TELAAH PUSTAKA
6
7
hidup dan nilai. Karena banyak dari karakteristik ini yang mempunyai
dampak yang sangat langsung terhadap perilaku konsumen.
4. Faktor Psikologis
Rangsangan pemasaran dan lingkungan memasuki kesadaran konsumen,
dan sekelompok proses psikologis digabungkan dengan karakteristik
konsumen tertentu menghasilkan proses pengambilan keputusan dan
keputusan pembelian akhit. Empat proses faktor psikologis yang penting,
yaitu Motivasi, Persepsi, Pengetahuan dan Keyakinan dan sikap
2.1.2 Kepuasan
A. Pengukuran Kepuasan
2.1.3 Loyalitas
Sangadji dan Sopiah (2013) berpendapat bahwa asosiasi terhadap merek dibentuk
oleh tiga hal, yaitu nilai yang dirasakan (perceived value), kepribadian merek
(brand personality) dan asosiasi organisasi (organizational association).
a. Nilai yang dirasakan (perceived value)
Nilai yang dirasakan diartikan sebagai persepsi kualitas yang dibagi
dengan harga. Ada lima unsur pembentuk nilai yang dirasakan, yaitu:
1. Kualitas produk
2. Harga
3. Kualitas layanan
4. Faktor emosional
5. Kemudahan
b. Kepribadian merek (brand personality)
Kepribadian merek berhubungan dengan ikatan emosi merek tersebut
dengan manfaat merek itu sendiri sebagai dasar untuk diferensiasi merek
dan hubungan pelanggan. Kepribadian merek akan melibatkan dimensi
yang unik untuk sebuah merek.
c. Asosiasi organisasi (organizational association).
Asosiasi organisasi konsumen akan mengaitkan sebuah produk dengan
perusahaan yang memproduksinya. Asosiasi organisasi akan menjadi
faktor penting jika merek yang ada mirip dalam hal atribut dengan merek
lainnya, atau jika organisasi merupakan hal yang penting untuk dilihat.
2. Dukungan Asosiasi Merek
Dukungan asosiasi merek merupakan respon konsumen terhadap atribut,
manfaat, serta keyakinan dari suatu merek produk berdasarkan penilaian mereka
atas produk. Atribut di sini tidak berkaitan dengan fungsi produk, tetapi berkaitan
dengan citra merek. Dukungan asosiasi merek tersebut ditunjukan dengan persepsi
konsumen terhadap produk yang menganggap bahwa produk yang dikonsumsi itu
baik dan bermanfaat bagi konsumen.
3. Kekuatan Asosiasi Merek
Setelah mengonsumsi sebuah produk, konsumen akan mengingat kesan
yang ditangkap dari produk tersebut. jika konsumen telah merasakan manfaatnya,
13
ingatan konsumen terhadap produk tersebut akan lebih besar lagi daripada ketika
konsumen belum menggunakannya. Itulah yang membuat ingatan konsumen
semakin kuat terhadap sosiasi sebuah merek. Kekuatan asosiasi merek
ditunjukkan dengan reputasi baik yang dimiliki produk tersebut di mata
konsumen, produk tersebut dirasa memiliki manfaat ekspresi diri dan menambah
rasa percaya diri konsumen.
4. Keunikan Asosiasi Merek
Jika sebuah produk mempunyai ciri khas yang membedakannya dari
produk lain, produk tersebut akan diingat oleh konsumen. Ingatan konsumen itu
akan semakin kuat jika konsumen sudah merasakan manfaat dari sebuah produk
dan merasa bahwa merek lain tidak akan bisa memuaskan keinginannya tersebut.
Biel’s dalam Kurniawati, Suharyono dan Kusumawati (2014) berpendapat
bahwa citra merek atau brand image terdiri dari tiga komponen, yakni:
a. Citra perusahaan (corporate image) yaitu sekumpulan asosiasi yang
dipersepsikan konsumen terhadap perusahaan yang membuat suatu
produk atau jasa, meliputi: popularitas dan kredibilitas
b. Citra pemakai (user image ) yaitu sekumpulan asosiasi yang
dipersepsikan konsumen terhadap pemakai yang menggunakan suatu
barang atau jasa, meliputi: pemakai itu sendiri, gaya hidupdan status
sosial.
c. Citra produk (product image) yaitu sekumpulan asosiasi yang
dipersepsikan konsumen terhadap suatu produk, meliputi: atribut
produk, manfaat bagi pengguna, kualitas, dan jaminan.
1. Kemudahaan penggunaan
2. Daya tahan
3. Kejelasan fungsi
4. Keragaman ukuran produk
2.1.6 Harga
Menurut Kotler dan Keller (2017), harga adalah salah satu elemen bauran
pemasaran yang menghasilkan pendapatan, elemen lain menghasilkan biaya.
Menurut Malau (2017) harga adalah nilai tukar suatu barang atau jasa, dengan
kata lain, itu merupakan produk yang dapat ditukar di pasar. Harga tidak selalu
menunjukan nominal atau uang saja, namun harga terdapat biaya-biaya produksi
produk. Produk yang dirancang dan dipasarkan dengan baik dapat dijual dengan
harga tinggi dan menghasilkan laba yang besar. Pemasar menyadari bahwa
konsumen sering memperoses informasi harga secara aktif, menerjemahkan harga
berdasarkan pengetahuan dari pengalaman pembelian sebelumnya. Menurut
Kotler (2007) harga merupakan salah satu unsur dari bauran pemasaran
(marketing mix) dan harga pun memiliki komponen-komponen tersendiri yang
terdiri dari:
a. Daftar harga yaitu suatu uraian harga yang dicantumkan pada label
atau produk
b. Diskon yaitu pengurangan harga dari daftar harga.
c. Periode pembayaran yaitu cicilan sesuai kesepakatan antara penjual
dan pembeli biasanya berhubungan dengan kredit.
d. Penetapan harga yaitu menurut Kotler dan Amstrong (2008)
keputusan-keputusan penetapan harga tergantung pada serangkaian
kekuatan-kekuatan lingkungan dan persaingan yang sangat rumit.
Perusahaan tidah hanya menetapkan satu harga tunggal, tetapi lebih
berupa sebuah struktur penetapan harga yang mencakup item-item
yang berbeda disetiap lini produk.
16
A. Indikator Harga
Indikator harga menurut Kotler dan Amstrong (2008) dalam Amrullah dan
Agustin (2016), yaitu:
1. Keterjangkauan harga
2. Kesesuian harga dengan kualitas produk
3. Daya saing harga
4. Kesesuaian harga dengan manfaat produksi
5. Harga mempengaruhi daya beli konsumen
Menurut Aaker dalam Sangadji dan Sopiah (2013) citra merek adalah
seperangkat asosiasi unik yang ingin diciptakan atau dipelihara oleh pemasar.
Asosiasi-asosiasi itu menyatakan apa sesungguhnya merek dan apa yang
dijanjikan kepada konsumen. Merek merupakan simbol dan indikator dari kualitas
sebuah produk. Oleh karena itu, merek-merek produk yang sudah lama akan
menjadi sebuah citra, bahkan simbol status bagi produk tersebut yang mampu
meningkatkan citra pemakainya.
Hubungan citra merek dengan kepuasan konsumen memiliki pengaruh
yang positif. Citra merek merupakan image atau suatu yang melekat dibenak
konsumen. Semakin baik persepsi dibenak konsumen terhadap citra merek
perusahaan maka kepuasan konsumen juga akan semakin tinggi. Begitupun
sebaliknya. Kepuasan konsumen dapat diciptakan karena apa yang mereka
rasakan sesuai dengan yang mereka harapkan bahkan lebih dari yang diharapkan.
Menurut penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ranjbarian, Sanayei,
Kaboli, Hadadian (2012), penelitian Malik, Ghafoor, iqbal (2012), penelitian
Kurniawati, Suharyono, dan Kusumawati (2014), dan penelitian Aulia Hakim
(2014) menyatakan bahwa citra merek berpengaruh langsung dan signifikan
terhadap Kepuasan pelanggan. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan untuk
dijadikan hipotesis bahwa citra merek berpengaruh positif terhadap kepuasan
konsumen.
H1: Variabel Citra Merek berpengaruh terhadap variabel kepuasan.
dari apa yang diinginkan pelanggan. Jika produk yang ditawarkan perusahaan
berkualitas baik kemudian konsumen membeli, mengkonsumsi dan produk
tersebut melebihi ekspektasi yang diharapkan dari konsumen, maka dapat
dikatakan mereka puas terhadap produk tersebut. Sebaliknya jika saat
mengkonsumsi mereka cenderung kecewa maka mereka akan beralih pada produk
yang lain. Kepuasan konsumen timbul dari kualitas yang diberikan oleh
perusahaan, semakin baik kualitasnya semakin banyak pula pelanggan yang
dimiliki. Perusahaan harus mempertahankan kualitas produknya yang lebih baik,
agar konsumen tidak terpengaruh oleh pesaing yang lain dan tetap setia pada
produk mereka.
Menurut Kotler dalam Sangadji dan Sopiah (2013) kepuasan adalah sejauh
mana suatu tingkatan produk dipersepsikan sesuai dengan harapan pembeli.
Kepuasan konsumen diartikan sebagai suatu keadaan di mana harapan konsumen
terhadap suatu produk sesuai dengan kenyataan yang diterima oleh konsumen.
Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa yang muncul setelah
membandingkan persepsi atau kesan dengan kinerja suatu produk dan harapan-
harapannya menurut Kotler dalam Sangadji dan Sopiah (2013)
(X1)
Citra
Merek
(X3)
Harga
Hipotesis penelitian: