Anda di halaman 1dari 10

Mikosis Superfisialis

A. Nondermatofitosis
Infeksi non-dermatofitosis pada kulit biasanya terjadi pada kulit yang paling luar. Hal ini
disebabkan jenis jamur ini tidak dapat mengeluarkan zat yang dapat mencerna keratin kulit dan
tetap hanya menyerang lapisan kulit yang paling luar.
1. Ptiriasis Vesikolor
a. Definisi
Tinea versikolor/Pityriasis versikolor adalah infeksi ringan yang sering terjadi disebabkan
oleh genus Malasezia. Penyakit jamur kulit ini adalah penyakit yang kronik dan asimtomatik
ditandai oleh bercak putih sampai coklat yang bersisik. Kelainan ini umumnya menyerang badan
dan kadang- kadang terlihat di ketiak, sela paha,tungkai atas, leher, muka dan kulit kepala.
b. Etiologi
Malassezia spp
c. Gejala klinis
Timbul bercak putih atau kecoklatan yang kadang-kadang gatal bila,berkeringat. Bisa pula
tanpa keluhan gatal sama sekali, tetapi penderita mengeluh karena malu oleh adanya bercak
tersebut. Pada orang kulit berwarna, lesi yang terjadi tampak sebagai bercak hipopigmentasi, tetapi
pada orang yang berkulit pucat maka lesi bisa berwarna kecoklatan ataupun kemerahan. Di atas
lesi terdapat sisik halus.

d. Diagnosis
Pemeriksaan langsung dengan KOH 10%. Bahan-bahan kerokan kulit di ambil dengan cara
mengerok bagian kulit yang mengalami lesi. Sebelumnya kulit dibersihkan dengan kapas alkohol
70%, lalu dikerok dengan skalpel steril dan jatuhannya ditampung dalam lempeng-lempeng steril
pula. Sebagian dari bahan tersebut diperiksa langsung dengan KOH% yang diberi tinta Parker Biru
Hitam, Dipanaskan sebentar, ditutup dengan gelas penutup dan diperiksa di bawah mikroskop.
Bila penyebabnya memang jamur, maka kelihatan garis yang memiliki indeks bias lain dari
sekitarnya dan jarakjarak tertentu dipisahkan oleh sekat-sekat atau seperti butir-butiir yang
bersambung seperti kalung. Pada pitiriasis versikolor hifa tampak pendek-pendek, lurus atau
bengkok dengan disana sini banyak butiran-butiran kecil bergerombol.
Pemeriksaan dengan sinar wood,dapat memberikan perubahan warna pada seluruh daerah
lesi sehingga batas lesi lebih mudah dilihat. Daerah yang terkena infeksi akan memperlihatkan
fluoresensi warna emas sampai orange.
e. Terapi
Menyingkirkan faktor predisposisi. Dapat digunakan terapi topical dan terapi sistemik.
Dapat diberikan topical antara lain selenium sulfide bentuk sampo 1,8% atau bentuk losiso 2,5%
yang dioleskan setiap hari selama 15-30 menit dan kemudian dibilas. Pengolesan dianjurkan
diseluruh badan selain kepala dan genitalia. Ketokonazol 2% sampo juga dapat digunakan. Solusio
propilen glikol 50%, natrium hiposulfit 20%. Untuk lesi terbata dapat digunakan krim derivate
azol misalnya mikonazol, klotrimazol, isokonazol dan ekonazol. Obat topical sebaiknya digunakan
selama 2 minggu setelah hasil pemeriksaan dengan lampu wood dan mikologis langsung kerokan
negative
Obat sistemik dipertimbangkan dengan lesi luas, kambuhan dan gagal terapi topical, antara
lain ketokonazol 200mg/hari selama 5-10 hari atau itrakonazol 200mg/hari selama 5-7 hari.
2. Piedra
a. Definisi
Piedra adalah infeksi jamur pada rambut ditandai dengan benjolan (nodus) yang keras
sepanjang batang rambut.
b. Etiologi
Ada 2 bentuk, yaitu :
i. Piedra Putih Penyakit ini disebabkan Trichosporon terutama di daerah subtropis dan beriklim
sedang.
ii. Piedra Hitam Penyakit ini disebabkan oleh piedra hortae dan lebih sering ditemukan pada
daerah rambut kepala serta jarang pada rambut dada dan dagu.
c. Gejala klinis
Piedra hitam merupakan infeksi asimtomatik. Pada batang rambut dada dan dagu. Pada
batang rambut teraba kasar, granular, terdapat nodul yang keras, berukuran kecil, berwarna hitam
dan bisa tunggal atau multipel. Nodul melekat erat pada batang rambut, sukar dilepas, bila disisir
dengan logam maka akan terdengar bunyi geseran logam

Piedra hitam dan piedra putih


Piedra putih terutama pada rambut aksila genital dan jenggot berupa benjolan lunak, multipel
berwarna putih sampai coklat muda dan tidak terlalu melekat pada rambut. Rambut patah dapat
terjadi

d. Diagnosis
Didasarkan pada gambaran klinis dan pada pemeriksaan mikroskopik piedra hitam dengan
larutan KOH tampak benjolan terpisah terdiri dari anyaman hifa berwarna coklat hitam, tersusun
regular dalam subtansi seperti semen.
Pada piedra putih benjolan cenderung menyatu, terdiri atas anyaman hifa yang tersusun
kurang regular, membentuk massa seperti gelatin
e. Terapi
Memotong rambut yang terkena infeksi adalah pengobatan terbaik untuk piedra hitam
maupun putih. Cara pengobatan lain dapat dengan larutan sublimat1/2000 setiap hari, atau sedian
azol topikal
3. Tinea nigra palmaris
a. Definisi
Tinea nigra adalah infeksi jamur superfisialis yang asimptomatik pada stratum korneum,
biasa pada telapak tangan, walaupun telapak kaki dan permukaan kulit lain dapat terkena
b. Etiologi
Jamur berpigmen hitam- Hortaea werneckii atau Cladosporium werneckii
c. Gejala klinis
Kelainan umumnya pada telapak tangan berupa macula coklat hitam berbatas tegas, tidak
bersisik. Penderita umumnya berusia dibawah 19 tahun

d. Diagnosis
Diagnosis berdasarkan gambaran klinis dan pemeriksaan kerokan kulit dan biakan. Pada
pemeriksaan langsung dalam KOH jamur terlihat hifa bercabang, bersekat, berwarna coklat muda
sampai hijau tua. Biakan pada agar sabouraud menghasilkan koloni yang tampak sebagai koloni
yang semula menyerupai ragi dan koloni filament berwarna hijau tua atau hitam
e. Terapi
tinea nigra dapat diobati dengan obat obatan anti jamur konvensional dan kombinasi bahan
antijamur dengan keratolitik, misalnya salap salisil sulfur, whitfield dan tincture jodii, selain
antijamur topical golongan azol.
B. Dermatofitosis
Dermatofitosis adalah infeksi jaringan yang mengandung zat tanduk (keratin) misalnya
stratum korneum pada epidermis, rambut, dan kuku, yang disebabkan oleh golongan jamur
dermatofita. Jamur golongan dermatofitosis terdiri dari 3 genus yaitu Microsporum, Trichophyton,
dan Epidermophyton. Microsporum menyerang rambut dan kulit. Trichophyton menyerang
rambut, kulit dan kuku. Epidermophyton menyerang kulit dan jarang pada kuku
1. Tinea Capitis
a. Definisi
Tinea kapitis (ringworm of the scalp) adalah kelainan pada kulit dan rambut kepala yang
disebabkan oleh spesies dermatofita. Tinea kapitis umumnya disebabkan oleh spesies
Microsporum dan Trichophyton.
b. Etiologi
Dermatofit ektorik biasanya menginfeksi pada perifolikuler stratum korneum, menyebar ke
seluruh dan ke dalam batang rambut dari bagian medial sampai bagian distal rambut sebelum turun
ke folikel untuk menembus folikel rambut dan diangkat keatas pada permukaannya.Dan biasanya
disebabkan spesies dermatofita golongan Trichophyton dan Microsporum. Spesies tersering yang
menyebabkan tinea kapitis tipe meradang dan tipe tidak meradang adalah M.audouinii.T.tonsurans
menjadi penyebab utama terjadinya tinea kapitis tipe black dot dan M.gypseum menyebabkan
terjadinya tinea favus.

c. Manifestasi klinis
i. Gray patch ringworm
Grey patch ringworm merupakan tinea kapitis yang biasanya disebabkan oleh
genus.Microsporum dan sering ditemukan pada anak anak. Penyakit mulai dengan papul merah
yang kecil di sekitar rambut.Papul ini melebar dan membentuk bercak yang menjadi pucat dan
bersisik.Keluhan penderita adalah rasa gatal.Warna rambut menjadi abu-abu dan tidak berkilat
lagi.Rambut mudah patah dan terlepas dari akarnya, sehingga mudah dicabut dengan pinset tanpa
rasa nyeri.Semua rambut di daerah tersebut terserang oleh jamur, sehingga dapat terbentuk
alopesia setempat. Tempat-tempat ini terlihat sebagai grey patch. Grey patch yang di lihat dalam
klinik tidak menunjukkan batas- batas daerah sakit dengan pasti. Pada pemeriksaan dengan lampu
wood dapat di lihat flouresensi hijau kekuningan pada rambut yang sakit melampaui batas-batas
grey tersebut.
ii. Black dot ringworm
Black dot ringworm terutama disebabkan oleh Trichophyton tonsurans dan Trichophyton
violaceum.Pada permulaan penyakit, gambaran klinisnya menyerupai kelainan yang di sebabkan
oleh genus Microsporum.Rambut yang terkena infeksi patah, tepat pada rambut yang penuh spora.
Ujung rambut yang hitam di dalam folikel rambut ini memberi gambaran khas, yaitu black dot,
Ujung rambut yang patah kalau tumbuh kadang-kadang masuk ke bawah permukaan kulit.

iii. Kerion
Kerion adalah reaksi peradangan yang berat pada tinea kapitis, berupa pembengkakan yang
menyerupai sarang lebah dengan serbukan sel radang yang padat disekitarnya.Bila penyebabnya
Microsporum caniis dan Microsporum gypseum, pembentukan kerion ini lebih sering dilihat, agak
kurang bila penyebabnya adalah Trichophyto violaceum.Kelainan ini dapat menimbulkan jaringan
parut dan berakibat alopesia yang menetap, parut yang menonjol kadangkadang dapat terbentuk.

iv. Tinea Foveus


Tinea favus merupakan infeksi krinis dermatofita pada kepala, kulit tidak berambut atau
kuku, ditandai krusta kering dan tebal dalam folikel rambutyang menyebabkan terjadinya alopesia
jaringan parut.Tinea favus umumnya diderita sebelum dewasa hingga berlanjut sampai dewasa dan
berhubungan dengan malnutrisi atau gizi buruk.Penyebab tersering adalah T.scholeinii, kadang-
kadang T.violaceum dan M.gypseum.Lesi ditandai dengan bercak-bercak eritem folikuler disertai
skuama ringan perifolikuler dan invasi hifa yang progresif menggelumbungkan folikel sehingga
terjadi papul kekuningan cekung, menggellingi rambut yang kering dan kusam.

d. Diagnosis
Diagnosis boleh ditegakkan dengan gejala klinis dan hasil tes laboratorium. Tes laboratorium
yang dapat digunakan adalah pemeriksaan KOH, kultur dan lampu wood
Pengambilan sampel terdiri rambut sampai akar rambut serta skuama.Setelah sampel diambil
kemudian sampel diletakkan diatas gelas alas, kemudian ditambahkan 1-2 tetes larutan
KOH.Konsentrasi larutan KOH untuk sediaan rambut adalah 10% dan untuk kulit 20%.Setelah
sediaan dicampurkan dengan KOH, ditunggu 15-20 menit untuk melarutkan jaringan. Medium
kultur yang digunakan untuk jamur dermatofit adalah sabouraud dextrose agar.
Filter sinar ultraviolet(wood) memunculkan fluoresensi hijau dari beberapa jamur
dermatofita, terutama spesies Microsporum. Pada grey patch ringworm dapat dilihat fluoresensi
hijau kekuningan-kuningan pada rambut yang sakit melampau batas-batas grey patch.
e. Terapi
Pada pengobatan kerion stadium dini diberikan kortikosteroid sistemik sebagai anti-
inflamasi, yakni prednison 3x5 mg prednisolone 3x4 mg sehari selama dua minggu. Obat tersebut
diberikan bersama-sama dengan griseofulvin.Griseofulvin diteruskan selama dua minggu setelah
sembuh klinis.
Obat per oral, yang juga efektif untuk dermatofitosis yaitu ketokonazol yang bersifat
fungistatik.Pada kasus-kasus resisten terhadap griseofulvin dpat diberikan obat tersebut sebanyak
200 mg per hari selama 10 hari 2 minggu pada pagi hari setelah makan.Ketakonazol merupakan
kontraindikasi untuk penderita kelainan hepar. Sebagai pengganti ketokanozal yang mempunyai
sifat hepatotoksik terutama bila diberikan lebih dari sepuluh hari, dapat diberikan suatu obat tiazol
iaitu itrakonazol yang merupakan pemilihan yang baik.Pemberian obat tersebut untuk penyakit
kulit dan selaput lender oleh penyalit jamur biasanya cukup 2 x 100-200 mg sehari dalam kapsul
selama 3 hari. Hasil pemberian itrakonazol dengan dosis denyut untuk onikomikosis hamper sama
dengan pemberian terbinafin 250 mg sehari selama 3 bulan. Kelebihan itrakonazol terhadap
terbinafin adalah efektif terhadap onikomikosis. Terbinafin yang bersifat fungisidal juga dapat
diberikan sebagai pengganti griseoflvin selama 2-3 minggu, dosisnya 62.5 mg 250 mg sehari
bergantung pada berat badan.
2. Tinea Kruris
a. Definisi
Tinea kruris (jock itch) merupakan dermatofitosis pada sela paha, genitalia, daerah pubis,
perineum dan perianal.
b. Etiologi
Penyebab tinea kruris terutama adalah Epidermophyton floccosum dan Trichophyton
rubrum. Selain itu juga dapat disebabkan oleh Trichophyton mentagrophytes dan walaupun jarang
di sebabkan oleh microsporum gallinae.
c. Manifestasi klinis
Penderita merasa gatal dan kelainan lesi berupa plakat berbatas tegas terdiri atas bermacam-
macam efloresensi kulit (polimorfik).26 Bentuk lesi yang beraneka ragam ini dapat berupa sedikit
hiperpigmentasi dan skuamasi menahun.28 Kelainan yang dilihat dalam klinik merupakan lesi
bulat atau lonjong, berbatas tegas, terdiri atas eritema, skuama, kadang-kadang dengan vesikel
dan papul di tepi lesi. Daerah di tengahnya biasanya lebih tenang, sementara yang di tepi lebih
aktif yang sering disebut dengan central healing. terlihat erosi dan krusta akibat garukan. Kelainan
kulit juga dapat dilihat secara polisiklik, karena beberapa lesi kulit yang menjadi satu. Lesi dapat
meluas dan memberikan gambaran yang tidak khas terutama pada pasien imunodefisiensi.

d. Diagnosis
Pemeriksaan mikologi ditemukan elemen jamur pada pemeriksaan kerokan kulit dengan
mikroskopik langsung memakai larutan KOH 10-20%. Pemeriksaan KOH paling mudah diperoleh
dengan pengambilan sampel dari batas lesi. Hasil pemeriksaan mikroskopis KOH 10 % yang
positif, yaitu adanya elemen jamur berupa hifa yang bercabang dan atau artrospora.
e. Terapi
Penatalaksanaan tinea kruris dapat dibedakan menjadi dua yaitu higienis sanitasi dan terapi
farmakologi. Topikal : salep atau krim antimikotik. Lokasi lokasi ini sangat peka , jadi konsentrasi
obat harus lebih rendah dibandingkan lokasi lain, misalnya asam salisilat,asam benzoat, sulfur
dan sebagainya.
Sistemik : diberikan jika lesi meluas dan kronik ; griseofulvin 500-1.000 mg selama 2-3
minggu atau ketokonazole100 mg/hari selama 1 bulan.
3. Tinea Manus et pedis
a. Definisi
Tinea manus et pedis merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur dermatofita
didaerah kulit telapak tangan dan kaki, punggung tangan dan kaki, jari-jari tangan dan kaki serta
daerah interdigital.
b. Etiologi
Penyebab tersering T. rubrum, T. mentagrophytes, E. floccosum
c. Manifestasi klinis
i. Interdigitalis
Merupakan bentuk tinea pedis yang paling umum. Terdapat erosi dan eritema pada kulit
interdigital dan subdigital, terutama di sisi lateral jari ketiga, keempat dan kelima. Umumnya,
infeksi menyebar pada sekitar bagian dalam dari kaki, dan jarang menyebar ke punggung kaki.
Adanya oklusi dan ko-infeksi dari bakteri lain akan menyebabkan maserasi interdigital, pruritus
dan bau.

ii. Tipe kronik keratotik


Tinea pedis tipe kronik hiperkeratotik biasanya bilateral. Terdapat lesi pada sebagian atau
seluruh telapak kaki, bagian lateral dan medial kaki. T. rubrum merupakan patogen utama. Ciri
lain tinea pedis kronik hiperkeratotik adalah adanya vesikel yang cepat sembuh dengan diameter
kurang dari 2 mm dan eritema yang bervariasi
iii. Tipe vesikobulosa
Tinea pedis tipe vesikobulosa umumnya disebabkan oleh T. interdigitale (T. mentagrophytes
var.mentagrophytes), memiliki ujud kelainan kulit seperti vesikel dengan diameter lebih dari 3
mm, vesikopustula, atau bulla pada telapak 10 kaki dan area periplantar. Tipe ini jarang ditemukan
pada anak-anak namun apabila terjadi, biasanya disebabkan oleh T.rubrum
iv. Tipe akut ulseratif
Tinea pedis yang diakibatkan kombinasi T.interdigitale dan koinfeksi bakteri gram negatif. Temuan
klinis yang didapat adalah vesikopustula dan ulserasi purulen pada telapak kaki. Sering juga ditemukan
sellulitis, limfangitis, limfadenopati, dan demam
d. Diagnosis
Pemeriksaan mikroskopik dilakukan dengan preparat KOH 20%. Sampel diambil dari
kerokan jaringan dasar kuku yang terinfeksi. Pada mikroskop akan tampak elemen jamur berupa
hifa atau ragi, tetapi tidak bisa membedakan spesies; untuk itu diperlukan pemeriksaan tambahan,
yaitu kultur
e. Terapi
Topikal : salep atau krim antimikotik. Lokasi lokasi ini sangat peka , jadi konsentrasi obat harus
lebih rendah dibandingkan lokasi lain, misalnya asam salisilat,asam benzoat, sulfur dan
sebagainya.
Sistemik : diberikan jika lesi meluas dan kronik ; griseofulvin 500-1.000 mg selama 2-3 minggu
atau ketokonazole100 mg/hari selama 1 bulan
4. Tinea Unguinum
a. Definisi
Onikomikosis merupakan infeksi jamur pada kuku yang disebabkan oleh jamur dermatofita
(tinea unguium)
b. Etiologi dan manifestasi klinis
c. Diagnosis
Pemeriksaan mikroskopik dilakukan dengan preparat KOH 20%. Sampel diambil dari kerokan
jaringan dasar kuku yang terinfeksi. Pada mikroskop akan tampak elemen jamur berupa hifa atau ragi,
tetapi tidak bisa membedakan spesies; untuk itu diperlukan pemeriksaan tambahan, yaitu kultur

d. Terapi
Pengobatan tergantung jenis klinis, jamur penyebab, jumlah kuku yang terinfeksi, dan
tingkat keparahan keterlibatan kuku. Pengobatan sistemik selalu diperlukan pada pengobatan
subtipe OSP (Onikomikosis Subungual Proksimal) dan subtipe OSD (Onikomikosis Subungual
Distal) yang melibatkan daerah lunula. OSPT (Onikomikosis Superfisial Putih) dan OSD
(Onikomikosis Subungual Distal) yang terbatas pada distal kuku dapat diobati dengan agen
topikal. Kombinasi pengobatan sistemik dan topikal akan meningkatkan kesembuhan. Tingkat
kekambuhan tetap tinggi, bahkan dengan obat-obat baru, sehingga dibutuhkan kerjasama yang
baik antara pasien dan tenaga kesehatan

Anda mungkin juga menyukai