1. Pendahuluan
Kata kepuasan (satisfaction) berasar dari bahasa Latin “satis” (artinya cukup baik,
memadai) dan “facio” ( melakukan atau membuat) Menurut Fandy Tjiptono dan
Gregorius Chandra (2011 : 292) ”Kepuasan bisa diartikan sebagai upaya pemenuhan
sesuatu atau membuat sesuatu memadai”.
Oxford Advanced Learner’s Dictionary dalam Fandy Tjiptono dan Gregorius
Chandra (2011 : 292) mendeskripsikan kepuasan sebagai “The good feeling that you
have when you acghieved something or when something that you wanted to happen”
dan “the act of fulfilling a need or desire”. Dari pendapat diatas dapat diartikan bahwa
kepuasan adalah perasaaan menyenangkan yang dimiliki saat mendapatkan sesuatu
atau ketika sesuatu yang diinginkan terjadi dan aksi terpenuhinya kebutuhan dan
keinginan.
Dari definisi tersebut dapat dikatakan bahwa kepuasan pelanggan adalah tingkat
perasaan seseorang seperti senang atau tidaknya seseorang terhadap sesuatu yang
diberikan.
Berikut ini adalah beberapa konsep atau model kepuasan pelanggan yang banyak
dijumpai atau digunakan (Pawwitra, 1993), yaitu :
Di dalam teori ekonomi, dasar yang akan digunakan oleh seorang konsumen dalam
melakukan alokasi sumber daya langka adalah dimana perbandingan antara kegunaan
marginal dan harga masing-masing produk akan menjadi sama.
Semua konsumen akan membayar harga yang sama. Sedangkan konsumen yang
berani membayar tinggi atau mahal akan mendapatkan manfaat subjektif yang disebut
surplus konsumen. Surplus konsumen yaitu perbedaan kepuasan yang diperoleh
konsumen saat mengkonsumsi atau menggunakan barang tersebut dengan harga atau
pembayaran yang harus dikeluarkan untuk memperoleh barang tersebut. Sehingga
bisa disimpulkan bahwa semakin besar surplus konsumen maka semakin besar pula
kepuasan konsumen begitu pula dengan sebaliknya.
Namun tetap masih ada perbedaan diantara suprlus konsumen dengan kepuasan
pelanggan. Sebab, surplus konsumen hanya mempertimbangkan kuantitas dan harga
tanpa mempertimbangkan beberapa aspek seperti kualitas, pelayanan, kemasan dan
lain-lain dari produk atau jasa yang dikonsumsi pelanggan. Sehingga surplus
konsumen dalam teori mikro masih belum dapat dikatakan sebagai konsep kepuasan
pelanggan
Berikut ini merupakan dua jenis model perspektif psikologi dari kepuasan para
pelanggan, yaitu:
• Model Kognitif.
Penilaian dengan model seperti ini, yaitu dengan cara menilai perbedaan antara
suatu kumpulan dari kombinasi atribut yang lebih dipandang ideal untuk setiap
individu dan persepsinya tentang kombinasi dari atribut yang sebenarnya. Sehingga,
indeks dari kepuasan pelanggan akan diukur dengan perbedaan antara yang ingin
diwujudkan oleh para pelanggan dalam membeli suatu produk yang berupa barang
atau jasa dan seperti apa yang sesungguhnya telah ditawarkan oleh pelanggan. Pada
model jenis ini, kepuasan pelanggan hanya dapat dicapai dengan dua macam cara
utama, yaitu dengan mengubah penawaran perusahaan yang sesuai dengan idealnya.
Dan yang kedua adalah dengan meyakinkan pelanggan atau konsumen bahwa yang
ideal itu juga masih belum tentu sesuai dengan kenyataan yan sebenarnya.
b. Equity Theory.
Teori ini mengukur kepuasan seseorang dengan rasio hasil yang dapat
diperolehnya dibandingkan dengan input yang telah digunakan, apakah
dirasakan lebih fair atau adil? Atau dapat dikatakan bahwa orang akan merasa
lebih puas apabila manfaat terhadap produknya sama dengan manfaat yang
telah diperoleh oleh orang lain itu sendiri
c. Attributin Theory.
• Model Afektif.
Dari model jenis ini akan dapat diketahui bahwa penilaian para pelanggan atau
konsumen terhadap barang atau jasa tidak semata-mata hanya didasarkan pada
perhitungan secara rasional saja, namun juga harus berdasarkan dengan kebutuhan
subjektif, aspirasi dan pengalaman. Model afektif jenis ini lebih menitik beratkan
kepada tingkat aspirasi, perilaku belajar, emosi, perasaan spesifik, suasana hati.
Terdapatnya fokus seperti ini yang bertujuan untuk dapat menjelaskan dan mengukur
tingkat kepuasan dalam suatu kurun waktu.
Kepuasan adalah tanggapan pelanggan atas terpenuhinya kebutuhan nya . Hal ini
berarti penilaian bahwa suatu produk keistimewaan dari suatu barang atau jasa
ataupun barang atau jasa itu sendiri,memberikan tingkat kenyamanan yang terkait
dengan pemenuhan suatu kebutuhan,termasuk pemenuhan kebutuhan dibawah
harapan atau pemenuhan kebutuhan melebihi harapan pelanggan. Kepuasan
pelanggan dapat dirasakan setelah pelanggan membandingkan pengalaman mereka
dalam melakukan pembelian barang atau jasa dari penjual atau penyedia barang atau
jasa dengan harapan dari pembeli itu sendiri. harapan tersebut terbentuk melalui
pengalaman pertama mereka dalam membeli suatu barang atau jasa, komentar teman
dan kenalan, serta janji dan informasi pemasaran dan pesaingnya. Kepuasan
merupakan fungsi dari Perceived performance
Schemerhorn (dalam Soleh, 2005 ) berpendapat bahwa pada dasarnya tujuan dari
organisasi bisnis adalah memproduksi barang atau jasa yang memuaskan kebutuhan
pelanggannya. pengertian kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan secara tradisional
merupakan perbedaan antara harapan (expectation) dan kinerja yang dirasakan
(Perceived performance)
Menurut kotler,et al. (2004) dalam Fandy Tjiptono dan Gregorius Chandra (2011 :
316-319) pengukuran kepuasan pelanggan dengan metode survey kepuasan
pelanggan dapan dilakukan dengan berbagai cara diantaranya :
e. Strategi berkesinabungan
1. Relationship marketing & management (Hubungan pemasaran dan
Manajemen)
Berry (1983) dalam Fandy Tjiptono (2012 : 391-392) mengajukan lima
strategi utama Relationship Marketing yang saling berkaitan dan bisa
digunakan secara simultan:
- Core Service Strategy (strategi layanan inti), yaitu merancang dan
memasarkan layanan inti yang bisa mendasari bertumbuhnya relasi
pelanggan. Layanan inti adalah layanan yang bisa menarik para
pelanggan baru melalui karakter pemenuhan kebutuhannya,
memperkuat relasi bisnis melalui kualitas dan membeikan basis
bagi penjualan layanan tambahan sepanjang waktu.
- Relationship customization (Hubungan kustomisasi), yaitu
mengadaptasi layanan yang ditawarkan sesuai dengan karakteristik
dan kebutuhan spesifik pelanggan individual.
- Service augmentation (layanan tambahan), yaitu mengadaptasi
layanan yang ditawarkan sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan
spesifik pelanggan individual.
- Relationship pricing (hubungan harga), yaitu menggunakan harga
sebagai intensif untuk menjalin relasi jangka panjang.
- Internal marketing (pemasaran intern), yaitu menciptakan iklim
organisasi yang bisa memastikan bahwa staf layanan yang tepat
menyampaikan layanan secara tepat.