Anda di halaman 1dari 6

 

TINEA KAPITIS

DEFINISI

Tinea kapitis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur superfisial pada kulit
kepala, bulu mata dengan kecenderungan menyerang tangkai rambut dan folikel – 
folikel  – folikel
folikel rambut.
Penyakit ini termasuk kepada mikosis superfisialis atau dermatofitosis.

ETIOLOGI

Penyakit ini disebabkan oleh spesies dermatofita dari genus Trichophyton dan
Microsporum, misalnya T. violaceum, T. gourvilii, T. mentagrophytes, T. tonsurans, M. audoinii,
M. canis, M. ferrugineum.

EPIDEMIOLOGI

Tinea kapitis adalah infeksi jamur yang mengenai anak  –  anak berumur antara 4 dan 14
anak  – 
tahun. Walaupun jamur patogen yang terlibat banyak, Trichophyton tonsurans menjadi penyebab
Kasus  – kasus
lebih dari 90% kasus. Kasus –  teman  – teman
kasus di perkotaan biasanya didapatkan dari teman –  teman atau
anggota keluarga. Kepadatan penduduk, hygien yang buruk dan malnutrisi protein memudahkan
seseorang mendapatkan penyakit ini. Kasus  –  kasus yang disebabkan oleh Microsporum canis
 jarang terjadi dan di dapat dari anak anjing dan anak kucing. Tinea kapitis terjadi lebih dari
92,5% dari dermatofitosis pada anak 
anak  – 
 –  anak berumur kurang dari 10 tahun. Penyakit ini jarang

pada orang dewasa. Meskipun kejadiannya mungkin dapat dijumpai pada pasien – 
pasien  – pasien
pasien tua.

PATOFISIOLOGI

Ectothrix dermatosis tipikal infeksi berada pada perifolikuler stratum korneum, tersebar
disekitar dan di dalam rambut pada celah kecil sebelum turun kedalam folikel untuk melakukan
penetrasi pada kortex rambut. Setelah mencapai kortex rambut antroconia pindah kepermukaan.
Tampilan mikroskopis, hanya ectotrix antroconidia yang bisa di jumpai menempel di samping
rambut, meskipun intrapilar hyfa dijumpai sangat jelas.
Pathogenesis dari endothric infeksi sama dijumpai antroconidia didalam rambut. Menggantikan
 

intrapilar keratin dan meninggalkan kortex secara utuh. Hasilnya, rambut sangat mudah rontok 
dan putus pada pada bagian skalp dimana kekuatan dinding folikelnya telah hilang.
Meninggalkan sisa rambut yang sangat kecil. Jadi, tinea capitis “black dot” di jumpai.
jumpai.

GEJALA KLINIK

Di dalam klinik tinea kapitis dapat di lihat sebagai 3 bentuk yang jelas ( RIPPON, 1970 dan
CONANT dkk, 1971 ).

1. Grey patch ringworm. 

Grey patch ringworm merupakan tinea kapitis yang biasanya disebabkan oleh genus
Microsporum dan sering ditemukan pada anak  – anak.
 –  anak. Penyakit mulai dengan papul merah yang
kecil di sekitar rambut. Papul ini melebar dan membentuk bercak yang menjadi pucat dan
bersisik. Keluhan penderita adalah rasa gatal. Warna rambut menjadi abu – 
abu  – abu
abu dan tidak berkilat
lagi. Rambut mudah patah dan terlepas dari akarnya, sehingga mudah dicabut dengan pinset
tanpa rasa nyeri. Semua rambut di daerah tersebut terserang oleh jamur, sehingga dapat terbentuk 
alopesia setempat.

Tempat – 
Tempat tempat ini terlihat sebagai grey patch. Grey patch yang di lihat dalam klinik tidak 
 – tempat
menunjukkan batas  –  batas daerah sakit dengan pasti. Pada pemeriksaan dengan lampu wood
dapat di lihat flouresensi hijau kekuningan pada rambut yang sakit melampaui batas
batas –  batas grey
 – batas
tersebut. Pada kasus  –  kasus tanpa keluahan pemeriksaan dengan lampu wood
wo od ini ban
banyak 
yak 

membantu diagnosis ( RIPPON, 1974 ). Tinea kapitis yang disebabkan oleh Microsporum
audouinii biasanya disertai tanda peradangan ringan, hanya sekali  –  sekali dapat terbentuk 
kerion.

2. Kerion 

Kerion adalah reaksi peradangan yang berat pada tinea kapitis, berupa pembengkakan yang
menyerupai sarang lebah dengan serbukan sel radang yang padat disekitarnya. Bila penyebabnya
Microsporum caniis dan Microsporum gypseum, pembentukan kerion ini lebih sering dilihat,
agak kurang bila penyebabnya adalah Trichophyto violaceum. Kelainan ini dapat menimbulkan
 

 jaringan parut
parut dan berakibat
berakibat alopesia ya
yang
ng menetap, pa
parut
rut yang men
menonjol kadang – kadang
onjol kadang –  kadang dapat
terbentuk.

 Black dot ringworm 


3. Black

Black dot ringworm terutama disebabkan oleh Trichophyton tonsurans dan Trichophyton
violaceum. Pada permulaan penyakit, gambaran klinisnya menyerupai kelainan yang di sebabkan
oleh genus Microsporum. Rambut yang terkena infeksi patah, tepat pada rambut yang penuh
spora. Ujung rambut yang hitam di dalam folikel rambut ini memberi gambaran khas, yaitu black 
dot, Ujung rambut yang patah kalau tumbuh kadang – 
kadang  – kadang
kadang masuk ke bawah permukaan kulit.

Dalam hal ini perlu dilakukan irisan kulit untuk mendapatkan bahan biakan jamur
(RIPPON, 1974 ).

Tinea kapitis juga akan menunjukkan reaksi peradangan yang lebih berat, bila disebabkan
oleh Trichophyton mentagrophytes dan Trichophyton verrucosum, yang keduanya bersifat
zoofilik. Trichophyton rubrum sangat jarang menyebabkan tinea kapitis, walaupun demikian
bentuk klinis granuloma, kerion , alopesia dan black dot yang disebabkan Trichophyton rubrum
pernah di tulis ( Price dkk, 1963 ).
 

DIAGNOSIS

Diagnosa ditegakkan berdasarkan gambaran klinis, pemeriksaan dengan lampu wood dan
pemeriksaan mikroskopik rambut langsung dengan KOH. Pada pemeriksaan mikroskopik akan
terlihat spora di luar rambut ( ektotriks ) atau di dalam rambut ( endotriks ).

Diagnosis laboratorium dari dermatofitosis tergantung pada pemeriksaan dan kultur dari
kikisan lesi. Infeksi pada rambut ditandai dengan kerusakan yang ditemukan pada pemeriksaan.
Lesi dapat dilepaskan dengan forsep tanpa disertai dengan trauma atau dikumpulkan dengan
potongan  –  potongan yang halus dengan ayakan halus atau sikat g
gigi.
igi. Pemeriksaan dengan
pembiakan perlu untuk menyokong pemeriksaan langsung sediaan basah dan untuk menentukan
spesies jamur. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menanamkan bahan klinis pada media buatan.
Yang dianggap paling baik pada waktu ini adalah medium agar dextrose sabouraud. Pada agar
sabouraud dapat ditambahkan antibiotik saja (kloramfenikol) atau ditambah pula klorheksimid.
Kedua zat tersebut diperlukan untuk menghindarkan kontaminasi bacterial maupun jamur
kontaminan.

Sampel rambut terpilih di kultur atau dilembutkan dalam 10  – 20


 –  20 % potassium hydroxide
(KOH ) sebelum pemeriksaan di bawah mikroskop. Pemeriksaan dengan preparat KOH ( KOH
mount ) selalu menghasilkandiagnosa yang tepat adanya infeksi tinea.

Pada pemeriksaan lampu wood didapatlkan infeksi rambut oleh M. canis, M.ferrugineum,
akan memberikan flouresensi cahaya hijau terang hingga kuning kehijauan. Infeksi rambut oleh

T. schoeiileinii akan terlihat warna hijau pudar atau biru keputihan, dan hifa didapatkan di dalam
batang rambut. Pada rambut sapi T. verrucosum memperlihatkan fluoresensi hijau tetapi pada
manusia tidak berfluoresensi.

Ketika diagnosa ringworm dalam pertimbangan, kulit kepala diperiksa di bawah lampu
wood. Jika fluoresensi rambut yang terinfeksi biasa, pemeriksaan mikroskopik cahaya dan
kultur. Infeksi yang disebabkan oleh spesies microsporum memberikan fluoresensi warna hijau.
 

DIAGNOSIS BANDING

Diagnosa dari tinea kapitis, khususnya pada anak 


anak  – 
 –  anak memberi kesan eritematous,
tambalan sisik dan alopesia. Rambut rapuh dan tak bercahaya , infiltrat, lesi ulserasi dapat
menjadi tanda. Dermatitis seboroik, psoriasis, lupus erytrematosus, alopesia areata, impetigo,

trikotilomania, pyoderma, folikulitis decalcans dan sifilis sekunder adalah merupakan


pertimbangan diferensial diagnosa. Pemeriksaan dengan KOH setiap bulan menentukan
kepantasan diagnosa jika hal itu sebuah tinea.

Pada dermatitis seboroik, rambut yang terlibat lebih difus, rambut tidak rapuh dan kulit
kepala merah , bersisik dan gatal. Dermatitis seboroik dan penyakit berskuama kronik lain
seperti psoriasis dapat menyebabkan pengumpulan sisik menjadi massa padat di kulit kepala.
Kondisi ini disebut pitiriasis amiantacea. Sisik lebih kasar pada psoriasis tetapi tidak rapuh.
Impetigo sulit dibedakan dengan inflamasi ringworm, tetapi akhirnya nyeri lebih parah. Alopesia
areata dapat agak eritematous pada tahap awal penyakit ini tetapi dapat kembali normal seperti
warna kulit.

TERAPI

Pengobatan dermatofitosis mengalami kemajuan sejak tahun 1958. GENTLES ( 1958 ) dan
MARTIN ( 1958 ) secara terpisah melaporkan, bahwa griseofulvin peroral dapat menyembuhkan
dermatofitosis yang ditimbulkan pada binatang percobaan. Sebelum zaman griseofulvin
pengobatan dermatofitosis hanya dilakukan secara topikal dengan zat  –  zat keratolitik dan

fungistatik.

Pada masa sekarang dermatofitosis pada umumnya dapat diatasi dengan pemberian
griseofulvin yang bersifat fungistatik.

Griseofulvin akan terkumpul pada lapisan keratin pada rambut, kuku menimbulkan
resistensi terhadap invansi jamur, namun pengobatan harus berlangsung dalam waktu lama
karena waktu yang dibutuhkan griseofulvin untuk menghasilkan lapisan keratin yang resisten
4  – 6
cukup lama sekitar 4 –  berlapis  – lapis
6 minggu. Griseofulvin menimbun keratin berlapis –  lapis di rambut dan

kuku, membuat mereka menjadi resisten terhadap invasi jamur. Terapi infeksi keratin
 

memerlukan waktu yang cukup lama dan kontinu


kont inu agar dapat digantikan
di gantikan oleh kerat
keratin
in yang
resisten, biasanya 4  –  6 minggu. Pada lesi yang mengalami peradangan, kompres sering
diperlukan untuk membersihkan pus dan sisik-sisik infeksi. Kemajuan terapi di monitor dengan
pemeriksaan klinik yang rutin dengan bantuan lampu wood untuk fluoresensi dari spesies seperti
M. audouinii dan M. canis.

Beberapa anti mikotik terbaru termasuk itraconazol, terbinafine, dan fluconazol, telah
dilaporkan sebagai obat yang efektif dan aman. Pengobatan yang efektif dan aman untuk tinea
kapitis dengan infeksi endotriks spesies termasuk T. tonsurans, itraconazol digunakan secara
teratur regimen denyut dengan kapsul ( 5 m
mg/.kg/hari
g/.kg/hari selama 1 minggu, 3 denyut
den yut dalam 3
minggu terbagi), dan itraconazol regimen denyut dengan oral solution ( 3 mg/kg/hari untuk 1
minggu, 3 denyut, ie, dalam 1 minggu perbulan ).

Terbinafine tablet dengan dosis 3  –  6 mg/kg/hari digunakan ± 2  –  4 minggu dan telah
berhasil digunakan untuk T. tonsurans.M. canis relatif resisten untuk jenis obat ini, tetapi obat ini
merupakan terapi yang efektif jika digunakan dalam jangka waktu yang lama. Petunjuk umum
untuk tinea kapitis dengan BB > 40 kg ( 250 mg / hari ), Untuk BB 20  – 40
 –  40 kg ( 125 mg / hari),
10 – 20
Untuk BB 10 – 20 kg ( 62,5 mg / hari ) selama 2  – 4
 – 4 minggu.

Tablet fluconazol atau suspensi oral ( 3 – 


3  – 6
6 mg / kgbb/ hari ) diatur untuk 6 minggu. Dalam
suatu pengobatan lebih dari seminggu ( 6 mg /kg/ hari ) dapat di atur jika indikasi klinik 
ditemukan pada saat itu.

Pada infeksi ektotriks ( misalnya M. audouinii, M. canis ), pengobatan dalam jangka yang
lama diharuskan. Meskipun ketoconazol oral dapat di terima sebagai alternatif lain dari
griseofulvin tetapi tidak dapat dipercaya sebagai terapi pilihan karena resiko hepatotoksik dan
biayanya yang mahal.

Oral steroid dapat membantu mengurangi resiko dan meluasnya alopesia yang permanen
pada terapi kerion. Hindari penggunaan kortikosteroid topikal selama terapi infeksi
dermatofitosis.

Anda mungkin juga menyukai