan
kedua
2. Menentukan jenis serangan
3. Pengobatan dimulai dengan satu OAE dengan dosis
kecil  dinaikkan bertahap sampai serangan teratasi
4. Kegagalan OAE  sering disebabkan non-compliance
atau tidak minum obat menurut aturan. Bila OAE
pertama tidak bermanfaat dapat diganti dengan OAE
kedua. Dosis kedua dinaikkan bertahap, sedangkan
dosis pertama diturunkan bertahap. (penurunan
bertahap untuk mencegah status epileptikus)
PENGOBATAN EPILEPSI
Pengukuran kadar OAE
○ Menilai apakah kadar terapeutik sudah tercapai
○ Menilai kadar OAE pertama setelah penambahan OAE
kedua
○ Menilai adanya interaksi dengan obat non OAE
○ Menilai kadar OAE bila timbul penyakit lain yang akan
menggangu biotransformasi-eliminasi OAE
○ Menilai kadar OAE, bila timbul gejala toksis
○ Menilai kadar bebas berapa OAE yang sangat terikat
pada protein (fenitoin, karbamazepin, valproat) pada
keadaan tertentu ( ginjal, hati, hipoalbuminemia, usia
lanjut, kehamilan dan interaksi obat)
PENGOBATAN EPILEPSI
Pemilihan OAE

Dosis inisial 10-


15mg/kgBB/hari 
naikkan dosis 5- Asam valproat sirup 250mg/5ml 
10mg/kgBB/mgg  2x 400mg / 8ml
max 40-
60mg/kgBB/hari
PENGHENTIAN OAE
○ Penyembuhan akan terjadi 30-40% anak dengan epilepsi
○ Lama pengobatan tergantung pada jenis epilepsi dan
risiko kekambuhan
○ Serangan yang ringan pengobatan selama 2-3 tahun
sudah cukup
○ Pengobatan epilepsi selama EEG masih abnormal masih
harus diteruskan selama 1 tahun
○ Penghentian harus dilakukan secara bertahap
PENGHENTIAN OAE
◎ Penghentian OAE harus dipertimbangkan jika anak sudah
bebas kejang selama 2 tahun atau lebih.
◎ Secara keseluruhan, 60 – 70% anak penyandang epilepsy
yang sudah bebas kejang 2 tahun atau lebih tidak akan
mengalami kejang kembali meskipun OAE sudah dihentikan.
◎ Sekitar 30-40% akan mengalami kekambuhan dalam 2 tahun
setelah bebas kejang.
◎ Keputusan untuk menghentikan pengobatan harus
didiskusikan bersama dengan anak, orang tua, dan keluarga.
◎ Faktor-faktor yang perlu diperhatikan antara lain
kekhawatiran akan kekambuhan kejang, risiko kematian atau
traum, serta kekhawatiran akan efek samping obat jika OAE
masih dilanjutkan.
EPILEPSI yang SUKAR DIATAS (INTRACTABLE EPILEPSI)

◎ 10-15% resisten terhadap pengobatan


biasa
◎ Harus diperiksa:
○ Keadaan non-compliance dengan pemeriksaan kadar
OAE
○ Faktor stress
○ Keletihan
○ Kekurang tidur
○ Gangguan keseimbangan asam-basa dan air
○ Stimulasi SSP oleh obat
Remisi dan Kekambuhan Pasien Epilepsi

◎ OAE mengontrol kejang pada 70-80% anak


dengan epilepsi
◎ Risiko utama penghentian OAE adalah kambuhnya
kejang
◎ Faktir yang menentukan kemungkinan kambuhnya
kejang setelah penghentian antikonvusan:
○ Retardasi mental
○ Mudanya usia saat onset kejang
○ Beratnya epilepsi
○ Seringnya serangan kejang sebelum epilepsi terkontrol
○ Kelainan EEG
○ Lama dan jumlah antikonvulsan yang dibutuhkan mengontrol
epilepsi

75
◎ Kelainan EEG yang khas perlambatan atau
gelombang paku, jenis kejang dan usia saat kejang
berbeperan dalam prognosis
◎ Prognosis baik: tidak ada kelainan neurologis dan
mental, hanya terdapat satu jenis kejang , tidak
kerapnya kejang( terutama tonik klonik umum),
cepatnya kejang dikendalikan
◎ Prognosis buruk: kejang organik, terdapat kelainan
neurologis dan atau mental, terdapat beberapa
jenus kejang.

76
DAFTAR PUSTAKA
◎ Mangunatmadja I. Transformation fron Fetus to Excellent
Adolescents. Jakarta: Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-
RSCM; 2017.
◎ Fisher R. A Revised Definition of Epilepsy [Internet]. Epilepsy
Foundation. 2014. Available from:
http://www.epilepsy.com/article/2014/4/revised-definition-epilepsy
◎ Fisher R, Acevedo C, Arzimanoglou A, Bogacz A, Cross J, Elger C
et al. ILAE Official Report: A practical clinical definition of epilepsy.
Epilepsia. 2014;55:475-482.
◎ Simanungkalit A, Suryadisastra D, Lalisang L, Ng P, Goenawan P,
Situmeang R et al. Pengantar Neurologi Klinik. Tangerang: FK
Press Universitas Pelita Harapan; 2016.
◎ Nardone R, Brigo F, Trinka E. Acute Symptomatic Seizures Caused
by Electrolyte Disturbances. Journal of Clinical Neurology.
2016;12:21.
◎ Ismael S, Soetomenggolo T, Pusponegoro H, Saharso D, Herini E,
Passat J et al. Epilepsi pada anak. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan
Dokter Anak Indonesia; 2016.
DAFTAR PUSTAKA
◎ Nelson W, Kliegman R, Stanton B, St Geme J, Schor N, Behrman
R, et al. Nelson textbook of pediatrics. Philadelphia: Elsevier; 2016.
◎ Tjandrajani A, Widjaja J, Dewanti A, Burhany A. Karakteristik Kasus
Epilepsi di Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita pada Tahun
2008-2010. Sari Pediatri. 2016;14:143.
◎ Fisher R, Shafer P, Souza C. 2017 Revised Classification of
Seizures [Internet]. Epilepsy Foundation. 2016. Available from:
http://www.epilepsy.com/article/2016/12/2017-revised-classification-
seizures
◎ Glauser T, Ben-Menachem E, Bourgeois B, Cnaan A, Guerreiro C,
Kälviäinen R et al. Updated ILAE evidence review of antiepileptic
drug efficacy and effectiveness as initial monotherapy for epileptic
seizures and syndromes. Epilepsia. 2013;54:551-563.

Anda mungkin juga menyukai