Anda di halaman 1dari 13

PENGARUH BRAND IMAGE DAN PERSEPSI HARGA

TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN


SRI PUJI RAHAYU (A1A117062)
Prodi Pendidikan Ekonomi, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Jambi
*Email : Sripujirahayu923@gmail.com
Abstrak
Persaingan di pasar yang kompetitif tentunya diperlukannya suatu brand image yang
berkualitas, karena brand yang kuat memproyeksikan brand image berkualitas dalam bisnis,
banyak orang melihat brand image sebagai bagian dari produk atau layanan yang membantu
menunjukkan kualitas dan nilainya. Merek adalah produk, layanan, atau konsep yang secara
publik dibedakan dari produk lain, layanan, atau konsep sehingga dapat dengan mudah
dikomunikasikan dan biasanya dipasarkan. Salah satu yang berpengaruh pada persepsi
pelanggan adalah harga. Jika harga yang tinggi akan membentuk persepsi produk tersebut
berkualitas. Begitupun jika harga rendah akan membentuk persepsi pembeli tidak percaya
pada penjual karna meragukan kualitas produk atau pelayanannya. Keputusan pembelian
adalah dimana pembeli telah menentukan pilihannya dan melakukan pembelian produk, serta
mengkonsumsinya. Faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam melakukan
pembelian, yaitu faktor budaya, faktor sosial, faktor pribadi, dan faktor psikologis.

Ketentuan Indeks - Brand image, Persepsi Harga, dan Keputusan Pembelian

PENDAHULUAN
Di pasar yang kompetitif, merek memiliki peran penting dalam perusahaan yang
bertahan. Pemasaran di masa depan lebih mengarah pada persaingan antar merek, yaitu
persaingan untuk menjaring konsumen melalui suatu merek. Brand image tidak hanya disebut
sebagai nama, logo, atau simbol tetapi juga dianggap sebagai nilai produk bagi konsumen.
Brand image memainkan peran penting untuk bertahan hidup perusahaan dengan menangkap
konsumen potensial di pasar yang kompetitif. Brand image yang kuat memproyeksikan citra
berkualitas dalam bisnis, banyak orang melihat brand sebagai bagian dari produk atau
layanan yang membantu menunjukkan kualitas dan nilainya.
Meningkatnya persaingan di pasar telah menghasilkan pergeseran pemasar ke arah
penerapan beberapa strategi untuk menarik keunggulan kompetitif di pasar. Banyak
organisasi telah menyadari nilai pelanggan mereka saat ini dan mencoba menemukan cara
untuk meningkatkan loyalitas abadi mereka (Rajumesh, 2014).
Brand image merupakan segala hal yang terkait dengan yang ada dibenak konsumen
atau kesan konsumen tentang suatu merek (Suryani 2013). Brand image berhubungan dengan
sikap yang berupa keyakinan dan preferensi terhadap suatu merek. Konsumen yang memiliki
citra positif terhadap suatu merek, akan lebih memungkinkan untuk melakukan pembelian.
Citra yang baik tidak dapat ditanamkan dalam pikiran konsumen dalam semalam atau
disebarkan melalui satu media saja. Sebaliknya citra tersebut harus disampaikan melalui tiap
sarana komunikasi yang tersedia dan disebarkan secara terus menerus karna tanpa brand
image yang kuat sangatlah sulit bagi sebuah perusahaan untuk menarik pelanggan baru dan
mempertahankan pelanggan yang sudah ada. Penciptaan kesan menjadi salah satu
karakteristik dasar dalam orientasi pemasaran modern, yaitu lewat pemberian perhatian lebih
serta penciptaan merek yang kuat. Implikasi dari hal tersebut menjadikan merek suatu produk
menciptakan image dari produk itu sendiri dari benak konsumen dan menjadikan motivasi
dasar bagi konsumen dalam memilih suatu produk.
Persepsi harga adalah kecenderungan konsumen untuk menggunakan harga dalam
memberi penilaian tentang kualitas produk (Burton et al. 1998, Sinha dan Batra 1999-2000,
Garretson et al. 2002 dalam Fransiska 2010). Salah satu yang berpengaruh terhadap persepsi
pelanggan adalah harga. Perusahaan dapat menetapkan harga tinggi untuk membentuk
persepsi produk tersebut berkualitas. Sementara itu, harga rendah dapat membentuk persepsi
pembeli tidak percaya pada penjual karna meragukan kualitas produk atau pelayanannya.
Seperti yang dikemukakan oleh Stanton (2004) adalah sejumlah uang (kemungkinan
ditambah barang) yang ditentukan untuk memperleh beberapa kombinasi sebuah produk dan
pelanggan yang menyertainya. Harga mempengaruhi tingkat penjualan, tingkat keuntungan
market share yang dapat dicapai oleh perusahaan.
Sebelum konsumen mengambil keputusan untuk membeli, biasanya konsumen melalui
beberapa tahapan sebelumnya yaitu pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi
alternatif, keputusan pembelian atau tidak dan perilaku pasca pembelian. Keputusan
pembelian yang dilakukan konsumen melibatkan kepercayaan konsumen terhadap suatu
produk sehingga ada kepercayaan atas kebenaran tindakan yang diambil. Konsumen akan
mempertimbangkan produk mana yang akan dipilih untuk memenuhi kebutuhan dan
keinginan mereka serta manfaat yang diperlukan.
Oleh karena itu, setiap perusahaan dituntut untuk dapat bersaing dan mengelola strategi
yang efektif, sehingga dapat memengaruhi keputusan pembelian konsumen. Saat ini
persaingan perusahaan untuk bersaing dengan konsumen tidak lagi terbatas pada atribut
fungsional produk seperti kegunaan produk, tetapi sudah dikaitkan dengan brand image.
Brand suatu produk dapat memberikan nilai tambah bagi pelanggannya yang dinyatakan
sebagai brand image. Pada dasarnya brand image adalah kesan yang ada di benak konsumen
tentang suatu brand yang dibentuk oleh pesan dan pengalaman konsumen merek tersebut,
sehingga mengangkat brand image yang ada di benak konsumen (Kotler & Keller, 2007:
332).
Brand image yang kuat dan positif akan sangat penting bagi suatu produk untuk dapat
bekerja dengan produk serupa. Aktor-aktor lain yang dipertimbangkan oleh konsumen dalam
membeli suatu produk adalah harganya. Harga adalah jumlah nilai yang dipertukarkan oleh
konsumen untuk kepentingan memiliki dan menggunakan produk atau layanan yang
memungkinkan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan yang wajar dengan dibayar untuk
nilai pelanggan yang diciptakannya.
RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah pengaruh brand image terhadap keputusan pembelian?
2. Bagaimanakah pengaruh persepsi harga terhadap keputusan pembelian?
3. Bagaimanakah pengaruh brand image dan persepsi harga tarhadap keputusan
pembelian?
PEMBAHASAN
1. Keputusan Pembelian
Menurut Kotler & Armstrong (2008: 226) keputusan pembelian adalah tahap dalam
proses keputusan pembelian, di mana konsumen benar-benar membeli. Sementara itu
menurut Tjiptono (2008: 156) keputusan pembelian konsumen adalah tindakan individu yang
secara langsung atau tidak langsung terlibat dalam bisnis untuk memperoleh dan
menggunakan produk atau layanan yang diperlukan. Menurut Swastha (2002) keputusan
pembelian adalah tindakan nyata dan bukanlah merupakan satu tindakan saja tetapi dari
beberapa tindakan yang meliputi tentang jenis produk, merek, harga, kualitas, kuantitas
waktu pembayaran, dan cara pembayaran dalam rangka mengumpulkan info yang
diperolehnya. Selanjutnya Engel dan Black Well dalam Hadi (2007) terdapat 5 tahapan
proses pembelian bersumber dari keterangan konsumen, yaitu: Problem Recognition
(menganalisa keinginan dan kebutuhan), Search (pencarian sumber-sumber yang digunakan
untuk memenuhi keinginan), alternative evaluation (penilaian alternatif, kriteria apakah yang
digunakan oleh konsumen untuk menentukan alternatif, kriteria apakah yang digunakan oleh
konsumen untuk menentukan alternatif), Choice (Pemilihan produk, telah terjadi pembelian
yang sebenarnya), Out Comes (apakah produk yang dipilih telah memuaskan konsumen atau
menjadikan ragu-ragu dari keputusan yang ia ambil. Disini terjadi proses penilaian setelah
pembelian).
Menurut Sumarwan (2003) keputusan pembelian adalah suatu keputusan konsumen
sebagai pemilikan tindakan dari dua atau lebih pilihan alternatif mengenai proses, cara,
perbuatan membeli, dengan mempertimbangkan faktor lain tentang apa yang dibeli, waktu
membeli, dimana membeli serta cara pembayarannya. Sangadji dan Sopiah (2013)
menjelaskan bahwa keputusan merupakan hasil proses pemikiran yang berupa pemilihan satu
diantara beberapa alternatif pilihan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang
dihadapinya. Selanjutnya menurut Suharno (2010) keputusan pembelian adalah tahap dimana
pembeli telah menentukan pilihannya dan melakukan pembelian produk, serta
mengkonsumsinya. Hal ini berkaitan dalam usahanya memenuhi kebutuhan dengan tahap
yang dilibatkan dalam mengevaluasi, memperoleh dan menggunakan produk. Menurut Santri
(2016) keputusan pembelian merupakan kegiatan pemecahan masalah yang dilakukan
individu dalam pemilihan alternatif perilaku yang sesuai dari dua alternatif perilaku atau lebih
dan dianggap sebagai tindakan yang paling tepat dalam membeli dengan terlebih dahulu
melalui tahapan proses pengambilan keputusan.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pembelian
Menurut Philip Kotler (2008: 166) perilaku pembelian konsumen dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu:
1. Faktor budaya terdiri dari budaya, sub budaya, dan kelas sosial
2. Sosial aktor terdiri dari kelompok referensi, keluarga, peran dan status.
3. Faktor personal terdiri dari tahap usia dan siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya
hidup, serta kepribadian dan konsep diri pembeli.
4. Faktor psikologis terdiri dari motivasi, persepsi, pembelajaran, dan kepercayaan serta
kemapanan.
Suharno (2010) mengemukakan faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam
melakukan pembelian, yaitu sebagai berikut:
1. Faktor budaya, faktor budaya seseorang mempengaruhi perilaku mereka dalam mencari,
menyelesaikan dan mengkonsumsi suatu produk, secara mendalam dan konsisten.
2. Faktor sosial, merupakan faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen yang terbentuk
dan berasal dari lingkungan sekitar. Aktivitas sosialisasi seseorang dengan orang-orang
disekelilingnya sehari-hari akan membentuk pola perilaku yang khas pada masyarakat.
3. Faktor pribadi, faktor pribadi yang mempengaruhi perilaku pembelian adalah usia dan
tahap siklus hidup, pekerjaan, situasi ekonomi, gaya hidup personalitas.
4. Faktor psikologis, faktor psikologis merupakan faktor dari dalam diri seseorang dan
menentukan bagaimana mereka memilih dan mengkonsumsi produk. Pemasar perlu
memahami faktor psikologis, yang terdiri dari motivasi, persepsi, pembelajaran,, dan
keyakinan dan sikap.
Proses Keputusan Pembelian
Menurut Kotler & Armstrong (2012: 152) ada 5 (lima) tahapan proses pembelian, yaitu:
1. Pengenalan kebutuhan, yang merupakan proses pembelian dimulai ketika pembeli
mengenali masalah atau kebutuhan.
2. Pencarian informasi adalah proses pengambilan keputusan pembeli, di mana konsumen
tergerak untuk mencari informasi tambahan, konsumen hanya dapat meningkatkan
perhatian atau mungkin juga mencari informasi secara aktif.
3. Evaluasi alternatif adalah tahap di mana konsumen menggunakan informasi untuk
mengevaluasi alternatif merek alternatif.
4. Keputusan pembelian merupakan tahap di mana konsumen mengambil keputusan terhadap
merek yang akhirnya memutuskan untuk membeli.
5. Perilaku pasca pembelian adalah tahap di mana konsumen mengambil tindakan lebih
lanjut setelah melakukan pembelian berdasarkan kepuasan atau ketidakpuasan terhadap
produk yang telah mereka gunakan.
2. Brand image
Menurut Kotler dan Keller (2007: 332) brand image adalah kesan dalam benak
konsumen tentang suatu merek yang dibentuk oleh konsumen mengenai pesan dan
pengalaman merek, sehingga menghasilkan gambar yang berada di benak konsumen.
Menurut Aaker di Simamora, (2003: 96) brand image adalah sekumpulan asosiasi unik yang
ingin dibuat atau dipelihara pemasar. Asosiasi menyatakan apa merek itu dan apa yang
dijanjikannya kepada konsumen. Menurut Schiffman dan Kanuk (2000) mendefinisikan
bahwa brand image adalah kumpulan asosiasi tentang merek yang disimpan dalam pikiran
atau memori konsumen. Brand image dan produk yang baik akan mendorong calon pembeli
untuk membeli produk seperti itu daripada membeli produk yang sama dengan merek lain.
Serta Paul Temporal (2000: 33) mendefinisikan brand image merupakan bagaimana merek
dilihat atau dengan kata lain brand image adalah kepercayaan konsumen terhadap suatu
merek tertentu, dan bagaimana konsumen memandang suatu merek tersebut oleh karena itu
suatu organisasi atau perusahaan harus menciptakan brand image yang positif bagi konsumen
karena pada akhirnya brand image yang positif. Menurut Anjum D. Dhanda SK & S.
Iktifikas (2012) brand image adalah persepsi dan keyakinan yang dipegang oleh konsumen.
Selanjutnya menurut Kotler Philip & Kevin (2007) brand image seperti tercermin dalam
asosiasi yang diadakan dalam memori konsumen. Dengan menciptakan brand image yang
tepat untuk suatu produk, itu akan sangat berguna bagi pemasar, karena brand image akan
memengaruhi penilaian konsumen terhadap alternatif merek yang diharapkan.
Brand image adalah produk, layanan, atau konsep yang secara publik dibedakan dari
produk lain, layanan, atau konsep sehingga dapat dengan mudah dikomunikasikan dan
biasanya dipasarkan. Nama brand adalah nama produk, layanan, atau konsep yang berbeda.
Branding adalah proses menciptakan dan menyebarkan nama merek. Branding juga dapat
diterapkan ke seluruh identitas perusahaan untuk masing-masing nama produk dan layanan.
Dari strategi pemasaran, salah satu yang paling kuat strategi adalah menciptakan brand image
yang kuat untuk mengurangi ketidakpastian dalam mengevaluasi suatu produk. Semua
konsumen pergi ke pasar untuk membeli keinginan dan kebutuhan mereka, dan sebelum
membeli, mereka sering ambil proses pemilihan merek yang disukai. Ekuitas merek
memainkan peran penting mempengaruhi proses pilihan konsumen. Meningkatnya
persaingan di pasar telah menghasilkan pergeseran pemasar ke arah penerapan beberapa
strategi untuk menarik keunggulan kompetitif di pasar. Banyak organisasi telah menyadari
nilai pelanggan mereka saat ini dan mencoba menemukan cara untuk meningkatkan loyalitas
abadi mereka (Rajumesh, 2014). Menurut Muhammad Arie Permana Ambolau (2013) brand
image adalah kesan dari pikiran konsumen akan kepribadian total suatu merek. Melalui brand
image yang kuat, maka pelanggan akan memiliki asumsi positif pada merek dari produk yang
ditawarkan oleh perusahaan sehingga konsmen tidak akan ragu untuk membeli produk yang
akan ditawarkan oleh perusahaan. Brand image menjadi hal yang sangat penting bagi
perusahaan.
Lavneel (2013) mengemukakan bahwa perilaku pembelian remaja berkorelasi dan
dipengaruhi oleh iklan, loyalitas merek, dan brand image. Ada hubungan praktis antara brand
image dan perilaku pembelian konsumen remaja. Pemasar dapat datang dengan strategi
pemasaran karies untuk menargetkan remaja secara lebih tepat. Brand image mempengaruhi
keputusan pembelian konsumen dan iklan adalah senjata besar untuk menarik pelanggan dan
tetap di benak mereka. Ini adalah gambaran nyata masyarakat bahwa brand image
memainkan peran penting untuk mengubah perilaku pembelian masyarakat. Menurut Samir
(2016) menyarankan bahwa perusahaan yang menargetkan remaja harus lebih fokus pada
pengembangan brand image mereka karena ditemukan bahwa sebagian besar remaja
dipengaruhi olehnya. Menurut Biel dalam Karina (2012: 286) menyatakan bahwa brand
image sebagai sekelompok atribut dan asosiasi yang menghubungkan konsumen dengan
nama merek.
Menurut Shimp dalam Rizan (2012: 5) menyatakan ada tiga bagian dalam pengukuran
brand image atribut, pengukuran brand image, dan keseluruhan evaluasi. Atribut merupakan
karakteristik atau berbagai aspek dari merek yang diiklankan. Atribut juga dibagi menjadi
dua bagian, mereka adalah hal-hal yang tidak terkait dengan produk (misalnya: harga,
kemasan, pengguna, dan citra pengguna) dan hal-hal yang berkaitan dengan produk
contohnya warna, ukuran, dan desain. Kemudian pengukuran citra adalah manfaat yang
dijelaskan manfaat yang dijelaskan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu fungsional, adalah
manfaat yang dipilih untuk memberikan solusi untuk masalah konsumsi atau potensi masalah
yang mungkin dialami oleh konsumen, dengan mengasumsikan bahwa suatu merek memiliki
manfaat spesifik yang dapat memecahkan masalah, simbolik yang diarahkan kepada
keinginan konsumen dalam upaya meningkatkan diri, dihargai sebagai anggota kelompok,
afiliasi, dan rasa memiliki,pengalaman di mana konsu men adalah representasi dari keinginan
mereka untuk suatu produk yang dapat memberikan rasa kesenangan, keragaman, dan
stimulasi kognitif. Selanjutnya keseluruhan evaluasi adalah nilai atau kepentingan subyektif
di mana pelanggan menambahkannya ke hasil konsumsi.
Komponen Brand image
Komponen brand image menurut Simamora (2011) terdiri dari tiga bagian, yaitu:
1. Gambar pembuat (citra perusahaan), yang merupakan sekumpulan asosiasi yang dirasakan
oleh konsumen terhadap perusahaan yang membuat barang atau jasa.
2. Gambar pengguna (gambar pengguna), yang merupakan kumpulan asosiasi yang
dirasakan oleh konsumen terhadap pengguna yang menggunakan barang atau jasa.
3. Gambar produk (gambar produk), yang merupakan sekumpulan asosiasi yang dirasakan
oleh konsumen atas suatu barang atau jasa.
Menurut Joseph Plummer dalam Aaker (1991: 139) menggambarkan brand image
dengan tiga komponen yaitu: Atribut produk yang terkait dengan merek seperti pengemasan,
konten produk, harga, rasa, dll. Manfaat konsumen yang merupakan kegunaan dari produk
merek dan kepribadian merek yang merupakan asosiasi kepribadian dari sebuah merek, tetapi
Biel dalam Fransisca Paramitasari (2013) menyebutkakan komponen brand image terdiri dari
citra perusahaan, citra pengguna, dan citra produk.
Indikator Brand image
Menurut Keller (1993: 3) faktor-faktor yang membentuk brand image adalah:
1. Kekuatan asosiasi merek; tergantung pada bagaimana informasi masuk ke memori
konsumen dan bagaimana informasi itu bertahan sebagai bagian dari brand image.
2. Ketajaman asosiasi merek (kesukaan asosiasi merek); keberhasilan suatu proses
pemasaran seringkali tergantung pada proses menciptakan asosiasi merek yang
menguntungkan, di mana konsumen dapat mempercayai atribut mereka untuk memenuhi
kebutuhan dan keinginan konsumen.
3. Keunikannya asosiasi merek; suatu merek harus memiliki keunggulan kompetitif yang
menjadi alasan bagi konsumen untuk memilih merek tertentu. Keunikan asosiasi merek
dapat didasarkan pada kebisingan produk, fungsionalitas produk, dan citra yang dinikmati
konsumen.
3. Persepsi Harga
Tjiptono (2008: 151) menyatakan bahwa harga adalah satu-satunya elemen dari bauran
pemasaran yang memberikan pendapatan atau pendapatan bagi perusahaan. Paul Peter dan
Jerry Olson (2000: 28) menyatakan bahwa persepsi harga terkait dengan bagaimana
informasi harga dipahami sepenuhnya oleh konsumen dan memberikan makna yang
mendalam kepada mereka. Menurut Shichiffman dan Kanuk (2007) persepsi merupakan
suatu proses seseorang individu dalam menyeleksi, mengorganisasikan, dan menterjemahkan
stimulus informasi yang datang menjadi suatu gambaran yang menyeluruh, persepsi harga
ialah bagaimana cara konsumen melihat harga sebagai harga yang tinggi, rendah dan adil.
Hal ini mempunyai pengaruh yang kuat baik kepada minat beli dan kepuasan dalam
pembelian.
Menurut Kotler dan Keller (2009: 67) menjelaskan harga adalah satu elemen bauran
pemasaran yang menghasilkan pendapatan, elemen lain menghasilkan biaya. Perusahaan
biasanya mengembangkan struktur pendapatan harga yang merefleksikan variasi dalam
permintaan dan biaya secara geografis, kebutuhan segmen pasar, waktu pembelian, tingkat
pemesanan, frekuensi pengiriman, garansi, kontrak layanan, dan faktor lainnya. Bagaimana
konsumen sampai pada persepsi harga adalah prioritas pemasaran yang penting. Terdapat tiga
topik kunci dari harga ialah harga referensi, asumsi harga kualitas, dan akhiran harga.
Persepsi atas harga menyangkut bagaimana informasi harga dipahami oleh konsumen dan
dibuat bermakna bagi mereka. Dalam pengolahan kognitif informasi harga, konsumen bisa
membandingkan antara harga yang dinyatakan dengan sebuah harga atau kisaran harga yang
mereka bayangan atas produk tersebut harga yang ada dipikiran sebagai bahan melakukan
perbandingan tersebut disebut harga acuan internal. Harga acuan internal adalah harga yang
dianggap pantas oleh konsumen, harga yang telah ada secara historis atau yang dibayangkan
konsumen sebagai harga pasar yang tinggi atau rendah pada dasarnya harga acuan internal
menjadi semacam panduan untuk mengevaluasi apakah harga yang tertera tersebut dapat
diterima oleh konsumen (Peter & Olson, 2008).
Selanjutnya menurut Mowen & Minor (2002) harga merupakan salah satu atribut paling
penting yang dievaluasi oleh konsumen, dan manajer perlu benar-benar menyadari peran
harga tersebut dalm pembentukan sikap konsumen. Dalam situasi tertentu para konsumen
sangatlah sensitif terhadap harga, sehingga harga yang relatif tinggi dibanding para
pesaingnya dapat mengeliminasi produk pertimbangan konsumen. Selanjutnya Yugi Setyarko
(2016) persepsi harga diartikan kecenderungan konsumen untuk menggunakan harga dalam
memberi penilaian tentang kesesuaian manfaat produk. Penilaian terhadap harga suatu
produk dikatakan mahal, murah atau sedang untuk masing-masing individu tidaklah sama,
tergantung dari persepsi individu yang dilatarbelakangi oleh lingkungan dan kondisi individu
itu sendiri. Pada dasarnya konsumen dalam menilai harga suatu produk tidak tergantung
hanya dari nilai nominal harga saja namun dari persepsi mereka pada harga perusahaan harus
menetapkan harga secara tepat agar dapat sukses dalam memasarkan barang atau jasa.
Menurut Zeithaml (1988) perspektif konsumen harga adalah apa yang diserahkan atau
dikorbankan untuk mendapatkan produk. Hubungan antara harga dan kualitas
mengungkapkan bahwa konsumen tidak ingat harga sebenarnya dari produk yang mengapa
mereka membangun persepsi mereka sendiri tentang harga sendiri. Kemudian diakui sebagai
harga yang dipersepsikan. Persepsi kualitas merupakan elemen penting untuk pengambilan
keputusan konsumen akibatnya, konsumen akan membandingkan kualitas alternatif
sehubungan dengan harga dalam kategori. Persepsi kualitas didefinisikan sebagai penilaian
konsumen tentang keseluruhan keunggulan produk atau keunggulan.
Dalam pengambilan keputusan, menurut Fandy Tjiptono (2008: 152) harga memiliki dua
peran utama, yaitu:
1. Peran alokasi, yang membantu pembeli untuk memutuskan cara terbaik untuk
mendapatkan manfaat yang diharapkan sesuai dengan kemampuan daya belinya.
2. Peran informasi, yang mendidik konsumen tentang faktor-faktor produk yang dijual,
seperti kualitas.
Indikator Persepsi Harga
Menurut Stanton (1998: 308), ada empat indikator yang mencirikan harga:
1. Keterjangkauan harga, yaitu aspek penetapan harga yang dilakukan oleh produsen atau
penjual sesuai dengan kemampuan pembelian konsumen.
2. Daya saing harga, yaitu kutipan harga yang diberikan oleh produsen / penjual yang
berbeda dan bersaing dengan yang diberikan oleh produsen lain, pada jenis produk yang
sama.
3. Kepatuhan harga dengan kualitas produk, yaitu aspek penentuan harga yang dilakukan
oleh produsen / penjual sesuai dengan kualitas produk yang dapat diperoleh konsumen.
4. Pesesuaian harga dengan manfaat produk, yaitu aspek penetapan harga yang dilakukan
oleh produsen / penjual sesuai dengan manfaat yang dapat diperoleh konsumen dari
produk yang dibeli.

Pengaruh Brand image terhadap Keputusan Pembelian Konsumen


Brand image adalah representasi persepsi keseluruhan merek dan dibentuk dari
informasi dan pengetahuan merek. Brand image yang positif dapat memengaruhi
kepercayaan konsumen terhadap kualitas suatu produk. Ini tentu mendorong jumlah
permintaan untuk produk-produk ini. Konsumen yang memiliki citra positif suatu merek akan
lebih cenderung melakukan pembelian (Buchari, 2004).
Pengaruh Persepsi Harga terhadap Keputusan Pembelian Konsumen
Paul Peter dan Jerry Olson (2000: 28) menyatakan bahwa persepsi harga terkait dengan
bagaimana informasi harga dipahami sepenuhnya oleh konsumen dan memberikan makna
yang mendalam kepada mereka. Dengan demikian, penilaian terhadap harga suatu produk
dikatakan mahal, murah atau biasa dari setiap individu tidak sama, karena itu tergantung pada
persepsi individu yang dimotivasi oleh lingkungan hidup dan kondisi individu. Banyak hal
yang berkaitan dengan harga yang membuat konsumen memilih suatu produk untuk dimiliki,
seperti konsumen memilih suatu produk karena sangat ingin merasakan nilai dan manfaat dari
produk tersebut, karena melihat peluang untuk memiliki produk dengan harga lebih murah
daripada biasa, membuatnya lebih ekonomis, karena ada peluang untuk mendapatkan hadiah
dari pembelian produk, atau karena ingin dianggap konsumen lain yang tahu banyak tentang
produk dan ingin dianggap loyal. Oleh karena itu, harga adalah salah satu variabel penting
dalam pemasaran karena harga dapat mempengaruhi konsumen dalam mengambil keputusan
untuk membeli suatu produk.
Pengaruh Brand image Dan Persepsi Harga Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen
Keputusan pembelian adalah perilaku atau tindakan seseorang untuk membeli atau
menggunakan suatu produk dalam bentuk barang atau jasa yang telah dipercaya akan
memuaskannya dan kemauan untuk menanggung risiko mungkin terjadi. Keputusan
pembelian dapat diambil dengan mempertimbangkan pengalaman dan brand image suatu
produk yang diyakini oleh konsumen. Selain itu harga juga jadi pertimbangan penting bagi
konsumen yang kurang sadar akan suatu produk sebelum melakukan keputusan pembelian.
Konsumen yang tidak terbiasa dengan merek produk biasanya membuat keputusan pembelian
singkat mengingat harganya.
Citra dan harga merek memiliki peran penting sebagai pertimbangan konsumen dalam
membuat keputusan pembelian pada suatu produk. Konsumen akan memperhatikan citra dan
harga merek sebelum membeli.
KESIMPULAN
Brand image mempengaruhi keputusan pembelian konsumen dan iklan adalah senjata
besar untuk menarik pelanggan dan tetap di benak mereka. Ini adalah gambaran nyata
masyarakat bahwa brand image memainkan peran penting untuk mengubah perilaku
pembelian masyarakat. Penilaian terhadap harga suatu produk dikatakan mahal, murah atau
sedang untuk masing-masing individu tidaklah sama, tergantung dari persepsi individu yang
dilatarbelakangi oleh lingkungan dan kondisi individu itu sendiri. Pada dasarnya konsumen
dalam menilai harga suatu produk tidak tergantung hanya dari nilai nominal harga saja
namun dari persepsi mereka pada harga perusahaan harus menetapkan harga secara tepat agar
dapat sukses dalam memasarkan barang atau jasa. Keputusan pembelian dapat diambil
dengan mempertimbangkan pengalaman dan brand image suatu produk yang diyakini oleh
konsumen. Selain itu harga juga jadi pertimbangan penting bagi konsumen yang kurang sadar
akan suatu produk sebelum melakukan keputusan pembelian. Citra dan harga merek memiliki
peran penting sebagai pertimbangan konsumen dalam membuat keputusan pembelian pada
suatu produk. Konsumen akan memperhatikan citra dan harga merek sebelum membeli.

DAFTAR PUSTAKA
Ambolau Muhammad Arie Permana, Kusumawati Andriani, Mawardi Muhammad Khloid.
(2015). The Influence Of Brand Awareness And Brand Image On Purchase Dicision
(Study On Aqua Consumers In Administrative Science Faculty Brawijaya University
Classof 2013). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB). Vol.2 No. 2 Februari 2015
Cahyani Nidia Sri, Lapian Joyce, Tumiwa Johan. (2017). The Effect Of Brand Image,
Perceived Price And Perceived Quality On Costumers Purchase Decision Of Pond’s
Skin Care Product. Journal Economic Management Business And Accounting. Vol. 5
No. 2 Juni 2017
Ghoniyah Nunung, Ani Ursila. (2013). Faktor-Faktor Penentu Keputusan Pembelian
Blackberry Di Semarang. Jurnal Ekonomi Manajemen Akuntansi. Vol. 34 No. 20 April
2013
Imantoro Faith, Suharyono, Sunarti. (2018). Pengaruh Citra Merek, Iklan Dan Cita Rasa
Terhadap Keputusan Pembelian. Jurnal Administrasi Bisnis. Vol. 57 No. 1 April 2018
Fadlilah Nasution Hamni. (2018). Pengaruh Kemudahan Dan Harga Terhadap Keputusan
Pembelian Produk Pakaian Secara Online. Jurnal Ilmu Manajemen Dan Bisnis Islam),
Vol. 4 No. Januari 2018
Fatmawati Nurul, Soliha Euis. (2017). Kualitas Produk, Citra Merek Dan Persepsi Harga
Terhadap Proses Keputusan Konsumen Sepeda Motor Matic “Honda”. Jurnal
Manajemen Dan Terapan. Vol 10 No. 1, April 2017
Foster Bob. (2016). Impact Of Brand Image On Purchasing On Mineral Water Product
“Amidis” (Case Study On Bintang Tranding Company). American Research Journal
Humanities And Social Sciences. Vol. 2 Tahun 2016
Lalujan David I. O, Pengemanan S., Tumbunan Alfa. (2016). Analyzing The Influence Of
Brand Image, Perceived Price And Perceived Quality On Costumer Buying Decision
Of Low Cost Green Car. Jurnal Berkala Ilmiah Dan Efisiensi. Vol. 16 No. 04 Tahaun
2016
Lusiah. (2018). The Effect Of Endorsement And Brand Image On Purchase Decision Of
Online Culinary Product. Journal Advsnces In Economics, Business And Management
Research. Vol 46
Nurjanah Sheila Fitria, Kurniati Rini Rahayu, Zunaida Daris. (2019). Pengaruh E-Commerce
Terhadap Keputusan Pembelian Pada Belanja Online Shopee. Jurnal Administrasi
Bisnis. Vol. 8 No. 31 Agustus 2019
Pahlevi Anzaruddin Septian, Sutopo. (2017). Analisis Pengaruh Persepsi Harga, Promosi,
Desain Produk, Dan Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian Sepeda Motor
Matic. Diponegoro Journal Of Management. Vol. 6 No. 1 Tahun 2017
Setyarko Yugi. (2016). Analisis Persepsi Harga, Promosi, Kualitaslayanan, Dan Kemudahan
Penggunaan Terhadap Keputusan Pembelian Produk Secara Online. Jurnal Ekonomi
Dan Manajamen. Vol. 5 No. 2 Oktober 2016
Sujani. (2017). Pengaruh Perilaku Konsumen Terhadap Keputusan Belanja Di Indomaret.
Jurnal Ekonomi Dan Bisnis. Vol. 22 No. 2 Desember 2017
Suleman Nursaban Rommy. (2018). Effect Of Brand Image And Price Perception On
Purchase Decision. Journal Of Business And Management. Vol. 20 No. 8 Agustus 2018
Sumadhinata Yelli Eka. The Influence Of Brand Image On Consumer Purchase Decision
Process At Widyatama University (Case Study On Faculty Business And Management).
Yasmin Afrina. (2017). Impact Brand Image On Consumers Purchase Decision. International
Journal Of Research In Social Sciences. Vol 7 No. 10 Oktober 2017.

Anda mungkin juga menyukai