BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Praktek Kerja Profesi di Industri Kimia Farma
Kimia Farma merupakan pioner dalam industri farmasi Indonesia.
Sejarah perusahaan dapat dirunut balik ke tahun 1986, ketika NV Chemicalien
Handle Rathkamp & Co., perusahaan farmasi pertama di Hindia Timur,
didirikan. Sejalan dengan kebijakan nasionalisasi eks perusahaan-perusahaan
Belanda, pada tahun 1958 pemerintah melebur sejumlah perusahaan farmasi
menjadi PNF Bhinneka Kimia Farma. Selanjutnya pada tanggal 16 Agustus
1971 bentuk hukumnya diubah menjadi Perseroan Terbatas, menjadi PT
Kimia Farma (Persero). Sejak tanggal 4 Juli 2001 Kimia Farma tercatat
sebagai perusahaan publik di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya.
Berbekal tradisi industri yang panjang selama lebih dari 187 tahun dan
nama yang identik dengan mutu, saat ini Kimia Farma telah berkembang
menjadi sebuah perusahaan pelayanan kesehatan utama di Indonesia yang kian
memainkan peranan penting dalam pengembangan dan pembangunan bangsa
dan masyarakat.
Industri farmasi merupakan salah satu elemen yang berperan penting
dalam mewujudkan kesehatan nasional melalui aktivitasnya dalam bidang
manufacturing obat. Tingginya kebutuhan akan obat dalam dunia kesehatan
dan vitalnya aktivitas obat mempengaruhi fungsi fisiologis tubuh manusia
melahirkan sebuah tuntutan terhadap industri farmasi agar mampu
memproduksi obat yang berkualitas. Oleh karena itu, semua industri farmasi
harus benar-benar berupaya agar dapat menghasilkan produk obat yang
memenuhi standar kualitas yang dipersyaratkan. Berdasarkan hal tersebut,
maka diperlukan pedoman bagi industri farmasi untuk menghasilkan produk
obat yang memenuhi standar kualitas yang dipersyaratkan yaitu:
1. Farmakope Indonesia, United State Pharmacopoeia dan buku-buku
kefarmasian-kedokteran
yang
menentukan
mutu
berdasarkan
B.
Tujuan
Tujuan dilakukannya Praktek Kerja Profesi (PKP) di industri adalah
1. Untuk mengetahui dan memahami pelaksanaan CPOB yang dilakukan
di industri farmasi
2. Memahami tentang aspek-aspek dalam industri farmasi dan kegiatan
yang dilakukan, meliputi: struktur organisasi, SDM, proses produksi,
pemastian mutu, penanganan limbah dan pengadaan barang.
3. Mendapatkan gambaran menyeluruh dan pengalaman praktis dalam
tugas khusus mengenai peran dan tanggung jawab apoteker dalam
industri farmasi sehingga dapat mempersiapkan diri apabila kelak
hendak bekerja dalam industri farmasi.
C.
Manfaat
Manfaat diadakannya PKP di industri adalah;
1. Bagi Fakultas Farmasi Program Profesi Apoteker Universitas Jenderal
Achmad Yani dapat senantiasa menjalin hubungan baik dengan PT.
Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung dalam bidang pendidikan
serta meningkatkan kualitas kompetensi lulusan apotekernya.
2. Bagi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung, dapat meningkatkan
citra industri farmasi bahwa industri farmasi bukan hanya sebagai tempat
untuk memproduksi obat, tetapi juga berperan serta dalam upaya
meningkatkan kualitas pendidikan bangsa. Hal ini secara nyata
ditunjukkan dengan menerima dan memberikan banyak pembelajaran dan
wawasan yang berharga kepada calon apoteker yang melakukan peraktek
kerja profesi di PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung.
3. Bagi calon apoteker yang melakukan praktek kerja profesi di PT. Kimia
Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung, diharapkan mampu memahami dan
mampu menerapkan ilmu yang telah didapatkan dalam praktek di
lapangan sebagai wujud pengabdian profesi apoteker di industri farmasi.
BAB II
TINJAUAN TENTANG INDUSTRI FARMASI
A.
Industri Farmasi
Industri farmasi adalah industri yang meliputi industri obat jadi dan
industri bahan baku obat. Industri obat jadi adalah industri yang menghasilkan
suatu produk yang telah melalui seluruh tahap proses pembuatan, sedangkan
industri bahan baku obat adalah industri yang menghasilkan bahan baku yang
diperlukan pada proses pembuatan suatu obat jadi. Proses pembuatan merupakan
seluruh rangkaian kegiatan yang menghasilkan suatu obat yang meliputi produksi
dan pengawasan mutu mulai dari pengadaan bahan awal, proses pengolahan,
pengemasan, sampai obat jadi untuk distribusi (http://repository.usu.ac.id).
Industri farmasi ada dua bentuk, yaitu primary industry dan secondary
industry. Primary industry terfokus pada penemuan bahan-bahan obat baru (new
drug substances), sedangkan secondary industry terfokus pada usaha pengelolaan
bahan baku menjadi produk jadi. Saat ini, sebagian besar industri farmasi di
Indonesia adalah secondary industry. Hal ini berkaitan dengan nilai investasi yang
sangat tinggi, baik dalam bentuk biaya, fasilitas maupun waktu yang panjang.
Meskipun demikian, kedua industri tersebut bertanggung jawab atas kualitas,
keamanan dan khasiat obat yang diproduksinya. Hal ini terkait dengan hukum dan
peraturan yang mengatur industri farmasi untuk melindungi konsumen melalui
upaya pengadaan obat dengan kualitas, keamanan dan khasiat yang sesuai dengan
ketentuan standar yang berlaku (http://repository.usu.ac.id).
a. Persyaratan Industri Farmasi
Semua industri farmasi wajib memiliki izin untuk usaha, izin tersebut
diperoleh dari Menteri Kesehatan melalui Badan Pengawas Obat dan Makanan
(BPOM). Berdasarkan SK Menkes RI No.1191/Menkes/SK/IX/2002. Persyaratan
yang harus dipenuhi industri farmasi untuk medapatkan izin usaha, yaitu:
1. Dilakukan oleh perusahaan umum, badan hukum berbentuk Perseroan
Terbatas (PT) atau koperasi.
apoteker
harus
memiliki
kemampuan
untuk
10
CPOB
dan
keterampilan
dalam
kepemimpinan
(http://repository.usu.ac.id).
Seorang penanggung jawab pengawasan mutu memiliki kewenangan dan
tanggung jawab penuh dalam pengawasan mutu, termasuk:
1. Menyetujui atau menolak bahan
11
obat
dan
CPOB
nasional
maupun
internasional
(http://repository.usu.ac.id).
Penanggung jawab Pemastian Mutu memiliki kewenangan dan
tanggung jawab penuh dalam sistem mutu, termasuk:
1. Memastikan penerapan (dan, bila diperlukan, membentuk) sistem mutu.
2. Ikut serta dalam atau memprakarsai pembentukan acuan mutu perusahaan.
3. Memprakarsai dan mengawasi audit internal atau inspeksi diri berkala.
4. Melakukan pengawasan terhadap fungsi bagian pengawasan mutu.
5. Memprakarsai dan mengawasi audit eksternal (audit terhadap pemasok).
6. Memprakarsai dan berpartisipasi dalam program validasi.
7. Memastikan pemenuhan persyaratan teknik atau peraturan Otoritas
Pengawasan Obat (OPO) yang berkaitan dengan mutu produk jadi.
8. Mengevaluasi/mengkaji catatan bets.
12
Master
bets
bekerja
sama
dengan
kepala
unit
formulasi
(http://repository.usu.ac.id).
Sebuah obat harus memiliki Nomor Izin Edar (NIE) sebelum dapat
dipasarkan. Untuk memperoleh NIE sebuah industri farmasi harus mendaftarkan
13
produknya ke BPOM dan melalui prosedur registrasi yang berlaku. Dalam hal
inilah seorang apoteker sebagai seseorang yang kompeten di bidang obat berperan
penting. Selain itu, apoteker sebagai seseorang yang mengetahui peraturan
mengenai kemasan dan label harus mampu dalam mengatur desain kemasan yang
benar. Uraian tugas dan tanggung jawab bagian registrasi dan desain kemasan:
1. Bertanggung jawab dalam melakukan semua kegiatan yang berhubungan
dengan kegiatan pendaftaran semua produk/obat. Baik pendaftaran
produk baru, atau pendaftaran ulang suatu produk.
2. Bertanggung jawab dalam melengkapi dokumen registrasi dengan data
valid dan data yang sebenarnya.
3. Bertanggung jawab dalam melakukan desain
14
jasa
tersebut
menjadi
tinggi.
Sementara
konsumen
juga
membutuhkan barang dan jasa tersebut dalam ukuran yang lebih kecil
dan harga yang lebih rendah. Kemudian peritel menawarkan produkproduk tersebut dalam jumlah kecil yang disesuaikan dengan pola
konsumsi para konsumen secara individual.
3. Penyimpanan Persediaan Peritel juga dapat berposisi sebagai perusahaan
yang menyimpan persediaan dengan ukuran yang lebih kecil. Dalam hal
ini, pelanggan akan diuntungkan karena terdapat jaminan ketersediaan
barang dan jasa yang disimpan peritel.
4. Penyedia jasa dengan adanya ritel, maka konsumen akan mendapatkan
kemudahan dalam mengonsumsi produk-produk yang dihasilkan
produsen. Selain itu, ritel juga dapat mengantar hingga dekat ke tempat
konsumen, menyediakan jasa yang memudahkan konsumen dalam
membeli dan menggunakan produk dengan segera dan membayar
belakangan.
Meningkatkan nilai produk dan jasa dengan adanya beberapa jenis
produk dan jasa, maka untuk suatu aktivitas pelanggan mungkin memerlukan
beberapa barang. Dengan menjalankan fungsi-fungsi tersebut, peritel dapat
berinteraksi dengan konsumen akhir dengan memberikan nilai tambah bagi
produk atau barang.
Kemajuan industri farmasi sangat ditentukan oleh strategi dan tenaga
pemasaran yang dimiliki perusahaan. Apoteker sebagai seorang yang kompeten di
bidang obat dapat berperan sebagai manajer produksi. Apoteker sangat potensial
dalam memperkenalkan produk industri pada masyarakat (obat bebas/OTC) atau
pada para dokter (obat ethical) karena ilmu kefarmasian dan managemen yang
dikuasainya (http://repository.usu.ac.id).
15
Keputusan
Menteri
Kesehatan
RI
16
1.
pengendalian mutu, bertujuan agar obat yang dihasilkan sesuai dengan tujuan
pengunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum dalam dokumen registrasi
atau izin edar dan tidak menimbulkan resiko yang membahayakan penggunaannya
karena tidak aman, mutu rendah, atau tidak efektif.
Pengawasan mutu adalah bagian dari CPOB yang berhubungan dengan
pengambilan sampel, spesifikasi dan pengujian, dokumentasi dan prosedur
pelulusan yang memastikan bahwa pengujian diperlukan dan relevan telah
dilakukan dan bahwa bahan yang belum diluluskan tidak digunakan serta produk
yang belum diluluskan tidak dijual atau dipasok sebelum mutunya dinilai dan
dinyatakan memenuhi syarat.
2.
Personalia
Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan
sistem pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar. Industri
farmasi bertanggung jawab menyediakan personil yang terkualifikasi dalam
jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Seluruh personil
hendaknya memahami prinsip CPOB dan memperoleh pelatihan awal dan
berkesinambungan, termasuk industri mengenai higiene yang berkaitan dengan
pekerjaan. Setiap karyawan juga harus memiliki kesehatan mental dan fisik yang
baik, sehingga mampu melaksanakan tugasnya secara professional, memiliki
sikap dan kesadaran yang tinggi untuk mewujudkan CPOB.
Struktur organisasi perusahaan sebaiknya dibuat sedemikian rupa sehingga
bagian produksi dan pengawasan dipimpin oleh apoteker yang berlainan dan tidak
bertanggung jawab satu dengan yang lainnya. Masing-masing mempunyai
wewenang penuh dan sarana yang cukup untuk melaksanakan tugasnya serta tidak
boleh memiliki kepentingan lain diluar organisasi pabrik yang dapat menghambat
atau membatasi tanggung jawabnya.
Kepala bagian produksi maupun penanggung jawab mutu hendaklah
seorang Apoteker yang terdapat dan terkualifikasi, memperoleh pelatihan yang
17
sesuai, memiliki pengalaman praktis yang memadai di bidang pembuatan obat dan
keterampilan manajerial sehingga memungkinkan pelaksanaan tugasnya secara
profesional. Untuk menunjang dan membantu tugasnya dapat ditunjuk tenaga
yang terampil dalam jumlah yang sesuai untuk melaksanakan supervisi langsung
dibagian produksi dan pengawasan mutu. Selain itu, tersedia juga tenaga yang
terlatih secara teknis dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan kegiatan
produksi dan pengawasan mutu sesuai dengan prosedur dan spesifikasi yang telah
ditentukan.
Seluruh karyawan yang terlibat langsung dalam kegiatan pembuatan obat
diberikan pelatihan oleh tenaga yang kompeten mengenai tugasnya sesuai dengan
CPOB. Latihan dilakukan secara berkesinambungan dengan frekuensi yang
memadai serta menurut program yang tertulis yang telah disetujui penanggung
jawab produksi dan penanggung jawab pengawasan mutu.
3.
konstruksi dan letak yang memadai serta disesuaikan kondisinya dan dirawat
dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Tata letak dan
desain ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil terjadinya
kekeliruan, pencemaran silang, kesalahan lainnya dan memudahkan pembersihan,
sanitasi dan perawatan yang efektif untuk menghindari pencemaran silang,
penumpukan debu atau kotoran dan dampak lain yang dapat menurunkan obat.
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan rancang bangun
dan penataan gedung adalah kesesuaian dengan kegiatan produksi, luasnya ruang
kerja, pencegahan terjadinya penggunaan kawasan produksi sebagai lalu lintas
umum bagi karyawan. Rancang bangun dan penataan gedung harus memenuhi
persyaratan:
1. Mencegah resiko tercampurnya obat atau komponen obat yang berbeda
2. Kegiatan pengolahan bahan bagi produk bukan obat dipisahkan dari ruang
produksi obat
18
3. Ruang terpisah untuk membersihkan alat yang dapat dipindah- pindahkan dan
ruang untuk menyimpan bahan pembersih
4. Kamar ganti pakaian berhubungan langsung dengan daerah produksi tetapi
letaknya terpisah
5. Toilet tidak terbuka langsung ke daerah produksi dan dilengkapi dengan
ventilasi yang baik
Lokasi bangunan hendaklah sedemikian rupa sehingga dapat mencegah
pencemaran lingkungan disekelilingnya seperti pencemaran udara, tanah dan air
maupun terhadap kegiatan disekitarnya.
Permukaan bagian dalam ruangan seperti dinding, lantai dan langit-langit
sebaiknya licin, bebas keretakan dan sambungan terbuka serta mudah dibersihkan
dan didesinfeksi. Lantai di daerah pengolahan harus dibuat dari bahan kedap air,
permukaan rata dan memiliki permukaan yang mudah dicuci. Sudut-sudut antar
dinding, lantai dan langit-langit harus berbentuk lengkungan.
Saluran air limbah sebaiknya cukup besar dan mempunyai bak kontrol
serta ventilasi yang baik. Lubang pemasukan dan pengeluaran udara, pipa-pipa
dan saluran hendaknya dipasang sedemikian rupa sehingga dapat mencegah
timbulnya pencemaran terhadap produk.
Bangunan harus mendapatkan penerangan yang cukup dan mempunyai
ventilasi dengan fasilitas pengendali udara termasuk pengaturan suhu dan
kelembaban untuk kegiatan dalam bangunan. Disamping itu tersedianya tenaga
listrik yang memadai akan menjamin kelancaran fungsi peralatan produksi dan
laboratorium.
Pintu yang menghubungkan ruangan produksi dan lingkungan luar seperti
pintu bahaya kebakaran hendaklah selalu ditutup rapat untuk mencegah masuknya
cemaran. Seluruh bangunan termasuk daerah produksi, laboratorium, gedung dan
koridor serta daerah sekeliling gudang hendaknya dirawat agar senantiasa bersih
dan rapi. Daerah penyimpanan barang harus cukup luas, terang, serta tertata rapi
untuk memungkinkan penyimpanan bahan produk dalam keadaan bersih dan
teratur.
19
4.
Peralatan
Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan konstruksi
yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan
tepat, agar mutu obat terjamin sesuai desain serta seragam dari bets ke bets dan
untuk memudahkan pembersihan serta pembuatan.
Permukaan peralatan yang bersentuhan dengan bahan awal, produk antara
atau produk jadi tidak boleh menimbulkan reaksi, adisi atau absorpsi yang dapat
mempengaruhi identitas, mutu atau kemurnian diluar batas yang ditentukan.
Bahan yang diperlukan untuk pengoperasian alat khusus misalnya pelumas
atau pendingin tidak boleh bersentuhan dengan bahan yang sedang diolah
sehingga tidak memengaruhi identitas, mutu atau kemurnian bahan awal, produk
antara atau produk jadi.
Peralatan hendaknya didesain sedemikian rupa agar mudah dibersihkan.
Peralatan tersebut hendaklah dibersihkan sesuai prosedur tertulis yang rinci serta
disimpan dalam keadaan bersih dan kering. Peralatan pencucian dan pembersihan
hendaklah dipilih dan digunakan agar tidak menjadi sumber pencemaran.
Peralatan yang digunakan hendaklah tidak berakibat buruk pada produk. Bagian
alat yang bersentuhan dengan produk tidak boleh bersifat reaktif, aditif atau
absorbtif yang dapat memengaruhi mutu dan berakibat buruk pada produk.
Hendaklah tersedia alat timbang dan alat ukur dengan rentang dan
ketelitian yang tepat untuk proses produksi dan pengawasan. Peralatan yang
digunakan untuk menimbang, mengukur, memeriksa dan mencatat hendaklah
diperiksa ketepatannya dan dikalibrasi sesuai program dan prosedur yang
ditetapkan. Peralatan hendaklah ditempatkan sedemikian rupa untuk memperkecil
kemungkinan terjadinya pencemaran silang antar bahan di area yang sama.
5.
aspek pembuatan obat. ruang lingkup sanitasi dan higiene meliputi personil,
bangunan, peralatan dan perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya serta
segala sesuatu yang dapat merupakan sumber pencemaran produk.
20
6.
Produksi
Produksi dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan
21
diberi label atau penandaan dari produk atau bahan yang sedang diolah, kekuatan
(bila ada) dan nomor bets.
7.
Pengawasan Mutu
Pengawasan mutu merupakan bagian yang esensial dari CPOB untuk
8.
fasilitas
untuk
personil;
perawatan
bangunan
dan
peralatan;
penyimpanan bahan awal, bahan pengemas dan obat jadi; peralatan; pengolahan
dan pengawasan selama proses; pengawasan mutu; dokumentasi; sanitasi dan
22
9.
terjadinya kerusakan obat hendaklah dikaji dengan teliti sesuai dengan prosedur
tertulis. Untuk menangani semua kasus yang mendesak, hendaklah disusun suatu
sistem, bila perlu mencakup penarikan kembali produk yang diketahui atau diduga
cacat dari peredaran secara cepat dan efektif. Penarikan kembali produk adalah
suatu proses penarikan kembali dari satu atau beberapa bets atau seluruh bets
produk tertentu dari peredaran. Produk kembalian adalah obat jadi yang telah
beredar, yang kemungkinan dikembalikan ke industri farmasi karena keluhan
mengenai kerusakan, kadaluarsa, atau alasan lain misalnya kondisi wadah atau
kemasan yang dapat menimbulkan keraguan akan identitas, mutu, jumlah dan
keamanan obat yang bersangkutan.
Keluhan hendaknya ditangani oleh personil atau staf yang berwewenang.
Apabila personil tersebut buka kepala manajemen mutu (pemastian mutu), maka
ia hendaklah memahami cara penanganan seluruh keluhan, penyelidikan atau
penarikan kembali produk.
23
24
atau tidak; pengujian tambahan terhadap persyaratan dari produk hasil pengolahan
ulang.
Penanganan
produk
kembalian
dan
tindak
lanjutnya
hendaklah
10.
Dokumentasi
Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan
dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu.
Dokumentasi yang jelas adalah fundamental untuk memastikan bahwa tiap
personil menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga
memperkecil resiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul
karena hanya mengandalkan komunikasi lisan. Spesifikasi, dokumen produksi
induk atau formula pembuatan, prosedur, metode dan instruksi, laporan dan
catatan harus bebas dari kekeliruan dan tersedia secara tertulis.
Sistem dokumentasi harus menggambarkan riwayat lengkap dari setiap
batch atau lot bersangkutan. Sistem dokumentasi digunakan pula dalam
pemantauan dan pengendalian kondisi lingkungan, perlengkapan dan personalia.
25
BAB III
TINJAUAN DAN RUANG LINGKUP
PT. KIMIA FARMA (Persero) Tbk PLANT BANDUNG
A. Tinjauan Umum PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung
Plant Bandung merupakan penggabungan dari Unit Produksi Formulasi
Bandung dan Unit Produksi Manufaktur Bandung. Semula Unit Produksi
Formulasi Bandung melakukan pengelolaan tablet non hormon, serbuk, cairan
(sirup, suspensi) serta tablet hormon (pil KB), sedangkan Unit Produksi
Manufaktur Bandung melakukan pengelolaan produk kina,produk AKDR (Alat
Kontrasepsi Dalam Rahim), serta produk fitofarmaka. Saat ini PT. Kimia Farma
(Persero) Tbk. Plant Bandung menghasilkan produk bahan baku obat dan
formulasi, seperti tablet non-hormon, serbuk, likuid (sirup dan suspensi), dan
tablet hormon (pil KB).
a. Sejarah Berdirinya PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung
PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Merupakan salah satu Badan Usaha
Milik Negara yang bergerak di bidang kefarmasian, mulai dari produksi bahan
baku obat, produksi obat jadi, hingga pelayanan kesehatan dan pemasaran obat
yang meliputi Apotek dan Pedagang Besar Farmasi (PBF). Kimia Farma
menghasilkan berbagai produk yaitu OTC , obat-obat herbal, kosmetik, dan
unbranded generik.
Pada tahun 1896, melalui akte notaris B.V. Houthuisen No.12 tanggal 29
Juni 1896 di Bandung, didirikan sebuah pabrik kina oleh pemerintah Hindia
Belanda dengan nama Bandoengsche Fabriek N.V, yang mula-mula hanya
menghasilkan garam kina dari kulit kina. Pabrik ini hanya sekedar menerima
ongkos pengolahannya saja sedangkan hasilnya dijual oleh para penghasil kulit
kina menurut perhitungan mereka sendiri. Pengolahan pabrik kina ini kemudian
diserahkan pada Indische Combinatie Voor Chemische Industrie (Inschen) pada
tanggal 14 Januari 1939 Inschen sendiri telah memiliki pabrik yodium di
Watudakon yang didirikian pada tahun 1926.
26
Pada tahun 1942 dalam perang dunia II, pabrik kina Bandung dikuasai
oleh angkatan darat Jepang yang diberi nama Rikuyun Kinine Seizoshyo. Selama
Jepang berkuasa pembuatan pil dan tablet kina masih dilakukan, tetapi hasil kina
tersebut diangkut ke Jepang dan sebagian lagi dikirim ke tempat-tempat lain untuk
kepentingan Jepang dalam perang di Pasifik. Untuk keperluan dalam negeri yaitu
orang Indonesia, Jepang hanya menyediakan hasil pabrik yang disebut tota kina,
yaitu kina yang belum dipisahkan dari alkaloid-alkaloid lainnya.
Setelah Jepang dikalahkan Sekutu pada tahun 1945, pabrik kina diambil
alih oleh pemiliknya yaitu perusahaan swasta Belanda dengan nama
Bandoengsche Fabriek N.V pada tahun 1955, pabrik kina ini diserahkan pada
Combinatie Voor Chemische Industrie dengan akte Mr.R.Soewardi No.47/11954
tanggal 3 November 1954.
Tahun 1958, berhubung adanya sengketa Irian Barat antara Indonesia dan
Belanda, maka semua perusahaan Belanda yang ada di Indonesia dikuasai oleh
pemerintah RI dengan membentuk Badan Pimpinan Umum (BPU) berdasarkan
PP No.23 tahun 1958. Berdasarkan UU No.86 tahun 1958, perusahaan di bawah
BPU ini menjadi milik RI yang pelaksanaannya diserahkan kepada Badan
Nasionalisasi Perusahaan-perusahaan Belanda (BANAS).
Pada tahun 1960, pabrik kina diberi nama Perusahaan Negara (PN)
Farmasi dan Alat Kesehatan Bhinneka Kina Farma berdasarkan SP Menkes
No.57/959/BPK/Kob tanggal 18 Juli 1960. Pada tahun 1961, berdasarkan PP
No.85 tanggal 17 April 1961, namanya diubah menjadi Perusahaan Negara
Farmasi (PNF) dan Alat-alat Kesehatan Bhinneka Kina Farma yang meliputi
pabrik Yodium di Watudakon Mojokerto, Jawa Timur.
Sekitar tahun 1969, berdasarkan PP No. 3 tanggal 25 Januari 1969, empat
PNF yaitu PN Radja Farma, PN Nakula Farma, PN Bhinekka Kina Farma dan PN
Sari Husada dilebur menjadi satu Perusahaan Negara (PN) dengan nama
Perusahaan Negara Farmasi dan Alat-alat Kesehatan Bhinekka Kimia Farma.
Keempat perusahaan tersebut masing-masing menjadi satu unit dengan susunan
yaitu Perusahaan Negara Farmasi (PNF) Radja Farma (Jakarta) menjadi PNF
Bhinneka Kimia Farma Unit I Bidang Perdagangan, PNF Nakula Farma (Jakarta)
27
menjadi PNF Bhinneka Kimia Farma Unit II Bidang Produksi Jakarta, PNF
Bhinneka Kina Farma (Bandung) menjadi PNF Bhinneka Kimia Farma Unit III
Bidang Produksi Bandung, dan PNF Sari Husada (Yogyakarta) menjadi PNF
Bhinneka Kimia Farma Unit IV Bidang Produksi Yogyakarta.
Pada tahun 1971, berdasarkan PP No.16 tahun 1971 dalam lembaran
Negara RI No.18 tahun 1971, PNF dan Alat-alat Kesehatan Bhinneka Kimia
Farma Unit I sampai unit IV diubah menjadi PT (Persero) Kimia Farma terhitung
mulai bulan Agustus 1971 melalui Akte Notaris Sulaeman Ardjasasmita tanggal
16 Agustus 1971 dan mengganti nama semua unit perusahaan, yaitu:
a. Unit I menjadi Unit perdagangan
b. Unit II menjadi Unit Produksi Jakarta
c. Unit III menjadi Unit Produksi Bandung
d. Unit IV menjadi Unit Produksi Yogyakarta
Pada pertengahan 1974, PNF Sari Husada (PT Kimia Farma Unit Produksi
Yogyakarta) memisahkan diri dari PT (Persero) Kimia Farma.
Tahun 1990, Unit Produksi Bandung menjadi tiga unit yaitu Unit
Formulasi Bandung, Unit Produksi Manufaktur Bandung dan Unit Produksi
Manufaktur Watudakon. Pemisahan unit ini diikuti dengan penggabungan pabrik
pil KB ke dalam Produksi Formulasi Bandung.
Dalam
usahanya
mengembangkan
penguasaan
dan
kemampuan
menjadi
Divisi
Produksi
Bandung dengan
berbagai
pertimbangan antara lain untuk efisiensi baik SDM , birokrasi dan dana.
Berbekal tradisi industri yang panjang selama lebih dari 100 tahun dan
nama yang identik dengan mutu, sekarang Kimia Farma telah berkembang
28
fasilitas
produksi
PT.
Kimia
Farma
(Persero)
Tbk.:
1. Plant Jakarta memproduksi sediaan tablet, tablet salut, kapsul, granul, sirup
kering, suspensi/sirup, tetes mata, krim,antibiotik, dan injeksi. Unit ini merupakan
satu-satunya pabrik obat di Indonesia yang mendapat tugas dari pemerintah untuk
memproduksi obat golongan narkotika.
2. Plant Bandung obat asli Indonesia dan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
(AKDR). Selain itu, Unit Produksi Bandung juga memproduksi tablet generik,
sirup, serbuk dan produk kontrasepsi Pil KB.
3. Plant Semarang mengkhususkan diri pada produksi minyak jarak, minyak
nabati dan kosmetik (Bedak).
4. Plant Watudakon di Jawa Timur merupakan satu-satunya pabrik yang
mengolah tambang yodium di Indonesia. Unit ini memproduksi yodium dan
garam-garamnya, bahan baku ferro sulfat sebagai bahan utama pembuatan tablet
besi untuk obat penambah darah dan kapsul lunak Yodiol yang merupakan obat
pilihan untuk pencegahan gondok.
5. Tanjung Morawa, Medan, Sumatra Utara dikhususkan untuk memasok
kebutuhan obat di wilayah Sumatra. Produk yang dihasilkan oleh pabrik meliputi
sediaan tablet, krim, kapsul dalam skala kecil.
29
b. Visi dan Misi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung
Visi
Komitmen
pada
peningkatan
kualitas
kehidupan,
kesehatan
dan
lingkungan.
Misi
1. Mengembangkan industri kimia dan farmasi dengan melakukan penelitian
dan pengembangan produk yang inovatif
2. Mengembangkan bisnis pelayanan kesehatan terpadu yang berbasis
jaringan distribusi dan jaringan apotek
3. Meningkatkan
kualitas
Sumber
Daya
Manusia
(SDM)
dan
30
Plant Manager
Pengelolaan
Mutu/Quality
Operation
Produksi
Management
Representative
Perencanaan
Prod.&Pengendalian
Inventory
Quality Control
Produksi I
(Tablet)
Pembelian
Umum &Personalia
Pengembangan
Produk
Produksi II
(Cairan Serbuk
& Fitofarmaka)
Pemastian
Mutu/QA
Produksi III
(KB & Kina)
Teknik Pemeliharaan
Akuntansi &
Keuangan
Penyimpanan
Teknologi Informasi
Keselamatan Kesehatan
Kerja & Lingkungan
(K3L)
Gambar 3.1. Struktur Organisasi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant
Bandung
penunjang
produksi
yang
disesuaikan
dengan
jenis
produk/sediaan yang akan dibuat, misalnya ruang untuk produksi pil KB,
kina, AKDR, fitofarmaka, serbuk oralit dan cairan. Selain itu tersedia
bangunan untuk laboratorium, gudang bahan baku dan bahan kemas. Pada
masing-masing ruang produksi dan laboratorium terdapat grey area dan
black area. Ruang abu (grey area) disebut ruang terkendali atau ruang
31
bersih karena ada kontak langsung antara bahan baku dengan udara
sehingga perlu adanya persyaratan jumlah maksimum cemaran partikel
dan mikroba serta terdapat saringan udara dengan efisiensi 95%. Pada area
hitam (black area) atau area tak terkendali, bahan baku tidak melakukan
kontak langsung dengan udara sekitar karena telah dimasukkan ke dalam
kemasan sekunder sehingga tidak ada persyaratan khusus.
2. Bangunan lain seperti mushola, kantin, poliklinik dan area pengolahan
limbah.
3. Sistem sarana penunjang produksi seperti sumber listrik dari PLN, sumber
air dari PDAM yang diolah menjadi aqua demineralisata, uap panas/steam
dan Air Handling Unit (AHU).
4. Alat-alat produksi meliputi mesin-mesin yang digunakan untuk proses
produksi, misalnya granulator, mixer, Fluid Bed Dryer (FBD), Melting
tank, reaktor ekstraksi kina dan instrumen untuk analisis antara lain
spektrofotometer,
spektrofotodensitometer,
HPLC,
TLC/Polarimeter,
neraca analitik.
32
Obat
Generik
Berlogo
(OGB)
seperti
Ranitidin,
Etambutol,
33
kenaikan
pangkat
dan
golongan
pegawai
atas
menyediakan hak pegawai yaitu hak atas pemenuhan gizi dan kesehatan para
pegawai, hak mendapat gaji, tunjangan, cuti (tahunan, panjang), dan hak untuk
pengembangan diri dalam bentuk pelatihan.
Sistem rekruitmen pegawai melalui 2 cara yaitu melalui psikotes dan
wawancara. Sistem rekruitmen untuk lulusan sarjana dilaksanakan di Kantor
Pusat Jakarta dan penempatannya dilaksanakan oleh Pusat sesuai dengan
kebutuhan masing-masing unit, sedangkan yang berasal dari lulusan Program
34
35
36
Buffer Stock bahan, merupakan jumlah stok bahan yang tersedia untuk
antisipasi apabila terjadi keterlambatan kedatangan bahan.
Reorder level, jumlah minimal/minimal stok bahan yang tersedia untuk
dilakukan pemesanan barang.
Minimum Order Quantity, jumlah minimal pesanan yang ditentukan oleh
supplier
Reorder quantity, jumlah bahan yang dipesan atas dasar kebutuhan
minimal produksi dan minimal order
Lead time Pemesanan Bahan
Lead time adalah periode waktu antara dimulainya suatu proses hingga
selesainya proses tersebut. Penerapannya yaitu:
a) Memperkirakan waktu penyerahan
b) Menetapkan batas waktu Surat Perintah Kerja (SPK)
c) Revisi batas waktu SPK
d) Mengevaluasi aliran proses
e) Peluang peningkatan (improvement)
Expiry Date Bahan
Selain dilakukan perencanaan bahan produksi, juga perlu dilakukan
pengendalian terhadap bahan produksi tersebut agar tidak terjadi over stok,
stok kosong, stok tidak bergerak, atau persediaan rusak selama penyimpanan.
pengendalian bahan dilakukan dengan pemotongan kartu rencana untuk
mengetahui stok bahan dalam setiap perencanaan produksi. Apabila bahan
yang dibutuhkan kurang, maka dilakukan pemesanan bahan. Apabila bahan
mencukupi untuk produksi, maka PPPI akan menurunkan Bon Serah Terima
Bahan Baku (BSTBB) atau Bon Serah Terima Bahan Kemas (BSTBK) yang
disertai dokumen Surat Perintah Kerja (SPK), Catatan Pengelolahan Bets
(CPB) dan CKB untuk memulai proses produksi.
37
38
39
40
ii.
Manual mutu
Menjelaskan tentang garis besar sistem manajemen mutu dari ruang
lingkup dan penerapannya
iii.
iv.
Prosedur Tetap
v.
41
d. Bagian Pembelian
Tugas dan tanggung jawab bagian pembelian adalah mengatur dan
melaksanakan pembelian semua material yang dibutuhkan selama proses produksi
maupun non produksi. Bagian pembelian merupakan penunjang suatu kegiatan
produksi dimana pada bagian pembelian dipimpin oleh seorang asisten manajer
yang bertanggung jawab langsung kepada manajer Plant Bandung. Terdapat 2
Asisten Manajer (Asman) yang bertanggung jawab yaitu Asman produksi dan
Asman non-produksi. Tujuan dari bagian pembelian yaitu untuk menjamin bahwa
bahan dan jasa yang dibeli memenuhi persyaratan yang ditentukan sesuai dengan
kebutuhan operasional dan pengadaannya dilakukan dari supplier yang dipilih
dimana memiliki kinerja yang baik.
Kegiatan pembelian di PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung
terbagi menjadi dua yaitu:
1) Pembelian bahan produksi, diantaranya bahan baku dan bahan kemas
2) Pembelian bahan non-produksi, diantaranya barang teknik, alat tulis
kantor, mesin-mesin penunjang produksi seperti spare part mesin dan alatalat laboratorium serta pakaian kerja.
Selain itu terdapat dua jenis pengadaan barang di PT. Kimia Farma
(Persero) Tbk. Plant Bandung, yaitu:
a) Bahan baku utama dan kemas primer, pengadaannya ditangani oleh bagian
pengadaan di kantor pusat, contohnya botol, tutup botol, Polycel, kina.
b) Bahan baku pendukung dan bahan kemas sekunder, pengadaannya
ditangani oleh masing-masing Plant, contohnya bahan pembantu seperti
bahan alam, pewarna, flavor/essence, bahan pembantu kulit kina, alkohol,
bahan baku AKDR, sedangkan contoh bahan kemas yaitu etiket, leaflet,
dus/box.
Rincian tugas dan tanggung jawab asisten manajer pembelian adalah:
Mengawasi kegiatan perencanaan bahan baku dan bahan kemas
berdasarkan pesanan
Mengawasi kegiatan evaluasi dan penawaran
Mengawasi kegiatan inventarisasi dan evaluasi pemasok
42
43
bahan baku atau bahan kemas yang akan dibeli, kemudian bagian teknologi dan
formulasi akan menyerahkan kepada manajer Plant Bandung untuk disahkan.
BPPBB/BPPBK yang telah sah dan dilampiri oleh spesifikasi tersebut
kemudian diserahkan kepada bagian pembelian untuk dilakukan pemilihan
supplier handal. Bagian pembelian menyebarkan surat undangan kepada suppliersuplier yang telah tercantum dalam daftar supplier handal atau membuat surat
pemintaan penawaran harga kepada supplier yang meliputi harga, kualitas, waktu
dan ketepatan pengiriman.
Supplier membalas undangan dengan mengisi harga dan ketepatan
pengiriman. Setelah diterima oleh bagian pembelian, dilakukan evaluasi harga,
kesanggupan ketepatan pengiriman dan kualitas produk dalam hal kesesuaian
dengan spesifikasi yang telah ditetapkan. Bagian pembelian akan melakukan
monitoring untuk mengingatkan pemasok agar tepat waktu, biasanya kurang lebih
satu minggu sebelum jadwal kedatangan. Setelah waktu yang disepakati, barang
datang dan diterima oleh gudang.
Bagian gudang akan membuat Bukti Terima Barang Sementara (BTBS)
sebagai bukti penerimaan barang kemudian bagian laboratorium pengujian akan
mengambil sampel untuk diperiksa kualitasnya. Hasil pemeriksaan bahan baku
atau bahan kemas sesuai atau tidak dengan spesifikasi dapat dilihat dari Laporan
Analisis (LA) yang menentukan apakah bahan baku atau bahan kemas tersebut
diterima atau ditolak (kembali ke pemasok).
e. Bagian Produksi
Bagian Produksi dipimpin oleh seorang Manajer yang bertanggung jawab
langsung kepada Plant Manager. Tugas dan tanggung jawab Manajer Produksi
antara lain:
a) Bertanggung jawab atas terlaksananya pembuatan obat mulai dari
perolehan bahan baku, pengolahan, pengemasan, sampai pengiriman obat
ke gudang obat jadi.
b) Bertanggung jawab memeriksa CPB dan CKB
44
45
oleh tim khusus yang dibentuk untuk melakukan pemeriksaan di industri farmasi
yang akan menjadi rekanan. Setiap tahun dilakukan evaluasi maklooner untuk
mengetahui kinerjanya.
1. Bagian Produksi I ( Tablet Non Hormon)
Bagian Produksi I dikepalai oleh seorang Asisten Manajer yang memiliki
tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:
i.
ii.
iii.
iv.
v.
vi.
vii.
proses pembuatan obat. Pada ruang PS terdapat timbangan besar yang memiliki
kapasitas 60 kg atau untuk menimbang bahan > 25 kg. Kalibrasi untuk timbangan
dilakukan 1 tahun sekali atau 6 bulan sekali.
Bahan seperti nipagin, nipasol dapat ditimbang di penimbangan sentral,
sedangkan untuk bahan-bahan fitofarmaka dan kina penimbangan dilakukan di
masing-masing bagian produksi. Pada saat kegiatan penimbangan, yang
46
Bersihkan lantai dari kotoran sisa bahan baku dengan sapu atau vacuum
cleaner.
Lepaskan stop kontak dari sumber listrik, lindungi alat listrik dengan
plastik
Keringkan lantai dengan slaber karet dan lap pel, untuk dinding keringkan
dengan lap pel.
47
kering disebut massa luar. Apabila dosis kecil biasanya dilakukan granulasi
kering, namun juga memperhatikan sifat zat aktifnya. Untuk produk dengan dosis
kecil, misalnya Captopril, Vitamin C, Dexamethason, Papaverin, pembuatan
granulnya dengan membuat SLCT terlebih dahulu karena untuk produk dengan
dosis kecil untuk mencapai homogenitas kurang baik. SLCT merupakan proses
granulasi dasar tanpa mengandung bahan aktif, dimana pertama kali membuat
bahan pembantu dulu, baru kemudian dicampur dengan bahan aktifnya supaya
homogenitas dapat tercapai.
Alurnya yaitu terbitnya SPK untuk menimbang bahan kemudian dilakukan
koreksi bahan-bahan yang akan digunakan. Apabila bahan yang akan ditimbang
kurang maka pihak PS membuat Bon Permohonan Bahan (BPB) ke gudang. Lalu
membuat etiket mengenai bahan yang ditimbang seperti nama bahan, berat bersih
bahan.
2. Ruang Pembuatan Larutan Pengikat
Ruangan ini digunakan untuk mencampur semua bahan cair, yang
didalamnya terdapat mesin penangas, mesin pencampur dan timbangan.
Setelah terbentuk larutan, kemudian ditimbang kembali karena berat
dalam bentuk serbuk tidak sama dengan bentuk larutan sehingga perlu dilakukan
penimbangan sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan.
3. Ruang Granulasi
Alat: Diosna.
Alat ini digunakan untuk granulasi basah dan digunakan untuk mencampur
saja. Didalam alat ini terdapat 2 baling-baling yang letaknya dibawah dan
disamping. digunakan 2 baling agar menghasilkan homogenitas yang lebih baik.
Caranya: Bahan baku diaduk selama beberapa menit, lalu ditambahkan
pengikat diaduk selama beberapa menit dengan speed 1, setelah itu di aduk
dengan speed 2 selama beberapa menit sehingga dihasilkan granul yang masih
basah, kemudian dikeringkan di ruang pengeringan menggunakan Fluid Bed
Dryer (FBD).
4. Ruang pengeringan
Alat: Fluid Bed Dryer dan Oven (Farmex)
48
kemudian tong tersebut masuk dan dinaikkan ke bagian atas alat dengan
menggunakan
lift.
Didalam
alat
tersebut
juga
terdapat
alat
untuk
menyemprotkan udara dan penahan. Sistem kerja alat ini seperti dilempar-lempar,
dimana dibagian atas alat terdapat penyedot debu. Alat ini digunakan untuk semua
bahan yang tahan panas (dexamethason) dan untuk produk dengan batch size
besar. Pada alat ini juga diatur suhu inlet dan outletnya.
Oven, digunakan untuk produk dengan batch size kecil karena apabila
49
5. Ruang Pencetakan
Sebelum proses pencetakan dimulai, dilakukan set up mesin untuk
menyesuaikan berat, kekerasan, diameter, ketebalan dan friabilitas tablet dengan
spesifikasi yang telah ditetapkan. Hasil cetak dikarantina untuk menunggu hasil
pemeriksaan dari laboratorium pengujian, meliputi keseragaman kandungan dan
disolusi. Laboratorium akan mengeluarkan Laporan Analisa (LA) produk jadi
untuk tablet yang dikemas tanpa penyalutan.
Alat yang digunakan adalah Mesin Tablet Press dan alat yang digunakan
untuk mencetak tablet antara lain:
1) Killian 1
2) Killian 2
3) JCMCO 1 (tahan korosif/karat)
4) JCMCO 2
5) Cadmach CMB 4 1
6) Cadmach CMB 4 2
7) Cadmach CTX 40
8) Korsh PH 250 1
9) Korsh PH 250 2
10) Clitpress CJB 37
11) Clitpress CSD 29
Terdapat 2 tipe punch yaitu tipe B (kecil) dan D (besar). Untuk alat no 3,4,
11 menggunakan punch tipe D (diameter besar). Angka yang terdapat pada bagian
belakang tipe menggambarkan jumlah station punch, contoh Cadmach CTX 40,
Clitpress CJB 37, Clitpress CSD 29. Pemilihan tipe alat mana yang dipakai
tergantung dari ketersediaan punch dan sifat granulnya (bisa merusak alat atau
tidak), misal etambutol bersifat korosif sehingga menggunakan alat kilian
Contoh bahan yang menggunakan peralatan cetak tertentu:
50
Terdapat evaluasi efektivitas mesin (jam efektif dalam % dan jam tidak efektif
dalam %).
Dokumen yang terdapat dalam ruang pencetakan
yaitu catatan
untuk
mengukur
suhu
dan
kelembapan
ruangan
yaitu
51
Kapasitas: 75-110 kg
Nama produk yang saat itu diproses: Vitamin B complex forte
Sistem kerja alat: memutar
Pengisian larutan penyalut dilakukan secara manual setiap 10 menit.
Bahan penyalut:
Talk
Gelatin
Proses penyalutan:
Complexi (penyalutan 1) untuk proteksi dan supaya
larutan penyalut bisa menempel pada permukaan tablet
52
Untuk pemberian polising hanya untuk tablet yang disalut gula, sedangkan
OpaGloss untuk kina bentuk serbuk. Fungsi titan diokside untuk pemutih.
b) Salut Film
Nama alat: Film Coating (Accela Cota)
Kapasitas: 70-100 kg
Produk yang saat itu sedang diproduksi: Etambutol 500 mg
Pada alat ini terdapat spray gun, dimana prosesnya larutan disedot
menggunakan pipa lalu masuk ke dalam spray gun, langsung disemprotkan ke
tablet dan alat tersebut berputar. Pada alat ini juga terdapat pemanas atau steam
sehingga tablet yang telah tersalut langsung kering. Setelah tablet selesai disalut
lalu dikeringkan tujuannya untuk mencegah tablet agar tidak cepat rusak.
Bahan yang digunakan untuk salut film: Obadray, aqua, alkohol. Pemilihan
bahan penyalut tergantung bahan aktifnya. Contohnya, Aqua DM+obadray untuk
bahan seperti etambutol, klorpromasin, nifedipin, levofloxasin. Alkohol+obadray
untuk bahan seperti verapamil, ergotamil, proteksi kina. Bahan penyalut
disemprotkan tiap 70-100 g/menit.
Alat untuk pengkilatan adalah poushing dimana prosesnya tanpa
pemanasan karena bahan yang dipakai cepat kering. Alatnya berputar dengan rpm
tertentu per menit.
8. Pengemasan (Mesin stripping)
Bagian PPPI mengeluarkan SPK pengemasan untuk tablet. Macam
pengemas primer yang digunakan adalah strip, blister dan botol. Untuk blister dan
strip dilakukan pemeriksaan oleh Supervisor Dalam Proses Pengemasan (SPDPK)
meliputi estetika, tanggal kadaluarsa, nomor bets setiap 1 jam dan tes kebocoran
sebanyak tiga kali yaitu awal, tengah dan akhir proses kemas.
Pengemasan sekunder dilakukan setelah pengemasan primer selesai
dilakukan. Pemeriksaan oleh PDPK meliputi kesesuaian jumlah blister, strip
dalam dus dan botol dalam box, estetika, nomor bets, tanggal kadaluarsa dan
leaflet.
Mesin yang digunakan yaitu HCD, dengan cara:
53
2. Bagian Produksi II
Bagian produksi II merupakan bagian yang memproduksi serbuk, cairan
dan fitofarmaka. Sediaan serbuk yang diproduksi adalah oralit. Sediaan cair yang
diproduksi adalah sediaan sirup (sirup dextrometorphan, sirup parasetamol) dan
sediaan
suspensi
(suspensi
cotrimoxazole
dan
suspensi
kloramfenikol).
aqua
54
1) Serbuk
Alur proses produksi serbuk oralit dapat dilihat pada lampiran 5.
Sediaan serbuk yang diproduksi adalah oralit. PPPI mengeluarkan SPK
produksi yang dilampirir CPB dan BSTBB kepada Bagian Produksi II untuk
memproduksi oralit dalam jumlah tertentu dan dalam waktu tertentu yang sudah
ditetapkan. Bahan-bahan yang digunakan untuk produksi oralit adalah NaCl, KCl,
Sukrosa anhidrat dan essence. Proses produksi oralit dilakukan dalam ruangan
dengan suhu dan kelembaban terkontrol, kemudian dilakukan pencampuran bahan
dalam mesin supermixer.
Setelah dilakukan pencampuran, hasil pencampuran disimpan dan diberi
label kuning (karantina) untuk dilakukan sampling oleh bagian SPDPP, kemudian
dilakukan pemeriksaan oleh laboratorium pengujian yang meliputi pemerian, pH
dan kadar hasil pencampuran. setelah dinyatakan lulus uji, dilakukan pengisian
serbuk kedalam sachet dengan menggunakan mesin Rotar. Pemeriksaaan selama
pengisian yang meliputi keseragaman bobot sachet dan uji kebocoran dilakukan
oleh pelaksana PDPK. Uji kebocoran dilakukan dengan alat Vaccum Leag Tester,
kemudian kemasan sachet dibuka untuk mengetahui kebocoran.
Setelah lulus uji, dilakukan pengemasan sekunder dalam dus dan box.
Dilakukan pemeriksaan oleh Pelaksana PDPK meliputi estetika, jumlah sachet
dalam dus, jumlah dus dalam box, kelengkapan identitas kemasan. Pemeriksaan
dilakukan dengan pengambilan sampel sejumlah n +1 oleh SPA, jika lulus uji
diberi label setuju dikeluarkan selanjutnya produk jadi akan dikirimkan ke
gudang produk jadi.
Cara menguji kebocoran yaitu:
1. Masukkan blister atau strip ke eksikator, kemudian tutup eksikator
2. Tekan power on supaya pompa vakum bekerja
3. Pastikan tekanan udara, 20 cmHg, diamkan 3 menit
4. Tekan tombol off, lalu diamkan 3 menit
5. Keluarkan strip dari dalam eksikator
6. Bersihkan bagian luar blister dari larutan metilen blue
7. Keluarkan tablet dari dalam blister atau strip
55
8. Cek:
Apabila tablet basah dan warna biru karena metilen blue artinya ada
kebocoran.
2) Sirup
Alur proses produksi sirup dapat dilihat pada lampiran 6.
Proses produksi dimulai dengan penimbangan bahan di Penimbangan
Sentral. Kemudian dilakukan pembuatan sirup simpleks dengan menggunakan
alat Melting pada suhu tertentu. Setelah dilakukan pelarutan, lalu disaring
menggunakan kain monel.
Bahan aktif dan bahan tambahan (termasuk sirup simpleks) dilarutkan
dalam pelarut sesuai dengan CPB, pencampuran ini menggunakan Mixing Tank.
Kemudian dipindahkan dalam Storage Tank dan dilakukan sampling oleh
pelaksana PDPK. Lalu, dilakukan pemeriksaan pemerian, pH, bobot jenis dan
kadar oleh Laboratorium Pengujian.
Setelah lulus uji, dilakukan proses pengisian dalam botol melalui Storage
Tank sedikit demi sedikit. Pada tahap ini dilakukan pemeriksaan oleh bagian
SPDPK mengenai volume sediaan, kemudian dilakukan penutupan botol
menggunakan Cap Sealing Machine dengan pemeriksaan terhadap kerapatan atau
kekencangan tutup, penempelan etiket, serta penandaan kemasan oleh bagian
SPDPK. Setelah dinyatakan lulus uji, dilakukan proses pengemasan botol dalam
dus atau box. Pelaksana PDPK melakukan pemeriksaan meliputi estetika,
kerapatan tutup botol, leaflet dan jumlah botol dalam box. Setelah dinyatakan
lulus uji, produk jadi dikirim ke gudang produk jadi.
3) Suspensi
Skema alur proses produksi suspensi dapat dilihat dalam lampiran 7.
Proses produksi suspensi dimulai dengan pengayakan bahan aktif dan
CMC-Na, kemudian dilakukan penimbangan bahan aktif, CMC-Na dan bahan
tambahan di penimbangan sentral.
CMC-Na dikembangkan diatas air panas dan didiamkan selama satu
malam. Sirup simpleks dengan volume yang sesuai dicampur dengan zat aktif
56
yang sudah diayak dalam Mixer. Kemudian campuran sirup simpleks dan CMCNa dan campuran surfaktan dimasukkan dalam Koloid Mill, lalu campur
menggunakan Ultraturax. Hasil pencampuran tersebut dimasukkan ke dalam
Storange Tank (dikarantina) untuk disampling oleh bagian SPDPP. Pemeriksaan
yang dilakukan meliputi pemerian, pH, bobot jenis, kadar dan viskositas oleh
Laboratorium Pengujian.
Setelah lulus uji dilanjutkan dengan proses pengisian cairan ke dalam
botol. Bagian SPDPK melakukan pemeriksaan meliputi volume larutan, kemudian
dilakukan penutupan botol dengan Cap Sealing Machine. Setelah dilakukan
penutupan botol kemudian dilakukan pemeriksaan oleh SPDPK meliputi
kekencangan penutupan, penempelan etiket dan penandaannya, kemudian
dilakukan proses pengemasan sekunder dalam box. SPA melakukan pemeriksaan
akhir jumlah botol dalam box. Setelah dinyatakan lulus uji, produk jadi akan
dikirim ke gudang obat jadi.
4) Fitofarmaka
Produk fitofarmaka yang dihasilkan yaitu Enkasari yang dibuat dari
Tingtur Sirih, Tingtur Daun Saga dan Succus Liquiritae dan Batugin Eliksir yang
dibuat dari ekstrak Tempuyung dan Kejibeling. Alur proses produksi fitofarmaka
dapat dilihat pada lampiran 8 dan 9.
57
kontaminasi atau keluarnya mikropartikel bahan aktif dari dalam ruang produksi.
Pengaturan sistem tata udara di ruang produksi tablet (AHU) dengan ruang
produksi hormon berbeda, dimana untuk ruang produksi OC menggunakan 100%
fresh air sedangkan untuk ruang produksi placebo menggunakan 20% fresh air.
Selain itu pada pintu keluar dilengkapi dengan air shower untuk menghilangkan
partikel-partikel serbuk hormon. Penimbangan hormon dilakukan didalam
Laminar Air Flow (LAF) karena jumlah yang ditimbang sangat kecil serta untuk
menghindari kontaminasi hormon dalam ruangan. Terdapat juga dust collector
yang digunakan untuk menghisap dan menampung debu, caranya debu yang
terhisap akan disaring, kemudian debu ditampung kebawah, dan udara yang tidak
mengandung debu dibuang keluar.
Produksi tablet hormon dilakukan berdasarkan SPK Produksi dan SPK
Pengemasan dari PPPI, dimana PPPI sebelumnya telah mengevaluasi ketersediaan
bahan. SPK Produksi beserta CPB dan BSTBB akan diserahkan ke penimbangan
sentral khusus dibagian produksi hormon untuk dilakukan penimbangan bahan
(untuk tablet hormon) sesuai dengan yang tertera pada CPB. Selanjutnya bagian
produksi akan memeriksa apakah sudah sesuai dengan CPB. Bahan yang telah
ditimbang dibawa ke ruang produksi untuk kemudian diproses.
Selain ruangan memiliki sistem pengaturan udara khusus, personil yang
berkerja dalam ruang produksi hormon diberi pakaian kerja khusus antara lain
pakaian, masker, helm khusus yang dilengkapi dengan sistem filter udara.
Bahan aktif untuk hormon yaitu levonorgestrel dan etinilestradiol,
sedangkan placebo terdiri dari bahan-bahan pembantu yaitu pengisi, pengikat,
penghancur dan pelicir. Pada prinsipnya, pembuatan tablet hormon sama dengan
pembuatan tablet non hormon yaitu dengan proses granulasi basah.
Produksi tablet OC, setelah bahan ditimbang di LAF, kemudian dilakukan
proses granulasi basah dimana zat aktif dilarutkan larutan pengikat (didalam
Super Mixer) kemudian hasilnya disemprotkan ke Fluidbed Granulator (FBG)
secara bertahap selama 54 menit. Selanjutnya dilakukan pengeringan, pada proses
pengeringan ini dilakukan pemeriksaan IPC LOD untuk mengetahui kadar air
dalam granul kering. Selanjutnya granul diayak kering dengan mesin FitzMill.
58
Massa granul yang dihasilkan kemudian dicampur dengan fasa luar (bahan
pelincir) dengan mesin FBG. Kemudian dilakukan proses pencetakan dengan
mesin Killian.
Selama proses pencetakan dilakukan pemeriksaan IPC setiap meliputi
keseragaman bobot, ketebalan, diameter tablet, kekerasan, dan kerapuhan. Saat
tablet selesai dicetak dilakukan pemeriksaan oleh laboratorium pengujian yang
meliputi kadar, keseragaman kandungan, disolusi, pemerian, keseragaman bobot,
ketebalan, diameter tablet, kekerasan, kerapuhan, dan waktu hancur. Setelah tablet
placebo dan tablet OC dinyatakan lulus uji, selanjutnya masuk ke proses
pengemasan blistering dengan mesin BlisterUhlmann. Pada proses ini dilakukan
IPC meliputi uji kebocoran, estetika, dan kelengkapan penandaan pada kemasan,
selanjutnya dilakukan pengemasan sekunder dengan IPC meliputi estetika dan
perhitungan jumlah blister.
b) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Produk-produk yang dihasilkan oleh bagian AKDR yaitu Copper T Limas,
Copper T Libi, Copper T BKKBN dan Copper T untuk ekspor. Copper T yang
dihasilkan dinamakan Copper T 380 A karena terbuat dari frame T dengan lilitan
tembaga, plunger.
59
telah memeriksa, maka diterbitkan LA. Jumlah yang disampling N+1 untuk
masingmasing bets dan bila yang datang hanya 3 bets atau kurang maka akan
disampling semua. Jika ada bahan baku tertentu yang masih disimpan dalam
gudang dalam waktu relatif lama maka akan disampling ulang, contoh untuk
vitamin tiap 6 bulan sekali akan diperiksa ulang, bahan aktif setahun sekali dan
bahan pembantu 2 tahun sekali.
60
2.
3.
4.
5.
Hasil proses pencampuran menjadi massa cetak atau cairan (produk ruahan
atau produk antara) diperiksa di Pengawasan Mutu.
61
62
h. Pengembangan Produk
Pengembangan Produk merupakan bagian dari pengelolaan mutu, yang
bertanggung jawab terhadap pengembangan produk-produk lama dilingkungan
Plant Bandung.
1. Pengembangan Formula
Tugas & tanggung jawab:
Melakukan trial untuk bahan baku alternatif (zat aktif & tambahan).
63
Melakukan trial bahan kemas design baru atau dari supplier baru.
64
65
Selain pemeliharaan rutin baik mekanik, energi dan listrik, tiap-tiap bagian
dalam pabrik memiliki jadwal pemeriksaan rutin. Pemeliharaan ringan dilakukan
setiap satu bulan seperti pembersihan AHU (Air Handling Unit) filter, mesinmesin tablet pemeriksaannya setiap satu tahun. Perbaikan mesin tergantung dari
jenis mesin dan frekuensi pemakaian mesin.
Apabila terjadi kerusakan di salah satu bagian pabrik, bagian tersebut akan
membuat Surat Perintah Perbaikan Teknik (SPPTek) yang ditujukan kepada
Bagian Teknik dan Pemeliharaan. Bagian Teknik dan Pemeliharaan akan segera
ke lapangan untuk mengidentifikasi kerusakan. Apabila tidak membutuhkan
barang untuk perbaikan sarana tersebut, maka bagian teknik dan pemeliharaan
dapat langsung memperbaiki kerusakan. Apabila membutuhkan barang untuk
perbaikan kerusakan maka bagian teknik dan pemeliharaan membuat Surat
Permintaan Pembelian Barang Teknik (SPPBT) ditujukan kepada bagian
pembelian non produksi. SPPBT tersebut ditandatangani oleh asisten manajer
teknik dan pemeliharaan dan disetujui oleh plant manager.
Apabila kerusakan tidak dapat diperbaiki oleh bagian teknik dan
pemeliharaan, bagian pemeliharaan akan membuat SPK untuk pihak ketiga. SPK
dibuat oleh asisten manajer teknik dan pemeliharaan dan disetujui oleh plant
manajer. apabila peralatan telah diperbaiki, maka bagian yang mengajukan
permohonan perbaikan akan memeriksa peralatan tersebut dan jika sudah sesuai,
kepala manajer bagian tersebut akan menandatangani surat perbaikan yang
disetujui oleh plant manager.
66
BAB IV
TUGAS KHUSUS
A. LATAR BELAKANG
Salah satu ciri era globalisasi adalah semakin menipisnya batasbatas antar negara karena kemajuan teknologi terutama di bidang
komunikasi dan informasi. Globalisasi tidak bisa dihindari oleh siapa pun.
Mau tidak mau, globalisasi akan merambah semua negara dan segala
aspek yang ada di dalamnya. Dalam era globalisasi, negara yang memiliki
kekuatan ekonomi dan sumber daya manusia yang kuat akan
memenangkan persaingan global. Sebaliknya, negara yang lemah secara
ekonomi maupun sumber daya manusia, akan tersisih. Terkait dengan
ditanda tanganinya harmonisasi pasar ASEAN tahun 2008 oleh ke-11
pemimpin negara ASEAN, di mana kesehatan/produk farmasi, merupakan
salah satu komoditi yang ikut serta dalam harmonisasi pasar ASEAN
tersebut. Dengan adanya harmonisasi ini, semua produk dari negara
anggota ASEAN bebas masuk dan dipasarkan ke anggota yang lain,
termasuk produk farmasi tanpa adanya hambatan tarif bea masuk.
Dilihat dari segi kepentingan konsumen, era perdagangan bebas ini
sangat menguntungkan karena konsumen akan memiliki berbagai alternatif
dalam memenuhi kebutuhannya. Konsumen tentu akan memilih barang
atau jasa yang berkualitas dengan harga yang relatif murah serta pelayanan
yang lebih cepat/baik. Sedangkan dari sisi produsen, khususnya industri
dalam negeri, era globalisasi menjadi ancaman terutama terhadap produkproduk luar negeri yang selama ini harganya lebih mahal karena dikenakan
tarif bea masuk yang tinggi. Demikian pula sebaliknya terhadap produk
dalam negeri akan memperoleh kebebasan untuk memasuki pasar di luar
negeri. Kondisi ini tentunya akan memicu persaingan yang semakin tinggi,
khususnya di Indonesia, karena dengan jumlah penduduknya yang terbesar
di kawasan ASEAN, menjadikan Indonesia pasar yang sangat potensial.
67
(safety),
manjur/berkhasiat
(efficacy)
dan
dapat
diterima
(acceptable) oleh masyarakat. Oleh karena itu, obat yang diproduksi harus
mengalami proses penanganan secara ketat (highly regulated) dalam
pembuatannya sampai distribusinya ke konsumen. Untuk menjamin hal
tersebut maka diterapkan pedoman yaitu Cara Pembuatan Obat yang Baik
(CPOB) Terkini dan sertifikat ISO menurut standar International
Organization for Standarization.
Untuk membuktikan bahwa produk yang dihasilkan merupakan
produk yang berkualitas, maka perlu dilakukan pengawasan mutu salah
satunya adalah manajemen produksi, Salah satu aspek penting dalam
manajemen produksi di perusahaan farmasi adalah perencanaan, karena
dengan perencanaan yang baik dapat tercipta efisiensi yang tinggi yang
pada ujungnya akan meningkatkan profit perusahaan. Sebaliknya system
perencanaan yang buruk akan menimbulkan pemborosan, keterlambatan
supply dan biaya tinggi, hal ini yang harus selalu dihindari.
Perencanaan produksi sangat erat kaitannya dengan kapasitas
produksi, sumber daya yang tersedia mulai dari man power, material,
peralatan
pendukung
hingga
supporting
departemen.
Disisi
lain
68
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui nilai Lead time proses produksi 10 item produk
Pareto A di bagian produksi 1 Kimia farma plant Bandung
2. Untuk mengetahui penyebab perbedaan nilai lead time proses
produksi pada masing masing item produk yang sejenis.
3. Untuk mengetahui nilai CPK dan PPK dari lead time masingmasing item produk tersebut
D. MANFAAT
Dengan mengetahui mengetahui Lead Time proses produksi maka
anatara lain:
1. Dapat melakukan forecast terhadap lama waktu produksi,
jumlah kapasitas produksi dan biaya produksi.
2. Dapat lebih mengefisiensikan dan mengoptimalkan waktu
produksi terhadap jumlah kapasitas produksi.
3. Menjaga kualitas lebih seragam sesuai standar yang ada
4. Dapat
memudahkan
peramalan
(forecast)
pengadaan,
69
E. TINJAUAN PUSTAKA
a. Lead Time Proses Produksi dan perencanaan produksi
Secara umum Lead Time didefeniskan yaitu Jumlah menit, jam, atau
hari yang harus diizinkan untuk menyelesaikan operasi atau proses, atau
harus dilalui sebelum tindakan yang diinginkan terjadi. Lead Time
merupakan salah satu indicator terpenting untuk mengukur Kinerja bagian
Processing / Produksi, disamping quality dan cost pastinya. Dengan kata
lain
Lead
Time adalah
waktu
yang
diperlukan
oleh
bagian
2.
3.
Performance Engineering
4.
arrange
kecukupan bahan baku. Kunci utama dalam memperpendek lead time yaitu
pada kapasitas produksi yang terus ditingkatkan, dengan cara :
1. Control Proses Produksi dengan lebih baik
2. Penambahan Mesin
3. Re-engineering, atau up grade teknologi permesinan
Penjadwalan produksi merupakan salah satu tahap penting sebelum
memulai
kegiatan
produksi.
Waktu
penyelesaian
produk
patut
70
produksi
adalah
aktivitas produksi
yang sangat
mengenai
perencanaan
kapasitas
Makespan
(total
waktu
proses
yang
Jumlah persediaan.
dibutuhkan
untuk
71
72
selama
kegiatan
produksi
berjalan
harus
dilakukan
ada
system
produksi
yang
baku.
Masing-masing
73
74
kemungkinan itu adalah bahwa setiap item akan berada di luar spesifikasi.
(Neil Polhemus)
Ppk atau Indeks proses Kinerja pada dasarnya mencoba untuk
memverifikasi apakah sampel yang telah dihasilkan dari proses ini mampu
untuk memenuhi CTQs Pelanggan (persyaratan). Ini berbeda dengan Cpk
yang hanya berlaku untuk batch tertentu dari sampel. Sampel dari batch
mungkin harus cukup besar untuk mewakili variasi dalam batch. Proses
Kinerja hanya digunakan ketika kontrol proses tidak dapat dievaluasi.
Contoh dari ini adalah untuk pendek pra-produksi dijalankan. Proses
Kinerja umumnya menggunakan sigma sampel dalam perhitungan;
sedangkam Kapabilitas proses (Cpk) menggunakan nilai proses sigma
ditentukan baik dari diagram kontrol Range, Rentang atau Sigma Moving.
Praneet)
Cpk menperlihatkan apakah proses ini mampu dilakukan di masa
depan, dengan asumsi itu masih dalam keadaan kontrol statistik. Ppk
memperlihatkan bagaimana proses telah dilakukan di masa lalu. Anda tidak
dapat menggunakannya memprediksi masa depan, seperti dengan Cpk,
karena proses ini tidak dalam keadaan terkendali. Nilai untuk Cpk dan PPK
akan bertemu hampir nilai yang sama ketika proses berada dalam kendali
statistik. itu karena sigma dan standar deviasi sampel akan sama (setidaknya
dapat dibedakan oleh F-test). Ketika di luar kendali, nilai-nilai akan jelas
berbeda, mungkin dengan margin yang sangat luas. (Jim Parnella)
Persyaratan pengambilan kesimpulan dengan menggunakan program
Statistical Process Control ( SPC ) hanya menggunakan Upper Spesification
Limit ( USL ) dan Lower Spesification Limit ( LCL ). Berdasarkan pedoman
CPOB bahwa syarat diterimanya suatu proses adalah hanya CPK > 1,33.
Praktisi ahli statistic mengungkapkan bahwa PPK merupakan indeks yang
lebih bagus dari CPK maka nilai tersebut juga harus di tambahkan. Maka
disimpulkan untuk mengetahui proses dikatakan capable atau tidak adalah
CPK dan PPK. Jika Cpk dan Ppk 1 maka proses dikatakan capable.
Nilai tersebut merupakan nilai dari 4 sigma, perbedaan nilai C dan P adalah
75
F. METODOLOGI
1. Studi dan kajian pustaka
2. Pengumpulan data item dilakukan berdasarkan logbook tahun 2012-2014 dalam
hal ini mengkhususkan pada produk yang masuk 10 golongan pareto A di
kimia farma plant bandung.
3. Pembuatan database Lead Time produksi I dari proses penimbangan sentral
sampai proses pengemasan primer dari tahun 2012-2014
4. Melakukan analisis data dan kajian menggunakan Minitab 16.
76
G.
2-Feb-12
TGL. SELESAI
PENGEMASAN
12/03/12
7-Feb-12
30/05/12
42
19-Apr-12
01/06/12
44
19-Apr-12
25/06/12
33
24-May-12
29/06/12
37
13-Jun-12
06/02/13
28
A 130020 B
10-Jan-13
18/03/13
33
B 130203 B
14-Feb-13
30/03/13
45
B 130205 B
14-Feb-13
06/05/13
33
10
D 130421 B
4-Apr-13
03/05/13
30
11
D 130422 B
4-Apr-13
11/05/13
31
12
D 130449 B
11-Apr-13
16/05/13
36
13
D 130450 B
11-Apr-13
20/05/13
36
14
D 130507 B
15-Apr-13
03/07/13
44
15
E 130671 B
21-May-13
01/07/13
42
16
E 130672 B
21-May-13
10/07/13
38
17
F 130762 B
3-Jun-13
22/08/13
81
18
F 130763 B
3-Jun-13
20/09/13
38
19
H 131017 B
14-Aug-13
27/01/14
48
20
L 131533 B
11-Dec-13
07/02/14
59
21
L 131534 B
11-Dec-13
18/02/14
30
22
A 140056 B
20-Jan-14
26/02/14
38
23
A 140057 B
20-Jan-14
05/03/14
45
24
A 140058 B
20-Jan-14
03/03/14
43
25
A 140059 B
20-Jan-14
28/02/14
39
26
A 140081 B
21-Jan-14
07/03/14
46
NO.
NO. BATCH
TGL. SPKP
B 120139 B
B 120162 B
D 120628 B
D 120632 B
E 120844 B
F 120948 B
7
8
27
A 140083 B
21-Jan-14
30/04/14
34
28
D 140300 B
28-Mar-14
22/05/14
31
29
D 140463 B
22-Apr-14
28/05/14
37
30
D 140464 B
22-Apr-14
23/06/14
20
31
F 140602 B
4-Jun-14
16/07/14
37
KET.
BATCH
77
LSL
Individual V alue
50
_
X=37,61
40
30
LC L=21,65
20
1
10
13
16
O bser vation
19
22
25
Within
Ov erall
P otential (Within) C apability
Cp
1,07
C P L 1,04
C P U 1,09
C pk
1,04
O v erall C apability
28
20
M oving Range
USL
P rocess D ata
LS L
21
Target
*
USL
55
S ample M ean
37,6071
S ample N
28
S tD ev (Within)
5,31915
S tD ev (O v erall) 5,52663
Pp
PPL
PPU
P pk
C pm
U C L=19,60
15
10
__
M R=6
5
0
LC L=0
1
10
13
16
O bser vation
19
22
25
28
25
O bserv ed P erformance
P P M < LS L 0,00
P P M > U S L 0,00
P P M Total
0,00
30
35
40
45
50
55
AMBROXOL TABLET
NO.
NO. BATCH
TGL.SPKP
TGL. SELESAI
PENGEMASAN
LEAD TIME
PROSES (HARI)
A 120016 B
3-Jan-12
06/02/12
35
A 120017 B
3-Jan-12
09/02/12
38
A 120099 B
24-Jan-12
15/02/12
23
A 120118 B
24-Jan-12
20/02/12
28
B 120140 B
2-Feb-12
28/02/12
27
B 120141 B
2-Feb-12
19/03/12
47
B 120163 B
7-Feb-12
15/03/12
38
C 120485 B
27-Mar-12
30/04/12
35
C 120486 B
27-Mar-12
01/05/12
36
10
D 120494 B
30-Mar-12
30/05/12
62
11
D 120546 B
9-Apr-12
15/05/12
37
12
D 120630 B
19-Apr-12
26/05/12
38
13
D 120634 B
19-Apr-12
01/06/12
44
14
D 120635 B
19-Apr-12
02/06/12
45
15
E 120846 B
24-May-12
18/06/12
26
16
A 130087 B
21-Jan-13
18/02/13
29
17
B 130131 B
1-Feb-13
27/02/13
27
18
C 130315 B
14-Mar-13
08/04/13
26
19
G 130967 B
17-Jul-13
27/08/13
42
20
G 130968 B
17-Jul-13
29/08/13
44
21
G 130969 B
17-Jul-13
02/09/13
48
22
H 131018 B
14-Aug-13
06/09/13
24
23
H 131019 B
14-Aug-13
10/09/13
28
24
H 131020 B
14-Aug-13
14/10/13
62
25
A 140060 B
20-Jan-14
27/02/14
39
26
A 140061 B
20-Jan-14
20/02/14
32
27
A 140098 B
28-Jan-14
04/03/14
36
28
A 140099 B
28-Jan-14
07/03/14
39
29
A 140102 B
28-Jan-14
11/03/14
43
30
B 140119 B
30-Jan-14
24/03/14
54
31
B 140120 B
30-Jan-14
25/03/14
55
32
D 140362 B
3-Apr-14
25/04/14
23
batch
33
D 140363 B
3-Apr-14
29/04/14
27
KET.
batch
batch
Lama simpan spk belum dikemas
1,03
1,00
1,05
1,00
*
78
34
D 140465 B
22-Apr-14
15/05/14
24
35
D 140466 B
22-Apr-14
19/05/14
28
36
F140603 B
4-Jun-14
30/06/14
27
37
G 140750 B
7-Jul-14
20/08/14
45
38
G 140751 B
7-Jul-14
15/08/14
40
39
G 140775 B
14-Jul-14
19/08/14
37
40
G 140776 B
21-Jul-14
23/08/14
34
batch
Individual V alue
50
40
_
X=36,03
30
LC L=20,34
20
1
10
13
16
O bser vation
19
22
25
28
31
20
M oving Range
U C L=19,28
15
10
__
M R=5,9
5
0
LC L=0
1
10
13
16
O bser vation
19
22
25
28
31
USL
Within
Ov erall
P rocess D ata
LS L
18
Target
*
USL
52
S ample M ean
36,0323
S ample N
31
S tD ev (Within)
5,2305
S tD ev (O v erall) 6,85801
20
O bserv ed P erformance
P P M < LS L 0,00
P P M > U S L 0,00
P P M Total
0,00
25
30
35
40
45
50
0,83
0,88
0,78
0,78
*
79
CAPTOPRIL 25
NO.
NO.BATCH
TGL. SPKP
TGL. SELESAI
PENGEMASAN
KET.
A 120033 B
10-Jan-12
30/01/12
21
A 120034 B
10-Jan-12
15/02/12
37
A 120071 B
13-Jan-12
21/02/12
40
B 120143 B
2-Feb-12
07/03/12
35
C 120305 B
29-Feb-12
05/04/12
37
C 120383 B
7-Mar-12
13/04/12
38
C 120487 B
27-Mar-12
30/04/12
35
C 120488 B
27-Mar-12
05/05/12
40
D 120496 B
30-Mar-12
11/05/12
43
D 120631 B
19-Apr-12
03/07/12
76
11
D 120683 B
26-Apr-12
12/06/12
48
12
E 120699 B
7-May-12
27/06/12
52
13
E 120785 B
14-May-12
12/07/12
60
14
C 130277 B
8-Mar-13
18/04/13
42
15
C 130338 B
18-Mar-13
24/04/13
38
16
D 130424 B
4-Apr-13
16/05/13
43
17
E 130588 B
30-Apr-13
28/05/13
29
18
G 130881 B
2-Jul-13
19/09/13
80
19
G 130971 B
17-Jul-13
23/09/13
69
20
G 130972 B
17-Jul-13
26/09/13
72
21
G 130973 B
17-Jul-13
10/10/13
86
2-Aug-13
21/10/13
81
10
22
23
H 131028 B
H 131029 B
2x MH
14-Aug-13
23/10/13
71
24
L 131502 B
2-Dec-13
21/01/14
51
25
L 131503 B
2-Dec-13
29/01/14
59
26
A 140025 B
3-Jan-14
20/03/14
77
27
A 140026 B
3-Jan-14
24/03/14
81
28
B 140110 B
30-Jan-14
27/03/14
57
3-Feb-14
11/04/14
68
29
B 140111 B
30
B 140168 B
17-Feb-14
12/04/14
55
31
D 140364 B
4-Apr-14
09/05/14
36
32
D 140365 B
4-Apr-14
13/05/14
40
33
D 140397 B
15-Apr-14
23/05/14
39
34
D 140398 B
15-Apr-14
10/06/14
57
35
D 140467 B
23-Apr-14
11/06/14
50
36
D 140468 B
23-Apr-14
16/06/14
55
37
E 140524 B
6-May-14
18/06/14
44
38
F 140606 B
4-Jun-14
17/07/14
44
39
F 140607 B
4-Jun-14
24/07/14
51
40
G 140748 B
7-Jul-14
23/08/14
48
41
G 140749 B
7-Jul-14
27/08/14
52
42
G 140773 B
14-Jul-14
29/08/14
47
80
Individual V alue
60
U C L=59,66
50
_
X=43,30
40
30
LC L=26,93
1
10
13
16
O bser vation
19
22
25
U C L=20,11
M oving Range
20
15
10
__
M R=6,15
5
0
LC L=0
1
10
13
16
O bser vation
19
22
25
USL
Within
Ov erall
P rocess Data
LS L
25
Target
*
USL
60
S ample M ean
43,2963
S ample N
27
S tDev (Within)
5,45554
S tDev (O v erall) 6,88261
30
O bserv ed P erformance
P P M < LS L 0,00
P P M > U S L 0,00
P P M Total
0,00
36
42
48
54
60
0,85
0,89
0,81
0,81
*
81
CIMETIDINE
3-Jan-12
TGL. SELESAI
PENGEMASAN
10/02/12
13-Jan-12
24/02/12
43
C 120382 B
7-Mar-12
14/04/12
39
C 120405 B
12-Mar-12
14/04/12
34
D 120583 B
11-Apr-12
24/05/12
44
E 120712 B
7-May-12
13/06/12
38
A 130099 B
25-Jan-13
15/02/13
22
H 131030 B
14-Aug-13
24/09/13
42
L 131531 B
11-Dec-13
11/02/14
63
10
B 140138 B
11-Feb-14
27/03/14
45
11
D 140303 B
28-Mar-14
26/04/14
30
12
G 140753 B
7-Jul-14
27/08/14
52
NO.
NO. BATCH
A 120018 B
A 120084 B
3
4
TGL. SPKP
Individual Value
U C L=56,29
50
_
X=39,33
40
30
LC L=22,38
20
1
5
O bser vation
U C L=20,83
20
15
10
__
M R=6,38
5
0
LC L=0
1
5
O bser vation
USL
W ithin
Ov erall
P rocess D ata
LS L
20
Target
*
USL
55
S ample M ean
39,3333
S ample N
9
S tD ev (Within)
5,6516
S tD ev (O v erall) 4,89898
24
O bserv ed P erformance
P P M < LS L
0,00
P P M > U S L 0,00
P P M Total
0,00
30
36
42
48
54
KET.
batch
Moving Range
1,19
1,32
1,07
1,07
*
82
DIMENHIDRINATE
TGL.SPKP
TGL. SELESAI
PENGEMASAN
A 120073 B
13-Jan-12
13/02/12
32
B 120233 B
20-Feb-12
26/03/12
36
C 120311 B
29-Feb-12
03/04/12
35
D 120498 B
30-Mar-12
23/04/12
25
E 120852 B
24-May-12
24/06/12
32
E 120853 B
24-May-12
14/06/12
22
A 130026 B
10-Jan-13
09/02/13
31
A 130101 B
25-Jan-13
21/02/13
28
C 130292 B
8-Mar-13
18/04/13
42
10
C 130293 B
8-Mar-13
03/05/13
57
11
D 130381 B
1-Apr-13
03/05/13
33
12
D 130382 B
1-Apr-13
06/05/13
36
13
D 130512 B
15-Apr-13
24/05/13
40
14
D 130513 B
15-Apr-13
03/06/13
50
15
E 130541 B
30-Apr-13
21/06/13
53
16
E 130680 B
23-May-13
01/07/13
40
17
E 130681 B
23-May-13
16/07/13
55
18
F 130767 B
3-Jun-13
26/07/13
54
19
G 130886 B
2-Jul-13
06/09/13
67
20
I 131188 B
12-Sep-13
25/10/13
44
21
I 131190 B
12-Sep-13
28/10/13
47
22
J 131189 B
30-Sep-13
14/11/13
46
23
L 131580 B
23-Dec-13
05/02/14
45
24
L 131580 B
23-Dec-13
17/02/14
57
25
C 140223 B
6-Mar-14
29/03/14
24
26
C 140224 B
6-Mar-14
07/04/14
33
27
C 140225 B
6-Mar-14
11/04/14
37
28
C 140226 B
6-Mar-14
07/05/14
63
29
C 140239 B
10-Mar-14
05/05/14
57
30
C 140246 B
10-Mar-14
10/05/14
62
31
D 140414 B
17-Apr-14
02/06/14
47
32
D 140415 B
17-Apr-14
03/06/14
48
33
E 140492 B
5-May-14
04/06/14
31
34
E 140526 B
12-May-14
16/06/14
36
35
E 140538 B
12-May-14
19/06/14
39
36
F 140608 B
4-Jun-14
23/07/14
50
37
F 140691 B
19-Jun-14
15/08/14
58
38
G 140735 B
1-Jul-14
20/08/14
51
39
G 140736 B
2-Jul-14
02/09/14
63
40
G 140781 B
21-Jul-14
11/09/14
53
NO.
NO.BATCH
1
2
KET.
2/3 batch
83
Individual V alue
60
50
_
X=43,42
40
30
LC L=22,40
20
1
10
13
16
19
O bser vation
22
25
28
31
U C L=25,83
M oving Range
24
18
12
__
M R=7,91
6
0
LC L=0
1
10
13
16
19
O bser vation
22
25
28
31
USL
Within
Ov erall
P rocess Data
LS L
28
Target
*
USL
60
S ample M ean
43,4242
S ample N
33
S tDev (Within)
7,00909
S tDev (O v erall) 9,25686
24
O bserv ed P erformance
P P M < LS L 0,00
P P M > U S L 0,00
P P M Total
0,00
32
40
48
56
64
0,58
0,56
0,60
0,56
*
84
FUROSEMID
NO.
NO. BATCH
TGL.SPKP
TGL. SELESAI
PENGEMASAN
B 120281 B
27-Feb-12
04/04/12
38
B 120282 B
27-Feb-12
10/04/12
44
C 120408 B
12-Mar-12
26/04/12
46
A 130067 B
16-Jan-13
14/02/13
30
D 130514 B
15-Apr-13
07/06/13
54
E 130584 B
30-Apr-13
17/06/13
49
E 130688 B
20-May-13
10/07/13
52
E 130689 B
20-May-13
22/06/13
34
E 130690 B
23-May-13
16/07/13
55
10
F 130691 B
31-May-13
25/07/13
56
11
F 130692 B
31-May-13
26/07/13
57
12
F 130693 B
31-May-13
05/07/13
36
13
F 130822 B
18-Jun-13
3/09/13
78
14
F 130827 B
18-Jun-13
27/08/13
71
15
I 131156 B
2-Sep-13
31/10/13
60
16
I 131157 B
3-Sep-13
08/10/13
36
17
J 131233 B
30-Sep-13
04/11/13
36
18
J 131234 B
30-Sep-13
07/11/13
39
19
J 131235 B
30-Sep-13
16/11/13
48
20
J 131236 B
30-Sep-13
24/11/13
56
21
J 131237 B
30-Sep-13
25/11/13
57
22
J 131238 B
30-Sep-13
09/11/13
41
23
A 140019 B
3-Jan-14
13/02/14
42
24
A 140020 B
3-Jan-14
06/03/14
63
25
A 140066 B
20-Jan-14
14/03/14
54
26
A 140097 B
28-Jan-14
22/03/14
54
27
D 140424 B
14-Apr-14
20/05/14
37
KET.
Individual V alue
70
U C L=68,06
LSL
60
50
_
X=45,70
40
30
LC L=23,33
1
11
13
O bser vation
15
17
19
21
USL
Within
Ov erall
P rocess Data
LS L
25
Target
*
USL
65
S ample M ean
45,6957
S ample N
23
S tDev (Within)
7,45487
S tDev (O v erall) 8,79274
23
Pp
PPL
PPU
P pk
C pm
30
M oving Range
U C L=27,47
20
__
M R=8,41
10
LC L=0
1
11
13
O bser vation
15
17
19
21
23
30
O bserv ed P erformance
P P M < LS L 0,00
P P M > U S L 0,00
P P M Total
0,00
36
42
48
54
60
66
0,76
0,78
0,73
0,73
*
85
HCT 25
10-Jan-12
TGL. SELESAI
PENGEMASAN
03/02/12
A 120074 B
17-Jan-12
09/02/12
24
A 120075 B
17-Jan-12
13/02/12
28
B 120183 B
8-Feb-12
07/03/12
29
NO.
NO. BATCH
TGL.SPKP
A 120043 B
2
3
4
5
B 120184 B
8-Feb-12
08/03/12
30
C 120437 B
16-Mar-12
11/04/12
27
C 120438 B
16-Mar-12
13/04/12
29
D 120499 B
30-Mar-12
25/04/12
27
KET.
B 130144 B
7-Feb-13
20/03/13
42
10
B 130145 B
7-Feb-13
21/03/13
43
11
B 130146 B
7-Feb-13
07/03/13
29
12
C 130295 B
5-Mar-13
05/04/13
32
13
C 130296 B
5-Mar-13
09/04/13
36
14
D 130430 B
4-Apr-13
15/05/13
42
15
D 130431 B
4-Apr-13
17/05/13
44
16
E 130591 B
30-Apr-13
07/06/13
39
17
G 130894 B
2-Jul-13
11/09/13
72
18
G 130895 B
2-Jul-13
11/09/13
72
19
G 130981 B
17-Jul-13
19/09/13
65
20
G 130982 B
17-Jul-13
23/09/13
69
21
G 130983 B
17-Jul-13
24/09/13
70
22
I 131108 B
2-Sep-13
08/10/13
37
23
I 131109 B
2-Sep-13
09/10/13
38
24
J 131371 B
17-Oct-13
19/11/13
34
25
F 140698 B
19-Jun-14
23/08/14
66
Individual V alue
45
U C L=43,91
40
_
X=33,42
35
30
25
LC L=22,93
1
M oving Range
16
9
11
O bser vation
1
13
15
17
LSL
USL
Within
Ov erall
P rocess Data
LS L
20
Target
*
USL
48
S ample M ean
33,4211
S ample N
19
S tDev (Within)
3,49685
S tDev (O v erall) 6,52615
19
Pp
PPL
PPU
P pk
C pm
U C L=12,89
12
8
__
M R=3,94
4
0
LC L=0
1
9
11
O bser vation
13
15
17
19
20
O bserv ed P erformance
P P M < LS L 0,00
P P M > U S L 0,00
P P M Total
0,00
25
30
35
40
45
0,72
0,69
0,74
0,69
*
86
PIROXICAM 10
17-Jan-12
TGL. SELESAI
PENGEMASAN
12/02/12
8-Feb-12
19/03/12
41
8-Mar-12
14/04/12
38
D 120571 B
9-Apr-12
08/05/12
30
A 130032 B
9-Jan-13
01/02/13
24
1/3 Batch
A 130048 B
9-Jan-13
18/03/13
69
Pencampuran ulang
A 130049 B
9-Jan-13
23/03/13
74
Pencampuran ulang
A 130050 B
9-Jan-13
27/03/13
78
Pencampuran ulang
A 130106 B
28-Jan-13
04/03/13
36
10
B 130147 B
7-Feb-13
20/03/13
42
11
D 130434 B
4-Apr-13
16/05/13
43
12
E 130594 B
30-Apr-13
01/06/13
33
13
E 130632 B
8-May-13
17/06/13
41
14
E 130651 B
15-May-13
26/06/13
43
15
I 131134 B
2-Sep-13
29/10/13
58
Primer (Mch)
16
J 131375 B
17-Oct-13
13/11/13
28
batch
NO.
NO. BATCH
TGL. SPKP
A 120080 B
B 120175 B
C 120395 B
4
5
Ket.
Primer Batch
17
J 131376 B
17-Oct-13
19/11/13
34
18
K 131450 B
11-Nov-13
20/12/13
40
19
L 131536 B
24-Dec-13
27/01/14
35
20
B 140145 B
7-Feb-14
21/03/14
43
21
B 140146 B
7-Feb-14
20/03/14
42
22
D 140371 B
4-Apr-14
30/04/14
27
23
D 140372 B
4-Apr-14
10/05/14
37
24
E 140531 B
12-May-14
10/06/14
30
25
E 140532 B
12-May-14
19/06/14
39
26
F 140683 B
18-Jun-14
17/07/14
30
27
F 140684 B
18-Jun-14
05/08/14
49
Primer (Mch)
28
H 140866 B
25-Aug-14
13/09/14
20
2/3 batch
batch
LSL
Individual V alue
50
40
_
X=37,61
30
LC L=21,50
20
1
9
11
O bser vation
13
15
Within
Overall
P otential (Within) C apability
Cp
1,02
C P L 1,03
C P U 1,02
C pk 1,02
O v erall C apability
17
20
M oving Range
USL
P rocess Data
LS L
21
Target
*
USL
54
S ample M ean
37,6111
S ample N
18
S tDev (Within) 5,3713
S tDev (O v erall) 4,69216
Pp
PPL
PPU
P pk
C pm
U C L=19,80
15
10
__
M R=6,06
5
0
LC L=0
1
9
11
O bser vation
13
15
17
24
O bserv ed P erformance
P P M < LS L 0,00
P P M > U S L 0,00
P P M Total
0,00
30
36
42
48
54
1,17
1,18
1,16
1,16
*
87
PIROXICAM 20
NO.
NO. BATCH
TGL. SPKP
TGL. SELESAI
PENGEMASAN
A 120010 B
3-Jan-12
02/03/12
60
A 120011 B
3-Jan-12
27/02/12
56
A 120124 B
25-Jan-12
02/03/12
38
B 120154 B
2-Feb-12
03/03/12
31
B 120155 B
2-Feb-12
09/03/12
37
B 120238 B
20-Feb-12
29/03/12
39
B 120283 B
28-Feb-12
21/03/12
23
B 120285 B
28-Feb-12
05/04/12
38
C 120469 B
21-Mar-12
25/04/12
36
C 120470 B
21-Mar-12
01/05/12
42
10
D 120572 B
9-Apr-12
03/05/12
25
11
D 120594 B
11-Apr-12
06/06/12
57
12
D 120595 B
11-Apr-12
14/05/12
34
13
D 120596 B
11-Apr-12
08/06/12
59
14
D 120597 B
11-Apr-12
09/06/12
60
15
D 120645 B
19-Apr-12
13/06/12
56
16
E 120684 B
2-May-12
07/06/12
37
17
E 120685 B
2-May-12
19/06/12
49
18
E 120697 B
2-May-12
19/06/12
49
19
C 130336 B
18-Mar-13
24/04/13
38
20
D 130437 B
4-Apr-13
13/05/13
40
21
E 130633 B
7-May-13
31/05/13
25
22
E 130635 B
7-May-13
13/06/13
38
23
E 130652 B
15-May-13
17/06/13
34
24
E 130654 B
15-May-13
20/06/13
37
25
E 130668 B
20-May-13
25/06/13
37
26
F 130838 B
18-Jun-13
01/08/13
45
27
G 130840 B
1-Jul-13
05/08/13
36
28
G 130841 B
1-Jul-13
09/09/13
71
29
G 130901 B
9-Jul-13
13/09/13
67
30
G 130902 B
9-Jul-13
20/09/13
74
31
I 131102 B
30-Aug-13
04/10/13
36
32
I 131103 B
30-Aug-13
04/10/13
36
33
I 131104 B
2-Sep-13
08/10/13
37
34
I 131105 B
2-Sep-13
11/10/13
40
35
I 131135 B
3-Sep-13
18/10/13
46
36
I 131136 B
3-Sep-13
28/10/13
56
37
I 131137 B
3-Sep-13
21/10/13
49
38
I 131138 B
3-Sep-13
28/10/13
56
39
I 131209 B
12-Sep-13
24/10/13
43
40
I 131210 B
12-Sep-13
06/11/13
56
41
I 131211 B
12-Sep-13
09/11/13
59
42
I 131212 B
12-Sep-13
13/11/13
63
43
I 131213 B
12-Sep-13
15/11/13
65
44
I 131214 B
12-Sep-13
19/11/13
69
KET.
batch
batch
Batch
2/3 batch
88
45
I 131215 B
12-Sep-13
19/11/13
69
46
K 131451 B
11-Nov-13
19/12/13
39
47
K 131486 B
26-Nov-13
02/01/14
38
48
K 131487 B
26-Nov-13
17/01/14
53
49
L 131508 B
2-Dec-13
21/01/14
51
50
L 131509 B
2-Dec-13
06/02/14
67
51
L 131510 B
2-Dec-13
28/01/14
58
52
L 131511 B
2-Dec-13
18/02/14
79
MH kurang (2)
53
L 131512 B
2-Dec-13
24/02/14
85
54
L 131539 B
23-Dec-13
27/02/14
67
55
L 131540 B
24-Dec-13
06/03/14
73
56
L 131541 B
24-Dec-13
06/03/14
73
57
A 140016 B
3-Jan-14
13/03/14
70
MH kurang (2)
58
A 140017 B
3-Jan-14
11/03/14
68
MH kurang (2)
59
A 140070 B
20-Jan-14
21/03/14
61
60
B 140113 B
30-Jan-14
26/03/14
56
61
B 140114 B
30-Jan-14
25/03/14
55
62
B 140115 B
30-Jan-14
04/04/14
65
63
B 140142 B
7-Feb-14
02/04/14
55
64
B 140143 B
7-Feb-14
21/03/14
43
65
B 140190 B
20-Feb-14
07/04/14
47
66
B 140191 B
20-Feb-14
10/04/14
50
67
B 140202 B
25-Feb-14
28/03/14
32
68
B 140203 B
25-Feb-14
04/04/14
39
69
D 140341 B
2-Apr-14
05/05/14
34
70
D 140373 B
4-Apr-14
10/05/14
37
71
D 140374 B
4-Apr-14
13/05/14
40
72
D 140399 B
14-Apr-14
19/05/14
36
73
D 140400 B
14-Apr-14
21/05/14
38
74
D 140401 B
14-Apr-14
16/05/14
33
75
D 140402 B
14-Apr-14
19/05/14
36
76
D 140473 B
22-Apr-14
29/05/14
38
77
D 140474 B
22-Apr-14
22/05/14
31
78
D 140475 B
22-Apr-14
29/05/14
38
79
D 140476 B
22-Apr-14
03/06/14
43
80
E 140507 B
5-May-14
02/06/14
29
81
E 140533 B
12-May-14
12/06/14
32
82
E 140572 B
19-May-14
24/06/14
37
83
E 140573 B
19-May-14
17/06/14
30
84
E 140574 B
19-May-14
23/06/14
36
85
E 140575 B
19-May-14
27/06/14
40
86
E 140576 B
19-May-14
19/06/14
32
87
E 140577 B
19-May-14
25/06/14
38
88
E 140578 B
19-May-14
30/06/14
43
89
F 140618 B
4-Jun-14
22/07/14
49
90
F 140619 B
4-Jun-14
25/07/14
52
91
F 140685 B
19-Jun-14
08/08/14
51
92
F 140686 B
19-Jun-14
14/08/14
57
batch
VDS CONCURNT
Pencampuran ulang
batch pengemasan
89
93
F 140687 B
19-Jun-14
19/08/14
62
94
G 140732 B
1-Jul-14
19/08/14
50
Individual V alue
U C L=62,00
60
50
_
X=45,72
40
30
LC L=29,44
1
15
22
29
36
O bser vation
43
50
57
64
24
M oving Range
U C L=20,00
18
12
__
M R=6,12
6
0
LC L=0
1
15
22
29
36
O bser vation
43
50
57
64
USL
Within
Ov erall
P rocess Data
LS L
25
Target
*
USL
65
S ample M ean
45,7164
S ample N
67
S tDev (Within)
5,42661
S tDev (O v erall) 8,9185
30,0
O bserv ed P erformance
P P M < LS L 0,00
P P M > U S L 0,00
P P M Total
0,00
37,5
45,0
52,5
60,0
0,75
0,77
0,72
0,72
*
90
SIMVASTATIN 20
NO.
NO. BATCH
TGL.SPKP
TGL.SELESAI
A 120054 B
10-Jan-12
07/02/12
29
A 120055 B
10-Jan-12
10/03/12
61
B 120126 B
31-Jan-12
21/02/12
22
B 120127 B
31-Jan-12
25/02/12
26
B 120158 B
2-Feb-12
05/03/12
33
D 120579 B
9-Apr-12
12/05/12
34
D 120580 B
9-Apr-12
21/05/12
43
D 120639 B
19-Apr-12
04/06/12
47
D 120640 B
19-Apr-12
05/06/12
48
10
E 120682 B
26-Apr-12
07/06/12
43
11
E 120710 B
2-May-12
09/06/12
39
12
E 120711 B
7-May-12
14/06/12
39
13
A 130075 B
18-Jan-13
04/03/13
46
14
A 130109 B
31-Jan-13
28/02/13
29
15
C 130279 B
8-Mar-13
12/04/13
36
16
C 130313 B
13-Mar-13
16/04/13
35
17
C 130337 B
18-Mar-13
20/04/13
34
18
E 130595 B
30-Apr-13
28/05/13
29
19
E 130596 B
30-Apr-13
11/06/13
43
20
E 130597 B
30-Apr-13
03/06/13
35
21
E 130598 B
2-May-13
12/06/13
42
22
E 130617 B
7-May-13
14/06/13
39
23
E 130618 B
7-May-13
19/06/13
44
24
E 130619 B
7-May-13
21/06/13
46
25
E 130627 B
7-May-13
06/07/13
61
26
E 130656 B
15-May-13
12/07/13
59
27
E 130657 B
15-May-13
13/07/13
60
28
F 130847 B
18-Jun-13
29/07/13
42
29
F 130848 B
18-Jun-13
03/08/13
47
30
G 131001 B
25-Jul-13
27/08/13
34
31
G 131002 B
25-Jul-13
02/09/13
40
32
G 131003 B
25-Jul-13
06/09/13
44
33
G 131004 B
25-Jul-13
10/09/13
48
34
H 131014 B
14-Aug-13
14/10/13
62
35
H 131015 B
14-Aug-13
12/10/13
60
36
H 131016 B
14-Aug-13
30/09/13
48
37
I 131148 B
2-Sep-13
24/10/13
53
38
I 131149 B
3-Sep-13
26/10/13
54
39
I 131199 B
12-Sep-13
30/10/13
49
40
I 131200 B
12-Sep-13
05/11/13
55
41
K 131419 B
4-Nov-13
25/11/13
22
2/3 batch
42
K 131420 B
4-Nov-13
28/11/13
25
2/3 batch
43
K 131421 B
4-Nov-13
29/11/13
26
2/3 batch
KET.
Lama karantina hasil cetak dan batch
campuran
batch
91
44
K48 131453 B
12-Nov-13
31/12/13
50
45
L 131538 B
11-Dec-13
29/01/14
50
46
B 140182 B
20-Feb-14
28/03/14
37
47
B 140183 B
20-Feb-14
04/04/14
44
48
B 140184 B
20-Feb-14
07/04/14
47
49
B 140185 B
20-Feb-14
11/04/14
51
50
B 140198 B
25-Feb-14
10/04/14
45
51
C 140199 B
28-Feb-14
12/04/14
44
52
C 140218 B
4-Mar-14
21/04/14
49
53
C 140219 B
5-Mar-14
16/04/14
43
54
C 140227 B
5-Mar-14
16/04/14
43
55
C 140228 B
5-Mar-14
15/04/14
42
56
D 140337 B
2-Apr-14
05/05/14
34
57
D 140338 B
2-Apr-14
06/05/14
35
58
D 140377 B
4-Apr-14
09/05/14
36
59
D 140378 B
4-Apr-14
13/05/14
40
60
E 140510 B
5-May-14
31/05/14
27
61
E 140511 B
5-May-14
29/05/14
25
62
E 140512 B
5-May-14
03/06/14
30
63
E 140513 B
5-May-14
06/06/14
33
64
E 140535 B
12-May-14
10/06/14
30
65
E 140536 B
12-May-14
12/06/14
32
66
F 140613 B
4-Jun-14
02/07/14
29
67
F 140614 B
4-Jun-14
03/07/14
30
68
F 140644 B
10-Jun-14
08/07/14
29
69
F 140645 B
10-Jun-14
07/07/14
28
70
F 140689 B
26-Jun-14
12/08/14
48
71
G 140727 B
1-Jul-14
18/08/14
49
72
G 140728 B
8-Jul-14
21/08/14
45
73
G 140793 B
23-Jul-14
25/08/14
34
Individual V alue
54
U C L=51,98
48
42
_
X=39,24
36
30
LC L=26,50
13
19
25
31
O bser vation
37
43
49
LSL
USL
Within
Ov erall
P rocess D ata
LS L
23
Target
*
USL
55
S ample M ean
39,2414
S ample N
58
S tD ev (Within)
4,24599
S tD ev (O v erall) 7,21915
55
Pp
PPL
PPU
P pk
C pm
20
M oving Range
U C L=15,65
15
10
5
__
M R=4,79
LC L=0
1
13
19
25
31
O bser vation
37
43
49
55
25
O bserv ed P erformance
P P M < LS L 0,00
P P M > U S L 0,00
P P M Total
0,00
30
35
40
45
50
55
0,74
0,75
0,73
0,73
*
92
H.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisa, telah diperoleh data
Lead Time proses dari masing-masing item produksi dimulai dari proses
turunnya SPKP hingga produk selesai dikemas primer, pengambilan data
dalam hal ini 10 item yang termasuk dalam beberapa produk pareto A di
Kimia Farma plant Bandung antara lain Allupurinol, Ambroxol tablet,
Piroxicam 10, Piroxicam 20, Simvastatin 20. Dari data lead time yang
dibuat, piroxicam 10 mengalami persentasi penyimpangan data dari
jumlah keseluruhan data piroxicam 10 (Out of line)
terbesar jika
93
94
yang
tidak
seragam.
Walaupun
begitu
tidak
terlalu
mempengaruhi kualitas dari masing masing item produk. Lead time proses
produksi hanya untuk menilai seberapa lama suatu produk di proses dari
tahapan awal sampai akhir.
Penggunaan software aplikasi Minitab 16 ditujukan untuk
mendapatkan nilai rata-rata (center line), Cpk, Ppk, Ucl (batas control
atas), Lcl (batas control bawah), dan data yang lainnya yang diambil dari
nilai Lead time masing masing item produk yang diuji. Penghilangan nilai
yang tidak masuk rentang kontrolnya atau data yang menyimpang jauh
(out of line) dari rata-rata nilai lead time. Apabila maksimal lead time
yang diusulkan mempunyai nilai yang signifikan untuk mengubah harga
produk menurut marketing/PPIC, maka batas kontrol atas bisa dihitung
ulang dengan memasukkan data yang masuk rentang dari batas kontrol
atas sebelumnya, namun disisi lain persyaratan nilai lead time penandaan
bahan kemas menjadi lebih ketat.
95
I. KESIMPULAN
1. Berdasarkan hasil pengumpulan dan analisis data, maka dapat disimpulkan
Jumlah Data
No.
Nama Produk
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10
Allopurinol 100
Ambroxol tablet
Captopril 25
Cimetidine
Dimenhidrinate
Furosemide
HCT
Piroxicam 10
Piroxicam 20
Simvastatin 20
Total
31
40
42
12
40
27
25
28
94
73
Out of
line
3
8
10
3
7
4
6
10
28
15
Tercepat
Terlama
UCL
LCL
28
26
30
30
31
30
24
30
36
26
46
47
43
45
57
43
44
43
60
51
53,5
51,7
52,7
56,2
64,4
68
43,9
53,7
52,7
51,9
21,6
20,3
21,5
22,2
22,4
23,3
22,9
21,5
21,5
26,9
Usulan
USL LSL
+15
+15
+16
-18
+8
-15
+15
-15
+15
-15
+8
-15
+8
-15
+8
-15
+ 14 - 18
+14
-14
CPK
PPK
1,04
1,02
1,02
0,92
1,37
0,89
1,28
1,02
1,18
1,24
1,00
0,7
1,16
1,07
1,05
0,73
0,69
1,16
0,72
0,73
96
J. SARAN
1. Penyeragaman jumlah produksi dalam 1 No.Batch produksi, hal ini agar
mencegah terjadinya timpang perbedaan nilai lead time proses sesuai
dengan nilai Cpk standar CPOB
2. Upgrade Mch dan Mh, yaitu dilakukan dengan penambahan atau
peremajaan mesin dan penambahan personil operator pada mesin di tiap
tahap proses produksi masing-masing
3. Mempercepat atau memaksimalkan lama waktu karantina pada masing
masing tahap proses produksi.
Saran Umum :
1. Perlu dilakukan penyusunan dan penentuan spesifikasi atau standar batas
penyelesaian proses produksi dalam hal ini standar Lead Time proses
masing masing item produk (P3i)
2. Pemanfaatan waktu proses produksi yang lebih efisien dan efektif
3. Pemanfaatan sumber daya, kapasitas mesin, dan fasilatas pendukung
lainnya
4. Pengaturan jadwal produksi berdarakan skala prioritas, biasanya produk
jadi yang stocknya sudah menipis harus didahulukan. Produk produk yang
sejenis diusahakan diproduksi secara berurutan dengan tujuan untuk
memudahkan proses serta mengurangi perbedaan lead time (waktu
produksi tiap item produk yang sejenis).
97
BAB V
PEMBAHASAN
Plant Tour PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung
Sebagai industri yang memproduksi bahan baku obat dan formulasi obat
maka seluruh aspek CPOB harus diterapkan untuk menjamin mutu, khasiat dan
keamanan obat yang beredar di masyarakat . PT. Kimia Farma (Persero) Tbk.
Plant Bandung telah berupaya untuk mewujudkan penerapan CPOB dalam
seluruh kegiatan proses produksi. Selain menerapkan CPOB, PT. Kimia Farma
(Persero) Tbk. Plant Bandung juga telah memperoleh sertifikat ISO 9001: 2008
yang mengatur sistem manajemen mutu. Dengan adanya sertifikat ISO maka PT.
Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung juga dapat mengekspor produknya ke
luar negeri dan dapat melengkapi pelaksanaan CPOB di industri farmasi, dimana
CPOB mengatur penerapan produksi obat yang baik, sedangkan ISO 9001:2008
lebih mengatur mengenai pengendalian atau control pelaksanaan kegiatan di
indutri farmasi.
Penerapan CPOB di PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung, yaitu:
1. Bangunan
Rancang bangun dibuat sedemikian rupa seperti konstruksi yang kuat dan
desain yang mudah dibersihkan, terhindar dari hama, pencemaran silang sehingga
dapat menunjang kegiatan produksi dengan baik.
Bangunan yang dipersyaratkan dalam CPOB adalah memiliki ukuran,
rancang bangun, konstruksi, letak yang memadai agar memudahkan dalam
pelaksanaan kerja, pembersihan dan pemeliharaan yang baik serta memiliki lokasi
untuk mencegah terjadinya pencemaran seperti pencemaran udara, tanah, air
maupun kegiatan disekitarnya. Meskipun, PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant
Bandung terletak di tengan kota, namun tindakan seperti pengolahan limbah cair
dan ampas kina telah ditangani dengan cukup efektif.
Ruangan dalam gedung produksi telah memenuhi CPOB yang meliputi
dinding, lantai dan langit-langit yang terbuat dari epoksi dengan permukaan yang
halus, rata dan licin serta pertemuan dinding dengan lantai tidak membentuk sudut
98
sehingga lebih mudah dibersihkan. Ruang produksi juga telah dilengkapi dengan
sistem sirkulasi udara yang dapat mengurangi debu dengan pengaturan tekanan
udara sehingga dapat mengurangi kontaminasi silang. Selain itu juga terdapat
ruang antara yang memisahkan Grey Area dan Black Area. Untuk bangunan
produksi tablet hormon dipisahkan dengan produksi lain karena memiliki efek
yang berbahaya jika terjadi kontaminasi silang.
2. Personalia
Karyawan di PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung mendapat
perhatian yang cukup baik terbukti dengan adanya kegiatan yang ditujukan untuk
meningkatkan kualitas karyawan seperti memberikan pelatihan yang berkaitan
dengan prinsip-prinsip pelaksanaan CPOB bagi seluruh personil yang ikut serta
dalam kegiatan produksi dan pengendalian mutu. Tujuan dari pelatihan ini untuk
menjamin agar karyawan terbiasa bekerja dengan persyaratan CPOB yang
berkaitan dengan tugasnya. Catatan pelatihan karyawan disimpan dan efektivitas
program pelatihan dinilai untuk menentukan prestasi karyawan tersebut.
PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung telah melakukan
pemisahan tugas, tanggung jawab, dan kewenangan yang jelas melalui struktur
organisasinya agar daoat menghasilkan kinerja yang optimal. Struktur organisasi
memisahkan dengan jelas antara bagian produksi dan bagian pengawasan mutu
sesuai dengan petunjuk CPOB. Masing-masing bagian tersebut dipimpin oleh
seorang apoteker dan merupakan orang yang berlainan dan tidak bertanggung
jawab satu sama lain.
PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung telah memberikan
perhatian terhadap kesejahteraan bagi para karyawannya, misalnya dengan
memberikan asuransi kesehatan, kecelakaan kerja, makan siang, pakaian seragam,
dilengkapi dengan fasilitas klinik kesehatan bagi karyawan serta mushola.
3. Peralatan
Peralatan yang dimiliki PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung
dirancang sesuai dengan kebutuhan produksi. Peralatan produksi telah
ditempatkan sesuai dengan persyaratan untuk mencegah kontaminasi silang,
memberikan keleluasaan pekerja, memudahkan proses pembersihan dan supaya
99
setiap proses produksi dapat berjalan dengan efektif dan efisien karena peralatan
ditempatkan sesuai alur produksi. Mesin dicek dan dibersihkan sebelum dan
sesudah produksi dan hanya peralatan yang memenuhi syarat yang dapat
digunakan untuk produksi.
4. Sanitasi dan Higiene
Untuk menjamin kebersihan ruangan produksi disediankan ruangan
penyangga yang berfungsi sebagai pembatas antara ruang abu-abu dan ruang
hitam. Alur barang yang akan masuk ke ruang produksi harus melalui ruang
penyangga yang terpisah dengan ruang penyangga petugas atau operator produksi.
Karyawan dilarang merokok, makan, minum atau menyimpan makanan dan
minuman di dalam ruang produksi dan laboratorium atau ruangan lain yang
kemungkinan dapat menurunkan kualitas produk.
Setiap karyawan dan tamu yang akan memasuki ruang produksi harus
mencuci tangan dan desinfektan dan menggunakan pakaian khusus yang
dilengkapi dengan penutup kepala dan sepatu khusus. Karyawan yang akan
melakukan proses pengolahan produk harus menggunakan sarung tangan untuk
menghindari sentuhan langsung antara tangan dengan bahan baku maupun produk
yang dihasilkan.
5. Produksi
PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung telah menerapkan CPOB
pada setiap kegiatan produksi sehingga dapat menjamin mutu bahan awal an
produk yang dihasilkan antara lain melakukan validasi metode analisis bahan
baku dan validasi proses produksi. Validasi proses produksi dilakukan untuk
membuktikan dan memastikan bahwa proses produksi dari bets ke bets senantiasa
dilaksanakan dengan konsisten sehingga menghasilkan produk yang memenuhi
ketentuan umum yang ditetapkan.
Dalam melaksanakan proses produksi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk.
Plant Bandung memiliki alur kerja yang tersusun rapi sehingga memudahkan
penelusuran apabila ada ketidaksesuaian yang timbul. Seluruh proses produksi
ditulis dalam CPB/CKB yang menjamin adanya konsistensi cara dan pelaksanaan
produksi. CPB/CKB merupakan panduan bagi pelaksana produksi dan memuat
100
seluruh catatan pembuatan produk dalam satu bets, selain itu dengan adanya in
process control pada tiap tahap produksinya memungkinkan pengurangan
kesalahan yang terjadi.
Proses produksi dan pengolahan telah memenuhi persyaratan CPOB yaitu
pelaksanaan produksi sesuai prosedur tertulis yang ditetapkan CPB, bahan baku
yang akan digunakan diperiksa terlebih dahulu identitas, jumlah yang digunakan
untuk produksi sesuai dengan yang tertera dalam CPB. Lingkungan, ruangan dan
peralatannya dicek kebersihannya dan harus mendapat persetujuan laboratorium
sebelum digunakan.
6. Pengawasan Mutu
Bagian pengawasan mutu merupakan bagian yang memegang peranan
penting dalam pelaksanaan CPOB karena bagian ini menentukan kelayakan setiap
produk apakah memenuhi persyaratan atau tidak untuk dipasarkan.
Pengawasan mutu dilakukan sejak datangnya bahan baku dan bahan
pengemas dari distributor hingga produk jadi yang siap untuk didistribusikan
sampai produk beredar di pasaran.
Pengendalian mutu bahan baku, bahan pengemas dan produk yang
dihasilkan PT. Kimia Farma pada umumnya menggunakan spesifikasi dan metode
analisa yang dianjurkan dalam FI, USP, BP dan EP yang sesuai dengan fasilitas
analisa yang ada dalam laboratorium QC. Metode analisa terlebih dahulu di
validasi atau diverifikasi oleh tim validasi.
7. Dokumentasi
Segala kegiatan kerja di PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung
telah terdokumentasi dengan baik hal ini karena ISO 9001 versi 2008 yang
didalamnya mengatur sistem manajemen mutu salah satunya mengenai
dokumentasi. Dalam hal ini Manajemen Representatif (MR) sebagai suatu bagian
yang independen yang mengatur sistem manajemen mutu.
Dokumentasi pembuatan obat merupakan bagian dari sistem informasi
yang didalamnya meliputi spesifikasi, prosedur, metode dan instruksi, catatan,
laporan serta dokumen lain yang diperlukan dalam perencanaan, pelaksanaan,
pengendalian serta evaluasi seluruh rangkaian kegiatan pembuatan obat.
101
BAB VI
KESIMPULAN dan SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil kerja Praktek Kerja Profesi di PT. Kimia Farma (Persero) Tbk.
Plant Bandung mulai tanggal 1 Oktober-28 November 2014, dapat disimpulkan
bahwa:
a) Lead time yang semakin pendek pasti menjadi salah satu kekuatan
manufacture dalam iklim persaingan yang semakin kompetitif.
b) Penyimpangan data atau nilai yang out line mempengaruhi dalam
penentuan nilai Cpk dan PPk suatu produk uji.
c) Peserta PKP dapat mengerti dan memahami penerapan CPOB yang
menyangkut seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu yang
bertujuan untuk menjamin kualitas produk.
B. Saran
1. Untuk PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung
a. Untuk melakukan kualifikasi sebaiknya harus terus dilakukan secara
berkala agar alat dan personalia / operator yang ada dapat tetap bekerja
sesuai spesifikasi yang ada.
b. Perlu dilakukan peremajaan mesin maupun penambahan operator dan
juga perlu dilakukan teknik penandaan yang tidak mudah di hapus
untuk menghindari pemalsuan obat.
2. Untuk Fakultas Farmasi Universitas Jenderal Achmad Yani
Sebaiknya kegiatan praktek kerja profesi yang diadakan atas kerjasama
antara Universitas Jenderal Achmad Yani dan PT. Kimia Farma (Persero)
Tbk. Plant Bandung terus ditingkatkan agar menambah wawasan
pengetahuan dan pengalaman praktis bagi para calon apoteker di bidang
industri farmasi.
102
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengawasan Obat dan Makanan, 2006, Pedoman Cara Pembuatan Obat
yang Baik, Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan.
British Pharmacopoeia, 2009, British pharmacopoeia 2009, Her Majestys
Stationery Office, Cambridge
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995, Farmakope Indonesia, edisi
IV, Jakarta.
Teori Pekerjaan Kefarmasian (http://repository.usu.ac.id diakses 2 November
2014)
The United States Pharmacopeia, 2009, USP 32, United book press, USA
Safiera Siti, 2011, Pemeriksaan Opersional Atas Sistem Pembelian Bahan
Baku Untuk Meningkatkan Efisiensi dan Efektifitas Pada PT. PDM
Indonesia, Universitas Sumatera Utara, Medan