Anda di halaman 1dari 13

REFERAT

DERMATOMIKOSIS

Disusun Oleh:
Amelia Andriani – 00000002387
Bella Desra Andae – 1017317006
Giovanni Clement Liando – 1305003247
Payal Morangkey - 01073170173

Pembimbing:
dr. Michael Warouw, Sp. KK

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN


SILOAM HOSPITAL LIPPO VILLAGE – RUMAH SAKIT UMUM SILOAM
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
PERIODE 7 APRIL – 11 MEI 2018
TANGERANG
BAB I
PENDAHULUAN

Kelainan kulit akibat jamur umunya digolongan menjadi 2 kelompok, yaitu


mikosis superficial dan mikosis subkutan.
Mikosis superficial adalah infeksi jamur yang mengenai jaringan mati pada
kulit, kuku dan rambut. Pada mikosis superficial tidak terjadi reaksi inflamasi atau
terjadi inflamasi ringan, yakni pada pitiriasis versikolor, folliculitis Malassezia,
piedra dan tinea nigra atau disebut juga menjadi kelompok non-dermatofitosis.
Pada mikosis kutan, meskipun yang diserang bukan jaringan hidup, terjadi reaksi
inflamsi yang diakibatkan metabolit jamur, yakni pada kelompok dermatofitosis.
Epidemiologi mikosis superficial banyak ditemukan di dunia, terutama didaerah
tropis termasuk Indonesia.
Mikosis subkutan adalah kelainan akibat jamur yang melibatkan jaringan di
bawah kulit. Kelainan ini relatif jarang di jumpai. Beberapa diantaranya adalah
misetoma, kromomikosis, zigomikosis subkutan, sporotrikosis, rinosporidiosis.
Kandidosis, satu penyakit jamur yang banyak ditermukan dan disebabkan oleh
Candida spp.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. NONDERMATOFITOSIS
1. PITIRIASIS VERSIKOLOR
2. FOLIKULITIS MALASSEZIA
3. PIEDRA
3.1. DEFINISI
Piedra adalah infeksi jamur superfisial asimptomatik pada batang
rambut. Piedra dikenal juga sebagai Trichomycosis Nodularis.1
Terdapat 2 jenis piedra: 1
 Piedra hitam disebabkan: jamur Piedraia hortae.
 Piedra putih disebabkan: sepsis pathogen Genus
Tichosporon, yaitu Trichosporon ovoides,
Trichosporon inkin, Trichosporon asahii,
Trichosporonmucoides, Trichosporon asteroides dan
Trichosporon cutaneum.
3.2. EPIDEMIOLOGI
Piedra hitam terutama menyerang rambut kepala, meskipun pernah
dilaporkan pada area tubuh lain seperti kumis, jenggot dan pubis.
Kelainan ini terutama ditemui pada daerah tropis di Amerika Selatan,
kepulaun Pasifik, dan Timur Jauh, lebih jarang di Afrika dan Asia.
Selain di manusia dapat ditemukan di monyet dan primanata lain. Di
Indonesia hingga sekarang hanya ditemui jenis piedra hitam.2
Piedra putih terutama menyerang rambut aksila, genital dan jenggot.
Ditemukan di daerah beriklim sedang atau subtropis Amerika Selatan
dan asia, yang Timur Tengah, India, Afrika dan Jepang. Ini jarang
terjadi di Amerika Serikat dan Eropa. Piedra putih mempengaruhi
rambut wajah, aksila, dan genital lebih sering dari rambut kulit kepala.
T. ovoides ditemukan lebih umum pada rambut kepala, T. inkin pada
rambut kemaluan, dan T. asahii pada lainnya permukaan tubuh.

2
Penularan dari orang ke orang jarang terjadi, dan infeksi tidak
berhubungan dengan perjalanan ke daerah endemis.1
3.3. ETIOPATOLOGIS
Piedraia hortae, penyebab piedra hitam, ditemukan di tanah dan air
tergenang. Penyebab piedra putih, genus Trichosporon, dapat
ditemukan baik di tanah, udara, air, tumbuhan dan permukaan kulit.
Faktor hygiene memegang peran terjadinya infeksi. Jamur penyebab
masuk ke kutikula rambut, tumbuh mengelilingi rambut membentuk
benjol-benjolan, dan dapat menimbulkan rupture atau trikoreksis dan
patah rambut. Transmisi dari orang ke orang jarang, meskipun piedra
putih dilaporkan berhubungan dengan transmisi seksual.1
3.4. GEJALA KLINIS
Piedra hitam terutama pada rambut kepala, bersifat asimptomatik,
ditandai dengan benjolan atau nodul hitam lonjong, keras, multipel,
yang melekat erat pada rambut, bewarna coklat kehitaman pada shaft
rambut, berukuran mikroskopis sampai 1 millimeter. Bila rambut disisir
akan terdengar suara bergelitik. Konkresi adalah yang paling umum
pada bagian depan kulit kepala. Piedra hitam melemahkan batang
rambut dan menghasilkan rambut gampang patah.
Piedra putih terutama pada rambut aksila, genital, jenggot, berupa
benjolan lunak, multipel berukuran mikroskopik sampai 1 millimeter,
bewarna putih sampai coklat muda, dan tidak terlalu melekat erat pada
rambut, sehingga midak dilepaskan. Kadang benjolan menyatu
membentuk selubung mengelilingi rambut. Concretions ini
mempengaruhi lapisan luar batang rambut dan dapat dengan mudah
dilepaskan Rambut patah dapat terjadi tetapi lebih jarang dibandingan
dengan piedra hitam. 2
3.5. DIAGNOSIS
Diagnosis piedra berdasarkan atas gambaran klinis dan
didukung oleh pemeriksaan sediaan langsung dan biakan.

3
Pada pemeriksaan mikroskopik piedra hitam dengan larutan
KOH, tampak benjol-benjolan terpisah yang terdiri atas anyaman
padat hifa bewarna cokelat-hitam, tersusun regular daalam
substansi seperti semen. Di bagian tepi dapat ditemukan
artokonidia berdiameter 4-8 dan ditengah dapat ditemukan askus
yang berisi 8 askospora berbentuk fusiformis.
Pada piedra putih, benjolan cenderung menyatu, terdiri atas
anyaman hifa yang tersusun kurang regular, membentuk masa
seperti gelatin menyelubungi rambut. Benjolan piedra putih kadang
memberikan fluoresensi pada pemeriksaan dengan lampu Wood.
Nodul piedra hitam diperiksa dengan persiapan KOH
menampilkan pinggiran hifa selaras dan terorganisasi dengan baik
pusat sel berdinding tebal dikemas erat bersama-sama, kadang-
kadang disebut pseudoparenchyma. Ini nodul sebagian besar di luar
batang rambut. P. hortae tumbuh dengan baik, meskipun lambat, di
sebagian besar media laboratorium dan tidak dihambat oleh
sikloheksimid. Nodul dari
piedra putih memiliki penampilan yang kurang teratur dan lebih
intrapilar daripada nodul piedra hitam. Hifa diatur secara tegak
lurus ke batang rambut. T. asahii tumbuh subur di SDA dan
dihambat oleh sikloheksimid. Mikroskopi dengan mudah
membedakan piedra dari telur kutu, rambut gips, cacat batang
rambut yang berkembang, dan trikomikosis axillaris. Selain itu,
nodul trikomikosis axillaris biasanya lebih kecil dan mungkin
berfluoresensi di bawah wood lamp. 1
3.6. DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding dari piedra adalah pediculosis, trichomycosis
axillaris dan tinea capitis. Dapat mempertimbangkan monilethrix.1
3.7. TATALAKSANA

4
Memotong rambut yang terkena infeksi adalah pengobatan
terbaik. Cara pengobatan lainnya dapat dengan larutan sublimat
1/2000 setiap hari, atau sediaan azol topical. Di Indonesia pernah
dilaporkan keberhasilan pengobatan piedra hitam dengan sampo
ketokonazol. 2
Karena angka kambuh yang tinggi, serta bukti untuk organisme
intrafollicular di piedra putih, beberapa pendukung menggunaan
agen antijamur sistemik seperti itrakonazol.

5
6
4. TINEA NIGRA PALMARIS
4.1. DEFINISI
Tinea nigra adalah infeksi jamur superifisial yang asimptomatik
pada stratum korneum, yang disebabkan oleh dematiaceous,
berpigmen gelap, Hortaea werneckii (sebelumnya bernama
Phaeoannellomyces werneckii dan Exophiala werneckii). Biasanya
pada telapak tangan, walaupun telapak kaki dan permukaan kulit
lain dapat terkena. Kelain kulit berupa macula cokelat sampai
hitam. 1
4.2. EPIDEMIOLOGI
Penyakit terdapat sporadic, di daerah tropis dan subtropics,
terutama Amerika Selatan dan Tengah, Afrika dan Asia termasuk di
Indonesia. Meskipun mayoritas dari sekitar 150 Utara kasus
Amerika yang dilaporkan sejak 1950 dikaitkan dengan perjalanan
tropis, fokus endemik ada di pesisir tenggara Amerika Serikat dan
di Texas. Penularan orang ke orang jarang terjadi. Tinea nigra
memiliki predileksi wanita disbanding laki-laki 3: 1.2
4.3. ETIOPATOGENESIS
Organisme penyebab adalah jamur dematiaceae atau jamur
berpigmen hitam-Hortaea werneckii atau Cladosporium werneckii (
yang dulu disebut yang biasa hidup di tanah, saluran pembuangan
air, dan tanaman busuk. Infeksi timbul akibat inokulasi jamur
setelah trauma, dengan masa inkubasi 2-7 minggu. Penularan dari
orang lain jarang terjadi. Tidak ada faktor predisposisi.
4.4. GEJALA KLINIS
Tinea nigra ditemukan pada orang sehat dan biasanya
asimptomatik, bintik kecokelatan sampai macula hijau kehitaman
atau patch minimal sampai no scale pada telapak tangan atau
telapak kaki. Kelainan kulit umunya di telapak tangan, meskipun

7
juga dapat ditelapak kaki dan permukaan kulit kakinya, berupa
macula cokelat hitam yang berbatas tegas, tidak bersisik. Sangat
jarang ditemui lesi bersisik. Makula tergelap diperbatasan. Karena
warnanya dan lokasinya pada telapak tangan dan telapak kaki, tinea
nigra sering salah didiagnosis sebagai lentiginous acral melanoma.
Penderita umunya berusi muda dibawah 19 tahun dan penyakitnya

Gambar 1. Tinea Nigra Palmaris

langsung berlangsung kronik sehingga dapat dilihat pada orang


dewasa diatas 19 tahun. Perbandingan penderita wanita 3x lebih
banyak daripada pria. Faktor- faktor predisposisi penyakit belum
diketahui kecuali hyperhidrosis dan tidak ada hubungan dengan
gangguan respon imun. 1

8
4.5. DIAGNOSIS
Diagnosis dibuat berdasarkan gambaran klinis dan
pemeriksaan kerokan kulit dan biakan. Pada pemeriksaan sedian
langsung dalam larutan KOH jamur terlihat sebagi hifa bercabang,
bersekat ukuran sampai 5 μm
, bewarna cokelat muda sampai hijau tua di sepanjang dengan
sel ragi berbentuk oval hingga spindel yang terjadi secara tunggal
atau berpasangan dengan septum transversal sentral.
Biakan pada agar Sabaouraud (suhu kamar) menghasilkan
koloni yang tampak sebagai koloni yang semua menyerupai ragi
dan koloni filament bewarna hijau tua atau hitam. Kultur dilakukan
pada SDA dengan cycloheximide dan kloramfenikol tumbuh dalam
1 minggu. Koloni itu awalnya seperti ragi dengan warna coklat
sampai hitam mengkilap dan muncul sebagai bentuk ragi 2-sel khas
di bawah pemeriksaan mikroskopis. Seiring waktu, pertumbuhan
miselia mendominasi membuat koloni hitam keabu-abuan. 1
4.6. DIAGNOSIS BANDING
Tinea nigra dapat menyerupai nevus junctional, dermatitis
kontak, kulit yang terkena zat kimia, pigementasi pada penyakit
Addison, sifilis, pinta dan melanoma.1
4.7. TATALAKSANA
Tinea nigra dapat diobati dengan obat-obat antijamur
konvensional dan kombinasi bahan antijamur dengan keratolitik,
misalnya salap salisil sulfur, Whitfield, dan tinctura jodii, selain
dengan antijamur topical golongan azol. Pengobatan harus
dilanjutkan selama 2 hingga 4 minggu setelah resolusi klinis untuk
mencegah kekambuhan. Meskipun ketoconazole oral, itrakonazol,
dan terbinafin juga efektif, terapi sistemik jarang diindikasikan. 1

9
4.8. PROGNOSIS

10
Tinea Nigra Palmaris merupakan asimptomatik sehingga tidak
memberikan keluhan kecuali keluhan estetik, kalau tidak diobati
penyakit akan menjadi kronik.1

B. DERMATOFITOSIS

11
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

1. Craddock Lauren N., Schleke Stefan M.. Superficial Fungal Infection. In:
Fitzpatrick TB, Goldsmith LA, Wolff K. Fitzpatricks dermatology. 9th ed.
New York: McGraw-Hill; 2019. 2925-61p.
2. Bramono Kusmarinah, Budimulja Unandar. Nondermatofitosis. In: Hamzah
M, Aisah S, editors. Buku Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ketujuh.
Jakarta: Balai penerbit FK-UI;2016. 103-9p.

12

Anda mungkin juga menyukai