PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian yang dilakukan praktik kefarmasian oleh
apoteker. Apoteker merupakan tenaga kefarmasian yang memberikan pelayanan
langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi
dalam mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.(1)
Untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien, pelayanan kefarmasian pada saat ini telah
bergeser orientasinya dari obat ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian
(pharmaceutical care). Kegiatan pelayanan kefarmasian yang semula hanya berfokus
pada pengelolaan obat sebagai komoditi menjadi pelayanan yang komprehensif yang
bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dari pasien. Sebagai konsekuensi
perubahan orientasi tersebut, apoteker dituntut untuk meningkatkan pengetahuan,
ketrampilan dan perilaku agar dapat melaksanakan interaksi langsung dengan pasien.(2)
Pelayanan merupakan salah satu hal yang berpengaruh pada kenyamanan pelanggan
yang akan berdampak pada kepuasan pelanggan. Dimana kepuasan merupakan hal
utama yang dapat menentukkan kesetiaan pelanggan. Salah satu indikator untuk
mengukur keberhasilan pelayanan kesehatan di apotek adalah dengan studi pasca
pelayanan, yaitu studi kepuasan pelanggan. Hal ini sesuai dengan yang tercantum pada
Permenkes No. 35 Tahun 2014 mengenai evaluasi mutu pelayanan yang di dalamnya
mencakup monitoring mutu dengan menggunakan angket/kuisioner. Kepuasan tercapai
apabila pelayanan dan produk yang dipilih dapat memenuhi atau melebihi harapan
pelanggan, sehingga mempengaruhi proses pengambilan keputusan dalam hal kesetiaan
pelanggan pada produk atau jasa yang ditawarkan. Kepuasan pelanggan kemudian akan
berpengaruh pada omset dan jumlah kunjungan yang merupakan alat ukur
perkembangan suatu apotek.
B. RUMUSAN MASALAH
1
2
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Atribut manakah dari dimensi tangible yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan di
Apotek Kimia Farma 50 Merdeka Bogor?
2. Atribut manakah dari dimensi reliability yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan di
Apotek Kimia Farma 50 Merdeka Bogor?
3. Atribut manakah dari dimensi assurance yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan di
Apotek Kimia Farma 50 Merdeka Bogor?
4. Atribut manakah dari dimensi emphaty yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan di
Apotek Kimia Farma 50 Merdeka Bogor?
5. Atribut manakah dari seluruh dimensi yang perlu diprioritaskan untuk diperbaiki
dan ditingkatkan di Apotek Kimia Farma 50 Merdeka Bogor?
C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan dengan perumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka tujuan dari
penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui atribut dari dimensi tangible yang perlu diperbaiki dan
ditingkatkan di Apotek Kimia Farma 50 Merdeka Bogor.
2. Untuk mengetahui atribut dari dimensi reliability yang perlu diperbaiki dan
ditingkatkan di Apotek Kimia Farma 50 Merdeka Bogor.
3. Untuk mengetahui atribut dari dimensi assurance yang perlu diperbaiki dan
ditingkatkan di Apotek Kimia Farma 50 Merdeka Bogor.
4. Untuk mengetahui atribut dari dimensi emphaty yang perlu diperbaiki dan
ditingkatkan di Apotek Kimia Farma 50 Merdeka Bogor.
5. Untuk mengetahui atribut dari seluruh dimensi yang perlu diprioritaskan untuk
diperbaiki dan ditingkatkan di Apotek Kimia Farma 50 Merdeka Bogor.
D. MANFAAT PENELITIAN
Data yang dihasilkan diharapkan dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas
pelayanan dan standar pelayanan kefarmasian di apotek
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KEPUASAN PELANGGAN
Kotler dan Keller (2006) mendefinisikan kepuasan konsumen sebagai
perasaan konsumen, baik itu berupa kesenangan atau kekecewaan yang timbul dari
membandingkan penampilan sebuah produk dihubungkan dengan harapan
konsumen atas produk tersebut. Apabila penampilan produk yang diharapkan oleh
konsumen tidak sesuai dengan kenyataan yang ada, maka dapat dipastikan
konsumen akan merasa tidak puas dan apabila penampilan produk sesuai atau lebih
baik dari yang diharapkan konsumen, maka kepuasan atau kesenangan akan
dirasakan konsumen.(3)
Dalam konteks teori consumer behavior, kepuasan lebih banyak
didefinisikan dari persektif pengalaman konsumen setelah mengkonsumsi atau
menggunakan suetu produk atau jasa. Salah satu definisinya, seperti yang
dikemukakan oleh Richard Oliver: kepuasan adalah respon pemenuhan dari
konsumen. Kepuasan adalah hasil dari penilaian dari konsumen bahwa produk atau
pelayanan telah memberikan tingkat kenikmatan dimana tingkat pemenuhan ini
bisa lebih atau kurang. Dari hal ini terlihat bahwa yang penting adalah persepsi
dan bukan actual. Jadi, bisa terjadi bahwa secara actual, suatu produk mempunyai
potensi untuk memenuhi harapan pelanggan tetapi ternyata hasil dari persepsi
pelanggan tidak sama dengan yang diinginkan oleh produsen. Ini bisa terjadi
karena adanya gap dalam komunikasi.(4)
3
4
1. Nilai fungsi: manfaat suatu produk dikaitkan dengan kemampuan produk tersebut
untuk memenuhi fungsinya dari sudut pandang pertimbangan ekonomi.
2. Nilai social: manfaat suatu produk dikaitkan dengan kemampuan produk tersebut
untuk mengidentikkan penggunaannya dengan satu kelompok social tertentu
3. Nilai emosi: manfaat suatu produk dikaitkan dengan kemampuan produk tersebut
untuk membangkitkan perasaan atau emosi penggunaannya
4. Nilai episteme: manfaat suatu produk dikaitkan dengan kemampuan produk
tersebut untuk memenuhi keingintahuan pemakainya
5. Nilai kondisi: manfaat suatu produk dikaitkan dengan kemampuan produk tersebut
untuk memenuhi keperluan penggunanya pada saat dan kondisi tertentu.(5)
B. MUTU LAYANAN
Setiap orang menilai mutu layanan kesehatan, seperti pasien, masyarakat
dan organisasi masyarakat, profesi layanan kesehatan, dinas kesehatan, dan
pemerintah daerah, pasti mempunyai pandangan yang berbeda tentang unsur apa
yang penting dalam mutu layanan kesehatan. Perbedaan perspektif tersebut antara
lain disebabkan oleh terdapatnya perbedaan dalam latar belakang, pendidikan,
pengetahuan, pekerjaan, pengalaman, lingkungan dan kepentingan.(6)
5
d. Importance-Performance Analysis
Dalam tehnik ini responden diminta meranking berbagai elemen dari
penawaran berdasarkan derajat pentingnya setiap elemen tersebut. Selain itu
juga, responden diminta merangking seberapa baik kinerja perusahaan
dalam masing-masing elemen tersebut.
3. Belanja siluman (Ghost shopping).
Metode ini dilaksanakan dengan cara memperkerjakan beberapa orang (ghost
shopper) untuk berperan atau bersikap sebagai pelanggan potensial produk
perusahaan dan pesaing. Lalu ghost shopper tersebut menyampaikan temuan-
temuannya mengenai kekuatan dan kelemahan produk perusahaan pesaing
berdasarkan pengalaman mereka dalam pembelian produk-produk tersebut. Selain
itu para ghost shopper juga datang melihat langsung bagaimana karyawan
berinteraksi dan memperlakukan para pelanggannya. Tentunya karyawan tidak
boleh tahu kalau atasannya baru melakukan penilaian akan menjadi bias.
4. Analisis pelanggan yang hilang (lost customer analysis)
Pihak perusahaan berusaha menghubungi para pelanggannya yang sudah
berhenti menjadi pelanggan atau beralih ke perusahaan lain, yang di harapkan
adalah memperoleh informasi bagi perusahaan untuk mengambil kebijakan
selanjutnya dalam rangka meningkatkan kepuasan dan loyalitas pelanggan.
4 Setuju 4 2
5 Sangat Setuju 5 1
Keterangan :
n = jumlah sampel
N = jumlah total populasi
d = batas toleransi kesalahan (error tolerance)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
C. METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan memberikan
kuesioner terstruktur kepada responden.
1. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan kuesioner yang memuat
pertanyaan meliputi berbagai aspek pelayananan obat berdasarkan empat dimensi
kualitas layanan, yaitu tangible, reliability, assurance, dan empathy. Kemudian data
hasil penelitian diolah dan membuat diagram kartesius dengan empat kuadran
terbagi.
10
11
3. Analisis Data
Analisis data digunakan untuk mengetahui tingkat kepuasan pelanggan Apotek
Kimia Farma No. 50 Merdeka Bogor dengan membandingkan antara persepsi
harapan pasien terhadap kenyataan yang didapatkan dalam pelayanan. Untuk
memberikan penilaian kuantitatif pada kepuasan pelanggan maka peneliti
menggunakan skala likert.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Jumlah responden yang berpartisipasi dalam kuesioner ini sebanyak 100 responden
yang merupakan pasien Apotek Kimia Farma No. 50 Merdeka Bogor sejak tanggal 10
April 2017 hingga 20 April 2017. Karakteristik responden dapat dilihat pada tabel IV.1
12
13
Kunjungan ke apotek Ya 40 40
9. lain untuk membeli Tidak
60 60
produk yang sama
Rekomendasikan Ya 100 100
10
kepada teman Tidak 0 0
1. Jenis Kelamin
Survei dilakukan terhadap Pria maupun wanita yang mengunjungi Apotek Kimia
Farma No. 50 dalam periode waktu 11 April 2017 hingga 20 April 2017. Dari Survei
tersebut didapatkan 42% responden Pria dan 58% merupakan responden Wanita.
Jenis Kelamin
42%
Pria
Wanita
58%
2. Usia
Survei dilakukan terhadap seluruh kalangan usia dewasa yang mengunjungi Apotek
Kimia Farma No. 50 dalam periode waktu 11 April 2017 hingga 20 April 2017. Dari
Survei tersebut didapatkan 14% responden berusia 18-25 tahun, 50% responden
berusia 25-50 tahun dan 36% responden berusia lebih dari 50 tahun.
14
Usia
14%
36%
18 - 25 tahun
25 - 50 tahun
> 50 tahun
50%
3. Pendidikan
Pada survei yang dilakukan, diperoleh data pendidikan terakhir responden yang ikut
serta dalam kuesioner adalah 44% SLTA, 17% diploma, 32% Sarjana dan 7%
berpendidikan Pascasarjana.
Pendidikan
7%
SLTA
32% 44% Diploma
Sarjana
Pascasarjana
17%
4. Pekerjaan
Pada survei yang dilakukan, diperoleh data pekerjaan responden yang ikut serta
dalam kuesioner adalah 10% merupakan pelajar/mahasiswa, 41% pegawai swasta,
18% wiraswasta, 4% Pegawai Negeri Sipil, 20% ibu Rumah tangga dan 7% lain-lain.
15
Pekerjaan
7% 10%
Pelajar/mahasiswa
20%
Pegawai Swasta
Wiraswasta
Pegawai Negeri Sipil
4%
41% Ibu Rumah Tanga
lain- lain
18%
5. Penghasilan
Pada survei yang dilakukan, diperoleh data penghasilan responden yang ikut serta
dalam kuesioner adalah 57% berpenghasilan 2-4 juta perbulan, 35%
berpenghasilan 5-10 juta perbulan dan 8% berpenghasilan lebih dari 10 juta
perbulan.
Penghasilan
8%
2-4 juta
6. Pembiayaan Kesehatan
Pembiayaan kesehatan dalam penebusan resep di apotek berdasarkan pengisian
keusioner yang dilakukan mayoritas berasal dari diri sendiri dengan presentase 65%.
16
Pembiayaan Kesehatan
0%
35%
diri sendiri/keluarga
Perusahaan
Lain-lain
65%
30%
Baru pertama
2-5 kali
>5 kali
59%
34%
Rekomendasi teman
Pelayanannya baik
27%
Dekat rumah
Tidak tersedia di tempat lain
28%
40%
Ya
Tidak
60%
Gambar IV.9 Diagram Sosiodemografi Responden membeli Produk yang sama ke Apotek Lain
Ya
Tidak
100%
Pada data diatas menunjukkan bahwa GAP tertinggi yang terjadi adalah pada
dimensi reliability pada aspek kecepatan pelayan obat yang memiliki gap 0,85.
Artinya aspek ini perlu dilakukan perbaikan dan peningkatan kualitas. Tingkat
kesesuaian antara harapan pelanggan dan kinerja apotek ditunjukkan dengan nilai
persen kesesuaian responden yang menunjukkan nilai 90%. Artinya Pelayanan di
apotek Kimia Farma No. 50 masuk kedalam kategori sangat baik.
Untuk mengetahui aspek kinerja mana yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan,
seluruh data diatas kemudian dimasukkan kedalam diagram kartesius untuk melihat
pada aspek dimensi manakah yang memerlukan perbaikan. Pada diagram kartesius
dibagi menjadi empat kuadran, dimana pembagiannya berdasarkan nilai rata-rata.
Pada kuadran 1 menunjukkan harapan pelanggan yang tinggi sementara
kenyataannya masih rendah. Kuadran 1 merupakan bagian yang utama menjadi
perbaikan. Pada kuadran dua menunjukkan kenyataan dan harapan pelanggan sama-
sama tinggi, sehingga yang berada pada kuadran ini harus tetap dipertahankan. Pada
kuadran tiga harapan dan kenyataan masih rendah, sehingga perlu ditingkatkan. Dan
kuadran terakhir menyatakan bahwa kenyataan melebihi harapan konsumen,
sehingga perlu dipertahankan.
a. Dimensi Tangible
Dimensi Tangible
permasalahan
4.35 terselesaikan oleh
petugas
4.3
4.25
Harapan
4.2
4.15
Kebersihan,
4.1 Bangunan,
kerapian dan
Penampilan
interior dan petugas
kenyamanan
eksterior
4.05
3.45 3.5 3.55 3.6 3.65 3.7 3.75 3.8 3.85 3.9
Kenyataan
memenuhi harapan sehingga atribut ini harus tetap dipertahankan. Pada kuadran
ketiga menunjukkan bahwa bangunan, interior dan eksterior serta kenyamanan
kebersihan dan kerapian apotek perlu ditingkatkan. Sebab beberapa pasien
mengeluhkan mengenai suhu ruangan yang tidak sejuk, lahan parkir yang sempit
serta tidak adanya kantin. Dalam hal penampilan petugas kimia farma,
penampilan melebihi harapan dari pasien.
b. Dimensi Reliability
Hasil pemetaan atribut kualitas pelayanan pada dimensi Reliability yang perlu
diperbaiki terdapat pada kuadran pertama yaitu kecepatan pelayanan obat, dimana
pasien merasa perlu menunggu lama untuk mendapatkan obat terutama untuk obat
racikan. Pada kuadran kedua produk/obat yang disediakan oleh Apotek Kimia
Farma dianggap lengkap dan berkualitas sesuai dengan harapan pasien sehingga
pelayanan ini perlu dipertahankan. Dalam hal melayani dengan ramah dan tidak
pernah melakukan kesalahan dalam pemberian obat, pasien beranggapan bahwa
pelayanan ini melebihi harapan pasien sehingga hal ini juga perlu dipertahankan.
Dimensi Reliability
4.5
Kecepatan
pelayanan
4.48
4.46
Produk Produk
4.44
Harapan
lengkap berkualitas
4.42
4.4 Pemberian
obat
4.38
4.36 Pelayanan
ramah
4.34
3.6 3.65 3.7 3.75 3.8 3.85 3.9 3.95 4 4.05
Kenyataan
c. Dimensi Assurance
22
Dimensi Assurance
4.365
4.36 Obat yang sesuai
dengan permintaan
4.355
4.35
4.345
Harapan
4.34
4.335
4.33
Petugas jujur dan
4.325 Pemberian obat
dapat dipercaya
beserta informasi
4.32 dan edukasi
4.315
3.938 3.94 3.942 3.944 3.946 3.948 3.95 3.952
Kenyataan
Hasil pemetaan atribut kualitas pelayanan pada dimensi Assurance yang perlu
ditingkatkan terdapat pada kuadran pertama dan ketiga. Pada Kuadran pertama
mengenai kesesuaian pemberian obat seperti yang diminta dirasakan masih
rendah hal ini berkaitan dengan varian obat yang tersedia. Pada kuadran ketiga,
harapan dan kenyataan pemberian obat yang disertai informasi dan edukasi oleh
apoteker dianggap rendah, hal ini juga berkaitan dengan kesadaran pasien akan
informasi dan edukasi mengenai obat yang masih rendah. Oleh karena itu hal ini
perlu ditingkatkan. Image kejujuran petugas apotek telah dibangun dengan baik
dan melebihi apa yang diharapkan pasien sehingga harus dipertahankan.
d. Dimensi Emphaty
23
Dimensi Emphaty
4.315
4.31 Pelayanan tanpa
memandang status
4.305 sosial
4.3
4.295
Harapan
4.29
Perhatian terhadap
4.285 keluhan
4.28
4.275
Memahami kebutuhan
4.27 pelanggan
4.265
3.87 3.88 3.89 3.9 3.91 3.92 3.93 3.94 3.95 3.96 3.97
Kenyataan
Dari hasil diagram kartesius dapat dilihat bahwa ada 1 atribut yang terpetakan pada
kuadran I dan 4 atribut pada kuadran III yang artinya pelayanan harus ditingkatkan.
Hal ini menunjukkan kualitas layanan apotek Kimia Farma No. 50 Merdeka Bogor
menunjukan pelayanan yang cukup baik dan beberapa aspek yang perlu diperbaiki
adalah kuadran I kecepatan pada pelayan obat.
24
4.5
4.45
4.4
4.35
4.3
Harapan
4.25
4.2
4.15
4.1
4.05
4
3.4 3.5 3.6 3.7 3.8 3.9 4 4.1
Kenyataan
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa:
1. Atribut yang perlu ditingkatkan dari dimensi tangible adalah bangunan, interior dan
eksterior serta kenyamanan, kebersihan dan kerapian apotek
2. Atribut yang perlu diperbaiki dari dimensi realibilty adalah kecepatan pelayanan obat
3. Atribut yang perlu diperbaiki dari dimensi assurance adalah kesesuaian pemberian
obat seperti yang diminta dan atribut yang perlu ditingkatkan adalah pemberian obat
yang disertai informasi dan edukasi oleh apoteker
4. Atribut yang perlu ditingkatkan dari dimensi empathy adalah perhatian terhadap
keluhan pelanggan dan memahami kebutuhan pelanggan
5. Atribut yang perlu diprioritaskan untuk diperbaiki dari seluruh dimensi adalah
kecepatan pelayanan obat
B. SARAN
Survey kepuasan pelanggan sebaiknya dilakukan di seluruh outlet apotek Kimia Farma
secara rutin, untuk meningkatkan kinerja pelayanan sehingga meningkatkan kepuasan
pelanggan.
25
26
DAFTAR PUSTAKA
(1)
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian.
(2)
Keputusan Menteri Kesehatan 1027-2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Apotek
(3)
Kotler P, Keller K. Marketing Management. 12th ed. Pearson Prentice Hall; 2006.
(4)
Oliver R. Satisfaction: A Behavioral Perspective on the Consumer. 2nd ed. Florence:
Taylor and Francis; 2014.
(5)
Rangkuti F. Measuring Customer Satisfaction Teknik Mengukur Strategi
Meningkatkan Kepuasan Pelanggan. 1st ed. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama;
2006.
(6)
Pohan I. Jaminan Mutu Layanan Kesehatan: Dasar-dasar Pengertian dan Penerapan.
1st ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2004.
(7)
Zeithaml V, Parasuraman A. Service quality. 1st ed. Cambridge, MA: Marketing
Science Institute; 2004.
(8)
Hamdi A, Bahruddin E. Metode Penelitian Kuantitatif Aplikasi dalam Pendidikan.
1st ed. Yogyakarta: Deepublish; 2015.
(9)
Brace I. Questionnaire Design: How to Plan, Structure and Write Survey Material for
Effective Market Research. 2nd ed. London & Philadelphia: Kogan Page; 2008.
(10)
Rivera R, Rivera M. Thesis & Dissertation Writing. 1st ed. Quezon City: Katha
Publishing Inc.; 2007.
27