PELANGGARAN HAK PATEN,
Pelanggaran Smartphone Apple Terhadap Samsung, Apple VS Samsung Galaxy
Disusun Oleh :
01110013
Fakultas Ekonomi
Akuntansi
UNIVERSITAS NAROTAMA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam mekanisme pasar bebas diberi kebebasan luas kepada pelaku bisnis untuk
melakukan kegiatan dan mengembangkan diri dalam pembangunan ekonomi. Disini pula
pelaku bisnis dibiarkan bersaing untuk berkembang mengikuti mekanisme pasar. Peluang-
peluang yang diberikan pemerintah telah memberi kesempatan pada usaha-usaha tertentu
untuk melakukan penguasaan pangsa pasar secara tidak wajar.
Keadaan tersebut didukung oleh orientasi bisnis yang tidak hanya pada produk, promosi dan
kosumen tetapi lebih menekankan pada persaingan sehingga etika bisnis tidak lagi
diperhatikan dan akhirnya telah menjadi praktek monopoli, persengkongkolan dan
sebagainya. Masalah pelanggaran etika sering muncul antara lain seperti, dalam hal
mendapatkan ide usaha, memperoleh modal, melaksanakan proses produksi, pemasaran
produk, pembayaran pajak, pembagian keuntungan, penetapan mutu, penentuan harga,
pembajakan tenaga professional, blow-up proposal proyek, penguasaan pangsa pasar
dalam satu tangan, persengkokolan, mengumumkan propektis yang tidak benar, penekanan
upah buruh dibawah standar, insider traiding dan sebagainya. Biasanya faktor keuntungan
merupakan hal yang mendorong terjadinya perilaku tidak etis dalam berbisnis.
BAB II
2.1 Landasan Teori
Etika bisnis merupakan pemikiran atau refleksi tentang moralitas dalam ekonomi atau bisnis
dan semua pihak yang terkait dengan para kompetitor untuk menghindari penyimpangan-
penyimpangan ilmu ekonomi dan mencapai tujuan atau mendapatkan profit, sehingga kita
harus menguasai sudut pandang ekonomi, hukum, dan etika atau moral agar dapat
mencapai target yang dimaksud. Moralitas berarti aspek baik atau buruk, terpuji atau tercela,
dan karenanya diperbolehkan atau tidak, dari perilaku manusia. Moralitas selalu berkaitan
dengan apa yang dilakukan manusia, dan kegiatan ekonomis merupakan suatu bidang
perilaku yang sangat penting. Tetapi belum pernah etika bisnis mendapat begitu banyak
perhatian seperti sekarang.
Perlu diketahui tentang pendekatan diskritif etika dan moral yang meneliti dan membahas
secara ilmiah, kritis, rasional atas sikap dan perilaku pembisnis sebagai manusia yang
bermoral manusiawi. Pendekatan ini menganalisa fakta-fakta keputusan bisnis dan patokan
bermoral serta mampu menggambarkan pengambilan sikap moral dan menyusun kode etik
atau kitab UU berdasarkan keyakinan moral. Oleh sebab itu didefenisikan secara kritis istilah
etika seperti keadilan, baik, yang utama atau prioritas, tanggung jawab, kerahasiaan
perusahaan, kejujuran dan lain-lain, maka bisnis juga mempunyai kode etik dan moral.
Dalam berbisnis kita juga harus mengetahui tentang deontologi karena deontologi
didasarkan prinsip-prinsip pengelolaan ilmu ekonomi yang berproses pada kewajiban-
kewajiban yang harus dipenuhi sebelum pengambilan keputusan bisnis dan didasarkan
pada aturan-aturan moral atau etika yang mengatur proses yang berakhir pada keputusan
bisnis. Jadi deontologi menilai baik buruknya aturan-aturan dan prinsip-prinsip yang
mendahului keputusan bisnisnya, serta menguji apakah prinsip-prinsip sudah dijalankan
serta merupakan kewajiban bagi pelaku atau yang terlibat didalam proses pengambilan
keputusan dan pelaksanaan bisnis tersebut..
Perilaku tidak etis dalam kegiatan bisnis sering juga terjadi karena peluang-peluang yang
diberikan oleh peraturan perundang-undangan yang kemudian disahkan dan disalah
gunakan dalam penerapannya dan kemudian dipakai sebagai dasar untuk melakukan
perbuatan-perbuatan yang melanggar etika bisnis.
2.2 Contoh Kasus
Seperti yang kita ketahui bahwa Samsung, Android dan Apple saling berselisih, diberbagai
belahan Dunia saling tuduh menuduh tentang hak paten dan seakan tak berkesudahaan.
Perang Hak paten antara perusahaan Tehnology terbesar ini ada artikelnya ada pada laman
situs Bussinesweek yang amat panjang, tetapi menarik untuk di baca. Pada atikel
BussinesWeek itu memaparkan perang paten antara Apple dan berbagai produsen yang
memproduksi produk-produk Android dan juga artikel itu memberikan rincian bagaimana
Apple terlibat dalam litigasi paten dengan sejumlah pembuat smartphone Android, termasuk
Samsung, Motorola dan HTC.
“Dalam perang paten telepon pintar (smartphone), banyak hal yang dipertaruhkan.
Perusahaan terkait tak akan ragu mengeluarkan uang banyak demi menjadi pemenang,”
kata pengacara dari Latham & Watkins, Max Grant, dikutip dari Bloomberg, Jumat, 24
Agustus 2012. Menurut dia, ketika persoalan hak cipta sudah sampai di meja hijau, maka
perusahaan tidak lagi memikirkan bagaimana mereka harus menghemat pengeluaran
keuangan.
Sebagai gambaran, Grant mengatakan, pengacara Apple diketahui memperoleh komisi US$
1.200 atau sekitar Rp 11,3 juta per jamnya untuk meyakinkan hakim dan juri bahwa
Samsung Electronics Co telah menyontek atau mencuri desain smartphone Apple.
Perusahaan yang dipimpin Tim Cook itu juga sudah menghabiskan total US$ 2 juta atau
sekitar Rp 18,9 miliar hanya untuk menghadirkan saksi ahli.
Meski kelihatan besar, uang untuk pengacara dan saksi ahli tersebut sebenarnya tergolong
kecil dan masih masuk akal di “kantong” Apple ataupun Google. Sebagai contoh, biaya US$
32 juta yang dikeluarkan Apple dalam perang paten melawan Motorola Mobility setara
dengan hasil penjualan Apple iPhone selama enam jam.
Keduanya diminta menghentikan penjualan produk tertentu. 10 produk Samsung, termasuk
Galaxy SII, tak boleh dijual lagi; 4 produk Apple, termasuk iPad 2 dan iPhone 4, juga
demikian. Oleh pengadilan Korea, Samsung diminta membayar denda 25 juta Won,
sedangkan Apple dikenakan denda sejumlah 40 juta Won atau setara US$ 35.400
BAB III
3.1 Kesimpulan
Upaya hukum pihak Apple pada bulan Februari lalu sempat mengalami kemunduran saat
hakim Koh menolak permintaan Apple untuk melarang penjualan perangkat Samsung di
Amerika Serikat. Menurut Koh, paten desain Apple terlalu luas dan bahkan beberapa di
antaranya memiliki kemiripan dengan konsep yang ada di serial Knight Rider tahun 1994.
Atas putusan tersebut Apple melakukan upaya banding dan menyewa sebuah firma hukum
terkenal di Los Angeles untuk meningkatkan upaya perang paten yang sedang berlangsung.
3.2 Saran
Pelanggaran yang dilakukan kedua perusahaan technology terbesar ini tentu akan
membawa dampak yang buruk bagi perkembangan ekonomi, bukan hanya pada ekonomi
tetapi juga bagaimana pendapat masyarakat yang melihat dan menilai kedua perusahaan
technology ini secara moral dan melanggar hukum dengan saling bersaing dengan cara
yang tidak sehat. Kedua kompetitor ini harusnya professional dalam menjalankan bisnis,
bukan hanya untuk mencari keuntungan dari segi ekonomi, tetapi harus juga menjaga etika
dan moralnya dimasyarakat yang menjadi konsumen kedua perusahaan tersebut serta
harus mematuhi peraturan-peraturan yang dibuat.
Sumber :
http://www.BussinesWeek.com
http://bestseoeasy.blogspot.com/2012/08/apple-vs-samsung-apple-akhirnya.html
Contoh Makalah Kasus Etika Bisnis
Perang provider celullar paling seru saat ini adalah antara XL dan Telkomsel. Berkali-kali
kita dapat melihat iklan-iklan kartu XL dan kartu as/simpati (Telkomsel) saling menjatuhkan
dengan cara saling memurahkan tarif sendiri. Kini perang 2 kartu yang sudah ternama ini
kian meruncing dan langsung tak tanggung-tanggung menyindir satu sama lain secara
vulgar. Bintang iklan yang jadi kontroversi itu adalah SULE, pelawak yang sekarang sedang
naik daun. Awalnya Sule adalah bintang iklan XL. Di XL, Sule bermain satu frame dengan
bintang cilik Baim dan Putri Titian.
Di situ, si Baim disuruh om sule untuk ngomong, “om sule ganteng”, tapi dengan
kepolosan dan kejujuran (yang tentu saja sudah direkayasa oleh sutradara ) si baim
ngomong, “om sule jelek..”. Setelah itu, sule kemudian membujuk baim untuk ngomong
lagi, “om sule ganteng” tapi kali ini si baim dikasih es krim sama sule. Tapi tetap saja si baim
ngomong, “om sule jelek”. XL membuat sebuah slogan,“sejujur baim, sejujur XL”. Iklan ini
dibalas oleh TELKOMSEL dengan meluncurkan iklan kartu AS. Awalnya, bintang iklannya
bukan sule, tapi di iklan tersebut sudah membalas iklan XL tersebut dengan kata-katanya
yang kurang lebih berbunyi seperti ini, “makanya, jangan mau diboongin anak
kecil..!!!” Nggak cukup di situ, kartu AS meluncurkan iklan baru dengan bintang sule. Di
iklan tersebut, sule menyatakan kepada pers bahwa dia sudah tobat. Sule sekarang
memakai kartu AS yang katanya murahnya dari awal, jujur. Sule juga berkata bahwa dia
kapok diboongin anak kecil sambil tertawa dengan nada mengejek. Perang iklan antar
operator sebenarnya sudah lama terjadi. Namun pada perang iklan yang satu ini, tergolong
parah. Biasanya, tidak ada bintang iklan yang pindah ke produk kompetitor selama jangka
waktu kurang dari 6 bulan. Namun pada kasus ini, saat penayangan iklan XL masih diputar
di Televisi, sudah ada iklan lain yang “menjatuhkan” iklan lain dengan menggunakan bintang
iklan yang sama.
Sumber : http://www.beritaunik.net/unik-aneh/sule-xl-vs-sule-as.html
Etika bisnis merupakan pemikiran atau refleksi tentang moralitas dalam ekonomi atau bisnis
dan semua pihak yang terkait dengan eksistensi korporasi termasuk dengan para kompetitor
untuk menghindari penyimpangan-penyimpangan ilmu ekonomi dan mencapai tujuan atau
mendapatkan profit, sehingga kita harus menguasai sudut pandang ekonomi, hukum, dan
etika atau moral agar dapat mencapai target yang dimaksud. Moralitas berarti aspek baik
atau buruk, terpuji atau tercela, dan karenanya diperbolehkan atau tidak, dari perilaku
manusia. Moralitas selalu berkaitan dengan apa yang dilakukan manusia, dan kegiatan
ekonomis merupakan suatu bidang perilaku yang sangat penting. Tetapi belum pernah etika
bisnis mendapat begitu banyak perhatian seperti sekarang.
Perlu diketahui tentang pendekatan diskritif etika dan moral yang meneliti dan membahas
secara ilmiah, kritis, rasional atas sikap dan perilaku pebisnis sebagai manusia yang
bermoral manusiawi. Pendekatan ini menganalisa fakta-fakta keputusan bisnis dan patokan
bermoral serta mampu menggambarkan pengambilan sikap moral dan menyusun kode etik
atau kitab UU berdasarkan keyakinan moral. Oleh sebab itu didefenisikan secara kritis istilah
etika seperti keadilan, baik, yang utama atau prioritas, tanggung jawab, kerahasiaan
perusahaan, kejujuran dan lain-lain, maka bisnis juga mempunyai kode etik dan
moral. Dalam berbisnis kita juga harus mengetahui tentang deontologi karena deontologi
didasarkan prinsip-prinsip pengelolaan ilmu ekonomi yang berproses pada kewajiban-
kewajiban yang harus dipenuhi sebelum pengambilan keputusan bisnis dan didasarkan
pada aturan-aturan moral atau etika yang mengatur proses yang berakhir pada keputusan
bisnis. Jadi deontologi menilai baik buruknya aturan-aturan dan prinsip-prinsip yang
mendahului keputusan bisnisnya, serta menguji apakah prinsip-prinsip sudah dijalankan
serta merupakan kewajiban bagi pelaku atau yang terlibat didalam proses pengambilan
keputusan dan pelaksanaan bisnis tersebut. Dalam kasus diatas dapat kita nilai bagaimana
kedua perusahaan telah melanggar prinsip-prinsip dan aturan-aturan moral, sehingga kedua
perusahaan bersaing dengan tidak sehat dengan cara saling membalas dan menjelek-
jelekkan iklan yang seharusnya tidak perlu dilakukan untuk menguasai pasaran
dimasyarakat.
Dalam mekanisme pasar bebas diberi kebebasan luas kepada pelaku bisnis untuk
melakukan kegiatan dan mengembangkan diri dalam pembangunan ekonomi. Disini pula
pelaku bisnis dibiarkan bersaing untuk berkembang mengikuti mekanisme pasar. Peluang-
peluang yang diberikan pemerintah telah memberi kesempatan pada usaha-usaha tertentu
untuk melakukan penguasaan pangsa pasar secara tidak wajar. Keadaan tersebut didukung
oleh orientasi bisnis yang tidak hanya pada produk, promosi dan kosumen tetapi lebih
menekankan pada persaingan sehingga etika bisnis tidak lagi diperhatikan dan akhirnya
telah menjadi praktek monopoli, persengkongkolan dan sebagainya. Pelanggaran etika
bisnis dan persaingan tidak sehat dalam upaya penguasaan pasar terasa marak ditayangan
iklan di televisi. Dengan lahirnya UU No.5 tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli
dan Persaingan Usaha Tidak Sehat diharapkan dapat mengurangi terjadinya pelanggaran
etika bisnis. Masalah pelanggaran etika sering muncul antara lain seperti, dalam hal
mendapatkan ide usaha, memperoleh modal, melaksanakan proses produksi, pemasaran
produk, pembayaran pajak, pembagian keuntungan, penetapan mutu, penentuan harga,
pembajakan tenaga professional, blow-up proposal proyek, penguasaan pangsa pasar
dalam satu tangan, persengkokolan, mengumumkan propektis yang tidak benar, penekanan
upah buruh dibawah standar, insider traiding dan sebagainya. Biasanya faktor keuntungan
merupakan hal yang mendorong terjadinya perilaku tidak etis dalam berbisnis. Dapat kita
lihat contohnya pada kasus di atas dimana kedua perusahaan provider saling bersaing
untuk menguasai dan memonopoli pasar. Perilaku tidak etis dalam kegiatan bisnis sering
juga terjadi karena peluang-peluang yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan
yang kemudian disahkan dan disalah gunakan dalam penerapannya dan kemudian dipakai
sebagai dasar untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang melanggar etika bisnis.
Beberapa peraturan perundang-undangan yang menghimpun pengaturan dan peraturan
tentang dunia iklan di Indonesia yang bersifat mengikat antara lain adalah peraturan yang
diatur oleh Undang-Undang, antara lain, UU No. 40 tahun 1999 tentang Pers, UU No. 24
tahun 1997 tentang Penyiaran, UU No. 7 tahun 1996, PP No. 69 tahun 1999.
Hal yang aneh dalam kasus ini mengapa satu orang muncul dalam dua penampilan iklan
yang merupakan satu produk sejenis yang saling bersaing, dalam waktu yang hampir
bersamaan. Ada sebagian yang bilang, apa yang dilakukan oleh Sule tidak etis dalam dunia
periklanan. Mereka menyoroti peran Sule yang dengan cepat berpindah kepada pelaku iklan
lain yang merupakan kompetitornya. Bila kita kaitkan dengan teori hak yang sangat dekat
dengan politik demokrasi, oleh sebab itu setiap manusia tidak boleh dikorbankan demi
tujuan lain selain hak asasinya dan hak seseorang melakukan kewajibannya. Sejauh yang
diketahui, pada prinsipnya, sebuah tayangan iklan di televisi (khususnya) harus patuh pada
aturan-aturan perundang-undangan yang bersifat mengikat serta taat dan tunduk pada tata
krama iklan yang sifatnya memang tidak mengikat. Siaran iklan adalah siaran informasi yang
bersifat komersial dan layanan masyarakat tentang tersedianya jasa, barang, dan gagasan
yang dapat dimanfaatkan oleh khalayak dengan atau tanpa imbalan kepada lembaga
penyiaran yang bersangkutan. Siaran iklan niaga dilarang yang melanggar (Pasal 46 ayat
(3) UU Penyiaran), yaitu :
a. promosi yang dihubungkan dengan ajaran suatu agama, ideologi, pribadi dan/atau
kelompok, yang menyinggung perasaan dan/atau merendahkan martabat agama
lain, ideologi lain, pribadi lain, atau kelompok lain
b. promosi minuman keras atau sejenisnya dan bahan atau zat adiktif;
c. promosi rokok yang memperagakan wujud rokok;
Selain taat dan patuh pada aturan perundang-undangan di atas, pelaku iklan juga diminta
menghormati tata krama yang diatur dalam Etika Pariwara Indonesia (EPI). Didalam EPI
juga diberikan beberapa prinsip tentang keterlibatan anak-anak di bawah umur, apalagi
Balita. Berikut adalah prinsip-prinsipnya, yaitu :
· Anak-anak tidak boleh digunakan untuk mengiklankan produk yang tidak layak
dikonsumsi oleh anak-anak, tanpa didampingi orang dewasa.
· Iklan tidak boleh menampilkan anak-anak sebagai penganjur bagi penggunaan suatu
produk yang bukan untuk anak-anak.
· Iklan tidak boleh menampilkan adegan yang mengeksploitasi daya rengek anak-anak
dengan maksud memaksa para orang tua untuk mengabulkan permintaan anak-anak
mereka akan produk terkait.
2. Kesimpulan
Dalam kasus ini, persoalan bukan pada bintang iklan (Sule) yang menjadi pemeran utama
pada iklan kartu AS dan kartu XL yang saling menyindir satu sama lain, karena hak
seseorang untuk melakukan kewajibannya dan manusia tidak boleh dikorbankan demi
tujuan lain selain hak asasinya. Dimana yang dimaksud adalah Sule yang mempunyai
haknya sebagai manusia. Sejauh yang diketahui Sule tidak melakukan pelanggaran kode
etika pariwara Indonesia (EPI).
Dalam etika pariwara Indonesia juga diberikan tentang keterlibatan anak-anak dibawah
umur, tetapi kedua provider ini tetap menggunakan anak-anak sebagai bintang iklan, bukan
hanya itu tetapi iklan yang ditampilkan juga tidak boleh mengajarkan anak-anak tentang hal-
hal yang menyesatkan dan tidak pantas dilakukan anak-anak, seperti yang dilakukan
provider XL dan AS yang mengajarkan bintang iklannya untuk merendahkan pesaing dalam
bisnisnya. Hal yang dilakukan kedua kompetitor ini tentu telah melanggar prinsip-prinsip EPI
dan harusnya telah disadari oleh kedua kompetitor ini, dan harus segera menghentikan
persaingan tidak sehat ini.
Kedua kompetitor provider ini melanggar prinsip-prinsip dan aturan-aturan kode etik dan
moral untuk mencapai tujuannya untuk mendapatkan keuntungan lebih dan menguasai
pasaran dimasyarakat yang diberi kebebasan luas untuk melakukan kegiatan dan
mengembangkan diri dalam pembangunan ekonomi serta telah diberi kesempatan pada
usaha-usaha tertentu untuk melakukan penguasaan pangsa pasar secara tidak wajar.
Keadaan tersebut didukung oleh orientasi bisnis yang tidak hanya pada produk, promosi dan
kosumen tetapi lebih menekankan pada persaingan sehingga etika bisnis tidak lagi
diperhatikan dan akhirnya telah menjadi praktek monopoli. Padahal telah dibuat undang-
undang yang mengatur tentang persaingan bisnis, yaitu UU No.5 tahun 1999 tentang
Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, tetapi kedua kompetitor
ini mengabaikan Undang-Undang yang telah dibuat. Perilaku tidak etis dalam kegiatan
bisnis kedua kompetitor provider ini sering juga terjadi karena peluang-peluang yang
diberikan oleh peraturan perundang-undangan yang kemudian disahkan dan disalah
gunakan dalam pelaksanaannya dan kemudian dipakai sebagai dasar untuk melakukan
perbuatan-perbuatan yang melanggar etika bisnis dalam menjalankan bisnisnya.
Dalam kasus ini, kedua provider menyadari mereka telah melanggar peraturan-peraturan
dan prinsip-prinsip dalam Perundang-undangan. Dimana dalam salah satu prinsip etika yang
diatur di dalam EPI, terdapat sebuah prinsip bahwa “Iklan tidak boleh merendahkan produk
pesaing secara langsung maupun tidak langsung.” Sebagaimana banyak diketahui, iklan-
iklan antar produk kartu seluler di Indonesia selama ini kerap saling sindir dan merendahkan
produk kompetitornya untuk menjadi provider yang terbaik di Indonesia. Pelanggaran yang
dilakukan kedua provider ini tentu akan membawa dampak yang buruk bagi perkembangan
ekonomi, bukan hanya pada ekonomi tetapi juga bagaimana pendapat masyarakat yang
melihat dan menilai kedua provider ini secara moral dan melanggar hukum dengan saling
bersaing dengan cara yang tidak sehat. Kedua kompetitor ini harusnya professional dalam
menjalankan bisnis, bukan hanya untuk mencari keuntungan dari segi ekonomi, tetapi harus
juga menjaga etika dan moralnya dimasyarakat yang menjadi konsumen kedua perusahaan
tersebut serta harus mematuhi peraturan-peraturan yang dibuat.
http://rndyst07.blogspot.com/2011/11/contoh-makalah-kasus-etika-bisnis.html
CONTOH KASUS ETIKA BISNIS INDOMIE DI TAIWAN
LATAR BELAKANG
Akhir-akhir ini makin banyak dibicarakan perlunya pengaturan tentang perilaku bisnis
terutama menjelang mekanisme pasar bebas. Dalam mekanisme pasar bebas diberi
kebebasan luas kepada pelaku bisnis untuk melakukan kegiatan dan mengembangkan diri
dalam pembangunan ekonomi. Disini pula pelaku bisnis dibiarkan bersaing untuk
berkembang mengikuti mekanisme pasar.
PERMASALAH
Tetapi bila kadar nipagin melebihi batas ketetapan aman untuk di konsumsi yaitu 250 mg
per kilogram untuk mie instan dan 1.000 mg nipagin per kilogram dalam makanan lain
kecuali daging, ikan dan unggas, akan berbahaya bagi tubuh yang bisa mengakibatkan
muntah-muntah dan sangat berisiko terkena penyakit kanker.
Menurut Kustantinah, Indonesia yang merupakan anggota Codex Alimentarius Commision,
produk Indomie sudah mengacu kepada persyaratan Internasional tentang regulasi mutu,
gizi dan kemanan produk pangan. Sedangkan Taiwan bukan merupakan anggota Codec.
Produk Indomie yang dipasarkan di Taiwan seharusnya untuk dikonsumsi di Indonesia. Dan
karena standar di antara kedua negara berbeda maka timbulah kasus Indomie ini.
LANDASAN TEORI
Etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah.
Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan,
institusi, dan perilaku bisnis (Velasquez, 2005).
Dalam menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain
adalah:
1.Pengendalian diri
2.Pengembangan tanggung jawab social (social responsibility)
3.Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh pesatnya
perkembangan informasi dan teknologi
4.Menciptakan persaingan yang sehat
5.Menerapkan konsep “pembangunan berkelanjutan”
6.Menghindari sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi, dan Komisi)
7. Mampu menyatakan yang benar itu benar
8. Menumbuhkan sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat dan golongan
pengusaha ke bawah
9. Konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati bersama
10. Menumbuhkembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang telah
disepakati
11. Perlu adanya sebagian etika bisnis yang dituangkan dalam suatu hokum positif yang
berupa peraturan perundang-undangan.
PEMBAHASAN MASALAH
Indofood merupakan salah satu perusahaan global asal indonesia yang produk-produknya
banyak di ekspor ke negara-negara lain. Salah satunya adalah produk mi instan Indomie. Di
Taiwan sendiri, persaingan bisnis mi instant sangatlah ketat, disamping produk-produk mi
instant dari negara lain, produk mi instant asal Taiwan pun banyak membanjiri pasar dalam
negeri Taiwan.
Harga yang ditwarkan oleh Indomie sekitar Rp1500, tidak jauh berbeda dari harga indomie
di Indonesia, sedangkan mi instan asal Taiwan dijual dengan harga mencapai Rp 5000 per
bungkusnya. Disamping harga yang murah, indomie juga memiliki beberapa keunggulan
dibandingkan dengan produk mi instan asal Taiwan, yaitu memiliki berbagai varian rasa
yang ditawarkan kepada konsumen. Dan juga banyak TKI/W asal Indonesia yang menjadi
konsumen favorit dari produk Indomie selain karena harganya yang murah juga mereka
sudah familiar dengan produk Indomie.
Tentu saja hal itu menjadi batu sandungan bagi produk mi instan asal Taiwan, produk
mereka menjadi kurang diminati karena harganya yang mahal. Sehingga disinyalir pihak
perindustrian Taiwan mengklain telah melakukan penelitian terhadap produk Indomie, dan
menyatakan bahwa produk tersebut tidak layak konsumsi karena mengandung beberapa
bahan kimia yang dapat membahayakan bagi kesehatan.
Hal tersebut sontak dibantah oleh pihak PT. Indofood selaku produsen Indomie. Mereka
menyatakan bahwa produk mereka telah lolos uji laboratorium dengan hasil yang dapat
dipertanggungjawabkan dan menyatakan bahwa produk indomie telah diterima dengan baik
oleh konsumen Indonesia selama berpuluh-puluh tahun lamanya. Dengan melalui tahap-
tahap serangkaian tes baik itu badan kesehatan nasional maupun internasional yang sudah
memiliki standarisasi tersendiri terhadap penggunaan bahan kimia dalam makanan, indomie
dinyatakan lulus uji kelayakan untuk dikonsumsi.
Dari fakta tersebut, disinyalir penarikan produk Indomie dari pasar dalam negeri Taiwan
disinyalir karena persaingan bisnis semata, yang mereka anggap merugikan produsen lokal.
Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa tidak sedari dulu produk indomie dibahas oleh
pemerintah Taiwan, atau pemerintah melarang produk Indomie masuk pasar Taiwan?.
Melainkan mengklaim produk Indomie berbahaya untuk dikonsumsi pada saat produk
tersebut sudah menjadi produk yang diminati di Taiwan. Dari kasus tersebut dapat dilihat
bahwa ada persainag bisnis yang telah melanggar etika dalam berbisnis.
KESIMPULAN
Dari kasus indomie di Taiwan dapat dilihat sebagai contoh kasus dalam etika bisnis. Dimana
terjadi kasus yang merugikan pihak perindustrian Taiwan yang produknya kalah bersaing
dengan produk dari negara lain, salah satunya adalah Indomie yang berasal dari Indonesia.
Taiwan berusaha menghentikan pergerakan produk Indomie di Taiwan, tetapi dengan cara
yang berdampak buruk bagi perdagangan Global.
SARAN
Saran bagi pihak perindustrian Taiwan agar tidah serta merta menyatakan bahwa produk
indomie berbahaya untuk dikonsumsi, apabila ingin melindungi produsen dalam negeri,
pemerintah bisa membuat perjanjian dan kesepakatan yang lebih ketat sebelum proses
ekspor-impor dilakukan. Karena kasus tersebut berdampak besar bagi produk Indomie yang
telah dikenal oleh masyarakat Indonesia maupun warga negara lain yang negaranya
memperdagangkan Indomie asal Indonesia.
PELANGGARAN ETIKA BISNIS PT. LAPINDO BRANTAS
BAB I
PEDAHULUAN
BAB II
LANDASAN TEORI
Puluhan ahli datang dari seluruh penjuru dunia membahas enam makalah tentang masalah
Lapindo yang dipaparkan oleh para presenter, baik dari pihak Lapindo maupun para pakar
independen. Dan karena para ahli yang berada di pihak Lapindo tetap berkeras dengan
pendirian mereka, untuk memperoleh kepastian pendapat dari para ahli dunia tersebut
dengan cara voting, menggunakan metoda langsung angkat tangan. Hasilnya, tidak
diragukan lagi bahwa sebagian besar peserta yang hadir berpendapat bahwa penyebab
semburan adalah karena pengeboran yang disebabkan oleh Lapindo.
Hasil konferensi ini mestinya cukup untuk meyakinkan publik, pemerintah, dan penegak
hukum di Indonesia bahwa Lapindo merupakan pihak yang harus bertanggung jawab dalam
Bencana ini.
Kesimpulan ini juga diharapkan bisa segera menghentikan berbagai upaya Lapindo untuk
menghindar dari kewajiban, serta segera memenuhi hak dari korban Lumpur.
2.2 Dampak Semburan Lumpur Lapindo
Semburan lumpur ini membawa dampak yang luar biasa bagi masyarakat sekitar maupun
bagi aktivitas perekonomian di Jawa Timur. Luapan lumpur terjadi pertama kali pada 2006
hingga kini telah memaksa sekitar 60 ribu orang mengungsi. Tidak hanya itu, masih banyak
dampak lain yang timbul akibat bencana ini, diantaranya adalah :
• Lumpur menggenangi 16 desa di tiga kecamatan. Semula hanya menggenangi empat
desa dengan ketinggian sekitar 6 meter, yang membuat dievakuasinya warga setempat
untuk diungsikan serta rusaknya areal pertanian. Luapan lumpur ini juga menggenangi
sarana pendidikan dan Markas Koramil Porong. Hingga bulan Ahustus 2006, luapan lumpur
ini telah menggenangi sejumlah desa/kelurahan di Kecamatan Porong, Jabon, dan
Tanggulangin, dengan total warga yang dievakuasi sebanyak lebih dari 8.200 jiwa dan tak
25.000 jiwa mengungsi. Karena tak kurang 10.426 unit rumah terendam lumpur dan 77 unit
rumah ibadah terendam lumpur.
• Lahan dan ternak yang tercatat terkena dampak lumpur hingga Agustus 2006 antara lain:
lahan tebu seluas 25,61 ha di Renokenongo, Jatirejo dan Kedungcangkring; lahan padi
seluas 172,39 ha di Siring, Renokenongo, Jatirejo, Kedungbendo, Sentul, Besuki Jabon dan
Pejarakan Jabon; serta 1.605 ekor unggas, 30 ekor kambing, 2 sapi dan 7 ekor kijang.
• Sekitar 30 pabrik yang tergenang terpaksa menghentikan aktivitas produksi dan
merumahkan ribuan tenaga kerja. Tercatat 1.873 orang tenaga kerja yang terkena dampak
lumpur ini.
• Empat kantor pemerintah juga tak berfungsi dan para pegawai juga terancam tak bekerja.
• Tidak berfungsinya sarana pendidikan (SD, SMP), Markas Koramil Porong, serta rusaknya
sarana dan prasarana infrastruktur (jaringan listrik dan telepon)
• Rumah/tempat tinggal yang rusak akibat diterjang lumpur dan rusak sebanyak 1.683 unit.
Rinciannya: Tempat tinggal 1.810 (Siring 142, Jatirejo 480, Renokenongo 428,
Kedungbendo 590, Besuki 170), sekolah 18 (7 sekolah negeri), kantor 2 (Kantor Koramil dan
Kelurahan Jatirejo), pabrik 15, masjid dan musala 15 unit.
• Kerusakan lingkungan terhadap wilayah yang tergenangi, termasuk areal persawahan
• Pihak Lapindo melalui Imam P. Agustino, Gene-ral Manager PT Lapindo Brantas,
mengaku telah menyisihkan US$ 70 juta (sekitar Rp 665 miliar) untuk dana darurat
penanggulangan lumpur.
• Akibat amblesnya permukaan tanah di sekitar semburan lumpur, pipa air milik PDAM
Surabaya patah.
• Meledaknya pipa gas milik Pertamina akibat penurunan tanah karena tekanan lumpur dan
sekitar 2,5 kilometer pipa gas terendam.
• Ditutupnya ruas jalan tol Surabaya-Gempol hingga waktu yang tidak ditentukan, dan
mengakibatkan kemacetan di jalur-jalur alternatif, yaitu melalui Sidoarjo-Mojosari-Porong
dan jalur Waru-tol-Porong. Penutupan ruas jalan tol ini juga menyebabkan terganggunya
jalur transportasi Surabaya-Malang dan Surabaya-Banyuwangi serta kota-kota lain di bagian
timur pulau Jawa. Ini berakibat pula terhadap aktivitas produksi di kawasan Ngoro
(Mojokerto) dan Pasuruan yang selama ini merupakan salah satu kawasan industri utama di
Jawa Timur.
• Tak kurang 600 hektar lahan terendam.
• Sebuah SUTET milik PT PLN dan seluruh jaringan telepon dan listrik di empat desa serta
satu jembatan di Jalan Raya Porong tak dapat difungsikan.
• Berubahnya suhu udara yang semakin panas, yang bercampur bau lumpur.
• Mayoritas warga sekitar lumpur kini begitu akrab dengan sesak nafas dan batuk. Sekalipun
belum ada korban meninggal akibat ISPA, namun batuk ‘jamaah’ yang diidap warga sulit
untuk disebut wajar.
• Pencemaran air di kawasan sekitar bencana yang menyebabkan air menjadi tidak layak
lagi dikonsumsi. Akibatnya warga terpaksa membeli air bersih dari sumber mata air Prigen
yang dijual perusahaan pengangkut air dengan harga Rp. 1500 per curigen (25 liter).
• Pengangguran massal yang mengancam masa depan warga.
• Sejumlah warga merelakan anaknya tidak sekolah akibat sulitnya mendapatkan pekerjaan
baru. Tingkat pendidikan rendah menjadi penghalang selanjutnya. Sayangnya disituasi rumit
ini warga tak disiapkan pekerjaan oleh Lapindo Berantas, dan nyaris di campakkan
pemerintahan yang berkuasa.
Sikap Lapindo tersebut kemudian didukung keputusan Mahkamah Agung pada tahun 2009
yang membebaskan Lapindo dari segala tuntutan karena dianggap bertanggung jawab
terhadap luapan lumpur. Kepolisian pun kini telah menghentikan penyelidikan atas kasus
tersebut.
BAB III
PENUTUP
http://prastaeltanin.blogspot.com/2012/01/pelanggaran-etika-bisnis-pt-lapindo.html