0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
12 tayangan7 halaman
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Dokumen tersebut membahas tentang perilaku konsumen jasa dan tahapan-tahapannya, mulai dari timbulnya kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, hingga keputusan pembelian.
2) Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen jasa seperti faktor psikologis, sosial, budaya, dan pribadi.
3) Tahapan perilaku konsumen jasa
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Dokumen tersebut membahas tentang perilaku konsumen jasa dan tahapan-tahapannya, mulai dari timbulnya kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, hingga keputusan pembelian.
2) Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen jasa seperti faktor psikologis, sosial, budaya, dan pribadi.
3) Tahapan perilaku konsumen jasa
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Dokumen tersebut membahas tentang perilaku konsumen jasa dan tahapan-tahapannya, mulai dari timbulnya kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, hingga keputusan pembelian.
2) Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen jasa seperti faktor psikologis, sosial, budaya, dan pribadi.
3) Tahapan perilaku konsumen jasa
Menurut Christoper Lovelock & Lauren K Wright, Pemasaran jasa adalah bagian dari sistem jasa secara keseluruhan yaitu dimana perusahaan tersebut memiliki suatu kontak dengan pelanggannya, mulai dari pengiklanan hingga penagihan, hal itu mencakup kontak yang dilakukan pada saat penyerahan jasa. Perilaku konsumen adalah studi dari unit-unit serta tahapan pembuatan keputusan yang terlibat dalam menerima, menggunakan (mengkonsumsi) penentuan barang (produk), jasa, dan ide. Perilaku dari konsumen dapat juga dipengaruhi oleh beberapa faktor lainnya yaitu seperti faktor kebudayaan, faktor pribadi, faktor sosial, dan faktor psikologis (Kotler dan Armstrong, 2004: 200) Dari pengertian diatas dapat diartikan bahwa perilaku konsumen jasa ialah tahapan pembuatan keputusan yang terlibat dalam menerima, menggunakan, dan menetukan jasa yang akan digunakan.
2.2 Tahapan Perilaku Konsumen Jasa
2.2.1 Tahap Prapembelian a. Timbulnya kebutuhan Keputusan untuk membeli atau menggunakan suatu jasa akan dipicu oleh kebutuhan dasar atau timbulnya kebutuhan dari seorang individu maupun organisasi. Kesadaran akan suatu kebutuhan ini akan mendorong pencarian informasi dan pengevaluasian berbagai alternatif sebelum sebuah keputusan diambil. Kebutuhan ini bisa dipicu oleh: 1. Pikiran bawah sadar 2. Kondisi fisik 3. Sumber eksternal Ketika menyadari adanya sebuah kebutuhan, orang akan termotivasi untuk mengambil tindakan yang dapat memenuhi kebutuhan itu. b. Pencarian Informasi Begitu suatu kebutuhan atau masalah sudah disadari, para pelanggan akan termotivasi mencari solsi untuk memuaskan kebutuhan mereka. Beberapa alternatif akan muncul ke pikiran, dan membentuk evoked set atau disebut set pertimbangan (consideration set) suatu kumpulan produk atau merek yang mungkin dipertimbangkan oleh seorang pelanggan dalam proses pengambilan keputusan. Set pertimbangan ini dapat diperoleh dari pengalaman masa lalu atau sumber eksternal seperti iklan, pajangan toko, berita dll. c. Mengevaluasi Sejumlah Alternatif Tingkat kesulitan dalam pengevaluasian produk jasa sebelum dibeli ini adalah suatu sifat yang kami bedakan menjadi tiga tipe : 1) Search atribute/ atribut pencarian, adalah karakteristik nyata/berwujud yang daat dinilai oleh para pelanggan sebelum membeli barang. Atribut berwujud ini membantu par pelanggan untuk memahami dan mengevaluasi apa yang akan mereka dapatkan sebagai pertukaran dari uang yang mereka keluarkan serta mengurangi rasa ketidakpastian atau risiko yang terkait dengan pembelian produk. 2) Experience attributes/ atribut pengalaman adalah hal-hal yang tidak bisa dievaluasi sebelu pembelian dilakukan. Para pelanggan harus mengalami jasa tersebut sebelum mereka dapat menilai atribut seperti kehandalan produk, kemudahan pemakaian, dan bantuan pelanggan. 3) Credence attributes/ atribut kredibilitas. Disini, pelanggan dipaksa untuk meyakini atau mempercayai bahwa beberapa hal sudah dilakukan agar sesuai dengan kualitas yang dijanjikan. d. Persepsi Resiko Semakin tinggi tingkat kesulitan pelanggan dalam mengevaluasi jasa sebelum melakukan pembelian , semakin tinggi persepsi risiko yang berkaitan dengan keputusan tersebut. Persepsi risiko secara khusus sangatlah relevan untuk produk jasa yang sulit dievaluasi sebelum dan pembelian dan konsumsinya, dan pengguna perdana cenderung menghadapi ketidakpastian yang lebih besar. Beberapa macam metode untuk mengurangi risiko: 1) Secara pribadi mencari informasi dari sumber yang dipercaya dan dihormati seperti teman, kolega dll. 2) Menggunakan situs web untuk membandingkan jasa yang ditawarkan serta melihat ulasan dan pemeringkatan dari sumber independen. 3) Mempercayakan pada perusahaan yang memiliki reputasi baik. 4) Mencari garansi dan jaminan.mengunjungi fasilitas layanan atau uji coba beberapa aspek dari layanan sebelum melakukan pembelian, dan mempelajari tanda-tanda yang terlihat atau sejumlah bukti fisik seperti bagaimana rasa dan tampilan dari pengaturan layanan atau berbagai penghargaan yang dimenangkan oleh perusahaan itu. 5) Menanyakan kepada karyawan yang cukup berpengetahuan mengenai produk jasa yang saling berkompetisi. 6) Perusahaan perlu bekerja secara proaktif untuk mengurangi persepsi pelanggan akan risiko, dengan beberapa strategi berikut: Mendorong para pelanggan prospektif untuk mengenali layanan dari brosur, situs web dan video Mendorong para pelanggan prospektif untuk mengunjungi fasilitas layanan sebelum melakukan pembeli Menawarkan uji coba gratis yang cocok untuk jasa dengan atribut pengalaman yang tinggi. Iklan. Hal ini memberi para konsumen suatu interpretasi dan nilai suatu produk atau layanan. Menunjukkan bukti kualifikasi. Penggunaan manajemen bukti, sebuah pendekatan terorganisasi dengan menunjukkan bukti logis kepada para pelanggan mengenai citra yang ingin diraih oleh perusahaan dan proposisi ilainya. Menerapkan prosedur keamanan yang dapat membangun rasa yakin dan percaya. Memberikan kepada para pelanggan akses informasi online mengenai status dari pesananan atau prosedur mereka. Menawarkan jaminan layanan seperti garnsi uang kembali. e. Ekspektasi Terhadap Layanan Jika sebelumnya anda tidak memiliki pengalaman yang relevan, andda mungkin akan memiliki ekspektasi sebelum membeli yang mengacu dari komnetar mulut ke mulut, berbagai cerit dalam beberapa berita atau kegiatan pemasaran yang dilakukan sendiri oleh prusahaan. Faktor- faktor yang mempengaruhi perbedaan tingkat ekspektasi pelanggan: 1) Layanan yang diinginkan (desired service). Hal ini adalah tingkat harapan suatu kombinasi akan apa yang para pelanggan anggap dapat dan harus dihantarkan dalam konteks kebutuhan pribadi mereka. 2) Layanan yang memadai (adequate service). Tingkat minimal layanan yang akan diterima para peanggan tanpa mengalami suatu kekecewaan. 3) Layanan yang diperkirakan (predicted service). Ini adalah tingkat layanan yang oleh para pelanggan diantisipasi untuk diterima. Layanan yang diperkirakan dapat dipengaruhi oleh janji dari penyedia layanan, word of mouth, dan pengalaman masa lalau. Tingkt layanan yang diperkirakan ini akan langsung memengaruhi cara pelanggan mendefinisikanadequaed service pada saat itu. 4) Zona toleransi yaitu sejauh mana pelanggan mau menerima variasi-variasi dalam pelayanan . zona toleransi dapat juga dilihat sebagai zona di mana para pelanggan tidak terlalu memberikan erhatian eksplisit pDAada peyelenggataan layanana. Ketika penyelenggara layanan berada di luar rentang ini, para pelanggan akan bereaksi baik reaksi posotif maupun negatif. d. Keptusan Pembelian Berbagai keputusan pembelian untuk layanan jasa sering dilakukan merupakan hal yang cukup sederhana dan dapat dibuat dengan cepar, tanpa perlu terlalu banyak pemikiran, persepsi risikonya rendah, pilihan-pilihannya jelas, dan karena pernah digunakan sebelumnya, katakteristiknya mudah dipahami.
2.2.2 Tahap Pelayanan
Tahap ini sering dimulai dengan pemesanan, meminta reservasi, atau bahkan mengirimkan formulir aplikasi. Tahap transaksi interaksi layanan adalah waktu pada saat seoorang pelanggan berinteraksi secara langsung dengan penyedia layanan. a. Proses Pelayanan adalah moment of truth Kita bisa berkata bahwa persepsi kualitas dibentuk pada saat moments of truth, ketika penyedia layanan dan pelanggan saling berhadapan di arena. Pada saat itu mereka lebih tergantung pada diri mereka sendiri. Hanya ada ketrampilan, motivasi, dan sarana yang digunakan oleh perwakilan perusahaan dengan ekspektasi dan perilaku pelanggan yang bersama-sama akan menciptakana proses layanan (ichard Norman). b. Transaksi Interaksi Layanan Terentang dari Kontak-Tinggi ke Kontak-Rendah o Layanan kontak-tinggi, menggunakan layanan kontak-tinggi memerlukan interaksi antara para pelanggan dan orhganisasi selama proses pelayanan. Pertemuan pelanggan dengan penyedia layanan berlangsung dalam suatu sifat yang berwujud dan bersifat fisik. o Layanan kontak-rendah, di ujung lain dari spketrum, layanan kontak-rendah melibatkan hanya sedikit, itu pun bila ada, kontak fisik antara para pelanggan dan para penyedia layanan. Sebaliknya, kontak terjadi dalam suatu jarak melalui media elektronik atau saluran distribusi fisik yang berorientasi pada kenyamanan. c. Sistem Servuction Untuk menggambarkan bagian dari lingkungan fisik organisasi layanan yang dapat dilihat dan dialami oleh para pelanggan. Sistem servuction terdiri dari inti bersifat teknis yang tidak terlihat oleh pelanggan dan sistem penghantaran layanan yang terlihat dan dialami pelanggan. · Inti yang bersifat teknis, dimana input diproses dan elemen produk jasa diciptakan. Inti bersifat teknis ini biasanya ada di bekakang layar dan tidak terlihat oleh pelanggan. · Sistem penghantaran layanan, dimana perakitan terakhir dilakukan dan produk dihantarkan kepada pelanggan. Subsistem ini termasuk bagian yang terlihat dari sistem operasi pelayanan. d. Teater Sebagai Metafora untuk Penghantaran Layanan: Sebuah Perspektif Integratif Karena proses penghantaran layanan terdiri dari serangkaian kejadian yang dialami para pelanggan sebagai sebuah pertunjukan , teater merupakan metafora yang bagus untuk jasa dan penciptaan pengalaman pelanggan melalui sistem servuction. e. Teori Peran dan Naskah · Teori Peran. Stephen Grove dan Ray Fisk mendefinisikan peran sebagai “ sekumpulan pola perilaku yang dipelajari melalui pengalaman dan komunikasi, untuk dilakukan oleh seorang dalam sebuah interaksi sosial tertentu untuk mencapai tujuan secara maksimal dan efektif. Peran juga didefinisikan sebagai suatu kombinasi dari sejumlah pertanda sosial atau ekspektasi masyakat, yang memandu perilaku dalam suatu keadaan atau konteks yang spesifik”. · Teori Naskah, sebuah naskah layanan memerincikan berbagai rentetan perilaku para pegawai dan para pelanggan yang harus dilakukan selama penghantaran layanan. Para pegawai mendapatkan pelatihan formal, para pelanggan mempelajari naskha melali pengalaman, komunikasi dengan orang lain, serta komunikasi dan edukasi yang telah terancang. Jika sebuah perusahaan memutuskan untuk mengubah naskh layanan, para pegawai dan para pelanggan harus di edukasi tentang pendekata baru tersebut dan manfaat yang didaptkan darinya. · Teori Peran dan Naskah Saling Melengkapi. Teori peran dan naskah mengendalikan perilaku pegawai maupun pelanggan selama proses pelayanan. Kerangka kerja yang ditawarkan oleh kedua teori merupakan hal yang saling melengkapi dan menggambarkan perilaku suatu pertemuan dari dua perspektif yang berbeda. Pemasar jasa yang baik dapat memahami kedua perspektif dan secara proaktif mendefinisikan , mengkomunikasikan, serta melatih pegawai dan para pelanggan mereka sesuai peranan dan naskah layanan. Untuk menyelenggarakan layanan yang akan menghasilkan kepuasan pelanggan dan produktivitas layanan yang tinggi 2.2.3 Tahap Pascapelayanan Dalam tahap pasaca pelayanan ini, para pelanggan menilai kinerja layanan yang telah mereka alami dan membandingkannya dengan ekspektasi mereka sebelumnya. a. Kepuasan Pelanggan dengan Pengalaman Layanan Kepuasan adalah semacam penilaian perilaku yang terjadi setelah pengalaman mengonsumsi layanan. Kebanyakan hasil riset menunjukkan bahwa konfirmasi atau diskonfirmasi dari ekspektasi prakonsumsi adalah faktor yang menentukan dari kepuasan. Hasil dari penilaian akan diberi label diskonfirmasi positif apabila layanan lebih baik dari ekspektasi, diskonfirmasi negatif apabila layanan buruk dari ekspektasi, dan konfirmasi biasa apabila layanan sesuai dengan ekspektasi. Jika kinerja layanan mendekati atau melebihi tingkat layanan yang diinginkan (desired service level), para pelanggan akan sangat senang, para pelanggan ini sangat mungkin akan melakukan pembelian berulang, tetap loyal kepada penyedia layanan, dan menyebarkan word of mouth positif. Tetapi jika pengalaman layanan tidak memenuhi harapan mereka, para [elanggan mungkin akan mengeluh tentang buruknya kualitas layanana, secara diam-diam menderita, atau di masa mendatang beralih ke penyedia layananan lain. b. Ekspektasi Layanan Selama proses pengambilan keputusan , para pelanggan menilai atribut-atribut dan berbagai risiko yang berhubungan dengan layanan yang ditawarkan. Di dalam proses itu, mereka mengembangkan sejumlah ekspektasi tentang bagaimana pelaksanaan layanan yang mereka pilih (tingkat layanan yang diperkirakan, diinginkan, dan memadai seperti yang telah didiskusikan pada bagian keputusan pembelian konsumen). c. Apakah Ekspektasi Selalu Menjadi Standar perbandingan? Membandingkan kinerja dengan ekspektasi akan berguna dalam pasar yang kompetitif di mana para pelanggan memiliki cukup pengetahuan untuk memilih layanan yang memenuhi keinginan dan kebutuhan mereka. Lalu, ketika ekspektasi tersebut terpenuhi, pelanggan akan terpuaskan. Tetapi dalam pasar yang nonkompetitif atau dalam situasi di mana pelanggan tidak memiliki kebebasan untuk memilih (misalnya, terkendala oleh biaya untuk beralih ke penyedia jasa lain, atau karena batasan waktu atau lokasi), ada risiko dalam mendefinisikan kepuasan pelanggan secara relatif terhadap ekspektasi mereka sebelumnya. Dalam situasi seperti itu lebih baik menggunakan kebutuhan atau keinginan sebagai standar perbandingan dan untuk mendefinisikan bahwa kepuasan itu adalah jika memenuhi atau melebihi keinginan dan kebutuhan pelanggan, bukan ekspektasi mereka. d. Kegembiraan Pelanggan Temuan dari riset yang dilakukan oleh Richard Oliver, Roland Rust dan Sajeev Varki menunjukkan bahwa kegembiraan pelanggan merupakan fungsi terdiri dari tiga komponen: (1) kinerja tingkat tinggi yang tidak diduga, (2) munculnya kegairahan (misalnya kejutan, kegirangan). e. Hubungan Antara Kepuasan Pelanggan dan Kinerja Korporat Para peneliti dari University of Michigan menemukan bahwa rata-rata setiap 1 % peningkatan dalam kepuasan pelanggan terkait dengan peningkatan sebesar 2.37% dalam ROI atau tingkat pengembalian investasi perusahaan. Dengan kata lain, dengan menciptakan lebih banyak nilai untuk pelanggan, yang dihitung dengan peningkatan kepuasan, perusahaan akan menghasilkan lebih banyak nilai bagi pemiliknya.