Disusun Oleh:
Dosen:
2021
The Three Stage Model Of Service Consumption
Service Consumption bisa dibagi menjadi tiga tahap utama: Prepurchase, Service
Counter, and Post-encounter. Setiap tahapannya terdapat dari dua atau lebih langkah. Pada
tahap Prepurchase memiliki empat langkah yaitu: (1) need- awareness, (2) information
search, (3) evaluation of alternatives, and (4) making a purchase decision. Sedangkan pada
tahap Service Counter terdapat 3 langkah yaitu: (1) future intentions, (2) experiences, (3)
consume the service. Pada langkah Post-encounter meliputi evaluation of the service, (2),
yang mana memperkirakan tujuan masa depan dalam hal pembelian berulang pada
perusahaan yang sama, atau merekomendasikan ke kerabat.
Prepurchase Stage
1. Need- awareness
Pada langkah ini terjadi ketika seseorang atau organisasi memutuskan
untuk membeli atau menggunakan sebuah layanan, yang mana dipicu atau
didasari oleh kebutuhan mereka yang sangat mendasar (need arousal).
Kesadaran akan kebutuhan biasanya mengatah pada proses pencarian
informasi dan evaluasi alternative sebelum keputusan tersebut tercapai.
Kebutuhan dapat didasari oleh:
2. Information search
Pada saat kebutuhan sudah diakui, konsumen mulai memiliki motivasi
untuk mencari solusi untuk memenuhi kebutuhan mereka tersebut. Banyak
alternative yang bisa dipilih yang dapat membentuk evoked set. Evoked set
berasal dari sebuah pengalaman masa lalu atau sumber eksternal seperti media
sodial, review online, pencarian online, iklan, display ritel, berita, dan
rekomendasi dari service personnel, kerabat, dan keluarga
Evoked set: seperangkat produk dan merek yang dipertimbangkan
konsumen selama proses pengambilan keputusan – yang berasal dari
pengalaman masa lalu atau sumber eksternal
Biasanya seorang konsultan tidak menggunakan seluruh alternated dalam
evoked set untuk membuat suatu keputusan. Konsomen memiliki
kecenderungan mempersempit ke beberapa alternated untuk bisa
mempertimbangkan, dari sanalah akan membentuk consideration set.
3. Evaluation of alternatives
Setelah consideration set dan key attributes terbentuk, konsumen bisa
langsung membuat keputusan. Sedangkan di dalam pemasaran, biasanya
menggunakan multi-attribute model untuk merangsang pengambilan
keputusan konsumen.
Multi-attribute model, menyatakan kalau konsumen menggunakan
sebuah atribut layanan yang penting untuk melakukan evaluasi dan
membandingkan penawaran alternative dalam rangkaian pertimbangan. Setiap
atribut bisanya memiliki bobot yang sangat penting, bobot yang dianggap
tinggi memiliki arti sebagai atribut yang lebih penting.
Perceived Risk
Sebuah cara seorang konsumen dalam menghadapi perceived risk ini:
Perceived risk itu biasanya terjadi pada saat seseorang membeli barang
fisik dan mereka anggap tidak memuaskan keinginan mereka. Biasanya
seseorang bisa minta pengembalian barang atau penggantian barang yang tidak
sesuai.
Tipe Resiko:
Functional (unsatisfactory performance outcomes)
Financial (monetary loss, unexpected costs)
Temporal (wasting time, consequences of delays)
Physical (personal injury or damage to possessions)
Psychological (personal fears and emotions)
Social (how others think and react)
Sensory (unwanted effects on any of the five senses)
Service Expectation, Ekspektasi akan terbetuk pada saat proses pencarian
dan pengambilan keputusan, dengan melalui sebuah pencarian konsumen bisa
melakukan evalauasi informasi maupun pada alur alternative.
o Adequate services
Layanan tingkat minimun, yang mana pelanggan jasa merasa puas.
o Predicted services
Tingkat layanan yang sangat diantisipasi oleh penerima, layanan I ni
dapat dipengaruhi oleh janji yang diberikan penyedian ,ayanan, word-
of-mouth, dan pengalaman masa lalu.
service level that customer believes firm will actually deliver
o Purchase decision
Keputusan pembelian untuk jasa yang sering dibeli cukup sederhana
dan dapat dilakukan dengan cepat tanpa terlalu banyak berpikir risiko
yang dirasakan, alternatifnya jelas, dan karena mereka telah
menggunakan jasa tsb sebelumnya, serta karakteristik jasa mudah
dipahami.
1. Technical core
Merupakan sebuah input yang diproses dan segala unsur produk layanna
yang dibuat, bersifat back-stage dan tidak kelihatan oleh pelanggan.
Service Fasilities
Bayangkan fasilitas pelayanan sebagai panggung di mana drama itu
terungkap.
Personnel
Personnel front seperti para pemeran yang memainkan peran sebagai
aktor dalam sebuah drama yang didukung oleh tim produksi di
belakang panggung.
o Role and script theories
Role theory
Jika kita melihat pemberian layanan dari perspektif teoretis, maka baik
karyawan maupun pelanggan memainkan peran mereka dalam kinerja
sesuai dengan peran yang telah ditentukan.
Script theory
Sama seperti skrip film, skrip layanan menentukan urutan dari perilaku
karyawan dan pelanggan diharapkan untuk dipelajari dan diikuti
selama pemberian layanan.
Decisional control
Pelanggan dapat memilih beberapa opsi standar, tanpa mengubah opsi
lainnnya.
Cognitive control
Pemahaman seorang pelanggan, akan sebuah hal yang terjadi
disekitarnnya.
Post-encounter stage
Keterlibatan sikap konsumen dan tanggapan prilaku mereka terhadap pengalaman
layanan.
Custemer Satisfaction
Merupakan sebuah kepuasan pelanggan, yang mana mereka melakukan
evaluasi kinerja layanan dan membandingkannya dengan harapan sebelumnya.
Service Quality
1. Tangibles: wujud fisik fasilitas, peralatan, personel dan komunikasi.
2. Reliability: kemampuan untuk menyediakan layanan dengan akurat.
3. Responsiveness: Bersedia untuk membantu pelanggan dan memberikan
layanan yang cepat.
4. Assurance: seperti kredibilits, keamanan, kompetensi, kesopanan.
5. Empathy: Pengertian kepada pelanggan.